Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
Putri Zahara
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya
sehingga makalah PNF ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
yaitu Sanggar Anak Akar sebagai tempat kegiatan PNF yang menjadi wadah bagi
dan waktunya untuk membimbing dalam menyusun makalah ini. Dan harapan
saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
Putri Zahara
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara normatif, pendidikan merupakan hal dasar yang wajib diikuti setiap
menenpuh pendidikan minimal 12 tahun hal ini juga tercermin dalam UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa setiap warga negara
dengan usia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan
dasar (pasal 6 ayat 1). Menteri Pendidikan telah mengeluarkan Peraturan Menteri
sekarang ini, khususnya di kota besar, jarang ditemui anak-anak tidak sekolah.
Akan tetapi, pendidikan yang dialami tidak jarang lebih menekankan pada
mengesampingkan sisi kreatifitas sang anak. Artinya, guru atau pengajar lebih
banyak memberikan pengetahuan yang bersifat hafalan dan mereduksi rasa ingin
membelenggunya.
ini senada dengan pendapat Tetsuko Kuroyanagi dalam buku Dari Akar Kami
kreatifitas, harga diri dan kemanusiaan. Maka tak heran lagi jika sekarang kita
1
sangat mudah dalam menemukan pendidikan alternatif lain yang bisa disebut juga
adalah pendidikan melalui jalur keluarga dan lingkungan (pasal 1 butir 13).
Sanggar Anak Akar adalah salah satu dari banyaknya ruang belajar yang
anak di pinggiran Jakarta. Sanggar Anak Akar yang juga dikenal dengan sebutan
yang dikelola secara nonprofit oleh anggota masyarakat untuk anak yang
terpinggirkan oleh tatanan yang tidak adil namun memiliki kemauan untuk
seperti menari, musik, teater, dan melukis. Dipilihnya bidang kesenian diharapkan
mampu meningkatkan rasa percaya diri dari anak tersebut yang kemudian anak-
anak mampu menjadi diri sendiri dan mereka sadar akan potensi diri. Dalam
pendidikan formal, dimana anak-anak ini dari empat wilayah yang menjadi binaan
Sanggar Anak Akar yang lebih dikenal dengan sebutan basis: basis Penas, basis
Kampung Ujung, basis Duren Sawit, dan basis Cipinang Melayu. Keempat basis
Akar sedikit terhambat ketika gedung mereka yang berada di Kalimalang harus
2
menjadi salah satu yang terdampak oleh proyek pembangunan jalan tol Becakayu
dan harus pindah ke Jatiwaringin yang lokasinya cukup jauh dari keempat basis
binaan mereka. Perizinan pembangunan gedung yang baru menjadi fokus utama
pihak Sanggar Anak Akar guna menunjang kegiatan pembelajaran karena tempat
yang nyaman menjadi sesuatu yang mutlak harus ada jika ingin menjalankan
semakin tidak beraturan karena proses pembangunan yang belum selesai sehingga
setiap minggunya anak-anak hanya diajak berkumpul dan minim mendapat materi
itu, jarak yang cukup jauh menjadi salah satu penghambat belajar anak. Mereka
yang biasanya bisa datang sendiri kini sering hanya menunggu pihak Sanggar
belajar yang kurang layak. Meskipun setiap basis memiliki rumah belajar masing-
masing di wilayah mereka, akan tetapi kurangnya sarana dan prasarana membuat
kondisi belajar menjadi tidak nyaman. Dari keadaan semacam itu memaksa pihak
Sanggar Anak Akar melakukan berbagai upaya agar proses pendidikan terus
mengadakan program Peer to Peer Outreach dan Skills Training untuk Hari Anak
Nasional. Program tersebut adalah upaya membuat kegiatan belajar kembali stabil
3
Sanggar Anak Akar. Peer to Peer Outreach merupakan kegiatan yang kami
‘pentingnya menjaga kebersihan dan bahaya nyamuk DB’. Tujuan dari kegiatan
ini adalah menanamkan nilai penting menjaga kebersihan bagi anak-anak dan
merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari Anak Nasional di Sanggar Anak
kertas (paper craft) yang bernilai. Selain itu, kami juga menjalankan program-
program rutin dari Sanggar Anak Akar sebagai program tambahan selama
menjalankan kegiatan Praktik Kerja Nyata. Program itu adalah Renovasi Rumah
menjaga kebersihan.
4
1.4 Manfaat Kegiatan
Dengan diadakannya kegiatan nantinya diharapkan akan menimbulkan
manfaat yang besar maupun kecil baik bagi kami maupun Sanggar Anak Akar dan
5
BAB II
KERANGKA KONSEP KEGIATAN
2.1 Landasan konseptual
Program ini mengacu pada konsep pendidikan menurut Paulo Freire yang
tersebut tidak terlepas dari konteks masyarakat Brazil yang menurut Freire
memosisikan manusia tak lebih dari sekadar “barang” hanya ada satu hak bagi
mereka hak untuk hidup tentram, sedang nasib mereka yang hidup kelaparan,
kesakitan, dirundung duka berkepanjangan dan putus asa tidak pernah menjadi
beban pikiran mereka, mereka hanya mengerti cara mempertahankan diri dengan
(Freire, 1985, p. 33). Menurut Freire, sistem pendidikan yang sudah mapan yang
terjadi pada masa itu di Brazil adalah pendidikan menindas rakyat miskin yang
membatasi ruang gerak murid dimana guru sebagai penabung informasi kepada
murid, yang suatu saat bisa diambil kembali, guru sebagai subyek yang melihat
murid sebagai wadah-wadah kosong yang harus diisi (Freire, 1985, p. 64). Hal
penindasan.
pendidikan lain yaitu melalui dialog dan pendidikan hadap masalah yang
menekankan hubungan dialektis dari pengajar, murid, dan realitas dunia. Kedua
metode tersebut merupakan pendidikan jalur lain yang bisa dikatakan sebagai
jalur informal karena keduanya metode pendidikan yang tidak terdapat pada
6
sistem pendidikan formal dalam hal ini. Pendidikan informal menjadi penting
karena dengan adanya pendidikan ini seseorang mampu belajar berfikir dan peka
subjek atau pelaku. Begitu juga yang harusnya terjadi dalam pendidikan menurut
dialektis antara pengajar, murid, dan realitas dunia. Dengan begitu pendidikan
1984, p. 41). Kesadaran kritis yang hendak dituju adalah seseorang akan terus
berfikir dan peka terhadap lingkungan mereka, serta sadar akan apa yang mereka
mampu melepaskan dari penindasan yang sudah terjadi. Jadi, pendidikan informal
menjadi salah satu cara dalam upaya humanisasi terhadap seseorang. Pendidikan-
kemanusiaan seseorang.
Program PKN ini terinspirasi oleh gagasan Freire tersebut. Program yang
kami tawarkan antara lain Peer to Peer Outreach dan Skills Training yang lebih
7
2.2 Alur Pelaksanaan Program
Pra Pelaksanaan
Pelaksana melakukan Pelaksana Melakukan evaluasi
perijinan pelaksanaan menyampaikan materi terhadap seluruh
program kepada pihak mengenai penting nya rangakian program
Sanggar Anak Akar menjaga kebersihan diakhir pelaksanaan.
(Bpk Ibe Karyanto dan lingkungan dan bahaya
Hairun Nisa) nyamuk DB kepada
Pelaksana melakukan anak-anak binaan
survei permasalahan Sanggar Anak Akar
lingkungan yang Mengadakan Rapat
terdapat di 4 (empat) HAN dan membagi
wilayah basis binaan pembimbing untuk skill
Sanggar Anak Akar training
Pelaksana menyiapkan Melakukan kegiatan
media-media untuk skill training di 4 basis
melakukan program binaan Sanggar Anak
PKN: 1. P2P Outreach Akar
(kertas gambar, pensil Pelaksanaan HAN
warna, krayon, laptop)
2.3 Alur Berfikir Program
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1. Tempat Pelaksanaan
Kegiatan di lakukan berada di bawah naungan Sanggar Anak Akar yang
wilayah atau dalam Sanggar disebut basis. Ada 4 basis yang menjadi binaan
Sanggar yakni:
Peer Outreach dan Skill Training. Peer to Peer Outreach didapat dari konsep
informasi dan edukasi yang dilakukan oleh dan untuk kalangan yang sebaya. Ini
dapat berarti kelompok sebaya pelajar, mahasiswa, rekan profesi, atau jenis
harapan dapat menambah pasrtisipasi aktif anak-anak yang menjadi target peserta
mempunyai tingkat partisipasi aktif siswa lebih tinggi (Harsanto, 2007, p. 43).
Selain itu, menurut Arikunto, ada kalanya siswa lebih mudah menerima
keterangan yang diberikan kawan sebangku atau kawan lain karena tidak ada rasa
9
enggan atau malu bertanya. Guru juga dapat meminta bantuan kepada anak-anak
sebaya’ karena mempunyai usia yang hampir sama (Arikunto, 2002, p. 62).
Pendidikan sebaya ini sejalan dengan konsep dialog dan pendidikan hadap
menekankan dialog antara anak-anak dengan pengajar dan antar anak-anak. Selain
itu, konten yang kami pilih juga mengacu pada pendidikan hadap masalah Freire,
Awalnya konten yang hendak diangkat adalah tema kesehatan seperti HIV/AIDS,
bahaya narkoba dan pola hidup sehat. Luarannya diharapkan modal sosial akan
tumbuh pada diri anak-anak binaan Sanggar Anak Akar sehingga mereka dapat
tema tersebut kepada teman-teman mereka di luar binaan Sanggar Anak Akar,
hasil gambar mereka dan diharapkan proses tersebut akan menghasilkan efek
dari program ini yang semula bertemakan kesehatan (bahaya HIV/AIDS, narkoba
dan pola hidup sehat) berubah menjadi kesehatan lingkungan (kebersihan dan
bahaya DB) yang ternyata lebih relevan dengan peserta program begitu juga
mendapatkan hasil survei lapangan tentang lokasi basis binaan Sanggar Anak
Akar di Kampung Ujung dan Penas yang berdekatan dengan saluran Kali Malang.
Banyak anak serta orangtua yang membuang sampah langsung ke saluran tersebut
10
Metode kedua adalah Life Skills Training, secara etimologi Life Skills
berarti kecakapan hidup atau kemampuan yang dapat dipelajari oleh individu yang
produktif dan memuaskan (Suparno, 2000, p.43). Ini sejalan dengan yang dituju
Melalui Life Skills Training kami hendak melatih kecakapan hidup peserta didik
menjadi independen dalam kehidupan (Sidi, 2002, p.32). Program ini adalah
melatih anak-anak binaan Sanggar Anak Akar bidang seni (menari, bermain alat
musik, dan membuat kerajinan yang bernilai jual). Diharapkan melalui program
ini anak-anak binaan Sanggar Anak Akar dapat meningkatkan kemampuan dan
kreativitasnya sesuai minat dan bakat dan juga menjadi bekal mereka untuk
Anak Akar pada 21 Juli 2018. Skill training dilakukan untuk kepentingan mengisi
acara pentas Hari Anak Nasional yang pesertanya berasal dari semua basis binaan
Sanggar Anak Akar. Walaupun begitu tujuan terpenting dari program ini masihlah
Anak Akar karena mereka bebas memilih keterampilan yang hendak mereka
tampilkan di acara Hari Anak Nasional seperti menari, bernyanyi, bermain musik
dan membaca puisi. Sebagai pelaksana PKN, kami dibantu oleh panitia Hari Anak
Nasional dari Sanggar Anak Akar dalam melakukan pelatihan di empat basis
11
binaan dua minggu sebelum acara Hari Anak Nasional dimulai untuk
Di luar dari dua program yang kami rancang kami mendapat program
tambahan yakni Renovasi Rumah Belajar di Kampung Ujung atau biasa disebut
Kuburan Cina, Sentiong. Menurut cerita dari salah satu warga, Kuburan Cina
sendiri dijadikan tempat tinggal sejak 1990-an karena banyak warga yang
berpindah dari desa ke kota namun tidak memiliki tempat untuk tinggal. Mereka
pun membuat rumah sederhana yang terbuat dari seng dan triplek atau biasa
disebut bedeng di area pemakaman khusus orang berketurunan Cina. Lokasi ini
dipilih lantaran area pemakamannya sangat luas. Pada tahun 2000-an pemerintah
setempat menjadikan kawasan ini sebagai kawasan hunian namun tidak boleh
pengumpul barang bekas. Kami menemukan banyak warga Kampung Ujung yang
menjadi ibu di usia muda (17-22 tahun) sehingga banyak pula anak-anak kecil
minat belajar anak-anak yang tinggal di Kampung Ujung. Namun saat Sanggar
Pangkalan Jati, kegiatan di rumah belajar Kampung Ujung terhenti selama kurang
lebih 2 tahun terakhir. Melihat semangat anak-anak yang tidak padam, Sanggar
Anak Akar mencoba untuk membangun kembali rumah belajar sehingga kegiatan
pemberdayaan nantinya dapat terus berjalan. Kami membantu Sanggar Anak Akar
dalam mengumpulkan dana renovasi melalui bazaar barang bekas bernilai yang
12
biasa disebut ‘barbenil’ dan situs kitabisa.com dan pemberitahuan di media sosial
seperti Instagram.
13
BAB IV
GAMBARAN UMUM
4.1 Sanggar Anak Akar
Sanggar Anak Akar merupakan sekolah otonom yang menjalankan pendidikan
alternatif dalam hal ini melalui jalur informal yang dipimpin oleh Ibe Karyanto
dan beberapa alumni untuk membantu menjalankan sekolah otonom yang terbagi
Sementara itu, untuk mencapai visi tersebut Sanggar menetapkan beberapa misi
penghargaan pada hak-hak dasar anak; (2) pencarian dan pengembangan model
pinggiran; dan, (3) menjadikan Sanggar sebagai wujud dari komitmen masyarakat
Sanggar Anak Akar sendiri fokus pada pendidikan informal anak anak. Anak-
anak usia mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Dasar yang juga
mengalami sekolah formal. Kegiatan Sanggar Anak Akar biasanya pada jam
mereka pulang sekolah dan pada akhir pekan. Di sekolah formal, anak-anak
Anak Akar mereka diarahkan untuk berfikir kreatif dan mandiri. Dalam hal ini
14
pada bidang seni, karena dengan kesenian akan mampu membangun sisi
Sanggar Anak Akar bisa dibilang sebagai mitra bagi beberapa wilayah dalam
Wilayah yang menjadi binaan mereka lebih dikenal dengan sebutan ‘Basis’.
Beberapa basis yang kini aktif berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan oleh
Sanggar Anak Akar yaitu Basis Kampung Ujung (Kuburan Cina), Basis Penas,
Basis Cipinang Melayu, dan Basis Duren Sawit. Kegiatan yang dilakukan Sanggar
Anak Akar biasanya dilaksanakan di gedung Sanggar Anak Akar dengan dipimpin
langsung oleh koordinator bagian kurikulum dan dibantu beberapa pengajar lain.
terhadap basis tersebut. Beberapa basis sudah memiliki tempat atau rumah belajar
masing-masing di wilayahnya.
Sanggar Anak Akar bermula dari program open house untuk anak-anak
Institut Sosial Jakarta pada 1989. Program open house ini kemudian mendorong
menciptakan rasa aman dan nyaman supaya anak-anak dari berbagai kelompok
15
kemampuannya. Di samping kerajinan anak, musik dan teater menjadi kegiatan
menempatkan Sanggar Anak Akar sebagai bagian dari program organisasi dalam
organisasi induk yang mandiri. Pada 2000, Sanggar melepaskan diri dari Institut
Seni Jakarta dan membentuk Lingkar Sahabat Akar. Setahun kemudian Sanggar
model pendidikan yang berbasis pada perlindungan hak anak. Gagasan pendidikan
(experience curriculum). Lingkar Sahabat Akar yang dibentuk pada tahun 2000
Pada 2003 Yayasan Anak Akar dibentuk. Berkat usaha tulus bersahaja
para sahabat, Sanggar Anak Akar pun memiliki gedung yang dibangun di atas
tanah seluas 950m². Pada 2009 Sanggar Anak Akar menetapkan dirinya sebagai
Sekolah Otonom untuk anak-anak setara dengan sekolah menengah. Di tempat ini
dengan semakin berkembangnya jumlah peserta didik yang cukup besar pada
pesat berjalan. Gedung yang sudah ada sejak tahun 2003 tersebut harus terkena
16
dampak dari adanya pembangunan jalan tol Becakayu pada tahun 2016 dan
kegiatan mereka di Jl. Pangkalan Jati, Jatiwaringin, Jakarta Timur. Hal ini
Sanggar Anak Akar, antara lain: berkurangnya jumlah peserta didik karena
gedung baru yang cukup mengalami banyak kendala, serta permasalahan yang
4.3 Tantangan-Tantangan
antara lain:
1. Perpindahan Lokasi
perizinan sehingga tempat belajar masih dengan fasilitas seadanya, selain itu itu
juga perpindahan tempat ini juga menjadi salah satu yang cukup menghambat
dari pihak Sanggar Anak Akar untuk datang menjemput ke basis wilayah mereka
membutuhkan biaya.
17
2. Berkurangnya Peserta Didik
berkurangnya jumlah peserta didik. Karena jaraknya yang jauh dari tempat tinggal
mereka mengurangi minat belajar mereka, selain itu dengan adanya perpindahan
yang mengganggu kestabilan kegiatan di Sanggar Anak Akar yang dulunya setiap
minggu rutin kini menjadi tidak rutin juga kemudian menyebabkan berkuragnya
minat dan semangat belajar anak-anak karena jadwal yang tidak menentu.
Berkurangnya minat belajar dari anak-anak ini kemudian juga menjadi tantangan
Permasalahan yang ada tidak hanya berhenti di pihak Sanggar Anak Akar
saja, dari dua wilayah basis yang kami kunjungi sebelumnya yang berlokasi di
Kebon Nanas, Jakarta dimana di lokasi tersebut ada terbagi menjadi dua Basis
berbeda. Perbedaan jelas terlihat antara keduanya dapat terlihat dari pertama,
Basis Penas berada di bantaran sungai dengan pemukiman yang sangat padat.
Jarak antar rumah yang sangat dekat dan lokasinya berada di bantaran sungai.
Dimana wilayah mereka pernah mengalami banjir besar pada tahun 2014 yang
menurut mereka merupakan banjir terbesar yang pernah mereka alami. Menurut
18
salah satu warga yang juga salah satu pengajar di Sanggar Anak Akar yang
bernama mbak Dini pada saat kami melakukan kunjungan ke Basis Penas tanggal
25 juni 2018, selain intensitas hujan yang tinggi, saat itu kondisi sungai dangkal
dan kurang kesadaran kebersihan warga. Artinya, Basis Penas ini berada pada
kawasan rawan banjir. Sementara kondisi berbeda di Basis Kampung Ujung yang
biasa disebut dengan Kuburan Cina. Warga tinggal di rumah-rumah yang terletak
di atas kuburan yang sudah tidak diurus lagi oleh keluarganya artinya berada pada
wilayah yang tidak layak huni yang tentutnya rawan terkena penyakit. Perbedaan
kedua, yaitu dapat dilihat dari ruang bermain anak-anak dimana anak-anak Basis
Penas mempunyai lapangan untuk bermain yang dalam hal ini masih orang tua
basis Kp. Ujung bermain di kuburan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka
yang tidak jarang luput dari pengawasan orang tua dimana menurut salah satu
orang anak bernama Aldy tidak jarang ditemukan ada anak yang bermain dengan
hal yang cenderung negatif seperti mabuk dengan menghirup aroma dari lem.
memiliki aula sebagai tempat, sementara di Basis Kp. Ujung masih minim
sudah ada.
lingkungan dan buang sampah sembarangan di Basis Binaan. Kedua, yaitu pada
Basis Kp. Ujung diperlukan perhatian lebih terhadap anak-anak terkait dengan
19
kebiasaan negatif mereka pada saat bermain dilingkungannya. Ketiga, kurang
memadainya sarana maupun prasarana yang ada di Basis Kp. Ujung untuk
4.4 Potensi-Potensi
Sanggar Anak Akar dan setiap basis binaan mereka, antara lain:
Selain menjadi sekolah otonom bagi anak empat basis binaan, Sanggar
Anak Akar juga memiliki potensi untuk membantu permasalahan yang hingga
kini sulit untuk di atasi yakni kecanduan bermain gadget yang dialami oleh
Anak Akar maka ada upaya untuk mengurangi kebiasaan tersebut. Tidak hanya
para orangtua juga terbantu dalam segi ekonomi contohnya melalui “barbenil”
yang menjual barang bekas bernilai dan masih layak pakai dengan harga yang
jauh lebih murah dibandingkan dengan harga pakaian di toko. Warga menanti-
nantikan kesempatan ini terlihat dari permintaan warga agar Sanggar Anak Akar
20
lebih sering melakukan bazaar barbenil. Selain barbenil Sanggar Anak Akar juga
tinggal yang rawan terjadi banjir dan akhirnya menimbulkan berbagai macam
akan terjadi seperti harus mengungsi ketempat lain, mengeluarkan biaya untuk
renovasi rumah dan berobat. Maka dari itu Sanggar Anak Akar melalui anak-anak
lingkungan.
21
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Implementasi dan Capaian Program Utama :
5.1.1 Peer To Peer Outreach
Peer to Peer Outreach adalah program untuk menjadikan anak-anak
menggunakan tema bahaya HIV/AIDS dan narkoba serta bagaimana pola hidup
khususnya bahaya nyamuk DB yang dirasa lebih relevan karena hasil survei kami
di 2 basis binaan Sanggar Anak Akar, yakni basis Penas dan Kampung Ujung
dibangun untuk menyalurkan air ke masyarakat Jakarta dan Bekasi. Kami melihat
beberapa anak dan orangtua membuang sampah ke saluran Kali Malang karena
tidak ada tempat sampah yang tersedia. Karena kegiatan PKN ini dilaksanakan
pada akhir dari musim kemarau yang berarti akan masuk kedalam musim hujan
maka harapan nya anak-anak basis binaan ini dapat mengetahui hal yang dapat
dan Bahaya Nyamuk DB” yang telah kami beritahukan ke anak-anak binaan pada
22
tanggal 1 Juli 2018. Dalam program ini kami menyediakan kertas gambar A4
beserta pensil warna dan krayon yang sebagian difasilitasi oleh pihak Sanggar.
Jakarta Timur yang mulai pada pukul 10.00 WIB. Ada 33 anak yang berpartisipasi
dalam kegiatan ini mulai dari umur 3-14 tahun. Mereka dijemput dari empat basis
Kegiatan ini berjalan dengan antusias besar dari peserta Kampung Ujung,
menurut penuturan pembimbing PKN kami mbak Nisa pada saat berlangsungnya
kegiatan Peer to Peer outreach , pada beberapa acara di Sanggar Anak Akar
memiliki semangat besar untuk memberikan hasil yang maksimal. Juri lomba
menggambar ini adalah kami selaku mahasiswa PKN. Kami memilih 3 orang
pemenang, yakni juara 1 Bagus dari Kampung Ujung, juara 2 adalah Rodhiah dari
Duren Sawit, dan juara 3 adalah Nadia dari Cipinang Melayu. Para juara
mendapatkan goodie bag yang berisikan makanan ringan (susu, biskuit), botol
minum, dan buku tulis. Untuk 30 peserta lainnya yang telah berpartisipasi dalam
kegiatan ini mendapatkan susu dan biskuit sebagai bentuk penghargaan atas
keikutsertaannya.
23
Jika dilihat dari implementasi konsep Freire tentang Pendidikan humanis,
sekilas anak-anak terlihat sangat kreatif dan benar-benar bebas berfikir tentang
pendidikan anak sebaya ini. Anak-anak lebih kreatif dan berani berbicara dengan
rekan sebaya mereka. Hal tersebut terlihat saat anak-anak berdiskusi dengan
teman satu basisnya tentang keadaan lingkungan mereka dan saat mereka
hubungan dialektis antara anak-anak dengan rekan sebayanya, kami, dan juga
Freire yaitu menjadikan anak-anak bukan sebagai wadah kosong yang harus diisi
dengan pengetahuan. Akan tetapi, salah satu capaian, yaitu anak-anak akan
menjadi peer educator, menjadi sulit diukur karena tidak mudah untuk
lingkungan mereka.
Dari program ini, ada pelajaran penting yang dapat dipetik, yaitu
sehingga tidak jarang proses pendidikan harus dilakukan atau disiasati dengan
pendidikan informal karena kita tidak bisa memaksakan kehendak atau kemauan
24
bagi Sanggar Anak Akar. Tidak semua anak memilik rasa tanggung jawab atau
kewajiban untuk mengikuti kegiatan di Sanggar Anak Akar. Jadi, tidak heran bila
jumlah anak-anak tidak pernah tetap setiap minggunya. Hal tersebut juga masih
Pada awalnya kami ingin melakukan kegiatan Life Skills Training bagi anak-
anak di seluruh basis binaan Sanggar Anak Akar agar memiliki keahlian yang
dapat menghasilkan barang bernilai guna lalu dijual dalam bazaar amal. Namun
hal itu tidak memungkinkan karena keterbatasan pelatih dan tempat untuk
25
membuat bazaar amal sehingga program ini dialihkan ke pelatihan untuk
persiapan kegiatan peringatan Hari Anak Nasional (23 Juli 2018). Kami dan rekan
anak, parenting class, workshop anak, dan bazaar. Kegiatan ini mengusung tema
“Bergembira, Berbagi Ekspresi” yang terbuka bagi beberapa LSM pemerhati anak
Juli 2018.
modern dance, perkusi). Latihan tersebut dilakukan dalam kurun dua minggu
waktu yang disepakati oleh para pembimbing keempat basis. Basis Kampung
Ujung dibimbing Siti Nurisa dan Satria Gunawan, Kampung Penas oleh Mbak
Dini, Duren Sawit oleh Yuse, dan Cipinang Melayu oleh Putri.
Proses latihan di Kampung Ujung dilakukan pada tanggal 15, 18, 19, 20 Juli
2018 pukul 15.00-17.00 WIB di TPU Kebon Nanas. Kami berlatih di antara
lima anak perempuan (Ainun, Fitri, Dina, Ayu dan Fina) tari tradisional khas
Jakarta (Kicir-kicir). Selain mereka, ada juga Bagus dan Erik yang berlatih
membaca puisi bertema hari anak, dan dougie dance bersama Sandy, Nanang,
Aldy, Dani dan Mamat. Untuk proses latihan pada basis lain seperti Cipinang
Melayu, Penas dan Duren Sawit dilakukan oleh pembimbing basis yang telah
ditentukan. Basis Cipinang Melayu melatih tarian daerah Sunda dan pembacaan
26
puisi “Aku Anak Indonesia”. Untuk basis Kampung Penas berlatih tarian yang
diberi nama tarian Abang Tukang Bakso dan perkusi, serta basis Duren Sawit
Dalam program ini proses menjadi sangat penting. Kami yang bertanggung
apa yang mereka inginkan dan sukai untuk ditampilkan di Hari Anak Nasional.
serta apa yang mereka bisa dan juga teman mereka bisa hingga akhirnya
dimulai dari kami sebagai pembimbing mereka dalam hal ini menejelaskan pada
anak-anak tentang penampilan apa saja yang cocok untuk ditampilkan di Hari
dalam hal ini memberikan pendapat mereka tentang penampilan apa yang mereka
sukai dan menurut mereka cocok untuk mereka lakukan baik bagi diri mereka
dance mereka berdiskusi siapa saja yang akan ikut tampil bersama dan mereka
juga melakukan diskusi tentang musik yang akan mereka gunakan pada
mereka dengan mencatat siapa saja anggota yang ikut, menemani latihan dan
menyediakan musik yang mereka ingin dan mereka yang mencari koreografi
dance tersebut.
Mengacu pada Freire, hubungan dialektis antara pengajar dan murid serta
Proses diskusi dengan anak-anak tentang penampilan apa yang hendak mereka
27
tampilkan merupakan poin penting dari program ini. Tujuannya adalah mengajak
anak-anak berfikir dan menjadi dirinya sendiri terkait apa yang hendak dituju.
sudah mau berfikir dan menjadi diri mereka sendiri tentang apa yang mereka ingin
tampilkan.
Kegiatan peringatan Hari Anak Nasional dimulai pukul 10.00WIB dan diawali
dengan menjemput anak-anak binaan dari semua basis. Setelah tiba di Sanggar,
anak-anak menikmati sarapan yang telah disediakan panitia. Dalam acara ini
disediakan ruang edukasi dan bermain untuk anak-anak serta bazaar makanan dan
pameran kerajinan tangan. Selain itu ada workshop yang bebas untuk diikuti anak
1. Kelas Android yang dibimbing Kak Mulya. Kelas ini berisikan cara-cara
media telepon genggam serta aplikasi VSCO, Phonto, Snow dan Afterlight
28
2. Paper craft dan paper quiling yang dibimbing Bagas, Siti Nurisa, dan
diperuntukkan bagi anak usia di bawah 5 tahun dan anak yang memiliki
4. Parenting class oleh Satria dan Yuse. Kelas ini ditujukan untuk orangtua
yang datang ke acara Hari Anak Nasional. Dalam kelas itu dihadirkan
digital.
15.30-17.00 dengan menampilkan hasil dari latihan. Seperti yang telah disebutkan
di atas, selain pertunjukan anak-anak dari basis binaan Sanggar Anak Akar, juga
ada pertunjukan dari LSM pemerhati anak lainnya, seperti: pembacaan puisi dari
Rumah Baca Pulogebang dan Trio Vocal dari Komunitas Rote. Selesai acara
anak-anak pulang dengan transportasi pribadi dan online yang disediakan pihak
panitia.
29
Konsep life skills berarti kemampuan yang dipelajari seseorang dan
keterampilan pada bidang seni seperti menari, bermain alat musik dan belajar
tersebut selain untuk kebutuhan mengisi acara di Hari Anak Nasional juga
berniat terjun di dunia seni. Banyak alumni binaan Sanggar Anak Akar yang
menjadi penari teater dan sudah sering tampil di festival seni bergengsi Jakarta
(seperti Putri, Yuse, Dini), ada juga yang membuat grup musik sendiri (Andri).
yang telah disebutkan, seperti kelas paper craft dan paper quiling. Anak-anak
diajak untuk membuat hiasan atau pajangan berbahan dasar kertas. Kreativitas
anak dilatih agar bisa menghasilkan suatu barang yang bernilai jual walaupun
dibuat dari kertas bekas. Mbak Nisa sebagai contoh orang yang terlah berhasil
menjadi guru paper quiling di Sekolah Santa Ursulla, BSD, Tanggerang. Melalui
barang bernilai jual. Kami mencoba untuk membawa anak-anak basis binaan
untuk melihat bahwa keterampilan sederhana apabila dilatih dan ditekuni dapat
Dari pelaksanaan Hari Anak Nasional tersebut juga kami belajar tentang
dan tenaga cukup besar. Pembagian kerja dalam sebuah kelompok ternyata
30
menjadi hal yang sangat penting dalam menjalankan suatu program. Ada yang
dana dari Sahabat Anak Akar atau alumni Sanggar. Hal tersebut menggambarkan
bahwa pembagian kerja dalam sebuah organisasi menjadi hal yang menjadi dasar
untuk mengejar sesuatu yang hendak dituju. Pembagian kerja secara tim juga
harus didukung dengan komunikasi yang baik dari setiap anggotanya. Kami
kerja yang jelas serta didukung dengan komunikasi yang baik dari setiap
anggotanya.
31
5.1.3 Hambatan Program Utama
Ada beberapa hambatan yang kami hadapi dalam PKN ini. Pertama adalah
terutama basis Kampung Ujung dan Kampung Penas seringkali kami menjumpai
anak dari penas yang saling berucap mengatakan ”sentoyong” atau kata khusus
berdekatan. Kedua, proses renovasi pasca perpindahan Sanggar Anak Akar dari
masih kurang nyaman dan sempit untuk menampung kurang lebih 40 anak dalam
setiap kegiatan. Ketiga, mobilisasi anak-anak dari 4 basis juga terhambat karena
sulit mendapatkan transportasi online seperti grabcar atau gocar yang mau
menjemput penumpang lebih dari 4 orang. Keempat, kegiatan Hari Anak Nasional
tamu yang datang juga melebihi undangan sehingga kami kesulitan untuk
mengatur jalan acara dengan tertib. Masalah sampah kembali menjadi sorotan,
gelas dan piring plastik yang digunakan untuk sarapan dan makan siang
Sebenarnya rumah belajar di Kampung Ujung (Kuburan Cina) sudah ada, namun
kondisi menjadi tidak terurus karena Sanggar Anak Akar saat ini lebih fokus pada
32
kepindahan dari Kali Malang ke Pangkalan Jati. Rumah belajar di Kampung
Ujung sangat sederhana hanya terbuat dari anyaman bambu-bambu, namun kini
sudah tidak layak untuk ditempati. Melihat semangat anak-anak yang besar untuk
merenovasi rumah belajar tersebut. Dana yang dibutuhkan sekitar 50 juta dan
A. Barbenil
Baazar barang bekas bernilai ini pernah ada, namun berhenti sejak 2016
karena kepindahan Sanggar Anak Akar. Awalnya kehadiran barbenil adalah untuk
operasional kegiatan mingguan Sanggar. Pada 2018, kegiatan ini dimulai kembali
untuk barbenil didapat dari para sahabat Sanggar Anak Akar, tetangga sekitar di
Pangkalan Jati, dan donasi dari Sekolah Stella Maris, BSD Tanggerang. Sejauh ini
Stella Maris menjadi penyumbang terbesar pasokan barbenil. Pada 2 Juli 2018
kami menggambil enam kardus berisikan pakaian bekas dan pada 16 Juli 2018
empat kardus dari Stella Maris. Semua barang diantar ke Sanggar Anak Akar
untuk kemudian dipilih berdasarkan tiga kategori harga: 2.000 rupiah untuk baju
dan celana yang kurang bagus, 5.000 rupiah untuk yang cukup bagus dan 10.000
rupiah untuk yang sangat bagus. Dalam kategori barang bagus adalah barang-
barang yang biasanya belum pernah dipakai oleh sang donatur bahkan beberapa
barbenil. Barbenil dilakukan pada tanggal 4, 11, 21 dan 28 Juli 2018 dan
bertempat di Kampung Penas yang dipilih karena potensi pembeli yang cukup
33
besar dibandingkan tiga basis lainnya. Kegiatan ini berlangsung di lapangan
Kampung Penas pada 15.00-17.00 WIB. Waktu tersebut dipilih karena anak-anak
berbincang dengan para tetangga. Antusias warga menurun di akhir barbenil yakni
28 Juli lebih karena barang yang dijual adalah barang sisa barbenil tanggal 21
anak Di Kuburan Cina. Kitabisa.com adalah platform untuk menggalang dana dan
dan fokus untuk menggalang dana dengan membuat halaman donasi online yang
disebut dengan halaman campaign untuk beragam tujuan sosial personal dan
campaign di kitabisa sesuai dengan kategori dan organisasi yang ada. Sistem
34
donasi dan dikenakan biaya administrasi untuk beberapa bank tertentu.
(kitabisa2013).
tambahan ini. Pertama adalah kendala teknis untuk melakukan mobilisasi barang-
barang dari Sanggar Anak Akar ke Kampung Penas karena terbatasnya kendaraan
yang dimiliki dan sulit membawa perlengkapan untuk barbenil seperti gantungan
baju dan rak pajang. Kedua, tingginya minat warga pada barbenil menghasilkan
mendeteksi apakah orang-orang sudah membayar atau belum. Kami lebih sibuk
untuk melayani pertanyaan dari calon pembeli dan tidak bisa mengawasi proses
35
pembayarannya. Masalah eksternal dengan LSM FAKTA juga menyebabkan
terhentinya pengumpulan dana untuk renovasi rumah belajar hingga saat ini.
5.3 Evaluasi
Evaluasi ini dilakukan bersama pihak Sanggar Anak Akar yakni Hairun
Nisa sebagai pembimbing dan Ibe Karyanto. Pertama adalah evaluasi setelah
kegiatan Peer to Peer Outreach. Sesuai dengan konsep dari Freire tentang
tentang apakah seluruh anak-anak basis binaan Sanggar Anak Akar telah menjadi
Peer Educators karena tidak semua anak dapat dipantau dan singkatnya waktu
penyelenggaraan program ini. Jika merujuk konsep Freire, maka program ini
berfikir kreatif dan juga mulai vokal menyuarakan pendapatnya. Hal tersebut tidak
terlepas dari hubungan dialektis yang mulai terbangun antara anak-anak, kami dan
proses pemantauan pasca program yang sulit dilakukan karena waktu yang
atau belum mencapai tujuan humanis, anak-anak menjadi diri mereka sendiri.
Dengan demikian, kami melihat perlu ada kelanjutan dari program ini apabila
ingin mendapatkan hasil yang lebih maksimal lagi. Hal terpenting yang
disampaikan Ibe Karyanto adalah dari semua rangkaian kegiatan PKN ini adalah
36
bagaimana kami sebagai mahasiswa sosiologi yang harapan ke depannya adalah
masyarakat dan apa yang bisa kami lakukan di lingkungan tempat kami tinggal,
37
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Secara umum kegiatan ini lakukan di Sanggar Anak Akar, Jakarta Timur
ini berjalan sesuai dengan tujuan kegiatan. Kegiatan yang telah dilaksanakan
adalah kegiatan yang berasal dari program yang direncanakan ditambah dengan
program dari Sanggar Anak Akar. Kegiatan yang saya jalani merupakan
implementasi dari program mandiri yang dibuat sendiri sebagai program utama di
Sanggar Anak Akar: Peer to Peer Outreach dan Skills Training. Program
tambahan adalah Renovasi Rumah Belajar di Kuburan Cina atau Kampung Ujung
melalui kegiatan Bazaar Barbenil (Barang Bekas Bernilai) dan menggalang dana
melalui kitabisa.com.
perubahan dan masih belum sesuai dengan target yang saya pelaksana dsn
harapkan. Pada program Peer to Peer Outreach, kami sulit menilai apakah anak-
anak basis binaan telah seluruhnya menjadi peer educator bagi teman sebaya di
lingkungannya. Untuk bisa melihat kesinambungan dari program itu, perlu ada
di setiap basis binaan. Pada program Skills Training berjalan dengan baik. Anak-
anak sudah berfikir bebas menjadi diri mereka sendiri dalam kegiatan Hari Anak
Nasional dan telah mencapai tujuan dari Freire mengenai pendidikan humanis.
38
ingin berproses dan belajar melalui Sanggar Anak Akar. Dengan demikian, perlu
adanya penyebaran informasi yang lebih baik lagi nantinya melalui media sosial
yang lebih efektif (Instragram, Twitter, Facebook) dan dari situs resmi Sanggar
Anak Akar.
39
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta : Rajawali.
Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Diakses melalui
https://www.komisiinformasi.go.id/regulasi/download/id/101
Freire, P. (1984). Pendidikan Sebagai Prakter Pembebasan . (A. A. Nugroho,
Trans.) Jakarta: Gramedia.
Freire, P. (2008). Pendidikan Kaum Tertindas . Jakarta: LP3ES.
Harsanto, R. (2007). Pengelolaan Kelas Yang Dinamis. Yogyakarta: Karnisius.
Karyanto, I. (2014). Dari Akar Kami Tumbuh. Jakarta: Sang Akar Entreprise.
Kitabisa. (2013). Kitabisa.com. Retrieved Oktober 14, 2018, from Kitabisa.com:
https://kitabisa.com/about-us
Suparno, A. (2000). Membangun Kompetensi Dasar. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Sidi, I. (2002). Konsep Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill)
Melalui Pendekatan Berbasis Luar (Broad-Based Education). Jakarta:
Ditjen DIkdasmen. Diakses melalui
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=401656&val=6793&t
itle=PENGEMBANGAN%20MUATAN%20KECAKAPAN%20HIDUP
%20(LIFE%20SKILL)%20PADA%20PEMBELAJARAN%20DI%20SE
KOLAH
40
LAMPIRAN
Lampiran 1
Dokumentasi Program Peer to Peer Outreach
41
Lampiran 2
Dokumentasi Program Skills Training dan Hari Anak Nasional
42
Rapat dan persiapan
pelaksanaan Hari Anak
Nasional
43
Lampiran 3
Dokumentasi Program Tambahan Renovasi Rumah Belajar Kampung Ujung
44
45