Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zaman dan teknologi yang terus berkembang seperti pada zaman modern saat ini,
terus menghasilkan barang-barang atau produk-produk yang tentunya memiliki kualitas yang
jauh lebih baik dari yang ada sebelumnya. Ketika barang atau produk tersebut ingin di
pasarkan atau di perkenalkan kepada masyarakat, tentunya barang atau produk tersebut
haruslah memiliki merek. Agar masyarakat dapat lebih mengenal barang atau produk yang di
hasilkan oleh suatu perusahaan tersebut dan juga, dengan adanya merek dapat menjadi
pembangun suatu karakter bagi perusahaan terhadap barang atau produk yang dihasilkannya.

Menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek,


menyebutkan bahwa Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,
angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Sehingga merek dapat sebagai tanda pembeda antara hasil barang atau produk dari
suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hak Merek ini merupakan suatu hak ekslusif
yang diberikan oleh negara pemilik merek terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka
waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada
pihak lain untuk menggunakannya.

1
BAB II

PERMASALAHAN

A. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah yang akan
dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Apa itu Hak Merek serta bagaimana pengaturannya di Indonesia?


2. Bagaimana ruang lingkup merek dan hak merek?
3. Bagaimana pengelolaan administrasi hak merek?
4. Bagaimana pelanggaran atas hak merek tersebut?

B. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan dengan permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan


makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui hak merek, siapa yang berhak mengajukan hak merek, dan hal-hal
yang berkaitan dengan hak merek;
2. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan administrasi hak merek;
3. Untuk mengetahui pelaggaran atas hak merek.

2
BAB III

PEMBAHASAN

A. Sejarah Merek

Merek telah digunakan sejak ratusan tahun untuk memberikan tanda dari produk yang
dihasilkan dengan maksud menunjukan asal-usul barang (indication of origin). Merek dan
sejenisnya dikembangkan oleh para pedagang sebelum adanya indusrialisasi. Bentuk sejenis
merek mulai dikenal dari bentuk tanda resmi (hallmark) di Inggris bagi tukang emas, tukang
perak, dan alat-alat pemotong. Sistem tanda resmi seperti itu terus dipakai karena dapat
membedakan dari penghasil barang sejenis lainnya.1

Kebutuhan adanya perlindungan hukum atas merek semakin berkembangan dengan


pesat setelah banyaknya orang yang melakukan peniruan. Terlebih pula setelah dunia
perdagangan semakin maju, serta alat transportasi yang semakin baik, juga dengan
dilakukannya promosi maka wilayah pemasaran barangpun menjadi lebih luas lagi. Keadaan
seperti itu menambah pentingnya merek, yaitu untuk membedaka asal-usul barang dan
kualitasnya, juga menghindari peniruan.2

Kasus mengenai merek yang pertama diselesaikan di pengadilan Inggris adalah kasus
Lord Hadwicke L.C. in Blanchard lawan Hill pada tahun 1742. Sedangkan peraturan
merek yang pertama dibuat ialah Merchandise Marks Act pada tahun 1862. Sebelumnya
Inggris pada tahun 1857 telah mengadopsi sistem pendaftaran merek dari hukum Prancis. 3

Berkembangnya perdagangan internasional mengakibatkan adanya kebutuhan untuk


perlindungan merek secara internasional pula. Tahun 1883 di Prancis dibentuk sebuah
konvensi mengenai hak milik perindustrian, yang kemudian menjadi tonggak sejarah
mulainya perkembangan peraturan merek secara internasional. Pada tahun 1973 si Wina
ditandatanganilah oleh Amerika Serikat dan Inggris sebagai pemimpin negara-negara
Perjanjian Madrid (Madrid Agreement), yaitu sebuah perjanjian internasional yang dikenal
dengan Trademark Registration Treaty. 4
1
Drs. Muhammad Djumhana, S.H. dan R. Djubaedillah, S.H., Hak Milik Intelektual, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti, 2003), hal. 159.
2
Ibid.
3
Ibid.
4
Ibid

3
Dalam sejarah perundang-undangan merek di Indonesia dapat dicatat bahwa pada
masa colonial Belanda berlaku Reglement Industriele Eigendom (RIE) yang dimuat dalam
Stb. 1912 No. 545 Jo. Stb. 1913 No. 214.5 Kemudian pada zaman penjajahan Jepang
dikeluarkan peraturan merek yang dikenal dengan Osamu Seirei Nomor 30 tentang
Menyambung Pendaftaran Cap Dangang yang mulai berlaku pada tanggal 1 bulan 9 tahun
Syowa (2603). Selanjutnya peraturan-peraturan tersebut diganti dengan undang-undang
Nomor 21 Tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan. Kemudian diganti
pula dengan Undang-undang nomor 19 Tahun 1992 tentang Merek dan diubah dengan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1997 tentang perubahan undang-undang Nomor 19 Tahun
1992 tentang Merek, dan pada tahun 2001 diganti pula dengan Undang-undang nomor 15
Tahun 2001 tentang Merek.6

B. Ruang Lingkup Merek dan Hak Merek


1. Pengertian Merek

Untuk memahami apa yang dimaksudkan dengan hak merek, terlebih dahulu
diperlukannya pemahaman mengenai apa itu merek, berdasarkan Kamus Besar Indonesia
(selanjutnya: KBBI) merek adalah:

me-rek /mérek/ n 1 tanda yang dikenakan oleh pengusaha (pabrik, produsen, dan
sebagainya) pada barang yang dihasilkan sebagai tanda pengenal; cap (tanda) yang
menjadi pengenal untuk menyatakan nama dan sebagainya.7

Merek adalah alat untuk membedakan barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
perusahaan. Menurut Prof. Molengraaf:

“Merek yaitu dengan mana diperibadikanlah sebuah barang tertentu, untuk


menunjukkan asal barang, dan jaminan kualitasnya sehingga bisa dibandingkan
dengan barang-barang sejenis yang dibuat dan diperdagangkan oleh orang, atau
perusahaan lain.”

Di Indonesia pengertian tentang merek mempunyai banyak kesamaan dengan ketentuan di


Inggris. Hal ini bisa kita lihat dengan membandingkannya. Dalam ketentuan Undang-undang
5
H. OK. Saidin, S.H., M.Hum., Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2002) hal. 331
6
Drs. Muhammad Djumhana, S.H. dan R. Djubaedillah, S.H., Op.Cit. Hal. 160-161
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia

4
nomor 19 Tahun 1992 tentang merek, dicantumkan rumusan merek pada pasal 1 angka 1,
yaitu:

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
Susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”

2. Syarat Sebuah Merek

Sebuah merek dapat disebut merek apabila memenuhi syarat mutlak berupa adanya
daya pembeda yang cukup (capable of distinguishing). Maksudnya, tanda yang dipakai (sign)
tersebut mempunyai kekuatan untuk membedakan barang atau jasa yang diproduksi sesuatu
perusahaan dari perusahaan lainnya.

Menurut pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek


disebutkan bahwa:

“Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
Susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda, dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.”

Tanda-tanda tersebut dapat dicantumkan pada barang bersangkutan, atau bungkusan


dari barang tersebut, atau dicantumkan secara tertentu pada hal-hal yang besangkutan dengan
jasa.

3. Jenis Merek, Kelas Barang atau Jasa

Jenis merek dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

a. merek dagang dan


b. merek jasa.

Merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan
seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk
membedakannya dengan barang sejenis lainnya. Sedangkan merek jasa adalah merek yang
digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara
bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan jasa-jasa lainnya yang sejenis.

5
Kelas barang atau jasa adalah kelompok jenis barang atau jasa yang mempunyai
persamaan dalam sifat, cara pembuatan, dan tujuan penggunaannya. Pada prinsipnya suatu
permohonan pendaftara bagi suatu barang atau jasa tertentu hanya dapat diajukan untuk satu
kelas barang atau jasa, tetapi dalam hal dibutuhkan pendaftaran untuk lebih dari satu kelas,
maka terhadap setiap kelas yang diinginkan harus diajukan permohonan pendaftarannya.

4. Fungsi Merek

Dengan melihat arti kata merek dan objek yang dilindunginya, maka merek digunakan
untuk membedakan barang atau produksi perusahaan lain yang sejenis. Dengan demikian,
merek adalah tanda pengenal asal barang dan jasa, sekaligus mempunyai fungsi
menghubungkan barang dan jasa yang bersangkutan dengan produsennya, maka hal itu
menggambarkan jaminan kepribadian (individuality) dan reputasi barang dan jasa hasil
usahannya tersebut suatu diperdagangkan.

Merek juga memberikan jaminan nilai atau kualitas dari barang dan jasa yang
bersangkutan. Selanjutnya merek juga berfungsi untuk sarana promosi (means of trade
promotion) dan reklame bagi produsen atau pengusaha-pengusaha yang memperdagangkan
barang dan jasa bersangkutan.

Merek juga dapat berfungsi merangsang pertumbuhan industry dan perdagangan yang
sehat, dan menguntungkan semua pihak.

5. Merek Dagang
Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 mengartikan
merek dadang sebagai berikut:

2. Merek dagang adalah Merek yang digunakan pada barang yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau

badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.8

Setiap lambang, atau kombinasi dari beberapa lambang, yang mampu membedakan

barang atau jasa suatu usaha dari usaha lain, dapat menjadi merek dagang. Lambang-lambang

8
Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

6
dimaksud, terutama yang berupa rangkaian kata-kata dari nama pribadi, huruf, angka, unsur

figur dan kombinasi dari beberapa warna dapat didaftarkan sebagai Merek Dagang. Pemilik

merek dagang terdaftar mempunyai hak eksklusif untuk mencegah pihak ketiga yang tidak

memperoleh izinnya untuk menggunakan merek dagang tersebut untuk usaha yang sejenis,

atau menggunakan lambang yang mirip untuk barang yang sejenis, atau mirip dengan barang

untuk mana suatu merek dagang didaftarkan, di mana penggunaan tersebut dapat

menyebabkan ketidakpastian.

Merek Dagang dipakai pada barang berdasarkan kelas-kelasnya. Kelas barang adalah

kelompok jenis barang yang mempunyai persamaan dalam sifat, cara pembuatan, dan tujuan

penggunaannya. Kelas barang bagi pendaftaran merek diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1993.

6. Merek Jasa
Yang dimaksudkan dengan Merek Jasa berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 adalah:

3. Merek Jasa adalah Merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan

oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk

membedakan dengan jasa-jasa jenis lainnya.9

Merek jasa sebagaimana merek dagang juga dipakai pada jasa berdasarkan kelas-
kelasnya. Yang dimaksud kelas jasa yaitu kelompok jenis jasa yang mempunyai persamaan
dalam sifat dan tujuan penggunaannya.

7. Merek Kolektif

Di dalam Konvensi Paris diatur mengenai merek kolektif. Merek kolektif ini
merupakan merek dari suatu perkumpulan atau asosiasi.

9
Loc. Cit, Pasal 1 ayat (3)

7
Pengertian merek kolektif, menurut ketentuan peraturan yang lama tercantum pada
ketentuan pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang merek, yaitu:

“Merek Kolektif adalah Merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan
karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan
hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa
sejenis lainnya.”

Peraturan penggunaan merek kolektif harus memuat:

a. Sifat, ciri-ciri umum atau mutu dari barang atau jasa yang diproduksi dan
perdagangannya akan menggunakan merek kolektif tersebut.
b. Ketentuan bagi pemilik merek kolektif untuk melakukan pengawasan yang efektif
atas penggunaan merek tersebut dengan peraturan.
c. Sanksi atas penggunaan merek kolektif yang bertentangan dengan peraturan.

Tanda-tanda yang diperkenalkan dengan istilah merek kolektif tersebut bukan


berfungsi untuk membedakan barang atau jasa dari suatu perusahaan terhadap perusahaan
lain melainkan dipakai untuk membedakan asal-usul geografis atau karakteristik yang
berbeda pada barang atau jasa dan perusahaan-perusahaan yang berbeda, tetapi memakai
merek sama secara kolektif dibawah pengawasan yang berhak.10

8. Subjek Hak Merek

Menurut Soedjono Dirdjosisworo, subjek hukum atau subject van een recht yaitu
“orang” yang mempunyai hak, manusia pribadi atau badan hukum yang berhak, berkehendak
atau melakukan perbuatan hukum11.
Orang yang memperoleh hak atas merek disebut pemilik hak atas merek, namanya
terdaftar dalam Daftar Umum Merek yang diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Menurut
Abdulkadir Muhammad Pemilik Merek terdiri dari:
a. Orang perseorangan (one person);
b. Beberapa orang secara bersama-sama (several persons jointly), atau

10
Abdulkadir Muhammad. 2007. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual. PT. Cntra Aditya Bakti,
Bandung. hal 136.
11
Ibid

8
c. Badan hukum (legal entity).12

9. Objek Hak Merek


Di dalam KUHPerdata yang dimaksudkan dengan objek hukum terdapat pada Pasal
503 KUHPerdata, yang berbunyi, “Tiap-tiap kebendaan adalah bertubuh atau tidak
bertubuh.”13
Selanjutnya kita juga mengenal bahwa benda dapat dibagi menjadi:
1) Benda berwujud (lichamelijke zaken), dan
2) Benda tidak berwujud (onlichmelijke zaken), dan hak merupakan benda
yang tidak berwujud

C. Pengelolaan Hak Merek


Pendaftaran merek diatur dalam Pasal 7 s.d Pasal 10 Undang-Undang tentang Merek
tahun 2001. Dalam proses pendaftaran, pemilik merek harus memenuhi syarat-syarat
pendaftaran merek yang diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang tentang Merek tahun 2001,
yaitu:
A. Tanda yang mempunyai daya pembeda (capable of distinguishing).
B. Tidak bertentangan dengan kesusilaan, ketertiban umum (morality and public
order).
C. Bukan milik umum (not becoming public property).
D. Bukan keterangan mengenai barang atau jasa yang dimintakan pendaftaran.
E. Tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan
milik orang lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang atau jasa yang
sejenis yang termasuk dalam 1 (satu) kelas, barang atau jasa yang tidak sejenis.
F. Bukan peniruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambang
atau simbol atau emblem dari negara atau lembaga nasional maupun internasional,
kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang.
G. Bukan peniruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari
pihak yang berwenang.
H. Bukan merupakan atau menyerupai ciptaan orang lain yang dilindungi hak
cipta, kecuali atas persetujuan tertulis dari pemegang hak cipta tersebut.

12
Abdulkadir Muhammad. Op. Cit, hal. 130.
13
Pasal 503 Kitab UndangUndang Hukum Perdata

9
Permohonan pendaftaran merek diajukan secara tertulis kepada Ditjen HKI. Surat
permohonan pendaftaran merek tersebut harus diajukan dalam bahasa Indonesia kepada
Ditjen HKI, di dalam permohonan pendaftaran harus memuat:
a. Surat pernyataan merek yang dimintakan pendaftaran adalah miliknya.
b. Dua puluh helai etiket merek yang bersangkutan. Jika etiket merek itu ditulis dalam bahasa
asing wajib disertai terjemahannya dalam Bahasa Indonesia.
c. Tambahan Berita Negara yang memuat akta pendirian badan hukum atau salinan yang sah
akta pendirian badan hukum apabila pemilik merek adalah badan hukum.
d. Surat kuasa apabila permintaan pendaftaran merek dikuasakan kepada orang lain.
e. Pembayaran seluruh biaya dalam rangka permintaan pendaftaran merek yang sejenis, yang
besarnya ditetapkan oleh Menteri Kehakiman.

Dalam surat permintaan pendaftaran merek tercantum:


a. Tanggal, bulan dan tahun;
b. Nama lengkap, kewarganegaraan dan alamat pemohon;
c. Nama lengkap dan alamat kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;
d. Warna-warni apabila merek yang dimohonkan pendaftarannya menggunakan unsur warna;
e. Nama negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali dalam hal permohonan
diajukan dengan Hak Prioritas.

Suatu merek dapat menjadi merek terdaftar harus melalui prosedur pendaftaran
merek. Setelah terdaftar di Dirjen HKI, pemilik merek memperoleh hak atas merek.

D. Pelanggaran Hak Merek


Seperti hak lainnya, hak merek juga rentan terjadi pelanggaran. Jika terjadi
pelanggaran hak atas merek maka penyelesaiannya dapat dilakukan melalui beberapa pilihan,
yaitu:
1) Melalui proses litigasi yaitu melalui gugatan perdata dan tuntutan pidana, arbitrase,
atau
2) Melalui alternatif penyelesaian sengketa.

Berikut, beberapa kasus pelanggaran hak merek di Indonesia:


1) Kasus Pierre Cardin

10
2) Kasus Lexus
3) Kasus Monster Energy Company
4) Kasus Bioneuron
5) Kasus IKEA14

E. Pengaturan Merek

 Undang-Undang Merek Republik Indonesia

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi
Geografis

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek

 Peraturan Pemerintah Mengenai Merek

1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1995 Tentang Komisi Banding
Merek ditetapkan Tanggal 29 Agustus 1995

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993 Tentang Kelas Barang
atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek ditetapkan Tanggal 31 Maret 1999

3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif
Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi
Manusia

 Peraturan Menteri Bidang Merek:

1) Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2016 tentang Pendaftaran Merek

 Keputusan Direktur Jendral Kekayaan Intelektual Bidang Merek

1) Keputusan Direktur Jendral Kekayaan Intelektual Nomor HKI-02. KI. 06. 01 Tahun 2017
tentang Penetapan Formulir Permohonan Merek15

Di samping peraturan perundang-undangan nasional tentang merek, masyarakat juga


terikat dengan peraturan merek yang bersifat internasional, seperti pada konvensi Paris Union
14
Diringkas dari https://kliklegal.com/lima-kasus-merek-terkenal-di-pengadilan-indonesia/ diakses pada 27
februari 2019 jam 08.27
15
http://www.dgip.go.id/peraturan-perundang-undangan-terkait-merek diakses pada 26 Februari 2019 jam 19.02

11
yang diadakan pada tanggal 20 Maret tahun 1883, yang khusus diadakan untuk memberikan
perlindungan pada hak milik perindustrian. Konvensi ini ditandatangani oleh 11 negara
peserta. Kemudian anggotanya bertambah hingga pada tanggal 1 Januari tahun 1976
berjumlah 82 negara, termasuk Indonesia. Teks yang berlaku untuk Republik Indonesia
adalah teks revisi dari Paris Convention yang dilakukan di London pada tahun 1934.16

16
https://www.kompasiana.com/anasofiana/584fe751967a612e13cc809d/perlindungan-merek-secara-
internasional diakses pada 26 Februari 2019 jam 19.34

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Merek adalah salah satu atribut yang penting dari sebuah produk, dimana merek suatu
produk dapat memberikan nilai tambah bagi produk tersebut. Merek tidak hanya sebuah
nama bagi produk, tetapi lebih dari itu merupakan identitas untuk membedakan dari produk-
produk yang dihasilkan dari perusahaan lain. Dengan identitas khusus, produk tertentu akan
lebih mudah dikenali oleh konsumen dan pada gilirannya tentu akan memudahkan pada saat
pembelian ulang produk tersebut. Pada dasarnya merek terdiri dari dua bagian yaitu bagian
yang dapat diucapkan yaitu nama merek, dan bagian yang dapat dikenali tetapi tidak dapat
diucapkan yaitu tanda merek.

Kini masyarakat dalam melakukan pengajuan permohonan sudah tidak mengalami


kesulitan karena Pemerintah melalui DITJEN HKI telah banyak melakukan sosialisasi baik
lewat masmedia maupun forum-forum yang yang telah dibentuk. Sehingga akhirnya bagi
pemilik hak tersebut tidak usah khawatir akan adanya kerugian yang diakibatkan oleh oknum
yangtak bertanggung jawab yang ingin memanfaatkan kepopuleran merk suatu produk
tertentu.

Bahwa telah kita bahas dihalaman sebelumnya tentang perlindungan terhadap pemilik hak
merk sudah sangat ketat dengan melalui beberapa tahap proses penyeleksian terhadap
pendaftaran merk dan itu dibuktikannya dengan beberapa undang-undang dan peraturan
pemerintah Republik Indonesia yang selalu di perbaharui seiring perkembangan dan semakin
maraknya persaingan di dunia perdagangan baik nasional maupun internasional. Sehingga
dengan adanya beberapa regulasi tersebut dapat menekan berbagai macam tindak kejahatan
dibidang Hak Kekayaan Intelektual khususnya Merk.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan melalui penulisan makalah ini ialah, agar setiap orang
yang membacanya dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan merek serta bagaimana
tahapan- tahapan dalam pendaftarannya, kita juga harus mngerti agar suatu saat tidak terjadi
hal – hal yang tidak diinginkan mengenai penetapan merek yang akan dibuat maupun
menjaga merek yang telah dimliki dengan mendaftarkannya sebagai bukti kepemilikan merek
tertentu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Djumhana, Muhammad dan Djubaedillah. 2003. Hak Milik Intelektual, Sejarah, Teori, dan
Prakteknya di Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Saidin, OK. 2004. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.

Muhammad, Abdulkadir. 2007. Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual.


Bandung: PT. Citra Aditya bakti,

KBBI ke V.

14

Anda mungkin juga menyukai