Pendidikan Pancasila
Disusun Oleh :
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Pancasila.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang
tua, sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ……………………………………………… 15
B. Saran ……………………………………………………… 15
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap Negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat)
tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan
kehidupan dan pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup
bangsa yang diyakini kebenarannya dan diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat yang mendiami negara tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan
nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nilai tersebut akan
mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu konsepsi yang secara
eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang atau masyarakat.
Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran atau
standar yang memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk
mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat.
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti
bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama
Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan yang di maksud dengan cara berpikir filsafat!
2. Jelaskan pengertian pancasila secara filsafat!
3. Jelaskan nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan antara
hak dan kewajiban asasi manusia!
BAB II
PEMBAHASAN
1. Objek Material, yaitu kajian filsafat yang meliputi sesuatu baik berupa
material konkret seperti manusia, alam, benda, binatang, dan
sebagainya, maupun sesuatu yang bersifat abstrak seperti, nilai-nilai,
ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan sebagainya.
2. Objek Formal, yaitu cara pandang seseorang terhadap objek material
tersebut. Misalnya dari sudut pandang nilai (bidang aksiologi), dari
sudut pandang pengetahuan (bidang epistemologi), dari sudut pandang
keberadaan (bidang ontologi), dari sudut pandang tingkah laku baik
dan buruk (bidang etika), dari sudut pandang keindahan (bidang
estetika) dan sebagainya. Filsafat khusus misalnya filsafat sosial,
filsafat hukum, filsafat pancasila, filsafat bahasa dan lainnya yang
membicarakan hal-hal yang sifatnya khusus.
2. Sistem Filsafat
Pemikiran filsafat berasal dari berbagai tokoh yang menjadikan
manusia sebagai subjek. Perbedaan latar belakang tata nilai dan alam
kehidupan, cita-cita dan keyakinan yang mendasari tokoh filsafat itu
melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar antar ajaran filsafat. Setiap
jalan pikiran atau penalaran tersusun atas pernyataan-pernyataan yang
dapat diselidiki benar tidaknya. Pernyataan-pernyataan serupa itu juga
disebut putusan atau proposisi.
Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi
kehidupan yang mendasar. Suatu sistem filsafat sedikitnya mengajarkan
tentang sumber dan hakekat realitas, filsafat hidup dan tata nilai (etika),
termasuk teori terjadinya pengetahuan dan logika. Sebaliknya, filsafat
yang mengajarkan hanya sebagian kehidupan tak dapat disebut sistem
filsafat, melainkan hanya ajaran filosofis seorang ahli filsafat.
3. Aliran-aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah
sebagai berikut :
1. Aliran Materialisme
Aliran ini mengajarkan bahwa hakekat realitas kesemestaan,
termasuk makhluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas
tersebut ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan)
dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum
kausalitas) yang bersifat objektif.
2. Aliran Idealisme/ Spiritualisme
Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang
menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas
realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran
ruhani. Manusia yang tak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari
dirinya apalagi realitas semata. Jadi, hakekat diri dan kenyataan
kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit).
3. Aliran Realisme
Aliran ini mengajarkan bahwa kedua aliran di atas
(materialisme dan idealisme) adalah bertentangan, tidak sesuai dengan
kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan,
terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan
seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, mereka
hidup berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah
realitas demikian lebih daripada sekedar materi. Oleh karenanya,
realitas adalah paduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non
materi (spiritual, jiwa, dan ruhaniah). Khusus pada manusia, tampak
dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini,
realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-ruhaniah, materi dan
nonmateri.
C. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan antara Hak dan
Kewajiban Asasi Manusia
Pandangan mengenai relasi antara manusia dengan masyarakat
merupakan falsafah kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna
bagi kehidupan masyarakat. Untuk merumuskan relasi manusia dalam
masyarakat, ada dua pandangan yang berbeda, yakni pandangan pertama,
melihat manusia sebagai pribadi atau individu. Penekanannya pada kehidupan
personal manusia. Dalam kehidupan seperti ini sering terjadi persaingan tidak
sehat. Ada banyak pelanggaran dan penindasan terhadap kaum lemah. Disini
berlaku istilah “yang kaya tetap kaya yang miskin tetap miskin”. Cara hidup
seperti ini menimbulkan kesenjangan dalam hidup bermasyarakat dan tidak
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tertuang dalam sila kedua, yakni
kemanusiaan yang adil dan beradab serta sila kelima, yakni keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pandangan kedua, yakni pandangan yang melihat hubungan manusia
dengan masyarakat sebagai sosial. Penekanannya terletak pada aspek
masyarakat. Masyarakat dianggap segala-galanya, masyarakat dijadikan
sebagai tolak ukur untuk semua segi kehidupan. Disini dimensi demokrasi
sangat menonjol. Bila ini yang berlaku, maka manusia kehilangan
kepribadiannya. Individu dianggap seolah-olah sebuah mesin raksasa
masyarakat yang menggerakkan kehidupan bersama. Paham ini akan
menimbulkan tekanan batin karena hak-hak pribadi diabaikan, dengan
demikian kebahagiaan sebagaimana yang dicita-citakan bersama tidak akan
tercapai.
Kedua paham diatas, dari sudut pandang Pancasila dan hubungan
manusia dengan masyarakat tidak memilih salah satu dari keduanya. Juga
tidak memadukan keduanya menjadi satu. Karena karakter individualism dan
liberalisme serta komunisme tidak sesuai dengan prinsip Pancasila. Pancasila
melihat bahwa kebahagiaan manusia hanya bisa tercapai jika dikembangkan
melalui hubungan yang serasi antara manusia dengan masyarakat, manusia
dengan Allah Yang Maha Kuasa dan manusia dengan alam semesta.
Untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan hak dan kewajiban
menurut nilai-nilai dari Pancasila, ada 3 hal yang perlu diketahui antara lain :
1. Hubungan Vertikal
Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa, seperti yang terealisasi dari nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa. Sila pertama dalam nilai Pancasila menjadi yang terutama dan
pertama. Relasi manusia dengan Tuhan, merupakan hal fundamental yang
harus dihadapi. Manusia wajib taat pada perintah Tuhan dan menghentikan
segala larangan-Nya. Manusia yang tunduk pada hukum Tuhan akan
mendapat ganjarannya, manusia akan memperoleh imbalan yang menjadi
haknya di kemudian hari, tetapi tidak diterima di dunia ini. Imbalan itu
akan diterima pada akhir hayat nantinya. Hubungan yang baik antara
Tuhan sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan-Nya, hanya bisa
tercipta bila manusia tunduk pada hukum Ilahi.
Menurut sila Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia Indonesia
disadarkan dan diingatkan akan adanya Allah dengan sifat yang dimiliki-
Nya. Pengenalan dan pengamalan akan Allah, diharapkan manusia
memiliki sikap dan tindakan yang tepat dalam hubungannya dengan Allah.
Sikap yang tepat dianjurkan dalam butir-butir P4 (pedoman, penghayatan,
dan pengamalan Pancasila), sebagai pedoman untuk menghayati dan
mengamalkan Pancasila.
2. Hubungan Horizontal
Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan
sesamanya, baik sebagai warga masyarakat, warga bangsa dan warga
negara. Sebagai warga negara memiliki kewajiban kepada negara,
misalnya membayar pajak. Sedangkan hak warga negara yang harus
diterima dari negara, misalnya infrastruktur (jalan raya, PAM, Listrik, dan
lain-lain).
Sila kedua sangat menekankan sifat Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab. Manusia diharapkan menyadari keluhuran martabatnya sebagai
manusia. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan melaksanakan
apa yang dikehendakinya. Sikap saling mengakui, menghargai,
menghormati, dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan adalah sikap
dasar dari pengamalan Pancasila khususnya sila kedua.
3. Hubungan Alamiah
Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar,
yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam dengan segala isinya.
Seluruh alam semesta dengan segala isinya diperuntukan bagi
kelangsungan hidup manusia. Manusia juga memiliki kewajiban untuk
melestarikan alam dan kekayaan yang ada didalamnya. Alam juga
mengalami penyusutan, sedangkan manusia semakin berkembang, dengan
demikian kebutuhannya juga bertambah. Memelihara kelestarian alam
juga merupakan kewajiban manusia, sebab alam sudah menyumbangkan
banyak hal untuk kelangsungan hidup manusia.
Hubungan manusia dengan alam harus seimbang antara kewajiban
dan hak, sama seperti hubungan manusia dengan masyarakat dan manusia
dengan Tuhan. Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan masyarakat
atau bangsanya, dan manusia dengan alam lingkungannya.
Alasan mendasar Pancasila sebagai pandangan hidup atau ideologi bangsa
adalah sebagai berikut :
1. Mengakui adanya kekuatan gaib yang ada di luar diri manusia sebagai
pencipta serta pengatur dan penguasa alam semesta.
2. Mengatur keseimbangan dalam hubungan, keserasian-keserasian dan
pengendalian diri. Artinya relasi yang baik dan seimbang antara
ketiganya (manusia dengan masyarakat, manusia dengan Tuhan, dan
manusia dengan alam semesta) akan menciptakan hidup bahagia dan
semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat
penting. Persatuan dan kesatuan sebagai bangsa merupakan nilai
sentral. Sebuah negara yang tidak bisa bersatu akan sulit menciptakan
hidup harmonis. Negara harus bisa memegang kendali dalam
menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Rasa kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan serta musyawarah
untuk mufakat dijadikan sebagai sendi dalam kehidupan bersama.
5. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bersama.
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan negara atau dengan kata lain pancasila merupakan suatu dasar
untuk mengatur penyelenggaraan negara. Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum, pancasila merupakan kaidah hukum negara yang secara
konstitusional mengatur Negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-
unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta pemerintah negara.
Oleh karena itu pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara
Indonesia sebagai landasan. Pancasila sebagai filsafat Negara Indonesia yaitu
hasil pemikiran mendalam dari bangsa Indonesia, yang dianggap, diyakini
sebagai kenyataan nilai dan norma yang paling benar, dan adil untuk
melakukan kegiatan hidup berbangsa dan bernegara di manapun mereka
berada. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan
dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia
adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa.
B. Saran
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan
tinggal di negara Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya warga negara
Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai,
menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh
para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa filsafat Pancasila adalah
sebagai dasar filsafat negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA