Pada UU Kekuasaan Kehakiman, Hakim adalah hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, agama, militer, tata
usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut
DASAR HUKUM
I. Undang undang RI nomor 48 tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman
dari hukum agama yaitu Hindu, Islam dan hukum banyak mengalami kemunduran, hal itu membuat
Pada masa ini Pemerintah Hindia-Belanda berusaha untuk mengadakan peraturan-peraturan di lapangan
peradilan pada 1 Mei 1848 ditetapkanReglement tentang susunan pengadilan dan kebijaksanaan kehakiman
1848 (R.O), ada perbedaan keberlakuan pengadilan antara bangsa Indonesia dengan golongan bangsa Eropa
dimana dalam Pasal 1 RO, disebutkan ada 6 macam pengadilan:
Kemudian pada Tahun 1948 berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1948 Tentang Susunan Dan
Kekuasaan Badan-Badan Kehakiman, lingkungan peradilan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu :
1.Peradilan Umum;
2.Peradilan Tata Usaha Pemerintahan;
3.Peradilan Ketentaraan.
7. 1949-1950 9. 1959-1970
Pada masa ini terdapat adanya beberapa
Pasal 192 Konstitusi RIS menetapkan
peradilan khusus di lingkungan pengadilan
bahwa Landgerecht diubah menjadi
Negeri yaitu adanya Peradilan Ekonomi (UU
Pengadilan Negeri dan Appelraad
Darurat No. 7 tahun 1955), peradilan
diubah menjadi Pengadilan Tinggi.
Landreform (UU No. 21 tahun 1964). Kemudian
pada tahun 1970 ditetapkan UU No 14 Tahun
1970 yang dalam Pasal 10 menetapkan bahwa
8. 1950-1959 ada 4 lingkungan peradilan yaitu:
Adanya UU Darurat No.1 tahun 1951 yang 1.Pengadilan Negeri
mengadakan unifikasi susunan, kekuasaan, dan 2.Pengadilan Agama
acara segala Pengadilan Negeri dan segala 3.Pengadilan Militer
Pengadilan Tinggi di Indonesia dan juga 4. Peradilan Tata Usaha Negara
menghapuskan beberapa pengadilan termasuk
pengadilan swapraja dan pengadilan adat. 10. Masa sekarang
UU 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman
TUGAS HAKIM wewenang HAKIM
1. Memimpin dan bertanggung jawab atas ketertiban dan 1. Mengatur pelaksanaan tugas
kelancaran pengadilan yg dipimpin. 2. Mengadakan hubungan kerja
2. Menetapkan hari sidang dan mendistribusikan berkas 3. Mengajukan usul/saran
perkara ke panitera 4. Mengambil keputusan suatu perkara
3. Diskusi dengan hakim anggota di saat ingin
menentukan isi putusan
4. Mempelajari Menandatangani , menyiapkan dan
membaca suatu putusan. TUGAS POKOK HAKIM
5. memberikan kepastian hukum semua perkara yang UU NO 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN
masuk baik perkara yang telah diatur dalam undang- KEHAKIMAN, pasal 10 :
undang maupun yang tidak terdapat ketentuannya
harus bersifat objektif karena merupakan fungsionaris 1. Memeriksa
yang ditunjuk undang-undang untuk memeriksa dan 2. Mengadili
mengadili perkara dengan penilaian yang objektif tidak 3. Memutus Suatu Perkara
boleh memihak salah satu pihak
Macam macam Hakim
HAKIM KONSTITUSI HAKIM AGUNG HAKIM AD HOC
bukti);
.
Tahapan Persidangan
6. Tuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum;
10. Kesimpulan
11. Musyawarah Majelis : Majelis Hakim akan bermusyawarah untuk mengambil keputusan mengenai perkara yang
sedang diperiksa.
Prinsip-Prinsip = Pasal 3
Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim didasarkan pada prins1pprinsip:
independensi hakim dan pengadilan dalam memenuhi tugas peradilan ;
1. praduga tidak bersalah;
2. penghargaan terhadap profesi hakim dan pengadilan;
3. transparansi;
4. akuntabilitas;
5. kehati-hatian dan Kerahasiaan;
6. obyektivitas;
7. efektivitas dan efisiensi;
8. periakuan yang sama; dan
9. kemitraan.
Kode etik
PERATURAN BERSAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DAN KOMISI YUDISIAL
REPUBLIK INDONESIA ,Nomor 02/PB/MA/IX/2012 / 02/PB/P.Ky/09/2012
Pasal 4 tentang Kewajiban dan larangan bagi Hakim dijabarkan dari 10 prinsip Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim, yaitu:
1. berperilaku adil;
2. berperilaku jujur;
3. berperilaku arif dan bijaksana;
4. bersikap mandiri;
5. berintegritas tinggi;
6. bertanggung jawab;
7. menjunjung tinggi harga diri;
8. berdisiplin tinggi;
9. berperilaku rendah hati: dan
10 bersikap profesional.
Sanksi Pelanggaran Kode etik
BAB V Pasal 19 Sanksi terdiri dari:
Sanksi ringan : teguran lisan, teguran tertulis, pernyataan tidak puas secara tertulis.
Sanksi sedang :
1. penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1 tahun
2. penurunan gaji sebesar 1 kali kenaikan gaji berkala paling lama 1 tahun;
3. penundaan kenaikan pangkat paling lama 1 tahun
4. Hakim non palu paling lama 6 bulan;
5. mutasi ke pengadilan lain dengan kelas yang lebih rendah;
6. pembatalan atau penangguhan promosi.
Sanksi berat :
1. pembebasan dari jabatan;
2. Hakim nonpalu lebih dari 6 bulan dan paling lama 2 tahun;
3. penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 3 tahun;
4. pemberhentian tetap dengan hak pensiun;
5. pemberhentian tidak dengan hormat
Contoh kasus SIDANG PEMBUNUHAN MIRNA