PSIKOLOGI AGAMA
Disusun Oleh:
Khotibul Umam
Nurhidayati (210101111)
2022/2023
KATA PENGANTAR
penyusuun
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi eksistensial merupakan aliran psikologi yang menekankan pada makna
hidup, kebebasan, dan eksistensi individu. Ketika diterapkan pada kreativitas, psikologi
eksistensial menyoroti bahwa kreativitas merupakan ekspresi dari kebebasan dan pencarian
makna dalam kehidupan manusia.
Dalam konteks penggalian makna beragama, psikologi eksistensial mengajukan
pertanyaan fundamental tentang eksistensi manusia dan hubungannya dengan yang
transenden. Proses kreatif dalam konteks ini dapat dilihat sebagai upaya untuk menemukan
makna yang lebih dalam, baik melalui penciptaan karya seni atau melalui eksplorasi
spiritual.
Dengan kata lain, kreativitas dalam psikologi eksistensial dapat dianggap sebagai
sarana untuk menggali makna eksistensial dan menjalin hubungan dengan dimensi
rohaniah atau agama. Itu sejalan dengan konsep bahwa manusia, melalui tindakan
kreatifnya, menciptakan makna dalam realitasnya sendiri, termasuk dalam ranah spiritual.
Psikologi eksistensial mengakui bahwa agama memiliki potensi untuk membantu
manusia menjawab pertanyaan mendasar tentang eksistensi dan tujuan hidup. Proses
penggalian makna beragama melibatkan eksplorasi dan pemahaman yang lebih mendalam
terhadap keyakinan, nilai, dan praktik agama sebagai sarana untuk memberikan
signifikansi dalam kehidupan.
Oleh karena itu, dalam perspektif psikologi eksistensial, kreativitas dan penggalian
makna beragama menjadi elemen krusial dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam
mengenai eksistensi manusia, serta bagaimana individu dapat mengatasi tantangan
eksistensial mereka dengan cara yang memiliki makna dan memuaskan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu Psikologi Eksistensial ?
b. Apakah maksud dari Kraetivitas dalam Psikologi Eksistensial?
c. Bagaimana Penggalian Makna Beragama dalam Psikologi Eksistensial?
C. Tujuan
1
a. Untuk mengetahui Apa itu Psikologi Eksistensial
b. Untuk mengetahui Apa maksud dari Kraetivitas dalam Psikologi Eksistensial
c. Untuk mengetahui Bagaimana Penggalian Makna Beragama dalam Psikologi
Eksistensial
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikologi Eksistensial
1. Pengertian psikologi eksistensial
Eksistensialisme berasal dari kata “eksistensi”, exist, ex: keluar, yang artinya
berdiri dengan keluar dari diri sendiri.Filsafat eksistensi adalah benar-benar sebagaimana
arti katanya, yaitu filsafat yang menempatkan cara wujud manusia sebagai tema sentral.2
1
Widya Resti Gusti Ayu, Sumaryati, Siti Urbayatum, Kajian Kebenearan Psikologi Eksistensial Rollo May
dalam Dunia Klinis, Jurnal: Psikobuletin Ilmiah Psikologi, Vol.4, No.1, 2023, Hlm.2
2
Dalam KBBI, kemenikbud, Hlm. 102
3
Zaenal Abidin, Analisis Eksistensial, : Sebuah Pendekatan Alternatif untuk Psikologi dan Psikiatri, (Jakarta:
Grafindo Persada), 2007.
4
Arum Iga Pratiwi, Anas Ahmadi, Eksistensi Tokoh Utama dalam Novel Lebih Senyap dari Bisiskan Karya
Adinda Dwifatma: Kajian Psikologi Eksistensial Rollo May, Bapala, Vol.9, No.2 2022, Hlm. 134
3
Psikologi eksistensial adalah pendekatan dalam psikologi yang menekankan pada
makna hidup, kebebasan, tanggung jawab, dan pencarian identitas individu. Ini mencoba
memahami pengalaman manusia secara mendalam, terutama dalam konteks eksistensi dan
eksistensialisme, yang menyoroti pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang keberadaan dan
tujuan hidup. Psikologi eksistensial sering mengeksplorasi konsep kebebasan, pilihan, dan
bagaimana individu memberikan makna terhadap kehidupan mereka.
Filsafat Eksistensialisme lahir sebagai reaksi atas situasi dunia, terutama di Eropa
Barat, yang tengah dilanda krisis. Rasa takut berkecamuk, terutama terhadap ancaman
perang. Penampilan manusia penuh imitasi: hasil persetujuan palsu yang disebut konvensi
atau tradisi. Manusia banyak berpura-pura. Kebencian merajalela. Nilai sedang mengalami
krisis, bahkan manusia sendiri sedang krisis. Sementara itu agama di Eropa Barat dianggap
tidak mampu memberi makna pada kehidupan. Di tempat lain, orang-orang yang beragama
justru terlibat bahkan ikut memperhebat krisis itu. Manusia menjadi gelisah, merasa
eksistensinya terancam oleh ulahnya sendiri. 5
Dalam psikologi eksistensial ada dua prinsip yaitu Being in the world dan Non-
Being. ada tiga aspek yang membentuk eksistensi manusia dalam-dunia(Being in the
world), yakni: relasi manusia dengan lingkungan sekitar (umwelt), manusia lain (mitwelt),
dirinya sendiri (eigenwelt).6
5
Ayi Sobarna, Ekspektasi Mahasiswa UNISBA Terhadap Kuliah Pendidikan Agama Islam Persfektif Psikologi
Eksistensial, Vol. XXI, No. 4, 2005, Hlm. 569
6
Ucep Hermawan, Konsep Diri dalam Eksistensialisme Rolllo May, Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.6,
No.1, 2021, Hal.6
4
c. Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan akan bahaya yang tidak tampak dan tidak jelas, yang
membuat manusia kehilangan kesadaran akan realitas sehingga tidak mengetahui
apa yang harus dilakukannya. Kecemasan di bagi menjadi dua yaitu kecemasan
normal dan kecemasan neorotik.
d. Kesadaran diri
May melihat kesadaran diri sebagai kapastitas yang memungkinkan manusia
mampu mengamati dirinya sendiri dan membedakan dirinya dari orang lain.
Kesadaran diri juga merupakan kapasitas manusia untuk menempatkan dirinya
dalam waktu (masa lalu, maka kini, dan masa depan).7
B. Kreativitas dalam Psikologi Eksistensial
Kreativitas dalam psikologi eksistensial adalah konsep krusial terkait dengan
makna hidup dan eksistensi manusia. Teori ini menekankan bahwa individu memiliki
kebebasan untuk menemukan makna dalam kehidupan mereka sendiri, bahkan dalam
situasi yang mungkin penuh dengan ketidakpastian dan penderitaan.8
Psikologi eksistensial percaya bahwa kreativitas adalah cara individu menciptakan
makna baru melalui interaksi dengan orang lain dan alam. Dalam perspektif ini, kreativitas
merujuk pada kemampuan individu untuk menemukan makna dan nilai dalam kehidupan
mereka, tidak terikat pada kondisi atau ketidakpastian yang ada.
Beberapa aspek penting terkait kreativitas dalam psikologi eksistensial mencakup:
1. Keterbukaan terhadap kemungkinan: Disarankan bagi individu untuk tetap terbuka
terhadap berbagai potensi dalam kehidupan.
2. Autentisitas: Kreativitas dalam psikologi eksistensial menghargai ekspresi diri yang
jujur.
3. Tanggung jawab: Kreativitas juga melibatkan pengambilan tanggung jawab atas
keputusan dan tindakan kita.
7
Ibid, 570-571
8
Abdul Aziz, Psikologi Agama, (Jakarta:Sunar Baru, Algensindo, 2005), Hlm.44
5
4. Proses pencarian makna: Kreativitas dalam psikologi eksistensial sering terhubung
dengan upaya aktif dalam mencari makna dalam pengalaman, bahkan ketika
menghadapi penderitaan atau konflik.9
Dalam konteks psikologi eksistensial, kreativitas menghidupkan pengalaman hidup
yang lebih berarti dengan menjembatani kesenjangan antara kebebasan dan tanggung
jawab individu. Ini tidak hanya sebatas tentang hasil karya atau inovasi, melainkan tentang
proses yang mendalam dalam menjelajahi makna eksistensi kita.
Ketika manusia dihadapkan pada ketidakpastian, kreativitas bukan sekadar alat
untuk beradaptasi, melainkan sebuah perangkat untuk merespons dan membentuk realitas
mereka. Melalui kreativitas, manusia tidak hanya menemukan nilai dalam pengalaman
hidup yang mungkin sulit atau penuh penderitaan, tetapi juga mampu menjadikan momen-
momen tersebut sebagai kesempatan untuk pertumbuhan, transformasi, dan penciptaan
nilai yang autentik.
Dengan demikian, kreativitas menjadi landasan yang mendukung pengembangan
diri yang sungguh-sungguh autentik, memungkinkan individu untuk mengekspresikan
keunikan dan kebebasan mereka dalam menciptakan arti dan makna dalam kehidupan.
C. Penggalian Makna Beragama dalam Psikologi Eksistensial
Meskipun keduanya mengakui adanya nilai positif dalam agama, kritik yang mereka
sampaikan terhadapnya cenderung lebih menyoroti sisi negatif. Nietzsche, misalnya,
mengkritik keras konsep moralitas dalam agama, menyoroti pemikiran bahwa agama
membatasi potensi kreatif dan kebebasan individual. Rollo May juga mengkritik agama,
9
Yusmedi Nurfaezal, Creative Psychological Capital, Jurnal: Pendidikan Pembentukan Karakter, Vol. 9, No.
2, 2016, hlm.80
6
terutama aspek-aspek yang membatasi kebebasan individu dalam mengeksplorasi makna
hidup mereka sendiri. Namun, baik Nietzsche maupun Rollo May tidak sepenuhnya
menolak keberadaan agama yang memiliki nilai positif, seperti memberikan kerangka
moral atau dukungan emosional dalam menghadapi tantangan eksistensial.10
Namun, perlu dicatat bahwa fokus pada kritik mereka terhadap agama yang lebih
menekankan sisi negatifnya bisa menimbulkan kesan bahwa mereka anti-agama. Meskipun
sebagian besar kritik mereka ditujukan pada aspek-aspek yang dianggap membatasi
kebebasan individu, pandangan mereka yang lebih menyoroti sisi negatif tersebut bisa
membuat pembaca menganggap mereka secara keseluruhan anti-agama, padahal
sebenarnya mereka lebih menekankan pada kritik konstruktif terhadap agama. Kritik
konstruktif yang dimana merujuk pada upaya mereka untuk menyoroti kelemahan-
kelemahan dalam agama, dengan harapan agar agama bisa lebih mendukung kebebasan
individu dalam mengeksplorasi makna hidupnya tanpa meniadakan nilai positif yang
mungkin ada dalam konteks agama.
10
Louis Hoffman, Existential Psychology, Religion, and Spirituality: Method, Praxis, and
Experience, Conference: 118th Annual Convention of the American Psychological Association At: San Diego CA,
August 2010, hal.3
7
individu terhadap kebebasan dan makna hidup yang unik. May mendorong individu untuk
mempertimbangkan agama sebagai salah satu dari banyak cara untuk menafsirkan
eksistensi, sambil tetap memelihara kebebasan dan tanggung jawab pribadi dalam
pencarian makna hidup.
Variasi pandangan ini mencerminkan kerumitan dalam memahami peran dan nilai
agama dalam kehidupan manusia menurut perspektif eksistensialis. Mereka
menggarisbawahi bahwa penting untuk melakukan refleksi kritis terhadap aspek-aspek
agama yang mungkin membatasi kebebasan individu, sambil tetap mengakui potensi nilai
positif yang ada dalam kerangka agama, menyoroti kompleksitas dan dualitas dalam
pandangan eksistensialis terhadap peran agama dalam kehidupan manusia.
11
Ibid.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
Resti Widya Gusti Ayu, Sumaryati, Siti Urbayatum. 2023. Kajian Kebenearan Psikologi Eksistensial
Rollo May dalam Dunia Klinis. Jurnal: Psikobuletin Ilmiah Psikologi, Vol.4. No.1.
Dalam KBBI, kemenikbud.
Abidin Zaenal . 2007. Analisis Eksistensial: Sebuah Pendekatan Alternatif untuk Psikologi dan
Psikiatri. (Jakarta: Grafindo Persada)
Iga Arum masnaiwi, Anas Ahmadi. 2022. Eksistensi Tokoh Utama dalam Novel Lebih Senyap dari
Bisiskan Karya Adinda Dwifatma: Kajian Psikologi Eksistensial Rollo May. Bapala. Vol.9.
No.2
Sobarna Ayi. 2005. Ekspektasi Mahasiswa UNISBA Terhadap Kuliah Pendidikan Agama Islam
Persfektif Psikologi Eksistensial. Vol. XXI. No. 4
Hermawan Ucep. 2021. Konsep Diri dalam Eksistensialisme Rolllo May. Jurnal Aqidah dan Filsafat
Islam. Vol.6. No.1
Louis Hoffman. 2010. Existential Psychology, Religion, and Spirituality: Method, Praxis, and
Experience, Conference: 118th Annual Convention of the American Psychological Association At:
San Diego CA, August
10
11