Oleh : Kelompok 11
1. Akeyla Ammar (1910306038)
2. Tri Astutiningsih (1910306040)
3. Ayu Putri Azzahra Subagyo (1910306044)
3 2 1 3 2 1
Contoh: 𝐴2×3 = , 𝐵2×3 = , maka 𝐴 = 𝐵
7 8 9 7 8 9
Operasi pada Matriks
Penjumlahan Dua Matriks
Pengertian penjumlahan matriks : jika 𝐴 + 𝐵 = 𝐶, maka elemen-elemen C diperoleh dari penjumlahan
elemen-elemen A dan B yang seletak, yaitu 𝑐𝑖𝑗 = 𝑎𝑖𝑗 + 𝑏𝑖𝑗 untuk elemen C pada baris ke-i dan kolom
ke-j. Akibatnya matriks A dan B dapat dijumlahkan apabila kedua matriks memiliki ordo yang sama.
Contoh Soal:
3 2 2 6
Diketahui matriks 𝐴 = dan matriks 𝐵 = . Tentukan nilai dari 𝐴 + 𝐵!
1 4 10 4
Alternatif Penyelesaian:
3 2 2 6 5 8
Maka 𝐴 + 𝐵 = + =
1 4 10 4 11 8
Determinan Matriks
Determinan matriks adalah jumlah semua hasil perkalian elementer yang bertanda dari A dan
dinyatakan dengan 𝑑𝑒𝑡(𝐴) yang diartikan dengan sebuah hasil perkalian elementer bertanda dari suatu
matriks A adalah sebuah hasil perkalian elementer pada suatu kolom dengan +1 atau −1. Untuk lebih
jelasnya, berikut ini diuraikan cara mencari determinan matriks berordo 2 × 2 dan matriks berordo 3 × 3.
𝑑𝑒𝑡𝐴 = 𝑎11 𝑎22 𝑎33 + 𝑎12 𝑎23 𝑎31 + 𝑎13 𝑎21 𝑎32 − 𝑎13 𝑎22 𝑎31 − 𝑎11 𝑎23 𝑎32 − 𝑎12 𝑎21 𝑎33
Operasi pada Matriks
Contoh Soal:
2 3 6
Diketahui matriks 𝐴 = (1 3 2). Tentukan 𝑑𝑒𝑡 𝐴!
0 1 2
Alternatif Penyelesaian:
2 3 6 2 3
det 𝐴 = 1 3 2 1 3
0 1 2 0 1
𝑑𝑒𝑡𝐴 = ((2 × 3 × 2) + (3 × 2 × 0) + (6 × 1 × 1) − (6 × 3 × 0) − (2 × 2 × 1) − (3 × 1 × 2))
𝑑𝑒𝑡𝐴 = (12 + 0 + 6 − 0 − 4 − 6)
𝑑𝑒𝑡𝐴 = 18 − (−10)
𝑑𝑒𝑡𝐴 = 28
Operasi pada Matriks
➢ Metode minor-kofaktor
𝑀𝑖𝑗 = Minor elemen 𝑎𝑖𝑗 = determinan setelah elemen-elemen baris ke-I dan kolom ke-j
dihilangkan.
𝑎11 𝑎12 𝑎13
𝑎12 𝑎13
𝑀21 = 𝑎21 𝑎22 𝑎23 → 𝑀21 = 𝑎
32 𝑎33
𝑎31 𝑎32 𝑎33
Kofaktor elemen 𝑎𝑖𝑗 , dinotasikan 𝐾𝑖𝑗 adalah hasil kali (−1)𝑖 + 𝑗 dengan minor elemen tersebut.
Dengan demikian, kofaktor suatu matriks dirumuskan dengan
𝐾𝑖𝑗 = −1 𝑖+𝑗 𝑀𝑖𝑗
𝐾11 𝐾12 𝐾13
Kofaktor dari matriks 𝐴3×3 adalah 𝑘𝑜𝑓(𝐴) = 𝐾21 𝐾22 𝐾23
𝐾31 𝐾32 𝐾33
Operasi pada Matriks
Invers Matriks
Invers Matriks Berordo 𝟐 × 𝟐
𝑎 𝑏 1 𝑑 −𝑏
Jika 𝐴 = [ ], maka 𝐴−1 =
𝑐 𝑑 𝑑𝑒𝑡(𝐴) −𝑐 𝑎
Invers Matriks Berordo 𝟑 × 𝟑
Invers matriks persegi berordo 3x3 dirumuskan sebagai berikut.
1
𝐴−1 = 𝑎𝑑𝑗(𝐴)
det 𝐴
Dimana: Adjoin A dirumuskan sebagai berikut
𝑇
𝑎𝑑𝑗(𝐴) = 𝑘𝑜𝑓 𝐴
𝑎22 𝑎23 𝑎12 𝑎13 𝑎12 𝑎13
𝐾11 𝐾12 𝐾13 𝑇 𝑎32 𝑎33 − 𝑎32 𝑎33 𝑎22 𝑎23
𝑎𝑑𝑗(𝐴) = 𝐾21 𝐾22 𝐾23 𝑎21 𝑎23 𝑎11 𝑎13 𝑎11 𝑎13
𝐾31 𝐾32 𝐾33 𝑎𝑑𝑗 𝐴 = − 𝑎 − 𝑎
31 𝑎33 𝑎31 𝑎33 21 𝑎23
𝐾11 𝐾21 𝐾31 𝑎21 𝑎22 𝑎11 𝑎12 𝑎11 𝑎12
𝑎𝑑𝑗(𝐴) = 𝐾12 𝐾22 𝐾32 𝑎31 𝑎32 − 𝑎31 𝑎32 𝑎21 𝑎22
𝐾13 𝐾23 𝐾33
TRANSFORMASI
TRANSFORMASI GEOMETRI
● Transformasi geometri adalah bagian dari geometri yang membicarakan perubahan,
baik perubahan letak maupun bentuk penyajiannya didasarkan dengan gambar dan
matriks.
● Transformasi dapat disebut sebagai proses pemetaan titik-titik pada gambar ke
suatu objek untuk membentuk gambar lain. Akhirnya, jika sebuah objek berubah,
maka proses pemetaan pun akan berubah.
● Dalam transformasi, bentuk dapat dipindahkan di mana saja, atas, bawah, kiri, kanan,
atau ke segala arah. Hal ini dapat diputar oleh sudut pada setiap sumbu ke segala
arah. Ini mungkin mengikuti jalan melingkar atau mungkin garis lurus.
● Transformasi geometri dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti:
- translasi (pergeseran),
- rotasi (perputaran),
- refleksi (pencerminan), dan
- dilatasi (penskalaan).
TRANSLASI
(PERGESERAN)
Pengertian Translasi
• Translasi atau pergeseran adalah suatu transformasi yang memindahkan setiap titik
pada sebuah bidang berdasarkan jarak dan arah tertentu.
𝑎
• Jika diketahui titik 𝑃(𝑥, 𝑦) ditranslasikan dengan 𝑇 = maka diperoleh
𝑏
bayangannya 𝑃’(𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏). Secara matematis ditulis sebagai berikut.
𝑎
𝑇
𝑏
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑥 + 𝑎, 𝑦 + 𝑏
Contoh
5
Titik 𝐴(−12,8) ditranslasikan oleh . Tentukan koordinat bayangan dari titik 𝐴.
−3
Penyelesaian:
5
𝑇
−3
𝐴 −12,8 𝐴′ −12 + 5,8 − 3
5
𝑇
−3
𝐴 −12,8 𝐴′ −7,5
Jadi, koordinat bayangan dari titik 𝐴 adalah 𝐴’(−7,5).
Sifat-Sifat Translasi
a. Jika 𝑃𝑄 ditranslasikan menjadi 𝑃′𝑄′ maka 𝑃𝑄 ∕∕ 𝑃′𝑄′.
b. Luas benda bayangan sama dengan luas benda aslinya.
c. Bayangan kongruen dengan benda asal.
d. Seluruh titik pada benda yang ditranslasi ikut bergerak dalam arah dan jarak yang
sama.
e. Dua atau lebih translasi yang berangkai dapat diwakili oleh sebuah translasi.
𝑥
f. Pada translasi dalam bentuk pasangan bilangan 𝑦 , maka
1) Komponen 𝑥(positif) → ke kanan,
2) Komponen 𝑥(negatif) → ke kiri,
3) Komponen 𝑦(positif) → ke atas,
4) Komponen 𝑦(negatif) → ke bawah.
𝑎 𝑐
g. Dua buah translasi berturut-turut dilanjutkan dengan dapat digantikan dengan
𝑏 𝑑
𝑎+𝑐
translasi tunggal .
𝑏+𝑑
Contoh
−1 3
Titik P(4, −2) ditranslasikan oleh , kemudian dilanjutkan dengan translasi .
−2 5
Tentukan koordinat bayangan dari titik 𝑃.
Penyelesaian:
−1 3 −1 + 3 2
𝑇1 ∘ 𝑇2 = + = =
−2 5 −2 + 5 3
2
𝑇
3
𝑃 4, −2 𝑃′ 4 + 2, −2 + 3
2
𝑇
3
𝑃 4, −2 𝑃′ 6,1
Jadi, koordinat bayangan titik 𝑃 adalah 𝑃′ 6,1 .
Contoh
Diketahui suatu persamaan garis lurus 𝑦 = 2𝑥 + 3. Tentukan persamaan bayangan garis lurus
1
tersebut yang dihasilkan oleh translasi 𝑇 .
4
Penyelesaian:
1
Translasi garis 𝑦 = 2𝑥 + 3 oleh 𝑇 :
4
𝑥′ 𝑥 1
= 𝑦 +
𝑦′ 4
𝑥’ = 𝑥 + 1 → 𝑥 = 𝑥’ − 1
𝑦’ = 𝑦 + 4 → 𝑦 = 𝑦’ − 4
Diperoleh:
𝑦 = 2𝑥 + 3
⇔ 𝑦’ − 4 = 2(𝑥’ − 1) + 3
⇔ 𝑦’ − 4 = 2𝑥’ − 2 + 3
⇔ 𝑦’ = 2𝑥’ + 5
⇔ 𝑦 = 2𝑥 + 5
Jadi, bayangannya adalah 𝑦 = 2𝑥 + 5.
REFLEKSI
(PENCERMINAN)
Pengertian dan Sifat-Sifat Refleksi
• Pengertian Refleksi
Refleksi adalah transformasi yang memindahkan titik-titik dengan menggunakan
sifat bayangan oleh suatu cermin.
• Sifat-Sifat Refleksi
a. Jarak suatu titik terhadap cermin sama dengan jarak cermin terhadap
bayangan.
b. Garis yang menghubungkan titik dengan bayangan selalu tegak lurus dengan
cermin.
c. Setiap garis dan bayangannya selalu sama panjang.
d. Setiap bangun dan bayangannya selalu kongruen.
Pencerminan Titik (𝑥, 𝑦)
➢ Pencerminan terhadap Sumbu 𝑿
Pencerminan terhadap sumbu 𝑋 dirumuskan dengan:
𝑠𝑏.𝑋
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑥, −𝑦
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 1 0 𝑥
=
𝑦′ 0 −1 𝑦
Penyelesaian:
𝑂(0,0)
a. 𝑀 −5,10 𝑀’ − −5 , −10
𝑂(0,0)
𝑀 −5,10 𝑀’ 5, −10
Contoh (2)
𝑠𝑏.𝑌
b. 𝑀 −5,10 𝑀’ − −5 , 10
𝑠𝑏.𝑌
𝑀 −5,10 𝑀’ 5,10
𝑥=−3
c. 𝑀 −5,10 𝑀’ 2 −3 − −5 , 10
𝑥=−3
𝑀 −5,10 𝑀’ −1,10
𝑦=6
d. 𝑀 −5,10 𝑀’ −5,2 6 − 10
𝑦=6
𝑀 −5,10 𝑀’ −5,2
2,−4
e. 𝑀 −5,10 𝑀’ 2 2 − −5 , 2 −4 − 10
(2,−4)
𝑀 −5,10 𝑀’ 9, −18
Contoh
Tentukan persamaan bayangan garis 𝑦 = 5𝑥 − 1 oleh pencerminan terhadap garis 𝑦 = −𝑥.
Penyelesaian:
Pencerminan garis 𝑦 = 5𝑥 − 1 terhadap garis 𝑦 = −𝑥:
𝑥′ 0 −1 𝑥
=
𝑦′ −1 0 𝑦
′
𝑥 = −𝑦 ⟶ 𝑦 = −𝑥′
𝑦 ′ = −𝑥 ⟶ 𝑥 = −𝑦′
Diperoleh:
𝑦 = 5𝑥 − 1
⇔ −𝑥 ′ = 5 −𝑦 ′ − 1
⇔ −𝑥 ′ = −5𝑦 ′ − 1
⇔ 5𝑦 ′ − 𝑥 ′ + 1 = 0
⇔ 5𝑦 − 𝑥 + 1 = 0
Jadi, bayangannya adalah 5𝑦 − 𝑥 + 1 = 0.
ROTASI
(PERPUTARAN)
Pengertian dan Sifat Rotasi
• Pengertian Rotasi
Rotasi adalah transformasi yang memindahkan titik-titik dengan memutar titik
tersebut sejauh 𝜃 terhadap suatu titik pusat rotasi.
Suatu rotasi dengan pusat 𝑃 dan sudut rotasi 𝜃 dinotasikan dengan 𝑅(𝑃, 𝜃).
• Sifat Rotasi
a. Suatu rotasi ditentukan oleh:
1) pusat rotasi;
2) arah rotasi, yaitu
i. jika searah dengan perputaran jarum jam, sudut rotasi negatif;
ii. jika berlawanan dengan perputaran jarum jam, sudut rotasi positif.
3) besar sudut (jarak) rotasi.
b. Dua rotasi berturut-turut merupakan rotasi lagi dengan sudut putar sama dengan
jumlah kedua sudut putar semula.
c. Pada suatu rotasi, setiap bangun tidak berubah bentuknya.
Rotasi dengan Pusat 𝑂 0,0
➢ Sejauh 𝟗𝟎° berlawanan arah jarum jam
𝑅 𝑂,90°
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ −𝑦, 𝑥
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 0 −1 𝑥
=
𝑦′ 1 0 𝑦
Penyelesaian:
𝑅 𝑂,−90°
1) 𝐴(7,9) 𝑃’ 9, −7
𝑅 𝑂,180°
2) 𝐴 7,9 𝑃’ −7, −9
𝑅 𝑂,270°
3) 𝐴 7,9 𝑃’ 9, −7
Contoh
Tentukan persamaan bayangan dari garis 3𝑥 + 2𝑦 = 12 oleh rotasi 𝑅(𝑂, 180°).
Penyelesaian:
Rotasi garis 3𝑥 + 2𝑦 = 12 oleh 𝑅(𝑂, 180°):
𝑥′ −1 0 𝑥
=
𝑦′ 0 −1 𝑦
𝑥 ′ = −𝑥 ⟶ 𝑥 = −𝑥′
𝑦 ′ = −𝑦 ⟶ 𝑦 = −𝑦′
Diperoleh:
3𝑥 + 2𝑦 = 12
⇔ 3 −𝑥 ′ + 2 −𝑦 ′ = 12
⇔ −3𝑥 ′ − 2𝑦 ′ = 12
⇔ −3𝑥 − 2𝑦 = 12
Jadi, bayangannya adalah −3𝑥 − 2𝑦 = 12.
Rotasi dengan Pusat 𝑎, 𝑏
Jika suatu titik 𝑃(𝑥, 𝑦) diputar sejauh 𝜃 berlawanan dengan arah jarum jam terhadap titik
pusat (𝑎, 𝑏) maka bayangannya adalah 𝑃′(𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) dengan:
𝑥 ′ − 𝑎 = 𝑥 − 𝑎 cos 𝜃 − 𝑦 − 𝑏 sin 𝜃
𝑦 ′ − 𝑏 = 𝑥 − 𝑎 sin 𝜃 + 𝑦 − 𝑏 cos 𝜃
Persamaan matriksnya:
𝑥′ cos 𝜃 − sin 𝜃 𝑥 − 𝑎 𝑎
= +
𝑦′ sin 𝜃 cos 𝜃 𝑦 − 𝑏 𝑏
Contoh
𝜋
Tentukan bayangan titik 𝐴(3,5) oleh rotasi dengan pusat (1, −2) sebesar .
2
Penyelesaian:
𝜋 𝜋
𝑥 ′ cos − sin
2 2 3−1 1
′ = 𝜋 𝜋 +
𝑦 sin cos 5+2 −2
2 2
𝑥′ 0 −1 2 1
′ = +
𝑦 1 0 7 −2
′
𝑥 −7 1
′ = +
𝑦 2 −2
′
𝑥 −6
′ =
𝑦 0
Jadi, bayangan titik 𝐴 adalah 𝐴′(−6,0).
DILATASI
(PERKALIAN)
Pengertian Dilatasi
● Dilatasi adalah transformasi yang mengubah jarak titik-titik dengan faktor pengali
tertentu terhadap suatu titik tertentu. Perkalian dilatasi ditentukan oleh faktor
skala (𝑘) dan pusat dilatasi.
● Faktor yang menyebabkan diperbesar atau diperkecilnya suatu bangun ini disebut
faktor dilatasi. Faktor dilatasi ini dinotasikan dengan huruf kecil, misalnya 𝑘.
- Jika 𝑘 > 1 atau 𝑘 < −1, maka hasil dilatasinya diperbesar.
- Jika −1 < 𝑘 < 1, maka hasil dilatasinya diperkecil.
- Jika 𝑘 = ±1, maka hasil dilatasinya tidak mengalami perubahan.
Dilatasi Titik (𝑥, 𝑦)
● Dilatasi terhadap Titik Pusat 𝑶 𝟎, 𝟎
[𝑂,𝑘]
𝑃 𝑥, 𝑦 𝑃’ 𝑘𝑥, k𝑦
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 𝑘 0 𝑥
=
𝑦′ 0 𝑘 𝑦
● Dilatasi terhadap Titik Pusat 𝑨(𝒂, 𝒃)
Titik 𝑃(𝑥, 𝑦) didilatasi terhadap titik pusat 𝐴(𝑎, 𝑏) dengan faktor skala 𝑘, diperoleh
bayangan 𝑃(𝑥 ′ , 𝑦 ′ ) dengan:
𝑥 ′ − 𝑎 = 𝑘(𝑥 − 𝑎)
𝑦 ′ − 𝑏 = 𝑘(𝑦 − 𝑏)
Persamaan matriksnya:
𝑥′ 𝑘 0 𝑥−𝑎 𝑎
= +
𝑦′ 0 𝑘 𝑦−𝑏 𝑏
Contoh
a. Tentukan bayangan titik 𝑃(−6,10) yang didilatasi terhadap titik 𝑂(0,0) dengan faktor
1
skala .
2
Penyelesaian:
1
[𝑂, ] 1 1
2
𝑃 −6,10 𝑃’ (−6), (10)
2 2
1
[𝑂, ]
2
𝑃 −6,10 𝑃’ −3,5
Jadi, bayangan titik 𝑃 adalah 𝑃′(−3,5).
b. Tentukan bayangan titik N(3, −7) yang didilatasi terhadap titik (5,4) dengan faktor
skala −2.
Penyelesaian:
𝑥 ′ = 𝑎 + 𝑘 𝑥 − 𝑎 = 5 + −2 3 − 5 = 5 + 4 = 9
𝑦 ′ = 𝑏 + 𝑘 𝑦 − 𝑏 = 4 + −2 −7 − 4 = 4 + 22 = 26
Jadi, bayangan titik 𝑁 adalah 𝑁′(9,26).
Contoh
Tentukan bayangan garis 4𝑥 − 2𝑦 − 1 = 0 yang mengalami dilatasi 𝑂, 3 .
Penyelesaian:
Dilatasi garis 4𝑥 − 2𝑦 − 1 = 0 oleh [𝑂, 3]:
𝑥′ 3 0 𝑥
′ =
𝑦 0 3 𝑦
1
𝑥 ′ = 3𝑥 → 𝑥 = 𝑥′
3
′ 1
𝑦 = 3𝑦 → 𝑦 = 𝑦′
3
Diperoleh:
4𝑥 − 2𝑦 − 1 = 0
1 1
⇔4 𝑥′ − 2 𝑦′ − 1 = 0
3 3
4 2
⇔ 𝑥 − 𝑦′ − 1 = 0
′
3 3
⇔ 4x ′ − 2y ′ − 3 = 0
⇔ 4x − 2y − 3 = 0
Jadi, bayangannya adalah 4x − 2y − 3 = 0.
LUAS BANGUN
HASIL TRANSFORMASI
Luas Bangun Hasil Transformasi
𝑎 𝑏
Jika matriks memetakan bangun 𝐴 ke bangun 𝐴′, luas 𝑨′ = 𝒂𝒅 − 𝒃𝒄 × 𝒍𝒖𝒂𝒔 𝑨.
𝑐 𝑑
Contoh
Diketahui persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 dengan koordinat titik-titik sudut 𝐴(−1,1), 𝐵(6,1),
𝐶(6,5), dan 𝐷(−1,5).
1. Tentukan bayangan titik-titik sudut persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 oleh transformasi
2 1
matriks .
1 2
2. Hitunglah luas bayangan persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷.
Penyelesaian:
2 1 −1 6 6 −1 −1 13 17 3
1. 𝐴′ , 𝐵 ′ , 𝐶 ′ , 𝐷 ′ = 𝑚𝑎𝑡𝑟𝑖𝑘𝑠 × 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷 = =
1 2 1 1 5 5 1 8 16 9
Jadi, bayangan titik-titik sudut persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 adalah 𝐴′(−1,1), 𝐵′(13,8),
𝐶′(17,16), dan 𝐷′(3,9).
2. 𝐿𝐴𝐵𝐶𝐷 = 7 × 4 = 28 satuan luas
𝐿𝐴′𝐵′𝐶′𝐷′ = 𝑎𝑑 − 𝑏𝑐 × 𝐿𝐴𝐵𝐶𝐷 = 2.2 − 1.1 × 28 = 3 × 28 = 84 satuan luas
Jadi, luas bayangan persegi panjang 𝐴𝐵𝐶𝐷 adalah 84 satuan luas.
`VEKTOR
Definisi Vektor
Besaran yang mempunyai arah dan besar biasanya dinyatakan dengan ruas garis
berarah. Ruas garis berarah tersebut dinamakan Vektor. Konsep vektor pada IPA
Fisika adalah besaran yang mempunyai besar dan arah. Besaran yang hanya memiliki
besar saja disebut Skalar, seperti berat, panjang, luas, dan lain-lain.
Vektor sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari misalnya pada bidang teknik
sipil, navigasi, militer, dan lain-lain.
Komponen Vektor
Vektor yang digambarkan pada bidang koordinat mempunyai komponen
horizontal (gerakan ke kanan/kiri) dankomponen vertical (gerakan ke atas/bawah).
Panjang vektor 𝑏Ԧ = 𝑏Ԧ = 𝑏1 2 + 𝑏2 2
𝑏1 −𝑎1
Vektor 𝐴𝐵 = 𝑏2 −𝑎2
, sehingga panjang dari vektor
Pada bidang koordinat cartesius, setiap titik P pada bidang dapat dinyatakan sebagai
vektor 𝑂𝑃. Vektor 𝑂𝑃 disebut vektor posisi dari titik P. Koordinat titik P merupakan
komponen-komponen dari vektor 𝑂𝑃. Vektor 𝑂𝑃 dapat dinyarakan sebagai 𝑝. Ԧ
Vektor Satuan
Untuk setiap vektor a yang bukan vektor nol, dapat ditentukan suatu vektor satuan
dari vektor a, dilambangkan dengan 𝑒.Ƹ Vektor satuan arahnya searah dengan vektor a
dan panjangnya sama dengan satu satuan
𝑥
Jika vektor 𝑎 = 𝑦
, maka vektor satuan dari a dirumuskan dengan :
𝑎ത 1 𝑎1
𝑒Ƹ = = .
𝑎ത 𝑎1 2 + 𝑎2 2 𝑎2
Operasi pada Vektor (Penjumlahan dan Pengurangan)
• Penjumlahan antar Vektor
Penjumlahan antara vektor a dan b ini dapat kalian lakukan dengan dua cara yaitu:
o Cara Segitiga
Dalam cara ini, titik pangkal vektor b berimpit ruas dengan titik ujung vektor a.
jumlah vektor a dan b didapat dengan menarik ruas garis dari titil pangkal vektor a
ke titik ujung vektor b. Ruas garis ini diwakili oleh vektor c, akibatnya,
𝑎 + 𝑏 = 𝑐
Misalkan, vektor a mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal A ke titik B dan
vektor b mewakili ruas garis berarah dari titik pangkal C ke titik D. dalam cara Jajar
genjang, titik pangkal vektor a berimpit dengan titik pangkal vektor b, yaitu A = C
Dengan membuat jajar genjang ABED, akan diperoleh:
𝐴𝐵 + 𝐴𝐷 = 𝐴𝐵 + 𝐵𝐸 (Oleh karena 𝐴𝐷 = 𝐵𝐸)
= 𝐴𝐸 (Gunakan cara seigitiga)
Penjumlahan dan Pengurangan 3
Untuk a dan b vektor-vektor di 𝑅 2 , berlaku:
𝑎1 𝑏1 𝑎1 + 𝑏1 𝑎1 𝑏1 𝑎1 − 𝑏1
𝑎+𝑏 =
+ = ; 𝑎−𝑏= − =
𝑎2 𝑏2 𝑎2 + 𝑏2 𝑎2 𝑏2 𝑎2 − 𝑏2
Dengan menggunakan pasangan terurut, dapat dituliskan:
𝑎 + 𝑏 = (𝑎1 , 𝑎2 ) + (𝑏1 , 𝑏2 ) = 𝑎1 + 𝑏1 , 𝑎2 + 𝑏2
𝑎 − 𝑏 = (𝑎1 , 𝑎2 ) − (𝑏1 , 𝑏2 ) = (𝑎1 − 𝑏1 , 𝑎2 − 𝑏2 )
Untuk a dan b vektor-vektor di 𝑅 3 , berlaku:
𝑎1 𝑏1 𝑎1 + 𝑏1 𝑎1 𝑏1 𝑎1 − 𝑏1
𝑎+𝑏= 𝑎2 + 𝑏2 = 𝑎2 + 𝑏2 ; 𝑎−𝑏 = 𝑎2 − 𝑏2 = 𝑎2 − 𝑏2
𝑎3 𝑏3 𝑎3 + 𝑏3 𝑎3 𝑏3 𝑎3 − 𝑏3
Dalam perkalian skalar dengan vektor ini, jika k > 0, maka vektor ku searah dengan
vektor u. Adapun jika k < 0, maka vektor ku berlawanan arah dengan vektor u.
Sifat-sifat Operasi Hitung pada Vektor
Sifat- sifat yang terdapat dalam operasi hitung vektor adalah sebagai berikut :
Jika a, b, dan c vektor – vektor di 𝑹𝟐 atau di 𝑹𝟑 dan k serta l skalar tak nol maka
berlaku hubungan berikut :
2. ( 𝒂 + 𝒃 ) + 𝒄 = 𝒂 + (𝒃 + 𝒄) 6. 𝒌 (𝒂 + 𝒃) = 𝒌𝒂 + 𝒌𝒃
3. 𝒂 + 𝟎 = 𝟎 + 𝒂 7. (𝒌 + 𝒍) 𝒂 = 𝒌𝒂 + 𝒍𝒂
4. 𝒂 + (−𝒂) = 𝟎 8. 𝟏𝒂 = 𝒂
Perbandingan Vektor
Dalam perbandingan PN: NQ = m: n terdapat dua kasus, yaitu:
𝑃𝑁 ∶ 𝑁𝑄 = 𝑚 ∶ 𝑛
𝑃𝑁 ∶ 𝑁𝑄 = 𝑚 ∶ (−𝑛)
Perkalian Skalar Dua Vektor dan Proyeksi Vektor
Jika a dan b vektor – vektor tak nol dan 𝛼 sudut di antara vektor a dan b, maka perkalian skalar vektor a dan b
didefinisikan oleh 𝑎 . 𝑏 = 𝑎 𝑏 cos 𝛼
Jika dinyatakan dalam bentuk pasangan terurut, perkalian skalar dua vektor ini didefinisikan sebagai berikut:
Jika 𝑎 = (𝑎1 , 𝑎2 , … , 𝑏𝑛 ) dan 𝑏 = (𝑏1 , 𝑏2 , … , 𝑏𝑛) adalah sebarang vektor pada 𝑅𝑛 , maka hasil kali dalam atau
perkalian skalarnya adalah :
𝒂 . 𝒃 = 𝒂𝟏 𝒃𝟏 + 𝒂𝟐 𝒃𝟐 + ⋯ + 𝒂𝒏 𝒃𝒏
• Jika 𝑎 = (𝑎1 , 𝑎2 ) dan 𝑏 = (𝑏1 , 𝑏2 ) vektor – vektor di 𝑅2 , maka
𝒂 . 𝒃 = 𝒂𝟏 𝒃𝟏 + 𝒂𝟐 𝒃𝟐
• Jika 𝑎 = (𝑎1 , 𝑎2 , 𝑎3 ) dan 𝑏 = (𝑏1 , 𝑏2 , 𝑏3 ) vektor – vektor di 𝑅3 , maka
𝒂 . 𝒃 = 𝒂𝟏 𝒃𝟏 + 𝒂𝟐 𝒃𝟐 + 𝒂𝟑 𝒃𝟑
Perkalian Skalar Dua Vektor dan Proyeksi Vektor
Jika a, b, dan c vektor – vektor di 𝑅2 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑑𝑖 𝑅3 𝑑𝑎𝑛 𝑘 skalar tak nol, maka :
1. 𝑎. 𝑏 = 𝑏. 𝑎 3. 𝑘 (𝑎 . 𝑏) = (𝑘𝑎) . 𝑏 = 𝑎 . (𝑘𝑏)
2. 𝑎. (𝑏 + 𝑐) = 𝑎 . 𝑏 + 𝑎 . 𝑐 2
4. 𝑎 . 𝑎 = 𝑎
LATIHAN SOAL
1. Parabola 𝑦 = 𝑥 2 − 6𝑥 + 8 digeser ke kanan sejauh 2 satuan searah dengan sumbu
𝑋 dan digeser ke bawah sejauh 3 satuan. Jika parabola hasil pergeseran ini
memotong sumbu 𝑋 di 𝑥1 dan 𝑥2 maka 𝑥1 + 𝑥2 = ….
a. 8
b. 9
c. 10
d. 11
e. 12