Anda di halaman 1dari 28

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA RUANG MELALUI DELTA-


NET BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI
KOTA SEMARANG

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Diusulkan oleh :

Moh. Nasrul Baharsyah 3201415019 (Angkatan 2015)


Andre Kiswanto 3201414013 (Angkatan 2014)
Budiyono 3201415037 (Angkatan 2015)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2016

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................iii
RINGKASAN .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Potret, Profil,dan Kondisi Khalayak Sasaran ...................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 3
1.4 Luaran yang diharapkan ...................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN .......................... 4
BAB III METODE PELAKSANAAN PROGRAM .......................................... 6
3.1 Perencanaan Program .......................................................................... 6
3.2 Pelaksanaan Program ........................................................................... 6
3.2.1 Metode Pelaksanaan ......................................................................... 6
3.2.2 Proses Pembuatan Model Media Peta Braille .............................. 8
3.2.3 Proses Pelatihan Membaca Peta Braille .................................... 10
BAB IV ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ....................... 11
4.1 Rekapitulasi Rancangan Biaya .......................................................... 11
4.2 Jadwal Kegiatan Program .................................................................. 11
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................ 12
Lampiran 1.Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing ........................ 12
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan ...................................................... 17
Lampiran 3.Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas ............ 22
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ............................................... 23
Lampiran 5.Surat Pernyataan Kebersediaan dari Mitra .................................... 24
Lampiran 6.Denah Detail Lokasi Mitra ............................................................ 25

iii
RINGKASAN

Lahirnya pendidikan inklusif sejalan dengan deklarasi PBB mengenai Hak


Asasi Manusia (HAM), yaitu hak pendidikan dan partisipasi penuh bagi setiap orang
dalam pendidikan. Keberadaan pendidikan kebutuhan khusus dan pendidikan inklusif
juga didukung melalui deklarasi yang disepakati oleh beberapa negara, termasuk
Indonesia. Di Indonesia pendidikan inklusif dipayungi oleh UU No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan PP 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu. Warga negara yang dimaksud adalah mereka yang memiliki bakat dan
kecerdasan istimewa, mereka yang memiliki kelainan fisik, emosi, mental, intelektual
dan sosial. Mereka itu adalah anak berkebutuhan khusus (ABK), baik yang permanen
maupun temporer. Untuk menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif
di Indonesia, tentu memerlukan strategi khusus.
Tunanetra merupakan salah satu kategori ketunaan yang masuk dalam ABK.
Siswa tunanetra mempunyai potensi akademis sama dengan siswa yang memiliki
kondisi fisik normal. Hal yang membedakan antara keduanya hanyalah karena siswa
tunanera memiliki keterbatasan dalam penglihatan yang menyulitkan mereka untuk
mengembangkan diri dengan terbatasnya media pembelajaran. Keterampilan dasar
yang sangat penting untuk ditingkatkan bagi siswa tunanetra adalah keterampilan
membaca ruang. Model media pembelajaran membaca ruang bagi tunanetra selama
ini masih sangat terbatas dan mempunyai kekurangan. Sekolah Luar Biasa Negeri
Kota Semarang mempunyai permasalahan dalam pengadaan media pembelajaran
membaca ruang bagi siswa tunanetra. Dari permasalahan tersebut solusi yang kami
tawarkan adalah dengan memberikan pelajaran tambahan dengan Peningkatan
Kemampuan Membaca Ruang Melalui DELTA-NET.
DELTA-NET merupakan model media peta dengan muka peta yang timbul
(berwujud tiga dimensi) berbasis braille yang diperuntukkan bagi tunanetra. Program
ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan menambah wawasan guru
terhadap alternatif media pembelajaran yang menarik dan bermanfaat bagi kegiatan
pembelajaran khususnya bagi siswa tuna netra serta meningkatkan motivasi dan
kompetensi siswa tuna netra dalam proses belajar mengajar di sekolah. Program ini
dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri Kota Semarang dengan populasi siswa
tunanetra yang berjumlah 22 siswa. Agar program peningkatan kemampuan membaca
ruang melalui DELTA-NET bagi siswa tunanetra berkelanjutan dalam jangka
panjang, maka akan kami merancang perkumpulan mingguan bagi guru untuk
membuat Peta Braille dengan berbagai topik dan mendiskusikan pengembangan
pembelajaran melalui Peta Braille. Program ini diharapkan dapat membantu untuk
meningkatkan motivasi dan kompetensi siswa tuna netra dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
Keyword : Anak berkebutuhan khusus, DELTA-NET.

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahirnya pendidikan inklusif sejalan dengan deklarasi PBB mengenai Hak
Azasi Manusia (HAM), yaitu hak pendidikan dan partisipasi penuh bagi setiap
orang dalam pendidikan. Keberadaan pendidikan kebutuhan khusus dan
pendidikan inklusif juga didukung oleh deklarasi yang disepakati oleh beberapa
negara, termasuk Indonesia, antara lain adalah pernyataan Salamanca tahun 1994
mengenai hak setiap anak untuk mendapatkan pendidikan dan pengakuan terhadap
perbedaan minat, kemampuan, dan kebutuhan dalam belajar. Deklarasi
Pendidikan Untuk Semua (PUS) di Thailand yang menyatakan bahwa setiap anak
wajib diberikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan
kebutuhannya, dan Deklarasi Bandung yang menyatakan kesiapan Indonesia
menuju inklusi.
Di Indonesia pendidikan inklusif dipayungi oleh UU No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan PP 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Dalam UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional
dijelaskan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Warga negara yang dimaksud adalah
mereka yang memiliki bakat dan kecerdasan istimewa, mereka yang memiliki
kelainan fisik, emosi, mental, intelektual dan sosial.Mereka itu adalah anak
berkebutuhan khusus (ABK), baik yang permanen maupun temporer.Untuk
menangani ABK tersebut dalam setting pendidikan inklusif di Indonesia, tentu
memerlukan strategi khusus.
Tunanetra merupakan salah satu kategori ketunaan yang masuk dalam
ABK.Anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya tidak berfungsi
sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas,
yang menyebabkan hambatan dan keterbatasan ketika harus menjalankan
aktivitas.Selama ini pengembangan media pembelajaran bagi siswa tunanetra
masih terbatas.Hal tersebut adalah salah satu permasalahan dalam pendidikan
inklusi di Indonesia. Padahal siswa tunanetra mempunyai potensi akademis
samadengan siswa yang memiliki kondisi fisik normal. Hal yang membedakan
antara keduanya hanyalah karena siswa tunanera memiliki keterbatasan dalam
penglihatan yang menyulitkan mereka untuk mengembangkan diri dengan
terbatasnya media belajar.
Keterampilan membaca ruang adalah jenis keterampilan yang sangat
penting untuk ditingkatkan guna medukung potensi akademis siswa
tunanetra.Metode pembelajaran keruangan bagi tunanetra melaui deskripsi dari
buku ataupun modul berhuruf Braille memiliki kelemahan karena siswa tunanetra
hanya dapat membayangkan hal yang diceritakan tanpa dapat meraba langsung
2

apa yang dibayangkan. Dalam materi membaca ruang, media peta biasapun tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya bagi tunanetra.Sekolah luar biasa negeri
kota semarang mempunyai permasalahan dalam pengadaan media pembelajaran
membaca ruang bagi siswa tunanetra. Dari permasalahan tersebut solusi yang
kami tawarkan adalah dengan memberikan pelajaran tambahan dengan
Peningkatan Kemampuan Membaca Ruang Melalui DELTA-NET (Model Peta
Tunanetra).
Kami mengangkat judul Peningkatan Kemampuan Membaca Ruang
Melalui DELTA-NET (Model Peta Tunanetra) Bagi Siswa Tunanetra di Sekolah
Luar Biasa NegeriKota Semarang.DELTA-NET merupakan model media peta
dengan muka peta yang timbul (berwujud tiga dimensi) berbasis braille yang
diperuntukkan bagi tunanetra. DELTA-NETdiharapkan dapat membantu para
penyandang tunanetra untuk dapat memahami ruang dalam isi peta dan
fenomena-fenomena yang terdapat di dalamnya sehingga pengetahuan konseptual
siswa tunanetra lebih terasah. Program ini diharapkan dapat memberikan bahan
masukan dan menambah wawasan guru terhadap alternatif media pembelajaran
yang menarik dan bermanfaat bagi kegiatan pembelajaran khususnya bagi siswa
tuna netra serta meningkatkan motivasi dan kompetensi siswa tuna netra dalam
proses belajar mengajar di sekolah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan permasalahan di atas dapat dibuatperumusan masalah:
a. Bagaimana cara memberikan pengetahuan tentangDELTA-NET (Model
Peta Tunanetra)bagi siswa Sekolah Luar Biasa Negeri Kota Semarang.
b. Bagaimanakah cara meningkatkan kemampuan membaca ruang melalui
DELTA-NET (Model Peta Tunanetra)bagi siswa tunanetra Sekolah Luar
Biasa Negeri Kota Semarang.

1.3 Potret, Profil, dan Kondisi Khalayak Sasaran


Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Semarang berlokasi di Jl. Elang
Raya No. 2 Semarang. Pendirian Sekolah ini berdasarkan surat keputusan
Gubernur Jawa Tengah No. 420.8/72/2004, dan mulai beroperasi pada tahun 2004
sampai sekarang. Berdasarkan peraturan Gubernur Jawa Tengah no. 6 tahun 2005
tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB)
Semarang, menjadi satuan kerja unit pendidikan Luar Biasa di Jawa Tengah.
SLB Negeri Kota Semarang memiliki permasalahan tentang media
pembelajaran yang kurang memadai bagi siswa tunanetra.Adanya bacaan dengan
huruf Braille belum cukup untuk mengembangkan motivasi dan keterampilan
siswa tunanetra.Oleh karena itu perlu adanya model media pembelajaran yang
lebih bervariasi dalam pengembangan kompetensi akademik siswa.DELTA-NET
(Model Peta Brille) diharapkan dapat membantu para penyandang tunanetra
untuk dapat memahami isi peta dan fenomena-fenomena yang terdapat di
3

dalamnya sehingga pengetahuan konseptual siswa tunanetra lebih terasah.


Program ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan menambah
wawasan guru terhadap alternatif media pembelajaran yang menarik dan
bermanfaat bagi kegiatan pembelajaran khususnya bagi siswa tuna netra serta
meningkatkan motivasi dan kompetensi siswa tuna netra dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
Program ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri Kota Semarang
dengan populasi siswa tunanetra berjumlah 22 siswa. Program ini dilakukan di
SLB Negeri Semarang karena sekolah tersebut membutuhkan media peta
pembelajaran tambahan yang baru bagi peningkatan pemahaman siswa
tunanetra.Manajemen kesiswaan yang baik di SLB Negeri Semarang juga
diharapkan dapat mengimplementasikan DELTA-NET dengan baik dan menjadi
role model bagi Sekolah Luar Biasa lainnya sehingga program ini nantinya
berkelanjutan.

1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari program ini adalah:
a. Memberikan pengetahuan tentangDELTA-NET (Model Peta
Tunanetra)bagi guru dan siswa Sekolah Luar Biasa Negeri Kota
Semarang.
b. Meningkatkan kemampuan membaca ruang melalui DELTA-NET (Model
Peta Tunanetra)bagi siswa tunanetra Sekolah Luar Biasa Negeri Kota
Semarang.
1.5 Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut:
a. Siswa mampu dan terampil menganalisis keruangan suatu wilayah melalui
DELTA-NET (Model Peta Tunanetra).
b. DELTA-NET diharapkan meningkatkan motivasi untuk lebih giat dalam
belajar mencapai kesetaraan keterampilan kognitif antara siswa tunanetra
dengan siswa yang memiliki fisik normal.
c. DELTA-NET diharapkan meningkatkan kreativitas guru dalam
mengembangkan media pembelajaran.
d. DELTA-NET sewaktu-waktu dapat membantu siswa tunanetra dalam
pembelajaran berbagai disiplin ilmu lain saat di kelas maupun
pembelajaran individu.
4

BAB II
GAMBARAN UMUM MASYARAKAT SASARAN

Objek sasaran dari program ini adalah siswa tunanetra SLB Negeri Kota
Semarang.SLB Negeri Semarang berlokasi di Jl. Elang Raya No. 2 Semarang.
Pendirian Sekolah ini berdasarkan surat keputusan Gubernur Jawa Tengah No.
420.8/72/2004, dan mulai beroperasi pada tahun 2004 sampai sekarang.
Berdasarkan peraturan Gubernur Jawa Tengah no. 6 tahun 2005 tentang
pembentukan organisasi dan tata kerja Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB)
Semarang, menjadi satuan kerja unit pendidikan Luar Biasa di Jawa Tengah.
Posisi SLB Negeri Kota Semarang berada di lingkungan pusat pemerintahan
Provinsi Jawa Tengah yang juga merupakan kawasan pusat pendidikan.Hal itu
menyebabkan lingkungan sekitar SLB Negeri Kota Semarang memiliki kondisi
fisik, sosial dan ekonomi yang lebih maju dibandingkan dengan wilayah lainnya
di Jawa Tengah. Hal ini pula yang menjadi urgensi dari pentingnya peningkatan
fasilitas model media pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus untuk
mencapai kesetaraan keterampilan kognitif dengan siswa yang memiliki fisik
normal.

SLB Negeri Semarang menampung beberapa jenjang pendidikan


diantaranya yaitu: TLO ( PAUDLB) 11, TKLB 88, SDLB 242, SMPLB 101,
SMALB 65, Pengembangan 22, dan Kelas Ketrampilan 27. Adapun Visi dari
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang adalah “Terwujudnya pelayanan
anak berkebutuhan khusus yang berbudi luhur, terampil dan mandiri”. Untuk
mewujudkan visi tersebut SLB Negeri Semarang memiliki sarana yang cukup
memadai seperti ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang guru,
ruang kelas, ruang praktek ketrampilan, ruang tata usaha, ruang makan, ruang glen
domain, ruang komputer,ruang musik, ruang tata boga, ruang perkayuan, aula/
serba guna, gudang, mushola, ruang perpustakaan, ruang pamer, ruang jaga/ gardu
satpam, lapangan olah raga, tempat parkir, dan kantin.

Akan tetapi SLB Negeri Kota Semarang memiliki permasalahan tentang


media pembelajaran yang kurang memadai bagi siswa tunanetra.Adanya bacaan
dengan huruf Braille belum cukup untuk mengembangkan motivasi dan
keterampilan siswa tunanetra.Oleh karena itu perlu adanya model media
pembelajaran yang lebih bervariasi dalam pengembangan kompetensi akademik
siswa.DELTA-NET (Model Peta Tunanetra) diharapkan dapat membantu para
penyandang tunanetra untuk dapat memahami isi peta dan fenomena-fenomena
yang terdapat di dalamnya sehingga pengetahuan konseptual siswa tunanetra lebih
terasah. Program ini diharapkan dapat memberikan bahan masukan dan menambah
wawasan guru terhadap alternatif media pembelajaran yang menarik dan
bermanfaat bagi kegiatan pembelajaran khususnya bagi siswa tuna netra serta
5

meningkatkan motivasi dan kompetensi siswa tuna netra dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
Program ini dilakukan di Sekolah Luar Biasa Negeri Kota Semarang
dengan populasi siswa tunanetra yang berjumlah 22 siswa. Programini dilakukan
di SLB Negeri Semarang karena sekolah tersebut membutuhkan media peta
pembelajaran tambahan yang barubagipeningkatan pemahaman siswa tunanetra.
Manajemen kesiswaan yang baik di SLB Negeri Semarang juga diharapkan dapat
mengimplementasikan DELTA-NET dengan baik dan menjadi role model bagi
Sekolah Luar Biasa lainnya sehingga program ini nantinya berkelanjutan.
6

BAB III
METODE PELAKSANAAN PROGRAM
3.1 Perencanaan
Agar program ini berjalan secara maksimal, maka diperlukan perencanaan
secara tepat, diantaranya:
a. Menyusun proposal kegiatan pelatihan pembuatan DELTA-NET bagi guru
dan penggunaan DELTA-NET bagi siswa tunanetra SLB Negeri
Semarang.
b. Mengenalkan kepada guru SLB secara rinci urgensi dari DELTA-NET
bagi siswa tunanetra SLB Negeri Kota Semarang.
c. Membuat kerjasama dengan SLB Negeri Kota Semarang untuk pelatihan
membuat Peta Tunanetra berbasis Braille bagi guru, dan pelatihan
membaca Peta bagi siswa tunanetra.
d. Mempersiapkan tempat pelaksanaan.
e. Mempersiapkan alat dan bahan dalam memberikan pelatihan.
f. Mempersiapkan daftar pihak yang hendak dijadikan sasaran kegiatan
pelatihan membaca ruang yaitu siswa tunanetra SLB Negeri Kota
Semarang.
g. Mempersiapkan lembar penilaian program sebagai bahan evaluasi.

3.2 Pelaksanaan

3.2.1 Metode pelaksanaan

1. Mahasiswa menyiapkan alat dan bahan yang digunakan untuk melatih


guru SLB dalam membuat DELTA-NET (Model Peta Tunanetra) yang
diperuntukkan bagi Tunanetra.
2. Mahasiswa memberikan penyuluhan kepada guru SLB tentang cara
membuat DELTA-NET dan mengajarkan tentang Model Peta Tunanetra
dan langkah-langkah membacanya.
3. Mahasiswa mendemonstrasikan pembuatan DELTA-NET dan
menyosialisasikan manfaat serta urgensi DELTA-NET untuk
meningkatkan kemampuan membaca ruang bagi siswa tunanetra.
4. Agar program peningkatan kemampuan membaca ruang melalui DELTA-
NET bagi siswa tunanetra berkelanjutan dalam jangka panjang, maka akan
kami merancang perkumpulan mingguan bagi guru untuk membuat Peta
Tunanetra berbasis Braille dengan berbagai topik dan mendiskusikan
pengembangan pembelajaran melalui Peta Tunanetra. Perkumpulam
tersebut terstruktur sebagai sebuah organisasi yang kompleks dengan
susunan dan pembagian kerja seperti penanggung jawab, ketua, sekretaris,
bendahara, dan devisi-devisi pengembangan model dan tema peta.
5. Guru dapat mempraktikkan teknis pembuatan DELTA-NET berbasis nilai
kegunaan.
7

6. Melakukan pendampingan pada saat pembuatan DELTA-NET dan teknik


pengajaran serta teknik membacanya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar DELTA-NET dapat digunakan.
a. Mempersiapkan media peta dengan perhitungan yang cukup. Misalkan
untuk membuat Peta Wilayah Administrasi Pulau Jawa maka tidak
boleh ada kabupaten yang tidak ditampilkan.
b. Mempersiapkan alat dan bahan yang lengkap.
c. Pendampingan intensif tata cara pembuatan.
d. Pendampingan intensif tata cara penggunaan, pelatihan, dan penilaian.
7. Mengevaluasi hasil pembuatan DELTA-NET.
8. Mendampingi guru dalam pelatihan membaca DELTA-NET bagi siswa
tunanetra.
9. Mengevaluasi peyerapan pengajaran siswa atas DELTA-NET.

3.2.2 Proses Membuat Model Media Peta Tunanetra

1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan
DELTA-NET
2. Menentukan daerah yang ingin dipetakan.
3. Membuat media awal DELTA-NET:
a. Memotong papan tripleks dengan bentuk segi empat ataupun
persegi panjang dengan ukuran panjang dan lebar yang simetris
mempertimbangkan bentuk daerah yang dipetakan.
b. Memotong kayu reng menjadi empat bagian dengan panjang
mengikuti setiap sisi papan tripleks sebagai penampang agar media
awal peta tidak bergerak-gerak ketika di buat Peta Tunanetra.
c. Menggabungkan papan tripleks dan kayu reng dengan memaku
sisi-sisinya
d. Mengampelas bagian-bagian kayu yang kasar hingga halus agar
tidak melukai tangan siswa
4. Setelah membuat media awal, membuat adonan untuk membuat peta
timbul yang terbuat dari kertas bekas, semen, dan lem kayu.
a. Merendam kertas selama 1 hari hingga mudah lentur dan mudah
dihaluskan.
b. Menghaluskan bubur kertas dengan menggunakan mixer agar halus
dan mudah dibentuk.
c. Mencampurkan bubur kertas dengan semen dan lem kayu sampai
membentuk adonan yang kalis agar ketika kering bentuk yang
diinginkan dapat terjaga.
5. Mencetak peta dasar pada kertas dengan perbesaran yang diinginkan
sesuai dengan luas media papan. Kemudian peta dasar diblad pada papan
menggunakan cutter.
8

6. Menempelkan adonan bubur kayu, semen dan lem kertas pada media
papan dengan batas-batas sesuai batas hasil mengeblad kemudian
permukaannya dibuat timbul mempertimbangkan warna yang mewakili
ketinggian dari peta dasar.
7. Setelah rapi, peta dikeringkan dengan diangin-anginkan (tidak diletakkan
di bawah sinar matahari langsung).
8. Setelah kering mengecat permukaan peta.
-Pemberian cat memiliki beberapa maksud, antara lain:
a. Memperhalus permukaan peta agar tidak melukai tangan siswa.
b. Agar memudahkan instruktur mengajarkan materi untuk dihadapan
banyak siswa karena guru memperhatikan dari jauh.
c. Agar siswa dapat mempelajarinya dengan keluarga dan temannya
yang memiliki kondisi fisik normal.

-Warna yang umum adalah biru untuk perairan dan hijau untuk dataran
rendah, warna kuning sampai orange untuk dataran tinggi, sedang merah
untuk daerah pegunungan. Untuk peta tematik misalkan peta kepadatan
penduduk dapat diwarnai sesuai keinginan pembuat peta.

9. Menempelkan simbol-simbol pada muka peta menggunakan lem kayu.


Simbol dapat berupa simbol titik dan simbol garis.
a. Simbol titik misalkan gunung, ibukota, bandara, dll sesuai tema
peta. Untuk simbol titik maka manik-manik dicari dengan bentuk
yang dapat mewakili kenampakan aslinya.
b. Simbol garis misalkan sungai, batas administrasi, jalan, dll. Untuk
simbol garis, maka bahan yang digunakan dapat berupa kabel
bekas dan tali gelang. Variasi simbol dapat dibuat dengan jumlah
garis putus-putus (misal batas desa garis putus empat kali, batas
kecamatan putus tiga kali, batas kabupaten putus dua kali, batas
provinsi putus satu kali), dan bisa juga dengan perbedaan ketebalan
tali gelang prusik.
10. Memberikan layout peta:
a. Menyiapkan kertas sebagai layout yang luasnya
mempertimbangkan ruang yang kosong pada peta agar
komposisi peta serasi.
b. Membuat judul dengan huruf Braille pada kertas Braille
kemudian ditempelkan pada kertas Braille.
c. Membuat legenda
1) Menempelkan simbol yang diwakili dari peta pada kertas
layout.
2) Mencetak huruf Braille pada kertas Braille yang berisi
penjelasan simbol-simbol kemudian menempelkannya
kertas layout.
9

d. Membuat inset,
Membuat gambaran wilayah yang lebih luas dari wilayah yang
dipetakan dengan menggunakan Pasta cat.Misal Peta
Kabupaten Rembang maka insetnya bisa Provinsi Jawa Tengah
atau Pulau Jawa.Setelah itu di tempelkan pada kertas layout.
e. Menuliskan sumber peta, pembuat peta, dan tahun pembuatan
peta dengan huruf Braille kemudian menempelkannya pada
kertas Braille.
f. Menempelkan kertas layout pada pada sisi ruang yang kosong
agar serasi.

3.2.3 Proses Pelatihan Membaca Peta Tunanetra

a. Metode Pelatihan
1. Langkah awal pelatihan kepada siswa adalah dengan
mengenalkan apa itu DELTA-NET.
2. Mengenalkan fungsi dan urgensi mempelajari DELTA-NET.
3. Mengenalkan komponen-komponen dalam DELTA-NET.
4. Mengenalkan bentuk relief dalam DELTA-NET.
5. Mengenalkan jenis-jenissimbol dalam DELTA-NET.
6. Mengenalkan titik-titik di dalam Peta yang di dalamnya penting
dibaca.
7. Mengajarkan cara menghubungkan simbol di Peta dengan
Keterangan di legenda.
8. Mengajarkan cara membaca hubungan antara ruang di peta
dengan simbol yang terdapat di dalamnya.
9. Mengajarkan cara menginterpretasi hubungan antara ruang
dalam DELTA-NET.
10. Mengajarkan keterkaitan disiplin ilmu lain dengan Peta.
11. Pelatihan dilaksanakan dengan diselingi dengan motivasi yang
membangkitkan semangat siswa.
b. Metode Penilaian
1. Kami mempersiapkan lembar penilaian yang di dalamnya
terdapat aspek keaktivan (dinilai dari antusiasme siswa), aspek
pemahaman (dinilai dari tes lisan yang kami lakukan), dan
aspek keterampilan (dinilai dari kemampuan siswa
memaparkan kegunaan DELTA-NET dalam kaitan dengan
mata pelajaran lain).
2. Pemberian nilai diberikan dengan diselingi dengan motivasi
yang membangkitkan semangat siswa.
10

BAB IV
ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Rekapitulasi Rancangan Biaya

No Jenis pengeluaran Biaya (Rp)


1. Peralatan penunjang Rp. 1.845.000
2. Bahan habis pakai Rp. 1.967.500
3. Perjalanan Rp. 950.000
4. Lain-lain Rp. 244.000
Jumlah Rp. 5.006.500

4.2 Jadwal Kegiatan Program

N Kegiatan Bulan ke:


o. 1 2 3 4 5
1. Persiapan
a. Survei Lapangan √
b. Perizinan dan sosialisasi √
c. Pendataan peserta √
d. Persiapan perlengkapan dan perangkat √
program
2. Pelaksanaan Program
a. Sosialisasi kepada SLBN Kota Semarang √
b. Penyusunan struktur organisasi pengembang √
DELTA-NET
c. Pelaksanaan kegiatan pelatihan membuat √
dan membacaDELTA-NET
3. Monitoring √
4. Evaluasi √
5. Penyusunan Laporan
a. Pembuatan Draft Laporan √
b. Penyusunan Laporan Akhir √
c. Pengiriman Laporan √
11
12
13
14
15
16

Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan


1. Peralatan Penunjang

Justifikasi Kuantitas Harga


Material Jumlah (Rp)
pemakaian Satuan (Rp)

Gergaji Menggergaji papan


tripleks untuk 2 buah 130.000 260.000
media peta
Meteran Mengukur luas
2 buah 75.000 150.000
media peta
Palu Menggabungkan
kayu reng dengan
papan sebagai 2 buah 50.000 100.000
penampang agar
tidak goyang
Penggaris Mengukur detail
5 buah 3.000 15.000
luasan muka peta
Jangka Membantu
mengukur detail 5 buah 7.000 35.000
luasan muka peta
Gunting Memotong mika
dan kertas sebagai
5 buah 15.000 75.000
simbol untuk
ditempel pada peta
Reglet
Menuliskan
(Cetakan
Keterangan/legenda
Huruf
pada media kertas 4 buah 35.000 140.000
Braille)
Braille dan atau
ukuran 4
mika
baris
Reglet
(Cetakan Menuliskan Judul
Huruf Peta pada media
3 buah 275.000 825.000
Braille) kertas Braille dan
ukuran atau mika
kertas A4
Stylus Jarum penusuk
untuk menulis 6 buah 20.000 120.000
huruf Braille
Kuas Mengecat
5 buah 10.000 50.000
permukaan peta
17

agar halus
Ember/ Membuat adonan
Baskom bubur kertas dan
semen untuk
membuat 5 buah 15.000 75.000
kenampakan
daratan dengan
efek tiga dimensi
Subtotal (Rp) 1.845.000
2. Bahan Habis Pakai
Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah
Material
pemakaian Satuan (Rp) (Rp)
Papan
Tripleks
tebal 4 mm, Media peta 5 Lembar 76.000 380.000
luas
122x244 cm
Kayu Reng Penampang
(panjang 3 bawah teripleks
6 buah 9.500 57.000
meter) sebagai media
peta
Paku Kayu 5 Menggabungkan
Cm papan tripleks 2 Kilo 20.000 40.000
dan kayu reng
Ampelas Menghaluskan
media peta agar
10 lembar 4.200 42.000
tidak melukai
tangan
Kertas HVS Bahan adonan
Bekas untuk
menimbulkan
kenampakan 20 Kilo 4.000 80.000
daratan dengan
efek tiga
dimensi
Semen Campuran
1 karung 55.000 55.000
bubur kertas
Mika Media penulisan
keterangan 20 lembar 500 10.000
huruf Braille
18

Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah


Material
pemakaian Satuan (Rp) (Rp)
Kertas
Braille
(ukuran
Media penulisan
berat 75
keterangan 30 lembar 5.000 150.000
gram dan
huruf Braille
luas
seukuran
A4)
Kertas HVS Media
A4 70 gram keterangan
huruf latin
1 Rim 28.500 28.500
untuk
memudahkan
pelatihan
Cat Kayu Untuk
memperhalus
permukaan peta
dan member 3 Liter 85.000 255.000
warna agar
memudahkan
pelatihan
Pasta Cat Untuk simbol
garis putus-
putus berupa 10 Botol 20.000 200.000
batas
administrasi
Manik- Untuk simbol
5 String 15.000 75.000
Manik titik
Kabel bekas Untuk simbol
layak pakai garis tidak
terputus berupa
2 Kilo 20.000 40.000
jaringan sungai,
jaringan jalan,
dll.
Tali gelang Untuk variasi
prusik 3 mm simbol garis
tidak terputus 5 Roll 45.000 225.000
berupa jaringan
sungai kecil,
19

Justifikasi Kuantitas Harga Jumlah


Material
pemakaian Satuan (Rp) (Rp)
jaringan jalan
desa , dll.
Lem Kayu Untuk campuran
kemasan adoan bubur
500 gram kertas dan
20 bungkus 18.000 360.000
menempelkan
simbol-simbol
Peta
Subtotal 1.967.500
3. Perjalanan

Justifikasi Kuantitas Harga


Material Jumlah (Rp)
pemakaian Satuan (Rp)

Perjalanan
Persiapan,
PP 2 kali (2x3
pembelian 50.000 300.000
keliling orang)
peralatan
Semarang
Perjalanan
PP Survei
2 kali (2x2
UNNES- Lapangan dan 50.000 200.000
orang)
SLB N Sosialisasi
Semarang
Perjalanan
PP Pelaksanaan
3 kali (3x3
UNNES- program dan 50.000 450.000
orang)
SLB N pendampingan
Semarang
Subtotal (Rp) 950.000
4. Lain-Lain

Justifikasi Kuantitas Harga


Material Jumlah (Rp)
pemakaian Satuan (Rp)

Sewa Blender/
Menghaluskan
Mixer 2 buah 30.000 60.000
bubur kertas

Pembuatan Pembuatan
3 buah 10.000 30.000
Proposal Proposal
Pembuatan Pembuatan 3 buah 10.000 30.000
20

Laporan Akhir Laporan Akhir


Pembuatan Sosialisasi
1buah 50.000 50.000
Spanduk DELTA-NET
Untuk
mencatat
Buku catatan 2 buah 5.000 10.000
segala bantuk
kegiatan
Bolpoin
Untuk menulis 3 buah 2.000 6.000
Standar
Untuk media
penulisan
White board
diskusi dengan 2 buah 15.000 30.000
mini
Guru di luar
jam sekolah
Spidol Board
Untuk menulis 3 buah 7.000 21.000
Marker
Penghapus
1 kali pakai ‚ 7.000 7.000
White board
Subtotal (Rp) 244.000

5. Rekapitulasi Dana Pengabdian DELTA-NET


No Jenis pengeluaran Biaya (Rp)
1. Peralatan penunjang Rp. 1.845.000
2. Bahan habis pakai Rp. 1.967.500
3. Perjalanan Rp. 950.000
4. Lain-lain Rp. 244.000
Jumlah Rp. 5.006.500
21

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Kegiatan dan Pembagian Tugas

Bidan
Program Alokasi
No Nama/NIM g Uraian Tugas
Studi waktu
Ilmu
Mempunyai ide dan
gagasan, mengetik
untuk menuangkan
gagasan, meminta
tandatangan mitra,
Moh. Nasrul
Pendidikan 14 mengupload,
1 Baharsyah/ Sosial
Geografi Jam/Minggu penanggung jawab
3201415019
seluruh kegiatan:
-Planing
-Organizing
-Directing dan
-Controling
Memberikan
Andre masukan gagasan,
Kiswanto/ Pendidikan 14 mengetik, dan
2 Sosial
3201414013 Geografi Jam/Minggu melakukan
pengeditan
sistematika proposal.
Memberi gambaran
dan informasi
mengenai sarana dan
prasarana bagi siswa
tunanetra SLB
Budiyono/ Pendidikan 14
3 Sosial Negeri Semarang,
3201415037 Geografi Jam/Minggu
memberikan
masukan gagasan,
dan mendampingi
ketua meminta
tandatangan mitra.
22
23
24

Lampiran 6. Denah Detail Lokasi Mitra Kerja

Anda mungkin juga menyukai