Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
ISI & SIFAT NORMA HUKUM
Diajukan untuk memenuhi tugas Ilmu Perundang-Undangan

oleh
Muhammad Fauzan
1203050099
Absen : 06
Kelas : Ilmu Hukum 4-C
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM DAN SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022
Jl. A.H Nasution No.105, Cibiru, Bandung 40614
(022) 7800525
info@uinsgd.ac.id
ISI & SIFAT NORMA HUKUM
Norma hukum bersifat mengatur, memaksa, dan mengikat. Mengatur berarti norma hukum
berisi aturan-aturan yang digunakan untuk mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Memaksa berarti norma hukum berisi tentang aturan mengenai perintah dan larangan
yang bersifat memaksa dan harus dipatuhi oleh setiap orang. Mengikat berarti bahwa aturan dalam
norma hukum mengikat dan berlaku bagi setiap orang. Oleh Karena itu, semua orang harus
menaati norma hukum.
Sifat norma hukum dalam peraturan perundang-undangan dapat berupa : (Gede Marhaendra, dkk.
2018, hlm. 78)
a. Perintah (gebod)
b. Larangan (verbod)
c. Pengizinan (toestemming)
d. Pembebasan (vrijstelling)
Secara umum, norma hukum memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Aturan tentang perilaku manusia dalam pergaulan masyarakat.
2. Aturan yang berisi perintah dan larangan
3. Aturan dibuat oleh badan atau lembaga yang berwenang.
4. Aturan yang bersifat mengatur, mengikat dan memaksa.
5. Sanksi bersifat tegas dan nyata.(Suryana, Yana, dkk, 2014, hlm. 11)
Dari segi isi norma hukum dapat dibagi menjadi tiga, pertama, norma hukum yang berisi
perintah yang mau tidak mau harus dijalankan atau ditaati. Kedua, norma hukum yang berisi
larangan, dan ketiga, norma hukum berisi perkenaan yang hanya mengikat sepanjang para pihak
yang bersangkutan tidak menentukan lain dalam perjanjian.(Ni’matul Huda dan Nazriyah 2011,
hlm. 15)
Norma Hukum mempunyai beberapa sifat yg membedakannya dengan norma lainnya yang
ada di masyarakat, antara lain : (Maria Farida Indrati Soeprapto 2007, hlm. 25)

1. Suatu norma hukum itu bersifat heteronom, dalam arti bahwa norma hukum itu datangnya dari
luar diri kita sendiri. Contoh dalam hal pembayaran pajak, dimana kewajiban itu datangnya bukan
dari diri kita sendiri tetapi dari negara sehingga kita harus memenuhi kewajiban tersebut, senang
atau tidak senang.
2. Suatu norma hukum itu dapat dilekati dengan sanksi pidana ataupun sanksi pemaksa secara
fisik. Contohnya bila seseorang melanggar norma hukum, misalnya menghilangkan nyawa orang
lain maka ia akan dituntut dan dipidana.

3. Dalam norma hukum sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat negara.

Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, norma hukum memiliki sifat antara lain :
a. Imperatif, yaitu perintah yang secara apriori harus ditaati baik berupa suruhan maupun
larangan;
b. Fakultatif, yaitu tidak secara apriori mengikat atau wajib dipatuhi.(Purnadi Purbacaraka
dan Soejono Soekanto 1982, hlm. 14)
Sifat imperatif dalam norma hukum biasa disebut dengan memaksan (dwingenrecht), sedangkan
yang bersifat fakultatif dibedakan antara norma hukum mengatur (regelendrecht) dan norma
hukum yang menambah (aanvullendrecht). Terkadang terdapat pula norma hukum yang bersifat
campuran atau yang sekaligus memaksa dan mengatur.(Jimmly Asshiddiqie 2011, hlm. 1)
Walaupun norma hukum dan norma-norma lainnya memiliki persamaan dalam hal sebagai
pedoman bertingkah laku, namun norma hukum memiliki ciri tersendiri yang berbeda dengan
norma-norma yang ada lainnya. Norma hukum itu sifatnya heteronom, yang mana hukum itu
datangnya dari luar diri seseorang yang merupakan paksaan dari luar, dan norma hukum itu dapat
diikuti dengan sanksi pidana maupun sanksi pemaksa secara fisik, berbeda dengan norma lainnya.
Dalam norma hukum sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat
negara yang berbeda dengan norma lainnya yang datangnya dari diri sendiri ataupun dari
masyarakat. Suatu norma/ aturan hukum (rechtsregel) memiliki isi yang jauh lebih konkret, yang
dapat diterapkan secara langsung.
Berbeda dengan asas hukum yang daya kerjanya secara tidak langsung (indirect werking),
yakni menjalankan pengaruh pada interpretasi terhadap aturan hukum. Norma/ aturan hukum tidak
hanya memiliki isi yang lebih konkret dan dapat diterapkan secara langsung, tetapi lebih dari itu
aturan hukum itu juga bersifat “semua atau tidak sama sekali“ (alles of niets karakter).
Berbeda dengan asas hukum yang tidak memiliki sifat “semua atau tidak sama sekali”.
Seringkali terhadap kejadian yang sama dapat diterapkan berbagai asas hukum, yang sesuai dengan
peranan pada interpretasi aturan-aturan yang dapat diterapakan. (Triyanto D, dkk, Hubungan
Antara Norma Hukum dengan Asas Hukum, hlm. 5)
Maria Farida mengemukakan ada beberapa kategori norma hukum dengan melihat bentuk
dan sifatnya, yaitu:(Maria Farida Indrati Soeprapto 2007, hlm. 26-31)
A. Norma hukum umum dan norma hukum individual. Norma hukum umum adalah suatu
norma hukum yang ditujukan untuk orang banyak (addressatnya) umum dan tidak tertentu.
Sedangkan norma hukum individual adalah norma hukum yang ditujukan pada seseorang,
beberapa orang atau banyak orang yang telah tertentu.
B. Norma hukum abstrak dan norma hukum konkret. Norma hukum abstrak adalah suatu
norma hukum yang melihat pada perbuatan seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti
tidak konkret. Sedangkan norma hukum konkret adalah suatu norma hukum yang melihat
perbuatan seseorang itu secara lebih nyata (konkret).
C. Norma hukum yang terus-menerus dan norma hukum yang sekaliselesai. Norma hukum
yang berlaku terus menerus (dauerhaftig) adalah norma hukum yang berlakunya tidak
dibatasi oleh waktu, jadi dapat berlaku kapan saja secara terus menerus, sampai peraturan
itu dicabut atau diganti dengan peraturan yang baru. Sedangkan norma hukum yang berlaku
sekali-selesai (einmalig) adalah norma hukum yang berlakunya hanya satu kali saja dan
setelah itu selesai, jadi sifatnya hanya menetapkan saja sehingga dengan adanya penetapan
itu norma hukum tersebut selesai.
D. Norma hukum tunggal dan norma hukum berpasangan. Norma hukum tunggal adalah
norma hukum yang berdiri sendiri dan tidak diikuti oleh suatu norma hukum lainnya jadi
isinya hanya merupakan suatu suruhan tentang bagaimana seseorang hendaknya bertindak
atau bertingkah laku. Sedangkan norma hukum berpasangan terbagi menjadi dua yaitu
norma hukum primer yang berisi aturan/patokan bagaimana cara seseorang harus
berperilaku di dalam masyarakat dan norma hukum sekunder yang berisi tata cara
penanggulangannya apabila norma hukum primer tidak dipenuhi atau tidak dipatuhi.
Dalam konteks putusan hakim, maka kaidah atau norma hukum memegang peranan sebagai
pedoman (leiding) dan instrumen pengujian (toetsingrecht) bagi aktivitas manusia atau seseorang
yang diatur dalam ruang lingkup peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sifat norma hukum
merupakan sisi “das sollen” sebuah putusan hakim. Tanpa memperhatikan norma hukum, maka
sesungguhnya putusan hakim tersebut bersifat sewenang-wenang.(Respationo dan Hamzah 2013,
hlm. 104)
DAFTAR PUSTAKA
Jimmly Asshiddiqie. 2011. Perihal Undang-Undang. Jakarta: Rajawali Pers.
Maria Farida Indrati Soeprapto. 2007. Ilmu Perundang-Undangan. Yogyakarta : Kanisius.
Ni’matul Huda dan Nazriyah. 2011. Teori & Pengujian Perundang Undangan . Bandung:
Penerbit Nusa Media.
Penyusun, Tim, Gede Marhaendra Wija Atmaja, MHum I Nengah Suantra, MH Made
Nurmawati, MH Ni Luh Gede Astariyani, MH Ni Made Ari Yuliartini Griadhi, MH
Nyoman Mas Aryani, and MH Edward Thomas Lamury Hadjon. 2018. HUKUM
PERUNDANG-UNDANGAN.
Purnadi Purbacaraka dan Soejono Soekanto. 1982. Perihal Kaidah Hukum. Bandung: Alumni.
Respationo, Hm Soerya, and Dan M Guntur Hamzah. 2013. “PUTUSAN HAKIM: MENUJU
RASIONALITAS HUKUM REFLEKSIF DALAM PENEGAKAN HUKUM.” Vol. 2. Mei-
Agustus.
Suryana, Yana, dkk. 2014. Ensiklopedia Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan: Norma,
Hukum, Dan Peraturan. Klaten: Penerbit Cempaka Putih.
Triyanto, Dedy, Ari Rahmad, Gusti Ngurah, Wairocana Ni, Gusti Ayu, and Dyah Satyawati. n.d.
“HUBUNGAN ANTARA NORMA HUKUM DENGAN ASAS HUKUM.”

Anda mungkin juga menyukai