Oleh:
Devi Anggraeni Pramulawati
S572202004
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Aris Sudiyanto, Sp.KJ (K)
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing Tandatangan
Sie Ilmiah
............................................. ...............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN
dan Prosedur
SURAKARTA
Surakarta
Pembimbing
iii
BAB I PENDAHULUAN
TEHNIK DAN PROSEDUR TERAPI EKSISTENSIAL-HUMANISTIK
Eksistensial-Humanistik
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an
sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit
memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia
dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima
postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1
kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Dalam studi sekolahan filsafat eksistensialisme paling dikenal hadir lewat
Jean-Paul Sartre, yang terkenal dengan diktumnya “human is condemned to be
free”, manusia dikutuk untuk bebas, maka dengan kebebasannya itulah kemudian
manusia bertindak. Pertanyaan yang paling sering muncul sebagai derivasi
kebebasan eksistensialis adalah, sejauh mana kebebasan tersebut bebas? atau
“dalam istilah orde baru”, apakah eksistensialisme mengenal “kebebasan yang
bertanggung jawab”? Bagi eksistensialis, ketika kebebasan adalah satu-satunya
universalitas manusia, maka batasan dari kebebasan dari setiap individu adalah
kebebasan individu lain.
Namun, menjadi eksistensialis, bukan melulu harus menjadi seorang yang
lain-daripada-yang-lain, sadar bahwa keberadaan dunia merupakan sesuatu yang
berada diluar kendali manusia, tetapi bukan membuat sesuatu yang unik ataupun
yang baru yang menjadi esensi dari eksistensialisme. Membuat sebuah pilihan atas
dasar keinginan sendiri, dan sadar akan tanggung jawabnya dimasa depan adalah
inti dari eksistensialisme. Sebagai contoh, mau tidak mau kita akan terjun ke
berbagai profesi seperti dokter, desainer, insinyur, pebisnis dan sebagainya, tetapi
yang dipersoalkan oleh eksistensialisme adalah, apakah kita menjadi dokter atas
keinginan orang tua, atau keinginan sendiri.
Kaum eksistensialis menyarankan kita untuk membiarkan apa pun yang akan
kita kaji. Baik itu benda, perasaaan, pikiran, atau bahkan eksistensi manusia itu
sendiri untuk menampakkan dirinya pada kita. Hal ini dapat dilakukan dengan
membuka diri terhadap pengalaman, dengan menerimanya, walaupun tidak sesuai
dengan filsafat, teori, atau keyakinan kita.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA TERAPI EKSISTENSIAL-HUMANISTIK
Pengantar
Psikologi telah lama didominasi oleh pendekatan empiris terhadap studi
tentang tingkah laku individu. Banyak ahli psikologi Amerika yang menunjukan
kepercayaan pada definisi-definisi operasional dan hipotesis-hipotesis yang bisa
diuji serta memandang usaha memperoleh data empiris sebagai satu-satunya
pendekatan yang sahih guna memperoleh tingkah laku manusia. Dimasa lalu tidak
terdapat bukti adanya minat serius terhadap aspek-aspek filosofi dan konseling dan
psikoterapi. Pendekatan eksistensial-humanistik, di lain pihak, menekankan
renungan-renungan filosofis tentang apa artinya menjadi manusia yang utuh.
Banyak ahli psikologi yag berorientasi eksistensial yang mengajukan argumen
menentang pembatasan studi tingkah laku manusia pada metode-metodeyang
digunakan oleh ilmu pengetahuan alam. Sebagai contoh, Bugental (1965), Rogers
(1961), May (1953, 1958, 1961, 1967, 1969), Frankl (1959, 1963), Jourard
(1968,1971), Maslow (1968, 1970), dan Arbuckle (1975) yang mengemukakan
kebutuhan psikologi akan suatu perspektif yang lebih luas yang mencakup
pengalaman subjektif klien atas dunia pribadinya.
3
sistem tehnik – tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu
pendekatan eksistensial humanistik bukan justru aliran terapi, bukan pula suatu
teori tunggal yang sistematik suatu pendekatan yang mencakup terapi terapi yang
berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep – konsep dan asumsi tentang
manusia. Pendekatan eksistensial humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus
sentral, memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia
menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa
manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya.
Pendekatan eksistensial humanistik secara tajam berfokus pada fakta –fakta
utama keberadaan manusia, kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten. Menurut
teori dari albert ellis yang berhubungan dengan eksistensi manusia. Ia menyatakan
bahwa manusia bukanlah mahluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan
didorong oleh naluri – naluri. Ia melihat sebagai individu sebagai unik dan memiliki
kekuatan untuk menghadapi keterbatasan – keterbatasan untuk merubah pandangan-
pandangan dan nilai – nilai dasar dan untuk mengatasi kecenderungan –
kecenderungan menolak diri sendiri. Manusia memiliki kesanggupan untuk
mengkonfrontasikan sistem – sistem nilainya sendiri dan menindoktrinasi diri
dengan keyakinan – keyakinan, gagasan – gagasan dan nilai yang berbeda, sehingga
akibatnya, mereka akan bertingkah laku yang berbeda dengan cara mereka
bertingkah laku dimasa lalu. Berdasar pendapat ellis diatas, maka dapat diambil
pengertian bahwa setiap individu memiliki kemampuan untuk merubah dirinya dari
hal -hal yang diterimanya. Manusia memiliki kesanggupan untuk mempertahankan
perasaannya sendiri dan dapat memberikan ajaran kembali kepada dirinya melalui
keyakinan, pendapat dan hal – hal penting lainnya. Disini pendekatan eksistensial
humanistik adalah mengembalikan potensi – potensi diri manusia kepada fitrahnya.
Pengembangan potensi ini pada dasarnya untuk mengakktualisasikan diri klien dan
memberikan kebebasan kebebasan klien untuk menentukan nasibnya sendiri dan
menanamkan pengertian bahwa manusia pada fitrahnya bukanlah hasil
pengondisian atau terciptanya bukan karena kebetulan. Manusia memiliki fitrah dan
potensi yang perlu dikembangkan
4
Teknik – teknik konseling eksistensial
Memahami dunia subyektif si klien agar bisa menlongnya untuk bisa sampai
pada pemahaman dan pilihan –pilihan baru merupakan fokus utama yang harus
diperhatikan oleh terapis. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat itu,
dan bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu ( May &
Yalom, 1989). Biasanya terapis eksistensial mengunakan metode yang mencakup
ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga dengan
klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik. Di satu sisi
mereka menggunakan tehnik seperti desentisasi (pengurangan kepekaan atas
kekurangan yang diderita klien sehabis konseling), asosiasi bebas, atau
restrukturisasikognitif dan mereka mungkin mendapatkan pemahaman dari
konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat tehnik yang dikhususkan atau
dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983), di sisi lain, beberapa orang
eksistensialis mengesampingkan tehnik, karena mereka melihat itu semua memberi
kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi sepanjang proses terapeutik, kedudukan
tehnik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa
membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien.
Tehnik – tehnik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
1. Penerimaan
2. Rasa hormat
3. Memahami
4. Menentramkan
5. Memberi dorongan
6. Pertanyaan terbatas
7. Memantulakan pernyataan dan perasaan klien
8. Menunjukkan sikap yang mencerminkan ikut merasakan apa yang dirasakan
klien
9. Bersikap mengijinkan apa saja yang bermakna
5
alternatif, motivasi, faktor yang mempengaruhi seseorang dan tujuan hidup
pribadi seseorang, merupakan sasaran dari semua konseling yaitu tugas
terapis untuk menunjukkan kepada klien bahwa peningkatan kesadaran
memerlukan imbalan
2. Kebebasan dan tanggung jawab: implikasi konseling
Terapi eksistensial terus menerus mengarahkan terfokus pada
pertanggujawaban klien kepada situasi mereka. Mereka tidak memberikan
klien menyalahkan orang lain, menyalahkan kekuatan dari luar. Apabila klien
tidak mau mengakui dan menerima pertanggungjawaban bahwa sebenarnya
mereka sendirilah yang menciptakan suasana yang ada, maka sedikit saja
motivasi mereka untuk ikut terlibat dalam usaha perubahan pribadi. Terapis
membantu klien dalam menemukan betapa mereka telah menghindari
kebebasan dan membangkitkan semangat mereka untuk belajar mengambil
resiko dengan menggunakan kebebasan yang ada. Kalau berbuat seperti itu
berarti klien tidak mampu berjalan dan secara neurotik jadi ketergantungan
pada terapis. Terapis perlu mengajarkan klien bahwa secara eksplisit mereka
menerima fakta bahwa mereka memiliki pilihan, meskipun mereka mungkin
selama hidupnya selalu berusaha untuk menghindari dari semua pilihan itu
sendiri.
3. Usaha untuk mendapatkan identitas dan bisa berhubungan dengan orang lain
: implikasi konseling
Menantang klien untuk mau memulai meneliti cara dimana mereka telah
kehilangan sentuhan identitas mereka, terutama dengan jalan membiarkan
orang lain memolakan hidup bagi mereka. Proses terapi itu sendiri sering
menakutkan bagi klien dimana pada saat itu mereka melihat kenyataan bahwa
mereka telah menyerahkan kebebasan mereka kepada orang lain bahwa
dalam hubungan terapi mereka terpaksa menerima kembali. Dengan jalan
menolak untuk memberikan penyelesaian atau jawaban yang mudah maka
terapis memaksa klien berkonfrontasi dengan realitas yang hanya mereka
sendiri yang harus bisa menemukan jawaban ereka sendiri dan dalam diri
mereka sendiri
6
4. Pencarian makna : implikasi konseling
Kondisi yang tumbuh dari perasaan ketidaksempurnaan atau kesadaran akan
kenyataan bahwa orang tidak menjadi siapa dia seharusnya. Ini adalah
kesadaran bahwa tindakan serta pilihan seseorang mengungkapkan kurang
dari potensi sepenuhnya yang dimilikinya sebagai pribadi. Dimana orang
mengabaikan potensi – potensi tertentu yang dimiliki, maka tentu ada
perasaan kesalahan eksistensial ini. Beban kesalahan ini tidak dipandang
sebagai neurotik, juga bukan sebagai ngejala yang memerlukan
penyembuhan. Yang dilakukan oleh terapis eksistensial adalah menggalinya
untuk mengetaui apa yang bisa dipelajari klien tentang cara mereka menjalani
kehidupan. Dan ini bisa digunakan untuk menantang kehadiran makna dan
arah hidup.
5. Kecemasan sebagai kondisi dalam hidup: implikasi konseling
Kecemasan adalah materi dalam sesi terapi produktif. Jika klien tidak
mengalami kecemasan maka motivasi untuk menglami perubahan menjadi
rendah. Maka terapis yang terapis yang berorientasi eksistensial dapat
menolong klien mengenali bahwa belajar bagaimana bertenggang rasa dengan
keragu –raguan dan ketidakpastian dan bagaimana caranya hidup tanpa
ditopang bisa merupkan tahap yang perlu dialami dalam perjalanan hidup
yang serba tergantung kedalam kehidupan sebagai manusia yang lebih
autonom. Terapis dan klien dapat menggali kemungkinan yang ada, yaitu
melepaskan diri dari pola yang tidak sehat dan membangun gaya hidup baru
bisa berkurang pada saat klien mengalami hal – hal yang leboih memuaskan
dengan cara – cara hidup yang lebih baru.
6. Kesadaran akan maut dan ketiadaan: implikasi konseling.
Latihan dapat memobilisasi klien untuk secara sungguh – sungguh
memantapkan waktu yang masih mereka miliki, dan ini masih bisa merubah
mereka untuk mau menerima kemungkinan bahwa mereka bisa menerima
keberadaannya sebagai mayat hidup sebagai pengganti kehidupan yang lebih
bermkna.
7
Teknik konseling terapi humanistik
Teknik utama terapi humanistik eksistensial (dalam semiun 2006) pada
dasarnya adalah penggunaan pribadi knselor dan hubungan konselor – konseli
sebagai kondisi perubahan. namun terapi humanistik eksistensial juga
merekomendasikan beberapa tehnik khusus seperti menghayati keberadaan dunia
obyektif dan subyektif klien, pengalaman pertumbuhan simbolik (suatu bentuk
interpretasi dan pengakuan dasar tentang dimensi –dimensi simbolik dari
pengalaman yang mengarahkan pada kesadaran yang lebih tinggi, pengungkapan
makna dan pertumbuhan pribadi).
1. Persson – centered therapy (carl R. Rogers)
Manifestasi teori kepribadian dalam keyakinan terhadap pendekatan
PCT terdapat tiga kondisi yang membentuk iklim yang meningkatkan
pertumbuhan tersebut, yaitu: (1) genuineness, realness or cogruence, (2)
acceptance or caringor prizing – unconditional positive regard, dan (3)
empathic understanding.
Tehnik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan
orang – orang dewasa muda lain yang mengalami masalah – masalah
penyesuaian diri yang sederhana. Carl rogers berpendapat bahwa orang –
orang memiliki kecenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah
pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan rogers gangguan –
gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang – orang lain
menghambat individu dalam perjalanan menuju aktualisasi diri.
8
individu harus menemukan jalan hidupnya sendiri dan menemukan tanggung
jawab pribadi bila ingin mencapai kematangan. Penekanan pada terapi gestalt
adalah pada perubahan perilaku.
Asumsi dasar terapi ini adalah adanya anggapan bahwa individu
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, cakap dalam
mengambil keputusan pribadi, mampu mengambil keputusan terbaik bagi
aktualisasi diri secara mandiri, memiliki potensi, identitas dan keunikan diri,
selalu tumbuh dan mampu berubah. Tugas utama terapis adalah membantu
klien mengalami sepenuhnya keberadaannya disini dan sekarang (here and
now)
3. Transactional analysis (Eric Berne)
Terapi ini dikembangkan oleh Eric Berne. Sebagai dokter jiwa, berne
mendapatkan tugas untuk memeriksa kesehatan mental prajurit amerika.
Untuk itu ia memiliki waktu yang terbatas. Sehubungan denganhal tersebut,
Eric mengembangkan metode yang cepat dan praktis guna mengenali kondisi
mental para prajurit. Berdasarkan metode yang diterapkan ini, ternyata ia
mampu mengenali karakteristik tiap prajurit dalam waktu singkat.
Berdasarkan metode yang serupa dikembangkan Transactional analysis
therapy atau terapi analisis transaksional merupakan bentuk terapi yang
memfokuskan pada kemampuan individu untuk mengambil keputusan baru.
Terapi ini menekankan aspek kognitif-rasional- behavioral dalam membuat
keputusan baru.
4. Rational-emotive therapy (Albert Ellis)
Menurut Albert Ellis manusia pada dasarnya adalah unik yang
memiliki kecenderungan untuk berfikir rasional dan irasional. Ketika berfikir
dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, kompeten. Ketika
berfikir dan bertingkah laku irasional individu itu menjadi tidak efektif. Reaksi
emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh evaluasi, interpretasi
dan filosofi yang didasari maupun tidak disadari. Hambatan psikologis atau
emosional tersebut merupakan akibat dari cara berfikir yang tidak logis dan
irasional, yang mana emosi yang menyertai individu dalam berfikir penuh
9
dengan prasangka, sangat personal dan irasional.
Berfikir irasional ini diawali dengan belajar secara tidak logis yang
biasanya diperoleh dari orangtu dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir
secara irasional tercermin dari kata – kata yang digunakan. Kata – kata yang
tidak logis menunjukkan cara berpikir yang salah dan kata – kata yang tepat
menunjukkan cara berpikir yang tepat. Perasaan dan pikiran negatif serta
penolakan diri harus dilawan dengan cara berpikir yang rasional dan logis
yang dapat diterima menurut akal sehat serta menggunakan cara verbalisasi
yang rasional.
5. Existential analysis (Rollo May, James F.T.Bugental) dan logotherapy
(Viktor Frankl)
Konsep dasar terapi eksistensial adalah mengubah konsep berpikir,
dari kondisi merasa lemah dan tidak berdaya menjadi lebih bertanggug jawab
dan mampu mengontrol kehidupannya sendiri yang dapat mengeliminasi
perasaan tidak berarti (not being)sedangkan perasaan tidak berarti ini
biasanya muncul dalam kondisi merasa tidak berdaya, rasa bersalah, putus asa
dsb. Konsep teori eksistensialis bukan merupakan sistem terapi yang
komprehensif, eksistensialis memandang proses terapi dari sudut pandang
suatu paradigma untuk memahami dan mengerti kondisi individu yang
sedang bermasalah. Oleh karena itu terapi eksistensialis memandang klien
sebagai manusia bukan sekedar aspek pola perilaku beserta mekanismenya.
Teknik yang paling disukai yaitu person-centered therapy karena
dalam tehnik ini, semua yang dilakukan berdasarkan cara pikir klien. Jadi
konselor hanya berperan sebagai pendengar dsan pemberi masukan namun
semua keputusan yang diambil berasal dari pilihan klien. Jadi dalam tehnik
ini, klien diberikan kebebasan yang sebesar – besarnya sehinga semua bentuk
tindakan berdasarkan keputusan klien namun tetap dikonsultasikan kepada
konselor.
10
BAB III
PENUTUP
11
diri,kebebasan, tanggung jawab, kecemasan, dan pencarian makna hidup. Terdapat
3 tahap proses konseling eksistensial humanistik, yaitu:
1. Konselor membantu konseli dalam mengidentifikasi dan
mengklarifikasikan asumsi mereka tentang dunia
2. Konselor didorong semangatnya untuk lebih dalam lagi meneliti sumber
dan otoritas dari sistem nilai mereka
3. Konseling eksistensial berfokus pada menolong konseli untuk bisa
melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka sendiri.
Kelebihan
• Teknik ini dapat digunakan bagi klien yang mengalami kekurangan dalam
perkembangan dan kepercayaan diri.
• Adanya kebebasan klien untuk mengambil keputusan sendiri
• Memanusiakan manusia
• Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis
terhadap fenomena sosial.
• Pendekatan terapi eksistensial lebih cocok digunakan pada perkembangan klien
seperti masalah karier, kegagalan dalam perkawinan, pengucilan dalam
pergaulan ataupun masa transisi dalam perkembangan dari remaja menjadi
dewasa
12
Kelemahan
13
DAFTAR PUSTAKA
– 373.
Maramis W..F., 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga
University Press
Waskita, W. 2010. Terapi Konseling Terapi Eksistensial. http
://waskitamandiribk.wordpress.com
http://divaangreyani.blogspot.com/2013/03/terapi-eksistensial-humanistik.html
14