Aljabar Linier
Disusun Oleh :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat serta
anugerahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan
baik dan dalam bentuk yang sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan petunjuk maupun pedoman bagi pembaca mengenai
pengetahuan dasar matriks.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah berikutnya, terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
1. Pengertian Matriks 3
2. Jenis-jenis Matriks 5
3. Operasi Matriks 10
4. Aturan-aturan Matriks 15
A. Kesimpulan 25
B. Saran 25
Daftar Pustaka 26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matriks yang sering dijumpai adalah matriks yang entri-entrinya bilangan-
bilangan real atau kompleks. Seperti diketahui bahwa himpunan bilangan real
merupakan field terhadap operasi penjumlahan dan perkalian. Salah satu contoh
matriks yang entri-entrinya merupakan field adalah matriks yang dapat
didiagonalisasi. Matriks yang dapat didiagonalisasi banyak diterapkan dalam
berbagai ilmu khususnya dalam matematika sendiri.
Beberapa referensi menjelaskan tentang matriks yang dapat
didiagonalisasi, pertama diberikan matriks A yang berukuran n x n, maka dicari
matriks taksingular P yang mendiagonalkan A, sedemikian hingga diperoleh suatu
matriks diagonal D = P-JAP. Matriks taksingular P, diperoleh dengan cara
mencari nilai eigen dari matriks A, kemudian ditentukan vektor eigen yang
bersesuaian dengan masing-masing nilai eigen yang diperoleh tadi. Tiap-tiap
vektor eigen yang diperoleh tadi membentuk kolom-kolom matriks taksingular P.
Kemudian dilakukan pendiagonalan, yaitu dengan mencari vektor eigen yang
bebas linier satu sama lain, dan seterusnya. Pembahasan mendasar mengenai
matriks terutama yang berkaitan dengan matriks yang dapat didiagonalisasi ini,
telah jelas dikemukakan dan disajikan dalam sejumlah buku referensi yang
biasanya digunakan oleh para mahasiswa sebagai salah satu buku perkuliahan
umum. Tetapi dilain pihak, akan muncul suatu masalah bagaimana jika ada
sebuah contoh yang lain untuk matriks yang dapat didiagonalisasi sehingga ada
suatu matriks bujur sangkar A 1.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan matriks?
2. Apa saja jenis-jenis dari matriks?
3. Apa saja operasi pada matriks?
4. Bagaimana aturan-aturan pada matriks?
5. Bagaimana sistem persamaan dan keterbalikan pada matriks?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari matriks.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari matriks.
3. Untuk mengetahui operasi pada matriks.
4. Untuk mengetahui aturan-aturan pada matriks.
5. Untuk mengetahui sistem persamaan dan keterbalikan pada matriks.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Matriks
Sebuah matriks adalah susunan segiempat siku-siku dari bilangan-
bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri
dalam matriks.
Ukuran (ordo) matriks bermacam-macam besarnya. Ukuran (ordo) matriks
dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris (garis horisontal) dan
banyaknya kolom (garis vertikal) yang terdapat dalam matriks tersebut.
Maka dapat dikatakan Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari
bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri
dalam matriks. Susunan bilangan itu diletakkan di dalam kurung biasa “( )” atau
kurung siku “[ ]”.
Baris ke - 1
[ ]
a11 a12 a13 … a 1n
a a a23 … a 2n Baris ke - 2
A = 21 22
↓ ↓ ↓ ↓ Baris ke - m
am 1 am 2 a m 3 … a mn
Kolom ke - n
Kolom ke - 3
Kolom ke - 2
Kolom ke - 1
a ij bilangan real, menyatakan elemen matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j, i =
1, 2, 3, ..., m ; j = 1, 2, 3, ..., n
A mxn : m menyatakan banyak baris matriks A
n menyatakan banyak kolom matriks A
Notasi m ×n, menyatakan ordo ( ukuran ) matriks , yang menyatakan
banyak baris dan kolom matriks A. Jadi, jika diperhatikan ordo suatu matriks,
dapat diketahui banyak elemen matriks itu.
[ ]
a11 a12 a13 a 14
a 21 a22 a23 a 24
A 4x4 =
a31 a32 a33 a 34
a 41 a42 a 43 a 44
a 11 = 1 1 – 1 = 1
a 12 = 1 2 -1 = 1
a 13 = 1 3 – 1 = 1
a 14 = 1 4 – 1 = 1
a 21 = 2 1 – 1 = 1
a 22 = 2 2 – 1 = 2
a 23 = 2 3 – 1 = 4
a 24 = 2 4 – 1 = 8
a 31 = 3 1 – 1 = 1
a 32 = 3 2 – 1 = 3
a 33 = 3 3 – 1 = 9
a 34 = 3 4 – 1 = 27
a 41 = 4 1 – 1 = 1
a 42 = 4 2 – 1 = 4
a 43 = 4 3 – 1 = 16
a 44 = 4 4 – 1 = 64
[ ]
1 1 1 1
1 2 4 8
A 4x4 =
1 3 9 27
1 4 16 64
[ ]
a11 a12 a13
Contoh : A= a 21 a22 a23
a31 a32 a33
Keterangan :
Matriks A tersebut terdiri dari 3 baris dan 3 kolom sehingga ukuran (ordo)
matriks tersebut adalah 3 ×3
Contoh Soal :
[ ]
2 −3 4
Jika matriks A= 5 0 −7 maka tentukan nilai ( a 12 + a21−a32 ) !
2 4 0
2. Jenis-Jenis Matriks
Jenis-jenis matriks dapat dibagi berdasarkan ordo dan elemen/unsur dari
matriks tersebut. Berdasarkan ordo Matriks dapat di bagi menjadi beberapa jenis
yaitu :
Matriks Bujur Sangkar adalah matriks yang memiliki ordo n x n atau
banyaknya baris sama dengan banyaknya kolom yang terdapat dalam
mtriks tersebut. Matriks ini disebut juga dengan matriks persegi berordo n.
Contoh :
[ ] [ ]
01−2 0−1−2
A= −1 3−4 , AT ¿ 1−3 4 =− A
101 −1 0−1
[ 2+i3
A=
2−i
4 ]dan AH ¿ [3 2−i
2+i 4 ]
Matriks Invers (Kebalikan) ialah jika A dan B matriks-matriks bujur
sangkar berordo n dan berlaku AB = BA = I,maka dikatakan B invers dari
A dan ditulis B = A-1, sebaliknya A adalah invers dari B, dan ditulis A = B-
1
.
Contoh:
[ ] [ ]
123 6−2−3
Matriks A= 1 3 3 mempunyai invers A-1 ¿ −1 1 0
124 −1 0 1
[ ]
100
-1 ¿
karena AA = A A 0 1 0
-1
001
Contoh:
[ ] [ ]
A= 2 1 dan B= 3 1 , maka
1 2 1 3
AB=
[21 12][ 31 13 ]=[75 57]
BA= [ 31 13][ 21 12]=[ 75 75]
Karena AB = BA, maka A dan B berkomutatif.
[ ][ ][ ]
1 1 3 1 1 3 1 1 3
A3 ¿ 5 2 6 5 2 6 5 2 6
−2 −1 −3 −2 −1 −3 −2 −1 −3
[ ][ ]
0 0 0 1 1 3
¿ 3 3 9 5 2 6
−1 −1 −3 −2 −1 −3
[ ]
0 0 0
¿ 0 0 0
0 0 0
3. Operasi Matriks
1) Penjumlahan Matriks
Definisi : jika A dan B adalah sebarang dua matriks yang ukurannya sama,
maka jumlah A + B adalah matriks yang di peroleh dengan menambahkan
bersama-sama entri yang bersesuaian dalam kedua matriks tersebut. Matriks-
matriks yang ukurannya berbeda tidak dapat di tambahkan.
A=[ ac bd ] , B =[ ge hf ]
A+B=[ ]+[ ] =[ ]
a b e f a+ e b+ f
c d g h c+ g d +h
[ ]
1 3 4
Contoh : A = [ ]
1 3
4 5
,B=
3 4
1 3[ ]
,C= 2 3 1
3 4 5
A+B= [ 45 78]
Sedangkan A + C dan B + C tidak di definisikan.
2) Pengurangan Matriks
a. Lawan suatu matriks
Lawan suatu matriks A adalah suatu matriks yang elemen-
elemennya merupakan lawan dari elemen-elemen matriks A. Secara lebih
jelas, dari suatu matriks A = [aij] dapat ditentukan lawan matriks yang
ditulis dengan –A = [aij]. Misalnya sebagai berikut.
Diketahui A = [ 52 36 ] dan B = [ 20 −3
−1
]. Tentukan A – B!
Penyelesaian:
Karena –B = − [ 20 −1
−3 ] [ 0 3 ]
=
−2 1
maka
c [ ac bd ] = [ cacc cbcd ]
[ ] [ ]
1 3 4 2 6 8
Contoh : A = 2 3 1 , maka 2A = 4 6 2
3 4 5 6 8 10
A= [ ac bd ], B = [ ef ]
AB = [ ][ ]=[
ce +df ]
a b e ae+ bf
c d f
Contoh : A = [ ] ,B=[ ]
1 3 3
4 5 2
AB = [ ]
9
22
2A4 = 2 [[ ][
1 −2 11 −30
−1 3 −15 41
=2 ]] [
41 −112 = 82 −224
−56 153 −112 306][ ]
6) Transpose Pada Matriks
Definisi : Jika A adalah sebarang matriks m x n, maka Transpos A
dinyatakan oleh At dan didefinisikan dengan matriks n x m yang kolom
pertmanya adalah baris pertama dari A, kolom keduanya adalah baris kedua
dari A, demikian juaga dengan kolom ketiga adalah baris ketiga dari A, dan
seterusnya.
[ ] [ ]
a b c a d g
A = d e f At = b e h
g h i c f i
[ ] [ ]
2 6 8 2 4 6
Contoh : A = 4 6 2 A = 6 6 8
t
6 8 10 8 2 10
Contoh Soal :
a. Apabila A= [−13 42] , B=[ 24 −13 ] dan C=[12 −34 ] maka tentukan nilai
dari A−B+ 2C !
Jawaban :
A−B+ 2C=
[ 3−2+ 2 ( 1 ) 4−(−1 )+2 (−3 )
−1−4 +2 ( 2 ) 2−3+ 2 ( 4 ) ][
=
2 −1
−1 7 ]
[ ] [ ]
1 2 5 4 2 −1
b. Diketahui A= 6 −2 −3 dan B= −3 1 2 maka tentukan hasil
1 2 4 5 4 −2
dari I −2 A + B !
Jawaban :
[ ][ ][ ][
1 0 0 1 2 5 4 2 −1 1−2+ 4 0−4+ 2 0−10+ (−1
I−2 A + B= 0 1 0 −2 6 −2 −3 + −3 1 2 = 0−12+ (−3 ) 1+ 4+1 0+6+2
0 0 1 1 2 4 5 4 −2 0−2+5 0−4+ 4 1−8+ (−2
[ ]
3 0
c. Diketahui A= [ 1 4 2
3 1 5 ]
dan B= −1 2 maka tentukan hasil dari At −2 B
1 1
!
Jawaban :
[ ] [ ][ ][ ]
1 3 3 0 1−6 3−0 −5 3
t
A −2 B= 4 1 −2 −1 2 = 4 +2 1−4 = 6 −3
2 5 1 1 2−2 5−2 0 3
[ ]
8 5
d. Diketahui P= 20 13 dan Q=
2 1
1 0
2 −3 [ ]
maka tentukan nilai PxQ !
Jawaban :
[ ][ ][ ]
( 8 × 1 ) + (5 × 2 ) ( 8 ×0 )+ ( 5× (−3 ) ) 8+10 0+ (−15 ) 18 −15
PxQ= (20 × 1 )+ (13 × 2 ) ( 20 ×0 )+ ( 13× (−3 ) ) = 20+26 0+ (−39 ) = 46 −39
( 2× 1 )+ (1 ×2 ) ( 2 ×0 )+ ( 1× (−3 ) ) 2+2 0+ (−3 ) 4 −3
[ ] [ ]
3 5 −2 3 5 −2
t
B= 5 4 1 B = 5 4 1
−2 1 7 −2 1 7
4. Aturan-Aturan Matriks
[ ]
1 2
A= 3 4
0 1
B= [ 42 31] [ 12 03]
C=
Kemudian
[ ][ ] [ ]
1 2 8 5
4 3
AB = 3 4 = 20 13
2 1
0 1 2 1
Sehingga
[ ][ ] [ ]
8 5 18 15
1 0=
(AB)C = 20 13 46 39
2 3
2 1 4 3
Sebaliknya
Maka
[ ][ ] [ ]
1 2 18 15
10 9
A(BC) = 3 4 = 46 39
4 3
0 1 4 3
[ ] [ ]
P= 5 1 , Q= 2 6 dan R= −1 5
2 3 3 1 −4 2 [ ]
Tentukan:
a. Perhitungan sifat distributif
b. Perhitungan sifat asosiatif
Penyelesaian:
a. Sifat distributif: P (Q +R)
P (Q + R) = [ 52 13] ([ 23 61]+[−1
−4 2 ])
5
=[
2 3 ][ −1 3 ]
5 1 1 11
=[
−1 31 ]
4 54
=[
2 3 ][ −7 17 ]
5 1 −26 22
=[
95 ]
−137 127
73
Sebaliknya,
=[
13 15 ][−4 2 ]
13 31 −1 5
=[
95 ]
−137 127
73
Jadi, P (QR) = (PQ) R
Teorema 3. Dengan menganggap bahwa ukuran-ukuran matriks adalah
sedemikian rupa sehingga operasi-operasi yang ditunjukan dapat dilakukan, maka
aturan –aturan ilmu hitung matriks yang berikut akan sahih.
a. A+0 = 0+A = A
b. A-A = 0
c. 0- A = -A
d. A0 = 0; 0A =0
Sehingga AX1 - AX 2=0 atau A ( X 1−X 2 ) =0. Jika kita misalkan X 0 = X 1 −X 2 dan kita
misalkan k sebarang skalar,maka
A( X 1 +k X 0 ¿=A X 1 + A (k X 0)
= AX 1 + k ( A X 0 )
= B + k0
=B+0
=B
A= [ a11 a 12 a13
a21 a 22 a23 ]
Maka I 2 A= [ 10 01] [ aa 11
21
a12 a 13
a22 a 23
a
][ a a
= 11 12 13 = A
a21 a22 a23 ]
Teorema 5. Jika baik B maupun C adalah invers matriks A, maka B = C.
Bukti : Karena B adalah invers A, maka BA= I. Dengan mengalikan kedua ruas
dari sebelah kanan dengan C maka (BA)C =IC = C. Tetapi (BA)C = B(AC) =BI
=B, sehingga B = C.
Jika A dapat dibalik, maka inversnya akan dinyatakan dengan simbol A−1 ,jadi
Contoh :
[ ]
d −b
−1
A =
1 d −b
ad−bc −c a
= [
ad−bc
−c ] ad−bc
a
ad−bc ad−bc
Teorema 6. Jika A dan B adalah matriks-matriks yang dapat dibalik dan yang
ukuran- ukurannya sama, maka
a. AB dapat dibalik
b. ( AB )−1=B−1 A−1
Contoh :
Tinjaulah matriks-matriks
[ ] [ ]
1 −1 4 −3
Kita dapatkan A =
3 −2
−1 1
−1
−1
B =
−1 [ −1
3 ( AB) = −9 7
2 2 2
]
[ ][ ][ ]
−1 1
4 −3
−1 3 −2
−1
Juga B A = 3 = −9 7
−1 −1 1
2 2 2
Teorema 7. Jika A adalah matriks kuadrat dan r serta s adalah bilangan bulat,
maka
Ar A s= Ar + s( A r )s= A rs
Teorema 9. Jika ukuran matriks seperti operasi yang diberikan dapat dilakukan ,
maka
t
a. ( At ) =A
t t
( A+ B) =A + Bt maka :
−1
a. A−1 dapat dibalik dan ( A−1 ) = A .
b. An dapat dibalik dan ( An )−1=( A−1 )n untuk n = 0,1,2,... .
c.
untuk setiap skalar k yang taksama dengan 0 , maka kA dapat dibalik dan( kA)−1
1 −1
= A .
k
b.
c. ( kA )t = k At ,di mana k adalah sebarang skalar .
d. ( AB )t = Bt At
Matriks A dan matriks B disebut sama, karena ordonya sama dan elemen-
elemennya seletak sama. Permasalahan yang muncul dalam kesamaan dua
matriks ini adalah menyelesaikan bentuk aljabar. Baik aljabar sederhana,
sistem persamaan linier, persamaan kuadrat dan sebagainya. Yang harus kita
lakukan untuk menyelesaikan soal kesamaan dua matriks adalah
menyamakan komponen-komponen yang seletak dan mengeluarkannya dari
matriks. Setelah itu selesaikan dengan aljabar. Kesamaan dua matriks nanti
akan berhubungan juga dengan operasi matriks. Dimana matriks yang kiri
setelah dioperasikan menjadi sama dengan matriks yang kanan.
( ac db ) = ( lj mk ) ↔ a = j , b = k , c = l dan d = m
Contoh :
1. A=
[ 13 24 ] , B=[ 13 22 ] dan C=[13 24 01]
2
A=B
i) P = R dan ii) Q = S
1=d-4
d-4=1
d=1+4=5
a=3
7=b+2
b+2=7
b=7–2=5
c=8
Nilai a + b + c + d = 3 + 5 + 8 + 5 = 21
Latihan Soal
( )
a+b 2 b
2. Diketahui matriks C =
3 4 5
2 1 6( )
dan matriks D = c +2 1 .
5 3d
Jika Dt menyatakan transpos dari matriks D dan berlaku hubungan D t = C,
tentukan nilai
dari a,b,c,dan d !
3. Diketahui matriks-matriks :
A= (−3
p+1
r
2q
2 s+1 )
,B=
2p
(q
r +2 2−s
dan C = )
4 12
−2 9 ( )
Jika A + B = C. tentukan nilai p, q, r dan s !
4. Tentukan nilai x dan y dari :
Tentukan matriks ( xz wy ) !
Teorema 10 :
Contoh :
x 1+ 2 x2 +3 x 3=5
2 x1 +5 x 2+ 3 x 3=3
x 1+ 8 x 3 =17
[ ] [] []
1 2 3 x1 5
Maka A = 2 5 3 X = x 2 B= 3
1 0 8 x3 17
[ ]
−40 16 9
−1
Diperoleh A = 13 −5 −3
5 −2 −1
[ ][ ] [ ]
−40 16 9 5 1
−1
X= A B= 13 −5 −3 3 = −1
5 −2 −1 17 2
Contoh :
Pecahkanlah sistem-sistem
(a) x 1+ 2 x 2 +3 x3 =4 ( b ) x 1 +2 x 2 +3 x 3=¿ 1
2 x1 +5 x 2+ 3 x 3=5 2 x 1+5 x 2 +3 x3 =6
x 1+ 8 x 3 =9 x1 +8 x 3=−6
Pemecahan. Kedua sistem mempunyai matriks koefisien yang sama, jika kita
memperbesar matriks koefisien ini dengan kolom konstanta pada ruas kanan dari
sistem-sistem ini,maka
⟨ || ⟩
1 2 34 1
2 5 3 5 6 dengan mereduksi matriks ini terhadap bentuk eselon baris
1 0 8 9 −6
akan di hasilkan;
⟨ || ⟩
1 0 01 2
0 1 0 0 1 sehingga didapatkan untuk persamaan
0 0 1 1 −1
a. A dapat dibalik
b. AX = 0 hanya mempunyai pemecahan trivial
c. A ekivalen baris ke I n
d. AX = B konsisten untuk tiap-tiap matriks B yang berukuran n x 1.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Matriks adalah kumpulan bilangan-bilangan yang diatur dalam baris-baris
dan kolom-kolom berbentuk persegi panjang serta termuat diantara sepasang
tanda kurung. Jenis-jenis matriks dapat dibedakan berdasarkan susunan elemen
matriks dan berdasarkan sifat dari operasi matriks. Operasi pada matriks dapat
dilakukan dengan cara penjumlahan, pengurangan dan perkalian langsung.
B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuandan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca yang budiman bersedia memberikan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan penulisan
makalah pada kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA