Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK 7

Nama-Nama Kelompok
01. Alexandre Harungguan Panjaitan
02. Gideon Simbolon
03. Sean Sebastian Sitompul
04. Fatrycia Simamora
05. Simson Sinamo
06. Tunggul Iman
07. Agung Mulia Sibarani
08. Andre Manik
Pemeriksaan Persidangan
Mahkamah Konstitusi
A. PENJADWALAN SIDANG
Setelah permohonan diajukan dan didaftarkan di kepaniteraan Mahkamah
Konstitusi, selanjutnya akan ditentukan hari persidangan yang pertama.
Penjadwalan sidang diatur dalam ketentuan Pasal 34 sampai dengan Pasal 35
Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi menetapkan hari
sidang pertama, setelah permohonan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara
Konstitusi (BRPK) dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari
kerja. Perkecualian dalam hal ini adalah untuk perkara Perselisihan Hasil Pemilu
ditentukan secara khusus, yaitu diajukan paling lambat 3 x 24 jam sejak KPU
mengumumkan hasil pemilu.
Pemeriksaan Persidangan
Mahkamah Konstitusi
Penetapan hari sidang pertama diberitahukan kepada para pihak dan di-
umumkan kepada masyarakat. Pengumuman kepada masyarakat dilaku-
kan dengan menempelkan salinan pemberitahuan tersebut di papan
pengumuman Mahkamah Konstitusi yang khusus digunakan untuk itu
Mahkamah Konstitusi menyampaikan permohonan yang sudah dicata
dalam BRPK kepada DPR dan Presiden untuk diketahui dalam jangka
waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan dicatat di BRPK
(Pasal 52)
Pemeriksaan Persidangan
Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi juga memberitahukan kepada Mahkamah
Agung adanya permohonan pengujian undang-undang dalam
jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan
dicatat dalam BRPK (Pasal 53), Mahkamah Agung wajib
menghentikan peng ujian peraturan perundang-undangan di bawah
undang-undang yang menjadi dasar pengujian tersebut sedang
dalam proses pengujian d Mahkamah Konstitusi."
Pemeriksaan Persidangan
Mahkamah Konstitusi
Untuk kepentingan pemeriksaan di persidangan, hakim konstitusi
wajib memanggil kepada para pihak yang berperkara untuk
memberi keterang- an yang dibutuhkan dan/atau meminta
keterangan secara tertulis kepada lembaga negara yang terkait
dengan permohonan. Surat panggilan harus sudah diterima oleh
yang dipanggil dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum hari persidangan. Para pihak yang merupakan lem- baga
negara dapat diwakili oleh pejabat yang ditunjuk atau kuasanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pemeriksaan Persidangan
Mahkamah Konstitusi
Dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 04/PMK/2004 tentang Pedoman
Beracara dalam Perselisihan Hasil Pemilihan Umum, register perkara dan
penjadwalan sidang diatur khusus dalam ketentuan Pasal 6, sebagai berikut:

1) Permohonan yang masuk diperiksa persyaratan dan ke- lengkapannya oleh


Panitera Mahkamah Konstitusi.
2) Permohonan yang sudah lengkap dan memenuhi persyaratan dicatat dalam
Buku Registrasi Perkara Konstitusi, sedangkan permohonan yang tidak
lengkap dan tidak memenuhi syarat diberitahukan kepada Pemohon untuk
diperbaiki dalam tenggat 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam.
Pemeriksaan Persidangan
Mahkamah Konstitusi
(3) Apabila kelengkapan permohonan sebagaimana dimaksud ayat
(2) tidak dipenuhi, maka Panitera menerbitkan akta yang
menyatakan bahwa permohonan tersebut tidak diregistrasi dalam
BRPK dan diberitahukan kepada Pemohon

(4) Panitera Mahkamah Konstitusi menyampaikan permohonan


yang sudah dicatat dalam BRPK kepada KPU dalam jangka waktu
paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan di catat dalam
BRPK disertai permintaan keterangan tertulis KPU yang dilengkapi
bukti-bukti hasil penghitungan suara yang diperselisihkan.
Pemeriksaan Persidangan
Mahkamah Konstitusi
(5) Keterangan tertulis sebagaimana dimaksud ayat (4) harus sudah
diterima di Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi selambat-
lambatnya sehari sebelum hari persidangan.

(6) Mahkamah Konstitusi menetapkan hari sidang pertama dalam


jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja untuk per- selisihan
hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja untuk perselisihan hasil Pemilu anggota DPR,
DPD, dan DPRD, setelah permohonan dicatat dalam BRPK.
Pemeriksaan Persidangan
Mahkamah Konstitusi
(7) Pemberitahuan penetapan hari sidang sebagaimana di- maksud
ayat (6), harus sudah diterima oleh Pemohon dan KPU dalam
jangka waktu 3 (tiga) hari sebelum hari per- sidangan.

(8) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud ayat (7) dapat dilaku-


kan melalui juru panggil, surat, telepon, dan faksimile.
B. PEMERIKSAAN
PERSIDANGAN
Pemeriksaan persidangan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Pasal
40 sampai dengan Pasal 44 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.
Meski- pun demikian, ada beberapa pasal lainnya yang berkaitan
dengan pe- meriksaan persidangan, seperti Pasal 28 ayat (2), Pasal
39, dan Pasal 54. Beberapa prinsip dalam pemeriksaan persidangan
Mahkamah Konstitusiadalah:
B. PEMERIKSAAN
PERSIDANGAN
1. Pembentukan Panel Hakim Sebelum Sidang PlenoSebelum
sidang pleno, Mahkamah Konstitusi dapat membentuk panel hakim
yang anggotanya terdiri atas sekurang-kurangnya 3 ( tiga) orang
hakim konstitusi untuk memeriksa berkas perkara yang hasilnya
dibahas dalam sidang pleno (rapat permusyawaratan hakim) untuk
diambil putusan, sebagai kelanjutan dari pemeriksaan berkas
(Pasal 20 ayat (4)
B. PEMERIKSAAN
PERSIDANGAN
2 . Setting PersidanganDalam persidangan Mahkamah Konstitusi,
posisi panitera ada di depan majelis hakim, tidak sejajar atau di
belakang majelis hakim sebagaimana dalam persidangan lainnya.
Hal ini dimaksudkan supaya panitera dapat lebih jelas mengetahui
tentang jalannya proses pemeriksaan perkara. Di samping itu,
merekam jalannya proses persidangan, tidak hanya dilakukan oleh
panitera, tetapi juga melalui audio record Dengan demikian, risalah
persidangan diharapkan dapat lebih lengkap karena didukung
dengan teknologi audio record
3. Persidangan Terbuka untuk UmumPasal 40 ayat (1) menyatakan bahwa:
Sidang Mahkamah Konstitusi terbuka untuk umum, kecuali asal
parmusyawaratan hakim
Dengan demikian, persidangan yang dilakukan Mahkamah Kon- stitusi dapat
diakses oleh publik, yaitu setiap orang boleh hadir. menyaksikan dan
mendengarkan jalannya persidangan. Meskipun persidangan terbuka untuk
umum, tetapi setiap orang yang hadir dalam persidangan wajib menaati tata
tertib persidangan yang diatur olen Mahkamah Konstitusi. Pelanggaran
terhadap ketentuan tersebut merupakan penghinaan terhadap Mahkamah
Konstitusi atau dikenal dengan istilah Contempt of Court. Kalau persidangan
terbuka untuk umum, tetapi sebaliknya dalam rapat per- musyawaratan hakim
konstitusi dilakukan secara tertutup.
4. Para Pihak Hadir dalam Sidang Guna Memberikan Keterangan
Untuk kepentingan pemeriksaan, hakim konstitusi wajib memanggil para pihak
yang berperkara untuk memberi keterangan yang di- butuhkan dan/atau
meminta keterangan secara tertulis kepada lembaga negara yang terkait dengan
permohonan Lembaga negara dapat diminta keterangan tertulis dengan
tanggang waktu maksimal 7 (tujuh) hari sejak diminta harus telah terpenuhi.
Dalam hal ini lembaga negara wajib menyampaikan penjelasannya dalam
jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permintaan hakim
konstitusi diterima (Pasal 41 ayat (2) dan ayat (3)).
5. Pemeriksaan Pendahuluan
Pemeriksaan pendahuluan diatur dalam ketentuan Pasal 39 Undang-
Undang Mahkamah Konstitusi. Pasal 39 menyebutkan sebagai
berikut:
(1) Sebelum mulai memeriksa pokok perkara, Mahkamah Konstitusi
mengadakan pemeriksaan kelengkapan dan kejelasan materi
permohonan.
(2) Dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Mahkamah Konstitusi wajib memberi nasihat kepada pemohon
untuk melengkapi dan/atau memperbaiki par- mohonan dalam
jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari.
Dalam pemeriksaan pendahuluan, meskipun pemohon diminta me-
lengkapi dan/atau memperbaiki permohonan dalam jangka waktu
paling lambat 14 (empat belas) hari, tetapi dalam ketentuan ini tidak
diatur sanksi terhadap pemohon apabila tidak memenuhinya. Namun,
dengan tidak dilengkapi dan atau diperbaikinya permohon an tersebut
besar kemungkinan permohonan tersebut dalam pu annya nanti akan
dinyatakan tidak diterima (niet onvankelijk verklaard)
6. Memeriksa Permohonan dan Alat Bukti
Dalam Pasal 41 ayat (1) disebutkan bahwa :
Dalam persidangan hakim konstitusi memeriksa
permohon beserta alat bukti yang diajukan
Pemeriksaan permohonan dimaksudkan supaya apa
yang di hendaki pemohon dalam permohonannya dapat
diketahui secara jelas, dalil-dalil atau dasar-dasar apa
yang dijadikan landasan dan permohonan tersebut dan
sebagainya. Pemeriksaan alat bukti maksudkan untuk
memberikan kepastian tentang kebenaran peristiwanya
karena pihak pemohon tidak cukup sekadar mengs
mukakan dalil-dalil atau peristiwanya saja, tetapi harus
disertai dan didukung dengan alat-alat bukti yang
sah menurut hukum.
7. Saksi dan/atau Ahli Wajib Memberi Keterangan
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 42 yang menyatakan bahwa:
Saksi dan ahli yang dipanggil wajib hadir untuk
memberikanketerangan.
Selanjutnya, dalam Pasal 38 ayat (2) dan ayat (3) disebutkan
bahwa
(2) Surat panggilan harus sudah diterima oleh yang dpanggil
dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) hansebelum hari
persidangan.
(3) Para pihak yang merupakan lembaga negara dapat d
wakili oleh pejabat yang ditunjuk atau kuasanya ber dasarkan
peraturan perundang-undangan,Jika saksi tidak hadir tanpa
alasan yang sah meskipun sudah d panggil secara patut
menurut hukum, Mahkamah Konstitusi dapat meminta
bantuan kepolisian untuk menghadirkan saksi
tersebut secara paksa.
8.Meminta Keterangan dan atau Risalah Rapat
Mahkamah Konstitusi dapat meminta keterangan dan atau risalah rapat yang berkenaan dengan permohonan
yang sedang diperiksa kepada MPR, DPR, DPD, dan atau Presiden (Pasal 54).
9. Pihak-pihak Dapat Diwakili atau Didampingi Kuasa dan Orang Lain
Dalam pemeriksaan persidangan, pemohon dan/atau termohon dapat didampingi atau diwakili oleh kuasanya
berdasarkan surat kuasa khusus untuk itu. Dalam hal pemohon dan/atau termohon didampingi oleh selain
kuasanya di dalam persidangan, pemohon dan/atau termohon harus membuat surat keterangan yang khusus
untuk itu. Surat keterangan tersebut ditunjukkan dan diserahkan kepada hakim konstitusi di
dalam persidangan.
C. TATA TERTIB PERSIDANGAN
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
tidak mengatur secara khusus tentang tata tertib persidangan di ling-
kungan Mahkamah Konstitusi. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga
agar penyelenggaraan persidangan berjalan dengan tertib, aman, lancar,
dan sekaligus menjaga kehormatan dan kewibawaan Mahkamah Kons-
titusi Republik Indonesia, Mahkamah Konstitusi memandang perlu
untuk diadakan peraturan tentang tata tertib persidangan sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi.
Sehubungan dengan u Mahkamah Konstitusi pada tanggal 24
September 2003 kemudian mengeluarkan Peraturan Mahkamah Kons
us Republik Indonesia Nomor 03/PMK/2003 tentang Tata Temb Per
sidangan pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang terdin
den 9 pasal Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 03/PMK/2003
dikelo kan bersama-sama dengan Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 01/ PMK/2003 dan Nomor 02/PMK/2003,
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 Peraturan Mahkamah Konstitusi Republ
Indonesia Nomor 03/PMK/2003, ada beberapa hal yang diberi
pengertian khusus termasuk pejabat-pejabat yang membantu
persidangan.

Yang dimaksud dengan persidangan adalah sidang-sidang yang dilaku


kan oleh Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan me
mutus permohonan yang diajukan kepada Mahkamah Konstitusi.
Sedang- kan sidang pleno Mahkamah Konstitusi adalah sidang untuk
memeriksa mengadili, dan memutus permohonan yang dihadiri oleh 9
(sembilan) orang hakim konstitusi, kecuali dalam keadaan yang luar
biasa dihadiri oleh sekurang-kurangnya 7 (tujuh) orang hakim
konstitusi, Ketua Sidang Pleno adalah Ketua atau Wakil Ketua
Mahkamah Konstitusi atau Ketua Sementara dalam hal Ketua dan
Wakil Ketua Mahkamah Konstitusi ber- halangan pada saat bersamaan.
Kemudian, yang dimaksud dengan panel hakim adalah rapat hakim
kon- stitusi yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
hakim untuk memarksa permohonan yang hasilnya dibahas dalam
Sidang Pleno Mah- kamah Konstitusi untuk diambil putusan.
Sedangkan Majelis Hakim Kon- stitusi adalah persidangan Hakim
Mahkamah Konstitusi.Pada asasnya, persidangan dilakukan dengan
tertib, aman, lancar, dan berwibawa. Asas ini tampaknya sangat ideal,
dalam rangka mewujudkan persidangan yang baik dan mendukung
kelancaran pemeriksaan perkara. Meskipun demikian, implementasinya
tentu harus didukung oleh semua pihak, termasuk pihak pencari
keadilan dan juga para pengunjung harus ikut menjaga terlaksananya
asas ini.
Sekretariat Jenderal menyediakan sarana dan prasarana serta keperluan
lainnya guna mendukung penyelenggaraan persidangan. Dalam melak-
sanakan tugasnya, Sekretariat Jenderal berkoordinasi dengan Panitera.
Panitera mempersiapkan dan menunjuk petugas yang membantu
Majelis Hakim Konstitusi dalam persidangan. Petugas yang dimaksud
adalah Panitera Pengganti, Juru Sumpah, Penerjemah, Juru Panggil, dan
atau petugas lain yang dianggap perlu untuk memperlancar
persidangan. Pelaksanaan tugas oleh para petugas dikoordinasi oleh
Panitera sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Tata Tertib Persidangan
Mahkamah Konstitusi,

Sedangkan bagi pengunjung sidang wajib bersikap tertib, tenang, dan


sopan. Beberapa larangan bagi pengunjung sidang termasuk berlaku
bagi Pemohon dan atau Kuasanya, Termohon dan atau Kuasanya, Saksi,
dan Ahli adalah:
1. Membawa senjata dan atau benda-benda lain yang dapat mem-
bahayakan atau mengganggu jalannya persidangan.

2. Melakukan perbuatan atau tingkah laku yang dapat mengganggu


persidangan dan atau merendahkan kehormatan serta kewibawa- an
Mahkamah Konstitusi.

3. Merusak dan atau mengganggu fungsi sarana, prasarana, atas


perlengkapan persidangan lainnya.

4. Merendahkan martabat atau kehormatan Hakim Konstitusi dan atau


Petugas Mahkamah Konstitusi.

5. Menghina Pemohon dan atau Kuasanya, Termohon dan


atauKuasanya, Saksi, dan Ahli.

Menurut ketentuan Pasal 8 peraturan ini, pelanggaran terhadap ketentu


an larangan di atas merupakan penghinaan terhadap
Mahkamah Konsititusi.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai