Anda di halaman 1dari 4

10.

1-Konsep Utama Eksistensial Humanistik


Kesadaran diri: manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri sendiri, dengan
semua kebebasan dalam memilih alternatif yang ada, disertai dengan tanggung jawab.
Kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan: kebebasan dan tanggung jawab bisa
menimbulkan kecemasan, bisa juga karena keterbatasan waktu (non-being/ kematian).
Penciptaan makna: manusia lahir ke dunia ini sendiri dan mati pun akan sendiri, namun
dalam perjalannya manusia membutuhkan hubugna dengan sesama dengan cara yang
bermakna
10.2-Tujuan Terapeutik
Meluaskan kesadaran klien dan/ atau klien mengalami keberadaanya
secara OTENTIK dengan menjadi sadar atas keberadan dan potensi-potensinya, serta
sadar bahwa ia dapa membuka  diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya.
Membantu klien menghadapi kecemasan sehubungan dengan pilihan yang dibuat dan
menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekerdar korban kekuatan-kekuatan
deterministik di luar dirinya. OTENTIK adalah: menyadari sepenuhnya keadaan sekarang,
memilih bagaimana hidup pada saat sekarang, dan bertanggung jawab terhadap
pilihannya.
10.3-Fungsi dan peranan terapis
Terapis beriorentasi pada pertumbuhan klien, melihat klien sebagai suatu pribadi yang
utuh (bebas, bertanggung jwb, mencari makna, kecemasan), putusan terakhir di tangan
klien, terapis sebagai model, bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta
meningkatkan kebebasan klien.
Terapis juga meminta klien menungkapkan ketakutanya terhadap keharusan memilih
dalam dunia yang tidak pasti, memberitahukan klien bahwa dia akan mengalami
kecemasan atas ketidakpastian putusan-putusan yang dibuatnya, dan bahwa ia akan
berjuang untuk menetapkan makna kehidupannya di dunia yang sering tampak tak
bermakna.
10.4-Pengalaman klien dalam terapi
Klien terlibat secara aktif dalam pembukaan pintu menuju diri sendiri, mampu
mengalami secara subjektif persepsi-persepsi tentang dunianya. Klien harus
memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan-perasaan berdosa, dan kecemasan-
kecemasan apa yang akan dieksplorasinya.
10.5-Hubungan klien dan terapis
Kurang penekanan pada teknik. Berfokus pada disini dan sekarang. Isi pertemuan terapi
adalah pengalaman klien sekarang, bukan “masalah” klien.
Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik difokuskan kepada “disini
dan sekarang
10.6-Tema-tema dan Dalil-dalil utama eksistensial-humanistik
Berikut ini merupakan Tema-tema dan Dalil-dalil utama eksistensial humanistik dalam
penerapan pada praktek terapi. Seperti dibahas berikut ini:
10.6.1-Dalil 1: Kesadaran Diri
Waktu hidup di dunia adalah terbatas, tidak selamanya kita mampu mengaktualkan
potensi. Semua orang memiliki potensi untuk mengambil atau tidak sebuah tindakan.
Pada dasarnya kita hidup sendirian dan memiliki kebutuhan untuk berhubugan dengan
orang lain. Pemaknaan terhadap kehidupan adalah usaha dari pencarian bukan
diperoleh.  Dengan meningkatnya kesadaran maka akan mengalami peningkatan
terhadap tanggung jawab atas tindakan yang dipilih.  Kecemasan timbul dari
ketidakpastian masa depan.
10.6.2-Dalil 2: Kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah arsitek bagi kehidupan kini dan masa depannya. “kita adalah pilihan
kita” Nietzsche. “Manusia benar-benar menjadi manusia saat dia mengambil keputusan”
Sarte. Tugas terapis adalah membantu dalam menemukan cara-cara klien  menghidari
kebebasannya dan bertanggung jawab terhadap  konsekuensinya.
10.6.3-Dalil 3: Keterpusatan dan kebutuhan akan orang lain
Keberanian untuk ada: siapa dirimu tanpa kamu? Existential isolation/ pengalaman
kesendirian: kalau orang lain tidak bisa membesarkanmu, maka kamu yang harus
membersarkan dirimu sendiri. Pengalaman keberhubugan: makhluk yang relasional
10.6.4-Dalil 4: Pencarian Makna
Tugas terapis adalah menyampaikan kepada klien bahwa ia harus menemukan dan
menciptakan sendiri makna hidupnya, bukan memberitahukan apa makna hidup yang
harus diciptakan klien. Psikopatologi terjadi karena ketidakmampuan menggunakan
potensi-potensi dan menjadi sesuai dengan yang diinginkan.
10.6.5-Dalil 5: kecemasan sebagai syarat hidup.
Kecemasan adalah produk sampingan dari perubahan. Kecemasan bisa jadi perangsang
bagi pertumbuhan; kecemasan dengan meningkatnya kesadaran akan kebebasan yang
kita miliki serta konsekuensinya (jika menerima ataupun menolak). Kecemasan
merupakan tanda yang konstruktif, sebab signal untuk kita bahwa tidak semua hal
berjalan baik ada sesuatu yang harus dirubah.
10.6.6-Dalil 6: kesadaran akan kematian dan non-being.
Kesadaran akan ketiadaan memberikan makna kepada keberadaan, yang menyebabkan
semua tindakan manusia itu berarti. Menyadari kematian berarti memperkaya
kehidupan, karena waktu yang terbatas sangat berharga dan itulah satu-satunya milik
kita. Teknik konseling: terapis meminta klien membayangkan diri mereka sepuluh tahun
yang akan datang tentang semua hal yang tidak mereka lakukan dimana seharusnya
dilakukan, dsb. Kemudian meminta mereka untuk berbicara tentang kehidupan seakan-
akan mereka tahu bahwa diri mereka sedang mendekati ajal.

10.6.7-Dalil 7: Perjuangan untuk aktualisasi diri.


Cerita tentang gelas yang cantik. Menjadi pribadi bukanlah proses yang otomatis, namun
setiap orang memiliki hasrat untuk menjadi sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya.
Manusia bukan pohon oak, manusia bisa menjadi apa saja yang dia bisa.
Kelemahan dari teori eksistensial: tidak memiliki prinsip yang sistematis dalam praktek
psikoterapi, bahasanya dan konsepnya yang mistikal, kelemahan metodologinya,
terbatas pada klien dengan fungsi psikologis dan sosial yang relatif tinggi.
Kelebihan dari teori eksistensial: Pendekatan ini tidak mengecilkan manusia sebagai
kumpulan nauluri ataupun hasil dari pengkondisian, penekanan kualitas manusia
10.7.1-Pandangan tentang sifat manusia
Manusia tersosialisasi dan bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta
memiliki kebaikan yang positif pada inti yang terdalam. Pada dasarnya manusia
kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan-
dorongan agresifnya.
Pendekatan client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien
untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien sebagai
orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan
tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Menurut client-centered, psikoterapi
hanyalah salah satu contoh dari hubugnan pribadi yang konstruktif.
10.7.2-Tujuan-tujuan terapeutik
Tujuan terapi client centered adalah: keterbukaan pada pengalaman, kepercayaan
terhadap diri sendiri, menghilangkan sikap dan perilaku yang kaku, bersikap lebih
matang dan teraktualisasi. Hal penting lainnya yang ingin dicapai dari client-centered
adalah menjadikan klien sebagai pribadi yang berfungsi sepenuhnya yang memiliki arti
sama dengan aktualisasi diri.
10.7.3-Fungsi dan
an terapis
Konselor dalam client centered lebih menekankan aspek sikap daripada teknik konseling,
sehingga yang lebih diutamakan dalam konseling adalah sikap konselor. Sikap konselor
inilah yang memfasilitasi perubahan diri klien. Konselor bertindak sebagai fasilitator dan
mengutamakan kesabaran dalam proses konselingnya.
10.7.4-Pengalaman klien dalam terapi
Klien datang kepada konselor dalam keadaan tidak selaras, yakni terdapat
ketidakcocokan antara persepsi diri  dan pengalaman dalam kenyataan. Pada tahap
permulaan terapi, tingkah laku dan perasan-perasaan klien boleh jadi ditandai oleh
keyakinan-keyakinan dan sikap-sikap yang sangat kaku, hambatan-hambatan internal,
kekurangan keterpusatan. Dalam iklim terapeutik  yang diciptakan oleh terapis, klien
akan bisa mengeksplorasi dalam lingkungan yang aman dan dipercaya aspek-aspek
pribadinya. Penerimaan terapis secara tak bersyarat terhadap kondisi klien mendorong
klien secara perlahan membuka tabir pertahanannya dan sampai pada pemahaman
terhadap apa yang ada dibaliknya
10.7.5-Hubungan antara terapis dan klien
Ada beberapa kondisi yang diperlukan untuk pengubahan kepribadian: (1) dua orang
berada dalam hubungan psikologis (2) klien dalam keadaan tidak selaras, peka dan
cemas (3) terapis dalam keadaan selaras, terintegrasi dalam berhubungan (4) terapis
merasakan perhatian positif tak bersyarat kepada klien (5) terapis merasakan pengertian
yang empatik terhadap kerangka acuan internal klien dan (6) berusaha
mengkomunikasikan perasaannya ini kepda klien.
10.7.6-Teknik dan prosedur terapeutik
Beberapa sifat konselor yang dijadikan sebagai teknik dalam client-centered, yaitu:
empati (kemampuan untuk merasakan kondisi klien dan menyampaikan kembali
perasaan tersebut), positive regard (menerima klien apa adanya), congruence (menjadi
pribadi yang terintegrasi antara apa yang dikatakan dan yang dilakukan)
10.9-Rangkuman topik 10
Pada topik 10 ini, kita sudah membahas tentang pendekatan humanistik yang dapat
digunakan dalam sesi konseling yang akan anda lakukan dan salah satu metode yang
digunakan dalam pendekatan humanistik adalah CCT.

Anda mungkin juga menyukai