Anda di halaman 1dari 22

KARYA ILMIAH YANG DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI PEMILIHAN

MAHASISWA BERPRESTASI

PROGRAM UPGRADING DAN PELATIHAN IMPLEMENTASI


PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PARA GURU DAN MAHASISWA
PENDIDIKAN MENGENAI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

OLEH
REFI MARISKA
NIM: 41032102211016
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA


BANDUNG
2024
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Tulis : Program Upgrading dan Pelatihan Implementasi


Pendidikan Inklusif bagi Para Guru dan Mahasiswa
Pendidikan mengenai Anak Berkebutuhan Khusus
Bidang Karya Tulis : Pendidikan
Nama : Refi Mariska
NIM : 41032102211016
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Nusantara
Dosen Pembimbing : Dwi Endah Pertiwi, M.Pd.
NIDN :

Bandung, 20 Maret 2024

Dosen Pembimbing, Mahasiswa,

Dwi Endah Pertiwi, M.Pd. Refi Mariska


NIDN. NIM. 41032102211016

Dekan/Wakil Dekan Bid. Kemahasiswaan,

Dr. M. Andriana Gaffar, M.M.Pd.


NIDN.

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................x
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1..................................................................................................................... Lata
r Belakang...................................................................................................1
1.2..................................................................................................................... Rum
usan Masalah..............................................................................................2
1.3..................................................................................................................... Tuju
an.................................................................................................................3
1.4..................................................................................................................... Man
faat..............................................................................................................3
1.5..................................................................................................................... Met
ode Penelitian..............................................................................................3
1.6..................................................................................................................... Pene
rima Manfaat...............................................................................................4
BAB II TELAAH PUSTAKA........................................................................5
2.1..................................................................................................................... Ana
k Berkebutuhan Khusus..............................................................................5
2.2..................................................................................................................... Pend
idikan Inklusif.............................................................................................6
2.3..................................................................................................................... Impl
ementasi Pendidikan Inklusif di Indonesia.................................................7
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN..................................................9
4.1. Identifikasi Potensi dan Kebutuhan...........................................................9
4.2. Rumusan Target Pembangunan.................................................................10
4.3. Analisis Pencapaian Target........................................................................12
4.4. Rencana Kerja............................................................................................13
4.5. Visualisasi Gagasan...................................................................................14
BAB 1V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI.......................................15

ii
5.1. Kesimpulan................................................................................................15
5.2. Rekomendasi..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17
LAMPIRAN....................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.....................................................................................................................Lata
r Belakang
Pendidikan adalah Hak Asasi Manusia yang paling dasar (basic human
right) sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang–
Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menunjukkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada semua anak
termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam memperoleh kesempatan dan
layanan pendidikan yang bermutu sama dengan siswa regular lainnya.
Sebagai mana tersurat pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, bab IV
pasal 5 ayat 1, bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan demikian, maka semua anak
berhak memperoleh pendidikanuntuk menjamin keberlangsungan hidupdan juga
masa depannya, tidak terkecuali anak yang memiliki kebutuhan khusus
(Sahrudin et al., 2023).
Sering dengan berkembangnya zaman, model penyelenggaraan pendidikan
Indonesia menjadi semakin berkembang. Bagi anak berkebutuhan khusus pun
layanan pendidikannya tidak hanya terbatas dalam penyelenggaraan segregasi.
Akan tetapi, sudah berkembang pada penyelenggaraan integrasi sampai
penyelenggaraan inklusif. Di Indonesia, pemerintah telah mengakui pentingnya
pendidikan inklusif dan mengeluarkan kebijakan yang mendukung
implementasinya. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan
yang layak dan berkualitas, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Namun, dalam praktiknya, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi (Budijanto
& Rahmanto, 2021)
Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya manusia yang
terlatih dalam bidang pendidikan inklusif. Banyak guru dan tenaga pendidik yang
belum memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang cukup tentang

1
strategi pengajaran inklusif dan cara mengelola kebutuhan pendidikan khusus di
dalam kelas. Hal ini dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran dan
keterlibatan peserta didik dengan kebutuhan khusus (Juntak et al., 2023).
Terdapat juga tantangan dalam hal stigma dan diskriminasi terhadap peserta
didik dengan kebutuhan khusus. Terkadang, masih ada persepsi negatif atau
pandangan stereotip terhadap kemampuan mereka, yang dapat mempengaruhi
partisipasi mereka dalam pendidikan inklusif. Diperlukan upaya yang lebih besar
dalam mengubah persepsi dan membangun kesadaran tentang pentingnya inklusi
dalam pendidikan (Shaw, 2021). Implementasi pendidikan inklusif di Indonesia
juga dihadapkan pada kendala kebijakan. Meskipun ada kebijakan nasional yang
mendukung pendidikan inklusif, pelaksanaannya masih bervariasi di berbagai
daerah. Terdapat perbedaan dalam pendekatan, prioritas, dan sumber daya yang
dialokasikan untuk pendidikan inklusif di setiap wilayah (Apriani et al., 2021).
Permasalahan yang sering terjadi di lapangan ketika mengimplementasikan
pendidikan inklusif itu tentunya bisa diminimalisir dengan mencari solusi terbaik.
Maka dari itu, penulis merumuskan sebuah konsep yaitu pentingnya pelaksanaan
“Program Upgrading dan Pelatihan Implementasi Pendidikan Inklusif bagi Para
Guru dan Mahasiswa Pendidikan mengenai Anak Berkebutuhan Khusus” sebagai
upaya meningkatkan literasi bagi para guru dan mahasiswa pendidikan mengenai
anak berkebutuhan khusus serta meningkatkan kualitas praktik baik para guru
dalam memberikan pembelajaran yang fleksibel dan menyesuaikan kurikulum
dengan hambatan. kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dengan
kebutuhan khusus.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang didapatkan sesuai latar belakang di atas, yaitu:
1.2.1. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran keberagaman (diversity
awareness) terhadap peserta didik pada guru dan mahasiswa pendidikan
sebagai calon guru dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif?
1.2.2. Bagaimana tahapan implementasi pendidikan inkusif dan good practice
yang tepat bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus?

2
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk menyebarluaskan literasi mengenai landasan-landasan
penyelenggaraan pendidikan inklusif sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Indonesia.
1.3.2. Untuk memberikan literasi serta peningkatan kompetensi mengenai
pengetahuan dan good practice dalam memberikan layanan pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus dan pengelolaan pendidikan inklusif

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Guru dan Mahasiswa Pendidikan
1) Guru dan Mahasiswa dapat memperoleh literasi mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan anak berkebutuhan khusus dan implementasi
pendidikan inklusif.
2) Guru dan Mahasiswa dapat lebih aware, siap dan sigap terhadap
peserta didik dengan kebutuhan khusus dalam melakukan praktik baik
implementasi pendidikan inklusif.
1.4.2. Bagi Pemerintah
1) Pemertintah dapat lterbantu dalam menyebarluaskan literasi dan
pemahaman praktik baik bagi para Guru dalam mengimplementasikan
Pendidikan Inklusif.
2) Pemerintah dapat membantu peran aktif para pemuda yang ingin
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia
sebagai upaya dalam mewujudkan SDGs 2030 dan Indonesia Emas
2045.

1.5. Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam perumusan konsep gagasan
kreatif ini adalah studi literatur dan jurnal-jurnal kepustakaan. Dalam penelitian
ini, data yang digunakan berasal dari studi literatur terhadap berbagai hasil
penelitian dan studi terdahulu yang masih relevan dengan topik penelitian.

3
Dengan memanfaatkan sumber-sumber literatur tersebut, peneliti akan
menganalisis temuantemuan sebelumnya untuk memperoleh pemahaman yang
lebih komprehensif tentang subjek penelitian ini. Studi literatur menjadi sumber
data yang penting dalam penelitian ini. Melalui tinjauan literatur, peneliti dapat
mengakses dan mengumpulkan berbagai hasil penelitian sebelumnya yang terkait
dengan topik penelitian yang sedang dibahas. Dalam hal ini, peneliti akan
mengidentifikasi penelitian-penelitian dan studi-studi terdahulu yang relevan dan
masih memiliki keterkaitan dengan isu yang diteliti. Data yang diperoleh dari
studi literatur tersebut akan digunakan untuk memperkuat argumen dan
kesimpulan penelitian, serta untuk memperoleh pemahaman yang lebih
komprehensif tentang fenomena yang sedang diteliti. Dengan mengandalkan data
dari studi literatur, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang
baru dan mendalam terkait dengan topik yang diteliti.

1.6. Penerima Manfaat


Dalam gagasan kreatif ini, penulis mengambil salah satu sekolah inklusif
yaitu MI Sekolah Cinta Ilmu dan Mahasiswa FKIP Universitas Islam Nusantara

4
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Anak Berkebutuhan Khusus


Konsep anak berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki
makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar
biasa (exceptional children) (Sugiarmin, 2003).
Istilah berkebutuhan khusus secara eksplisit ditujukan kepada anak yang
dianggap mempunyai kelainan/penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal
umumnya, dalam hal fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya
(Efendi,2006). Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang dalam proses
pertumbuhan maupun perkembangannya mengalami kelainan atau
penyimpangan fisik, mental, intelektual, sosial dan emosi dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya sehingga memerlukan layanan pendidikan
khusus (Departemen Pendidikan Nasional, 2009).
Dalam perspektif pendidikan, anak berkebutuhan khusus sebagai peserta
didik umumnya mengalami hambatan untuk dapat mengikuti pembelajaran
sebagaimana peserta didik umumnya. Hambatan atau gangguan yang dialaminya
tersebut dapat bersifat temporer dan bersifat permanen. Bersifat temporer, yaitu
mereka yang tidak perlu mendapat layanan pendidikan khusus secara terus-
menerus. Hambatan atau gangguan yang dialami lebih disebabkan karena faktor
eksternal anak, seperti mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri akibat
trauma kerusuhan, kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan
kasar, atau tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar (Sugiarmin,
2003).
Mereka akan dapat keluar dari hambatan yang dialaminya jika faktor-
faktor yang melatarbelakanginya dapat diatasi. Oleh karena itu, layanan
pendidikan yang diberikan tidak bersifat khusus lagi. Namun demikian, apabila
anak berkebutuhan khusus temporer tidak mendapatkan penanganan atau
intervensi yang tepat, maka kebutuhan khususnya dapat menjadi permanen.

5
Sedangkan yang bersifat permanen, yaitu mereka yang karena hambatannya itu
perlu mendapatkan layanan secara lebih khusus berdasarkan tingkat
kebutuhannya. Hambatan atau gangguan yang dialaminya lebih disebabkan
karena faktor internal yang ada pada anak, seperti mereka yang kehilangan
kemampuan penglihatan, pendengaran, atau gangguan kecerdasan. Dikatakan
permanen karena fisik dan mental mereka tidak dapat diubah seperti anak
umumnya. Namun demikian jika dilihat dari kemandiriannya, tidak sedikit
kelompok ini dapat beradaptasi dengan lingkungan tanpa perlu bantuan secara
khusus. Mereka dapat belajar, berkomunikasi, dan melakukan kegiatan sehari-
hari tanpa bantuan orang lain. Setiap anak berkebutuhan khusus, baik yang
bersifat permanen maupun yang temporer, memiliki hambatan belajar dan
kebutuhan yang berbeda-beda. Untuk itu diperlukan upaya-upaya penyesuaian
dalam pembelajarannya (Sugiarmin, 2003).

2.2 Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan bagi
anak-anak yang memiliki keterbatasan tertentu dan anak-anak lainnya yang
disatukan dengan tanpa mempertimbangkan keterbatasan masing-masing.
Menurut Direktorat Pembinaan SLB (2007), pendidikan inklusif adalah sistem
layanan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua anak belajar
bersama-sama di sekolah umum dengan memperhatikan keragaman dan
kebutuhan individual, sehingga potensi anak dapat berkembang secara optimal.
Semangat pendidikan inklusif adalah memberikan memberi akses yang seluas-
luasnya kepada semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus, untuk
mempereroleh pendidikan yang bermutu dan memberikan layanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhannya. (Garnida, 2015).
Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan inklusif juga dapat dimaknai
sebagai satu bentuk reformasi pendidikan yang menekankan sikap anti
diskriminasi, keterbukaan, dan saling menghargai. Selain itu, penyelenggaraan
pendidikan dengan sistem ini pula mendorong peningkatan mutu pendidikan,
upaya strategis untuk menuntaskan wajib belajar sembilan tahun sebagaimana

6
dicanangkan pemerintah serta upaya mengubah sikap masyarakat terhadap anak
dan orang-orang berkebutuhan khusus.(Ilahi, 2013).
Jadi pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang ramah akan
keberagaman peserta didik dengan segala hambatan, kebutuhan dan potensi yang
mereka miliki. Dalam pendidikan inklusif juga semua peserta didik mendapatkan
hak yang sama tanpa adanya diskriminasi.

2.3 Implementasi Pendidikan Inklusif di Indonesia


Implementasi pendidikan inklusif di Indonesia didasarkan pada perhatian
yang semakin meningkat terhadap pentingnya memberikan kesempatan yang
setara bagi semua peserta didik, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan
pendidikan khusus. Pendidikan inklusif bertujuan untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang inklusif, di mana semua individu dapat belajar bersama, saling
mendukung, dan mencapai potensi maksimal mereka (Setiawan et al., 2020). Di
Indonesia, pemerintah telah mengakui pentingnya pendidikan inklusif dan
mengeluarkan kebijakan yang mendukung implementasinya. Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas,
termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Namun, dalam praktiknya,
masih terdapat tantangan yang perlu diatasi (Budijanto & Rahmanto, 2021).
Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan sumber daya manusia yang
terlatih dalam bidang pendidikan inklusif. Banyak guru dan tenaga pendidik yang
belum memiliki pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang cukup tentang
strategi pengajaran inklusif dan cara mengelola kebutuhan pendidikan khusus di
dalam kelas. Hal ini dapat mempengaruhi efektivitas pembelajaran dan
keterlibatan peserta didik dengan kebutuhan khusus (Collins et al., 2019). Selain
itu, kurangnya fasilitas dan sarana pendukung yang memadai juga menjadi
hambatan dalam implementasi pendidikan inklusif. Banyak sekolah yang belum
dilengkapi dengan aksesibilitas yang memadai, seperti ramphal dan toilet yang
dapat diakses oleh peserta didik dengan kebutuhan khusus. Selain itu, alat bantu

7
pendengaran, perangkat teknologi, dan sumber daya lainnya yang mendukung
pembelajaran inklusif juga masih terbatas (Riyadi, 2021).
Seperti halnya pengimplementasian pendidikan inklusif di MI Sekolah Cinta
Ilmu masih belum terlaksana secara optimal. Sebagian besar para Guru di sekolah
tersebut belum mengetahui secara komprehensif tentang landasan-landasan
penyelenggaraan inklusif. Akibatnya, penyelenggaraan inklusif di sekolah
tersebut belum terakomodir secara optimal seperti dalam proses penerimaan
peserta didik baru (PPDB) bagi peserta didik berkebutuhan khusus masih belum
terorganisir dengan baik, proses pembelajarannya yang masih belum terintegrasi
dengan baik, penanganan bagi peserta didik berkebutuhan khusus yang masih
belum terstruktur dan para Guru yang masih minim kompetensi dalam menangani
kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus serta layanan sarana dan prasarana
yang masih belum mendukung bagi peserta didik berkebutuhan khusus.
Maka dari itu, implementasi pendidikan inklusif masih belum terlaksana
dengan baik dan menyeluruh bagi setiap sekolah-sekolah inklusif yang ada di
Indonesia.

8
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Potensi dan Kebutuhan


Penulis melakukan beberapa analisis terhadap potensi dan kebutuhan
sekolah inklusif di MI Sekolah Cinta Ilmu Kabupaten Bandung sebagai bahan
pertimbangan untuk mendukung gagasan yang telah dirumuskan.
Madrasah Ibtidayah (MI) Sekolah Cinta Ilmu adalah merupakan sekolah
swasta Islam yang menyelenggarakan Pendidikan dengan empat program
unggulan, yakni My Fun Math, Tahfidz, Tilawati dan Inklusif. Selain itu, sekolah
ini juga mengimplementasikan prinsip-prinsip inklusivitas dengan menerima dan
melayani peserta didik berkebutuhan khusus. Namun, para guru yang ada di
sekolah ini masih belum memiliki wawasan secara komprehensif mengenai
bagaimana layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus
dilaksanakan. Para guru masih belum mengetahui apa saja landasan pendidikan
inklusif serta belum memiliki keterampilan yang baik dalam memberikan layanan
kepada para peserta didik berkebutuhan khusus seperti proses penerimaan peserta
didik berkebutuhan khusus, cara mengidentifikasi ABK, strategi pelaksanaan
asesmen ABK, akomodasi kurikulum pendidikan khusus/SLB, membuat dan
merancang program pembelajaran individual (PPI) bagi peseta didik berkebutuhan
khusus serta cara-cara dan trik dalam menangani peserta didik berkebutuhan
khusus sesuai dengan karakteristik, kemampuan dan hambatan yang dialaminya.
Dengan begitu dapat mengakibatkan peserta didik berkebutuhan khusus dalam
proses pelaksanaan belajar baik dari segi akademik maupun sosial belum
tertangani secara optimal.
Sekolah ini memiliki para guru yang sudah cukup berkompeten, rasa
keinginan belajar yang tinggi dan cukup selektif terhadap peserta didik sekolah ini
terutama pada peserta didik berkebutuhan khusus dan peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam masalah akademik ataupun sosial dalam proses

9
pelaksanaan pembelajaran. Hanya saja, para guru di sekolah ini masih belum
menemukan solusi yang lebih tepat dalam memberikan layanan pendidikan
inklusif yang lebih maksimal.
Dengan adanya potensi yang dimiliki para Guru di sekolah tersebut serta
permasalahan yang terjadi di sekolah tersebut terutama dalam layanan pendidikan
khusus bagi anak berkebutuhan khusus dan anak yang mengalami masalah dalam
akademik maupun sosial, kami tim Spedu Nusantara dalam program kreativitas
mahasiswa (PKM) pengabdian masyarakat tertarik pada sekolah tersebut.
Program ini bergerak di bidang edukasi serta akan memberikan upgrading
terhadap para guru mengenai implementasi pendidikan khusus agar MI Sekolah
Cinta Ilmu dan para gurunya yang mengalami masalah dalam memberikan
pembelajaran pada peserta didik berkebutuhan khusus dapat menyusun rancangan
program pembelajaran yang lebih tepat serta dapat tertangani dengan lebih
optimal sehingga peserta didik berkebutuhan khusus terpenuhi kebutuhannya
dengan baik

Tabel 1.1. Analisis SWOT


Analisis SWOT
Strength Weakness Opportunity Threats
1. Memiliki para 1. Para Guru di sekolah 1. Para Guru yang 1. Kurangnya
Guru yang sudah ini masih belum sudah mulai dukungan dari
cukup memiliki wawasan aware terhadap pemerintah bagi
berkompeten, secara komprehensif PDBK sekolah swasta
rasa keinginan mengenai bagaimana 2. Keterbukaan inklusif dalam
belajar yang layanan pendidikan Kepala Sekolah memberikn
tinggi dan cukup bagi peserta didik dalam menjalin pelatihan secara
selektif terhadap berkebutuhan khusus kerjasama untuk berkala.
peserta didik dilaksanakan meningkatkan
kompetensi Guru

Informasi perbandingan dalam tabel diatas disusun berdasarkan literatur review


dan wawancara dengan salah satu Mahasiswa FKIP yang sedang mengajar di
sekolah tersebut.

10
4.2. Rumusan Target Pembangunan
Rumusan Target Pembangunan yaitu melalui PEKA NUSANTARA
(Pendidikan Khusus untuk ABK di Nusantara) yang merupakan gagasan di bidang
sosial edukasi dengan memiliki visi untuk meningkatkan kepekaan para pendidik
dan mahasiswa pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus, membangun
stigma positif pada masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus dan
membantu meningkatkan kualitas pendidik yang inklusif melalui penyebarluasan
literasi mengenai anak berkebutuhan khusus di sosial media, mewadahi forum
diskusi bagi para guru dan mahasiswa pendidikan serta mengadakan program
upgrading dan pelatihan bagi para guru maupun para mahasiswa sebagai bekal
dalam mengimplementasikan pendidikan inklusif.
PEKA NUSANTARA ini berperan sebagai fasilitator yang dapat
membantu pemerintah dalam memberikan literasi dan pelatihan implementasi
pendidikan inklusif. Tentunya, hal ini akan diupayakan oleh para pemuda yang
bergerak di dunia pendidikan dan sangat aware terhadap kondisi pendidikan saat
ini terutama dalam hal layanan pendidikan bagi peserta didik dengan kebutuhan
khusus. Misi yang akan dijalankan oleh PEKA NUSANTARA tidak terlepas dari
bimbingan dan masukan dari para Dosen Program Studi Pendidikan Luar Biasa
Universitas Nusantara. Hal ini, diharapkan menjadi kolaborasi yang berkelanjutan
dan bermanfaat bagi dunia pendidikan terutama dalam pengimplementasian
pendidikan inklusif yang ada di Indonesia.
Salah satu dari Program PEKA NUSANTARA yaitu Program Upgrading
dan Pelatihan Implementasi Pendidikan Inklusif bagi Para Guru dan Mahasiswa
Pendidikan mengenai Anak Berkebutuhan Khusus ini bisa dilakukan di MI
Sekolah Cinta Ilmu dalam waktu terdekat. Adapun rangkaian kegiatannya yaitu:
Pelaksanaan salah satu program:
1) Misi 1: Perkenalan Peka Nusantara
Pengenalan Program Upgrading Implementasi Pendidikan Inklusif
Bagi Guru di MI Sekolah Cinta Ilmu Kabupaten Bandung dalam
bentuk sosialisasi.
2) Misi 2: Sosialisasi Peka Nusantara
Kegiatan Sosialisasi tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
di Sekolah Inklusif.

11
3) Misi 3: Workshop Peka Nusantara
Kegiatan Workshop Identifikasi dan Asesmen Anak Berkebutuhan
Khusus.
4) Misi 4: Workshop Peka Nusantara
Kegiatan Workshop Implementasi Akomodasi Kurikulum
Pendidikan Khusus di Sekolah Inklusif.
5) Misi 5: Workshop Peka Nusantara
Kegiatan Workshop Program Pembelajaran Individual bagi Peserta
Didik Berkebutuhan Khusus (PDBK). Diikuti oleh sebagian
peserta sasaran program diantaranya Guru Kelas, Asisten Guru
Kelas, Guru Mata Pelajaran dan juga Guru Pendamping Khusus.
6) Misi 6: Forum Group Discussion Peka Nusantara
Kegiatan Layanan Bimbingan Konseling Para Guru dalam
menangani Anak Berkebutuhan Khusus melalui FGD. Diikuti oleh
seluruh peserta sasaran program.
7) Misi 7: Peka Nusantara Reflection
Kegiatan refleksi rangkaian program dengan melalui bincang
santai dan kegiatan post-test bagi seluruh peserta sasaran program.
8) Peka Nusantara Day: Siap menjadi Guru Inklusif yang lebih baik!
Kegiatan hasil implementasi program dengan meampilkan hasil
kegiatan dan apresiasi bagi para seluruh peserta sasaran program
diantaranya Kepala Sekolah, para Guru dan para Tenaga
Kependidikan selama mengikuti pelaksanaan program sampai
akhir.

4.3. Analisis untuk memilih Cara Pencapaian Target


1. Membuat platform PEKA NUSANTARA sebagai representatif program-
program yang akan dilaksanakan sebagai informasi dasar dan agar lebih
memudahkan bagi siapapun yang akan mengajak kolaborasi dan
kerjasama.
Alternatif ini memiliki tingkat kemudahan untuk merealisasikan
pencapaian target dan tentunya tidak membutuhkan biaya yang cukup
banyak serta durasi waktu yang dibutuhkan.
2. Membuat tim penggerak PEKA NUSANTARA untuk menghidupkan
program terutama program yang mewadahi forum diskusi antar guru
maupun mahasiswa pendidikan. Alternatif ini memiliki tingkat kemudahan
untuk merealisasikan pencapaian target dengan melaksanakan open

12
recruitment bagi siapa saja mahasiswa yang tertarik untuk mengambil
peran.
Membuat rancangan program inti yaitu yaitu Program Upgrading dan
Pelatihan Implementasi Pendidikan Inklusif bagi Para Guru dan
Mahasiswa Pendidikan mengenai Anak Berkebutuhan Khusus. Alternatif
ini memiliki tingkat yang cukup menguras waktu serta biaya yang akan
dikeluarkan. Maka dari itu, diperlukan adanya kolaborasi dengan berbagai
pihak seperti Program Studi Pendidikan Luar Biasa Universitas Islam
Nusantara dengan memberi bantuan in kind untuk mengirmkan
narasumber-narasumber terbaik. Ataupun dengan berbagai pihak
organisasi dan komunitas lainnya yang berkaitan dengan program ini.

4.4. Penjabaran Rencana Kerja


Tabel 1.3. Rincian Rencana Kerja
No. Langkah Utama Langkah Kerja Perkiraan Waktu
1 Membuat dan 1) Menganalisis berbagai kebutuhan 2 minggu
merancang program dalam Implementasi Pendidikan
PEKA Inklusif
NUSANTARA 2) Mencari berbagai referensi sebagai
bahan panduan
3) Merancang program-program yang
akan diunggulkan
2 Mencari tim 1) Mengajak teman yang tertarik 1 minggu
penggerak PEKA dengan kegiatan program ini.
NUSANTARA 2) Melakukan diskusi dan membangun
team bounding agar dapat memiliki
SDM penggerak yang diharapkan
3) Membentuk pembagian tugas untuk
mengelola PEKA NUSANTARA
3 Mencari sasaran 1) Melakukan bimbingan dan arahan Kondisional
atau target dengan para Dosen PLB Uninus
penerima manfaat sebagai stakholder.
2) Membuka peluang rekomendasi
mitra yang ingin bekerjasama
melalui selebaran informasi lewat
media sosial atau kepada

13
mahasiswa yang sudah mengajar di
sekolah terutama yang berdomisili
di Bandung Raya.
4 Melakukan 1) Melakukan analisis kebutuhan dan Kondisional
kerjasama dengan potensi
mitra 2) Menyepakati program yang akan
dilaksanakan
3) Menyepakati jadwal pelaksanaan
program yang akan dilakukan
5 Melaksanakan 1) Menyiapkan seluruh kebutuhan Kondisional
program PEKA untuk pelaksanaan program
NUSANTARA 2) Membentuk tim lapangan yang
yang disesuaikan disesuaikan dengan kebutuhan
dengan kebutuhan pelaksanaan program
sasaran atau target 3) Melakukan briefing sebelum
penerima manfaat melaksanakan program

4.5. Visualisasi Gagasan

SAsaran:

1. S: Masalah yang diangkat seputar pendidikan inklusif


dan anak berkebutuhan khusus.
SITUASI SAAT INI:
2. M : Peningkatan Literasi dan Good Practice para guru
3. A : Program Upgrading dan Pelatihan, Forum diskusi
1. Batasan Lingkungan dan penyebaran informasi seputar anak berkebutuhan
1) Guru Sekolah khusus dan pendidikan khusus
Inklusif di MI 4. R : Program yang mudah dijalankan
5. T : Prosesnya terjadwal dan ada tenggang waktu
Sekolah Cinta Ilmu
2. Potensi Lingkungan
1) Memiliki Guru yang
cukup
berkompeten dan HAmbatan
memiliki semangat
1. Ada program yang membutuhkan dana
yang tinggi untuk
yang cukup
meng-upgrade diri
2. Kurangnya dukungan dari pemerintah
2) Lingkungan sekolah
yang ramah
3. Situasi yang
membutuhkan Bantuan
penanganan Adanya beberapa pihak (stakeholder) yang siap membantu program
1) Upgrading dan secara in kind seperti Para Dosen PLB Universitas Islam Nusantara.
Pelatihan
Implementasi
Pendidikan Inklusif Tindakan
bagi para guru 14
1. Membuat dan merancang program PEKA NUSANTARA
dalam 2. Mencari tim penggerak PEKA NUSANTARA
3. Mencari sasaran atau target penerima manfaat
4. Melakukan kerjasama dengan mitra
5. Melaksanakan program PEKA NUSANTARA yang disesuaikan
BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
Salah satu tantangan utama dalam implementasi pendidikan inklusif adalah
keterbatasan sumber daya manusia yang terlatih dalam bidang pendidikan
inklusif. Banyak guru dan tenaga pendidik yang belum memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan pemahaman yang cukup tentang strategi pengajaran inklusif
dan cara mengelola kebutuhan pendidikan khusus di dalam kelas. Hal ini dapat
mempengaruhi efektivitas pembelajaran dan keterlibatan peserta didik dengan
kebutuhan khusus (Collins et al., 2019). Selain itu, kurangnya fasilitas dan sarana
pendukung yang memadai juga menjadi hambatan dalam implementasi
pendidikan inklusif. Banyak sekolah yang belum dilengkapi dengan aksesibilitas
yang memadai, seperti ramphal dan toilet yang dapat diakses oleh peserta didik
dengan kebutuhan khusus. Selain itu, alat bantu pendengaran, perangkat
teknologi, dan sumber daya lainnya yang mendukung pembelajaran inklusif juga
masih terbatas (Riyadi, 2021).
Melihat dari realitas kondisi pendidikan Indonesia saat ini maka perlu
dilakukan gerakan terutama dalam penyelenggaraan inklusif melalui upgrading
dan pelatihan bagi para guru dan mahasiswa pendidikan untuk mewujudkan dan
membangun kualitas pendidik yang inklusif. PEKA NUSANTARA (Pendidikan
Khusus untuk ABK di Nusantara) yang merupakan gagasan di bidang sosial
edukasi dengan memiliki visi untuk meningkatkan kepekaan para pendidik dan
mahasiswa pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus, membangun stigma
positif pada masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus dan membantu

15
meningkatkan kualitas pendidik yang inklusif melalui penyebarluasan literasi
mengenai anak berkebutuhan khusus di sosial media, mewadahi forum diskusi
bagi para guru dan mahasiswa pendidikan serta mengadakan program upgrading
dan pelatihan bagi para guru maupun para mahasiswa mengenai anak
berkebutuhan khusus sebagai bekal dalam mengimplementasikan pendidikan
inklusif.
4.2 Rekomendasi
Karya tulis ini menawarkan gagasan kreatif mengenai Program upgrading
dan pelatihan bagi para guru maupun para mahasiswa mengenai anak
berkebutuhan khusus dan juga beberapa program yang berkaitan dengan
pendidikan khusus, pendidikan inklusif serta anak berkebutuhan khusus. Dengan
adanya gagasan ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata peran pemuda
dari ruang lingkup dunia pendidikan yang aware terhadap kondisi pendidikan di
Indonesia terutama bagi anak berkebutuhan khusus.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, N. (2013). Mengenal anak berkebutuhan khusus. Magistra, 25(86), 1.


Garnida, D., & Sumayyah, D. (2015). Pengantar pendidikan inklusif.
Hidayati, W. R., & Warmansyah, J. (2021). Pendidikan Inklusi Sebagai Solusi
dalam Pelayanan Pendidikan Untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Aulad:
Journal on Early Childhood, 4(3), 207-212
Ilahi, M. T., & Rose, K. R. (2013). Pendidikan inklusif: konsep dan aplikasi.
Rahim, A. (2016). Pendidikan inklusif sebagai strategi dalam mewujudkan
pendidikan untuk semua. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an, 3(1).
Sugiarmin, M. (2003). Peserta Didik Berkebutuhan Khusus Dalam Perspektif
Pendidikan Inklusif. Artikel untuk Dies Natalis UPI.
Sahrudin, M., Djafri, N., & Suking, A. (2023). Pengelolaan Pendidikan
Inklusif. Jambura Journal of Educational Management, 162-179.
Sukomardojo, T. (2023). Mewujudkan Pendidikan Untuk Semua: Studi
Implementasi Pendidikan Inklusif Di Indonesia. Jurnal Birokrasi &
Pemerintahan Daerah Volume, 5(2), 205-214.

17
LAMPIRAN
Hasil Cek Kemiripan

18

Anda mungkin juga menyukai