Anda di halaman 1dari 25

MATRIKS

Anggota :
1. Afra Fernanda HM (01)
2. Herina Rahmadita K (17)
3. Khoirun Nisa (18)
4. Revy Ardian Pradana (26)
5. Safira Ratu Balqis (28)
6. Syakura inaz Mahugradevi
(31)
• PENGERTIAN MATRIKS
Matriks adalah susunan, bilangan, simbol, atau ekspresi, yang disusun dalam baris dan
kolom sehingga membentuk suatu bangun persegi. Beberapa hal yang perlu kita ketahui
yaitu notasi pada matriks harus huruf kapital sedangkan unsur-unsur atau elemennya harus
huruf kecil. Suatu matriks biasa ditulis didalam tanda kurung lengkung "( )" atau kurung
siku "[ ]". Berikut contoh matriks :

Pada gambar diatas disebut matriks A dengan banyak unsur "m x n", banyaknya unsur disebut juga
sebagai ordo sehingga matriks A dapat disebut sebagai matriks yang berordo "m x n".
• MATRIKS EKUIVALEN DAN MATRIKS SAMA :

Sebuah matriks dapat dikatakan ekuivalen jika matriks tersebut memiliki ordo yang sama,
sebagai contoh Matriks A dan Matriks B berikut :

Matriks diatas dapat disebut sebagai Matriks Ekuivalen karna memiliki ordo yang sama
yaitu 2x2. Sedangkan matriks sama yaitu matriks yang memiliki ordo dan elemen yang
sama. Contohnya sebagai berikut :

Matriks diatas dapat disebut sebagai Matrik yang sama, karena memiliki ordo dan elemen
yang sama. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa matriks yang sama sudah pasti
ekuivalen sedangkan matriks ekuivalen belum tentu sama.
• JENIS JENIS MATRIKS
A. Matriks berdasarkan bayak Kolom dan Baris
1. Matriks Baris
Matriks Baris adalah matriks yang terdiri dari satu baris
Contoh : A = ( 1 3 4 9)
2. Matriks Kolom
Matriks Kolom adalah matriks yang terdiri dari satu kolom

3. Matriks Persegi
Matriks persegi ialah suatu matriks yang memiliki ordo sama. Contohnya matriks A
ordo 2x2 dan B ordo 3x3 berikut :
4. Matriks Persegi Panjang

Matriks persegi panjang adalah matriks yang banyak barisnya tidak sama dengan banyak
kolomnya. Matriks seperti ini memiliki ordo m × n. Seperti contoh di bawah ini :

5. Matriks Persegi
Matriks persegi panjang adalah matriks yang banyak barisnya sama dengan banyak
kolomnya. Matriks seperti ini memiliki ordo n × n. Seperti contoh di bawah ini :
B. Matriks Berdasarkan Pola Elemen-Elemen
1. Matriks Nol (0)
Matriks Nol adalah Suatu matriks yang setiap unsurnya 0 berordo ,ditulis dengan huruf O.

2. Matriks Diagonal
Matriks Diagonal adalah suatu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya , kecuali
unsur-unsur pada diagonal utama adalah nol.
3. Matriks Identitas
Matriks Identitas atau Matriks Satuan adalah matriks diagonal yang unsur-unsur pada
diagonal utama semuanya satu ditulis dengan angka 1

4. Matriks Segitiga atas dan bawah


1. Matriks segitiga atas ialah matriks dimana unsur atau elemen dibawah diagonal utamanya
bernilai 0. Contohnya sebagai berikut :

2. Sedangkan matriks segitiga bawah merupakan kebalikan dari matrik atas dimana,
diatas diagonal utamanya selalu bernilai 0. Contohnya sebagai berikut :
5. Matriks Simetris
Matriks simetri adalah matriks persegi yang elemen-elemen di atas diagonal utamanya sama
dengan elemen-elemen di bawah diagonal utamanya.

6. Matriks skalar
Matriks skalar adalah matriks yang elemen-elemen diagonal utamanya sama, sedangkan elemen
lainnya nol.

Atau
• Transpose Matriks
Matriks transpos ialah matriks yang menukar baris menjadi kolom dan kolom menjadi baris.
Matriks transpos biasa dilambangkan dengan t. Contohnya matriks A berikut :

Matriks Simetri
Matriks simetri ialah suatu matriks dimana matriks transposnya memiliki unsur elemen yang
sama. Contohnya sebagai berikut :
• KESAMAAN DUA MATRIKS
Dua matriks dikatakan sama, apabila mempunyai ordo sama dan elemen - elemen yang
seletaknya bersesuaian dari kedua matriks tersebut sama.
Contoh :
• OPERASI PADA MATRIKS :
1. Penjumlahan Matriks
Syarat pada penjumlahan matriks ialah harus memiliki ordo yang sama, dan menambahkan pada
posisi atau letak yang sama. Contohnya sebagai berikut :

2. Pengurangan Matriks
Syarat pada pengurangan matriks juga sama dengan penjumlahan. Misal matriks C adalah
pengurangan matriks A dan B, perlu kita ketahui bahwa matriks pengurangan ialah sama dengan
penambahan Matriks A dengan perkalian skalar -1 dengan matriks B.
"C=A-B" sama dengan "C = A+ [-1] B“
Contoh pengurangan matriks sebagai berikut :
3. Perkalian Matriks dengan Skalar
Pada perkalian matriks dengan skalar caranya yaitu mengalikan nilai skalar dengan semua letak
matriks. Contohnya sebagai berikut :

4. Perkalian Matriks dengan Matriks


Syarat pada perkalian matriks ialah jumlah kolom pada matriks pertama sama dengan jumlah
baris pada matriks kedua. Contohnya sebagai berikut perkalian A2x3 dan 3x3 :
• DETERMINAN DAN INVERS MATRIKS
1. Determinan Matriks
Determinan dari matriks A diberi notasi tanda kurung, sehingga penulisannya |A|. Determinan
hanya bisa dilakukan pada matriks persegi.
1. Determinan matriks ordo 2×2

2. Determinan matriks ordo 3×3 (aturan Sarrus)


• SIFAT-SIFAT DETERMINAN MATRIKS:
1. Determinan A = Determinan AT
2. Tanda determinan berubah jika 2 baris/2 kolom yang berdekatan dalam matriks ditukar.

3. Apabila suatu baris atau kolom determinan matriks memiliki faktor p, maka p bisa
dikeluarkan menjadi pengali.

4. Apabila dua baris atau dua kolom merupakan saling berkelipatan, maka nilai determinannya
adalah 0.
5. Nilai determinan dari matriks segitiga atas atau bawah adalah hasil kali
dari elemen-elemen diagonal saja.
CONTOH SOAL DETERMINAN MATRIKS

Hitunglah berapa nilai determinan dari matriks berikut

5 2
M=
4 3
Jawab

5 2
Det(M)= =(5 × 3) – (2 × 4) = 7
4 3
• INVERS MATRIKS
Suatu matriks A memiliki invers (kebalikan) jika ada matriks B yang dapat membentuk
persamaan AB = BA = I, dengan I adalah matriks identitas. Invers dari suatu matriks
berordo (2 x 2) seperti bisa dirumuskan sebagai:
• SIFAT-SIFAT INVERS MATRIKS
1. AA-1 = A-1A = I
2. (A-1)-1 = A
3. (AB)-1 = B-1A-1
4. Jika AX = B, maka X = A-1B
5. Jika XA=B, maka X = BA-1
CONTOH SOAL INVERS MATRIKS

Tentukan invers matriks-matriks berikut.


a) A=

b) B =
Jawab
• SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
Salah satu diantara penggunaan invers matriks adalah untuk menyelesaikan

sistim persamaan linier. Tentu saja teknik penyelesaiannya dengan aturan persamaan matriks, yaitu :

Selain dengan persamaan matriks, teknik menyelesaikan sistem persamaan linier juga dapat dilakukan dengan
determinan matriks. Aturan dengan cara ini adalah :

Untuk lebih jelasnya, ikutilah contoh soal berikut ini:


Tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan 2x b) Dengan metode Determinan matriks diperoleh :
– 3y = 8 dan x + 2y = –3 dengan metode (a) Invers
matriks (b) Determinan

Jawab

a) Dengan metode invers matriks diperoleh :


SISTEM PERSAMAAN LINIER TIGA VARIABEL.
Sepeti halnya pada sistem persamaan linier dua variabel, menyelesaikan sistem persamaan linier tiga variabel
dengan matriks juga terdiri dari dua cara, yakni dengan menggunakan determinan matriks dan dengan
menggunakan aturan invers perkalian matriks. Berikut ini akan diuraikan masing masing cara tersebut.

Aturan menyelesaikan sistem persamaan linier menggunakan determinan matriks adalah dengan menentukan
terlebih dahulu matriks koefisien dari sistem persamaan itu.

Selanjutnya ditentukan empat nilai determinan sebagai berikut:

1) D yakni determinan matriks koefisien

2) Dx yakni determinan matriks koefisien dengan koefisien x diganti konstanta

3) Dy yakni determinan matriks koefisien dengan koefisien y diganti konstanta

4) Dz yakni determinan matriks koefisien dengan koefisien z diganti konstanta


Rumus masing-masingnya adalah sebagai berikut:

Untuk lebih jelasnya, ikutilah contoh soal berikut ini:


Tentukanlah himpunan penyelesaian sistem persamaan Dx = (–3)(2)(3) + (–3)(1)(1) + (2)(2)(–1) – (2)(2)(1)
linier dibawah ini dengan menggunakan metode – (–3)(1)(–1) – (–3)(2)(3)
determinan Dx = –18 – 3 – 4 – 4 – 3 + 18
2x – 3y + 2z = –3 Dx = –14

x + 2y + z = 2

2x – y + 3z = 1

Jawab

Dy = (2)(2)(3) + (–3)(1)(2) + (2)(1)(1) – (2)(2)(2) –


(2)(1)(1) – (–3)(1)(3)

D = (2)(2)(3) + (–3)(1)(2) + (2)(1)(–1) – (2)(2)(2) – Dy = 12 – 6 + 2 – 8 – 2 + 9


(2)(1)(–1) – (–3)(1)(3) Dy = 7

D = 12 – 6 – 2 – 8 + 2 + 9

D=7
Dx = (–3)(2)(3) + (–3)(1)(1) + (2)(2)(–1) – (2)(2)(1) – (–3)(1)(–1) – (–3)(2)(3)

Dx = –18 – 3 – 4 – 4 – 3 + 18

Dx = –14

Dy = (2)(2)(3) + (–3)(1)(2) + (2)(1)(1) – (2)(2)(2) – (2)(1)(1) – (–3)(1)(3)

Dy = 12 – 6 + 2 – 8 – 2 + 9

Dy = 7

Dz = 14

Anda mungkin juga menyukai