Anda di halaman 1dari 7

NAMA : SANDRA PUTRI PRIMASARI

NO. BP : 1710112141

KELAS : HUKUM KOPERASI DAN UKM 3.1

1. Dasar Hukum Koperasi di Indonesia


a. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dalam undang undang ini
menegaskan bahwa pembinaan koperasi, pengesahan perubahan anggaran dasar dan pemberian
status badan hukum koperasi merupakan wewenang serta tanggung jawab pemerintah.
Wewenang tersebut dapat dilimpahkan pada menteri yang membidangi koperasi. Dengan
demikian pemerintah bukan untuk mencampuri urusan internal organisasi koperasi namun hanya
mengawasi dan memperhatikan prinsip kemandirian koperasi.

Undang undang ini di susun dengan maksud untuk memperjelas dan mempertegas jati
diri, tujuan, peran, manajemen, kedudukan serta pemodalan dan pembinaan koperasi agar dapat
terwujudnya kehidupan koperasi sesuai dengan azas koperasi yaitu azas kekeluargaan.

b. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi. Koperasi perlu diberikan
status badan hukum agar dapat melaksanakan fungsi dan perannya secara efektif . Untuk
mendapatkan status badan hukum koperasi harus memperoleh akta pendirian yang sudah
mendapatkan pengesahan dari pemerintah yang selanjutnya koperasi bertindak secara mandiri
dan melakukan tindakan hukum sesuai maksud dan tujuannya.

Perubahan anggaran dasar koperasi juga memerlukan pengesahan pemerintah yang


menyangkut perubahan bidang usaha, penggabungan atau pembagian koperasi merupakan
perubahan yang sangat mendasar. Perubahan cukup dilaporkan kepada pemerintah dan
diumumkan dalam media massa setempat.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1994

Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 1994 tentang Pembubaran Koperasi oleh


Pemerintah. Pembubaran koperasi dilakukan apabila kegiatan koperasi dirasa membahayakan
atau menghambat sistem koperasi misalnya kelangsungan hidupnya sudah tidak dapat
dipertahankan lagi meskipun sudah diberikan bantuan sekalipun atau tidak berjalan sesuai
dengan undang-undang atau anggaran dasar koperasi maka koperasi seperti ini sebaiknya di
bubarkan. Pembubaran koperasi hanya dapat dilakukan oleh pemerintah yang berwenang dengan
segala jenis pertimbangan.

d. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Simpan


Pinjam oleh Koperasi. Kegiatan simpan pinjam sangat dibutuhkan oleh para anggota koperasi
salah satunya untuk meningkatkan modal usaha mereka. Maka dari itu dalam peraturan
pemerintah ini dimuat ketentuan yang bertujuan agar kegiatan simpan pinjam yang dilakukan
oleh koperasi berkembang dan berjalan secara jelas, mandiri, teratur dan tangguh. Selain itu juga
memuat ketentuan untuk mengantisipasi prospek masa depan dimana modal usaha sangat
menentukan kelangsungan hidup dan anggota yang bersangkutan.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan pada Koperasi.
Peraturan pemerintah ini mengatur tentang prinsip modal yang meliputi sumber modal
penyertaan, hak dan kewjiban, pengelolaan dan pengawasan, perjanjian sebagai dasar
penyelenggaraan, pengalihan modal penyertaan dan ketentuan peralihan dibiayai oleh modal
penyertaan bagi koperasi yang selama ini telah menyelenggarakan usaha. Pelaksanaan modal
penyertaan perlu diatur dalam sebuah peraturan pemerintah untuk mempertegas kedudukan
modal penyertaan dan memberikan kepastian hukum bagi pemodal dan koperasi.

f. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha


Simpan Pinjam oleh Koperasi
g. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 1998 tentang Modal Penyertaan oleh
Koperasi
h. Kepmen Koperasi dan UKM Nomor 98 Tahun 2004 tentang Notaris Pembuat Akta
Koperasi
i. Permen koperasi dan UKM Nomor 10 Tahun 2015 tentang Kelembagaan Koperasi
j. Permen Koperasi dan UKM 15 tahun 2015 tentang Usaha Simpan Pinjam oleh
Koperasi
k. Permen Koperasi dan UKM 9/2018 tentang Penyelenggaraan dan Pembinaan
Perkoperasian.
2. Tujuan Koperasi

Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana diketahui sistem itu merupakan
himpunan komponen-komponen atau bagian yang saling berkaitan yang secara bersama-sama
berfungsi mencapai tujuan.

Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi atau dengan kata lain bahwa koperasi
harus berdasarkan atas motif ekonomi atau mencari keuntungan, sedangkan bagian-bagian yang
saling berkaitan tersebut merupakan unsur-unsur ekonomi seperti digunakannya sistem
pembukuan yang baku, ditiadakannya pemeriksaan secara periodic, adanya cadangan, dan
sebagainya. Sedangkan unsur sosial, bukan dalam arti kedermawanan, tetapi lebih untuk
menerangkan kedudukan anggota dan hubungan anggota dengan pengurus. Juga unsur sosial
ditemukan dalam cara koperasi yang demokratis, kesamaan derajat, kebebasan keluar masuk
anggota, calon anggota, persaudaraan, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara
proposional dengan jasanya, serta menolong diri sendiri.

3. Proses Pendirian Koperasi

Untuk mendirikan koperasi terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Berikut
persyaratannya:

a. Koperasi primer harus didirikan oleh minimal 20 orang yang punya kegiatan dan
kepentingan ekonomi yang sama. Sedangkan pendiri koperasi sekunder minimal 3
badan hukum Koperasi;
b. Para Pendiri atau kuasa pendiri koperasi mengajukan permintaan pengesahan akta
pendirian koperasi secara tertulis dan/atau secara elektronik kepada Menteri
Koperasi dan UKM;
c. Pengajuan pengesahan akta pendirian koperasi perlu melampirkan: 2 rangkap akta
pendirian koperasi dan satu di antaranya bermaterai; berita acara Rapat Pendirian
Koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan permohonan pengesahan;
surat bukti penyetoran modal yang paling sedikit sebesar simpanan pokok; dan
rencana awal kegiatan usaha Koperasi;
d. Berita acara Rapat Pendirian Koperasi harus dilengkapi: daftar hadir rapat
pendirian; foto copy KTP pendiri sesuai daftar hadir; surat kuasa pendiri; surat
rekomendasi instansi terkait dengan bidang usaha yang akan dijalani;
e. Untuk koperasi sekunder harus ditambahkan dokumen: Hasil berita acara rapat
pendirian koperasi dan surat kuasa koperasi primer dan/atau koperasi sekunder
untuk pendirian koperasi sekunder; Keputusan pengesahan badan hukum koperasi
primer dan/atau sekunder calon anggota; Koperasi primer dan/ atau sekunder
calon anggota melampirkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) aktif;
f. Ada syarat tambahan untuk pendirian koperasi simpan pinjam dan koperasi
simpan pinjam syariah (bisa dilihat di pasal 10 ayat 5 dan 6 Permen Koperasi dan
UKM 9/2018).

Tahapan Pendirian Koperasi Mengenai tahapan dan tata cara pendirian koperasi sesuai
diatur Permen Koperasi dan UKM Nomor 9 Tahun 2018 adalah:

a. Perencanaan Pendirian Koperasi


a) Ada minimal 20 anggota (koperasi primer);
b) Menentukan tempat kedudukan koperasi Punya modal sendiri (minimal
dari simpanan pokok, bisa ditambah simpanan wajib, hibah);
c) Tentukan nama koperasi (paling sedikit 3 kata setelah frasa koperasi);
d) Buat rencana awal usaha;
e) Ada calon pengurus dan pengawas.
b. Penyampaian rencana dan konsultasi ke dinas (daerah) atau pusat (Kementerian)
c. Rapat Pendirian Koperasi
a) Dihadiri calon pendiri, minimal 20 orang (untuk koperasi primer);
b) Dihadiri pejabat penyuluh dari dinas atau kementerian;
c) Dapat dihadiri notaris;
d) Rapat pendirian koperasi dipimpin oleh pimpinan dan sekretaris yang
ditunjuk para pendiri;
e) Rapat memilih pengurus dan pengawas serta menentukan masa
bhaktinya;
f) Rapat pendirian koperasi membahas rancangan anggaran dasar;
g) Hasil rapat dibuat dalam notulen rapat dan/atau Berita Acara Rapat;
h) Notulen rapat atau berita acara rapat dituangkan dalam rancangan
Anggaran Dasar Koperasi;
i) Notaris mencatat kesepakatan tentang pokok-pokok hasil pembahasan
dalam rapat pendirian;
j) Pokok-pokok hasil pembahasan dirumuskan dalam Akta Pendirian
Koperasi.
d. Verifikasi Nama Koperasi
a) Notaris mengonfirmasi penetapan nama koperasi pada Sistem
Administrasi Layanan Badan Hukum Koperasi (Sisminbhkop);
b) Koperasi yang telah memperoleh persetujuan nama wajib mengajukan
permohonan Akta Pendirian di dalam waktu paling lama 30 hari.
e. Pengajuan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi
a) Untuk mendapatkan pengesahan akta pendirian Koperasi, pendiri atau
kuasa para pendiri mengajukan permintaan pengesahan secara tertulis
kepada menteri melalui Sisminbhkop;
b) Permintaan pengesahan diajukan dengan melampirkan: 2 rangkap akta
pendirian Koperasi, dan satu di antaranya bermaterai cukup; Berita acara
rapat pendirian Koperasi, termasuk pemberian kuasa untuk mengajukan
permohonan pengesahan apabila ada; bukti penyetoran modal minimal
sebesar simpanan pokok; dan rencana awal kegiatan usaha Koperasi.
f. Verifikasi Dokumen Permohonan
a) Lampiran permohonan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi yang
diajukan oleh pemohon dilengkapi persyaratan dan berkas dokumen
pendukung (untuk memenuhi syarat pendirian koperasi);
b) Dokumen diserahkan pemohon untuk diperiksa dan diteliti oleh pejabat
berwenang melalui Sisminbhkop;
c) Pejabat yang berwenang menerbitkan tanda terima kepada pemohon,
setelah dokumen dinyatakan lengkap dan memenuhi persyaratan;
d) Berkas dokumen dan surat tanda terima disimpan oleh Notaris.
g. Mekanisme di Sisminbhkop
a) Permohonan pengesahan Akta Pendirian Koperasi dilakukan secara
tertulis dengan mengisi Form Isian Akta Pendirian Koperasi sebagaimana
tersedia pada Sisminbhkop;
b) Permohonan pengesahan Akta Pendirian Koperasi diajukan pemohon
dengan cara memindai dan mengunggah dokumen;
c) Administrator Sisminbhkop memeriksa format isian dan dokumen dari
pemohon;
d) Apabila format isian tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, pejabat berwenang memberitahukan alasan penolakan kepada
pemohon secara elektronik;
e) Penolakan dapat dikoreksi atau diperbaiki pemohon dan selanjutnya
disampaikan kembali melalui Sisminbhkop.
h. Pengesahan Pendirian Koperasi
a) Menteri menerbitkan keputusan pengesahan Akta Pendirian koperasi
dalam jangka waktu paling lama 7 hari terhitung sejak pengisian format
isian akta pendirian dan dokumen yang diunggah dinyatakan telah
dipenuhi secara lengkap dan benar;
b) Keputusan Menteri disampaikan kepada Pemohon secara elektronik;
c) Notaris bisa langsung mencetak Surat Keputusan Menteri tentang
pengesahan Akta Pendirian Koperasi;
d) Keputusan pengesahan Akta Pendirian Koperasi dihimpun Kementerian
Koperasi dan UKM dan dicatat dalam Buku Daftar Umum Koperasi dan
dapat dibuat secara elektronik;
e) Kementerian Koperasi dan UKM wajib menyampaikan salinan keputusan
pengesahan Akta Pendirian Koperasi kepada Dinas
(provinsi/kabupaten/kota) di lokasi kedudukan koperasi.

Sumber:

Pachta W., Andjar dkk. 2008. Hukum Koperasi Indonesia: Pemahaman, Regulasi, Pendirian,
dan Modal Usaha. Jakarta: Kencana.

Website:

Tirto.id

Anda mungkin juga menyukai