Anda di halaman 1dari 19

PANCASILA DAN FILSAFAT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu : Misbahudin, M.Pd

Disusun Oleh :

1. Raden Mohammad Luluk Herdiawan (20208300012)

2. Felix Luix Armado (20208300011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah Pendidikan Pancasila.

Makalah tentang Pancasila Dan Filsafat ini disusun untuk melengkapi


tugas Pendidikan Pancasila. Pengembangan dan penyusunan materi diberikan
secara urut. Penyajian materi didesain untuk memperkuat pemahaman konsep
tentang Pancasila Dan Filsafat dengan penjelasan yang cukup panjang.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
penyusun hadapi. Namun penyusun menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang
tua, sehingga kendala-kendala tersebut dapat teratasi.

Penyusunan makalah ini disesuaikan dengan referensi yang didapat dari


buku maupun internet. Segala kritik dan saran yang membangun senantiasa
diharapkan penyusun demi penyempurnaan tugas makalah ini. Semoga makalah
ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca dan bermanfaat bagi pendidik serta rekan-rekan dalam
mengembangkan ilmu pendidikan pancasila.

Bekasi, 25 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………….... i

Daftar Isi ……………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………… 1

A. Latar Belakang ……………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………… 3

A. Cara Berpikir Filsafat ……………………………………… 3

1. Pengertian Dan Cara Berpikir Filsafat ……………… 3


2. Sistem Filsafat ……………………………………… 5
3. Aliran-aliran Filsafat ……………………………………… 6

B. Pengertian Pancasila Secara Filsafat ……………………… 7

1. Pancasila Sebagai Filsafat ……………………………… 7


2. Aspek-aspek Pancasila Sebagai Filsafat ……………… 7
3. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat 9

C. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan antara

Hak dan Kewajiban Asasi Manusia ……………………… 11

BAB III PENUTUP ……………………………………………… 15

A. Kesimpulan ……………………………………………… 15

B. Saran ……………………………………………………… 15

Daftar Pustaka ……………………………………………… 16


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap Negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai (filsafat)
tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota masyarakat dalam menjalankan
kehidupan dan pemerintahannya. Filsafat negara merupakan pandangan hidup
bangsa yang diyakini kebenarannya dan diaplikasikan dalam kehidupan
masyarakat yang mendiami negara tersebut. Pandangan hidup bangsa merupakan
nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nilai tersebut akan
mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai adalah suatu konsepsi yang secara
eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri khas seseorang atau masyarakat.
Pada konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran atau
standar yang memiliki kelestarian yang secara umum digunakan untuk
mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu masyarakat.

Sistem nilai (filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan filsafat


masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, bangsa, dan negara.
Oleh karena itu, filsafat berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu
masyarakat dalam menghadapi suatu masalah, hakekat dan sifat hidup, hakekat
kerja, hakekat kedudukan manusia, etika dan tata karma pergaulan dalam ruang
dan waktu, serta hakekat hubungan manusia dengan manusia lainnya.

Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki filsafat seperti
bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang kita kenal dengan nama
Pancasila yang terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan yang di maksud dengan cara berpikir filsafat!
2. Jelaskan pengertian pancasila secara filsafat!
3. Jelaskan nilai-nilai pancasila menjadi dasar dan arah keseimbangan antara
hak dan kewajiban asasi manusia!
BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Berpikir Filsafat


1. Pengertian dan Cara Berpikir Filsafat
Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Philoshopia. Istilah ini merupakan bentukan dari kata asal philo (philein)
yang berarti cinta, dan Sophos yang artinya hikmah/ kebijaksanaan. Jadi,
filsafat artinya mencintai hal-hal yang sifatnya bijaksana. Filsafat
merupakan ilmu pengetahuan mengenai hakekat dari segala sesuatu yang
mencari sebab-sebabnya yang terdalam dengan menggunakan rasio/ akal
budi manusia.
Menurut D. Runes, filsafat berarti ilmu yang paling umum yang
mengandung usaha mencari kebijakan dan cinta akan kebijakan. Filsafat
tidak hanya menyelidiki struktur objeknya sebagaimana ilmu pengetahuan
pada umumnya, melainkan selalu menyelidiki hakekat objeknya, mencari
inti hakekatnya, dengan berpikir yang sedalam-dalamnya secara mendasar
sampai pada akar-akarnya yang terakhir.
Filsafat bukan agama, karena dalam agama manusia bertitik tolak
dari wahyu Ilahi, dari ungkapan Tuhan kepada hamba-Nya. Filsafat sama
sekali tidak bertitik tolak dari wahyu Ilahi, melainkan senantiasa tetap
mempergunakan rasio/ akal budi murninya.

Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu :


1. Keheranan, sebagian filsuf berpendapat bahwa adanya kata heran
merupakan asal dan filsafat. Rasa heran itu akan mendorong untuk
menyelidiki.
2. Kesangsian, merupakan sumber utama bagi pemikiran manusia yang
akan menuntun pada kesadaran. Sikap ini sangat berguna untuk
menemukan titik pangkal yang kemudian tidak disangsikan lagi.
3. Kesadaran akan keterbatasan, manusia mulai berfilsafat jika ia
menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Kemudian muncul kesadaran
akan keterbatasan bahwa di luar yang terbatas pasti ada sesuatu yang
tidak terbatas.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa objek kajian filsafat


meliputi :

1. Objek Material, yaitu kajian filsafat yang meliputi sesuatu baik berupa
material konkret seperti manusia, alam, benda, binatang, dan
sebagainya, maupun sesuatu yang bersifat abstrak seperti, nilai-nilai,
ide-ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan sebagainya.
2. Objek Formal, yaitu cara pandang seseorang terhadap objek material
tersebut. Misalnya dari sudut pandang nilai (bidang aksiologi), dari
sudut pandang pengetahuan (bidang epistemologi), dari sudut pandang
keberadaan (bidang ontologi), dari sudut pandang tingkah laku baik
dan buruk (bidang etika), dari sudut pandang keindahan (bidang
estetika) dan sebagainya. Filsafat khusus misalnya filsafat sosial,
filsafat hukum, filsafat pancasila, filsafat bahasa dan lainnya yang
membicarakan hal-hal yang sifatnya khusus.

Dari pengertian tentang filsafat di atas dapat diketahui cara berpikir


filsafat, antara lain :

1. Kritis, yaitu selalu mempertanyakan segala sesuatu, problema-


problema, dan hal-hal yang dihadapi manusia.
2. Radikal, yaitu bukan hanya sampai pada fakta-fakta yang sifatnya
khusus dan empiris belaka, namun sampai pada intinya yang terdalam
yaitu hakekat dari sesuatu objek. (radix : akar-akarnya)
3. Konseptual, yaitu tidak hanya sampai pada persepsi manusia saja, tapi
merupakan kegiatan akal budi dan mental manusia yang berusaha
menyusun konsep-konsep yang berasal dari generalisasi serta abstraksi
dari hal-hal yang sifatnya khusus.
4. Koheren (runtut), yaitu berpikir secara sistematis, runtut, unsur-
unsurnya tidak saling terpisah, tidak saling bertentangan, tidak acak-
acakan, kacau dan fragmentaris.
5. Rasional, yaitu pemikiran-pemikirannya dapat diterima oleh akal sehat
manusia (logis).
6. Komprehensif (menyeluruh), yaitu kesimpulan diambil berdasarkan
banyak pertimbangan dari berbagai sudut pandang, berbeda dengan
ilmu pengetahuan.
7. Universal, yaitu bersifat umum bagi seluruh umat manusia, tidak
terbatas oleh ruang dan waktu, misalnya keadilan, kebenaran dan
kebaikan.
8. Spekulatif, yaitu menduga-duga atau memprediksi dengan kekuatan
akal manusia untuk menemukan jawaban dari fakta yang dihadapi.
9. Bebas, yaitu berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terikat pada
kekangan-kekangan sosial, politik, tradisi, agama dan moral.
10. Implikatif, yaitu jawaban dari suatu permasalahan tidak pernah tuntas,
tetapi menimbulkan pertanyaan baru lagi.
11. Reflektif, yaitu dalam melihat (berkaca) pada kehidupan di
masyarakat, apa yang sebaiknya dilakukan agar hidup menjadi lebih
baik dan bermakna.

2. Sistem Filsafat
Pemikiran filsafat berasal dari berbagai tokoh yang menjadikan
manusia sebagai subjek. Perbedaan latar belakang tata nilai dan alam
kehidupan, cita-cita dan keyakinan yang mendasari tokoh filsafat itu
melahirkan perbedaan-perbedaan mendasar antar ajaran filsafat. Setiap
jalan pikiran atau penalaran tersusun atas pernyataan-pernyataan yang
dapat diselidiki benar tidaknya. Pernyataan-pernyataan serupa itu juga
disebut putusan atau proposisi.
Suatu ajaran filsafat yang bulat mengajarkan tentang berbagai segi
kehidupan yang mendasar. Suatu sistem filsafat sedikitnya mengajarkan
tentang sumber dan hakekat realitas, filsafat hidup dan tata nilai (etika),
termasuk teori terjadinya pengetahuan dan logika. Sebaliknya, filsafat
yang mengajarkan hanya sebagian kehidupan tak dapat disebut sistem
filsafat, melainkan hanya ajaran filosofis seorang ahli filsafat.

3. Aliran-aliran Filsafat
Aliran-aliran utama filsafat yang ada sejak dahulu hingga sekarang adalah
sebagai berikut :
1. Aliran Materialisme
Aliran ini mengajarkan bahwa hakekat realitas kesemestaan,
termasuk makhluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas
tersebut ditentukan oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan)
dan terikat pada hukum alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum
kausalitas) yang bersifat objektif.
2. Aliran Idealisme/ Spiritualisme
Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang
menentukan hidup dan pengertian manusia. Subjek manusia sadar atas
realitas dirinya dan kesemestaan karena ada akal budi dan kesadaran
ruhani. Manusia yang tak sadar atau mati sama sekali tidak menyadari
dirinya apalagi realitas semata. Jadi, hakekat diri dan kenyataan
kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit).
3. Aliran Realisme
Aliran ini mengajarkan bahwa kedua aliran di atas
(materialisme dan idealisme) adalah bertentangan, tidak sesuai dengan
kenyataan (tidak realistis). Sesungguhnya, realitas kesemestaan,
terutama kehidupan bukanlah benda (materi) semata-mata. Kehidupan
seperti tampak pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia, mereka
hidup berkembang biak, kemudian tua dan akhirnya mati. Pastilah
realitas demikian lebih daripada sekedar materi. Oleh karenanya,
realitas adalah paduan benda (materi dan jasmaniah) dengan yang non
materi (spiritual, jiwa, dan ruhaniah). Khusus pada manusia, tampak
dalam gejala daya pikir, cipta, dan budi. Jadi menurut aliran ini,
realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-ruhaniah, materi dan
nonmateri.

B. Pengertian Pancasila Secara Filasafat


1. Pancasila Sebagai Filsafat
Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai dan
pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi
pancasila. Secara ringkas filsafat pancasila merupakan refleksi kritis dan
rasional tentang pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya
bangsa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya
secara mendasar dan menyeluruh. Filsafat pancasila juga mengungkap
konsep-konsep yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia,
melainkan juga manusia pada umumnya. Pancasila sebagai filsafat bangsa
Indonesia ditetapkan menjadi ideologi bangsa Indonesia pada tanggal 18
Agustus 1945.
Pembahasan filsafat pancasila dapat dilakukan secara deduktif dan
induktif. Secara deduktif dilakukan dengan mencari hakekat pancasila
serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan
pandangan yang komprehensif. Secara induktif yakni dengan mengamati
gejala-gejala sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan menarik
arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.

2. Aspek-aspek Pancasila Sebagai Filsafat


1. Aspek Ontologi
Ontologi menurut Runes, adalah teori tentang adanya
keberadaan atau eksistensi. Sementara menurut Aristoteles sebagai
filsafat pertama, ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakekat
sesuatu dan disamakan artinya dengan metafisika.
Jadi, ontologi adalah bidang atau cabang filsafat yang
menyelidiki makna yang ada (eksistensi dan keberadaan), sumber ada,
jenis ada, dan hakekat ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika
dan alam semesta atau kosmologi. Bidang ontologi meliputi
penyelidikan tentang keberadaan manusia, benda, alam semesta.
Artinya ontologi adalah menjangkau adanya tuhan dan alam gaib
seperti ruhani dan kehidupan sesudah kematian (alam dibalik dunia,
alam metafisika).
Dalam konteks ontologi, pancasila “ada” dalam realitas/
kenyataan, sebab “ada” nya Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil,
yang menjadi landasan sila-sila pancasila itu “ada” dalam realitas/
kenyataan. Nilai-nilai pancasila yang terdapat dalam adat istiadat,
budaya, dan religi, “ada” pada bangsa Indonesia sejak dahulu kala, dan
masih tetap “ada” sampai sekarang.
Hubungan :
Sila pertama Pancasila yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha
Esa” mengakui adanya kekuatan gaib yang di luar manusia menjadi
pencipta, pengatur serta penguasa alam semesta.
2. Aspek Epistemologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Epistemologi
meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya
pengetahuan, serta batas dan validitas ilmu pengetahuan. Yang
termasuk cabang epistemologi adalah matematika, logika, sematik, dan
teori ilmu.
Dilihat dari aspek epistemologi, Pancasila merupakan
pengetahuan ilmiah dan filsafati, dan bisa diteliti dan diuji
kebenarannya.
Hubungan :
Dalam pembukaan UUD 1945 terdapat tujuan Negara
Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara, dan UUD
sendiri berlandaskan pada Pancasila.
3. Aspek Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai,
sumber nilai, jenis dan tingkatan nilai dan hakekat nilai.
Dalam konteks aksiologi, Pancasila sebagai sistem filsafat
mengandung nilai manfaat yaitu untuk mempersatukan bangsa
Indonesia yang beraneka ragam suku bangsa ini, dan mengandung nilai
manfaat sebagai acuan moral bangsa Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila merupakan
kristalisasi nilai-nilai yang diangkat dari kehidupan bangsa Indonesia
yang diyakini sebagai sesuatu hal yang baik, benar dan indah.
Hubungan :
Dalam menyelidiki makna nilai dari suatu terdapat norma-
norma masyarakat yang sudah mendarah daging dalam beretika
yang merupakan Way Of Life dan ciri khas bangsa Indonesia yang,
Pancasila sendiri adalah cerminan dari bangsa Indonesia sendiri.
Adapun kepercayaan pada Tuhan termasuk cangkupan nilai di
aksiologi, sejak dahulu leluhur kita sudah menciptakan banyak
karya yang terdiri dari cipta, rasa, dan karsa sesuai
kepercayaannya.

3. Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem Filsafat


Meskipun Pancasila terdiri dari lima sila, tetapi kelimanya
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Masing-masing sila tidak
dapat berdiri sendiri, maksudnya sila yang satu terlepas dari sila yang lain.
Sila-sila Pancasila mempunyai hubungan yang erat antara yang satu
dengan lainnya. Kelima sila itu bersama-sama menyusun pengertian yang
satu, bulat dan utuh.
Sebagai sistem filsafat, Pancasila telah memenuhi persyaratan di antaranya
sebagai berikut :
1. Sebagai satu kesatuan yang utuh, berarti kelima sila dari sila I sampai
dengan V merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Memisahkan satu sila berarti menghilangkan arti Pancasila.
2. Bersifat konsisten dan koheren, berarti lima sila Pancasila itu urut-
urutan sila I sampai dengan V bersifat runtut tidak kontradiktif, dan
nilai yang lebih esensial didahulukan. Esensi pokok sila I sampai
dengan V : Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil. Tuhan menciptakan
manusia, manusia butuh interaksi dengan manusia lain (persatuan),
setelah bersatu mencapai tujuan bersama (keadilan) dan perlu
musyawarah terlebih dahulu.
3. Ada hubungan antara bagian yang satu dengan bagian lain, berarti sila
I sampai dengan V ada hubungan keterkaitan dan ketergantungan yang
menjadi lima sila tersebut bulat dan utuh.
4. Ada kerjasama, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah pendukung
Pancasila itu yang melakukan kerjasama yaitu bangsa Indonesia
sendiri.
5. Semua mengabdi pada satu tujuan yaitu tujuan bersama, maksudnya
adalah semua pendukung Pancasila (bangsa Indonesia) harus bekerja
sama untuk tujuan bersama seperti yang dimaksud dalam UUD 1945
yaitu kesejahteraan bersama.
Konsekuensi dari sistem tersebut menyebabkan Pancasila memiliki
susunan hirarkis dan bentuk piramidal. Hirarkis artinya bertingkat,
sedangkan piramidal dipergunakan menggambarkan hubungan yang
bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urutan luas cakupan (kuantitas)
dan juga dalam hal isi sifatnya (kualitas).
Jika dilihat dari segi esensinya, urut-urutan lima sila ini
menunjukkan rangkaian tingkat dalam “luas cakupan” dan “isi sifatnya”.
Artinya sila yang dibelakang sila lainnya lebih sempit/ kecil cakupannya
atau merupakan pengkhususan atau bentuk penjelmaan dari sila-sila yang
mendahuluinya. Dengan adanya urut-urutan dari kelima sila Pancasila
yang mempunyai hubungan mengikat satu sama lain, sehingga Pancasila
merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Hal ini menjadikan setiap
sila dari Pancasila didalamnya terkandung sila-sila lainnya, ini berarti :
1. KeTuhanan Yang Maha Esa, adalah KeTuhanan yang berkemanusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah Kemanusiaan yang
berkeTuhanan, berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
3. Persatuan Indonesia, adalah persatuan yang berkeTuhanan,
berkemanusiaan, berkerakyatan, dan berkeadilan sosial.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, adalah kerakyatan yang berkeTuhanan,
berkemanusiaan, berpersatuan, dan berkeadilan sosial.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, adalah keadilan yang
berkeTuhanan, berkemanusiaan, berpersatuan, dan berkerakyatan.
Konsekuensi logis dari hirarkis piramidal sila-sila Pancasila
tersebut, maka sila keTuhanan Yang Maha Esa menjadi puncak dari sila
dibawahnya, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

C. Nilai-nilai Pancasila Menjadi Dasar dan Arah Keseimbangan antara Hak dan
Kewajiban Asasi Manusia
Pandangan mengenai relasi antara manusia dengan masyarakat
merupakan falsafah kehidupan masyarakat yang memberi corak dan warna
bagi kehidupan masyarakat. Untuk merumuskan relasi manusia dalam
masyarakat, ada dua pandangan yang berbeda, yakni pandangan pertama,
melihat manusia sebagai pribadi atau individu. Penekanannya pada kehidupan
personal manusia. Dalam kehidupan seperti ini sering terjadi persaingan tidak
sehat. Ada banyak pelanggaran dan penindasan terhadap kaum lemah. Disini
berlaku istilah “yang kaya tetap kaya yang miskin tetap miskin”. Cara hidup
seperti ini menimbulkan kesenjangan dalam hidup bermasyarakat dan tidak
sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang tertuang dalam sila kedua, yakni
kemanusiaan yang adil dan beradab serta sila kelima, yakni keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pandangan kedua, yakni pandangan yang melihat hubungan manusia
dengan masyarakat sebagai sosial. Penekanannya terletak pada aspek
masyarakat. Masyarakat dianggap segala-galanya, masyarakat dijadikan
sebagai tolak ukur untuk semua segi kehidupan. Disini dimensi demokrasi
sangat menonjol. Bila ini yang berlaku, maka manusia kehilangan
kepribadiannya. Individu dianggap seolah-olah sebuah mesin raksasa
masyarakat yang menggerakkan kehidupan bersama. Paham ini akan
menimbulkan tekanan batin karena hak-hak pribadi diabaikan, dengan
demikian kebahagiaan sebagaimana yang dicita-citakan bersama tidak akan
tercapai.
Kedua paham diatas, dari sudut pandang Pancasila dan hubungan
manusia dengan masyarakat tidak memilih salah satu dari keduanya. Juga
tidak memadukan keduanya menjadi satu. Karena karakter individualism dan
liberalisme serta komunisme tidak sesuai dengan prinsip Pancasila. Pancasila
melihat bahwa kebahagiaan manusia hanya bisa tercapai jika dikembangkan
melalui hubungan yang serasi antara manusia dengan masyarakat, manusia
dengan Allah Yang Maha Kuasa dan manusia dengan alam semesta.
Untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan hak dan kewajiban
menurut nilai-nilai dari Pancasila, ada 3 hal yang perlu diketahui antara lain :
1. Hubungan Vertikal
Hubungan vertikal adalah hubungan manusia dengan Tuhan Yang
Maha Kuasa, seperti yang terealisasi dari nilai-nilai Ketuhanan Yang
Maha Esa. Sila pertama dalam nilai Pancasila menjadi yang terutama dan
pertama. Relasi manusia dengan Tuhan, merupakan hal fundamental yang
harus dihadapi. Manusia wajib taat pada perintah Tuhan dan menghentikan
segala larangan-Nya. Manusia yang tunduk pada hukum Tuhan akan
mendapat ganjarannya, manusia akan memperoleh imbalan yang menjadi
haknya di kemudian hari, tetapi tidak diterima di dunia ini. Imbalan itu
akan diterima pada akhir hayat nantinya. Hubungan yang baik antara
Tuhan sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan-Nya, hanya bisa
tercipta bila manusia tunduk pada hukum Ilahi.
Menurut sila Ketuhanan Yang Maha Esa, manusia Indonesia
disadarkan dan diingatkan akan adanya Allah dengan sifat yang dimiliki-
Nya. Pengenalan dan pengamalan akan Allah, diharapkan manusia
memiliki sikap dan tindakan yang tepat dalam hubungannya dengan Allah.
Sikap yang tepat dianjurkan dalam butir-butir P4 (pedoman, penghayatan,
dan pengamalan Pancasila), sebagai pedoman untuk menghayati dan
mengamalkan Pancasila.
2. Hubungan Horizontal
Hubungan horizontal adalah hubungan manusia dengan
sesamanya, baik sebagai warga masyarakat, warga bangsa dan warga
negara. Sebagai warga negara memiliki kewajiban kepada negara,
misalnya membayar pajak. Sedangkan hak warga negara yang harus
diterima dari negara, misalnya infrastruktur (jalan raya, PAM, Listrik, dan
lain-lain).
Sila kedua sangat menekankan sifat Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab. Manusia diharapkan menyadari keluhuran martabatnya sebagai
manusia. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih dan melaksanakan
apa yang dikehendakinya. Sikap saling mengakui, menghargai,
menghormati, dan menjunjung tinggi martabat kemanusiaan adalah sikap
dasar dari pengamalan Pancasila khususnya sila kedua.
3. Hubungan Alamiah
Hubungan alamiah adalah hubungan manusia dengan alam sekitar,
yang meliputi hewan, tumbuh-tumbuhan, dan alam dengan segala isinya.
Seluruh alam semesta dengan segala isinya diperuntukan bagi
kelangsungan hidup manusia. Manusia juga memiliki kewajiban untuk
melestarikan alam dan kekayaan yang ada didalamnya. Alam juga
mengalami penyusutan, sedangkan manusia semakin berkembang, dengan
demikian kebutuhannya juga bertambah. Memelihara kelestarian alam
juga merupakan kewajiban manusia, sebab alam sudah menyumbangkan
banyak hal untuk kelangsungan hidup manusia.
Hubungan manusia dengan alam harus seimbang antara kewajiban
dan hak, sama seperti hubungan manusia dengan masyarakat dan manusia
dengan Tuhan. Pancasila adalah suatu pandangan hidup atau ideologi yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan masyarakat
atau bangsanya, dan manusia dengan alam lingkungannya.
Alasan mendasar Pancasila sebagai pandangan hidup atau ideologi bangsa
adalah sebagai berikut :
1. Mengakui adanya kekuatan gaib yang ada di luar diri manusia sebagai
pencipta serta pengatur dan penguasa alam semesta.
2. Mengatur keseimbangan dalam hubungan, keserasian-keserasian dan
pengendalian diri. Artinya relasi yang baik dan seimbang antara
ketiganya (manusia dengan masyarakat, manusia dengan Tuhan, dan
manusia dengan alam semesta) akan menciptakan hidup bahagia dan
semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
3. Dalam mengatur hubungan, peranan dan kedudukan bangsa sangat
penting. Persatuan dan kesatuan sebagai bangsa merupakan nilai
sentral. Sebuah negara yang tidak bisa bersatu akan sulit menciptakan
hidup harmonis. Negara harus bisa memegang kendali dalam
menjalankan roda kehidupan berbangsa dan bernegara.
4. Rasa kekeluargaan, gotong-royong, kebersamaan serta musyawarah
untuk mufakat dijadikan sebagai sendi dalam kehidupan bersama.
5. Kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bersama.

Isi pemikiran filsafat Pancasila sebagai suatu pemikiran filsafat tentang


negara bahwa Pancasila memberikan jawaban yang mendasar dan menyeluruh
atas masalah-masalah asasi filsafat tentang negara yang berpusat pada lima
masalah sosial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan negara atau dengan kata lain pancasila merupakan suatu dasar
untuk mengatur penyelenggaraan negara. Pancasila merupakan sumber dari
segala sumber hukum, pancasila merupakan kaidah hukum negara yang secara
konstitusional mengatur Negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-
unsurnya yaitu rakyat, wilayah serta pemerintah negara.
Oleh karena itu pancasila ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara
Indonesia sebagai landasan. Pancasila sebagai filsafat Negara Indonesia yaitu
hasil pemikiran mendalam dari bangsa Indonesia, yang dianggap, diyakini
sebagai kenyataan nilai dan norma yang paling benar, dan adil untuk
melakukan kegiatan hidup berbangsa dan bernegara di manapun mereka
berada. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan
dengan bangsa-bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia
adalah pencerminan dari garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa.

B. Saran
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup dan
tinggal di negara Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknya warga negara
Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati, menghargai,
menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang telah dilakukan oleh
para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa filsafat Pancasila adalah
sebagai dasar filsafat negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Syamsudin, M., dkk. 2009. Pendidikan Pancasila; Menempatkan Pancasila dalam


Konteks Keislaman dan Keindonesiaan. Yogyakarta: Total Media.
https://arvyndilawijaya.wordpress.com/2013/03/24/pancasila-sebagai-filsafat/
http://ratni_itp.staff.ipb.ac.id/2012/06/11/pancasila-sebagai-filsafat/
http://mikhaelihem.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-pancasila-secara-
filsafat.html
http://arynatalina.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/11723/Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat.ppt
http://choirul_umam.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/42621/bab2-
pancasila_sebagai_sistem_filsafat.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196604251992032-
ELLY_MALIHAH/Silabi,_SAp,_Bahan_Kuliah_PKN,_Elly_Malihah/BAB-2.pdf

Anda mungkin juga menyukai