Anda di halaman 1dari 24

Hakim Konstitusi

Mahkamah
Konstitusi RI
Dosen Pengampu: Fathudin Kalimas

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Kelompok 2
Sandy Alawi 11190480000003
Hafsah Aryandini 11190480000019
Alfendo Ananditya Rizkullah W 11190480000047
Selly Lutfiah Putri 11190480000078
Alyssa Ardi 11190480000105
Komposisi
Hakim MK
Pasal 4 UU No. 24 Tahun 2003 mengalami perubahan sesuai dengan UU
No. 8 Tahun 2011 yaitu:
1) Mahkamah Konstitusi mempunyai Sembilan orang anggota hakim konstitusi yang
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.

2) Susunan Mahkamah Konstitusi atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang


Wakil Ketua merangkap anggota, dan tujuh orang anggota Hakim Konstitusi.

3) Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipilih dari dan oleh anggota Hakim
Konstitusi untuk masa jabatan selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan terhitung sejak
tanggal pengangkatan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi.Ketua dan Wakil
Ketua Mahkamah Konstitusi yang terpilih sebagaimana yang dimaksud pada Ayat (3)
dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

4) Sebelum Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada
Ayat (3) terpilih, rapat pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi dipimpin
oleh Hakim Konstitusi yang paling tua usianya.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Ketua dan Wakil Ketua diatur
dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi.
Mekanisme
Pemilihan
Hakim MK
Syarat untuk
Ayat (1)
menjadi Hakim
MK menurut UU a. memiliki integritas dan
No. 7 Tahun kepribadian yang tidak tercela
2020 sebagai b. adil; dan
c. negarawan yang menguasai
perubahan dari
konstitusi dan ketatanegaraan
UU No. 24
Tahun 2003
tentang
Mahkamah
Konstitusi
yakni :
Ayat (2)
a. warga negara Indonesia;

b. berljazah doktor (strata tiga) dengan dasar sarjana (strata satu) yang berlatar
belakang pendidikan di bidang hukum;

c. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;

d. berusia paling rendah 55 (lima puluh lima) tahun;

e. mampu secara jasmani dan rohani dalam menjalankan tugas dan kewajiban;

f. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;

g. tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan; dan

h. mempunyai pengalaman kerja di bidang hukum paling sedikit 15 (lima belas) tahun
dan/atau untuk calon hakim yang berasal dari lingkungan Mahkamah Agung, sedang
menjabat sebagai hakim tinggi atau sebagai hakim agung
Ayat (3)
Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) calon
hakim konstitusi juga harus memenuhi kelengkapan administrasi dengan
menyerahkan:

a. surat pernyataan kesediaan untuk menjadi hakim konstitusi;

b. daftar riwayat hidup;

c. menyerahkan fotokopi ljazah yang telah dilegalisasi dengan


menunjukkan ijazah asli;

d. laporan daftar harta kekayaan serta sumber penghasilan calon yang


disertai dengan dokumen pendukung yang sah dan telah mendapat
pengesahan dari lembaga yang berwenang; dan

e. nomor pokok wajib pajak (NPWP).


Pengangkatan hakim konstitusi secara konstitusional didasarkan pada Pasal 24C
UUD NRI 1945.
Landasan konstitusional tersebut diatur lebih lanjut dalam Pasal 15 dan Pasal 18 ayat Undang-Undang
Mahkamah Konstitusi yang berbunyi:

(1) Hakim konstitusi (2) Keputusan


diajukan Presiden
masing-masing 3
sebagaimana
(tiga) orang oleh
dimaksud pada ayat
Mahkamah Agung, 3
(tiga) orang oleh
(1) ditetapkan dalam

DPR, dan 3 (tiga) jangka waktu paling


orang oleh Presiden, lambat 7 (tujuh) hari
untuk ditetapkan kerja sejak pengajuan
dengan Keputusan
calon diterima
Presiden.
Presiden.
- Pasal 19 menyatakan bahwa pencalonan dan pemilihan hakim
konstitusi harus dilaksanakan secara transparan dan partisipatif,
serta objektif dan akuntabel.

- Pasal 20 ayat (1) UU MK menentukan bahwa ketentuan mengenai tata


cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan hakim konstitusi diatur oleh
masing-masing lembaga yang berwenang, yaitu MA, DPR, dan
Presiden. Ada beberapa mekanisme yang selama ini pernah ditempuh
yaitu hakim konstitusi dipilih berdasarkan mekanisme penunjukan
langsung, pemilihan yang dilakukan oleh tim internal secara tertutup, uji
kelayakan dan kepatutan oleh panel ahli yang dibentuk Komisi Yudisial
(KY), dan seleksi terbuka yang dilakukan oleh panitia seleksi atau
pansel.
Adapun pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi mengacu pada Peraturan MK Nomor3
Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua MK.
yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Setiap hakim yang hadir 5. Apabila setelah ditunda


dalam rapat pleno hakim tetap tidak kuorum, rapat
berhak untuk memilih dan dilanjutkan untuk mengambil
dipilih keputusan tanpa memenuhi
kuorum
2. Pemilihan Ketua dan
6. Pengambilan keputuan
Wakil Ketua
dilakukan secara musyawarah
diselenggarakan dalam
mufakat dalam rapat pleno
rapat pleno hakim
hakim yang tertutup untuk
3. Rapat pleno hakim umum.
dihadiri paling kurang tujuh 7. Apabila tidak mencapai
hakim mufakat, maka keputusan
4. Apabila rapat pleno tidak diambil berdasarkan suara
mencapai kuorum, maka terbanyak melalui pemungutan
suara dalam rapat pleno hakim
rapat ditunda paling lama
terbuka untuk umum
dua jam
Adapun pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi mengacu pada Peraturan MK Nomor3
Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua MK.
yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut

8. Pemilihan dilakukan dengan 11. Hakim yang


cara setiap hakim melingkari memperoleh suara
nomor urut salah satu hakim
separuh lebih ditetapkan
yang dipilih di dalam kertas
sebagai Ketua terpilih.
suara
Apabila tidak ada yang
9. Hakim yang memperoleh mencapai suara separuh
suara setengah plus satu,
lebih, maka dilakukan
langsung ditetapkan sebagai
Ketua MK terpilih putaran ketiga

10. Apabila tidak ada hakim 12. Hakim yang memiliki


yang mencapai suara separuh suara terbanyak pada
lebih (dari yang hadir), maka putaran ketiga ditetapkan
dua hakim dengan suara sebagai Ketua MK terpilih
tertinggi ditetapkan sebagai
calon dalam pemungutan
suara putaran kedua
Susunan
Keanggotaan
Kekuasaan menjalankan peradilan
yang dimiliki oleh MK sebagai
lembaga dijalankan oleh hakim
konstitusi. Pasal 24C ayat (3) UUD
1945 menyatakan bahwa MK memiliki
Susunan sembilan orang hakim konstitusi yang
ditetapkan oleh Presiden, yang
Keanggotaan diajukan masing-masing tiga orang
oleh MA, tiga orang oleh DPR, dan
tiga orang oleh Presiden.
Dalam mengajukan calon hakim konstitusi,
MA, DPR, dan Presiden harus
memperhatikan ketentuan Pasal 19 UU
MK yang menyatakan bahwa pencalonan
hakim konstitusi dilaksanakan secara
transparan dan partisipatif. Penjelasan
ketentuan ini menyatakan bahwa calon
hakim konstitusi harus dipublikasikan di
media massa baik cetak maupun elektronik
Susunan agar masyarakat mempunyai kesempatan
Keanggotaan untuk ikut memberi masukan atas calon
hakim konstitusi yang bersangkutan. Tata
cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan
hakim konstitusi dilaksanakan secara
objektif dan akuntabel, yang dapat diatur
oleh masing-masing lembaga.
Pemberhentian
Hakim
1. Diberhentikan dengan
hormat

Pemberhentian
Hakim 2. Diberhentikan dengan
Konstitusi tidak hormat
terdiri dari:

3. Pemberhentian sementara
Hakim konstitusi diberhentikan dengan hormat dengan alasan:

A. Meninggal Dunia C. Telah berusia 70


(tujuh puluh) tahun; atau
B. Mengundurkan diri
atas permintaan D. Sakit jasmani atau
sendiri yang rohani secara
terus-menerus selama 3
diajukan kepada
(tiga) bulan sehingga
Ketua Mahkamah tidak dapat menjalankan
Konstitusi; tugasnya yang
dibuktikan dengan surat
keterangan dokter.
Hakim konstitusi diberhentikan tidak dengan hormat apabila:

a. dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang


telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan
tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara;
b. melakukan perbuatan tercela;
c. tidak menghadiri persidangan yang menjadi tugas dan
kewajibannya selama 5 (lima) kali berturut-turut tanpa alasan
yang sah;
d. melanggar sumpah atau janji jabatan;
e. dengan sengaja menghambat Mahkamah Konstitusi memberi
putusan dalam waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7B
ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
Hakim konstitusi diberhentikan tidak dengan hormat apabila:

f. melanggar larangan rangkap jabatan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17;

g. tidak lagi memenuhi syarat sebagai hakim konstitusi;


dan/atau

h. melanggar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim


Konstitusi.
Hakim diberhentikan sementara dari jabatannya dalam hal:

a. Memberikan kesempatan kepada hakim membela diri di


hadapan majelis kehormatan;
a. Ada perintah penahanan;
b. Dituntut di muka pengadilan dalam perkara pidana yang
diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih
meskipun tidak ditahan.
Mekanisme Pemberhentian Hakim Konstitusi
yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut

1. Sebelum hakim diberhentikan dengan tidak hormat, hakim yang bersangkutan


diberhentikan sementara dari jabatannya dengan keputusan presiden atas
permintaan ketua Mahkamah Konstitusi.
Pemberhentian sementara tersebut tidak berlaku untuk alasan dijatuhi pidana
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara.
Pemberhentian sementara dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
kesempatan kepada hakim yang bersangkutan membela diri di hadapan Majelis
Kehormatan Hakim Konstitusi.
Mekanisme Pemberhentian Hakim Konstitusi
yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut

2. Dalam hal hakim dijatuhi pidana penjara, hakim bersangkutan diberhentikan dengan
tidak hormat. Pemberhentian tidak dengan hormat ditetapkan dengan Keputusan
Presiden atas permintaan Ketua Mahkamah Konstitusi. Permintaan pemberhentian
tidak dengan hormat tersebut dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari
kerja sejak putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap.

3. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak Mahkamah Konstitusi menerima
Keputusan Presiden mengenai pemberhentian tidak dengan hormat hakim yang
bersangkutan, Mahkamah Konstitusi memberitahukan Keputusan Presiden tersebut
kepada lembaga yang berwenang mengajukan Hakim untuk penggantian Hakim
Konstitusi.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai