Anda di halaman 1dari 32

1.

Fungsi, Tujuan, dan Kegunaan Evaluasi Pendidikan


1.1 Fungsi Evaluasi Pendidikan
Anas Sudijono (2003), memposisikan fungsi evaluasi pendidikan,
kepada duafungsi, yaitu; fungsi umum dan fungsi khusus, kedua fungsi
tersebut, antara lain:
a. Fungsi Umum
Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-
tidaknya memiliki tiga macam fungsi pokok, menurut Anas Sudijono
(2003: 8) yaitu:
1) Mengukur kemajuan;
2) Penunjang penyusunan rencana; dan
3) Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.
Selanjutnya Anas Sudijono (2003: 14), menyatakan, bahwa jika
dilihat dari fungsidiatas setidaknya ada dua macam kemungkinan hasil
yang diperoleh dari kegiatanevaluasi, yaitu:
1) Hasil evaluasi yang diperoleh dari kegiatan evaluasi itu ternyata
mengembirakan,sehingga dapat memberikan rasa lega bagi evaluator,
sebab tujuan yang telahditentukan dapat dicapai sesuai dengan yang
direncanakan.
2) Hasil evaluasi itu ternyata tidak mengembirakan atau bahkan
mengkhawatirkan, dengan alasan bahwa berdasar hasil evaluasi
ternyata dijumpai adanya penyimpangan, hambatan, atau kendala,
sehingga mengharuskan evaluator untuk bersikap waspada. Ia perlu
memikirkan dan melakukan pengkajian ulang terhadap rencana yang
telah disusun, atau mengubah dan memperbaiki cara pelaksanaannya.
3) Berdasar data hasil evaluasi itu selanjutnya dicari metode-metode lain
yang dipandang lebih tepat dan lebih sesuai dengan keadaan dan
keperluan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa fungsi evaluasi
itu memiliki fungsi menunjang penyusunan rencana.
b. Fungsi Khusus
Secara khusus, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan dapat dilihat
dari tiga segi:
1) Segi Psikologis
Apabila di lihat dari segi psikologis, kegiatan evaluasi dalam dunia
pendidikan di sekolah dapat disoroti dari dua sisi, yaitu sisi peserta didik
dan dari sisi pendidik. Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara
psikologis akan memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka
untuk mengenal kapasitas dan status dirinya masing-masing ditengah-
tengah kelompok atau kelasnya.
Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kapasitas atau
ketepatan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah
kiranya usaha yang telah dilakukannya selama ini yang telah membawa
hasil, sehingga secara psikologis ia memiliki pedoman guna menentukan
langkah-langkah apa saja perlu dilakukan selanjutnya.
2) Segi Didaktik
Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara didaktik (khususnya
evaluasi hasil belajar) akan dapat memberikan dorongan (motivasi)
kepada mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan, dan
mempertahankan prestasinya. Bagi pendidik, evaluasi pendidikan secara
didaktik itu setidak-tidaknya memiliki lima macam fungsi, yaitu:
- Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha (prestasi) yang telah
dicapai oleh peserta didiknya.
- Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi
masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
- Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian
menetapkan status peserta didik.
- Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar
bagi peserta didik yang memang memerlukannya.
- Memberikan petunjuk tentang sejauh manakah program pengajaran
yang telah ditetukan dapat dicapai.
3) Segi Administratif
Dilihat dari segi administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya
memiliki tiga macam fungsi:
- Memberikan laporan
- Memberikan bahan-bahan keterangan (data)
- Memberikan gambaran.
Sejalan dengan fungsi-fungsi evaluasi di atas, Daryanto (2010: 16),
menyatakan bahwa, jika ditinjau dari berbagai segi dalam sistem
pendidikan, maka fungsi evaluasi terdapat beberapa hal diantaranya:
 Evaluasi berfungsi Selektif
Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk
mengadakan seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai
berbagai tujuan, antara lain;
- Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.
- Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat
berikutnya .
- Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.
- Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah
dan sebagainya
 Evaluasi berfungsi Diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam evaluasi cukup memenuhi
persyaratan, makadengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui
kelemahan siswa. Di samping itu diketahui pula sebab-sebab
kelemahan itu.
 Evaluasi berfungsi sebagai Penempatan
Sistem baru yang kini banyak dipipulerkan di negeri barat,
adalah system belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan
cara mempelajari sebuah paket belajar, baikitu berbentuk modul
maupun paket belajar yang lain.
Sebagai alasan dari timbulnya system ini adalah adanya
pengakuan yang besarterhadap kemampuan individual. Akan tetapi
disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga,pendidikan, yang bersifat
individual kadang-kadang sukar sekali di laksanakan. Pendekatanyang
lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran
secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pastidi kelompok
mana seorang siswa harusditempatkan, digunakan suatu evaluasi.
Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasiyang sama, akan
berada dalam kelompok yang sama dalam belaja (Daryanto, 2010:
16).
 Evaluasi Berfungsi Sebagai Pengukuran Keberhasilan
Fungsi dari evaluasi ini menurut Suharsimi Arikunto (1995:
11), dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program
berhasil diterapkan. Keberhasilan programditentukan olehbeberapa
faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan
systemkurikulum. Adapun fungsi Evaluasi dalam proses
pengembangan system pendidikan, menurut Daryanto, (2010: 16),
dimaksudkan untuk;
- Perbaikan system.
- Pertanggungjawaban kepada pemerintah dan masyarakat.
- Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan.
1.2 Tujuan Evaluasi Pendidikan
a. Tujuan Umum Evaluasi Pendidikan
Secara umum evaluasi merupakan salah satu rangkaian kegiatan
dalammeningkatkan kualitas, kinerja atau produktivitas suatu suatu
lembaga dalam melaksanakan programnya.
1) Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang
terjadi dalamproses pembelajaran.
2) Melalui evaluasi akan diperoleh informasi tentang apa yang telah
dicapai dan manayang belum (Mardapi, 2004: 19).
3) Evaluasi memberikan informasi bagi kelas dan pendidik untuk
meningkatkan kualitasproses belajar mengajar.
4) Evaluasi sebagai komponen pengajaran adalah proses untuk
mengetahuikeberhasilan program pengajaran dan merupakan proses
penilaian yang bertujuanuntuk mengetahui kesukarankesukaran yang
melekat pada proses belajar (Murshel,1954: 373).
5) Evaluasi dalam pendidikan dilaksanakan untuk memperoleh informasi
tentang aspekyang berkaitan dengan pendidikan.
b. Tujuan Khusus Evaluasi Pendidikan
Secara khususus tujuan evaluasi pendidikan, menurut Gronlund
(1976: 8), antara lain:
1) Untuk memberikan klarifikasi tentang sifat hasil pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
2) Memberikan informasi tentang ketercapaian tujuan jangka pendek
yang telahdilaksanakan.
3) Memberikan masukan untuk kemajuan pembelajaran,
4) Memberikan informasi tentang kesulitan dalam pembelajaran dan
untuk memilihpengalaman pembelajaran di masa yang akan datang.
Pada prinsipnya tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk melihat
dan mengetahuiproses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Dalam
kapasitasnya proses pembelajaranmemiliki tiga hal penting yaitu, input,
transformasi dan output, untuk dievaluasi.
- Input adalah peserta didik yang telah dinilai kemampuannya dan siap
menjalani prosespembelajaran.
- Transformasi adalah segala unsur yang terkait dengan proses
pembelajaran yaitu ;guru, media dan bahan beljar, metode pengajaran,
sarana penunjang dan sistemadministrasi.
- Output adalah capaian yang dihasilkan dari proses pembelajaran.
Daryanto, (2010: 16), mengkhususkan, bahwa tujuan utama
melakukanevaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan
instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakantindak lanjutnya.
Tindak lanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa:
- Penempatan pada tempat yang tepat
- Pemberian umpan balik
- Diagnosis kesulitan belajar siswa
- Penentuan kelulusan

1.3 Kegunaan Hasil Evaluasi Pendidikan


Informasi evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan, diantaranya:
a. Membantu memutuskan kesesuaian dan keberlangsungan dari tujuan
pembelajaran, kegunaan materi pembelajaran.
b. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari strategi pengajaran
(metode dan teknik belajar-mengajar) yang digunakan (Trisnamansyah,
2013: 9-14)
2. Objek dan Subjek Evaluasi Pendidikan
2.1 Objek Evaluasi Pendidikan
Aspek-aspek yang diperlukan dalam evaluasi terhadap peserta didik
meliputi:
a. Aspek-aspek tentang berfikir, termasuk didalamnya: intelegensi,ingatan,
cara menginterupsi data, prinsif-prinsif pengerjaan pemikiranlogis.
b. Perasaan sosial; termasuk di dalamnya: cara bergaul, cara pemecahannilai-
nilai sosial, cara menghadapi dan cara berpartisipasi dalamkenyataan
sosial.
c. Keyakinan sosial dan kewarganegaraan menyangkut pandanganhidupnya
terhadap masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi.
d. Apresiasi seni dan budaya.
e. Minat, bakat dan hobby.
f. Perkembangan sosial dan personal.
Pendapat lain melihat ruang lingkup objek evaluasi itu dari segilain,
yaitu dari segi pencapaian tujuan belajar murid dari berbagai matapelajaran di
sekolah. Dari pandangan tersebut dirumuskan beberapa aspek kepribadian
yang perlu diperhatikan di dalam penilaian sebagai berikut:
1) Kesehatan dan perkembangan fisik.
2) Perkembangan emosional dan sosial.
3) Tingkah laku etis, standar personal, dan nilai-nilai sosial.
4) Kemampuan atau kecakapan untuk menjalankan kepemimpinan untuk
memilih pemimpin secara bijaksana untuk bekerja dalam kelompok dan
masyarakat.
5) Menjadi warga negara yang berguna di rumah, sekolah dan masyarakat
sekarang dan masa mendatang.
6) Perkembangan estetika, baik sebagai penikmat maupun pencipta dalam
seni sastra, drama, radio dan televisi, kerajinan tangan,home decoration,
dan sebagainya.
7) Kompotensi dalam komunikasi dengan orang-orang lain melalui
berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis.
8) Kecakapan dalam berhitung, mengukur, menaksir, dan berfikir kuantitatif
(Asrul, 2014: 16).

2.2 Subjek Evaluasi Pendidikan


Subjek evaluasi ialah para pelaku yang melaksanakan proses penilaian
dalam pendidikan yaitu lembaga pendidikan, guru/dosen, maupun siswa.
Masing-masing penilaian bersifat interaktif, artinya lembaga pendidikan
menilai kinerja para guru pengajar, guru menilai terhadap siswa dan
sebaliknya siswa menilai terhadap gurunya. Dalam sistem pendidikan
modern, ketiga komponen tersebut memberi pengaruh besar terhadap
kemajuan pendidikan. Di negara-negara Barat, seperti Amerika Serikat,
Kanada, Australia, Inggris, sistem penilaian yang melibatkan ketiga
komponen tersebut sudah membudaya dengan tujuan untuk mencapai
keseimbangan dalam penilaian pendidikan yang akurat, objektif, dan dapat
dipercaya. Dengan demikian, juga menciptakan iklim keterbukaan antar
komponen pelaku dalam proses pendidikan (Hidayat, 2019: 170).

3. Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan Disekolah


Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baiktujuan
kurikulermaupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari
Benyamin Bloom yang secara garis besarmembaginya menjadi tiga ranah, yakni
ranah kognitif, ranah afektifdan ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut menjadi
objek penilaianhasilbelajar. Di anatara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang
palingbanyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan
dengankemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Merujuk pada Taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan ,Taksonomi
ini pertama kali disusun oleh Benjamin S. Blom(1956) bahwa ruang lingkup
yang menjadi tujuan daripada pendidikan adalah ranah/ domain kognitif, afektif
dan psikomotor.
1) Cognitive Domain (Ranah Kognitif / Kemampuan Intelektual)
Terdapat 6 tingkatan yaitu :
a. Pengetahuan; Kemampuan mengingat/menghafal fakta, istilah, Prinsip,
teori, Proses dan pola Struktur.
b. Pemahaman; Kemampuan mengungkapkan kembali dengan bahasa
sendiri tetang teori, prinsip-prinsip, konsep,sistem, struktur sehingga
melahirkan ide dan gagasan
c. Penerapan; Kemampuan mengaplikan ide dan gagasan dari teori-teori,
prinsip-prinsip, rumus-rumus, abstrakkesituasi yang konkrit.
d. Analisis; Kemampuan menguraikan, mengidentifikasi,keseluruhan/suatu
systemyang berhubungan dari ide dangagasan yang telah diaplikasikan.
e. Sintesis; Kemampuan menyatukan komponen-komponensehingga dapat
ditarik kesimpulan (suatu hasil yang baru).
f. Evaluasi; Kemampuan untuk mengembangkan suatu ide,situasi, nilai-
nilai dan metode (sintesis) berdasarkanberdasarkan kriteria (PAP dan
PAN).
Kata kerja operasional untuk ranah kognitif yaitu:
- Pengetahuan (C1): Mengutip, Menyebutkan, Menjelaskan,
Menggambar, Membilang, Mengidentifikasi, Mendaftar,
Menunjukkan, Memberi label, Memberi indeks, Memasangkan,
Menamai, Menandai, Membaca, Menyadari, Menghafal, Meniru,
Mencatat, Mengulang, Mereproduksi, Meninjau, Memilih,
Menyatakan, Mempelajari, Mentabulasi, Memberi kode, Menelusuri,
Menulis.
- Pemahaman (C2): Memperkirakan, Menjelaskan, Mengkategorikan,
Mencirikan, Merinci, Mengasosiasikan, Membandingkan,
Menghitung, Mengkontraskan, Mengubah, Mempertahankan,
Menguraikan, Menjalin, Membedakan, Mendiskusikan, Menggali,
Mencontohkan, Menerangkan, Mengemukakan, Mempolakan,
Memperluas, Menyimpulkan, Meramalkan, Merangkum,
Menjabarkan.
- Penerapan (C3: Menugaskan, Mengurutkan, Menerapkan,
Menyesuaikan, Mengkalkulasi, Memodifikasi, Mengklasifikasi,
Menghitung, Membangun, Membiasakan, Mencegah, Menentukan,
Menggambarkan, Menggunakan, Menilai, Melatih, Menggali,
Mengemukakan, Mengadaptasi, Menyelidiki, Mengoperasikan,
Mempersoalkan, Mengkonsepkan, Melaksanakan, Meramalkan,
Memproduksi, Memproses, Mengaitkan, Menyusun, Mensimulasikan,
Memecahkan, Melakukan, Mentabulasi, Memproses, Meramalkan.
- Analisis (C4): Menganalisis, Mengaudit, Memecahkan, Menegaskan,
Mendeteksi, Mendiagnosis, Menyeleksi, Merinci, Menominasikan,
Mendiagramkan, Megkorelasikan, Merasionalkan, Menguji,
Mencerahkan, Menjelajah, Membagankan, Menyimpulkan,
Menemukan, Menelaah, Memaksimalkan, Memerintahkan, Mengedit,
Mengaitkan, Memilih, Mengukur, Melatih, Mentransfer.
- Sintesis (C5): Mengabstraksi, Mengatur, Menganimasi,
Mengumpulkan, Mengkategorikan, Mengkode, Mengombinasikan,
Menyusun, Mengarang, Membangun, Menanggulangi,
Menghubungkan, Menciptakan, Mengkreasikan, Mengoreksi,
Merancang, Merencanakan, Mendikte, Meningkatkan, Memperjelas,
Memfasilitasi, Membentuk, Merumuskan, Menggeneralisasi,
Menggabungkan, Memadukan, Membatas, Mereparasi, Menampilkan,
Menyiapkan Memproduksi, Merangkum, Merekonstruksi .
- Penerapan (C6): Membandingkan, Menyimpulkan, Menilai,
Mengarahkan, Mengkritik, Menimbang, Memutuskan, Memisahkan,
Memprediksi, Memperjelas, Menugaskan, Menafsirkan,
Mempertahankan, Memerinci, Mengukur, Merangkum, Membuktikan,
Memvalidasi, Mengetes, Mendukung, Memilih, Memproyeksikan.

2) Affektive Domain (Ranah Afektif/ Kemampuan Emosi dan Minat)


Terdapat 5 tingkatan yaitu :
a. Penerimaan; Kemampuan menerima dan memahami apa yang
disampaikan oleh pendidik.
b. Responsive; Kemampuan menanggapi atau melibatkan diri terhadap
materi yang diberikan dan siswa mampu berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
c. Penghargaan/penilaian; Kemampuan memberi nilai terhadap stimulus,
informasi respon / materi yang diberikan yang informasinya bermanfaat.
d. Pengorganisasian/ mengelola; Kemampuan mengorganisasikan stimulus,
materi, informasi ke dalam system yang dimiliki.
e. Karakterisasi; Kemampuan mengintregasikan nilai menjadi bagian yang
terpadu.
Kata kerja operasional untuk ranah afektif yaitu:
- Menerima : Memilih, Mempertanyakan, Mengikuti, Memberi,
Menganut, Mematuhi, Meminati.
- Menanggapi: Menjawab, Membantu, Mengajukan, Mengompromika,
Menyenangi, Menyambut, Mendukung, Menyetujui, Menampilkan,
Melaporkan, Memilih, Mengatakan, Memilah, Menolak.
- Menilai: Mengasumsikan, Meyakini, Melengkapi, Meyakinkan,
Memperjelas, Memprakarsai, Mengimani, Mengundang,
Menggabungkan, Mengusulkan, Menekankan, Menyumbang.
- Mengelola: Menganut, Mengubah, Menata, Mengklasifikasikan,
Mengombinasikan, Mempertahankan, Membangun, Membentuk
pendapat, Memadukan, Mengelola, Menegosiasi, Merembuk.
- Karakterisasi: Mengubah perilaku, Berakhlak mulia, Mempengaruhi,
Mendengarkan, Mengkualifikasi, Melayani, Menunjukkan,
Membuktikan, Memecahkan.

3) Psychomotor Domain (ranah psikomotor)


Keterampilan motorik halus dan motorik kasar dalam melakukan tindakan,
terdapat 4 tingkatan yaitu :
a. Menirukan: Kemampuan menirukan apa yang diajarkan oleh guru.
b. Memanipulasi: Kmampuan menambah tindakan-tindakan yang diajarkan
pendidik.
c. Artikulasi/ ketepatan waktu: Kemampuan mengkoordinasikan tindakan-
tindakan secara tepat dan teratur.
d. Naturalisasi: Kemampuan melakukan tindakan secara alami dengan tidak
menggunakan tenaga lebih .
Kata kerja operasional untuk ranah psikomotor yaitu:
- Menirukan: Mengaktifkan, Menyesuaikan, Menggabungkan,
Melamar, Mengatur, Mengumpulkan, Menimbang, Memperkecil,
Membangun, Mengubah, Membersihkan, Memposisikan,
Mengonstruksi.
- Memanipulasi: Mengoreksi, Mendemonstrasikan, Merancang,
Memilah, Melatih, Memperbaiki, Mengidentifikasikan, Mengisi,
Menempatkan, Membuat, Memanipulasi, Mereparasi, Mencampur.
- Pengalamiahan: Mengalihkan, Menggantikan, Memutar, Mengirim,
Memindahkan, Mendorong, Menarik, Memproduksi, Mencampur,
Mengoperasikan, Mengemas, Membungkus.
- Artikulasi: Mengalihkan, Mempertajam, Membentuk, Memadankan,
Menggunakan, Memulai, Menyetir, Menjeniskan, Menempel,
Menseketsa, Melonggarkan, Menimbang (Afandi, 2013: 37-41)
-
4. Ranah Kognitif, Afektif Dan sebagai Objek Evaluasi Hasil Belajar
4.1 Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana
sampai kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis, yang
berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level
yang rendah telah dikuasai (Sudijono, 1996:49-50).
Tingkatan pengetahuan ialah kemampuan mengingat kembali,
misalnya, pengetahuan mengenai istilah-istilah, pengetahuan mengenai
klasifikasi dan sejenisnya. Jadi, tingkatan pengetahuan mencakup ingatan
akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Singkatnya
dapat dikatakan bahwa pengetahuan yang disimpan dalam ingatan itu, dapat
digali kembali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan (recall) atau
mengingatkan kembali (recognition). Kata-kata operasional yang biasa
digunakan ialah: mengenal, mendiskripsikan, menamakan, memasangkan,
membuat daftar, memilih dan yang sejenis.
contoh: Siswa dapat mendeskripsikan kandungan surat an-Nahl ayat 7.
Tingkatan pemahaman yaitu kemampuan menggunakan informasi
dalam situasi yang tepat, mencakup kemampuan untuk membandingkan,
menunjukkan persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi karakteristik,
menganalisis dan menyimpulkan. Kata-kata operasional yang biasa
digunakan ialah: mengklasifikasi, menjelaskan, mengikhtisarkan,
membedakan dan yang sejenis.
contoh: Siswa mampu menjelaskan kelebihan dan kelemahan metode
ceramah dalam proses pembelajaran.
Tingkatan penerapan mencakup kemampuan untuk menggunakan atau
menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi atau konteks
yang lain, yaitu mampu mengaplikasikan atas pengetahuan dan pemahaman
yang telah dimiliki sebagai hasil dari proses pembelajaran. Kata-kata
operasional yang biasa digunakan ialah: mendemonstrasikan, menghitung,
menyelesaikan, menyesuaikan, mengoperasikan, menghubungkan, menyusun
dan yang sejenis.
Contoh: Siswa dapat mengoperasikan software program excel 2000, untuk
menghitungi tendensi sentral atas data yang terdapat pada table III, tanpa
kesalahan.
Tingkatan analisis yaitu mengenal kembali unsur-unsur, hubungan
hubungan dan susunan informasi atau masalah, misalnya: menganalisis
hubungan-hubungan meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi,
memisahkan atau membedakan komponen atau elemen suatu fakta, konsep,
pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan dan memeriksa setiap komponen
tersebut untuk melihat ada tidaknya konstraksi. Kata-kata operasional yang
biasa digunakan ialah: menemukan perbedaan, memisahkan, membuat
diagram, membuat estimasi, menjabarkan ke dalam bagian-bagian, menyusun
urutan dan yang sejenis.
Contoh: Siswa dapat membuat perbedaan suatu hasil/istimbath terhadap
ayat.....dengan menggunakan tafsir tahlili dan tafsir maudhu‘i.
Tingkatan sintesis yaitu mengkombinasikan kembali bagian-bagian
dari pengalaman yang lalu dengan bahan yang baru menjadi suatu
keseluruhan yang baru dan terpadu, misalnya membuat suatu rencana atau
menyusun usulan kegiatan dengan suatu kesatuan atau pola baru. Bagian-
bagian dihubungkan satu sama lain sehingga tercipta suatu bentuk baru.
Adanya kemampuan ini dinya-takan dalam membuat rencana seperti
penyusunan satuan pelajaran atau proposal penelitian. Kata-kata operasional
yang biasa digunakan ialah: menggabungkan,menciptakan, merumuskan,
merancang, membuat komposisi, dan yang sejenis.
Contoh: Setelah membaca penjelasan Quraish Shihab dan penjelasan
Jusuf Syu’ib tentang Adam as sebagai manusia pertama, siswa dapat
merumuskan tentang posisi dan peranan manusia sebagai khalifah di
bumi.
Tingkatan evaluasi yaitu menggunakan kriteria untuk mengukur nilai
suatu gagasan, karya dan sebagainya, misalnya menimbangnimbang dan
memutuskan mencakup kemampuan untuk membuat penelitian dan
keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk, atau benda dengan
menggunakan kriteria tertentu. Kata-kata operasional yang biasa digunakan
ialah: menimbang, mengkritik, membandingkan, memberi alasan, menyim-
pulkan, memberi dukungan, dan yang sejenis.
Contoh: Setelah membaca karya al-Manfaluthi dan karya Hamka dalam
novelnya ‘Tenggelamnya Kapal Vanderwijk’, siswa dapat mengemukakan
sekurang-kurangnya 3 alasan bahwa novel Hamka itu bukan plagiat.
Berkenaan dengan pengukuran terhadap ranah kognitif ini banyak
dijumpai, dan hampir sebagian besar contoh-contoh yang dikemukakan
dalam buku ini adalah berkenaan dengan hal itu. Berbeda halnya dengan
ranah afektif seperti yang akan dibahas berikut ini, yang bentuk
pertanyaannya berbeda dengan ranah kognitif. Untuk mengukur kognitif
dapat dilakukan dengan tes, yaitu: tes lisan di kelas, pilihan berganda, uraian
obyektif, uraian non obyektif, jawaban singkat, menjodohkan, unjuk karya
dan portofolio (Mardapi, 2004:35-40).

4.2 Ranah Afetktif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan
persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude.
Attitude adalah suatu cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu
kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu perangsang atau situasi yang
dihadapi. Ellis mengatakan bahwa sikap melibatkan beberapa pengetahuan
tentang situasi, namun aspek yang paling esensial dalam sikap adalah adanya
perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan
dengan pengetahuan.
Dari pendapat Ellis tersebut, sikap melibatkan pengetahuan tentang
situasi termasuk situasi. Situasi di sini dapat digambarkan sebagai suatu
obyek yang pada akhirnya akan mempengaruhi emosi, kemudian
memungkinkan munculnya reaksi atau kecenderungan untuk berbuat. Dalam
beberapa hal sikap adalah penentuan yang paling penting dalam tingkah laku
manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif
senang dan tidak senang untuk melaksanakan atau menjauhinya. Perasaan
senang meliputi sejumlah perasaan yang lebih spesifik seperti rasa puas,
sayang, dll, perasaan tidak senang meliputi sejumlah rasa yang spesifik pula
yaitu rasa takut, gelisah, cemburu, marah, dendam, dll.
Sikap juga diartikan sebagai “suatu konstruk untuk memungkinkan
terlihatnya suatu aktivitas”. Pengertian sikap itu sendiri dapat dipandang dari
berbagai unsur yang terkait seperti sikap dengan kepribadian, motif, tingkat
keyakinan, dll. Namun dapat diambil pengertian yang memiliki persamaan
karakteristik, dengan demikian sikap adalah tingkah laku yang terkait dengan
kesediaan untuk merespon obyek sosial yang membawa dan menuju ke
tingkah laku yang nyata dari seseorang. Hal itu berarti tingkah laku dapat
diprediksi apabila telah diketahui sikapnya.
Tiap orang mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu objek.
Ini berarti bahwa sikap itu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada pada
diri masing-masing seperti perbedaan bakat, minat, pengalaman,
pengetahuan, intensitas perasaan dan juga situasi lingkungan. Demikian juga
sikap seseorang terhadap suatu yang sama mungkin saja tidak sama.
Krathwohl, Bloom dan Masria (1964) mengembangkan taksonomi ini
yang berorientasi kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini
menggambarkan proses seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu
nilai dan sikap tertentu yang menjadi pedoman baginya dalam bertingkah
laku.
Domain afektif, Krathwohl membaginya atas lima kategori/ tingkatan
yaitu; Pengenalan (receiving), pemberian respon (responding), penghargaan
terhadap nilai (valuing), pengorganisasian(organization)dan pengamalan
(characterization) (WS. Winkel: 150).
Pengenalan/penerimaan mencakup kemampuan untuk mengenal,
bersedia menerima dan memperhatikan berbagai stimulasi. Dalam hal ini
peserta didik bersikap pasif, sekedar mendengarkan atau memperhatikan saja.
Contoh kata kerja operasional pada tingkat ini adalah : mendengarkan,
menghadiri, melihat dan memperhatikan.
Pemberian respon mencakup kemampuan untuk berbuat sesuatu
sebagai reaksi terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebih dari
sekedar pengenalan. Dalam hal ini mahasiswa diharapkan untuk
menunjukkan prilaku yang diminta, misalnya berpartisipasi, patuh atau
memberikan tanggapan secara sukarela, misalnya berpartisipasi, patuh atau
memberikan tanggapan secara sukarela bila diminta. Contoh hasil belajar
dalam tingkat ini berpartisipasi dalam kebersihan kelas, berlatih membaca al-
Qur’an, dll. Kata kerja operasionalnya meliputi: mengikuti, mendiskusikan,
berlatih, berpartisipasi, dan mematuhi.
Penghargaan terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atau
anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berfikiir tertentu mempunyai
nilai. Dalam hal ini mahasiswa secara konsisten berprilaku sesuai dengan
suatu nilai meskipun tidak ada pihak lain yang meminta atau mengharuskan.
Nilai ini dapat saja dipelajari dari orang lain misalnya dosen, teman atau
keluarga. Dalam proses belajar mengajar, peserta didik tidak hanya menerima
nilai yang ajarkan tetapi telah tidak mampu untuk memilih baik atau buruk
jenjang ini mulai dari hanya sekedar penerimaan sampai ketingkat komitmen
yang lebih tinggi (menerima tanggung jawab untuk fungsi kelompok yang
lebih efektif. Kata kerja operasionalnya adalah : memilih, meyakinkan,
bertindak dan mengemukakan argumentasi.
Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai
tertentu dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai mana yang
mempunyai prioritas lebih tinggi daripada nilai yang lain. Dalam hal ini
mahasiswa menjadi commited terhadap suatu sistem nilai. Dia diharapkan
untuk mengorganisasikan berbagai nilai yang dipilihnya ke dalam suatu
sistem nilai dan menentukan hubungan diantara nilainilai tersebut. Kata kerja
operasional pada tingkat pengorganisasian adalah: memilih, memutuskan,
memformulasikan, membandingkan dan membuat sistematisasi.
Pengamalan(characterization) berhubungan dengan pengorganisasian
dan pengintegrasian nilai-nilai kedalam suatu sistem nilai pribadi. Hal ini
diperlihatkan melalui prilaku yang konsistem dengan sistem nilai tersebut. Ini
adalah merupakan tingkatan afektif tertinggi, karena sikap batin peserta
didikphilosophy of life yang mapan.
Contoh hasil belajar pada tingkat ini adalah: siswa memiliki kebulatan
sikap untuk menjadikan surat Al-Ashr sebagai pegangan hidup dalam disiplin
waktu baik di sekolah, di rumah maupun di tengah masyarakat. Kata kerja
operasional pada tingkat ini adalah: menunjukkan sikap, menolak,
mendemonstrasikan dan menghindari.
Afektif yang harus dikembangkan oleh guru dalam proses belajar
tentunya sangat tergantung kepada mata pelajaran dan jenjang kelas, namun
yang pasti setiap mata pelajaran memiliki indikator afektif dalam kurikulum
hasil belajar.
Pengukuran ranah afektif tidaklah semudah mengukur ranah Afektif
karena tidak dapat dilakukan setiap selesai menyajikan materi pelajaran.
Pengubahan sikap seseorang memerlukan waktu yang relatif lama, demikian
juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-nilai.
Pengukuran afektif berguna untuk mengetahui sikap dan minat siswa
ataupun untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi afektif pada setiap
tingkat (level). Pada mata pelajaran tertentu, misalnya seorang siswa
mendapatkan nilai tertinggi pada mata pelajaran tertentu belum tentu
menyenangi mata pelajaran tersebut.
Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap
(afektif) yaitu:
1) Skala likert: Skala likert digunakan untuk mengukur sikap seseorang
terhadap sesuatu,
2) Skala pilihan ganda: Skala ini bentuknya seperti soal bentuk pilihan
ganda yaitu suatu pernyataan yang diikuti oleh sejumlah alternatif
pendapat.
3) Skala thurstone: Skala ini mirip dengan skala likert karena merupakan
instrument yang jawabannya menunjukkan adanya tingkatan thurstone
menyarankan pernyataan yang diajukan+ 10 item.
4) Skala Guttman: Skala ini sama dengan skala yang disusun Bogardus
yaitu pernyataan yang durumuskan empat atau tiga pernyataan.
Pernyataan tersebut menunjukkan tingkatan yang berurutan, apabila
responden setujupersyaratan 2, diduga setuju pernyataan 1, selanjutnya
setuju pernyataan 3 diduga setuju pernyataan 1 dan 2 dan apabila setuju
pernyataan 4 diduga setuju pernyataan 1,2 dan 3.
5) Skala differential: Skala ini bertujuan untuk mengukur konsep-konsep
untuk tiga dimensi. Dimensi yang akan diukur dalam kategori;
baik – tidak baik, kuat – lemah, cepat – lambat atau aktif – pasif.
6) Pengukuran Minat: Untuk mengetahui/mengukur minat siswa terhadap
mata pelajaran terlebih dahulu ditentukan indikatornya misalnya :
kehadiran di kelas, keaktifan bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas,
kerapian. Catatan, mengerjakan latihan, mengulan pelajaran dan
mengunjungi perpustakaan dan lain-lain. Untuk mengukur minat ini lebih
tepat digunakan kuesioner skala likert dengan skala lima yaitu; sangat
sering, sering, netral,jarang dan tidak pernah.

4.3 Ranah Psikomotorik


Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah: (a) imitasi, (b)
manipulasi, (c) ketepatan, (d) artikulasi, dan (e) naturalisasi. Imitasi:
mengamati dan menjadikan perilaku orang lain sebagai pola. Apa yang
ditampilkan mungkin kualitas rendah. Contoh: menjiplak hasilkarya seni.
Manipulasi: mampu menunjukkan perilaku tertentu dengan mengikuti
instruksi dan praktek. Contoh: membuat hasil karya sendiri setelah mengikuti
pelajaran, ataupun membaca mengenai hal tersebut. Ketepatan:
meningkatkan metode supaya lebih tepat. Beberapa kekeliruan tampak jelas.
Contoh: bekerja dan melakukan sesuatu kembali, sehingga menjadi “cukup
baik.” Artikulasi: mengkoordinasikan serangkaian tindakan, mencapai
keselarasan dan internal konsistensi. Contoh: memproduksi film video yang
menampilkan musik, drama, warna, suara dsb. Naturalisasi: telah memiliki
tingkatperformance yang tinggi sehingga menjadi alami, dalam melakukan
tidak perlu berpikir banyak. Misalkan: Michael Jordan bermain basket,
Nancy Lopez memukul bola golf.
Harrow (1972) menyusun tujuan psikomotor secara hierarkhis dalam
lima tingkat sebagai berikut: (1) Meniru. Tujuan pembelajaran pada tingkat
ini diharapkan peserta didik dapat meniru suatu perilaku yang dilihatnya, (2)
Manipulasi. Tujuan pembelajaran pada tingkat ini menuntut peserta didik
untuk melakukan suatu perilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada
tingkat meniru. Tetapi diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal, (3)
Ketepatan Gerakan. Tujuan pembelajaran pada level ini peserta didik
mampu melakukan suatu perilaku tanpa menggunakan contoh visual maupun
petunjuk tertulis, dan melakukannya dengan lancar, tepat, seimbang dan
akurat, (4) Artikulasi. Tujuan pembelajaran pada level ini peserta didik
mampu menunjukkan serangkaian gerakan dengan akurat, urutan yang benar,
dan kecepatan yang tepat, dan (5)Naturalisasi. Tujuan pembelajaran pada
tingkat ini peserta didik mampu melakukan gerakan tertentu secara spontan
tanpa berpikir lagi cara melakukannya dan urutannya.
Meniru (immitation), pada pada tingkat ini mengharapkan peserta
didik untuk dapat meniru suatu prilakuyang dilihatnya. Manipulasi
(manipulation), pada tingkat inipeserta didikdiharapkan untuk melakukan
suatu prilaku tanpa bantuan visual, sebagaimana pada tingkat meniru. Peserta
didik diberi petunjuk berupa tulisan atau instruksi verbal, dan diharapkan
melakukan tindakan (perilaku) yang diminta. Contoh kata kerja yang
digunakan sama dengan untuk kemampuan meniru. Ketetapan gerakan
(precision), pada tingkat inipeserta didikdiharapkan melakukan suatu
perilaku tanpa menggunakan Contoh visual maupun petunjuk tertulis, dan
melakukannya dengan lancar, tepat dan akurat.Artikulasi (artikulation), pada
tingkat inipeserta didikdiharapkan untuk menunjukkan serangkaian gerakan
dengan akurat,urutan yang benar, dan kecepatan yang tepat. Naturalisasi
(naturalization) Pada tingkat inipeserta didik diharapkan melakukan gerakan
tertentu secara spontan atauotomatis. Peserta didik melakukan gerakan
tersebut tanpa berfikir lagi cara melakukannya dan urutannya.
Pengukuran ranah piskomotorik merupakan merupakan pengukuran
yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan
sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian
kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja. Cara
penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang
dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya.
Unjuk kerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, memainkan alat
musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan
laboratorium, dan mengoperasikan suatu alat. Pengukuran ranah
psikomotorik perlu memperhatikan hal-hal berikut:
a. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
b. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja
tersebut.
c. kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
d. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
e. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
diamati
Bentuk-bentuk teknik pengukuran pada ranah psikomotorik antara lain:
1) Daftar Cek
Pengukuran ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan
menggunakan daftar cek (ya - tidak). Pada pengukuran ranah
psikomotorik yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai
apabila criteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak dapat diamati. Dengan demikian
tidak terdapat nilai tengah.
2) Skala Rentang
Pengukuran ranah psikomotorik yang menggunakan skala rentang
memungkinkan penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu
karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai
lebih dari dua. Penilaian sebaiknya dilakukan oleh lebih dari satu penilai
agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat
(Asrul, 2014: 98-115).

5. Teknik-Teknik Evaluasi Hasil Belajar di Sekolah


a. Macam-Macam Teknik Tes
Macam-macam teknik tes merupakan penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan peserta didik pada aspek kognitif. Adapun macam-
macam teknik nontes antara laian; Tes Uraian (uraian bebas, uraian singkat
dan uraian terstruktur) dantes objektif, (pilihan ganda, jawaban singkat,
menjodohkan, benar salah) untuk tes objektif dengan soal benar salah sudah
jarang dijumpai dalam pelaksanaan tes. Adapun macam-macam tes sebagai
berikut:
1) Tes Uraian
Pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes
kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan
atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata
seperti: uraikan, jelaskan, mengapa, bagaiamana, bandingkan, simpulkan
dan sebagianya (Arikunto, S. 2010 : 162) Menurut Purwanto, N
(2010:33) bahwa Tes atau hasil belajar adalah tes yang dipergunakan
untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada
muridnya atau oleh dosen kepada mahasiswanya dalam jangka waktu
tertentu. Sedangkan menurut Sudijono (2011: 67) tes adalah cara yang
dapat dipergunakan atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk
pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-
pertanyaan yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus
dikerjakan oleh testee, sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil
pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah
laku atau prestasi testee. Dengan demikian tes uraian adalah lembar soal/
kerja yang berisi tentang pertanyaan yang harus dijawab dengan baik dan
benar sesuai dengan tujuan yang akan dicapai (materi pelajaran) dan tes
uraian terdiri dari uraian bebas, urain terbatas dan uraian terstruktur.
2) Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang
benar atau paling tepat. Dilihat dari setrukturnya, bentuk soal pilihan
ganda terdiri atas : Stem; Pertanyaan atau pernyataan yang berisi
permasalahan yang akan dinyatakan. Option; Sejumlah pilihan atau
alternatif jawaban. Kunci; Jawaban yang benar atau paling tepat.
Distractor atau pengecoh; Jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.
(Purwanto, N 2010 : 48 ). Soal bentuk pilihan-ganda dapat digunakan
untuk mengukur hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan
aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Soal
tes bentuk pilihan-ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan
pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan dapat dikemukakan dalam
bentuk pertanyaan dan dapat pula dalam bentuk pernyataan (statement)
yang belum sempurna yang sering disebut stem, sedangkan pilihan
jawaban itu mungkin berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat dan
serig disebut option. Pilihan jawaban terdiri atas jawaban yang benar atau
yang paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan kemungkinan
jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor atau decoyatau
fails), tetapi memungkinkan seseorang memilihnya apabila tidak
menguasai materi yang ditanyakan dalam soal. Mengenai jumlah
alternatif jawaban sebenarnya tidak ada aturan baku. Guru bisa membuat
3, 4, atau 5 alternatif jawaban. Semakin banyak semakin bagus. Hal ini
dimaksudkan untuk mengurangi faktor menebak (chance of guessing),
sehingga dapat meningkatkan validitas dan reliabilitas soal. Dengan
demikian Pilihan ganda adalah lembar soal yang berisi tentang pertanyaan
yang jawabannya telah disediakan untuk dipilih, dan hanya memilki satu
jawaban yang paling benar.
3) Isian Singkat
Jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam
bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol dan jawabanya hanya dapat
dinilai benar atau salah. Ada dua bentuk soal jawaban singkat yakni
bentuk pertanyaan langsung dan pertanyaan tidak langsung. (Purwanto,N.
2010: 44) Menurut Arikunto, S. (2010:175-176) Completion test biasa
kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes
melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagianbagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang
harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta
dari murid. Sedangkan menurut Majid, A (2008:197-198) Tes bentuk
jawaban/ isian singkat dibuat dengan menyediakan tempat kosong yang
disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal jawaban
singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Dengan
demikian isian singkat adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta
didik dengan melengkapi baik berupa bilangan, kalimat, simbol/ lambang,
kata, prase, nama, tempat, nama tokoh, dan lainlain secara singkat dan
tepat.
4) Menjodohkan
Menjodohkan : terdiri atas 2 kelompok pertanyaan. Kedua kelompok ini
berada dalam satu kesatuan. Bagian sebelah kiri merupakan beberapa
pertanyaaan yang harus dicari jawabanya yang ada pada kolom kanan.
Dalam bentuk yang paling sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah
jawabanya, tetapi sebaiknya jumlah jawaban lebih banyak dari soal,
karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab betul
dengan hanya menebak. (Sudjana, N. 2010:32). Soal tes bentuk
menjodohkan sebenarnyamasih merupakan bentuk pilihan-ganda.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan-ganda terdiri
atasstem dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu
option yang dianggap paling tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri
atas kumpulan soal dan kumpulan jawaban yang keduanya dikumpulkan
pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menujukkan
kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan
jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak daripada jumlah
persoalan. Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi informasi berdasarkan
hubungan yang sederhana dan kemampuan mengidentifikasi kemampuan
menghubungkan antara dua hal. Makin banyak hubungan antara premis
dengan respons dibuat, maka makin baik soal yang dibuat. Dengan
demikian tes menjodohkan artinya soal yang jawabannya telah disediakan
ditempat yang telah diatur oleh pembuat soal sesuai dengan materi dan
apa yang akan dikur.

b. Macam - Macam Teknik Penilaian Nontes


Macam-macam teknik nontes merupakan penilaian yang dilakukan
untuk mengetahui kemampuan peserta didik pada aspek afektif dan
psikomotor. Adapun macam-macam teknik nontes antara laian; Observasi,
Studi dokumentasi., Angket, Wawancara, Sosiomeri, Unjuk kerja, Portofolio,
Analisis hasil kerja:
1) Observasi (Pengamatan) Menurut Sudijono, A (2009: 79), Observasi
(Pengamatan) yaitu Cara menghimpun bahan-bahan keterangan atau data
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematais terhadap fenomena- fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan. Menurut Sudjana (2010 : 114) adalah pengamatan pada
tingkah laku pada situasi tertentu. Menurut Jihad dan Haris (2009 : 69)
adalah alat penilaian yang mengisinya dilakukan oleh guru atas dasar
pengamatan terhadap perilaku siswa, baik secara perorangan maupun
kelompok, di kelas maupun di luar kelas. Obeservasi suatu proses
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional
mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi sebenarnya maupun
dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertetu. Alat yang digunakan
dalam melakukan observasi disebut pedoman observasi. Observasi tidak
hanya digunakan dalam kegiatan evaluasi, tetapi juga dalam bidang
penelitian, terutama penelitian kualitatif. Arifin, Z. (2011:153). Dengan
demikian teknik observasi adalah pengamatan yang dilakukan terhadap
kegiatan untuk mendapatkan informasi tetang apa yang sedang diamati
sesuai dengan teori yang telah ada, misalnya pengamatan dalam kegiatan
proses belajar mengajar maka, observer melakukan pengamatan dan
penilaian menggunakan lembar observasi yang telah dibuat berdasarkan
teori.
2) Wawancara
Wawancara merupakan skala suatu bentuk alat evaluasi jenis non tes
yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung
maupun tidak langsung adalah wawancara yang dilakukan secara
langsung antara pewawancara (intervewer) atau guru dengan orang yang
diwawancarai (interviewee) atau peserta didik tanpa melalui perantara,
sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru
menanyakan sesuatu kepada peserta didik melalui perantara orang lain
atau media. Jadi, tidak menemui langsung kepada sumbernya. Arifin, Z
(2011:157). Menurut Sudijono, A (2009: 82), Wawancara adalah Cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
melakukan Tanya jawab lisan, secara sepihak, berhadap muka dan dengan
arah serta tujuan yang telah ditentukan. Wawancara merupakan alat
penilaian digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirsi, harapan,
prestasi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa.
Cara yang dilakukan ialah dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa
secara lisan. (Sudjana, N. 2010: 67). Dengan demikian wawancara adalah
kegiatan mendapatkan informasi dengan melakukan tanya jawab secara
langsung atau tidak langsung, secara langsung maka pewawancara
menemui langsung respondennya, sementara wawancara tidaklangsung
pewawancara mendapatkan informasi melalui perantara, dan wawancara
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dibuat
berdasarkan teori tetang apa yang akan ditannyakan, misalnnya tentang
motivasi maka pedoman wawancara dibuat berdasarkan indikator
daripada motivasi.
3) Angket (Kuosioner)
Angket adalah merupakan suatu daftar pertanyaanpertanyaan tertulis yang
harus dijawab oleh siswa yang menjadi sasaran dari angket tersebut.
(Slameto, 1988: 128) Sedangkan Angket adalah sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari dalam arti
laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui. (Arikunto, S.
1999: 140) Menurut Anas Sudijono (2009: 84), Angkat (Kuosioner) yaitu
pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar yang jauh lebih
praktis, menghemat waktu, dan tenaga. Hanya saja, jawaban-jawaban
yang diberikan terkadang kurang sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Tujuan diadakannya Angket yaitu untuk memperoleh data
mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam
menganalisis tingkah laku dan proses belajar yang bermakna. Angket
termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,
pendapat, dan pahamdalam hubungan klausal. Angket mempunyai
persamaan dengan wawancara kecuali dalam implementasinya. Angket
dilaksanakan secara tertulis, sedangkan wawancara dilaksanakan secara
lisan (Arifin, Z. 2012: 166). Menurut Jihad dan Haris (2009: 70) adalah
alat penilaian yang menyajikan tugas-tugas atau mengerjakan dengan cara
tertulis. Dengan demikian angket adalah seperangkat lembar kerja berisi
tentang pernyataan-pernyaan yang harus dijawab dengan jujur, didalam
angket lengkap dengan format petunjuk pengisian, responden,
pernyataan-pernyataan dikembangkan berdasarkan teori-teori tetang apa
yang akan diukur, angket merupakan alat pengumpulan data yang
tergolong praktis dari segi waktu dan tenaga.
4) Portofolio
Portopolio merupakan kumpulan dokumen berupa objek penilaian yang
dipakai oleh seseorang, kelompok, lembaga, organisasi, atau perusahaan
yang bertujuan untuk mendokumentasikan dan menilai perkembangan
suatu proses portopolio dapat digunakan guru untuk
melihatperkembangan peserta didik dari waktu berdasarkan kumpulan
hasil karya sebagi bukti dari suatu kegiatan pembelajaran. Arifin (2011:
195) Menutut Majid, A. (2011: 201), Portofolio adalah Kumpulan atau
berkas pilihan yang dapat memberikan informasi bagi penilaian.
Karakteristik perubahan portofolio akan merefleksikan perubahan pada
proses kemampuan intelektual siswa. Menurut Irham (2011: 2) adalah
sebuah bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang bagaimana cara yang
dilakukan oleh seorang investor untuk menurunkan resiko dalam
berinventasi secara seminimal mungkin, termasuk salah satunya dengan
menganeragamkanresiko tersebut. Merupakan penilaian berkelanjutan
yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu.
(Jihad A. dan Haris, A. 2008: 112). Dengan demikian portopolio adalah
alat pengumpulan data untuk mendapatkan informasi berupa dokumen-
dokumen yang telah ada dan telah dilaksanakan dengan memperhatikan
legal formalnya dokumen yang dibutuhkan.
5) Unjuk Kerja (Hasil Kerja)\
Menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008: 99) adalah merupakan
penilaian berkelanjutan yang dilandaskan pada kumpulan informasi yang
menunjukan perkembangan kemampuan peserta didik satu periode
tertentu. Menurut Majid, A. (2011: 200) bahwa unjuk kerja merupakan
penilaian dengan berbagai macam tugas dan situasi dimana peserta itu
diminta untuk mendemonstrasikan pemahaman dan penerapan
pengetahuan yang mendalam serta keterampilan di dalam berbagai
macam konteks.mengamati peserta didik dalam melakukan kegiatan
tertentu, menialai ketercapaian kompetensi tertentu pada peserta didik.
Misalnya, praktek dilaboratorium, praktek puisi, praktek main musik.
Dengan demikian ujuk kerja merupakan alat pengumpulan data dengan
menilai langsung apa yang dilakukan oleh peserta didik dalam
melaksanakan tugas praktiknya.
6) Studi Dokumentasi
Menurut Sukardi (2008: 89), Studi Dokumentasi adalah Teknik evaluasi
yang menekankan pada aspek data tertulis atau dokumen yang berkaitan
erat dengan informasi tentang siswa. Termasuk Riwayat hidup peserta
didik didalamnya. Menurut Sudijono (2009: 90) adalah cara menghimpun
keterangan (data) dengan melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan peserta didik dan pada saat tertentu sangat
diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan
evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik. Studi dokumentasi
merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi, wawancara dan
penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian kualitatif ini
akan semakin tinggi jika menggunakan studi dokumen ini dalam metode
penelitian kualitatif. Sugiono (2005: 53). Studi dokumentasi adalah alat
pengumpulan informasi baik melalui dokumen, foto, film, tentang apa
yang telah dimilki oleh peserta didik.
7) Sosiometri
Menurut Sudjana, N (2010: 98), Sosiometri yaitu Cara untuk mengetahui
kemampuan siswa, apakah dapat menyesuaikan dirinya, terutama
hubungan sosial siswa dengan teman sekelasnya. Menurut Darwis (1979:
310) adalah alat penilaian yang digunakan untuk menilai kualitas
penyesuaian diri seseorang. Menurut Arifin, Z (2011: 170) adalah sesuatu
prosedur untuk merangkum, menyusun dan sampai batas tertentu dapat
mengkualifikasi pendapat peserta didik tentang penerimaan teman
sebayanya serta hubungan diantara mereka. Sosiometri adalah alat untum
mendapatkan informasi tetang perkembangan peserta didik dalam
lingkungan sosialnya.
8) Biografi
Yaitu gambaran tentang keadaan siswa selama dalam kehidupannya
(Arikunto, S. : 26). Menurut Biografi atau riwayat hidup adalah gambaran
tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. (Arikunto,
S. 2010: 13). Menurut Arifin (2011: 164) Biografi dalah suatu daftar yang
berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati. Daftar cek dapat
memungkinkan guru sebagai penilaian mencatat tiap-tiap kejadian yang
betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting. Ada bermacam-macam
aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan dalam daftar cek, kemudian
tinggal memberikan tanda centang pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai
dengan hasil penilaiannya. Biografi adalah catatan atau gamabaranhidup
peserta didik yang bersisi tetang bidata pribadi, pengalaman-pengalaman
yang didapat dan juga tetang keberhasilan yang telah dimiliki.
9) Analisis Hasil Karya
Terdiri dari proyek dan produk. Proyek adalah kegiatan penilaian
terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam waktu tertentu, tugas
tersebut berupa suatu investigasi dari suatu perencanaan, pengumpulan
data,pengorganisasian,pengolahan dan penyediaan data. Produk adalah
penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Melipuli
hasil karya seni yang dihasilkan oleh peserta didik. Majid (2011: 209).
Analaiasi hasil karya adalah daftar identifikasi tetang suatu kemampuan
peserta didik delam menuangkan ide dan gagasannya berupa proyek dan
produk yang memilki nilai tinggi yang bermanfaat untuk dirinya sendiri
maupun orang lain (Afandi, 2013: 54-65).

Anda mungkin juga menyukai