SHALAT
Dosen Pembimbing :
Anggota kelompok :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan presentasi Agama Islam 1 tentang
Shalat sebagaimana mestinya dan terlaksananya penyelesaian pembuatan makalah
Agama Islam 1 mengenai “(a) Hakekat shalat; (b) Mengapa Allah mewajibkan
shalat; (c) Tujuan dan fungsi shalat; (d) Akhlak dalam shalat; (e) Hikmah shalat;
(f) Makna spiritual shalat; (g) Ancaman bagi yang meninggalkan shalat”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
mengingat kurangnya pengetahuan serta pengalaman penulis, oleh karena itu
diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Mungkin hanya
sekian pengantar ini kami buat, besar harapan bahwa makalah ini dapat diterima.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.
PENULIS
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Hakekat Shalat 3
B. Mengapa Allah Mewajibkan Shalat 5
C. Tujuan dan Fungsi Shalat 7
D. Akhlak dalam Shalat 9
E. Hikmah Shalat 13
F. Makna Spiritual Shalat 18
G. Ancaman bagi yang Meninggalkan Shalat 21
BAB III PENUTUP 28
A. Kesimpulan 28
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya
dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti
Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin yang sudah
baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan
bagaimanapun. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam
didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang
siapa yang mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa
yang meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam sebanyak lima
kali, berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh
tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan susah
maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga
shalat sunah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakekat shalat?
2. Mengapa Allah mewajibkan shalat?
3. Apa tujuan dan fungsi shalat?
4. Bagaimana akhlak dalam shalat?
5. Apa hikmah dari shalat?
6. Apa makna spiritual yang terkandung dalam shalat?
7. Apa ancaman bagi yang meninggalkan shalat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakekat shalat.
2. Untuk mengetahui alasan Allah mewajibkan shalat.
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi shalat.
4. Untuk mengetahui akhlak dalam shalat.
5. Untuk mengetahui hikmah shalat.
6. Untuk mengetahui makna spiritual shalat.
7. Untuk mengetahui ancaman bagi yang meninggalkan shalat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakekat Shalat
Shalat berasal dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa, yakni
seruan seorang hamba kepada Tuhan, pencipta seluruh alam. Jadi shalat adalah
bentuk doa paling murni atau paling tinggi. Sebagaimana termaksud di firman
Allah SWT dalam QS. At-Taubah 103 yang artinya: “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”
Sedangkan shalat dalam arti rahmat bisa ditemukan dalam QS. Al-Ahzab:
43.
ور ۚ َو َكانَ بِ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َر ِحي ًما ُّ َصلِّي َعلَ ْي ُك ْم َو َماَل ئِ َكتُهُ لِي ُْخ ِر َج ُك ْم ِمن
ِ الظلُ َما
ِ ُّت إِلَى الن َ ُه َُو الَّ ِذي ي
“ Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang
beriman.” (QS. Al-Ahzab: 43)
Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam
bentuk perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas
dan khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut
syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan syara’. Dari pengertian ini
bisa diambil pemahaman bahwa seorang yang melakukan shalat dituntut agar
seluruh sikap dan perhatiannya ditunjukkan semata-mata hanya kepada Allah
SWT.
Didalam islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang sangat
istimewa, antara lain :
1. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT
yang perintahnya langsung diterima Rasulullah SAW pada malam Isra
mi’raj.
2. Shalat merupakan tiang agama.
3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat, “Tidak dapat
diragukan bahwa shalat merupakan perkara yang menggembirakan hati bagi
orang yang mencintainya dan merupakan kenikmatan ruh bagi orang yang
mengesakan Allah, serta parameter jalan menuju Allah. Shalat merupakan rahmat
Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya, Allah memberi petunjuk kepada
mereka untuk bisa melaksanakannya dan memperkenalkannya sebagai rahmat dan
kehormatan bagi mereka, karena dengan shalat memperoleh kemulian dan
keberuntungan karena dekat dengan-Nya. Dengan shalat, hati dan seluruh anggota
tubuh beribadah. Dalam shalat, Allah menjadikan bagian (anugerah) untuk hati
lebih sempurna dan lebih besar, yaitu berupa hati bisa menghadap kepada Rabb
nya, tidak berpaling kepada selain-Nya saat shalat, serta menyempurnakan hak-
hak peribadatan kepada-Nya, sehingga ibadahnya sesuai dengan apa yang Allah
ridhoi”.
Allah mewajibkan hambanya untuk melaksanakan shalat fardhu lima
waktu, yaitu : Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya yang masing-masing
shalat fardhu tersebut mempunyai hakekatnya tersendiri.
1. Shalat Subuh
Waktu Subuh adalah petunjuknya Rohulloh yang keluar dari ubun-ubun,
berwarna merah, bintangnya Qomar. Shalatnya 2 rakaat, hal itu merupakan
awal kumpulnya Ruh dan Jasad. Jadi inti dari shalat subuh 2 rakaat, adalah
yang mengisyaratkan kita akan adanya 2 unsur yang ada pada diri, yakni
adanya Ruh dan Jasad.
2. Shalat Dzuhur
Shalat Dzuhur terdiri dari 4 rakaat yang menjabarkan tentang pelengkap
kesempurnaannya wujud, yaitu : Kepala, Badan, Tangan, dan Kaki.
3. Shalat Ashar
Inti Shalat Ashar yaitu menjabarkan tentang adanya 4 Dimensi wujud,
yang ada pada kita yaitu : Depan, Belakang, Kiri dan Kanan.
4. Shalat Maghrib
Pada waktu Maghrib adalah petunjuk keluarnya nyawa pada tubuh. Inti
Shalat Maghrib yaitu menjabarkan tentang adanya 3 alat inti hidup, yang
ada pada kita yaitu : Akal, Budi, dan Nafsu. Adapun yang nyata adanya
adalah 1 lubang mulut, dan 2 lubang hidung.
5. Shalat Isya
Inti Shalat Isya yaitu menjabarkan tentang adanya 4 alat hidup sebagai
penggerak. Adapun yang nyata adanya adalah 2 Tangan, dan 2 Kaki.
“ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman”. (QS. An-Nisa: 103)
Perintah shalat oleh Rasulullah SAW, mulai ditanamkan kedalam hati dan jiwa
anak-anak sejak kecil, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits : Bersabda
Rasulullah SAW : Suruhlah anak anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah
berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya bila mereka telah
berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah diantara mereka pada tempat tidurnya.
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim yang mengatakan hadist ini shahih atas
syarat Muslim).
1. Takbiratul Ihram
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di
depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk
melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan.
Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke
seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang
sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua
tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini
menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh
bagian atas.
2. Ruku’
Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila
diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi
kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk
menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang sebagai
penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka
aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu
di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah.
Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan
prostate dapat dicegah.
3. I’tidal
Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan
setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan
sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi
organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ
pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara
bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.
4. Sujud
Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi
pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian
leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya
oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya
pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan
tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak.
Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus
bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi
kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia
menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari
pantatnya sendiri. Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin,
pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen.
Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan
darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan
darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud
yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan kecerdasan
seseorang. Sujud adalah latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada.
Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga
telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh
yang menjadi kebanggan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah
bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal)
dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung
dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri
pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu
berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran
kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas
deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah
impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’
menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks
kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan
kekuatan organ-organ gerak kita.
6. Salam
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan
orang-orang yang berdosa (orang kafir) ?” (Q.S. Al Qalam: 35)
Dari ayat di atas, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidak menjadikan orang
muslim seperti orang mujrim (orang yang berbuat dosa). Tidaklah pantas
menyamakan orang muslim dan orang mujrim dilihat dari hikmah shalat dan
hukum-Nya. Maka hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggalkan
shalat akan bersama dengan orang kafir dan munafik. Seandainya mereka adalah
muslim, tentu mereka akan diizinkan untuk sujud sebagaimana kaum muslimin
diizinkan untuk sujud.
Dalil Kedua
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali
golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang
(keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke
dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk
orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan
orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan
orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari
pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”.” (QS. Al Mudatsir: 38-47)
Jadi tidak boleh seseorang mengatakan bahwa tidaklah disiksa dalam saqar
kecuali orang yang memiliki seluruh sifat di atas. Akan tetapi yang tepat adalah
setiap sifat di atas patut termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa). Dan Allah
Ta’ala telah menjadikan orang-orang mujrim sebagai lawan dari orang beriman.
Oleh karena itu, orang yang meninggalkan shalat termasuk orang mujrim yang
berhak masuk ke neraka saqar. Allah Ta’ala berfirman,
)29( َإِ َّن الَّ ِذينَ أَجْ َر ُموا َكانُوا ِمنَ الَّ ِذينَ آَ َمنُوا يَضْ َح ُكون
َصاَل ةَ َوآَتُوا ال َّز َكاةَ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون
َّ َوأَقِي ُموا ال
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta’atlah kepada rasul, supaya
kamu diberi rahmat.” (QS. An Nur : 56)
Pada ayat di atas, Allah Ta’ala mengaitkan adanya rahmat bagi mereka dengan
mengerjakan perkara-perkara pada ayat tersebut. Seandainya orang yang
meninggalkan shalat tidak dikatakan kafir dan tidak kekal dalam neraka, tentu
mereka akan mendapatkan rahmat tanpa mengerjakan shalat. Namun, dalam ayat
ini Allah menjadikan mereka bisa mendapatkan rahmat jika mereka mengerjakan
shalat.
Dalil Keempat
َ فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم
َ ) الَّ ِذينَ هُ ْم ع َْن4( َصلِّين
)5( َصاَل تِ ِه ْم َساهُون
)7( َ) الَّ ِذينَ اَل ي ُْؤتُونَ ال َّز َكاةَ َوهُ ْم بِاآْل َ ِخ َر ِة هُ ْم َكافِرُون6( ََو َو ْي ٌل لِ ْل ُم ْش ِر ِكين
أ َ ْن لَ ْم‰‰تَ ْكبِرًا َك‰ رُّ ُم ْس‰ ُص ِ ا‰‰َ َم ُع آَي‰ ) يَ ْس7( اك أَثِ ٍيم
ِ ِه ثُ َّم ي‰ ت هَّللا ِ تُ ْتلَى َعلَ ْي ٍ َّ ِّل أَف‰ ٌل لِ ُك‰ َو ْي
ك لَهُ ْم َ ‰ِ ُز ًوا أُولَئ‰ُ َذهَا ه‰ ْيئًا اتَّ َخ‰ا َش‰‰َ) َوإِ َذا َعلِ َم ِم ْن آَيَاتِن8( ب أَلِ ٍيم ٍ يَ ْس َم ْعهَا فَبَ ِّشرْ هُ بِ َع َذا
ٌ َع َذابٌ ُم ِه
)9( ين
“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak
berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia
tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri
khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui
barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok.
Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Al Jatsiyah: 7-9)
“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka
itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah: 11)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengaitkan persaudaraan seiman dengan
mengerjakan shalat. Jika shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman.
Mereka bukanlah mu’min sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat berasal dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa.
Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam bentuk
perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan
khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut
syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan syara’. Allah SWT
memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang mu’min dan yang kafir,
selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah. Shalat
mempunyai tujuan dan fungsi, diantaranya sebagai dzikrullah (Mengingat Allah),
pencegah tindakan keji dan mungkar, dan sebagai penghapus dosa. Hikmah yang
didapat dari shalat diantaranya, meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dan
meningkatkan disiplin dan kebersihan diri yang mendorong diri kita menjadi lebih
baik lagi. Dan barang siapa yang melalaikan shalat, Allah SWT akan menyiksanya
dengan siksaan yang amat pedih, baik selama didunia maupun diakhirat kelak.
B. Saran
Sebagai seorang muslim sebaiknya kita melaksanakan shalat fardhu secara
tepat waktu dan tidak menunda-nunda untuk melaksanakannya. Shalat
dilaksanakan dengan penuh kekhusyuan dan dengan hati yang suci dan ikhlas.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Fauzan. 2010. Fungsi Shalat dan Manfaat Shalat. Fungsi Shalat dan Manfaat
Shalat_Hikmah Shalat.htm. (diunduh hari Rabu/ 20 september 2017.14.30)
Al-Munajid, Muhammad. 1998. Kiat Shalat Khusyu’. Jakarta: Gema Insan Press.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1983. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang.
Azra, Azyumardy. 2001. Shalat dalam perspektif Sufi. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Jamaluddin, Syakir. 2010. Kuliah Fikih Ibadah. Yogyakarta: Surya Sarana
Grafika.
Syarafuddin, dkk. 1995. Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Surakarta: LPPI
UMS.