Anda di halaman 1dari 17

KONSEP EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Evaluasi Program

1. Konsep Dasar Evaluasi


Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran dan penilaian.
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak
langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau pernyataan ( Djemari
Mardapi, 2008:67).
Pengukuran dapat didefinisikan sebagai process by which information about the attributes or
characteristics of thing are determinied and differentiated (Oriondo, 1998:2). Sedangkan
evaluasi merupakan suatu proses informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
menentukan harga dan jasa dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk
membantu pertanggungjwaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena.
Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambilan
keputusan. Menurut suharsimi arikunto dan cepi safruddin (2008:22) ada empat kemungkinan
kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu :
1. Menghentikan program
2. Merevisi program
3. Melanjutkan program
4. Menyebarkan program
Evaluasi ada yang bersifat makro dan ada yang bersifat mikro. Evaluasi yang bersifat makro
sasarannya adalah program pendidikan, yaitu program yang direncanakan untuk memperbaiki
bidang pendidikan. Evaluasi mikro sering digunakan di tingkat kelas. Jadi sasarannya adalah
program pembelajaran di kelas dan yang menjadi penanggungjawabnya adalah guru untuk
sekolah dan dosen untuk perguruan tinggi (Djemari Mardapi, 2000:2).

2. Program Pembelajaran
Menurut Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin (2008:3-4) ada dua pengertian untuk istilah
“program”.yaitu pengertian secara khusus dan umum. Sssecara umum program diartikan
sebagai rencana, sedangkan menurut makna khusus adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan
yang merupakan relisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam program
yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok
orang.
Di dalam buku yang lain Suharsimi ( 2008: 291) mendefinisikan program sebagai sesuatu
kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Sedang Farida Yunus Tayibnapis (2000:9)
mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba lakukan seseorang dengan harapan
akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Dalam buku ini program diartikan sebagai
serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan seksama dan pelaksanaannya berlangsung
dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang.
Evaluasi program menurut Joint Committe on Standars for Educational Evaluation (1981:12)
Program evaluation that asses educational activities which probide service on a continuing
basis and often involve curricular offerings. Program yang yang dibuat guru tidak selamanya
efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik,maka diperlukan evaluasi pembelajaran yang
dapat mengetahui kelemahan yang terjadi dan tidak terjadi lagi.

B. Kegunaan Evaluasi Program Pembelajaran


kegunaan utama evaluasi program pembelajaran yaitu :
1. Mengomunikasikan Program kepada Publik
2. Menyediakan informasi bagi pembuat keputusan
Penyediaan informasi bagi pembuatan keputusan dapat dikelompokan menjadi tiga macam,
menurut tujuanya, yaitu :
a. Menunjang pembuatan keputusan tentang perencanaan atau penyusunan program
pembelajan berikutnya.
b. Menunjang pembuatan keputusan tentang kelangsungan atau kelanjutan program
pembelajaran.
c. Menunjang pembuatan keputusan tentang modifikasi program.
3. Penyempurnaan program yang ada
4. Meningkatkan Partisipasi

C. Objek Evaluasi Program Pembelajaran


obyek atau sasaran evaluasi program pembelajaran dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) evaluasi masukan pembelajaran yang menekankan pada penilaian karakteristik peserta
didik, kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana pembelajaran.
2) Evaluasi proses pembelajaran menekankan pada penilaian pengelolaan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh pembelajar.
3) Penilaian hasil pemebelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa dengan
menggunakan tes maupun nontes. Lalu ada dua aspek yang mencakupnya yaitu, aspek
marjinal tentang implementasi pembelajaran dan aspek subtansial tentang hasil belajar siswa.
Dalam konsep manajemen mutu, menurut Sudarwan Danim (2007:12-13) mutu pendidikan
dilihat dari empat perspektif , yaitu masukan, proses, luaran atau prestasi belajar dan dampak
atau utilitas lulusan.
Berdasarkan beberapa asumsi dan pendapat diatas, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa
objek evaluasi program pembelajaran yang pokok harus mencakup dua hal :
1. Aspek manajerial, yaitu implementasi rancangan pembelajaran yang telah disusun oleh
guru dalam bentuk proses pembelajaran.
2. Aspek substansial yaitu hasil belajar siswa setelah mengikuti serangkaian proses
pembelajaran yang dirancang oleh guru.

D. Evaluasi Proses Pembelajaran


1. Sasaran
Sasaran evaluasi proses pembelajaran adalah pelaksanaan dan pengelolaan pembelajaran
untuk memperoleh pemahaman tentang kinerja guru selama dalam pembelajaran.
2. Tahapan Pelaksaan Evaluasi
Tahapan Pelaksaan Evaluasi proses pemebelajaran adalah penentuan tujuan, menentukan
desain evaluasi, pengembangan istrumen evaluasi, pengumpulan informasi/data, analisis dan
interprestasi dan tindak lanjut.
a) Menentukan Tujuan
Tujuan evaluasi proses pembelajaran dapat dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau
pertanyaan.
b) Menentukan Desain Evaluasi
Desain evaluasi proses pembelajaran mencakup rencana evaluasi proses dan pelaksanaan
evaluasi
c) Menyusun Istrumen Penilaian
Istrumen penilaian proses pembelajaran untuk memperoleh informasi deskriptif atau
informasi juggemental dapat terwujud.
d) Pemgumpulan Data
Pemgumpulan data atau Informasi dilaksanakan secara objektif dan terbuka agardiperoleh
informasi yang dipercaya dan bermanfaat bagi peningkatan mutu pembelajaran.
e) Analisis dan Interprestasi
Analisis dan interprestasi dilaksanakan segera setelah data atau informasi terkumpul
f) Tindak Lanjut
Tidak lanjut merupakan kegiatan menindak lanjuti hasil analisis dan interprestasi.

E. Evaluator Program Pembelajaran


Ada dua macam yaitu evaluator dari dalam dan evaluator dari luar, masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Evaluator dari dalam mempunyai kelebihan
memahami betul program yang akan dievaluasi dan tepat pada sasaran, sedangkan
kekurangannya jika pelaksanaannya terburu-buru akan mendapatkan hasil yang tidak
sempurna. Evaluator dari luar merupakan orang yang tidak terkait dari implementasi program
yang memiliki kelebihan, dapat bertindak secara efektif selama evaluasi dan mengambil
kesimpulan sedangkan kekurangannya, orang yang dari luar tersebut belum memahami
tentang program pembelajaran yang akan dievaluasi sehingga terjadi pemborosan waktu dan
biaya untuk membayar evaluator tersebut.

BAB II
PENILAIAN HASIL BELAJAR

A. Hasil Pembelajaran
Dalam pembelajaran ada dua aspek yaitu siswa dan guru, dari proses pembelajaran
dibedakan menjadi dua yakni output dan outcome. Output merupakan kecakapan yang
dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran atau hasil pembelajaran siswa. Output
dibedakan lagi menjadi hard skills dan soft skills. Hard skills merupakan kecakapan yang
relatif lebih mudah untuk pengukuran. Hard skills dibedakan menjadi dua yaitu kecakapan
akademik (academic skills) dan kecakapan vokasional (vocational skills). Kecakapan
akademik mencakup bidang ilmu yang dipelajari misalnya menghitung, menguraikan,
menganalisis, mendeskripsi, dan hal lainnya yang menyangkut ilmu bidang pengetahuan.
Sedangkan kecakapan vokasionalis sering disebut juga kecakapan kejujuran, yaitu tentang
bidang pekerjaan tertentu misalnya seni dan bidang tertentu lainnya. Soft skills merupakan
strategi yang diperlukan untuk meraih kesuksesan hidup dan kehidupan dalam masyarakat.
Soft skills dibedakan menjadi dua, yaitu kecakapan personal (personal skills) dan kecakapan
sosial (social skills). Kecakapan personal digunakan untuk memudahkan beradaptasi pada
siswa dan hal personal lainnya sedangkan kecakapan sosial untuk kehidupan bermasyarakat
terutama dalam persaingan yang ada.

B. Pengertian Penilaian
Penilaian (asessment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam kegiatan
pemebelajaran. Upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dapat ditempuh melalui
peningkatan kualitas sistem penilaiannya. Menurut Djemari Mardapi (2008:5) kualitas
pembelajaran dpat dilihat dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan
mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan motivasi prestasi
didik untuk belajar yang lebih baik.
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang secara tidak
langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau pertanyaan ( Djemari
Mardapi, 2008:67).
Menurut Chittenden (Djemari Mardapi, 2008:6) kegiatan penilaian dalam proses
pembelajaran perlu diarahkan pada empat hal :
a. Penelusuran, untuk menelusuri apakah proses pembelajaran telah berlangsung sesuai
yang direncanakan atau tidak.
b. Pengecekan, untuk mecari informasi apakah terdapat kekurangan pada peserta didik
selama proses pembelajaran.
c. Pencarian, untuk mencari dan menemukan penyebab kekurangan yang muncul selama
proses pembelajaran berlangsung.
d. Penyimpilan, untuk menyimpulkan tentang tingkat pencapaian belajar yang telah
dimiliki oleh peserta didik.

C. Fungsi Penilaian dalam Pendidikan


Ada beberapa fungsi penilaian dalam pendidikan, baik tes maupun nontes. Diantara fungsi
penilaian tersebut adalah:
1. Dasar mengadakan seleksi yakni untuk keputusan orang yang akan diterima atau tidak
dalam suatu proses, misalnya dalam penerimaan murid baru, dan kenaikan kelas siswa,
2. Dasar penempatanuntuk mengetahui di kelompok mana seorang siswa ditempatkan,
digunakan penilaian misalnya seorang siswa yang mempunyai nilai yang sama akan
dikelompokkan dengan kelompok yang sama dalam belajar,
3. Diagnostikuntuk guru mengetahui tentang kelebihan dan kekurangan serta kesulitan
yang dihadapi dalam pembelajaran, dengan itu akan mudah diketahui cara mengatasinya,
4. Umpan balik merupakan hasil suatu pengukuran skor tes tertentu yang dapat digunakan
sebagai umpan balik, agar guru berusaha untuk memberi semangat kepada siswa,
5. Menumbuhkan motivasi belajar dan mengajar, memberikan semangat kepada siswa
yang mempunyai hasil tes yang kurang baik serta memberikan motivasi pada saat
pembelajaran,
6. Perbaikan kurikulum dan program pendidikan, perbaikan ini baik untuk mengetahui
nilai siswa sehingga dapat memperbaiki segala kekurangan yang ada pada saat pembelajaran,
7. Pengembangan ilmu, ini tergantung dari hasil tes siswa dan pengembangan pendidikan
ilmu sangat penting sekali agar hasil tes siswa lebih baik.

D. Pentingnya Penilaian Hasil Belajar


Menurut Suharsimi (2008: 6-8) guru maupun pendidik lainnya perlu mengadakan penilaian
terhadap hasil belajar siswa karena dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan
penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting, baik bagi siswa, guru maupun
sekolah. Adapun makna penilaian bagi ketiganya sebagai berikut:
Makna bagi siswa ada dua kemungkinan yaitu memuaskan, jika memperoleh nilai yang baik,
dan tidak memuaskan karena memperoleh nilai yang tidak memuaskan. Makna bagi guru
berdasarkan hasil nilai yang diperoleh, guru mengetahui siswa mana yang sudah berhak
melanjutkan pelajarannya, karena sudah mencapai krerteria ketuntasan minimal (KKM)
sudah tersampaikan dengan baikkah materi pembelajaran, dan mengetahui strategi
pembelajaran yang digunakan sudah mencapai sasaran atau belum. Makna bagi sekolah,
dapat mengetahui bagaimana hasil belajar siswa, sekolah sudah memenuhi standar atau
belum, informasi yang diperoleh dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk menyusun
program pendidikan disekolah untuk masa yang akan datang.
E. Ciri-ciri Penilaian dalam Pendidikan
Menurut Suharsimi Arikunto (2008:11-18) ada lima ciri penilaian pendidikan, yaitu :
penilaian dilakukan secara tidak langsung menggunakan ukuran kuantitatif, menggunakan
unit-unit atau satuan-satuan yang tetap, bersifat relatif, dan dalam penilaian pendidikan sering
terjadi kesalahan.
1. Penilaian dilakukan secara tidak langsung
Sebagai contoh untuk mengukur sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS, kita dapat
mengukur dari indikator / gejala yang tampak (observable indicator).
2. Menggunakan ukuran kuantatif
Penilaian Pendidikan bersifat kuantitatif, artinya menggunakan simbol bilangan sebagai hasil
pertama pengukuran. Setelah itu di interprestasikan ke bentuk kualitatif.
3. Menggunakan unit atau satuan yang tetap
4. Bersifat relatif
Artinya hasil penilaian untuk objek yang sama dari waktu ke waktu dapat mengalami
perubahan karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhinya.
5. Dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan.
Adapun sumber kesalahan (error) tersebut dapat ditinjau dari berbagai faktor :
a. Alat Ukurnya
b. Orang yang melakukan Penilaian
c. Anak yang dinilai
d. Situasi pada saat penilain berlangsung

BAB III
INSTRUMEN TES

A. Pengertian Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan
informasi karakteristik suatu objek. Tes merupakan bagian tersempit dari penilaian. Menurut
Djemari ( 2008:67) tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau
pertanyaan. Tes juga dapat diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan
tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aaspek
tertentu dari orang yang dikenai tes.

B. Bentuk-bentuk Tes
Bentuk tes yang digunakan dilembaga pendidikan di lihat dari sistem penskorannya dapat
dikata gorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes subjektif. Tes objektif memberi
pengertian bahwa siapa saja yang memeriksa lembaran jawaban tes akan menghasilkan skor
yang sama. Skor tes ditentukan oleh jawaban yang diberikan oleh peserta tes. sedangkan tes
subjektif adalah tes yang penyekorannya dipengaruhi oleh yang memberi skor. Jawaban yang
sama dapat memiliki skor yang berbeda oleh pemberi skor yang berlainan. Diantara
subjektivitas yang dapat memengaruhi hasil penyekoran hasil tes di antaranya adalah :
a. Ketidak Konsistenan Penilai
b. Hallo Effect
c. Pengaruh Urutan Pemeriksaan
d. Pengaruh Bentuk Tulisan dan Bahasa.

C. Tes Objektif
Pengertian tes objektif dalam hal ini adalah nemtuk tes yang mengandung kemungkinan
jawab atau respon yang harus dipilih oelh peserta tes. Dengan demikian skor hasil tes dapat
dilakukan secara objektif.
a. Kelebihan Tes Objektif
1) Lebih representatif mewakili isi dan luas halaman
2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya
3) Pemeriksaanya dapat diserahkan pada orang lain
4) Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif
b. Kelemahan Tes Objektif
1) Membutuhkan persiapan yang lebih sulit
2) Butir-butir soal cenderung mengungkap ingatan kembali
3) Banyak kesempatan bagi siswa untuk spekulasi
4) Kerjasama antara siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka
c. Cara mengatasi kelemahan
1) Banyak berlatih menyusun soal tes secara terus menerus
2) Menggunakan tabel spesifikasi
3) Menggunakan norma penilaian yang memperhitungkan faktor tebakan
Secara Umum ada tiga tipe tes objektif, yaitu :
a. Benar salah ( true false)
b. Menjodohkan (matching)
c. Pilihan Ganda (multiple choice)

D. Tes Subjektif
Tes subjektif, pada umumnya berbentuk uraian (esai). Tes bentuk uraian adalah butir soal
yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus
dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes ( Asmawi Zaenul dan Noehi
Nasution. 2005:37).
Ciri-ciri pertanyaan didahului dengan kata-kata seperti: uraikan, jelaskan, bandingkan,
mengapa, bagaimana, simpulkan dan sebagainya ( suharsimi Arikunto. 2008:162).
Berdasarkan tingkat kebebasan peserta tes untuk menjawab soal tes uraian, secara umum tes
uraian dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu :
a. Tes Uraian Bebas ( Extended Response Test )
b. Tes Uraian Terbatas ( Restricted Response Test)

E. Pengembangan Tes
Ada sembilan langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan tes hasil belajar (Djemari
Mardapi. 2008: 88-97). Kesembilan langkah tersebut adalah:
1) Menyusun spesifikasi tes
Langkah awal dlam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes, yaitu yang berisi
uraian yang menunjukan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu tes. Penyusunan
spesifikasi tes mencakup kegiatan :
a. Menentukan Tujuan tes
b. Menyusun kisi-kisi tes
c. Memilih bentuk tes
d. Menentukan panjang tes
2) Menulis soal tes
Menentukan soal dilakukan setelah langkah pertama yaitu menyusun spesifikasi tes
dilakukan. Penulisan soal merupakan langkah menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan perincian pada kisi-kisi yang telah dibuat.
3) Menelaah soal tes
Hal ini perludilakuakn untuk memperbaiki soal jika ternyata dalam pembutannya masih
ditemukan kekurangan dan kesalahan telah dipersiapkan dengan baik.
4) Melakukan uji coba tes
Uji coba ini dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik yang tingkat kebaikan
soal yang telah disusun.
5) Menganalisis butir soal tes
6) Memperbaiki tes
7) Merakit tes
8) Melaksanakan tes
9) Menafsirkan hasil tes

F. Karakteristik Tes yang Baik


Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik apabila
memenuhi lima syarat yaitu:
1) Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan valid jika tes itu
tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang valid pula.
2) Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak terpengaruh oleh
apapun.
3) Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak ada unsur
subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
4) Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak mengecoh. Mudah
pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan petunjuk sehingga dapat diberikan
kepada orang lain.
5) Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan tidak
membuang waktu.

BAB IV
INSTRUMEN NON TES

Instrumen untuk memperoleh informasi hasil belajar non-tes terutama digunakan untuk
mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skills dan vocational skills, terutama yang
berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik dari pada apa
yang di ketahui atau dipahaminya.
Dengan demikian instrumen non-tes merupakan bagian dari alat ukur hasil belajar peserta
didik. Instrumen non tes yang umum digunakan dalam menilai hasil belajar antara lain,
participation charts, checking lists, rating scale, dan attitude scales. ( Asmawi Zaenul dan
Noehi Nasution. 2005:102).

A. Bagan Partisipasi (participation charts)


Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran adlah keikutsertaan peserta
didik secara suka rela dalam kegiatan pembelajaran.
Partisipasi peserta didik dalam suatu proses pembelajaran harus diukur karena memiliki
informasi yang sangat kaya tentang hasil belajar yang bersifat nonkognitif. Participation
charts dapat menjelaskan hasil belajar yang lebih bersifat afektif, yaitu keinginan untuk ikut
serta. Instrumen ini terutama berguna untuk mengamati kegiatan diskusi kelas. Participation
charts belum cukup untuk menarik kesimpulan yang memadai. Untuk itu haruslah dipakai
bersama-sama dengan instrumen lain.

B. Daftar Cek (checking lists)


Check list pada dasarnya mempunyai kemiripan bentuk dengan rating scale. Perbedaanya
adalah dalam esensi dan penggunaanya. Dalam rating scale esensinya adalah untuk
menentukan drajat atau peringkat dari suatu unsur komponen, trait, karakterisrik atau orang,
baik dalam bandinganya suatu kriteria tertentu maupun dibandingkan dengan anggota
kelompok yang lain.
Checking lists sangat bermanfaat untuk mengukur hasil belajar, baik yang berupa produk
maupun proses yang dapat diperinci ke dalam komponen-komponen yang lebih kecil,
terdefinisi secara operasional dan sangat spesifik. Checking lists terdiri dari dua komponen,
yaitu komponen yang akan diamati dan tanda yang menyatakan ada atau tidaknya komponen
tersebut selama observasi. Kelebihan checking lists adalah sangat fleksibel untuk mengecek
kemampuan untuk semua jenis dan tingkat hasil belajar serta semua mata pelajaran. Mutu
check list akan tergantung pada kelengkapan dan kejelasan komponen yang dinyatakan
dalam daftar untuk bidang dan jenis untuk menandai ada atau tidaknya komponen tersebut
dalam tingkah laku peserta didik yang diamati.

C. Skala Lajuan (rating scale)


Pengertian rating scale adalah instrumen pengukuran non-tes yang menggunakan suatu
prosedur terstuktur untuk memperoleh informasi tentang suatu yang diobservasi yang
menyatakan posisi tertentu dalam hubunganya dengan yang lain (Asmawi Zaenul dan Noehi
Nasution. 2005:112).
Rating scale terdiri dari dua bagian, yaitu pernyataan tentang kualitas keberadaan sesuatu dan
petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut. Ada empat tipe rating scale , yaitu numerical
rating scale, descriptive graphic rating scale, rangking method rating scale, dan paired
comparisons rating scale. Dari empat tipe tersebut, numerical rating scale dan descriptive
graphic rating scale paling banyak digunakan.

D. Skala Sikap
Untuk dapat memahami pengukuran sikap, pertama-tama harus dikusai pengertian sikap.
Johson & Johson (2002:168) mengartikan sikap sebagai: “ an attitude is a positive or
negative reaction to a person, object, or idea”.
Untuk menilai sikap seseorang terhadap objek tertentu dapat dilakukan dengan melihat
respons yang di teramati dalam mengjadapi objek yang bersangkutan. Respos seseorang
dalam menghadapi suatu objek menurut Eagly & Chaiken (1993:10) dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu, cognitive response, affective response dan behavioral response.

Ada beberapa bentuk skala sikap, antara lain:


a) Skala Likert
Prinsip pokok skala likert adalah menentukan lokasi kedudukan seseorang dalam suatu
kontinum sikap terhadap objek sikap, mulai dari sangat negatif sampai dengan sangat positif.
b) Skala Thurstone
Skala Thurstone merupakan skala mirip descriptive grapic rating scale karena merupakan
suatu istrumen yang responsnya dengan memberi tanda tertentu pada suatu kontinum baris.
c) Skala Guttman
Skala ini berupa sederetan pernyataan oponi tentang suatu objek secara terurutan. Respons
diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju).
d) Semantic Differential
Instrumen yang disusun oleh Osgood dan kawan-kawan ini mengukur konsep-konsep tida
dimensi. Skala ini tepat untuk mengukur minat atau pendapat siswa mengenai suatu kegiatan
atau topik dari suatu mata pelajaran.

E. Penilaian Berbasis Portofolio


Penilaian berbasis portofolio merupakan pendekatan baru yang akhir-akhir ini sering
diperkenalkan para ahli pendidikan untuk dilaksanakan di sekolah selain pendekatan
penilaian yang telah lama digunakan.
Portofolio biasanya karya pilihan dari seorang siswa. Penentuan karya terpilih seorang siswa
yang dianggap paling baik ditentukan bersama siswa dan guru. Portofolio seorang peserta
didik biasanya memuat:
1) Hasil ulangan atau tes
2) Tugas-tugas terstruktur
3) Catatan perilaku harian para siswa
4) Laporan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang pembelajaran

Penilaian berbasis portofolio memiliki beberapa kelebihan, yaitu:


a) Perubahan paradigma penilaian
b) Bertanggung jawab kepada siswa, orang tua dan masyarakat
c) Melibatkan orang tua
d) Peserta didik bisa menilai dirinya sendiri
e) Fleksibel

Sedangkan beberapa kekurangannya antara lain:


a) Perlu waktu relatif lama
b) Reliabilitas rendah
c) Guru berorientasi pada pencapaian hasil akhir
d) Belum ada kriteria penilaian baku
e) Memerlukan tempat penyimpanan yang memadai

Prinsip dasar penilaian berbasis portofolio


Prinsip-prinsip dasar penilaian dimaksud adalah penilaian proses dan hasil, penilaian berkala
dan berkelanjutan serta penilain yang adil. Prinsip-prinsip dasar penilaian ada tiga di
antaranya, adalah :
a) Prinsip Penilaian Proses dan Hasil
b) Prinsip Penilaian Berkala dan Berkelanjutan
c) Prinsip Penilaian yang Adil

BAB V
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Kegiatan menilai dapat diibaratkan kegiatan memotret. Dalam memotret memerlukan alat
potrenya. Data yang baik adalah data yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dan
data tersebut bersifat tetap, ajek atau dapat dipercaya. Dan data yang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya disebut data yang valid.

A. Validitas Instrumen
Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat mengukur apa yang
hendak diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ‘ketepatan” dengan alat ukur.
Dengan istrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula. Atau dapat juga
dikatakan bahwajika data yang dihasilkan dari sebuah istrumen, maka istrumen itu juga valid.
Validitas instrumen secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Validitas Internal
Validitas internal, disebut juga validitas logis. Instrumen yang memenuhi syarat valid
berdasarkan penalaran. Validitas intrernal dibedakan menjadi dua, yaitu :
a) validitas isi
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi jika dapat mengukur tujuan khusus tertentu yang
sejajar dengan materi / isi pelajaran. Berkaitan dengan sejauh mana tes mencakup
keseluruhan materi / bahan yang ingin diukur.
b) validitas konstruk.
Sedangkan sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruk bila butir-butir soal mengukur
sejauh mana instrumen mengukur konsep dari suatu teori.

2) Validitas eksternal
disebut juga validitas empiris validitas yang kreteria validitasnya didasarkan pada kriteria
yang ada pada istrumen itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut maka validitas eksternal
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a) Validitas Kesejajaran
Istrumen dikatakan validitas sejajaran apa bila hasilnya sesuai dengan kriteria yang sudah
ada.
b) Validitas Prediksi
Memprediksi artinya mempirkirakan / meramal mengenai hal yang akan terjadi pada masa
yang akan datang. Sebuah istrumen dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai
kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang mengenai
hal sama.

3) Cara Mengetahui Validitas Istrumen


Cara yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan mengorelasikan hasil
pengukuran dengan kriteria. Kriteria yang digunakan sebagai patokan untuk menilai validitas
sebuah istrumen pengukuran dapat berupa hasil tes yang sudah terstandar atau catatan
dilapangan tentang sesuatu yang diukur.

4) Validitas Butir Istrumen


Suatu butir istrumen dikatakan valid apabila memiliki sumbangan yang besar terhadap skor
total. Dengan kata lain mempunya validitas yang tinggi jika skor pada butir mempunya
kesejajaran pada skor total.

B. Rellabilitas Instrumen
Alat ukur yang hasil pengukuranya bersifat tetap dikatan alat ukur tersebut mempunya
reabilitas yang baik.
Instrumen dikatakan reliabel jika memberi hasil yang tetap apabila dites berkali-kali. Ada dua
jenis reliabilitas, yaitu :

1) Reliabilitas Eksternal
Untuk menguji reliabilitas eksternal dapat digunakan metode bentuk paralel dan metode tes
berulang.
a) Metode bentuk Paralel
Metode paralel dilakukan dengan cara menyusun dua istrumen yang hampir sama, kemudian
di uji cobakan pada kelompok responden yang sama kemudia hasil uji coba tersebut di
korelasikan dengan tehnik korelasi product moment.
b) Metode Tes Berulang
Metode ini dilakukan untuk menghindari penyusunan instrumen dua kali.

2) Reliabilitas Internal
Teliabilitas internal diperoleh dengan cara menganalisis data dari satu kali pengumpulan data.
Berdasarkan sistem pemberian nilai, ada dua metode analisis reliabilitas eksternal yaitu :
a) Instrumen Skor Diskrit
b) Instrumen Skor Nondiskrit

C. Analisis validitas dan reliabilitas Mengunakan Komputer


Analisis validitas dan reliabilitas juga dapat dilakukan dengan menggunakan komputer, yaitu
dengan program SPSS for Windows.

BAB VI
MODEL-MODEL EVALUASI PROGRAM

Ada banyak model evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli yang dapat dipakai dalam
mengevaluasi program pembelajaran, diantaranya:

A. Evaluasi Model Kirkpatrick


Mencakup empat level evaluasi, yaitu: (a) evaluasi reaksi, (b) evaluasi belajar, (c) evaluasi
perilaku, dan (d) evaluasi hasil. Memiliki kelebihan antara lain:
a) lebih komprehensif
b) objek tidak hanya hasil belajar
c) mudah diterapkan

memiliki beberapa kekurangan, di antaranya:


a) kurang memerhatikan input
b) mengukur impact sulit

B. Evaluasi Model CIPP (Context, Input, Process and Product)


Digolongkan menjadi empat dimensi:
a) Evaluasi konteks
Evaluasi konteks merupakan gambaran dan spesifikasi tentang lingkaran program, kebutuhan
yang belum dipenuhi, karakteristik populasi dan sampel dari individu yang dilayani dan
tujuan program
b) Evaluasi masukan
Membantu mengukur keputusan menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang
diambil, apa rencana dan strategi untuk mecapai tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk
mencapainya.
c) Evaluasi proses
Evaluasi proses digunakan untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau
rancangan implementasi selama tahap implementasinya, menyediakan informasi untuk
keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi.
d) Evaluasi produk
Evaluasi produk dari hasil evaluasi proses di harapkan dapat membantu pimpinan proyek atau
guru untuk membuatkan keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir maupun
modifikasi program.

C. Evaluasi Model Wheek dari Beebe


Terdiri dari beberapa tahap yang berkaitan, yaitu analisis tugas pelatihan, perancangan tujuan,
pengorganisasian isi, penentuan metode, pemilihan staf pelatihan, penyelesaian rencana
pelatihan, pelatihan, dan penilaian pelatihan.

D. Evaluasi Model Provus (Discrepancy Model)


Dapat dilakukan dengan membandingkan dengan apa yang seharusnya terjadi (standard)
dengan apa yang sebenarnya terjadi (performance) sehingga dapat diketahui ada tidaknya
kesenjangan (discrepancy) antara keduanya.

E. Evaluasi Model Stake (Countenance model)


Menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu description dan judgement dan
membedakan adanya tiga tahap dalam proses pendidikan, yaitu antecedent (context),
transaction (process), dan outcomes.

F. Evaluasi Model Brinkerhoff


Mengemukakan tiga golongan evaluasi yaitu:
a) Fixed vs emergent evaluation design
b) Formative vs sumative evaluation
c) Experimental design vs naural / unobtrusive
Selain beberapa model di atas, Nana Sudjana dan Ibrahim mengelompokkan model-model
evaluasi menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Measurement model
2. Congruence model
3. Educational system evaluation model
4. Illuminative model.
BAB VII
MODEL EVALUASI KUALITAS DAN OUTPUT PEMBELAJARAN (MODEL
EKOP)

A. Hakikat Evaluasi Model Ekop


Evaluasi Model EKOP merupakan hasil penelitian hibah bersaing yang sekaligus tugas akhir
studi penulis di program S3 penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana Universitas
Negeri Yogyakarta pada 2008. Model Ekop merupakan hasil penelitian dan pengembangan
yang dilakukan selama dua tahun. Model tersebut telah diujicobakan sebanyak tiga tahap
dengan subjek uji coba berjumlah 736, terdiri dari kepala sekolah 5 orang, wakil kepala
sekolah 5 orang, guru IPS 19 orang, siswa SMP 701 orang, mahasiswa S3 PEP 6 orang.
Model Ekop pada masa uji coba difokuskan pada program pembelajaran IPS di SMP, namun
demikian dalam implementasi berikutnya dapat dimodifikasi untuk semua mata pelajaran di
SLTP dan SLTA. Modifikasi dapat dilakukan pada : isi instrumen kualitas pembelajaran dan
output pembelajaran.
Model ini menggunakan metode pendekatan penilaian proses dan hasil. Penilaian proses
pembelajaran dalam hal ini disebut dengan penilaian kualitas pembelajaran, sedangkan
penilaian hasil pembelajaran dibatasi dengan penilaian output pembelajaran, sehinggga nama
model ini disebut dengan model Evaluasi Kualitas dan Output Pembelajaran ( Model
EKOP ). Model ini merupakan modifikasi dari Kirkpartrick evaluation model dan model
CIPP (Contex, Input, Process, Product) dari Stufflebeam.
Implementasi Kirkpartrick evalution modeldalam bidang program pembelajaran perlu
dimodifikasi, modifikasi difokuskan pada dua hal, yaitu :
1. Level evaluasi. Evaluasi efektivitas program training dilakukan pada seluruh level dari
empat level yang ada, sedangkan pada model Ekop hanya dua level yang digunakan, yaitu
reaction dan learning.
2. Cakupan evaluasi kualitas pembelajaran diperluas dibandingkan dengan level reaction.
Perluasan meliputi penambahan aspek yang dinilai, sehingga pada level kualitas
pembelajaran yang dinilai meliputi aspek : kinerja guru dalam kelas, fasilitas belajar, iklim
kelas, sikap siswa, dan motivasi belajar siswa.
B. Kerangka Pikir Model Ekop
Evaluasi model Ekop disusun berdasarkan kerangkan pikir bahwa untuk mengevaluasi
keberhasilan program pembelajaran, khususnya IPS di tingkat SMP tidak cukup hanya
menilai output belajar siswa semata, namun perlu menilai proses implementasi program
dalam kelas, yang dalam penelitian ini disebut dengan kualitas pembelajaran. Hal ini perlu
dilakukan karena bagaimanapun juga dalam setiap program kegiatan, output program selalu
dipengaruhi oleh proses kegiatan itu sendiri, begitu juga dalam program pembelajaran.
Penilaian terhadap output pembelajaran IPS tidak hanya aspek kecakapan akademik saja
tetapi juga menjangkau penilaian terhadap kecakapan personal dan kecakapan sosial siswa.
Hakikat proses pembelajaran adalah merupakan interaksi antara guru dengan siswa yang
terjadi dalam konteks ruang kelas tertentu dengan dukungan fasilitas pembelajaran tertentu.
Kinerja guru yang baik akan mempunyai pengaruh terhadap : iklim kelas, sikap dan motivasi
belajar siswa serta hasil belajar siswa. Iklim kelas yang baik akn mempunyai pengaruh
terhadap sikap dan motivasi belajar serta hasil belajar siswa. Sikap positif siswa mempunyai
pengaruh terhadap motivasi dan hasil belajar siswa, sedangkan motivasi mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan belajar IPS siswa.

C. Karakteristik Model Ekop


Model EKOP memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Model ini digunkan untuk mengevaluasi program pembelajaran.
2. Pengumuman model ini tidak tergantung pada setting maupun konteks kurikulum
formal yang berlaku, dengan kata lain dapat diterapkan pada pembelajaran berbasis
kompetensi, berbasis masyarakat maupun lainnya.
3. Penggunaan model ini tidak tergantung pada pendekatan pengajaran tertentu yang
dilaksanakan oleh guru.
4. Model ini mengevaluasi program pembelajaran secara lebih komprehensif
(mengevaluasi proses sekaligus output pembelajaran).
5. Model ini dapat digunakan sebagai evaluasi diagnostik (diagnostic evaluation) untuk
menemukan dan memetakan berbagai aspek dalam pembelajaran IPS (proses maupun output)
yang perlu diperbaiki.
6. Model ini dapat dimodifikasi untuk kepentingan di tingkat SLTP dan SLTA.
7. Model ini bersifat terbuka untuk dikembangkan lebih lanjut.

D. Komponen-Komponen Model Ekop


Komponen dalam Model Ekop ada dua, yaitu kualitas pembelajaran dan output pembelajaran.
Aspek kualitas pembelajaran meliputi

E. Kelebihan dan Keterbatasan Model EKOP


Di bandingkan dengan model evaluasi program pelabelajan yang salama ini dipakai
disekolha, model EKOP memiliki Kelebihan sebagai berikut :
a) Lebih komprehensif
b) Relatif sederhana
c) Tidak begitu kompleks
d) Tidak terikat pada materi tertentu
e) Efektif
f) Sejalan dengan KTSP
Evaluasi model EKOP selain memiliki beberapa kelebihan juga memiliki beberapa
keterbatasan sebagai berikut :
a) Hanya melibatkan penilai intern
b) Instrumen pada aspek kecakapan personal masih terbatas
c) Instrumen pada aspek kecakapan sosial juga masih terbatas

BAB VIII
PERANGKAT EVALUASI MODEL EKOP

A. Instrumen kualitas pembelajaran


Instrument kualitas pembelajaran IPS dibedakan menjadi lima komponen, yaitu : kinerja guru
dalam kelas, fasilitas pembelajaran IPS, iklim kelas, sikap siswa dan motivasi belajar siswa.
Kinerja guru dibedakan menjadi 5 sub komponen, yaitu : penguasaan konsep/materi IPS,
pemahaman karakteristik siswa, penguasaan pengelolaan pembelajaran, penguasaan strategi
pembelajaran dan penguasaan penilaian hasil belajar. Fasilitas pembelajaran dibedakan
menjadi empat sub-komponen, yaitu : kondisi ruang pembelajaran, kelengkapan media
pembelajaran IPS, kondisi media pembelajaran IPS, dan kelengkapan buku maupun sumber
pelajaran IPS. Iklim kelas dapat dibedakan menjadi 4 sub-komponen, yaitu : kekompakan
siswa dalam kelas, keterlibatan siswa dalam pembelajaran IPS, kepuasan siswa mengikuti
pelajaran IPS. Sikap siswa terhadap pelajaran IPS dapat dibedakan menjadi tiga sub
komponen, yaitu : pemahaman manfaat pelajaran IPS (kognisi), rasa senang terhadap
pelajaran IPS (afeksi) dan kecendrungan bertindak (konasi) dalam pembelajaran IPS.
Motivasi belajar dapat dibedakan menjadi 5 sub komponen, yaitu : orientasi pada
keberhasilan, antisipasi kegagalan, onovasi, dan tanggung jawab.
Instrumen penilaian kualitas pembelajaran IPS berdasarkan respondennya dibedakan menjadi
dua, yaitu instrumen dengan responden siswa dan guru IPS. Instrumen dengan responden
siswa mencakup penilaian terhadap kelima komponen kualitas pembelajaran, yaitu : kinerja
guru dalam kelas, fasilitas pembelajaran, iklim kelas, sikap dan motivasi belajar siswa.
Instrumen dengan responden guru IPS mencakup penilaian terhadap dua komponen kualitas
pembelajaran, yaitu kinerja guru dan fasilitas pembelajaran IPS.

BAB VIII
PERANGKAT EVALUASI MODEL EKOP

A. Istrumen Kualitas Pembelajaran


Instrumen kualitas pembelajaran IPS dibedakan menajdi lima komponen, yaitu : kinerja guru
dalam kelas, fasilitas pembelajaran IPS, iklim IPS, sikap siswa dan motivasi belajar siswa.

B. Instrumen Output Pembelajaran


Instrumen output pembelajaran IPS dibedakan menjadi tiga, yaitu kecakapan akademik,
kecakapan personal, dan kecakapan sosial. Penilaian kecakapan akademik menggunakan
hasil ujian akhir semester yang diselenggarakan bersama atas koordinasi dinas pendidikan
kabupaten / kota setempat.

C. Panduan Evaluasi Program Pembelajaran IPS


Untuk mempermudah mengunakan evaluasi program pembelajaran IPS di SMP dengan
mengunakan model EKOP berikut ini di sajikan panduan evaluasi program pembelajaran
model EKOP sebagai berikut :
1. Petunjuk Umum
a. Model digunakan untuk mengevaluasi program pembelajaran
b. Penggunaan model ini tidak tergantung pada konteks kurikulum formal yang berlaku
c. Penggunaan model ini tidak tergantung pada pendekatan maupunstrategi pengajaran
yang digunakan oleh guru
d. Model ini dapat digunakan untuk evaluasi formatif maupun sumatif
e. Pelaksanaan evaluasi dapat digunakan oleh guru maupun kepalan sekolah
f. Dapat digunakan mengevaluasi pengajaran yang berbentuk team
2. Langkah-langkah evaluasi
a. Guru menyusun rencana program pembelajaran secara lenagkap yang akan
dilaksanakan dikelas.
b. Melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan rancangan
c. Mempersiapkan istrumen untuk mengukur kualitas pembelajaran
d. Membagikan istruemn kualitas pembelajaran pada semua siswa
e. Membagikan istrumen penilaian kinerja guru
f. Mengadakan penilaian terhadap Output
g. Evaluasi terhadap program yang telah dirancang dan dialaksanakan
h. Merumuskan rekomendasi
3. Rekomendasi hasil evaluasi
Bertujuan untuk memperbaiki program pembelajaran yang akan datang. Dan rekomendasi
ditujukan kepada :
1. Rekomendasi untuk guru
2. Rekomendasi untuk sekolah
4. Waktu pelaksanaan evaluasi
5. Skoring instrumen
BAB IX
CONTOH IMPLEMENTASI MODEL EKOP

Pada bab ini, pembaca akan disuguhkan sebuah contoh kasus implementasi model
EKOP untuk dapat menghitung rerata skor kualitas pembelajaran, menghitung rerata skor
output pembelajaran, menghitung rerata skor kualitas dan output pembelajaran, dan dibagian
akhir pembaca diharapkan mampu menyusun laporan evaluasi model EKOP.

KESIMPULAN

Buku adalah sebuah alat untuk menempuh suatu pengetahuan, dimana buku sangat berharga
bagi semua orang, terutama dilingkup perkuliahan yang selalu digunakan mahasiswa sebagai
referensi atau panduan belajar mereka dalam setiap ilmu. Maka dengan itu, sebagai seorang
mahasiswa diharuskan untuk membaca buku sebanyak-banyaknya untuk memperluas
wawasan berfikir dan sebagai wacana untuk menambah ilmu pengetahuan. Dalam
mempelajari suatu buku ada banyak cara, dan masing-masing dengan kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Ada yang mempelajari dengan membaca, menghafal atau
dengan meringkas buku. Akan tetapi menurut pendapat saya, meringkas adalah hal yang
maksimal dikarenakan dengan meringkas, kita juga sekaligus membaca. Maka dengan
diberikan tugas meringkas yang ditugaskan menambah ilmu pengetahuan saya dan
memberikan suatu pengalaman yang sangat berarti untuk masa depan.
Buku yang saya ringkas adalah buku yang berjudul “Evaluasi Program Pembelajaran” yang
ditulis oleh Prof. Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd dari penerbit pustaka pelajar. Alasan
saya memilih buku tersebut adalah menurut saya buku tersebut sangatlah komplit dan
berbagai referensi dari ahli bidang-bidangnya yang terkumpul dengan buku yang cukup tebal
meliputi suharsimi Arikunto dan lain-lainnya.
Buku tersebut membahas semua yang berkaitan dengan evaluasi pembelajaran, yang meliputi
: konsep dasar evaluasi, validitas, reliabilitas, validitas, instrumen evaluasi dan lain
sebagainya yang sangat berguna bagi saya pada khususnya dan umumnya pada mahasiswa.

Anda mungkin juga menyukai