Anda di halaman 1dari 30

MATRIKS

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Aljabar Linier

Dosen Pengampu : Nurimani, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Nurul Hikmah (20208300002)

2. Raden Mohammad Luluk Herdiawan (20208300012)

3. Trophy Hutagalung (20208300018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta
anugerahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik dan dalam bentuk yang sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai
pengetahuan dasar matriks.

Pada pokok pembahasan, disajikan materi mengenai matriks dan jenis


serta hal-hal yang berhubungan dengan matriks. Dalam makalah ini, saya tidak
lupa menyajikan contoh matriks dan dapat anda lihat pada bab pembahasan.

Harapan saya semoga makalah ini menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca, walaupun saya akui masih banyak terdapat
kekurangan dalam penyajian makalah ini.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah berikutnya, terima kasih.

Bekasi 6 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

1. Pengertian Matriks 3

2. Jenis-jenis Matriks 5

3. Operasi Matriks 10

4. Aturan-aturan Matriks 15

5. Sistem Persamaan dan Keterbalikan 20

BAB III PENUTUP 25

A. Kesimpulan 25

B. Saran 25

Daftar Pustaka 26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matriks yang sering dijumpai adalah matriks yang entri-entrinya bilangan-
bilangan real atau kompleks. Seperti diketahui bahwa himpunan bilangan real
merupakan field terhadap operasi penjumlahan dan perkalian. Salah satu contoh
matriks yang entri-entrinya merupakan field adalah matriks yang dapat
didiagonalisasi. Matriks yang dapat didiagonalisasi banyak diterapkan dalam
berbagai ilmu khususnya dalam matematika sendiri.
Beberapa referensi menjelaskan tentang matriks yang dapat
didiagonalisasi, pertama diberikan matriks A yang berukuran n x n, maka dicari
matriks taksingular P yang mendiagonalkan A, sedemikian hingga diperoleh suatu
matriks diagonal D = P-JAP. Matriks taksingular P, diperoleh dengan cara
mencari nilai eigen dari matriks A, kemudian ditentukan vektor eigen yang
bersesuaian dengan masing-masing nilai eigen yang diperoleh tadi. Tiap-tiap
vektor eigen yang diperoleh tadi membentuk kolom-kolom matriks taksingular P.
Kemudian dilakukan pendiagonalan, yaitu dengan mencari vektor eigen yang
bebas linier satu sama lain, dan seterusnya. Pembahasan mendasar mengenai
matriks terutama yang berkaitan dengan matriks yang dapat didiagonalisasi ini,
telah jelas dikemukakan dan disajikan dalam sejumlah buku referensi yang
biasanya digunakan oleh para mahasiswa sebagai salah satu buku perkuliahan
umum. Tetapi dilain pihak, akan muncul suatu masalah bagaimana jika ada
sebuah contoh yang lain untuk matriks yang dapat didiagonalisasi sehingga ada
suatu matriks bujur sangkar A 1.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan matriks?
2. Apa saja jenis-jenis dari matriks?
3. Apa saja operasi pada matriks?
4. Bagaimana aturan-aturan pada matriks?
5. Bagaimana sistem persamaan dan keterbalikan pada matriks?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari matriks.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari matriks.
3. Untuk mengetahui operasi pada matriks.
4. Untuk mengetahui aturan-aturan pada matriks.
5. Untuk mengetahui sistem persamaan dan keterbalikan pada matriks.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Matriks
 Sebuah matriks adalah susunan segiempat siku-siku dari bilangan-
bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri
dalam matriks.
 Ukuran (ordo) matriks bermacam-macam besarnya. Ukuran (ordo) matriks
dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris (garis horisontal) dan
banyaknya kolom (garis vertikal) yang terdapat dalam matriks tersebut.
Maka dapat dikatakan Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari
bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri
dalam matriks. Susunan bilangan itu diletakkan di dalam kurung biasa “( )” atau
kurung siku “[ ]”.

Baris ke - 1

[ ]
a11 a12 a13 … a 1n
a a a23 … a 2n Baris ke - 2
A = 21 22
↓ ↓ ↓ ↓ Baris ke - m
am 1 am 2 a m 3 … a mn

Kolom ke - n

Kolom ke - 3

Kolom ke - 2

Kolom ke - 1

a ij bilangan real, menyatakan elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j, i =
1, 2, 3, ..., m ; j = 1, 2, 3, ..., n
A mxn : m menyatakan banyak baris matriks A
n menyatakan banyak kolom matriks A
Notasi m ×n, menyatakan ordo ( ukuran ) matriks , yang menyatakan
banyak baris dan kolom matriks A. Jadi, jika diperhatikan ordo suatu matriks,
dapat diketahui banyak elemen matriks itu.

[ ]
a11 a12 a13 a 14
a 21 a22 a23 a 24
A 4x4 =
a31 a32 a33 a 34
a 41 a42 a 43 a 44

 a 11 = 1 1 – 1 = 1

 a 12 = 1 2 -1 = 1

 a 13 = 1 3 – 1 = 1

 a 14 = 1 4 – 1 = 1

 a 21 = 2 1 – 1 = 1

 a 22 = 2 2 – 1 = 2

 a 23 = 2 3 – 1 = 4

 a 24 = 2 4 – 1 = 8

 a 31 = 3 1 – 1 = 1

 a 32 = 3 2 – 1 = 3

 a 33 = 3 3 – 1 = 9

 a 34 = 3 4 – 1 = 27

 a 41 = 4 1 – 1 = 1

 a 42 = 4 2 – 1 = 4

 a 43 = 4 3 – 1 = 16

 a 44 = 4 4 – 1 = 64

Jadi, matriks A berordo 4 × 4 yang dimaksud adalah :

[ ]
1 1 1 1
1 2 4 8
A 4x4 =
1 3 9 27
1 4 16 64
[ ]
a11 a12 a13
Contoh : A= a 21 a22 a23
a31 a32 a33

Keterangan :
Matriks A tersebut terdiri dari 3 baris dan 3 kolom sehingga ukuran (ordo)
matriks tersebut adalah 3 ×3

Contoh Soal :

[ ]
2 −3 4
Jika matriks A= 5 0 −7 maka tentukan nilai ( a 12 + a21−a32 ) !
2 4 0

Jawaban : ( a 12 + a21−a32 )=−3+5−4=−2

2. Jenis-Jenis Matriks
Jenis-jenis matriks dapat dibagi berdasarkan ordo dan elemen/unsur dari
matriks tersebut. Berdasarkan ordo Matriks dapat di bagi menjadi beberapa jenis
yaitu :
 Matriks Bujur Sangkar adalah matriks yang memiliki ordo n x n atau
banyaknya baris sama dengan banyaknya  kolom yang terdapat dalam
mtriks tersebut. Matriks ini disebut juga dengan matriks persegi berordo n.
Contoh :

         

 Matriks Baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris


Contoh :    A =  ( 2  1  3  -7 )

 Matriks Kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom.


Contoh :   
 Matriks Tegak  adalah  suatu matriks yang banyaknya baris lebih dari
banyaknya kolom.
Contoh :

 Matriks datar adalah Matriks  yang banyaknya baris kurang dari


banyaknya kolom.
Contoh :

 Matriks Nol adalah Suatu matriks   yang setiap unsurnya 0 berordo  m x n,


ditulis dengan huruf  O.
Contoh : 

 Matriks Diagonal adalah  suatu matriks bujur sangkar yang  semua


unsurnya , kecuali unsur-unsur pada diagonal utama adalah nol.
Contoh : 
 Matriks Segitiga adalah  suatu matriks bujur sangkar yang unsur-unsur
dibawah atau diatas diagonal utama semuanya 0.
Contoh : 

Dimana Matriks C disebut matriks segitiga bawah (lower triangular) dan


matriks D disebut matriks segitiga atas (upper triangular).

 Matriks Skalar adalah matriks diagonal yang unsur-unsur pada diagonal


utama semuanya sama.
Contoh : 

 Matriks Identitas atau Matriks Satuan adalah matriks diagonal yang unsur-


unsur pada diagonal utama semuanya satu ditulis dengan huruf  I.
Contoh :

 Matriks Simetris adalah  suatu matriks bujur sangkar yang unsur pada


baris ke-i kolom ke-j  sama dengan unsur pada baris ke-j kolom ke-i
sehingga a ij =a ji.
Contoh : 
 Matriks Antisimetris ialah matriks yang transposenya adalah negatifnya.
Dengan perkataan lain matriks A asimetris jika AT = -A atau aji = -aij untuk
semua i dan j. Mudah dipahami bahwa semua elemen diagonal utama
matriks antisimetris adalah = 0. Misalnya:

[ ] [ ]
01−2 0−1−2
A= −1 3−4 , AT ¿ 1−3 4 =− A
101 −1 0−1

 Matriks Hermitian ialah matriks yang transpose hermitiannya = dirinya


sendiri. Dengan perkataan lain, matriks A hermitian jika AH =A. Mudah
dimengerti bahwa matriks yang simetris adalah matriks hermitian. Matriks
A disebut antihermitian, jika AH = -A.
Contoh:

[ 2+i3
A=
2−i
4 ]dan AH ¿ [3 2−i
2+i 4 ]
 Matriks Invers (Kebalikan) ialah jika A dan B matriks-matriks bujur
sangkar berordo n dan berlaku AB = BA = I,maka dikatakan B invers dari
A dan ditulis B = A-1, sebaliknya A adalah invers dari B, dan ditulis A = B-
1
.

Catatan: tidak semua matriks bujur sangkar mempunyai invers. Sebuah


matriks yang inversnya adalah dirinya sendiri, dengan perkataan lain AA =
1, disebut matriks yang involuntory.

Contoh:

[ ] [ ]
123 6−2−3
Matriks A= 1 3 3 mempunyai invers A-1 ¿ −1 1 0
124 −1 0 1
[ ]
100
-1 ¿
karena AA = A A 0 1 0
-1

001

 Matriks Komutatif yaitu jika A dan B matriks-matriks bujur sangkar dan


berlaku AB = BA,maka A dan B dikatakan berkomutatif satu sama lain.
Jelas bahwa setiap matriks bujur sangkar berkomutatif dengan I (yang
ukurannya sama) dan dengan inversnya (bila ada). Jika AB = -BA, maka A
dan B dikatakan antikomutatif.

Contoh:

[ ] [ ]
A= 2 1 dan B= 3 1 , maka
1 2 1 3

AB=
[21 12][ 31 13 ]=[75 57]
BA= [ 31 13][ 21 12]=[ 75 75]
Karena AB = BA, maka A dan B berkomutatif.

Catatan: matriks bujur sangkar N disebut matriks normal bila berlaku NN H


= NHN, yaitu bila N berkomutatif dengan transpose hermitiannya. Jelas
bahwa matriks hermitian juga merupakan matriks normal.

 Matriks Idempoten, Periodik, Nilpotent


Jika berlaku AA = A2 = A, dikatakan matriks bujur sangkar A adalah
matriks yang idempotent. Secara umum, jika p bilangan asli (bulat positif) terkecil
sehingga berlaku Ap = A, maka dikatakan A matriks periodik dengan periode p –
1. Jika Ar = 0, maka A dikatakan nilpotent dengan indeks r (di mana r adalah
bilangan bulat positif terkecil yang memenuhi hubungan di atas).
[ ]
1 1 3
5 2 6 adalah nilpotent dengan indeks 3, karena
−2 −1 −3

[ ][ ][ ]
1 1 3 1 1 3 1 1 3
A3 ¿ 5 2 6 5 2 6 5 2 6
−2 −1 −3 −2 −1 −3 −2 −1 −3

[ ][ ]
0 0 0 1 1 3
¿ 3 3 9 5 2 6
−1 −1 −3 −2 −1 −3

[ ]
0 0 0
¿ 0 0 0
0 0 0

3. Operasi Matriks
1) Penjumlahan Matriks
Definisi : jika A dan B adalah sebarang dua matriks yang ukurannya sama,
maka jumlah A + B adalah matriks yang di peroleh dengan menambahkan
bersama-sama entri yang bersesuaian dalam kedua matriks tersebut. Matriks-
matriks yang ukurannya berbeda tidak dapat di tambahkan.

A=[ ac bd ] , B =[ ge hf ]
A+B=[ ]+[ ] =[ ]
a b e f a+ e b+ f
c d g h c+ g d +h

[ ]
1 3 4
Contoh : A = [ ]
1 3
4 5
,B=
3 4
1 3[ ]
,C= 2 3 1
3 4 5

A+B= [ 45 78]
Sedangkan A + C dan B + C tidak di definisikan.
2) Pengurangan Matriks
a. Lawan suatu matriks
Lawan suatu matriks A adalah suatu matriks yang elemen-
elemennya merupakan lawan dari elemen-elemen matriks A. Secara lebih
jelas, dari suatu matriks A = [aij] dapat ditentukan lawan matriks yang
ditulis dengan –A = [aij]. Misalnya sebagai berikut.

Jika A = [ 42 31], lawan matriks –A = [−4


−2 −1 ]
−3

b. Pengurangan terhadap matriks


Pengurangan matriks A dan B ditulis A – B, adalah suatu matriks
yang diperoleh dengan mengurangkan elemen-elemen yang bersesuaian
letak dari matriks A dan B. Atau matriks A – B adalah matriks yang
diperoleh dengan cara menjumlahkan matriks A dengan lawan dari
matriks B, yaitu A – B = A + (-B) dengan –B adalah lawan dari matriks B.
seperti halnya dengan penjumlahan matriks, syarat agar dua matriks atau
lebih dapat dikurangkan adalah mempunyai ordo yang sama. Secaa umum,
jika A = [aij] dan B = [bij] maka A – B = [aij] – [bij].
Contoh:

Diketahui A = [ 52 36 ] dan B = [ 20 −3
−1
]. Tentukan A – B!
Penyelesaian:

Karena –B = − [ 20 −1
−3 ] [ 0 3 ]
=
−2 1
maka

A – B = A + (-B) = [ 52 36 ]+[−20 13]=[ 32 49]

3) Perkalian Skalar dengan Matriks


Definisi : Jika A adalah suatu matriks dan c adalah skalar, maka hasil kali
cA adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan masing-masing entri
dari A oleh c.

c [ ac bd ] = [ cacc cbcd ]
[ ] [ ]
1 3 4 2 6 8
Contoh : A = 2 3 1 , maka 2A = 4 6 2
3 4 5 6 8 10

4) Perkalian Dua Matriks, dengan syarat Am x n Bn x o = Cm x o


Definisi : Jika A adalah matriks m x r dan B matriks r x n, maka hasil kali
AB adalah matriks m x n yang entri-entrinya ditentukan sebagai berikut.
Untuk mencari entri dalam baris I dan kolom j dari AB, pilihlah baris i
dari matriks A dan kolom j dari matriks B. Kalikanlah entri-entri yang
bersesuaian dari baris dan kolom tersebut bersama-sama dan kemudian
tambahkanlah hasil kali yang dihasilkan.

A= [ ac bd ], B = [ ef ]
AB = [ ][ ]=[
ce +df ]
a b e ae+ bf
c d f

Contoh : A = [ ] ,B=[ ]
1 3 3
4 5 2

AB = [ ]
9
22

5) Perpangkatan Matriks Bujur Sangkar


Jika n adalah sebuah bilangan bulat positif dan A suatu matriks bujur
sangkar, maka An = A x A x A x A x … x A (sebanyak n faktor) atau dapat
juga dituliskan An = A x An-1 atau An = An-1 x A.
Contoh:

Diketahui matriks A = [−11 −23 ]. Tentukan:


a. A2
b. A3
c. 2A4
Penyelesaian:
a. A2 = A x A

A2 = [−11 −23 ][−11 −23 ]=[−43 −811 ]


b. A3 = A x A2

A3 = [−11 −23 ][−43 −811 ]=[−15


11 −30
41 ]
c. 2A4 = 2 [A x A3]

2A4 = 2 [[ ][
1 −2 11 −30
−1 3 −15 41
=2 ]] [
41 −112 = 82 −224
−56 153 −112 306][ ]
6) Transpose Pada Matriks
Definisi : Jika A adalah sebarang matriks m x n, maka Transpos A
dinyatakan oleh At dan didefinisikan dengan matriks n x m yang kolom
pertmanya adalah baris pertama dari A, kolom keduanya adalah baris kedua
dari A, demikian juaga dengan kolom ketiga adalah baris ketiga dari A, dan
seterusnya.

[ ] [ ]
a b c a d g
A = d e f  At = b e h
g h i c f i

[ ] [ ]
2 6 8 2 4 6
Contoh : A = 4 6 2 A = 6 6 8
t

6 8 10 8 2 10
Contoh Soal :

a. Apabila A= [−13 42] , B=[ 24 −13 ] dan C=[12 −34 ] maka tentukan nilai
dari A−B+ 2C !
Jawaban :
A−B+ 2C=
[ 3−2+ 2 ( 1 ) 4−(−1 )+2 (−3 )
−1−4 +2 ( 2 ) 2−3+ 2 ( 4 ) ][
=
2 −1
−1 7 ]
[ ] [ ]
1 2 5 4 2 −1
b. Diketahui A= 6 −2 −3 dan B= −3 1 2 maka tentukan hasil
1 2 4 5 4 −2
dari I −2 A + B !
Jawaban :

[ ][ ][ ][
1 0 0 1 2 5 4 2 −1 1−2+ 4 0−4+ 2 0−10+ (−1
I−2 A + B= 0 1 0 −2 6 −2 −3 + −3 1 2 = 0−12+ (−3 ) 1+ 4+1 0+6+2
0 0 1 1 2 4 5 4 −2 0−2+5 0−4+ 4 1−8+ (−2

[ ]
3 0
c. Diketahui A= [ 1 4 2
3 1 5 ]
dan B= −1 2 maka tentukan hasil dari At −2 B
1 1
!
Jawaban :

[ ] [ ][ ][ ]
1 3 3 0 1−6 3−0 −5 3
t
A −2 B= 4 1 −2 −1 2 = 4 +2 1−4 = 6 −3
2 5 1 1 2−2 5−2 0 3

[ ]
8 5
d. Diketahui P= 20 13 dan Q=
2 1
1 0
2 −3 [ ]
maka tentukan nilai PxQ !

Jawaban :

[ ][ ][ ]
( 8 × 1 ) + (5 × 2 ) ( 8 ×0 )+ ( 5× (−3 ) ) 8+10 0+ (−15 ) 18 −15
PxQ= (20 × 1 )+ (13 × 2 ) ( 20 ×0 )+ ( 13× (−3 ) ) = 20+26 0+ (−39 ) = 46 −39
( 2× 1 )+ (1 ×2 ) ( 2 ×0 )+ ( 1× (−3 ) ) 2+2 0+ (−3 ) 4 −3

e. Contoh matriks dan transposnya


[ ]
2 3
A= 1 4
5 6
[
At = 2 1 5
3 4 6 ]

[ ] [ ]
3 5 −2 3 5 −2
t
B= 5 4 1 B = 5 4 1
−2 1 7 −2 1 7

4. Aturan-Aturan Matriks

Teorema 2. Dengan menganggap bahwa ukuran-ukuran matriks adalah


operasi-operasi yang ditunjukan dapat diperagakan, maka aturan-aturan
ilmu hitung matriks adalah :

a. A+B = B+A (hukum komutatif untuk penambahan)


b. A+ (B+C) = (A+B) + C (hukum asosiatif untuk penambahan)
c. A(BC) = (AB)C (hukum asosiatif untuk perkalian)
d. A(B+C) = AB+AC (hukum distributif)
e. A(B-C) = AB-AC (hukum distributif)
f. (B-C)A = BA-CA
g. a(B+C)= aB+aC
h. a(B-C) = aB-aC
i. (a+b)C = aC+bC
j. (a-b)C =aC-bC
k. (ab) C = a(bC)
l. a(BC) = (aB)C =B(aC)
Contoh :

Sebagai gambaran hukum asosiatif untuk perkalian matriks,tinjaulah

[ ]
1 2
A= 3 4
0 1
B= [ 42 31] [ 12 03]
C=

Kemudian

[ ][ ] [ ]
1 2 8 5
4 3
AB = 3 4 = 20 13
2 1
0 1 2 1

Sehingga

[ ][ ] [ ]
8 5 18 15
1 0=
(AB)C = 20 13 46 39
2 3
2 1 4 3

Sebaliknya

BC = [ 42 31][12 03]=[ 104 93]

Maka

[ ][ ] [ ]
1 2 18 15
10 9
A(BC) = 3 4 = 46 39
4 3
0 1 4 3

Jadi, (AB)C= A(BC).


1) Diketahui:

[ ] [ ]
P= 5 1 , Q= 2 6 dan R= −1 5
2 3 3 1 −4 2 [ ]
Tentukan:
a. Perhitungan sifat distributif
b. Perhitungan sifat asosiatif

Penyelesaian:
a. Sifat distributif: P (Q +R)

P (Q + R) = [ 52 13] ([ 23 61]+[−1
−4 2 ])
5

=[
2 3 ][ −1 3 ]
5 1 1 11

=[
−1 31 ]
4 54

b. Sifat asosiatif: P (QR) = (PQ) R

P (QR) = [ 52 13] ([ 23 61][−4 2 ])


−1 5

=[
2 3 ][ −7 17 ]
5 1 −26 22

=[
95 ]
−137 127
73
Sebaliknya,

(PQ) R = [( 52 13][32 61])[−4 2]


−1 5

=[
13 15 ][−4 2 ]
13 31 −1 5

=[
95 ]
−137 127
73
Jadi, P (QR) = (PQ) R
Teorema 3. Dengan menganggap bahwa ukuran-ukuran matriks adalah
sedemikian rupa sehingga operasi-operasi yang ditunjukan dapat dilakukan, maka
aturan –aturan ilmu hitung matriks yang berikut akan sahih.

a. A+0 = 0+A = A
b. A-A = 0
c. 0- A = -A
d. A0 = 0; 0A =0

Teorema 4. Setiap sistem persamaan linear tidak mempunyai pemecahan, persis


satu pemecahan atau tak terhingga banyaknya pemecahan.

Bukti : Jika AX = B adalah sistem persamaan linear, maka :

1. Sistem tersebut tidak mempunyai pemecahan


2. Sistem tersebut mempunyai persis satu pemecahan
3. Sistem tersebut mempunyai lebih dari satu pemecahan.

Anggaplah bahwa AX = B mempunyai lebih dari satu pemecahan dan misalkan


X 1 dan X 2 adalah dua pemecahan yang berbeda. Jadi AX 1 =B dan AX 2=¿B.

Sehingga AX1 - AX 2=0 atau A ( X 1−X 2 ) =0. Jika kita misalkan X 0 = X 1 −X 2 dan kita
misalkan k sebarang skalar,maka

A( X 1 +k X 0 ¿=A X 1 + A (k X 0)

= AX 1 + k ( A X 0 )

= B + k0

=B+0

=B

Maka AX = B, karena tak terhingga banyaknya pilihan k, maka AX = B


mempunyai takterhinggaan banyaknya pemecahaan.
Contoh : Tinjaulah matriks berikut!

A= [ a11 a 12 a13
a21 a 22 a23 ]
Maka I 2 A= [ 10 01] [ aa 11

21
a12 a 13
a22 a 23
a
][ a a
= 11 12 13 = A
a21 a22 a23 ]
Teorema 5. Jika baik B maupun C adalah invers matriks A, maka B = C.

Bukti : Karena B adalah invers A, maka BA= I. Dengan mengalikan kedua ruas
dari sebelah kanan dengan C maka (BA)C =IC = C. Tetapi (BA)C = B(AC) =BI
=B, sehingga B = C.

Jika A dapat dibalik, maka inversnya akan dinyatakan dengan simbol A−1 ,jadi

A A−1=1 dan A−1 A=1

Contoh :

Tinjaulah matriks 2x2

A= [ ac bd ] jika ad-bc ≠ 0 maka

[ ]
d −b
−1
A =
1 d −b
ad−bc −c a
= [
ad−bc
−c ] ad−bc
a
ad−bc ad−bc

Teorema 6. Jika A dan B adalah matriks-matriks yang dapat dibalik dan yang
ukuran- ukurannya sama, maka

a. AB dapat dibalik
b. ( AB )−1=B−1 A−1

Contoh :
Tinjaulah matriks-matriks

A= [ 11 23] B= [ 32 22] [ 79 68]


AB =

[ ] [ ]
1 −1 4 −3
Kita dapatkan A =
3 −2
−1 1
−1
−1
B =
−1 [ −1
3 ( AB) = −9 7
2 2 2
]

[ ][ ][ ]
−1 1
4 −3
−1 3 −2
−1
Juga B A = 3 = −9 7
−1 −1 1
2 2 2

Maka ( AB)−1=B−1 A−1.

Teorema 7. Jika A adalah matriks kuadrat dan r serta s adalah bilangan bulat,
maka

Ar A s= Ar + s( A r )s= A rs

Teorema 8. Jika A adalah sebuah matriks yang dapat dibalik,

Teorema 9. Jika ukuran matriks seperti operasi yang diberikan dapat dilakukan ,
maka

t
a. ( At ) =A

t t
( A+ B) =A + Bt maka :

−1
a. A−1 dapat dibalik dan ( A−1 ) = A .
b. An dapat dibalik dan ( An )−1=( A−1 )n untuk n = 0,1,2,... .
c.
untuk setiap skalar k yang taksama dengan 0 , maka kA dapat dibalik dan( kA)−1
1 −1
= A .
k
b.
c. ( kA )t = k At ,di mana k adalah sebarang skalar .
d. ( AB )t = Bt At

5. Sistem Persamaan dan Keterbalikan

Dua matriks A dan B dikatakan sama (A = B) jika matriks A dan B


mempunyai ordo yang sama dan semua elemen yang seletak bernilai sama.
Elemen yang seletak adalah elemen yang terletak pada baris dan kolom yang
sama.

Matriks A dan matriks B disebut sama, karena ordonya sama dan elemen-
elemennya seletak sama. Permasalahan yang muncul dalam kesamaan dua
matriks ini adalah menyelesaikan bentuk aljabar. Baik aljabar sederhana,
sistem persamaan linier, persamaan kuadrat dan sebagainya. Yang harus kita
lakukan untuk menyelesaikan soal kesamaan dua matriks adalah
menyamakan komponen-komponen yang seletak dan mengeluarkannya dari
matriks. Setelah itu selesaikan dengan aljabar. Kesamaan dua matriks nanti
akan berhubungan juga dengan operasi matriks. Dimana matriks yang kiri
setelah dioperasikan menjadi sama dengan matriks yang kanan.

( ac db ) = ( lj mk ) ↔ a = j , b = k , c = l dan d = m

Contoh :

1. A=
[ 13 24 ] , B=[ 13 22 ] dan C=[13 24 01]
2

A=B

A ≠ C (ukurannya tidak sama)


2. A= ( 14 0 3
2 6)dan B = (
1 0 3
4 2 6
=> A = B)
3. Perhatikan beberapa matriks berikut ini :

P= (35 47 ) , Q = (37 45 ) , R = (35 47 ) , S = (37 45 ) , T = (53 74 )


Dari matriks-matriks di atas terlihat bahwa elemen-elemen yang
tercantum pada semua matriks adalah sama, namun matriks-matriks yang
dapat dikatakan sama adalah :

i) P = R dan ii) Q = S

4. Diketahui matriks A = (−31 a 6


7 c )
dan matriks B =
d−4
(
3 6
−3 b+ 2 8
. )
Jika matriks A = B, tentukan nilai a + b + c + d !

1=d-4
d-4=1
d=1+4=5

a=3

7=b+2
b+2=7
b=7–2=5

c=8

Nilai a + b + c + d = 3 + 5 + 8 + 5 = 21
Latihan Soal

1. Diketahui matriks P = (21 3 5


4 −7 )
dan matriks Q = (
2 6 x z− y
2 y +2 4 −7 ).

Jika matriks P = Q, tentukan nilai 2x + y + 5z !

( )
a+b 2 b
2. Diketahui matriks C =
3 4 5
2 1 6( )
dan matriks D = c +2 1 .
5 3d
Jika Dt menyatakan transpos dari matriks D dan berlaku hubungan D t = C,
tentukan nilai
dari a,b,c,dan d !
3. Diketahui matriks-matriks :

A= (−3
p+1
r
2q
2 s+1 )
,B=
2p
(q
r +2 2−s
dan C = )
4 12
−2 9 ( )
Jika A + B = C. tentukan nilai p, q, r dan s !
4. Tentukan nilai x dan y dari :

( xy xy) (−14 ) = (150 ) !


5. Jika ( ) -( ) = ( )
x y 2 −3 −5 7
z w 0 −4 1 −6

Tentukan matriks ( xz wy ) !
Teorema 10 :

Jika A adalah matriks n x n yang dapat dibalik, maka untuk setiap


matriks B yang berukuran n x 1, sistem persamaan AX = B mempunyai
satu pemecahan, yakni X = A−1 B .

Contoh :

Tinjaulah sistem persamaan linear

x 1+ 2 x2 +3 x 3=5
2 x1 +5 x 2+ 3 x 3=3

x 1+ 8 x 3 =17

[ ] [] []
1 2 3 x1 5
Maka A = 2 5 3 X = x 2 B= 3
1 0 8 x3 17

[ ]
−40 16 9
−1
Diperoleh A = 13 −5 −3
5 −2 −1

Menurut teorema 10. Maka

[ ][ ] [ ]
−40 16 9 5 1
−1
X= A B= 13 −5 −3 3 = −1
5 −2 −1 17 2

Atau x 1=1 , x 2=−1 , x 3=2.

Contoh :

Pecahkanlah sistem-sistem

(a) x 1+ 2 x 2 +3 x3 =4 ( b ) x 1 +2 x 2 +3 x 3=¿ 1

2 x1 +5 x 2+ 3 x 3=5 2 x 1+5 x 2 +3 x3 =6

x 1+ 8 x 3 =9 x1 +8 x 3=−6
Pemecahan. Kedua sistem mempunyai matriks koefisien yang sama, jika kita
memperbesar matriks koefisien ini dengan kolom konstanta pada ruas kanan dari
sistem-sistem ini,maka

⟨ || ⟩
1 2 34 1
2 5 3 5 6 dengan mereduksi matriks ini terhadap bentuk eselon baris
1 0 8 9 −6
akan di hasilkan;

⟨ || ⟩
1 0 01 2
0 1 0 0 1 sehingga didapatkan untuk persamaan
0 0 1 1 −1

(a) x 1=1 , x 2=0 , x 3=1


(b) x 1=2 , x 2 = 1 , x 3 = -1

Teorema 11. Misalkan A adalah matriks kuadrat.

a. Jika B adalah matriks kuadrat yang memenuhi BA= I, maka B = A−1


b. Jika B adalah matriks kuadrat yang memenuhi AB= I, maka B = A−1

Teorema 12. Jika A adalah sebuah matriks n x n, maka pernyataan-


pernyataan yang berikut ekivalen satu sama lain :

a. A dapat dibalik
b. AX = 0 hanya mempunyai pemecahan trivial
c. A ekivalen baris ke I n
d. AX = B konsisten untuk tiap-tiap matriks B yang berukuran n x 1.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Matriks adalah kumpulan bilangan-bilangan yang diatur dalam baris-baris
dan kolom-kolom berbentuk persegi panjang serta termuat diantara sepasang
tanda kurung. Jenis-jenis matriks dapat dibedakan berdasarkan susunan elemen
matriks dan berdasarkan sifat dari operasi matriks. Operasi pada matriks dapat
dilakukan dengan cara penjumlahan, pengurangan dan perkalian langsung.

B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuandan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman bersedia memberikan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah pada kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bintang Kalangu, Josep. 2005. Matematika ekonomi untuk bisnis. Edisi ke-


1.Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
C.Chiang. alpha dan Kevin Wainwright. 2006. Dasar-Dasar Matematika Ekonomi.
edisi ke-4 jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Gazali,Wikaria. 2005. Matriks dan transpormasi linear. edisi ke-1. Yogyakarta:
Penerbit Graha Ilmu.
Mairy,Du. 2007. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:
BPFE-YOGYAKARTA.
Ruminta. 2009. Matriks persamaan linear dan pemrograman linear. edisi ke 1.
Bandung. Penerbit Rekayasa Sains.
Sarjono,Haryadi dan Sanny,Lim. 2012. Aplikasi Matematika untuk Bisnis dan
Manajemen. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Anton, Howard. Aljabar Elementer. Jakarta : Erlangga, 1987

Anda mungkin juga menyukai