Anda di halaman 1dari 19

MORALITAS

Julianto, S.Kep,Ns
Pengertian Moralitas
Pengertian Moralitas
 Secara etimologis,
Moralitas kata moralpada
biasanya merujuk berasal dari kata
standar pribadi
mosatau
dalamperorangan ,bentuk jamaknya
bahasa Latintentang mores,
benar-salah
yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat.
satu tingkah laku, karakter, atau sikap.
(Kozier, hal 97, 2004)
 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592),
moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau
susila.
Teori perkembangan moral
“Ini merupakan
œProses proses
belajar untuk yang rumit
mengetahui
perbedaan
yang dimulaiantara
pada salah
masa dan benar
kanak-kanak
dan berlanjut seumur hidup”
œPembelajaran mengenai apa yang
sebaiknya boleh atau tidak boleh
dilakukan.
TEORI PERKEMBANGAN MORAL
LAWRENCE KOHLBERG 1969

Pra Tahap 1: Orientasi Kepatuhan Dan Hukum


konvensionalTahap 2: Instrumental – Relativist Orientation

Tahap 3: Orientasi Persetujuan Interpersonal


Konvensional Tahap 4: Orientasi Hukum dan Tata tertib

Pasca Tahap 5: Orientasi Legalistik Kontrak Sosial


Konvensional Tahap 6: Orientasi Prinsip Etis Universal
TEORI PERKEMBANGAN MORAL
LAWRENCE KOHLBERG 1969

Bayi mengasosiasikan benar dan salah dengan


kesenangan dan rasa sakit.

Pra Konvensional
TODLER (1-3 Tahun)
Menurut kohlberg, tingkat pertama perkembangan
moral adalah prakonvensional, yakni ketika anak
berespons terhadap hukuman dan penghargaan.
TEORI PERKEMBANGAN MORAL
LAWRENCE KOHLBERG 1969

Pra Konvensional
ANAK SEKOLAH (6-12 Tahun)
Beberapa anak usia sekolah berada pada tahap 2
orientasi minat pribadi, anak-anak tersebut
melakukan berbagai hal untuk menguntungkan diri
mereka.

Anak-anak biasanya mencapai tingkat konvensional


antara usia 10 dan 13 tahun.
Minat
kelompok
Minat
pribadi
TEORI PERKEMBANGAN MORAL
LAWRENCE KOHLBERG 1969

REMAJA (12-18 Tahun)


Remaja muda biasanya berada pada tingkat
Remaja menguji
konvensional nilai-nilai, standar,
perkembangan moral.serta moral
yang mereka miliki.
Masih mau menerima golden rule (kaidah agung)
Mereka
dan mungkin
bertindak membuang
menurut nilai-nilai serta hukum
tata tertibsosial
mereka adopsi dari orang tua
yang berlaku.
dan menggantikannya dengan nilai-nilai
yang mereka anggap lebih sesuai.
Moral ialah tingkah laku yang telah
ditentukan oleh etika

Hubungan antara etika dan moral


Etika dipakai
untuk yang
umum/
konseptual/ Moral dipakai untuk
prinsipal. yang lebih khusus/
spesifik/ praktis.
ETIKA MORAL

Tidak Boleh
Bercerai

Prinsip Perkawinan Boleh


adalah: Kesetiaan Bercerai
Perbedaan Etika dan Moral
Etika: Bersifat Moral: Bersifat
kecakapan teoritis perintah langsung

Seperti Peta Wilayah Seperti Petunjuk


Perjalanan
Perbedaan Antara Etika Dan
Ajaran Moral Agama
Moral
Etika dalamkeberadaan
mendukung agama adalah tingkah
Agama, dimana etika
laku seseorang
sanggup yangdalam
membantu manusia muncul secara
menggunakan
akal pikiran untuk
otomatis memecahkankepatuhan
berdasarkan masalah. dan
kepasrahan pada pesan (ketentuan)
Perbedaan antara etika dan ajaran moral agama
yakni etikaTuhan YangdiriMaha
mendasarkan Esa.
pada argumentasi
rasional.
Sedangkan Agama menuntut seseorang untuk
mendasarkan diri pada wahtu Tuhan dan ajaran
agama.
Perbedaan Antara Etika Dan Ilmu Sosial

 metode yang dipakai berhadapan


dengan moralitas.
Ilmu-ilmu sosial, terutama antropologi budaya,
sosiologi dan psikologi, menganalisis moralitas
pelbagai kelompok dan masyarakat :
• Hubungan antara perubahan-perubahan dalam masyarakat
dan perubahan-perubahan pandangan moral

• Hubungan antara padangan moral dan kepentingan


golongan;

• Hubungan antara sikap moral seseorang dengan struktur


kejiwaannya, dengan kepercayaan penerimaan diri sendiri;

• Hubungan antara moralitas dan perangkat instinktual


manusia
Perbedaan Antara Etika Dan Ilmu Sosial
Ilmu sosial menghasilkan pengertian
mendalam tentang seluk-beluk masalah
moralitas.

Pendekatan ini disebut deskriptif (dari kata


describere: menggambarkan) karena
menggambarkan gejala moralitas dalam
masyarakat dari berbagai segi.
Perbedaan Antara Etika Dan Ilmu Sosial
Sedangkan etika mempertanyakan tepat-
tidaknya pelbagai ajaran moral secara kritis.

Pendekatan ini disebut normatif (dari kata


norma: ukuran) karena mempersoalkan
moralitas yang seharusnya.
‫َأ ْك َمـ ُل ْالمـُْؤ ِمنِيـْ َن اِيـْ َمانـًا اَ ْحسـَنُهـُ ْم ُخلُـقًا‬
“Orang mukmin yang paling sempurna
keimanannya adalah orang yang sem-purna budi
pekertinya.” (H.R. Tirmizi).[8]

Anda mungkin juga menyukai