Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

SHALAT

Dosen Pembimbing :

Dade Nurfalah, M.Pd

Anggota kelompok :

1. Raden Mohammad Luluk Herdiawan (20208300012)


2. Felix Luix Armado (20208300011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP KUSUMA NEGARA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat limpahan rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan presentasi Agama Islam 1 tentang
Shalat sebagaimana mestinya dan terlaksananya penyelesaian pembuatan makalah
Agama Islam 1 mengenai “(a) Hakekat shalat; (b) Mengapa Allah mewajibkan
shalat; (c) Tujuan dan fungsi shalat; (d) Akhlak dalam shalat; (e) Hikmah shalat;
(f) Makna spiritual shalat; (g) Ancaman bagi yang meninggalkan shalat”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
mengingat kurangnya pengetahuan serta pengalaman penulis, oleh karena itu
diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun. Mungkin hanya
sekian pengantar ini kami buat, besar harapan bahwa makalah ini dapat diterima.
Atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Bekasi, 4 Oktober 2020

PENULIS
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Hakekat Shalat 3
B. Mengapa Allah Mewajibkan Shalat 5
C. Tujuan dan Fungsi Shalat 7
D. Akhlak dalam Shalat 9
E. Hikmah Shalat 13
F. Makna Spiritual Shalat 18
G. Ancaman bagi yang Meninggalkan Shalat 21
BAB III PENUTUP 28
A. Kesimpulan 28
B. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 29
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ibadah merupakan suatu kewajiban bagi umat manusia terhadap Tuhannya
dan dengan ibadah manusia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan di
dunia dan di akhirat. Bentuk dan jenis Ibadah sangat bermacam-macam, seperti
Shalat, puasa, naik haji, membaca Al Qur’an, jihad dan lainnya.
Shalat merupakan salah satu kewajiban bagi kaum muslimin  yang sudah
baligh berakal, dan harus dikerjakan bagi seorang mukmin dalam keadaan
bagaimanapun. Shalat merupakan rukun Islam yang kedua setelah syahadat. Islam
didirikan atas lima sendi (tiang) salah satunya adalah shalat, sehingga barang
siapa yang mendirikan shalat, maka dia telah mendirikan agama, dan barang siapa
yang meninggalkan shalat, maka ia meruntuhkan agama (Islam).
Shalat yang wajib harus didirikan dalam sehari semalam  sebanyak lima
kali, berjumlah 17 raka’at. Shalat tersebut wajib dilaksanakan oleh muslim baligh
tanpa terkecuali baik dalam keadaan sehat maupun sakit, dalam keadaan susah
maupun senang, lapang ataupun sempit. Selain shalat wajib yang lima ada juga
shalat sunah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hakekat shalat?
2. Mengapa Allah mewajibkan shalat?
3. Apa tujuan dan fungsi shalat?
4. Bagaimana akhlak dalam shalat?
5. Apa hikmah dari shalat?
6. Apa makna spiritual yang terkandung dalam shalat?
7. Apa ancaman bagi yang meninggalkan shalat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakekat shalat.
2. Untuk mengetahui alasan Allah mewajibkan shalat.
3. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi shalat.
4. Untuk mengetahui akhlak dalam shalat.
5. Untuk mengetahui hikmah shalat.
6. Untuk mengetahui makna spiritual shalat.
7. Untuk mengetahui ancaman bagi yang meninggalkan shalat.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Shalat
Shalat berasal  dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa, yakni
seruan seorang hamba kepada Tuhan, pencipta seluruh alam. Jadi shalat adalah
bentuk doa paling murni atau paling tinggi. Sebagaimana termaksud di firman
Allah SWT dalam QS. At-Taubah 103 yang artinya: “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka dan Allah Maha mendengar lagi Maha
mengetahui.”
Sedangkan shalat dalam arti rahmat bisa ditemukan dalam QS. Al-Ahzab:
43.
‫ور ۚ َو َكانَ بِ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َر ِحي ًما‬ ُّ َ‫صلِّي َعلَ ْي ُك ْم َو َماَل ئِ َكتُهُ لِي ُْخ ِر َج ُك ْم ِمن‬
ِ ‫الظلُ َما‬
ِ ُّ‫ت إِلَى الن‬ َ ُ‫ه َُو الَّ ِذي ي‬
“ Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang
beriman.” (QS. Al-Ahzab: 43)
Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam
bentuk perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas
dan khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut
syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan syara’.  Dari pengertian ini
bisa diambil pemahaman bahwa seorang yang melakukan shalat dituntut agar
seluruh sikap dan perhatiannya ditunjukkan semata-mata hanya kepada Allah
SWT.
Didalam islam, shalat mempunyai arti penting dan kedudukan yang sangat
istimewa, antara lain :
1. Shalat merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT
yang perintahnya langsung diterima Rasulullah SAW pada malam Isra
mi’raj.
2. Shalat merupakan tiang agama.
3. Shalat merupakan amalan yang pertama kali dihisab pada hari kiamat.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menguraikan hakikat shalat, “Tidak dapat
diragukan bahwa shalat merupakan perkara yang  menggembirakan hati bagi
orang yang mencintainya dan merupakan kenikmatan ruh bagi orang yang
mengesakan Allah, serta parameter jalan menuju Allah. Shalat merupakan rahmat
Allah yang dianugerahkan kepada hamba-Nya, Allah memberi petunjuk kepada
mereka untuk bisa melaksanakannya dan memperkenalkannya sebagai rahmat dan
kehormatan bagi mereka, karena dengan shalat memperoleh kemulian dan
keberuntungan karena dekat dengan-Nya. Dengan shalat, hati dan seluruh anggota
tubuh beribadah. Dalam shalat, Allah menjadikan bagian (anugerah) untuk hati
lebih sempurna dan lebih besar, yaitu berupa hati bisa menghadap kepada Rabb
nya, tidak berpaling kepada selain-Nya saat shalat, serta menyempurnakan hak-
hak peribadatan kepada-Nya, sehingga ibadahnya sesuai dengan apa yang  Allah
ridhoi”.
Allah mewajibkan hambanya untuk melaksanakan shalat fardhu lima
waktu, yaitu : Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib dan Isya yang masing-masing
shalat fardhu tersebut mempunyai hakekatnya tersendiri.
1. Shalat Subuh
Waktu Subuh adalah petunjuknya Rohulloh yang keluar dari ubun-ubun,
berwarna merah, bintangnya Qomar. Shalatnya 2 rakaat, hal itu merupakan
awal kumpulnya Ruh dan Jasad. Jadi inti dari shalat subuh 2 rakaat, adalah
yang mengisyaratkan kita akan adanya 2 unsur yang ada pada diri, yakni
adanya Ruh dan Jasad.
2. Shalat Dzuhur
Shalat Dzuhur terdiri dari 4 rakaat yang menjabarkan tentang pelengkap
kesempurnaannya wujud, yaitu : Kepala, Badan, Tangan, dan Kaki.
3. Shalat Ashar
Inti Shalat Ashar yaitu menjabarkan tentang adanya 4 Dimensi wujud,
yang ada pada kita yaitu : Depan, Belakang, Kiri dan Kanan.
4. Shalat Maghrib
Pada waktu Maghrib adalah petunjuk keluarnya nyawa pada tubuh. Inti
Shalat Maghrib yaitu menjabarkan tentang adanya 3 alat inti hidup, yang
ada pada kita yaitu : Akal, Budi, dan Nafsu. Adapun yang nyata adanya
adalah 1 lubang mulut, dan 2 lubang hidung.
5. Shalat Isya
Inti Shalat Isya yaitu menjabarkan tentang adanya 4 alat hidup sebagai
penggerak. Adapun yang nyata adanya adalah 2 Tangan, dan 2 Kaki.

B. Mengapa Allah Mewajibkan Shalat


Shalat adalah bentuk ibadah yang paling penting dan paling hakiki dalam
Islam. Banyak ulama yang mengatakan bahwa tanpa shalat, segala bentuk ibadah
lain yang kita kerjakan, boleh dikatakan tidak ada artinya. Oleh sebab itu, mereka
mengatakan bahwa shalat merupakan tiang agama. Kalau tiangnya saja sudah
rapuh, bagaimana bisa membangun pondasi iman yang kokoh.
Allah SWT memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang
mu’min dan yang kafir, selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih
dekat dengan Allah, dalam sebuah hadits qudsy dikatakan “kedekatan seorang
hamba kepada-ku, seperti sesuatu yang aku fardukan (wajibkan) padanya dan
tidak henti-hentinya seorang hamba mendekatkan diri kepadaku dengan amalan-
amalan sunah, sehingga aku mencintainya, maka aku menjadi telinga yang ia
pergunakan untuk mendengar, menjadi mata yang ia pergunakan untuk melihat.
Jika ia meminta padaku sungguh aku akan memberinya dan bila ia berdoa
kepadaku niscaya aku akan mengabulkannya.
Allah SWT menghendaki kemudahan buat umatnya, bukan kesukaran.
Terlepas dari semua itu, shalat dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan
mungkar, karena kita selalu ingat kepada Allah SWT yang memerintahkan kita
agar kita bertaqwa. Allah SWT berfirman dalam QS. Thaahaa: 14.
َّ ‫إِنَّنِي أَنَا هَّللا ُ اَل إِ ٰلَهَ إِاَّل أَنَا فَا ْعبُ ْدنِي َوأَقِ ِم ال‬
‫صاَل ةَ لِ ِذ ْك ِري‬
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku,
maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.
(QS. Thaahaa : 14).
Selain itu, ternyata gerakan shalat yang benar dapat memberi efek
kesehatan bagi tubuh. Shalat dianggap sebagai amalan ibadah yang paling
proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Gerakan-gerakannya sudah sangat
melekat dengan gestur (gerakan khas tubuh) manusia. Sudut pandang ilmiah
menjadikan shalat sebagai ‘obat’ bagi berbagai jenis penyakit, serta yang
terpenting adalah sebagai pencegahan dari serangan suatu penyakit.
Perintah yang pertama kali datang dari Allah SWT untuk umat islam
adalah perintah mengerjakan shalat, kenapa tidak zakat, puasa dan haji. Ciri
seorang Muslim adalah Shalat, apabila seorang muslim mengerjakan shalat
dengan sebaik-baiknya, maka dampaknya selain mendapatkan pahala dari Allah
SWT, juga akan berdampak pada kesehatan tubuhnya dan perilakunya.  Dia akan
melaksanakan puasa dengan ikhlas bukan hanya sekedar menggugurkan
kewajiban saja, menunaikan ibadah haji semata-mata untuk menjalankan perintah
Allah bukan untuk menaikkan status sosialnya dimasyarakat. Dengan demikian
seseorang yang shalatnya baik, maka akan baiklah ibadah-ibadah yang lainnya.
Dasar tentang wajibnya shalat banyak tertera didalam Al-Qur’an,
diantaranya adalah dalam QS. An-Nisa: 103.
ْ ‫صاَل ةَ َكان‬
‫َت‬ َّ ‫اط َمأْنَ ْنتُ ْم فَأَقِي ُموا ال‬
َّ ‫صاَل ةَ ۚ إِ َّن ال‬ ْ ‫صاَل ةَ فَ ْاذ ُكرُوا هَّللا َ قِيَا ًما َوقُعُودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ُك ْم ۚ فَإ ِ َذا‬
َّ ‫ض ْيتُ ُم ال‬
َ َ‫فَإ ِ َذا ق‬
‰َ ِ‫َعلَى ْال ُم ْؤ ِمن‬
‫ين ِكتَابًا َموْ قُوتًا‬

“ Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman”. (QS. An-Nisa: 103)

Perintah shalat oleh Rasulullah SAW, mulai ditanamkan kedalam hati dan jiwa
anak-anak sejak kecil, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits : Bersabda
Rasulullah SAW : Suruhlah anak anakmu mengerjakan shalat bila mereka telah
berusia tujuh tahun, dan pukullah jika meninggalkannya bila mereka telah
berumur sepuluh tahun dan pisahkanlah diantara mereka pada tempat tidurnya.
(HR. Ahmad, Abu Dawud dan Hakim yang mengatakan hadist ini shahih atas
syarat Muslim).

C. Tujuan dan Fungsi Shalat


Shalat adalah yang paling pokok dan menjadi ciri antara muslim dan kafir.
Ibadah yang bersifat ritual ini menyimpan makna sangat penting dan besar bagi
setiap muslim yang melakukannya. Shalat yang dikehendaki oleh islam, bukanlah
semata-mata sejumlah bacaan yang diucapkan oleh lisan, sejumlah gerakan yang
dilakukan oleh anggota badan, tanpa disertai kesadaran akal dan kekhusyuan hati.
Bukan pula shalat yang dikerjakan oleh seseorang yang pada saat sujud bagaikan
ayam mematukkan paruhnya, disaat ruku bagaikan gajah  menyambar mangsanya
dan disaat salam bagaikan serigala memalingkan wajahnya.
Akan tetapi shalat yang benar adalah shalat yang lengkap artinya
persyaratan lahiriah dan batiniah terpadu sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah
SAW. Kita semua diperintah oleh beliau untuk mendirikan shalat sebagaimana
beliau melakukannya : “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat (mengetahui)
aku shalat” (HR. Muslim).
Di dalam hadits ini memang tidak dijelaskan secara rinci tentang tujuan
didirikannya shalat, akan tetapi secara tersirat mengatakan bahwa siapapun yang
menjalankan ibadah hendaknya memiliki kepribadian, perilaku dan akhlak seperti
Nabi. Dalam Al Qur’an Al-Karim dan hadits Nabi SAW telah dijelaskan tentang
tujuan didirikan shalat. Hal ini terdapat dalam Surat Thaha ayat 14 dan Al-
Ankabut ayat 45. Apabila shalat yang kita kerjakan telah mencapai tujuan, secara
otomatis bahwa shalat tersebut pada hakekatnya telah mempunyai fungsi dan
peran dalam kehidupan kita.
Setiap ibadah yang telah disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya
memiliki tujuan masing-masing termasuk shalat yang memiliki fungsi dan peran
dalam kehidupan hamba-hambaNya. Inilah diantara Fungsi dan Peran Shalat
dalam Kehidupan Kita.
1. Shalat Sebagai Dzikrullah (Mengingat Allah)
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Thaha ayat 14 “Dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku”. Hadits Nabi mengatakan : “Shalatlah kamu
sekalian sebagaimana kamu melihatku mengerjakan shalat”. (HR.
Bukhori)
Secara tidak langsung, hadits itu menjelaskan bahwa yang dilakukan Nabi
tidak hanya mengingat Allah dengan lisan dan hati, akan tetapi juga
dengan gerakan seluruh anggota badan. Setiap orang yang telah
mengerjakan shalat dengan baik dan benar, maka hati mereka menjadi
tenang dan tenteram karena shalat termasuk bagian dari dzikrullah. Dan
setiap orang yang memiliki hati yang tenang dan tentram pasti akan selalu
melakukan tindakan-tindakan positif sesuai dengan hati nuraninya. Akan
tetapi sebaliknya, apabila seseorang mengerjakan shalat tidak dengan baik
dan benar, maka hati mereka selalu gelisah. Dan setiap orang yang
memiliki hati yang gelisah pasti akan selalu melakukan tindakan negatif.
2. Shalat sebagai Pencegah Tindakan Keji dan Mungkar
Sesuai dengan Firman Allah dalam Al Qur’an surat Al-Ankabut ayat 45
bahwa fungsi dan peranan shalat adalah sebagai pencegah tindakan keji
dan mungkar. “Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah
dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar”.
3. Shalat sebagai Penghapus Dosa
Dalam sebuah cuplikan riwayat hadits, Nabi SAW bersabda: “ maka
demikian juga dengan shalat lima waktu, Allah SWT akan menghapus
dosa-dosa (kecil) mereka disebabkan karena mereka mendirikan shalat”.
Hadits di atas diperkuat oleh Firman Allah dalam QS. Al-Hud : 114.
D. Akhlak dalam Shalat
Shalat termasuk ibadah mahdlah atau khusus, oleh karena itu dalam
melakukannya harus mengikuti petunjuk agama dengan referensi sumber-sumber
suci (kitab dan sunah), tanpa sedikitpun hak bagi seseorang untuk menciptakan
sendiri cara dan pola mengerjakannya. Justru suatu kreasi, penambahan (inovasi)
dalam bidang ibadah, dalam pengertian khusus ini akan tergolong sebagai
penyimpangan keagamaan.
Tuntunan gerakan dan bacaan shalat ini diperoleh dari keterangan-
keterangan yang merujuk pada ayat-ayat Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah
SAW.
1. Berdiri tegak menghadap ke kiblat dengan disertai niat ikhlas karena Allah
semata.
2. Mengangkat kedua tangan (takbiratul ikhram) sambil mengucapkan
“Allahu Akbar”, ibu jari didekatkan pada daun telinga, tapak tangan
diarahkan ke arah kiblat, jari-jari tangan digenggamkan tetapi juga jangan
direnggangkan sehingga kedua tangan itu tetap sejajar dengan pundak.
3. Setelah takbiratul ikhram dilanjutkan dengan bersedekap yaitu meletakkan
telapak tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri diatas dada.
4. Membaca doa Iftitah (tawajjuh)
5. Membaca Ta’awudz, Basmalah dan Al-Fatihah
6. Membaca salah satu surat dari Al-Qur’an
7. Ruku’
8. I’tidal (berdiri tegak setelah ruku)
9. Sujud
10. Duduk diantara dua sujud
11. Kemudian sujud lagi (sujud kedua)
12. Berdiri kembali dengan mengucapkan “Allahu Akbar”
13. Dalam rakaat yang kedua setelah sujud yang kedua kemudian bangkit
untuk duduk tahiyyat awal.
14. Tasyahud atau Tahiyyat akhir
15. Salam
Nilai dan kualitas ibadah shalat seseorang itu sangat tergantung kepada
kekhusyuannya. Semakin tinggi tingkat kekhusyuannya, semakin besar
kemungkinan diterimanya oleh Allah SWT. Sebab khusyu merupakan tolak ukur
kualitas shalat, maka orang yang menunaikan shalat harus memahami khusyu dan
berbagai permasalahannya.
Khusyu berasal dari akar kata khaya’a yakhsya’u khusyu’an artinya
tunduk, takluk, pasrah dan menyerah. Allah berfirman, “Kalau kamu melihatnya
khusyu’(tunduk) terpecah belah disebabkan takut kepada Allah (QS. Al-Hasyr:21)
dan Allah berfirman juga dalam surat al-Isra:109. Dan mereka mengukur atas
muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu. (QS. Al-Isra:109).
Berdasarkan makna lughawi (bahasa) tersebut, dapat dipahami bahwa
shalat yang khusyu’ harus mengandung unsur ketundukan dan kepasrahan kepada
Allah SWT. Di samping itu al-Qur’an menjelaskan tentang kategori-kategori
khusyu’, yaitu khusyu’ penglihatan, khusyu’ hati, khusyu’ suara. Sebagaimana
terdapat dalam QS. Al-Qa-mar: 7, QS. Al-Hadid: 16, dan QS. Thaha: 108
Ibadah shalat yang hanya dilakukan sebagai rutinitas dan formalitas
belaka, tidak akan dapat melahirkan kenikmatan ruhani yang dibutuhkan oleh jiwa
melainkan kegersangan yang akan diperolehnya. Oleh karena itu untuk meraih
shalat yang khusyu’, seorang mushali (orang yang shalat) harus mempersiapkan
tahapan yang harus ditempuhnya sedini mungkin, mulai dari persiapan umum
sampai persiapan khusus.
1. Persiapan Umum
Seorang mukmin dalam mengabdi kepada Allah, terutama dalam meraih
shalat khusyu’ harus memiliki enam sifat :
a. Hudlur al-Qalbi (menghadirkan hati), kekosongan hati dalam
beribadah melahirkan kegersangan ruhani.
b. Tafahum, yaitu bersungguh-sungguh memahami makna setiap ucapan
ibadah terlebih dalam shalat.
c. Ta’dhim, yaitu pengagung kepada Allah dan keyakinan akan
kebesaran-Nya.
d. Haibah, yaitu ketakutan sekaligus pengagungan kepada Allah karena
serba Mahaesaan-Nya dan yang ada pada-Nya.
e. Raja’, yaitu pengharapan yang sungguh-sungguh kepada Allah semoga
semua amalan itu diterima Allah.
f. Haya’, yaitu perasaan malu dalam diri kepada Allah karena rasa
bersalah.
2. Persiapan Khusus
a. Kehadiran hati ketika mendengarkan panggilan adzan yang diyakini
sebagai panggilan Allah Yang Maha Besar.
b. Melakukan thaharah (bersuci), baik untuk kesucian badan maupun
pakaian,
c. Melakukan ibadah (khususnya shalat) ditempat-tempat yang
mempunyai nilai fadlillah dan sejarah.
3. Upaya Shalat Khusyu’
Bagian terpenting dalam rangkaian yang terkait dengan shalat adalah
pelaksanaan shalat itu sendiri. Karena shalat diawali dengan takbiratul
ikhram dan diakhiri dengan salam maka kekhusyu’an itu harus mulai
terfokus dan mulai berdiri hendak takbiratul ikhram sampai diakhiri
dengan salam.

Kedudukan Shalat dalam Kaitannya dengan Amalan lain


Shalat dalam agama Islam adalah ibadah yang luhur sejak dahulu kala dan
mempunyai kedudukan yang penting sehingga tidak dapat ditandingi oleh ibadah
yang lain. Hal ini bisa dilihat dari pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Al-
Qur’an dan Sunah, yang antara lain sebagai berikut :
1. Shalat merupakan tiang agama, bersabda Rasulullah Saw :
Shalat itu tiang agama, barang siapa mendirikan shalat, sesungguhnya ia
telah mendirikan agama dan barang siapa meruntuhkan shalat,
sesungguhnya ia telah meruntuhkan agama (HR. Bukhari dari Umar ra).
2. Shalat adalah ibadah yang paling pertama diwajibkan oleh Allah, dan
disampaikan secara langsung  oleh Allah tanpa perantara dalam berdialog
dengan Rasul-Nya pada malam mi’raj, dari Anas ra : “ Shalat itu
diwajibkan atas Nabi SAW Pada malam ia dipanggil : “Hai Muhammad!
Putusanku tak dapat diubah lagi, dan dengan shalat lima waktu ini, kami
tetap mendapat ganjaran lima puluh kali ” (HR. Ahmad, Nasai dan
Tirmidzi mensalihkan).
3. Shalat merupakan kewajiban universal yang telah diwajibkan kepada nabi
nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, hal ini bisa dilihat dalam QS.
Ibrahim: 40, QS. Maryam: 55, QS, Thaha: 14, QS. Yunus: 87, Luqman:
17, QS. Maryam: 31 dan QS.Al-Ankabut: 45.
4. Shalat sebagai salah satu dari sifat-sifat yang amat luhur bagi orang-orang
taqwa, yang mengiringi sifat beriman kepada perkara gaib, QS. Al-
Baqarah: 2-3
5. Shalat sebagai pembukaan maupun penutup dalam deretan sifat-sifat orang
mukmin yang mendapat kebahagiaan (QS. Al-Mukminun: 1-9)
6. Shalat merupakan wasiat terakhir Nabi Muhammad SAW. Diterangkan
oleh Ahmad dalam risalah Ash-Shalah, bahwa: shalatlah yang diingatkan
oleh Nabi Muhammad SAW kepada para umat sewaktu beliau akan
meninggalkan dunia yang fana ini.  Diantara akhir wasiat Rasulullah
SAW ialah : Tetaplah kamu memelihara shalat tetaplah kamu memelihara
shalat dan berbuat baik kepada budak-budak sahayamu (HR. Ahmad)

Shalat merupakan amalan hamba yang mula-mula dihisab di akhirat, dan


akhir ibadah yang ditinggalkan umat di dunia. Nabi SAW bersabda : Amalan yang
mula-mula dihisab dari seseorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika ia
baik maka seluruh amalnya baik, jika ia buruk maka seluruh amalnya buruk (HR.
Thabrani).
Nabi SAW juga bersabda :  Amalan yang mula-mula kamu hilangkan dari
agamamu ialah menepati amanat dan yang terakhir shalat (HR.Ahmad)
E. Hikmah Shalat
Berdasarkan berbagai keterangan dalam kitab suci dan hadits Nabi,
dapatlah dikatakan bahwa shalat adalah kewajiban peribadatan yang paling
penting dalam sistem keagamaan Islam. Kitab suci banyak memuat perintah agar
kita menegakkan shalat dengan penuh kesungguhan dan menggambarkan bahwa
kebahagiaan kaum beriman adalah pertama-tama karena shalatnya yang dilakukan
dengan kekhusyu’an. Karena demikian banyaknya penegasan-penegasan tentang
pentingnya  shalat yang kita dapatkan dalam sumber agama. Dalam shalat kita
memperoleh keinsyafan akan tujuan akhir hidup kita, yaitu penghambaan diri
(ibadah) kepada Allah dan melalui shalat.
Adapun falsafah shalat itu dilambangkan dalam keseluruhan shalat, baik
dalam unsur bacaanya maupun tingkah lakunya. Menurut ilmu fiqih, shalat
dirumuskan sebagai ibadah kepada Allah dengan bacaan-bacaan dan tindakan-
tindakan tertentu yang diawali dengan takbir dan ditutup dengan salam. Takbir
pembukaan shalat itu dinamakan takbiratul ikhram yang mengandung arti takbir
yang tidak ada kaitannya dengan shalat sebagai peristiwa menghadap Allah.
Takbir pembukaan itu seakan suatu pernyataan formal seseorang membuka
hubungan diri dengan Allah dan memutuskan diri dari semua urusan dunia simbol
hubungan manusia dengan Allah dan menghambakan diri kepada-Nya. Sedangkan
wujud simbolik terpenting penghambaan itu adalah shalat yang dibuka dengan
takbir sebagai ucapan pernyataan dimulainya sikap menghadap Allah.
Sikap menghadap Allah (tawajjuh) itu dikukuhkan dengan membaca doa
iftitah, yang artinya: “ Sesungguhnya aku menghadapkan wajahku kepada Dia
yang telah menciptakan seluruh langit dan bumi, secara hanif (kecenderungan
suci kepada kebaikan dan kebenaran) lagi muslim dan aku tidaklah termasuk
mereka yang melakukan syirik’’.  Lalu dilanjutkan dengan seruan : “
Sesungguhnya shalatku, darma baktiku, hidupku, dan matiku untuk Allah,
penjaga seluruh alam raya, tiada sekutu bagi-Nya. Begitulah aku diperintahkan
dan aku termasuk mereka mereka yang pasrah (muslim).
Jadi, dalam shalat seseorang diharapkan hanya melakukan hubungan
vertikal kepada Allah tidak boleh melakukan hubungan horizontal dengan sesama
makhluk. Hal ini merupakan ide dasar dalam takbir pembukaan sebagai takbirat
al-ihramm. Kemudian orang yang sedang melakukan shalat hendaklah menyadari
akan posisinya sebagai seorang makhluk yang sedang menghadap khaliknya
dengan penuh keharusan, kesyahduan dan kekhusyu’an. Sedapat mungkin ia
hendaklah menghayati kehadirannya dihadapan Sang Maha Pencipta itu
sedemikian rupa sehingga ia seolah-olah melihat khaliknya, dan kalaupun ia tidak
melihat-Nya ia harus menginsyafi bahwa khaliknya melihat dia. Maksudnya
kehadiran Tuhan dalam kehidupan kesehariannya maka tentu dapat diharapkan
bahwa keinsyafan itu akan mempunyai dampak pada tingkah laku  dan pekertinya
berupa kebaikan.
Sedangkan makna filosofis salam adalah doa untuk keselamatan,
kesejahteraan dan kesentosaan orang banyak, baik yang ada di depan kita maupun
yang tidak dan diucapkan sebagai pernyatan kemanusiaan dan solidaritas sosial.
Dengan demikian, shalat dimulai dengan pernyataan hubungan dengan Allah dan
diakhiri dengan pernyataan hubungan dengan sesama manusia. Jika shalat tidak
menghasilkan hal seperti ini, ia menjadi sia-sia (tanpa guna), bahkan menjadi
alasan adanya kutukan Allah.
Seluruh perintah Allah SWT tidak mungkin menyusahkan manusia. Hal
ini dinyatakan dalam firman-Nya berikut ini. Artinya: ‘’Kami tidak menurunkan
Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah.” (QS Taha: 2).
Allah membuat perintah kepada manusia justru untuk memberikan jalan
kemudahan kepada manusia agar selamat di dunia maupun di akhirat. Demikian
pula perintah Allah tentang shalat, banyak sekali manfaatnya, terutama bagi
keselamatan dan kesejahteraan manusia, di antaranya yaitu sebagai berikut.
1. Melalui shalat, Allah akan mencegah manusia dari perbuatan keji dan
mungkar. (QS Al Ankabut: 45, QS Ali Imran: 134-136, QS Al Maidah:
90-91, QS An-Nur: 21, dan QS Asy Syura: 36-38).
2. Melalui shalat, Allah akan memberikan rahmat, petunjuk, dan
keberuntungan. (QS. An Nur :56).
3. Melalui shalat, Allah SWT memberikan ridha-Nya dan Allah memberikan
kesudahan yang baik. Hal itu dijelaskan Allah pada Surah Ar Ra’du Ayat
22.
4. Melalui shalat, Allah menghilangkan rasa khawatir dan sedih pada hamba-
Nya. Hal itu dijelaskan Allah pada Surah Al Baqarah Ayat 277.
5. Melalui shalat, Allah akan memberi ampunan, rezeki, dan ketinggian
derajat. Hal itu dijelaskan pada Surah Al Anfal Ayat 3-4.
6. Melalui shalat, Allah mencegah manusia dari keluh kesah dan kikir. Hal
itu dijelaskan dalam Surah Al Ma’arij Ayat 19-23.
7. Selain menjalankan perintah agama dan mengobati kerinduan jiwa pada
Sang Pencipta, shalat juga punya efek samping menyehatkan ruhani dan
jasmani.

Hikmah shalat dan aplikasinya dalam kehidupan berdasarkan ketentuan-


ketentuan Allah tercantum dalam firman-Nya dan hadist Nabi Muhammad SAW
sebagai berikut.
1. Melalui pelaksanaan shalat wajib maupun shalat sunah, manusia sejak
masih kanak-kanak, remaja, dewasa, tua hingga menjelang wafat
dibiasakan selalu mengingat Allah SWT di mana saja dan kapan saja.
2. Melalui pelaksanaan shalat wajib maupun sunah, manusia diproses agar
selalu mengingat perintah Allah dan larangan-Nya.
3. Bukti nyata dari manusia yang selalu melaksanakan shalat dan ingat Allah
adalah bahwa dalam kehidupannya senantiasa melakukan hal-hal seperti
berikut.
a. Berbuat kebajikan terhadap ibu dan bapak, karib kerabat, tetangga
yang dekat maupun tetangga yang jauh, teman sejawat, dan terhadap
sesama manusia lainnya. (QS An Nisa: 36 dan QS Al Baqarah: 83)
b. Giat bekerja (QS Az Zumar: 39, QS At Taubah: 105, dan QS As
Saffat: 61)
c. Berupaya untuk tidak berselisih dengan sesama manusia (QS Ali
Imran: 19 dan QS Al Isra: 53)
d. Mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain (QS
Ali Imran: 133)
e. Berupaya menolong sesama manusia, khususnya fakir miskin dan anak
yatim, baik di waktu lapang maupun di waktu sempit (QS Ali Imran:
133 dan QS At Talaq: 7)
f. Tidak mencari-cari kesalahan pendapat orang lain, buruk sangka, dan
tidak mengolok-olok orang lain (QS Al Hujurat: 11-12)
g. Menghargai pendapat orang lain. (QS Al Hajj: 67, QS An Nur: 41, QS
Az Zariyat: 08, dan QS A1-Isra: 84)
h. Berupaya menggalang persatuan dan kesatuan di mana saja berada
(QS Al-Baqarah: 136, QS Ali-Imran: 84, dan QS Al Mukmin: 52-53)

Hikmah lain yang didapat dalam menjalankan shalat antara lain :


1. Meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah dan mengingatNya (QS. At-
thaha:14)
2. Mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar (QS. Al-Ankabut : 45)
3. Mendekatkan diri kepada Allah (QS. Al-Alaq :19)
4. Penyerahan diri manusia kepada Allah secara tulus dan ikhlas (Al-
Bayyinah: 5)
5. Meningkatkan disiplin, sabar, dan khusyuk (QS. Al-Mukminun :1-3)
6. Menjaga kebersihan dan kesucian jiwa serta raga (QS. Asy-Syams: 9-10)
7. Meningkatkan sifat toleransi terhadap sesama manusia (QS. Al-Isra’: 110)

Hikmah Shalat Fardhu dan Shalat Jama’ah


1. Hikmah Shalat Fardhu
a. Sepanjang waktu sejak pagi, siang, sore, petang hingga malam hari
agar senantiasa bersyukur dan ingat kepada Allah dengan menjalankan
shalat lima waktu.
b. Setiap kali hendak mengerjakan shalat kita disyaratkan agar bersih dan
suci dari najis dan hadats adalah sebagai simbol dan tuntunan agar kita
senatiasa hidup bersih.
c. Shalat harus dilaksanakan dengan khusyuk dan dapat dilakukan
manakala hati kita bersih dan teguh.
d. Shalat adalah ekspresi penghambaan diri manusia kepada Allah yang
paling sempurna sehingga akan menimbulkan ketentraman jiwa dan
terhindar dari gangguan kejiwaan maupun stres.
2. Hikmah Shalat Berjamaah
a. Nilai shalat berjama’ah lebih utama dari pada shalat sendiri.
b. Shalat berjama’ah dapat menyempurnakan kekurangan dalam
melaksanakan shalat.
c. Shalat berjamaah dapat menumbuhkan rasa persaudaraan, persamaan
derajat, dan kesatuan umat.
d. Shalat berjamaah dapat menumbuhkan sikap disiplin baik sebagai
imam maupun sebagai makmum.
3. Hikmah Gerakan dalam Shalat
Menurut Al-Qur’an, shalat adalah salah satu cara untuk membersihkan
jiwa dan raga manusia, seperti dalam surat Al-Muddatsir ayat 4-5. Sikap
tubuh ketika melakukan shalat dalam Islam sebagaimana telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sesuai dengan wahyu Allah
yang diterimanya. Makna gerakan shalat menurut kesehatan badaniah
adalah sebagai berikut :
1. Melipat kedua tangan.
Gerakan melipat kedua tangan di daerah pusat atau sedikit di
bawahnya merupakan sikap rileks atau istirahat yang paling sempurna
bagi kedua tangan, oleh sebab itu sendi siku dan sendi pergelangan
tangan serta otot-otot kedua tangan dalam istirahat penuh. Sirkulasi
darah terutama aliran darah kembali ke jantung serta produksi getah
bening dan air jaringan yang terkumpul dalam kantong kedua
persendian itu menjadi lebih baik sehingga gerakan di dalam kedua
sendi tangan menjadi lebih lancar dan mudah menghindarkan
timbulnya berbagai penyakit persendian seperti penyakit reumatik.
Sikap tangan seperti itu tidak mengakibatkan perasaan capek, lelah,
atau nyeri pada kedua tangan sehingga pemusatan pikiran kepada yang
disembah dapat diperkuat.
2. Gerakan Ruku’
Menurut petunjuk ilmiah dengan sikap rukuk otot–otot punggung yang
dapat berkontraksi sama rata dan serentak sehingga penyakit kekerutan
atau membengkoknya tulang punggung yang sering timbul pada anak-
anak yang disebabkan sikap duduk yang salah pada waktu menulis
atau membaca dapat dihindarkan atau disembuhkan.
3. Gerakan sujud
Secara ilmiah sujud menghasilkan otot-otot menjadi lebih besar dan
kuat terutama otot-otot dada. Sewaktu menarik nafas tampak tulang-
tulang rusuk ditarik ke atas. Dengan demikian tulang dada terangkat ke
atas dan maju ke depan sehingga rongga dada bertambah besar dan
paru-paru akan berkembang dengan baik dan dapat menghisap udara
yang bersih ke dalamnya. Dalam keadaan sujud terjadi sirkulasi atau
aliran darah di dalam otak. Dengan sikap sujud dinding dari urat-urat
nadi otak dapat dilatih dan dibiasakan dengan menerima darah yang
relatif lebih banyak dari biasanya.

F. Makna Spiritual Shalat


Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi
gerakan-gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan
dari sudut medis, shalat adalah obat dari berbagai jenis penyakit. Semua perintah-
Nya tidak hanya bernilai ketakwaan, tetapi juga mempunyai manfaat besar bagi
tubuh manusia itu sendiri. Ibadah shalat merupakan ibadah yang paling tepat
untuk metabolisme dan tekstur tubuh manusia. Gerakan-gerakan di dalam shalat
pun mempunyai manfaat masing-masing.

1. Takbiratul Ihram
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar telinga, lalu melipatnya di
depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk
melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan.
Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancar ke
seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang
sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancar. Kemudian kedua
tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini
menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh
bagian atas.
2. Ruku’
Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila
diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi
kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk
menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang sebagai
penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka
aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu
di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah.
Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan
prostate dapat dicegah.

3. I’tidal

Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan
setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan
sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi
organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ
pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara
bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.

4. Sujud

Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi
pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian
leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya
oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya
pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan
tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak.
Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus
bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi
kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia
menundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari
pantatnya sendiri. Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin,
pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen.
Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan
darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan
darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud
yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan kecerdasan
seseorang. Sujud adalah latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada.
Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga
telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh
yang menjadi kebanggan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah
bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.

5. Duduk di antara sujud

Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal)
dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki.
pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung
dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri
pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu
berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran
kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas
deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah
impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’
menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks
kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan
kekuatan organ-organ gerak kita.
6. Salam

Gerakan memutar kepala ke kanan dan ke kiri secara maksimal. Salam


bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala
menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala
serta menjaga kekencangan kulit wajah.

G. Ancaman Bagi yang Meninggalkan Shalat

Meninggalkan shalat adalah perkara yang teramat bahaya. Di dalam


berbagai dalil disebutkan berbagai ancaman yang sudah sepatutnya membuat
seseorang khawatir jika sampai lalai memperhatikan rukun Islam yang mulia ini.
Dalil Pertama

)35( َ‫أَفَنَجْ َع ُل ْال ُم ْسلِ ِمينَ َك ْال ُمجْ ِر ِمين‬

“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan
orang-orang yang berdosa (orang kafir) ?” (Q.S. Al Qalam: 35)
Dari ayat di atas, Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia tidak menjadikan orang
muslim seperti orang mujrim (orang yang berbuat dosa). Tidaklah pantas
menyamakan orang muslim dan orang mujrim dilihat dari hikmah shalat dan
hukum-Nya. Maka hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang meninggalkan
shalat akan bersama dengan orang kafir dan munafik. Seandainya mereka adalah
muslim, tentu mereka akan diizinkan untuk sujud sebagaimana kaum muslimin
diizinkan untuk sujud.

Dalil Kedua

ٍ ‫) فِي َجنَّا‬39( ‫اب ْاليَ ِمي ِن‬


( َ‫ا َءلُون‬‰‫ت يَت ََس‬ َ ‫ َح‬‰‫ص‬ ْ َ‫) إِاَّل أ‬38( ٌ‫ة‬‰َ‫ت َر ِهين‬ ٍ ‫ُكلُّ نَ ْف‬
ْ َ‫ب‬‰‫ا َك َس‬‰‫س بِ َم‬
)43( َ‫لِّين‬‰‫ص‬ َ ‫ك ِمنَ ْال ُم‬
ُ ‰َ‫) قَالُوا لَ ْم ن‬42( ‫) َما َسلَ َك ُك ْم فِي َسقَ َر‬41( َ‫) َع ِن ْال ُمجْ ِر ِمين‬40
‫وْ ِم‬‰‰َ‫ ِّذبُ بِي‬‰‫) َو ُكنَّا نُ َك‬45( َ‫ين‬‰‫ض‬ ْ ُ‫ك ن‬
ِ ِ‫ َع ْال َخائ‬‰‫وضُ َم‬‰‰‫) َو ُكنَّا نَ ُخ‬44( َ‫ ِكين‬‰‫ط ِع ُم ْال ِم ْس‬ ُ َ‫َولَ ْم ن‬
)47( ُ‫) َحتَّى أَتَانَا ْاليَقِين‬46( ‫الدِّي ِن‬

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, kecuali
golongan kanan, berada di dalam surga, mereka tanya menanya, tentang
(keadaan) orang-orang yang berdosa, “Apakah yang memasukkan kamu ke
dalam Saqar (neraka)?” Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk
orang-orang yang mengerjakan shalat, dan kami tidak (pula) memberi makan
orang miskin, dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan
orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari
pembalasan, hingga datang kepada kami kematian”.” (QS. Al Mudatsir: 38-47)
Jadi tidak boleh seseorang mengatakan bahwa tidaklah disiksa dalam saqar
kecuali orang yang memiliki seluruh sifat di atas. Akan tetapi yang tepat adalah
setiap sifat di atas patut termasuk orang mujrim (yang berbuat dosa). Dan Allah
Ta’ala telah menjadikan orang-orang mujrim sebagai lawan dari orang beriman.
Oleh karena itu, orang yang meninggalkan shalat termasuk orang mujrim yang
berhak masuk ke neraka saqar. Allah Ta’ala berfirman,

َّ‫وا َمس‬‰‰ُ‫و ِه ِه ْم ُذوق‬‰‰‫ار َعلَى ُو ُج‬


ِ َّ‫ َحبُونَ فِي الن‬‰‫وْ َم ي ُْس‬‰‰َ‫) ي‬47( ‫ُر‬ َ ‫إِ َّن ْال ُمجْ ِر ِمينَ فِي‬
ٍ ‫ضاَل ٍل َو ُسع‬
)48( ‫َسقَ َر‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mujrim (berdosa) berada dalam kesesatan (di


dunia) dan dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas
muka mereka. (Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka!”.”
(QS. Al Qomar: 47-48)

)29( َ‫إِ َّن الَّ ِذينَ أَجْ َر ُموا َكانُوا ِمنَ الَّ ِذينَ آَ َمنُوا يَضْ َح ُكون‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mujrim (berdosa), adalah mereka yang


menertawakan orang-orang yang beriman.” (QS. Al Muthaffifin: 29). Dalam ayat
ini, Allah menjadikan orang mujrim sebagai lawan orang mukmin.
Dalil Ketiga

َ‫صاَل ةَ َوآَتُوا ال َّز َكاةَ َوأَ ِطيعُوا ال َّرسُو َل لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬
َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta’atlah kepada rasul, supaya
kamu diberi rahmat.” (QS. An Nur : 56)
Pada ayat di atas, Allah Ta’ala mengaitkan adanya rahmat bagi mereka dengan
mengerjakan perkara-perkara pada ayat tersebut. Seandainya orang yang
meninggalkan shalat tidak dikatakan kafir dan tidak kekal dalam neraka, tentu
mereka akan mendapatkan rahmat tanpa mengerjakan shalat. Namun, dalam ayat
ini Allah menjadikan mereka bisa mendapatkan rahmat jika mereka mengerjakan
shalat.
Dalil Keempat

َ ‫فَ َو ْي ٌل لِ ْل ُم‬
َ ‫) الَّ ِذينَ هُ ْم ع َْن‬4( َ‫صلِّين‬
)5( َ‫صاَل تِ ِه ْم َساهُون‬

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang


lalai dari shalatnya.” (QS. Al Maa’un : 4-5)

)7( َ‫) الَّ ِذينَ اَل ي ُْؤتُونَ ال َّز َكاةَ َوهُ ْم بِاآْل َ ِخ َر ِة هُ ْم َكافِرُون‬6( َ‫َو َو ْي ٌل لِ ْل ُم ْش ِر ِكين‬

“Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu)


orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya
(kehidupan) akhirat.” (QS. Fushshilat: 6-7)

‫أ َ ْن لَ ْم‬‰‰‫تَ ْكبِرًا َك‬‰ ‫رُّ ُم ْس‬‰ ‫ُص‬ ِ ‫ا‬‰‰َ‫ َم ُع آَي‬‰ ‫) يَ ْس‬7(  ‫اك أَثِ ٍيم‬
ِ ‫ ِه ثُ َّم ي‬‰ ‫ت هَّللا ِ تُ ْتلَى َعلَ ْي‬ ٍ َّ‫ ِّل أَف‬‰‫ ٌل لِ ُك‬‰ ‫َو ْي‬
‫ك لَهُ ْم‬ َ ‰ِ‫ ُز ًوا أُولَئ‬‰ُ‫ َذهَا ه‬‰‫ ْيئًا اتَّ َخ‬‰‫ا َش‬‰‰َ‫) َوإِ َذا َعلِ َم ِم ْن آَيَاتِن‬8( ‫ب أَلِ ٍيم‬ ٍ ‫يَ ْس َم ْعهَا فَبَ ِّشرْ هُ بِ َع َذا‬
ٌ ‫َع َذابٌ ُم ِه‬
)9( ‫ين‬

“Kecelakaan besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak
berdosa, dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian dia
tetap menyombongkan diri seakan-akan dia tidak mendengarnya. Maka beri
khabar gembiralah dia dengan azab yang pedih. Dan apabila dia mengetahui
barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok.
Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.” (QS. Al Jatsiyah: 7-9)

ٍ ‫َو َو ْي ٌل لِ ْل َكافِ ِرينَ ِم ْن َع َذا‬


)2( ‫ب َش ِدي ٍد‬
“Dan kecelakaanlah bagi orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih.”
(QS. Ibrahim: 2)
Dalil Kelima

( ‫ا‬‰‰ًّ‫وْ نَ َغي‬‰‰َ‫ت فَ َسوْ فَ يَ ْلق‬


ِ ‫صاَل ةَ َواتَّبَعُوا ال َّشهَ َوا‬ َ َ‫ف أ‬
َّ ‫ضاعُوا ال‬ ٌ ‫فَ َخلَفَ ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم َخ ْل‬
َ ‫َاب َوآَ َمنَ َو َع ِم َل‬
‫صالِحًا‬ َ ‫) إِاَّل َم ْن ت‬59

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan


shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui
kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.” (QS.
Maryam : 59)
Dalil Keenam

َّ ‫فَإ ِ ْن تَابُوا َوأَقَا ُموا ال‬


ِ ‫صاَل ةَ َوآَتَ ُوا ال َّز َكاةَ فَإ ِ ْخ َوانُ ُك ْم فِي الد‬
‫ِّين‬

“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka
itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (QS. At Taubah: 11)
Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengaitkan persaudaraan seiman dengan
mengerjakan shalat. Jika shalat tidak dikerjakan, bukanlah saudara seiman.
Mereka bukanlah mu’min sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,

ٌ‫ِإنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ ِإ ْخ َوة‬

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat: 10)


Barang siapa melalaikan shalat, Allah SWT akan menyiksanya dengan 15 siksaan.
Enam siksaan di dunia, tiga siksaan ketika meninggal, tiga siksaan di alam kubur,
tiga siksaan saat bertemu dengan Allah SWT.
Orang yang meninggalkan shalat tidak memperoleh minuman dari telaga surga,
tidak mendapat syafaat dan di hari kiamat ketika dipanggil untuk diadili akan
datang dengan tangan terikat di lehernya. Para malaikat memukulinya, pintu
neraka jahanam akan dibukakan baginya, dan ia melesat bagai anak panah ke
dalamnya, terjun dengan kepala terlebih dulu, menukik ke tempat Qorun dan
Haman di dasar neraka. Orang yang meninggalkan shalat karena urusan dunia
akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya,
dan panjang penyesalannya. Ia dibenci Allah, dan akan mati dalam keadaan tidak
Islam, tinggal di neraka Jahim atau kembali ke neraka Hawiyah.” Lalu Rasulullah
SAW bersabda, “Barang siapa meninggalkan shalat hingga terlewat waktunya,
lalu mengadanya, ia akan disiksa di neraka selama satu huqub (80 tahun),
sedangkan ukuran satu hari di akhirat adalah 1.000 tahun di dunia.” Demikian
tertulis dalam kitab Majalisul Akbar.
Sementara dalam kitab Qurratul Uyun, Abu Laits Samarqandi menulis sebuah
hadis, “Barang siapa meninggalkan shalat fardu dengan sengaja walaupun satu
shalat, namanya akan tertulis di pintu neraka yang ia masuki.” Ibnu Abbas
berkata, ”Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakanlah, ya Allah,
janganlah salah seorang dari kami menjadi orang-orang yang sengsara.’
Kemudian Rasulullah SAW bertanya, ‘Tahukah kamu siapakah mereka itu?’ Para
sahabat menjawab, ‘Mereka adalah orang yang meninggalkan shalat.  Disebutkan
dalam hadis lain, barang siapa meninggalkan shalat tanpa alasan yang dibenarkan
syariat, pada hari kiamat Allah SWT tidak akan memedulikannya, bahkan Allah
SWT akan menyiksanya dengan azab yang pedih.
Adapun enam siksaan yang ditimpakan di dunia adalah dicabut keberkahan
umurnya, dihapus tanda kesalehan dari wajahnya (pancaran kasih sayang terhadap
sesama), tidak diberi pahala oleh Allah semua amal yang dilakukannya, doanya
tidak diangkat ke langit, tidak memperoleh bagian doa kaum salihin, dan tidak
beriman ketika ruh dicabut dari tubuhnya.
Adapun tiga siksaan yang ditimpakan saat meninggal dunia ialah mati secara hina,
mati dalam keadaan lapar, dan mati dalam keadaan haus.
Sedangkan tiga siksaan yang didapat dalam kubur ialah, kubur mengimpitnya
hingga tulang-belulangnya berantakan, kuburnya dibakar hingga sepanjang siang
dan malam tubuhnya berkelojotan menahan panas, tubuhnya diserahkan kepada
seekor ular bernama Asy-Syujaul Aqra. Kedua mata ular itu berupa api dan
kukunya berupa besi, kukunya sepanjang satu hari perjalanan. ”Aku diperintahkan
oleh Allah SWT untuk menyiksamu, karena engkau mengundurkan shalat Subuh
hingga terbit matahari, mengundurkan shalat Dzuhur hingga Ashar,
mengundurkan shalat Ashar hingga Maghrib, mengundurkan shalat Maghrib
hingga Isya, dan mengundurkan shalat Isya hingga Subuh,” kata ular itu. Setiap
kali ular itu memukul, tubuh mayat tersebut melesak 70 hasta, sekitar 3.000 meter,
ke dalam bumi. Ia disiksa dalam kubur hingga hari kiamat.
Di hari kiamat, di wajahnya akan tertulis kalimat berikut: Wahai orang yang
mengabaikan hak-hak Allah, wahai orang yang dikhususkan untuk menerima
siksa Allah, di dunia kau telah mengabaikan hak-hak Allah, maka hari ini
berputus asalah kamu dari rahmat-Nya.
Adapun tiga siksaan yang dilakukan ketika bertemu dengan Allah SWT adalah,
pertama, ketika langit terbelah, malaikat menemuinya, membawa rantai sepanjang
70 hasta untuk mengikat lehernya. Kemudian memasukkan rantai itu ke dalam
mulut dan mengeluarkannya dari duburnya. Kadang kala ia mengeluarkannya dari
bagian depan atau belakang tubuhnya. Malaikat itu berkata, ”Inilah balasan bagi
orang yang mengabaikan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah.” Ibnu
Abas berkata, ”Andai kata satu mata rantai itu jatuh ke dunia, niscaya cukup untuk
membakarnya.” Kedua, Allah tidak memandangnya. Ketiga, Allah tidak
menyucikannya, dan ia memperoleh siksa yang amat pedih.
Demikianlah ancaman bagi orang-orang yang sengaja melalaikan shalat. Semoga
Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada orang yang bersegera
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya.
Jadi, kesimpulannya orang yang meninggalkan shalat akan mendapatkan ancaman
di dunia dan akhirat. Ancaman di dunia dan di akhirat bagi orang yang
meninggalkan shalat diantaranya yaitu:
Ancaman di dunia :
1. Dicabut keberkahan hidupnya
2. Dihapus amal sholehnya
3. Dicabut keislamannya
4. Rizkinya tidak mendapat berkah
5. Amalnya tidak mendapat pahala
6. Do’anya ditolak Allah SWT
7. Dicabut nyawanya dengan kasar
8. Merasakan haus yang amat sangat
9. Merasakan lapar yang amat sangat
Ancaman di dalam Kubur :
1. Badannya dihimpit bumi
2. Kuburnya gelap gulita
3. Dinyalakan api dalam kuburnya
Ancaman di padang mahsyar :
1. Menderita sengsara, panas, lapar dan dahaga
2. Mendapatkan marah dan laknat dari Allah SWT
3. Tangan dan kakinya dirantai dengan bara api dan dilempar ke dalam
Neraka

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Shalat berasal  dari kata shalla secara harfiah berarti seruan atau doa.
Menurut pengertian syara atau secara istilah, shalat ialah ibadah dalam bentuk
perkataan dan perbuatan tertentu dengan menghadirkan hati secara ikhlas dan
khusyu, dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam menurut
syarat-syarat dan rukun-rukun yang telah ditentukan syara’. Allah SWT
memerintahkan untuk shalat sebagai pembeda antara yang mu’min dan yang kafir,
selain itu shalat juga ibadah yang membuat kita lebih dekat dengan Allah. Shalat
mempunyai tujuan dan fungsi, diantaranya sebagai dzikrullah (Mengingat Allah),
pencegah tindakan keji dan mungkar, dan sebagai penghapus dosa. Hikmah yang
didapat dari shalat diantaranya, meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT dan
meningkatkan disiplin dan kebersihan diri yang mendorong diri kita menjadi lebih
baik lagi. Dan barang siapa yang melalaikan shalat, Allah SWT akan menyiksanya
dengan siksaan yang amat pedih, baik selama didunia maupun diakhirat kelak.

B. Saran
Sebagai seorang muslim sebaiknya kita melaksanakan shalat fardhu secara
tepat waktu dan tidak menunda-nunda untuk melaksanakannya. Shalat
dilaksanakan dengan penuh kekhusyuan dan dengan hati yang suci dan ikhlas.

DAFTAR PUSTAKA

Abu Fauzan. 2010. Fungsi Shalat dan Manfaat Shalat. Fungsi Shalat dan Manfaat
Shalat_Hikmah Shalat.htm. (diunduh hari Rabu/ 20 september 2017.14.30)
Al-Munajid, Muhammad. 1998. Kiat Shalat Khusyu’. Jakarta: Gema Insan Press.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1983. Pedoman Shalat. Jakarta: Bulan Bintang.
Azra, Azyumardy. 2001. Shalat dalam perspektif Sufi. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Jamaluddin, Syakir. 2010. Kuliah Fikih Ibadah. Yogyakarta: Surya Sarana
Grafika.
Syarafuddin, dkk. 1995. Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Surakarta: LPPI
UMS.

Anda mungkin juga menyukai