Anda di halaman 1dari 73

MATRIKS, TRANSFORMASI, DAN VEKTOR

Oleh : Kelompok 11
1. Akeyla Ammar (1910306038)
2. Tri Astutiningsih (1910306040)
3. Ayu Putri Azzahra Subagyo (1910306044)

Dosen Pembimbing: Adhetia Martyanti, M.Pd.


MATRIKS
Pengertian Matriks
Matriks adalah susunan bilangan berbentuk persegi atau persegi panjang yang diatur
menurut baris dan kolom, dan ditempatkan dalam tanda kurung biasa atau kurung siku.
Matriks diberi nama dengan huruf kapital, seperti 𝐴,B,C,𝐷, atau yang lainnya. Matriks
memiliki bentuk umum, yaitu
𝑎11 𝑎12 𝑎13 … 𝑎1𝑛
𝑎21 𝑎22 𝑎23 … 𝑎2𝑛
𝑎𝑚×𝑛 = 𝑎31 𝑎32 𝑎33 … 𝑎3𝑛
… … … … …
𝑎𝑚1 𝑎𝑚2 𝑎𝑚3 … 𝑎𝑚𝑛
Perhatikan bahwa elemen matriks 𝐴 tersebut berindeks rangkap, misalnya 𝑎11
menyatakan elemen matriks 𝐴 pada baris ke-1 dan kolom ke-1, sedangkan matriks 𝐴
berordo 𝑚𝑥𝑛 dan ditulis 𝐴𝑚×𝑛.
Jenis-jenis Matriks
Berdasarkan ordonya terdapat jenis matriks, sebagai berikut:
• Matriks bujursangkar/persegi yaitu matriks berordo 𝑛𝑥𝑛 atau banyaknya baris sama
dengan banyaknya kolom disebut juga sebagai matriks persegi berordo 𝑛.
Contoh:
3 4
𝐴2×2 = , maka 3 dan 5 dikatakan berada pada diagonal utama 𝐴.
7 5
• Matriks baris yaitu matriks berordo 1 × 𝑛 atau hanya memiliki satu baris.
Contoh: 𝐶1×3 = 1 9 5
• Matriks kolom yaitu matriks yang hanya memiliki satu kolom.
1
Contoh: 𝐷2×1 =
3
• Matriks tegak yaitu matriks berordo 𝑚 × 𝑛 dengan 𝑚 > 𝑛
Contoh:
2 7
𝐸 = 5 8 , 𝐸 berordo 3 × 2 sehingga matriks 𝐸 tampak tegak.
9 9
Jenis-jenis Matriks
• Matriks datar yaitu matriks berordo 𝑚 × 𝑛 dengan 𝑚 < 𝑛
8 5 4
Contoh: 𝐹 = , 𝐹 berordo 2 × 3 sehingga matriks 𝐹 tampak datar.
2 5 6

Berdasarkan elemen-elemen penyusunnya terdapat jenis matriks, sebagai berikut :


• Matriks nol yaitu matriks yang semua elemen penyusunnya adalah nol dan dinotasikan
sebagai 𝑂.
Contoh: 𝑂1×3 = 0 0 0
• Matriks diagonal yaitu matriks persegi yang semua elemen diatas dan dibawah
diagonalnya adalah nol dan dinotasikan sebagai 𝐷.
2 0 0
Contoh: 𝐷3×3 = 0 1 0
0 0 4
• Matriks skalar yaitu matriks diagonal yang semua elemen pada diagonalnya sama.
Jenis-jenis Matriks
2 0 0
Contoh: 𝑃3×3 = 0 2 0
0 0 2
• Matriks simetri yaitu matriks persegi yang setiap elemennya selain elemen diagonal
adalah simetri terhadap diagonal utama.
3 1
Contoh: 𝑃2×2 =
1 4
• Matriks simetri miring yaitu matriks simetri yang elemen-elemennya selain elemen
diagonal saling berlawanan.
0 −1 4
Contoh: 𝑃3×3 = 9 0 2
4 −5 0
• Matriks identitas/satuan yaitu matriks diagonal yang semua elemen pada diagonal
utamanya adalah 1 dan dinotasikan sebagai 𝐼.
1 0
Contoh: 𝑃2×2 =
0 1
Jenis-jenis Matriks
• Matriks segitiga atas yaitu matriks persegi yang elemen-elemen di bawah diagonal
utamanya adalah nol.
1 −1 4
Contoh: 𝑃3×3 = 0 6 2
0 0 −5
• Matriks segitiga bawah yaitu matriks persegi yang elemen-elemen di atas diagonal
utamanya adalah nol.
−1 0 0
Contoh: 𝑃3×3 = 9 7 0
4 −5 1
• Matriks transpose yaitu matriks yang diperoleh dari memindahkan elemen-elemen
baris menjadi menjadi elemen pada kolom atau sebaliknya. Transpose matriks 𝐴
dilambangkan dengan AT .
2 4
2 4 1
Contoh: 𝐴3×2 = 4 1 , maka 𝐴𝑇 =
−4 1 3
1 3
Kesamaan Matriks

Matriks A dan matriks B dikatakan sama, jika dan hanya jika:


a. Ordo matriks A sama dengan ordo matriks B;
b. Semua elemen yang seletak pada matriks A dan matriks B nilainya sama.

3 2 1 3 2 1
Contoh: 𝐴2×3 = , 𝐵2×3 = , maka 𝐴 = 𝐵
7 8 9 7 8 9
Operasi pada Matriks
Penjumlahan Dua Matriks
Pengertian penjumlahan matriks : jika 𝐴 + 𝐵 = 𝐶, maka elemen-elemen C diperoleh dari penjumlahan
elemen-elemen A dan B yang seletak, yaitu 𝑐𝑖𝑗 = 𝑎𝑖𝑗 + 𝑏𝑖𝑗 untuk elemen C pada baris ke-i dan kolom
ke-j. Akibatnya matriks A dan B dapat dijumlahkan apabila kedua matriks memiliki ordo yang sama.
Contoh Soal:
3 2 2 6
Diketahui matriks 𝐴 = dan matriks 𝐵 = . Tentukan nilai dari 𝐴 + 𝐵!
1 4 10 4
Alternatif Penyelesaian:
3 2 2 6 5 8
Maka 𝐴 + 𝐵 = + =
1 4 10 4 11 8

Sifat-sifat penjumlahan matriks:


1. 𝐴 + 𝐵 = 𝐵 + 𝐴 (hukum komutatif untuk penjumlahan)
2. 𝐴 + (𝐵 + 𝐶) = (𝐴 + 𝐵) + 𝐶 (hukum asosiatif untuk penjumlahan)
3. 𝐴 + 𝑂 = 𝑂 + 𝐴 = 𝐴
4. 𝐴 + 𝐵 𝑇 = 𝐴𝑇 + 𝐵𝑇
5. Ada matriks 𝐵 sedemikian sehingga 𝐴 + 𝐵 = 𝐵 + 𝐴 = 0 yaitu 𝐵 = −𝐴
Operasi pada Matriks
Pengurangan Dua Matriks
Pengertian pengurangan matriks : jika 𝐴 − 𝐵 = 𝐶, maka elemen-elemen C diperoleh dari pengurangan
elemen-elemen 𝐴 dan 𝐵 yang seletak, yaitu 𝑐𝑖𝑗 = 𝑎𝑖𝑗 + 𝑏𝑖𝑗 atau pengurangan dua matriks ini dapat
dipandang sebagai penjumlahan, yaitu A+(−B).
Contoh soal:
1 4 10 1
Diketahui matriks 𝐴 = −3 2 , dan matriks 𝐵 = 5 3 . Tentukan nilai dari 𝐴 − 𝐵!
3 0 −2 1
Alternatif Penyelesaian:
1 4 10 1 −9 3
𝐴 − 𝐵 = −3 2 − 5 3 = −8 −1
3 0 −2 1 5 −1
1 4 −10 −1 −9 3
Atau 𝐴 − 𝐵 = 𝐴 + (−𝐵) = −3 2 + −5 −3 = −8 −1
3 0 2 −1 5 −1
Operasi pada Matriks
Perkalian Matriks dengan Bilangan Real (Skalar)
Matriks 𝐴 dikalikan dengan suatu bilangan real 𝑘 maka 𝑘𝐴 diperoleh dari hasil kali setiap elemen 𝐴
dengan 𝑘.
Contoh Soal:
1 0
𝑄= . Tentukan nilai dari 4𝑄!
3 7
Alternatif Penyelesaian:
1 0 4 0
Maka 4𝑄 = 4 =
3 7 21 28
Jika a dan b bilangan real dan B, C dua mtriks dengan ordo sedemikian hingga dapat dilakukan operasi
hitung berikut, maka berlaku sifat-sifat perkalian matriks dengan skalar:
1. 𝑎 𝐵 + 𝐶 = 𝑎𝐵 + 𝑎𝐶
2. 𝑎 𝐵 − 𝐶 = 𝑎𝐵 − 𝑎𝐶
3. 𝑎 + 𝑏 𝐶 = 𝑎𝐶 + 𝑏𝐶
4. 𝑎 − 𝑏 𝐶 = 𝑎𝐶 − 𝑏𝐶
5. (𝑎𝑏)𝐶 = 𝑎(𝑏𝐶)
6. 𝑎𝐵 𝑇 = 𝑎𝐵𝑇
Operasi pada Matriks
Perkalian Dua Matriks
Metode menggabungkan dua matriks ini disebut perkalian matriks. Aturannya adalah “kalikan baris
dengan kolom dan jumlahkan hasilnya”.

Contoh perkalian matriks 𝑚 × 𝑛 dengan matriks 𝑛 × 𝑝:


0 2 1 −2 3
𝐴= ,𝐵 = , maka
3 1 3 2 1
0 2 1 −2 3
𝐴2×2 × 𝐵2×3 = ×
3 1 3 2 1
0 × 1 + (2 × 3) 0 × (−2) + (2 × 2) 1 × 3 + (2 × 1) 6 4 5
𝐴𝐵 = =
3 × 1 + (1 × 3) 3 × (−2) + (1 × 2) 3 × 3 + (4 × 1) 6 −4 13
Operasi pada Matriks
Sifat-sifat perkalian matriks dengan matriks:
1. 𝐴 𝐵𝐶 = 𝐴𝐵 𝐶
2. 𝐴 𝐵 + 𝐶 = 𝐴𝐵 + 𝐴𝐶
3. 𝐴 𝐵 − 𝐶 = 𝐴𝐵 − 𝐴𝐶
4. 𝑎 𝐵𝐶 = 𝑎𝐵 𝐶 = 𝐵(𝑎𝐶)

Determinan Matriks
Determinan matriks adalah jumlah semua hasil perkalian elementer yang bertanda dari A dan
dinyatakan dengan 𝑑𝑒𝑡(𝐴) yang diartikan dengan sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari suatu
matriks A adalah sebuah hasil perkalian elementer pada suatu kolom dengan +1 atau −1. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini diuraikan cara mencari determinan matriks berordo 2 × 2 dan matriks berordo 3 × 3.

o Determinan Matriks Berordo 𝟐 × 𝟐


𝑎 𝑏
Misalkan 𝐴 = adalah matriks berordo 2 × 2
𝑐 𝑑
𝑎 𝑏
Maka, 𝑑𝑒𝑡𝐴 = = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐
𝑐 𝑑
Operasi pada Matriks
Contoh Soal:
3 −2
Diketahui matriks 𝐴 = . Tentukan 𝑑𝑒𝑡 𝐴!
6 4
Alternatif Penyelesaian:
3 −2
𝑑𝑒𝑡𝐴 = = (3 × 4) − ((−2) × 6) = 12 − (−12) = 24
6 4
o Determinan Matriks Berordo 𝟑 × 𝟑
Untuk mencari determinan matriks berordo 3x3 dapat digunakan dua metode, sebagai berikut:
➢ Metode sarrus
𝑎11 𝑎12 𝑎13
Jika matriks 𝐵 = 𝑎21 𝑎22 𝑎23 , Maka:
𝑎31 𝑎32 𝑎33

𝑑𝑒𝑡𝐴 = 𝑎11 𝑎22 𝑎33 + 𝑎12 𝑎23 𝑎31 + 𝑎13 𝑎21 𝑎32 − 𝑎13 𝑎22 𝑎31 − 𝑎11 𝑎23 𝑎32 − 𝑎12 𝑎21 𝑎33
Operasi pada Matriks
Contoh Soal:
2 3 6
Diketahui matriks 𝐴 = (1 3 2). Tentukan 𝑑𝑒𝑡 𝐴!
0 1 2
Alternatif Penyelesaian:
2 3 6 2 3
det 𝐴 = 1 3 2 1 3
0 1 2 0 1
𝑑𝑒𝑡𝐴 = ((2 × 3 × 2) + (3 × 2 × 0) + (6 × 1 × 1) − (6 × 3 × 0) − (2 × 2 × 1) − (3 × 1 × 2))
𝑑𝑒𝑡𝐴 = (12 + 0 + 6 − 0 − 4 − 6)
𝑑𝑒𝑡𝐴 = 18 − (−10)
𝑑𝑒𝑡𝐴 = 28
Operasi pada Matriks

➢ Metode minor-kofaktor
𝑀𝑖𝑗 = Minor elemen 𝑎𝑖𝑗 = determinan setelah elemen-elemen baris ke-I dan kolom ke-j
dihilangkan.
𝑎11 𝑎12 𝑎13
𝑎12 𝑎13
𝑀21 = 𝑎21 𝑎22 𝑎23 → 𝑀21 = 𝑎
32 𝑎33
𝑎31 𝑎32 𝑎33
Kofaktor elemen 𝑎𝑖𝑗 , dinotasikan 𝐾𝑖𝑗 adalah hasil kali (−1)𝑖 + 𝑗 dengan minor elemen tersebut.
Dengan demikian, kofaktor suatu matriks dirumuskan dengan
𝐾𝑖𝑗 = −1 𝑖+𝑗 𝑀𝑖𝑗
𝐾11 𝐾12 𝐾13
Kofaktor dari matriks 𝐴3×3 adalah 𝑘𝑜𝑓(𝐴) = 𝐾21 𝐾22 𝐾23
𝐾31 𝐾32 𝐾33
Operasi pada Matriks
Invers Matriks
Invers Matriks Berordo 𝟐 × 𝟐
𝑎 𝑏 1 𝑑 −𝑏
Jika 𝐴 = [ ], maka 𝐴−1 =
𝑐 𝑑 𝑑𝑒𝑡(𝐴) −𝑐 𝑎
Invers Matriks Berordo 𝟑 × 𝟑
Invers matriks persegi berordo 3x3 dirumuskan sebagai berikut.
1
𝐴−1 = 𝑎𝑑𝑗(𝐴)
det 𝐴
Dimana: Adjoin A dirumuskan sebagai berikut
𝑇
𝑎𝑑𝑗(𝐴) = 𝑘𝑜𝑓 𝐴
𝑎22 𝑎23 𝑎12 𝑎13 𝑎12 𝑎13
𝐾11 𝐾12 𝐾13 𝑇 𝑎32 𝑎33 − 𝑎32 𝑎33 𝑎22 𝑎23
𝑎𝑑𝑗(𝐴) = 𝐾21 𝐾22 𝐾23 𝑎21 𝑎23 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎13
𝐾31 𝐾32 𝐾33 𝑎𝑑𝑗 𝐴 = − 𝑎 − 𝑎
31 𝑎33 𝑎31 𝑎33 21 𝑎23
𝐾11 𝐾21 𝐾31 𝑎21 𝑎22 𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎12
𝑎𝑑𝑗(𝐴) = 𝐾12 𝐾22 𝐾32 𝑎31 𝑎32 − 𝑎31 𝑎32 𝑎21 𝑎22
𝐾13 𝐾23 𝐾33
TRANSFORMASI
TRANSFORMASI GEOMETRI
● Transformasi geometri adalah bagian dari geometri yang membicarakan perubahan,
baik perubahan letak maupun bentuk penyajiannya didasarkan dengan gambar dan
matriks.
● Transformasi dapat disebut sebagai proses pemetaan titik-titik pada gambar ke
suatu objek untuk membentuk gambar lain. Akhirnya, jika sebuah objek berubah,
maka proses pemetaan pun akan berubah.
● Dalam transformasi, bentuk dapat dipindahkan di mana saja, atas, bawah, kiri, kanan,
atau ke segala arah. Hal ini dapat diputar oleh sudut pada setiap sumbu ke segala
arah. Ini mungkin mengikuti jalan melingkar atau mungkin garis lurus.
● Transformasi geometri dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti:
- translasi (pergeseran),
- rotasi (perputaran),
- refleksi (pencerminan), dan
- dilatasi (penskalaan).
TRANSLASI
(PERGESERAN)
Pengertian Translasi
• Translasi atau pergeseran adalah suatu transformasi yang memindahkan setiap titik
pada sebuah bidang berdasarkan jarak dan arah tertentu.
𝑎
• Jika diketahui titik 𝑃(𝑥, 𝑦) ditranslasikan dengan 𝑇 = maka diperoleh
𝑏
bayangannya 𝑃’(𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏). Secara matematis ditulis sebagai berikut.
𝑎
𝑇
𝑏
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏
Contoh
5
Titik 𝐴(−12,8) ditranslasikan oleh . Tentukan koordinat bayangan dari titik 𝐴.
−3

Penyelesaian:
5
𝑇
−3
𝐴 −12,8 𝐴′ −12 + 5,8 − 3
5
𝑇
−3
𝐴 −12,8 𝐴′ −7,5
Jadi, koordinat bayangan dari titik 𝐴 adalah 𝐴’(−7,5).
Sifat-Sifat Translasi
a. Jika 𝑃𝑄 ditranslasikan menjadi 𝑃′𝑄′ maka 𝑃𝑄 ∕∕ 𝑃′𝑄′.
b. Luas benda bayangan sama dengan luas benda aslinya.
c. Bayangan kongruen dengan benda asal.
d. Seluruh titik pada benda yang ditranslasi ikut bergerak dalam arah dan jarak yang
sama.
e. Dua atau lebih translasi yang berangkai dapat diwakili oleh sebuah translasi.
𝑥
f. Pada translasi dalam bentuk pasangan bilangan 𝑦 , maka
1) Komponen 𝑥(positif) → ke kanan,
2) Komponen 𝑥(negatif) → ke kiri,
3) Komponen 𝑦(positif) → ke atas,
4) Komponen 𝑦(negatif) → ke bawah.
𝑎 𝑐
g. Dua buah translasi berturut-turut dilanjutkan dengan dapat digantikan dengan
𝑏 𝑑
𝑎+𝑐
translasi tunggal .
𝑏+𝑑
Contoh
−1 3
Titik P(4, −2) ditranslasikan oleh , kemudian dilanjutkan dengan translasi .
−2 5
Tentukan koordinat bayangan dari titik 𝑃.

Penyelesaian:
−1 3 −1 + 3 2
𝑇1 ∘ 𝑇2 = + = =
−2 5 −2 + 5 3
2
𝑇
3
𝑃 4, −2 𝑃′ 4 + 2, −2 + 3
2
𝑇
3
𝑃 4, −2 𝑃′ 6,1
Jadi, koordinat bayangan titik 𝑃 adalah 𝑃′ 6,1 .
Contoh
Diketahui suatu persamaan garis lurus 𝑦 = 2𝑥 + 3. Tentukan persamaan bayangan garis lurus
1
tersebut yang dihasilkan oleh translasi 𝑇 .
4
Penyelesaian:
1
Translasi garis 𝑦 = 2𝑥 + 3 oleh 𝑇 :
4
𝑥′ 𝑥 1
= 𝑦 +
𝑦′ 4
𝑥’ = 𝑥 + 1 → 𝑥 = 𝑥’ − 1
𝑦’ = 𝑦 + 4 → 𝑦 = 𝑦’ − 4
Diperoleh:
𝑦 = 2𝑥 + 3
⇔ 𝑦’ − 4 = 2(𝑥’ − 1) + 3
⇔ 𝑦’ − 4 = 2𝑥’ − 2 + 3
⇔ 𝑦’ = 2𝑥’ + 5
⇔ 𝑦 = 2𝑥 + 5
Jadi, bayangannya adalah 𝑦 = 2𝑥 + 5.
REFLEKSI
(PENCERMINAN)
Pengertian dan Sifat-Sifat Refleksi
• Pengertian Refleksi
Refleksi adalah transformasi yang memindahkan titik-titik dengan menggunakan
sifat bayangan oleh suatu cermin.

• Sifat-Sifat Refleksi
a. Jarak suatu titik terhadap cermin sama dengan jarak cermin terhadap
bayangan.
b. Garis yang menghubungkan titik dengan bayangan selalu tegak lurus dengan
cermin.
c. Setiap garis dan bayangannya selalu sama panjang.
d. Setiap bangun dan bayangannya selalu kongruen.
Pencerminan Titik (𝑥, 𝑦)
➢ Pencerminan terhadap Sumbu 𝑿
Pencerminan terhadap sumbu 𝑋 dirumuskan dengan:
𝑠𝑏.𝑋
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑥, −𝑦
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 1 0 𝑥
=
𝑦′ 0 −1 𝑦

➢ Pencerminan terhadap Sumbu 𝒀


Pencerminan terhadap sumbu 𝑌 dirumuskan dengan:
𝑠𝑏.𝑌
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ −𝑥, 𝑦
Persamaan matriksnya:
𝑥′ −1 0 𝑥
′ =
𝑦 0 1 𝑦
Pencerminan Titik (𝑥, 𝑦) (2)
➢ Pencerminan terhadap Titik Asal 𝑶(𝟎, 𝟎)
Pencerminan terhadap sumbu 𝑂(0,0) dirumuskan dengan:
𝑂(0,0)
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ −𝑥, −𝑦
Persamaan matriksnya:
𝑥′ −1 0 𝑥
=
𝑦′ 0 −1 𝑦

➢ Pencerminan terhadap Garis 𝒚 = 𝒙


Pencerminan terhadap garis 𝑦 = 𝑥 dirumuskan dengan:
𝑦=𝑥
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑦, 𝑥
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 0 1 𝑥
′ =
𝑦 1 0 𝑦
Pencerminan Titik (𝑥, 𝑦) (3)
➢ Pencerminan terhadap Garis 𝒚 = −𝒙
Pencerminan terhadap garis 𝑦 = −𝑥 dirumuskan dengan:
𝑦=−𝑥
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ −𝑦, −𝑥
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 0 −1 𝑥
=
𝑦′ −1 0 𝑦

➢ Pencerminan terhadap Garis 𝒙 = 𝒉


Pencerminan terhadap garis 𝑥 = ℎ dirumuskan dengan:
𝑥=ℎ
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 2ℎ − 𝑥, 𝑦
Pencerminan Titik (𝑥, 𝑦) (4)
➢ Pencerminan terhadap Garis 𝒚 = 𝒌
Pencerminan terhadap garis 𝑦 = 𝑘 dirumuskan dengan:
𝑦=𝑘
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑥, 2𝑘 − 𝑦

➢ Pencerminan terhadap Titik 𝒂, 𝒃


Pencerminan terhadap titik (𝑎, 𝑏) dirumuskan dengan:
(𝑎,𝑏)
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 2𝑎 − 𝑥, 2𝑏 − 𝑦
Contoh
Diketahui titik 𝑀(−5,10), tentukan koordinat bayangan titik 𝑀 jika dicerminkan
terhadap:
a. titik asal 𝑂(0,0);
b. sumbu Y;
c. garis 𝑥 = −3;
d. garis 𝑦 = 6;
e. titik (2, −4).

Penyelesaian:
𝑂(0,0)
a. 𝑀 −5,10 𝑀’ − −5 , −10
𝑂(0,0)
𝑀 −5,10 𝑀’ 5, −10
Contoh (2)
𝑠𝑏.𝑌
b. 𝑀 −5,10 𝑀’ − −5 , 10
𝑠𝑏.𝑌
𝑀 −5,10 𝑀’ 5,10
𝑥=−3
c. 𝑀 −5,10 𝑀’ 2 −3 − −5 , 10
𝑥=−3
𝑀 −5,10 𝑀’ −1,10
𝑦=6
d. 𝑀 −5,10 𝑀’ −5,2 6 − 10
𝑦=6
𝑀 −5,10 𝑀’ −5,2
2,−4
e. 𝑀 −5,10 𝑀’ 2 2 − −5 , 2 −4 − 10
(2,−4)
𝑀 −5,10 𝑀’ 9, −18
Contoh
Tentukan persamaan bayangan garis 𝑦 = 5𝑥 − 1 oleh pencerminan terhadap garis 𝑦 = −𝑥.
Penyelesaian:
Pencerminan garis 𝑦 = 5𝑥 − 1 terhadap garis 𝑦 = −𝑥:
𝑥′ 0 −1 𝑥
=
𝑦′ −1 0 𝑦

𝑥 = −𝑦 ⟶ 𝑦 = −𝑥′
𝑦 ′ = −𝑥 ⟶ 𝑥 = −𝑦′
Diperoleh:
𝑦 = 5𝑥 − 1
⇔ −𝑥 ′ = 5 −𝑦 ′ − 1
⇔ −𝑥 ′ = −5𝑦 ′ − 1
⇔ 5𝑦 ′ − 𝑥 ′ + 1 = 0
⇔ 5𝑦 − 𝑥 + 1 = 0
Jadi, bayangannya adalah 5𝑦 − 𝑥 + 1 = 0.
ROTASI
(PERPUTARAN)
Pengertian dan Sifat Rotasi
• Pengertian Rotasi
Rotasi adalah transformasi yang memindahkan titik-titik dengan memutar titik
tersebut sejauh 𝜃 terhadap suatu titik pusat rotasi.
Suatu rotasi dengan pusat 𝑃 dan sudut rotasi 𝜃 dinotasikan dengan 𝑅(𝑃, 𝜃).
• Sifat Rotasi
a. Suatu rotasi ditentukan oleh:
1) pusat rotasi;
2) arah rotasi, yaitu
i. jika searah dengan perputaran jarum jam, sudut rotasi negatif;
ii. jika berlawanan dengan perputaran jarum jam, sudut rotasi positif.
3) besar sudut (jarak) rotasi.
b. Dua rotasi berturut-turut merupakan rotasi lagi dengan sudut putar sama dengan
jumlah kedua sudut putar semula.
c. Pada suatu rotasi, setiap bangun tidak berubah bentuknya.
Rotasi dengan Pusat 𝑂 0,0
➢ Sejauh 𝟗𝟎° berlawanan arah jarum jam
𝑅 𝑂,90°
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ −𝑦, 𝑥
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 0 −1 𝑥
=
𝑦′ 1 0 𝑦

➢ Sejauh 𝟗𝟎° searah jarum jam


𝑅 𝑂,−90°
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑦, −𝑥
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 0 1 𝑥
′ =
𝑦 −1 0 𝑦
Rotasi dengan Pusat 𝑂 0,0 (2)
➢ Sejauh 𝟏𝟖𝟎°
𝑅 𝑂,180°
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ −𝑥, −𝑦
Persamaan matriksnya:
𝑥′ −1 0 𝑥
=
𝑦′ 0 −1 𝑦

➢ Sejauh 𝟐𝟕𝟎° berlawanan arah jarum jam


𝑅 𝑂,270°
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑦, −𝑥
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 0 1 𝑥
′ =
𝑦 −1 0 𝑦
Rotasi dengan Pusat 𝑂 0,0 (3)
➢ Sejauh 𝟐𝟕𝟎° searah jarum jam
𝑅 𝑂,−270°
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ −𝑦, 𝑥
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 0 −1 𝑥
=
𝑦′ 1 0 𝑦
Contoh
Titik 𝐴(7,9) dirotasikan terhadap titik 𝑂(0,0). Tentukan bayangan titik 𝐴 apabila
dirotasikan:
1) sejauh 90° searah jarum jam;
2) sejauh 180°;
3) sejauh 270° berlawanan arah jarum jam.

Penyelesaian:
𝑅 𝑂,−90°
1) 𝐴(7,9) 𝑃’ 9, −7
𝑅 𝑂,180°
2) 𝐴 7,9 𝑃’ −7, −9
𝑅 𝑂,270°
3) 𝐴 7,9 𝑃’ 9, −7
Contoh
Tentukan persamaan bayangan dari garis 3𝑥 + 2𝑦 = 12 oleh rotasi 𝑅(𝑂, 180°).
Penyelesaian:
Rotasi garis 3𝑥 + 2𝑦 = 12 oleh 𝑅(𝑂, 180°):
𝑥′ −1 0 𝑥
=
𝑦′ 0 −1 𝑦
𝑥 ′ = −𝑥 ⟶ 𝑥 = −𝑥′
𝑦 ′ = −𝑦 ⟶ 𝑦 = −𝑦′
Diperoleh:
3𝑥 + 2𝑦 = 12
⇔ 3 −𝑥 ′ + 2 −𝑦 ′ = 12
⇔ −3𝑥 ′ − 2𝑦 ′ = 12
⇔ −3𝑥 − 2𝑦 = 12
Jadi, bayangannya adalah −3𝑥 − 2𝑦 = 12.
Rotasi dengan Pusat 𝑎, 𝑏
Jika suatu titik 𝑃(𝑥, 𝑦) diputar sejauh 𝜃 berlawanan dengan arah jarum jam terhadap titik
pusat (𝑎, 𝑏) maka bayangannya adalah 𝑃′(𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) dengan:
𝑥 ′ − 𝑎 = 𝑥 − 𝑎 cos 𝜃 − 𝑦 − 𝑏 sin 𝜃
𝑦 ′ − 𝑏 = 𝑥 − 𝑎 sin 𝜃 + 𝑦 − 𝑏 cos 𝜃
Persamaan matriksnya:
𝑥′ cos 𝜃 − sin 𝜃 𝑥 − 𝑎 𝑎
= +
𝑦′ sin 𝜃 cos 𝜃 𝑦 − 𝑏 𝑏
Contoh
𝜋
Tentukan bayangan titik 𝐴(3,5) oleh rotasi dengan pusat (1, −2) sebesar .
2

Penyelesaian:
𝜋 𝜋
𝑥 ′ cos − sin
2 2 3−1 1
′ = 𝜋 𝜋 +
𝑦 sin cos 5+2 −2
2 2
𝑥′ 0 −1 2 1
′ = +
𝑦 1 0 7 −2

𝑥 −7 1
′ = +
𝑦 2 −2

𝑥 −6
′ =
𝑦 0
Jadi, bayangan titik 𝐴 adalah 𝐴′(−6,0).
DILATASI
(PERKALIAN)
Pengertian Dilatasi
● Dilatasi adalah transformasi yang mengubah jarak titik-titik dengan faktor pengali
tertentu terhadap suatu titik tertentu. Perkalian dilatasi ditentukan oleh faktor
skala (𝑘) dan pusat dilatasi.
● Faktor yang menyebabkan diperbesar atau diperkecilnya suatu bangun ini disebut
faktor dilatasi. Faktor dilatasi ini dinotasikan dengan huruf kecil, misalnya 𝑘.
- Jika 𝑘 > 1 atau 𝑘 < −1, maka hasil dilatasinya diperbesar.
- Jika −1 < 𝑘 < 1, maka hasil dilatasinya diperkecil.
- Jika 𝑘 = ±1, maka hasil dilatasinya tidak mengalami perubahan.
Dilatasi Titik (𝑥, 𝑦)
● Dilatasi terhadap Titik Pusat 𝑶 𝟎, 𝟎
[𝑂,𝑘]
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑘𝑥, k𝑦
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 𝑘 0 𝑥
=
𝑦′ 0 𝑘 𝑦
● Dilatasi terhadap Titik Pusat 𝑨(𝒂, 𝒃)
Titik 𝑃(𝑥, 𝑦) didilatasi terhadap titik pusat 𝐴(𝑎, 𝑏) dengan faktor skala 𝑘, diperoleh
bayangan 𝑃(𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) dengan:
𝑥 ′ − 𝑎 = 𝑘(𝑥 − 𝑎)
𝑦 ′ − 𝑏 = 𝑘(𝑦 − 𝑏)
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 𝑘 0 𝑥−𝑎 𝑎
= +
𝑦′ 0 𝑘 𝑦−𝑏 𝑏
Contoh
a. Tentukan bayangan titik 𝑃(−6,10) yang didilatasi terhadap titik 𝑂(0,0) dengan faktor
1
skala .
2
Penyelesaian:
1
[𝑂, ] 1 1
2
𝑃 −6,10 𝑃’ (−6), (10)
2 2
1
[𝑂, ]
2
𝑃 −6,10 𝑃’ −3,5
Jadi, bayangan titik 𝑃 adalah 𝑃′(−3,5).
b. Tentukan bayangan titik N(3, −7) yang didilatasi terhadap titik (5,4) dengan faktor
skala −2.
Penyelesaian:
𝑥 ′ = 𝑎 + 𝑘 𝑥 − 𝑎 = 5 + −2 3 − 5 = 5 + 4 = 9
𝑦 ′ = 𝑏 + 𝑘 𝑦 − 𝑏 = 4 + −2 −7 − 4 = 4 + 22 = 26
Jadi, bayangan titik 𝑁 adalah 𝑁′(9,26).
Contoh
Tentukan bayangan garis 4𝑥 − 2𝑦 − 1 = 0 yang mengalami dilatasi 𝑂, 3 .
Penyelesaian:
Dilatasi garis 4𝑥 − 2𝑦 − 1 = 0 oleh [𝑂, 3]:
𝑥′ 3 0 𝑥
′ =
𝑦 0 3 𝑦
1
𝑥 ′ = 3𝑥 → 𝑥 = 𝑥′
3
′ 1
𝑦 = 3𝑦 → 𝑦 = 𝑦′
3
Diperoleh:
4𝑥 − 2𝑦 − 1 = 0
1 1
⇔4 𝑥′ − 2 𝑦′ − 1 = 0
3 3
4 2
⇔ 𝑥 − 𝑦′ − 1 = 0

3 3
⇔ 4x ′ − 2y ′ − 3 = 0
⇔ 4x − 2y − 3 = 0
Jadi, bayangannya adalah 4x − 2y − 3 = 0.
LUAS BANGUN
HASIL TRANSFORMASI
Luas Bangun Hasil Transformasi
𝑎 𝑏
Jika matriks memetakan bangun 𝐴 ke bangun 𝐴′, luas 𝑨′ = 𝒂𝒅 − 𝒃𝒄 × 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝑨.
𝑐 𝑑
Contoh
Diketahui persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 dengan koordinat titik-titik sudut 𝐴(−1,1), 𝐵(6,1),
𝐶(6,5), dan 𝐷(−1,5).
1. Tentukan bayangan titik-titik sudut persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 oleh transformasi
2 1
matriks .
1 2
2. Hitunglah luas bayangan persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷.
Penyelesaian:
2 1 −1 6 6 −1 −1 13 17 3
1. 𝐴′ , 𝐵 ′ , 𝐶 ′ , 𝐷 ′ = 𝑚𝑎𝑡𝑟𝑖𝑘𝑠 × 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷 = =
1 2 1 1 5 5 1 8 16 9
Jadi, bayangan titik-titik sudut persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 adalah 𝐴′(−1,1), 𝐵′(13,8),
𝐶′(17,16), dan 𝐷′(3,9).
2. 𝐿𝐴𝐵𝐶𝐷 = 7 × 4 = 28 satuan luas
𝐿𝐴′𝐵′𝐶′𝐷′ = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 × 𝐿𝐴𝐵𝐶𝐷 = 2.2 − 1.1 × 28 = 3 × 28 = 84 satuan luas
Jadi, luas bayangan persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 adalah 84 satuan luas.
`VEKTOR
Definisi Vektor
Besaran yang mempunyai arah dan besar biasanya dinyatakan dengan ruas garis
berarah. Ruas garis berarah tersebut dinamakan Vektor. Konsep vektor pada IPA
Fisika adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Besaran yang hanya memiliki
besar saja disebut Skalar, seperti berat, panjang, luas, dan lain-lain.
Vektor sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada bidang teknik
sipil, navigasi, militer, dan lain-lain.
Komponen Vektor
Vektor yang digambarkan pada bidang koordinat mempunyai komponen
horizontal (gerakan ke kanan/kiri) dankomponen vertical (gerakan ke atas/bawah).

Komponen horizontal vektor 𝑃𝑄 sebesar 𝑋𝑄 − 𝑋𝑃 sedang


komponen vertical vektor 𝑃𝑄 sebesar 𝑌𝑄 − 𝑌𝑃

Dalam bentuk aljabar, vektor 𝑃𝑄 dapat dinyatakan dalam


𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝐻𝑜𝑟𝑖𝑠𝑜𝑛𝑡𝑎𝑙 𝑋𝑄 −𝑋𝑃
bentuk matriks kolom: 𝑃𝑄 = 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑉𝑒𝑟𝑡𝑖𝑘𝑎𝑙
= 𝑌𝑄 −𝑌𝑃

Dalam bentuk pasangan berurut 𝑃𝑄 = (𝑋𝑄 − 𝑋𝑃 , 𝑌𝑄 − 𝑌𝑃 )

Atau dalam bentuk vektor basis: 𝑃𝑄 = 𝑎1 𝑖Ԧ + 𝑏1 𝑗Ԧ


Panjang (Modulus) Vektor
𝑎
Secara umum jika vektor 𝐴𝐵 = 𝑏
, maka panjang vektor 𝐴𝐵 dapat dinyatakan:
Panjang 𝐀𝐁 = 𝐀𝐁 = 𝐚𝟐 + 𝐛 𝟐
𝑎1
Vektor 𝑎Ԧ dapat dituliskan dengan bentuk vektor kolom 𝑎Ԧ = 𝑎2
. Adapun
𝑏1
vektor 𝑏Ԧ dapat dituliskan dengan bentuk vektor kolom 𝑏Ԧ = 𝑏2
.
Sehingga dapat ditentukan panjang dari vektor 𝑎Ԧ dan 𝑏Ԧ adalah:
Panjang vektor 𝑎Ԧ = 𝑎Ԧ = 𝑎1 2 + 𝑎2 2

Panjang vektor 𝑏Ԧ = 𝑏Ԧ = 𝑏1 2 + 𝑏2 2

𝑏1 −𝑎1
Vektor 𝐴𝐵 = 𝑏2 −𝑎2
, sehingga panjang dari vektor

𝐴𝐵 = 𝐴𝐵 = (𝑏1 −𝑎1 )2 + (𝑏2 −𝑎2 )2


Vektor Nol
Suatu vektor diebut vektor nol apabila panjangnya nol. Arah dari vektor bol tak tentu
misalnya 𝐴𝐴, 𝐵𝐵, 𝐶𝐶, dan semacamnya dsebut Vektor nol. Vektor nol dilambangkan
dengan 𝑂.
Vektor Posisi
Vektor posisi suatu titik dapat dilambangkan sesuai dengan nama titik ujungnya yang
idtulis dengan huruf kecil. Vekotr posisi titik A ialah 𝑎, ത
ത vektor posisi titik B ialah 𝑏,
dan seterusnya. Vektor posisi titik A 𝑎1 , 𝑎2 = 𝑎ത = 𝑎𝑎1 .
2

Pada bidang koordinat cartesius, setiap titik P pada bidang dapat dinyatakan sebagai
vektor 𝑂𝑃. Vektor 𝑂𝑃 disebut vektor posisi dari titik P. Koordinat titik P merupakan
komponen-komponen dari vektor 𝑂𝑃. Vektor 𝑂𝑃 dapat dinyarakan sebagai 𝑝. Ԧ
Vektor Satuan
Untuk setiap vektor a yang bukan vektor nol, dapat ditentukan suatu vektor satuan
dari vektor a, dilambangkan dengan 𝑒.Ƹ Vektor satuan arahnya searah dengan vektor a
dan panjangnya sama dengan satu satuan
𝑥
Jika vektor 𝑎 = 𝑦
, maka vektor satuan dari a dirumuskan dengan :

𝑎ത 1 𝑎1
𝑒Ƹ = = .
𝑎ത 𝑎1 2 + 𝑎2 2 𝑎2
Operasi pada Vektor (Penjumlahan dan Pengurangan)
• Penjumlahan antar Vektor
Penjumlahan antara vektor a dan b ini dapat kalian lakukan dengan dua cara yaitu:
o Cara Segitiga
Dalam cara ini, titik pangkal vektor b berimpit ruas dengan titik ujung vektor a.
jumlah vektor a dan b didapat dengan menarik ruas garis dari titil pangkal vektor a
ke titik ujung vektor b. Ruas garis ini diwakili oleh vektor c, akibatnya,
𝑎 + 𝑏 = 𝑐

gambar 2.2 Cara Penjumlahan Vektor Segitiga


Penjumlahan dan Pengurangan 2
o Cara Jajar Genjang

Misalkan, vektor a mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal A ke titik B dan
vektor b mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal C ke titik D. dalam cara Jajar
genjang, titik pangkal vektor a berimpit dengan titik pangkal vektor b, yaitu A = C
Dengan membuat jajar genjang ABED, akan diperoleh:
𝐴𝐵 + 𝐴𝐷 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐸 (Oleh karena 𝐴𝐷 = 𝐵𝐸)
= 𝐴𝐸 (Gunakan cara seigitiga)
Penjumlahan dan Pengurangan 3
Untuk a dan b vektor-vektor di 𝑅 2 , berlaku:

𝑎1 𝑏1 𝑎1 + 𝑏1 𝑎1 𝑏1 𝑎1 − 𝑏1
𝑎+𝑏 =
+ = ; 𝑎−𝑏= − =
𝑎2 𝑏2 𝑎2 + 𝑏2 𝑎2 𝑏2 𝑎2 − 𝑏2
Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan:
𝑎 + 𝑏 = (𝑎1 , 𝑎2 ) + (𝑏1 , 𝑏2 ) = 𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2
𝑎 − 𝑏 = (𝑎1 , 𝑎2 ) − (𝑏1 , 𝑏2 ) = (𝑎1 − 𝑏1 , 𝑎2 − 𝑏2 )
Untuk a dan b vektor-vektor di 𝑅 3 , berlaku:

𝑎1 𝑏1 𝑎1 + 𝑏1 𝑎1 𝑏1 𝑎1 − 𝑏1
𝑎+𝑏= 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑎2 + 𝑏2 ; 𝑎−𝑏 = 𝑎2 − 𝑏2 = 𝑎2 − 𝑏2
𝑎3 𝑏3 𝑎3 + 𝑏3 𝑎3 𝑏3 𝑎3 − 𝑏3

Dengan menggunakan pasanagan terurut, dapat dituliskan:


𝑎 + 𝑏 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) + (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) = 𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2 , 𝑎3 + 𝑏3
𝑎 − 𝑏 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) − (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) = (𝑎1 − 𝑏1 , 𝑎2 − 𝑏2 , 𝑎3 − 𝑏3 )
Perkalian Skalar Vektor

Dalam perkalian skalar dengan vektor ini, jika k > 0, maka vektor ku searah dengan
vektor u. Adapun jika k < 0, maka vektor ku berlawanan arah dengan vektor u.
Sifat-sifat Operasi Hitung pada Vektor

Sifat- sifat yang terdapat dalam operasi hitung vektor adalah sebagai berikut :
Jika a, b, dan c vektor – vektor di 𝑹𝟐 atau di 𝑹𝟑 dan k serta l skalar tak nol maka
berlaku hubungan berikut :

1. 𝒂 + 𝒃 = 𝒃 + 𝒂 5.𝒌 (𝒍𝒂) = (𝒌𝒍) 𝒂

2. ( 𝒂 + 𝒃 ) + 𝒄 = 𝒂 + (𝒃 + 𝒄) 6. 𝒌 (𝒂 + 𝒃) = 𝒌𝒂 + 𝒌𝒃

3. 𝒂 + 𝟎 = 𝟎 + 𝒂 7. (𝒌 + 𝒍) 𝒂 = 𝒌𝒂 + 𝒍𝒂

4. 𝒂 + (−𝒂) = 𝟎 8. 𝟏𝒂 = 𝒂
Perbandingan Vektor
Dalam perbandingan PN: NQ = m: n terdapat dua kasus, yaitu:

• Titik N membaggi PQ di dalam

𝑃𝑁 ∶ 𝑁𝑄 = 𝑚 ∶ 𝑛

• Titik N membagi PQ di luar

𝑃𝑁 ∶ 𝑁𝑄 = 𝑚 ∶ (−𝑛)
Perkalian Skalar Dua Vektor dan Proyeksi Vektor
Jika a dan b vektor – vektor tak nol dan 𝛼 sudut di antara vektor a dan b, maka perkalian skalar vektor a dan b
didefinisikan oleh 𝑎 . 𝑏 = 𝑎 𝑏 cos 𝛼
Jika dinyatakan dalam bentuk pasangan terurut, perkalian skalar dua vektor ini didefinisikan sebagai berikut:
Jika 𝑎 = (𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑏𝑛 ) dan 𝑏 = (𝑏1 , 𝑏2 , … , 𝑏𝑛) adalah sebarang vektor pada 𝑅𝑛 , maka hasil kali dalam atau
perkalian skalarnya adalah :
𝒂 . 𝒃 = 𝒂𝟏 𝒃𝟏 + 𝒂𝟐 𝒃𝟐 + ⋯ + 𝒂𝒏 𝒃𝒏
• Jika 𝑎 = (𝑎1 , 𝑎2 ) dan 𝑏 = (𝑏1 , 𝑏2 ) vektor – vektor di 𝑅2 , maka
𝒂 . 𝒃 = 𝒂𝟏 𝒃𝟏 + 𝒂𝟐 𝒃𝟐
• Jika 𝑎 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) dan 𝑏 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) vektor – vektor di 𝑅3 , maka
𝒂 . 𝒃 = 𝒂𝟏 𝒃𝟏 + 𝒂𝟐 𝒃𝟐 + 𝒂𝟑 𝒃𝟑
Perkalian Skalar Dua Vektor dan Proyeksi Vektor

Dalam perkalian skalar dua vektor terdapat sifat – sifat berikut :

Jika a, b, dan c vektor – vektor di 𝑅2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖 𝑅3 𝑑𝑎𝑛 𝑘 skalar tak nol, maka :

1. 𝑎. 𝑏 = 𝑏. 𝑎 3. 𝑘 (𝑎 . 𝑏) = (𝑘𝑎) . 𝑏 = 𝑎 . (𝑘𝑏)

2. 𝑎. (𝑏 + 𝑐) = 𝑎 . 𝑏 + 𝑎 . 𝑐 2
4. 𝑎 . 𝑎 = 𝑎
LATIHAN SOAL
1. Parabola 𝑦 = 𝑥 2 − 6𝑥 + 8 digeser ke kanan sejauh 2 satuan searah dengan sumbu
𝑋 dan digeser ke bawah sejauh 3 satuan. Jika parabola hasil pergeseran ini
memotong sumbu 𝑋 di 𝑥1 dan 𝑥2 maka 𝑥1 + 𝑥2 = ….
a. 8
b. 9
c. 10
d. 11
e. 12

2. Bayangan dari titik 𝐶(−3,4) oleh refleksi terhadap garis 𝑥 = 2 kemudian


dilanjutkan refleksi terhadap garis 𝑥 = −1 adalah ….
a. −9,4
b. 9,3
c. −9, −4
d. −9,3
e. (−9, −3)
3. Titik 𝐴(4, −2) dirotasikan terhadap titik 𝑃(1,3) sejauh 90° searah putaran jam.
Bayangan titik 𝐴 adalah ….
a. −5, −1
b. −1, −5
c. 3, −5
d. −4,0
e. (2, −4)
4. Matriks yang bersesuaian dengan dilatasi dengan pusat (0,0) dan faktor skala 4
dilanjutkan dengan refleksi terhadap garis 𝑦 = 𝑥 adalah ….
4 0
a.
0 −4
−4 0
b.
0 −4
−4 0
c.
0 4
0 4
d.
4 0
0 −4
e.
4 0
5. Diketahui titik P (1,5) dan Q (4, 1). Titik R adalah sebuah titik pada garis hubung
1
PQ sehingga 𝑃𝑅 = 𝑃𝑄. Koordinat titik R adalah …
3
a. (2, 10)
b. (2, 5)
c. (2, 13)
d. (0, 7)
e. (7, 0)

6. Jika 𝑂𝐴 = 2,1 , 𝑂𝐵 = (2,4), dan 𝜃 = ∠(𝑂𝐴, 𝑂𝐵) maka tan 𝜃 adalah …


3
a.
5
3
b.
4
1
c.
3
4
d.
5
e. 1
7. Diketahui 𝑢 = 5𝑖 + 3𝑗 + 2𝑘 dan 𝑣 = 5𝑖 + 2𝑗 + 𝑘. Dengan 𝑊 = 4𝑈 − 2𝑉 maka besar W adalah…
a. 10 2
b. 10
c. 10 3
d. 5 2
e. 5 3
1 2
1 2 3
8. Hasil dari 3 4 adalah…
4 5 6
5 6
22 28
a.
49 64
22 49
b.
28 64
64 28
c.
49 22
2 8 18
d.
4 15 30
1 4 6
e.
4 15 30
−1 4 −12
9. Diketahui 𝐴 = 4 −6 18 . Invers dari matriks 𝐴 adalah…
−8 2 14
12 8 0
1
a. 20 20 11 3
4 3 1
−12 8 0
1
b. 20 20 11 3
4 3 1
−12 8 0
1
c. 20 20 −11 3
4 3 1
−12 8 0
1
d. 20 20 11 −3
4 −3 1
12 −8 0
1
e. 20 −20 11 3
−4 3 −1
5 2 6
10. Jika 𝐴 = 8 3 9 , maka nilai dari determinan 𝐴 adalah…
4 1 7
a. −4
b. −3
c. 3
d. 4
e. 5
TERIMA KASIH
"Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan
perihnya kebodohan“ -Imam Syafi'i

Anda mungkin juga menyukai