Anda di halaman 1dari 20

Makalah Aljabar Linear Dasar Materi Ke-2 Kelompok 9

MATRIKS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Aljabar Linear Dasar

Dosen Pengampu : Drs. Yasifati Hia, M. Si

Oleh :

Kelompok : 9 (Sembilan)

Kelas : PSPM E 2019

Nama Kelompok :

1. Robby Rahmatullah (4193311048)


2. Amalia Wahidah Rambe (4193311030)
3. Dina Ulpa Pasaribu (4193311031)

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan
Rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah aljabar linear dasar tentang Matriks.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terutama kepada dosen pengampu kami yaitu bapak Drs. Yasifati Hia, M. Si yang sudah
membimbing kami dalam proses pembelajaran Aljabar Linear Dasar.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasa dalam makalah kami. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap makalah mengenai ini dapat bermanfaat dan menginspirasi bagi
pembaca dan masyarakat luas.

Medan, 1 Maret 2021

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 2
2.1 Matriks dan Operasi Matriks ...................................................................................................... 2
2.2 Aturan-Aturan Ilmu Hitung Matriks.......................................................................................... 7
2.3 Matriks Elementer dan Metode untuk Mencari A-1 ................................................................. 12
2.4 Sistem Persamaaan Linear dan Keterbalikan .......................................................................... 14
PENUTUP ............................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 16
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 17

ii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori matriks merupakan salah satu cabang ilmu aljabar linier yang menjadi pembahasan
penting dalam ilmu matematika. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, aplikasi
matriks banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bidang matematika maupun
ilmu terapannya. Aplikasi tersebut banyak dimanfaatkan dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, misalnya pada aplikasi perbankan yang
senantiasa berhubungan dengan angka-angka, dalam dunia olahraga seperti penentuan klasemen
suatu pertandingan, dalam bidang ekonomi biasa digunakan untuk menganalisa input dan output
seluruh sektor ekonomi (Supranto, 1987).

Matriks dan operasinya merupakan hal yang erat kaitannya dengan bidang aljabar linier,
dimana matriks itu sendiri adalah kumpulan bilangan, simbol, berbentuk persegi atau persegi
panjang yang disusun menurut baris dan kolom. Bilangan-bilangan yang terdapat di suatu matriks
disebut dengan entri atau anggota dari matriks.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian matriks dan jenis-jenis matriks?


2. Operasi-operasi apa saja yang terdapat dalam matriks?
3. Bagaimana aturan-aturan ilmu hitung matriks?
4. Apa itu matriks elementer dan bagaiman metode untuk mencari A-1?
5. Bagaimana konsep Sistem Persamaaan Linear dan Keterbalikan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami apa itu matriks dan jenis-jenis matriks.


2. Mengetahui dan memahami operasi-operasi yang terdapat dalam matriks.
3. Mengetahui dan memahami konsep aturan-aturan ilmu hitung matriks.
4. Mengetahui dan memahami matriks elementer dan bagaiman metode untuk mencari A-1.
5. Mengetahui dan memahami konsep Sistem Persamaaan Linear dan Keterbalikan.

1
PEMBAHASAN

2.1 Matriks dan Operasi Matriks

1. Matriks

Definisi 1 : Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan yang dibatasi dengan tanda
kurung.

Definisi 2 : Matriks (matrix) adalah sebuah susunan (array) segi empat dari bilangan-bilangan
yang disajikan dalam kurung siku (kurung). Bilangan-bilangan ini disebut entri (entry) dari
matriks.

Suatu matriks tersusun atas baris dan kolom, jika matriks tersusun atas m baris dan n kolom
maka dikatakan matriks tersebut berukuran (berodo) m x n. Penulisan matriks biasanya
menggunakan huruf besar A, B, C dan seterusnya, sedangkan penulisan matriks beserta ukurannya
(matriks dengan m baris dan n kolom) adalah Amxn, Bmxn dan seterusnya.

Bentuk umum dari Amxn adalah :

𝑎11 𝑎12 … 𝑎1𝑛


𝑎21 𝑎22 … 𝑎2𝑛
𝐴𝑚𝑥𝑛 =[ ]
: : ∶∷ :
𝑎𝑚1 𝑎𝑚2 … 𝑎𝑚𝑛

Entri baris ke-I dan kolom ke-j dari matriks A adalah aij. Matriks A di atas dapat dinotasikan
dengan [aij]mxn atau [aij]. Entri baris ke-I dan kolom ke-j dari matriks A dapat juga dinyatakan
dengan notasi (A)ij. Jadi, untuk matriks di atas (A)ij = aij.

Jenis-jenis matriks

Ada beberapa jenis matriks yang perlu diketahui dan sering digunakan pada pembahasan
selanjutnya, yaitu :

a) Matriks Bujur sangkar

2
Matriks bujur sangkar adalah matriks yang jumlah barisnya sama dengan jumlah
kolomnya. Karena sifatnya yang demikian ini, dalam matriks bujur sangkar dikenal istilah
elemen diagonal yang berjumlah n untuk matriks bujur sangkar yang berukuran nxn, yaitu :
a11, a22, …, amn.

Contoh :

𝑎11 𝑎12
𝐴2𝑥2 = [𝑎 𝑎22 ] dengan elemen diagonal a11 dan a22
21

𝑎11 𝑎12 𝑎13


𝐴3𝑥3 = [𝑎21 𝑎22 𝑎23 ] dengan elemen diagonal a11 ,a22 dan a33
𝑎31 𝑎32 𝑎33

b) Matriks Diagonal

Matriks diagonal adalah matriks yang elemen bukan diagonalnya bernilai nol. Dalam hal
ini tidak disyaratkan bahwa elemen diagonal harus tak nol.

Contoh :

1 0 1 0 0 0
A=[ ] B=[ ] C=[ ]
0 3 0 0 0 0

c) Matriks Nol

Mariks Nol merupakan matriks yang semua elemennya bernilai nol.

d) Matriks Segitiga

Matriks segitiga adalah matriks bujur sangkar yang elemen – elemen dibawah atau diatas
elemen diagonal bernilai nol. Jika yang bernilai nol adalah elemen – elemen dibawah elemen
diagonal maka disebut matriks segitiga atas , sebaliknya disebut matriks segitiga bawah.
Dalam hal ini, juga tidak disyaratkan bahwa elemen diagonal harus bernilai tak nol.

Contoh :

3
1 0 1 0 0 0 1 0 0
A = [0 0 2] , B = [1 0 0] , C = [0 1 0]
0 0 1 0 1 0 0 0 2

Matriks A adalah matriks segitiga bawah, matriks B adalah matriks segitiga atas sedangkan
matriks C merupakan matriks segitiga bawah dan juga matriks segitiga atas.

e) Matriks Identitas

Matriks identitas adalah matriks diagonal yang elemen diagonalnya bernilai 1.

f) Matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi

Suatu matriks dikatakan memiliki bentuk eselon baris tereduksi jika memenuhi syarat–
syarat berikut :

1) Untuk semua baris yang elemen-elemennya tak-nol , maka bilangan pertama pada baris
tersebut haruslah = 1 ( disebut satu utama ).

2) Untuk sembarang dua baris yang berurutan, maka satu utama yang terletak pada baris yang
lebih bawah harus terletak lebih ke kanan daripada satu utama pada baris yang lebih atas.

3) Jika suatu baris semua elemennya adalah nol, maka baris tersebut diletakkan pada bagian
bawah matriks.

4) Kolom yang memiliki satu utama harus memiliki elemen nol ditempat lainnya.

Contoh :

0 1 0
1 1 0 2 1 0 0
0] , C = [ 0
A = [0 0 1]
0 1 1 ] , B = [0 1
0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0

Matriks A , B dan C adalah matriks – matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi dan
notasi 1 menyatakan satu utamanya. Contoh berikut menyatakan matriks-matriks yang bukan
dalam bentuk eselon baris tereduksi.

4
1 1 0 2 1 1 0 0 0
D = [0 1 1 0 ] , E = [ 0 0 0 0 0]
0 0 0 0 0 0 1 0 2

Matriks D bukan dalam bentuk eselon baris tereduksi karena elemen d12 bernilai 1 sehingga
tidak memenuhi syarat ke – 4 ( harusnya = 0 ), sedangkan matriks E tidak memenuhi karena
baris kedua yang merupakan baris nol letaknya mendahului baris ketiga yang merupakan baris
tak nol, sehingga syarat ketiga tidak terpenuhi.

Jika suatu matriks hanya memenuhi syarat 1–3 saja, maka dikatakan matriks tersebut
memiliki bentuk eselon baris.

2. Operasi-Operasi Matriks

a) Penjumlahan matriks

Operasi penjumlahan dapat dilakukan pada dua buah matriks yang memiliki ukuran yang
sama.

Aturan penjumlahan

Dengan menjumlahkan elemen – elemen yang bersesuaian pada kedua matriks.

Contoh:

𝑒 𝑓 𝑎+𝑒 𝑏+𝑓
[𝑎 𝑏 ] + [ ]=[ ]
𝑐 𝑑 𝑔 ℎ 𝑐+𝑔 𝑑+ℎ

b) Perkalian matriks dengan matriks

Operasi perkalian matriks dapat dilakukan pada dua buah matriks (A dan B) jika jumlah
kolom matriks A = jumlah baris matriks B.

Aturan perkalian : Misalkan Amn dan Bnk maka Amn Bnk = Cmk dimana elemen-elemen dari
C(cij) merupakan penjumlahan dari perkalian elemen-elemen A baris i dengan elemen-elemen
B kolom j.

Contoh :

5
𝑘 𝑛
𝑎 𝑏 𝑐
A=[ ], B=[𝑙 𝑜]
𝑑 𝑒 𝑓
𝑚 𝑝

𝑎𝑘 + 𝑏𝑙 + 𝑐𝑚 𝑎𝑛 + 𝑏𝑜 + 𝑐𝑝
maka A23 B32 = C22 = [ ]
𝑑𝑘 + 𝑒𝑙 + 𝑓𝑚 𝑑𝑛 + 𝑒𝑜 + 𝑓𝑝

c) Perkalian matriks dengan scalar

Suatu matriks dapat dikalikan suatu skalar k dengan aturan tiap-tiap elemen pada A
dikalikan dengan k.

Contoh :

𝑎 𝑏 𝑐 3𝑎 3𝑏 𝑐3
3[ ]=[ ]
𝑑 𝑒 𝑓 3𝑑 3𝑒 3𝑓

d) Transpose matriks

Transpose matriks A (dinotasikan At) didefinisikan sebagai matriks yang baris-barisnya


merupakan kolom dari A.

Contoh :

1 4
1 2 3 t
A=[ ] → A = [2 5]
4 5 6
3 6

Sifat – sifat dari operasi matriks :

➢ A+B=B+A

➢ A + (B + C) = (A + B) + C

➢ AB ≠ BA

➢ A (BC) = (AB) C

➢ (At)t = A

6
➢ (AB)t = BtAt

2.2 Aturan-Aturan Ilmu Hitung Matriks

Walaupun banyak dari aturan-aturan ilmu hitung bilangan riil berlaku juga untuk matriks,
namun terdapat beberapa pengecualian. Salah satu dari pengecualian yang terpenting terjadi dalam
perkalian matriks. Untuk bilangan-bilangan rill a dan b, kita selalu mempunyai ab = bayang sering
dinamakan hukum komutatif untuk perkalian. Akan tetapi, untuk matriks-matriks, maka AB dan
BA tidak perlu sama.

Contoh :

Tinjaulah matriks-matriks

−1 0 1 2
A =[ ] B=[ ]
2 3 3 0

Dengan mengalikannya maka akan memberikan

−1 −2 3 6
AB =[ ] BA= [ ]
11 4 −3 0

Jadi, AB ≠BA

7
Contoh 1

Sebagai gambaran hukum asosiatif untuk perkalian matriks, tinjaulah

1 2
4 3 1 0
A= [3 4] B=[ ] C= [ ]
2 1 2 3
0 1

Kemudian

1 2 1 2
AB= [3 4] =[3 4]
0 1 0 1

4 3
[ ]
2 1

Sehingga

8 5 18 15
1 0
(AB)C = [20 13 ] [ ] = [46 39]
2 3
2 1 4 3

Sebaliknya

4 3 1 0 10 9
BC = [ ][ ]= [ ]
2 1 2 3 4 3

Maka:

1 2 18 15
10 9
A(BC) = [3 4] [ ] = [46 39]
4 3
0 1 4 3

Jadi, (AB)C = A(BC), seperti yang dijamin oleh Teorema 2(c).

8
Bukti. Jika AX = B adalah sistem persamaan linear, maka persis satu dari antara berikut akan benar:
(a) sistem tersebut tidak mempunyai pemecahan, (b) sistem tersebut mempunyai persis satu
pemecahan, atau (c) sistem tersebut mempunyai lebih dari satu pemecahan. Bukti tersebut akan
lengkap jika kita dapat memperlihatkan bahwa sistem tersebut mempunyai takhingga banyaknya
pemecahan dalam kasus (c).

Contoh 3

𝑎11 𝑎12 𝑎13


Tinjaulah matriks A =[𝑎
21 𝑎22 𝑎23 ]\

Maka

1 0 𝑎11 𝑎12 𝑎13 𝑎11 𝑎12 𝑎13


I2 A = [ ][ ] = [ 𝑎23 ] = A
0 1 𝑎21 𝑎22 𝑎23 𝑎21 𝑎22

Dan

𝑎11 𝑎12 𝑎13 1 0 0 𝑎11 𝑎12 𝑎13


AI3= [𝑎 𝑎22 𝑎23 ] [0 1 0] = [𝑎 𝑎22 𝑎23 ] =A
21 21
0 0 1

9
Contoh 4

3 5] 2 −5]
Matriks B=[ adalah invers dari A = [
1 2 −1 3

2 −5] [3 5] [1 0
Karena AB = [ = ]=I
−1 3 1 2 0 1

3 5] [ 2 −5] [1 0
Dan BA =[ = ]=I
1 2 −1 3 0 1

Bukti. Karena B adalah invers A, maka BA = I. Dengan mengalikan kedua ruas dari sebelah kanan
dengan C maka akan memberikan (BA)C = IC = I. Tetapi (BA)C = B(AC) = BI = B, sehingga B
=C

Contoh 4

𝑎 𝑏]
Tinjaulah matriks 2x2 A =[
𝑐 𝑑

Jika ad – bc ≠ 0, maka

𝑑 −𝑏
-1 1 𝑑 −𝑏] [𝑎𝑑−𝑏𝑐 𝑎𝑑−𝑏𝑐
A = 𝑎𝑑−𝑏𝑐 [ = −𝑐 𝑎 ]
−𝑐 𝑎
𝑎𝑑−𝑏𝑐 𝑎𝑑−𝑏𝑐

10
Bukti. Jika kita dapat memperlihatkan bahwa (AB)(A −1 B −1 ) = (B −1 A −1 )(AB)=I, maka kita telah
−1
secara serempak membuktikan bahwa AB dapat dibalik dan bahwa (AB) = B −1 A −1 . Tetapi
(AB)(B −1 A −1 ) = AIA −1 = AA −1 = I. Demikian juga (B −1 A −1 )(AB) = I.

Contoh 5

Tinjaulah matriks-matriks

1 2 3 2 7 6
A= [ ] B=[ ] AB = [ ]
1 3 2 2 9 8

Dengan menerapkan rumus yang diberikan dalam contoh 25, kita dapatkan

3 −2 1 −1 4 −3
A-1= [ ] B-1= [−1 3 ] AB-1 = [− 9 7 ]
−1 1 2 2 2

Maka, (AB)-1 = B-1A -1 seperti yang dijamin oleh Teorema 6.

Teorema berikut, yang kita nyatakan tanpa bukti, menunjukkan bahwa hukum-hukum yang sudah
dikenal dari eksponen adalah shahih.

Teorema
selanjutnya menetapkan beberapa sifat tambahan yang berguna dari eksponen matriks tersebut.

11
Bukti.

a. Karena AA-1 = A-1 A = I, maka A-1 dapat dibalik dan (A-1)-1 = A.


b. –
c. Jika k adalah sebarang scalar yang taksama dengan nol, maka hasil (l) dan (m) dari Teorema
2 akan memungkinkan kita untuk menuliskan
1 1 1
(KA) (𝐾 𝐴−1 ) = 𝐾 (KA) A-1 = (𝐾 𝐾) AA-1 =(1)I =I
1 1
Demikian juga (𝐾 𝐴−1 ) (KA) = I sehingga kA dapat dibalik dan (kA)-1 = 𝐾 .A-1

Kita simpulkan bagian ini dengan sebuah Teorema yang menyenaraikan sifat-sifat utama dari
operasi transpose.

2.3 Matriks Elementer dan Metode untuk Mencari A-1

Matriks bujur sangkar order n disebut matriks elementer jika matriks tersebut dapat
diperoleh dari matriks identitas 𝐼𝑛 dengan melakukan sekali operasi baris elementer.

12
Matriks-matriks berikut merupakan matriks elementer

1 0
a. ⌊ ⌋ → kalikan baris ke-2 dari 𝐼2 dengan k=-3
0 −3

1 0 3
b. ⌊0 1 0⌋ → baris ke-1 dari 𝐼3 ditambah 3 kali baris ke-3
0 0 1

0 1 0
c. ⌊1 0 0⌋ → baris ke-1 dan baris ke-2 dari 𝐼3 ditukarkan
0 0 1

−1 −2
Contoh: tentukan matriks-matriks elementer sehingga hasil kalinya adalah 𝐴 = ⌊ ⌋
3 8

Penyelesaian:

Matriks OBE Matriks Elementer

1 2 −1 0
⌊ ⌋ (-1)𝑅1 𝐸1 = ⌊ ⌋
3 8 0 1

1 2 1 0
⌊ ⌋ 𝑅2 + (−3)𝑅1 𝐸2 = ⌊ ⌋
0 2 −3 1

1 2 1 1 0
⌊ ⌋ (2)𝑅1 𝐸3 = ⌊0 1⌋
0 1 2

1 0 1 2
⌊ ⌋ 𝑅1 + (−2)𝑅2 𝐸4 = ⌊ ⌋
0 1 0 1

karena 𝐸𝐾 𝐸𝐾−1 … 𝐸2 𝐸1 𝐴 = 1, maka

−1 0 1 0 1 0 1 2 −1 −2
𝐴 = 𝐸1−1 𝐸2−1 𝐸3−1 𝐸4−1 = ⌊ ⌋⌊ ⌋⌊ ⌋⌊ ⌋= ⌊ ⌋
0 1 3 1 0 2 0 1 3 8

Metode untuk mencari 𝐴−1

Ada rumus sederhana untuk kebalikan matriks 2×2 yaitu:

1 3 −1 1 𝑑 −𝑏
[ ] = [ ], asalkan 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 ≠ 0
1 2 𝑎𝑑−𝑏𝑐 −𝑐 𝑎
13
Jika A adalah matriks yang dapat dibalik, maka:

a) A-1 dapat dibalik dan (A-1)-1 = A

b) An dapat dibalik dan (An)-1 = (A-1)n, untuk n = 0, 1, 2, L

c) Untuk setiap skalar k yang tak sama dengan nol, maka kA dapat dibalik dan (kA)1 = 1/k
A-1.

2.4 Sistem Persamaaan Linear dan Keterbalikan

Teorema 1. Setiap sistem persamaan linear bias tidak mempunyai penyelesaian, tepat satu
penyelesaian, atau tak hingga banyaknya penyelesaian.

Teorema 2. Jika A adalah suatu matriks n×n yang invertible (dapat dibalik/ memiliki invers),
maka untuk setiap matriks b, n×1, sistem persamaan Ax = b tepat mempunyai satu penyelesaian,
yaitu x = 𝐴−1 b

Teorema 3. Anggap A adalah suatu matriks persegi.

(a) Jika B adalah suatu matriks persegi yang memenuhi BA = I, maka B = 𝐴−1 .

(b) Jika B adalah suatu matriks persegi yang memenuhi AB = I, B = 𝐴−1 .

Teorema 4. Jika A adalah suatu matriks n×n, maka pernyatan-pernyataan berikut ekuivalen.

(a) A invertible

(b) Ax = O hanya mempunyai penyelesaian trivial

(c) Bentuk eselon baris tereduksi dari A adalah 𝑰𝑛

(d) A dapat dinyatakan sebagai hasil kali matriks-matriks elementer.

(e) Ax = b konsisten untuk setiap matriks b, n×1.

(f) Ax = b tepat mempunyai satu penyelesaian untuk setiao matriks b, n×1.

14
Teorema 5. Anggap A dan B adalah matriks-matriks persegi berukuran sama. Jika AB invertible,
maka A dan B juga pasti invertible.

15
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa matriks adalah kumpulan bilangan-bilangan
yang diatur dalam baris-baris dan kolom-kolom berbentuk persegi panjang serta termuat diantara
sepasang tanda kurung. Jenis-jenis matriks dapat dibedakan berdasarkan susunan elemen
matriks dan berdasarkan sifat dari operasi matriks.operasi pada matriks dapat dilakukan dengan
cara penjumlahan, dan perkalian, dan sebagainya.

3.2 Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini. Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan saran yang membangun kepada
penulis demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca, terkhusus
bagi penulis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard. 1991. Aljabar Linear Elementer. Jakarta: Erlangga.

Masrudi, Marjono. 2012. Aljabar Linier. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Santoso, R. Gunawan. 2008. Aljabar Linear Dasar. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.

Sibaroni, Yuliant. 2002. Buku Ajar Aljabar Linear. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Telkom.

17

Anda mungkin juga menyukai