HUMAN RELATION
DISUSUN OLEH:
PROSES PERSEPSI
1.
2.
Kita mengamati efek kita terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan apa
yang kita saksikan memperkuat keyakinan kita. Sebagai contoh, kita melihat
kecanggungan Lucas, dan itu memperkuat keyakinan kita bahwa Lucas memang
benar benar orang yang canggung.
Jika kita mengharapkan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu atau
meramalkan tentang suatu karakteristik atau situasi, ramalan yang kita ramalkan itu
sering kali akan menjadi kenyataan atau terpenuhi dengan sendirinya. Contoh lainnya,
misalnya, ada seseorang yang memasuki kelompok tertentu dan merasa bahwa
anggota kelompok tersebut tidak menyukainya. Hampir selalu ini terbukti hal ini
benar, mungkin karena ia bertindak demikian hingga merangsang para anggota
kelompok negatif. Sehingga membuat ramalan yang ia ramalkan menjadi kenyataan.
Hambatan potensial :
Mempengaruhi perilaku tau tindakan orang lain, sehingga ramalan yang kita
ramalkan menjadi kenyataan.
Hanya melihat apa yang diramalkan ketimbang apa yang sebenarnya. Contoh, kita
menganggap bahwa ujian kali ini kita akan mengalami kegagalan karena kita
mendengar soal yang akan diberikan sangat susah, maka hal itu terjadi ( padahal belu
tentu kita akan mendapat hasil yang buruk, asalkan kita belajar dengan benar )
3. Aksentuasi PerseptuaL.
Aksentuasi perseptual, membuat kita melihat apa yang kita harapkan dan apa yang
kita inginkan. Kita melihat orang yang kita sukai tampan dan lebih pandai ketimbang
orang yang tidak kita sukai. Argumen ini sangat jelas menunjukan bahwa kita lebih
menyukai orang yang tampan dan yang pandai dan karena itu kita jadi mencari orang
orang seperti itu, bukan karena orang tersebut tampan dan pandai.
Hambatan Potensial :
Mendistorsi persepsi kita tentang realitas, membuat kita melihat apa yang kita
butuhkan atau inginkan ketimbang apa yang ada, dan tidak melihat apa yang tidak
ingin kita lihat. Contoh : Kita mungkin tidak akan merasa gagal dalam mata kuliah
kimia karena kita memusatkan perhatian pada apa yang kita inginkan.
Mendistorsi informasi yang mengancam citra kita.
Memandang orang lain memiliki karateristik negative yang sebenarnya ada pada diri
kita psikoanalis mekanisme defensive menamai ini proyeksi.
Melihat karakteristik positif lebih daripada yang negatif ( efek Poliana ), dengan
demikian mendistorsi persepsi kita tentang orang lain.
Merasakan perilaku orang lain menunjukan bahwa orang lain menyukai kita karena
sebenarnya kita ingin disukai. Contoh : Sikap bersahabat dan ramah dari wiraniaga
kita terima sebagai tanda bahwa yang bersangkutan menyukai kita, padahal
sebenarnya itu hanya bagian dari strategi persuasi tertentu.
4. Primasi Resensi
Contoh : Anggaplah bahwa kita sedang mengambil mata kuliah yang setengahnya
sangat menyenangkan dan setengah yang lainnya membosankan. Dan pada akhir
semester kita diminta untuk mengevaluasi mata kuliah ini dan pengajarnya. Apakah
evaluasi kita akan lebih baik jika kegiatan kelas yang membosankanterjadi selama
tengah pertama semester dan kegiatan yang menyenangkan terjadi selama tengah
kedua semester ini? Ataukah evaluasi kita akan lebih baik jika urutannya terbalik?
Efek primasi adalah jika pengaruh pertama lebih kuat pengaruhnya. Efek resensi
adalah jika pengaruh terakhir ( paling baru ) lebih kuat pengaruhnya.
Efek Primasi Resensi ini adalah kesan pertama yang tercipta tampaknya paling
penting. Melalui kesan pertama ini, orang lain akan menyaring tambahan informasi
untuk merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka persepsikan.
Hambatan Potensial :
Merumuskan gambaran menyeluruh tentang seseorang berdasarkan kesan awal
yang belum tentu akurat kebenarannya. Contoh : Kita mungkin akan mengatakan
bahwa seseorang tidak pandai berkomunikasi. Jika kesan ini hanya dilihat dan
ditentukan pada saat kita berbicara dengan orang itu pada saat wawancara, hal itu bisa
saja keliru karena ada kemungkinan orang tersebut tegang sehingga pada saat
berbicara orang tersebut terbata bata.
Mendistorsi persepsi yang datang kemudian untuk merusak kesan pertama kita.
Contoh : Kita mungkin tidak melihat kecurangan yang dilakukan seseorang yang telah
menciptakan kesan pertama yang baik.
5.
Konsistensi
Konsistensi menggambarkan kebutuhan anda untuk memelihara keseimbangan di
antara sikap sikap anda. Anda memperkirakan bahwa hal hal tertentu selalu
muncul bersama sama dan hal hal lain tidak akan muncul bersama sama.
Misalnya tanggapilah hal hal di bawah ini :
Saya berharap orang yang saya sukai (menyukai/tidak menyukai) saya.
Saya berharap orang yang tidak saya sukai (menyukai/tidak menyukai) saya.
Saya berharap kawan saya (menyukai/tidak menyukai)teman saya yang lain.
Saya berharap teman saya (menyukai/tidak menyukai)musuh saya.
Menurut para ahli, jawaban jawaban yang akan kita jawab adalah jawaban yang kita
harapkan. Kita akan mengharapkan seseorang yang kita sukai memiliki karakteristik
yang kita sukai atau kita puja, dan kita berharap orang yang tidak kita sukai tidak
memiliki karakteristik yang kita sukai.
Hambatan Potensial :
Mendistorsi atau mengabaikan persepsi tentang perilaku yang tidak konsisten
dengan gambaran kita mengenai seseorang secara utuh. Contoh : Kita mungkin salah
mengartikan ketidakbahagiaan Jack karena kesan kita tentang Jack adalah bahwa Jack
adalah orang yang bahagia-terkendali-puas.
Mempersepsikan perilaku spesifik sebagai terpancar dari kuaitas positif orang yang
kita sukai dan dari kualitas negatif orang yang tidak kita sukai. Oleh karena itu kita
tidak mampu melihat perilaku positif maupun negatif.
Melihat perilaku tertentu sebagai positif jika perilaku lain ditafsirkan sebagai positif
( efek halo ) atau sebagai negatif jika perilaku yang lain ditafsirkan secara negatif
( efek halo terbalik )
6. Stereotiping.
Stereotipe adalah istilah dalam bidang percetakan yang mengacu pada suatu pelat
yang mencetak citra (gambar atau tulisan) yang sama berulang ulang. Stereotipe
sosiologis atau psikologis adalah citra yang melelat atas sekelompok orang. Kita
semua memiliki stereotipe atitudinal tentang kelompok bangsa, kelompok agama,
kelompok ras, atau barangkali tentang kaum penjahat,kaum tuna susila, guru, atau
tukang pipa. Jadi jika memiliki kesan melekat ini, kita seringkali, bila berjumpa
dengan salah seorang anggota kelompok tertentu. Sebagai permulaan ini mungkin
memberikan orientasi membantu. Hal ini akan menimbulkan masalah bila kita
menganggap bahwa seseorang pasti memiliki karakteristik yang melekat tanpa
mengenal oran tersebut terlebih dahulu. Misalnya sebagai contoh : Bila kita berjumpa
dengan seorang tuna susila, kita akan menganggap bahwa semua tuna susila memiliki
cirri cirri yang sama dengan kelompok tuna susila yang lain.
Hambatan Potensial :
Mempersepsi seseorang seakan akan memiliki kualitas kualitas tertentu (biasa
yang negative yang kita yakini merupakan ciri kelompok di mana ia menjadi
anggotanya< misalnya, semua orang Batak jika berbicara selalu dengan nada suara
yang tinggi> dan karenanya kita tidak dapat mengenali sifat multaspek dari semua
orang dan semua kelompok.
Mengabaikan ciri khas yang dimiliki seseorang dan, karenanya tidak mampu
menarik manfaat dan kontribusi khusus yang dapat diberikan setiap pihak dalam suatu
perjumpaan.