Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

IDENTIFIKASI KOMPONEN PENDIDIKAN

digunakan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Bambang Supeno, M.Pd

Rully Putri Nirmala, M.Ed

Disusun Oleh :

Kharisma Lutfiyatul Ilmiyah (210210302001)

Anisa Rahmawati (210210302031)

Ahmad Nadzar Azhari (210210302035)

Tahta Mutiara Kunanti (210210302036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, hanya karena berkat dan
rahmat-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dari Mata
Kuliah Pengantar Ilmu Pendidikan yang berjudul “Identifikasi Komponen
Pendidikan” dengan baik dan tepat waktu.

Berkaitan dengan tugas yang kami selesaikan, penulisan makalah ini


memiliki tujuan, yaitu untuk memenuhi tugas dari Bapak Prof, Dr, Bambang
Supeno, M.Pd dan Ibu Rully Putri Nirmala, M.Ed mata kuliah Pengantar Ilmu
Pendidikan. Selain itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk memperluas dan
menambah wawasan bagi pembaca serta kami selaku penulis makalah ini mengenai
Identifikasi Komponen-komponen Pendidikan.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih terhadap semua pihak yang
turut membantu dan berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini. Dengan penuh
kesadaran, kami memahami bahwa makalah ini masih belum sempurna. Karena
keterbatasan kami, maka kritik dan saran yang membangun terhadap penulisan
maupun materi makalah akan kami terima sebagai masukan agar lebih baik
kedepannya lagi.

Jember, 7 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR............................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN .....................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian Komponen Pendidikan.....................................................................3

2.2 Komponen Pendidikan.......................................................................................3

2.2.1 Peserta Didik ............................................................................................. 3

2.2.2 Tujuan Pendidikan .................................................................................... 4

2.2.3 Pendidik .................................................................................................... 6

2.2.4 Alat Pendidikan....................................................................................... 11

2.2.5 Lingkungan Pendidikan .......................................................................... 14

2.2.6 Pendidikan Sebagai Sistem ..................................................................... 17

BAB 3. PENUTUP ............................................................................................... 22

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23

iii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek penting yang diperlukan oleh suatu bangsa


untuk mencerdaskan bangsanya. Pendidikan sendiri merupakan usaha dalam
mengembangkan dan membina manusia secara rohani dan jasmani dalam
mengembangkan potensinya dan memperoleh kemanfaatan untuk dirinya serta
sekitarnya (masyarakat).

Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha


sadar dan Terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara Aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Bapak pendidikan Nasional Indonesia, yaitu Ki Hajar Dewantara


mengatakan bahwa, Pendidikan merupakan tuntutan di dalam hidup tumbuhnya
anak-anak. Maksud dari pendidikan tersebut yaitu menuntun segala kodrat yang ada
pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan yang baik akan mencetak generasi bangsa yang baik pula.
Pendidikan mengantarkan seseorang terhadap pencarian jati dirinya sebagai siapa
dan untuk apa dirinya hadir ditengah-tengah masyarakat. Bangsa yang maju
tergantung kepada generasinya yang terbentuk, jika generasi bangsa tidak didukung
dengan pendidikan yang baik, maka ketertinggalan dan kebodohan yang akan
mendominasi bangsa tersebut.

Dalam proses pendidikan tentu menghadirkan komponen-komponen


pendidikan didalamnya. Komponen pendidikan memungkinkan dan mewujudkan
terjadinya proses pendidikan yang dalam peranannya saling terikat satu sama lain
dan saling timbak balik. Apa sajakah komponen-komponen dalam pendidikan

1
tersebut? Dalam makalah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai komponen-
komponen pendidikan serta fungsi dan tujuan dari pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan komponen pendidikan?

1.2.2 Apa sajakah komponen pendidikan itu?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui definisi dan maksud dari Komponen Pendidikan.
1.3.2 Untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui Komponen-komponen
Pendidikan.

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi penulis, sebagai latihan berpikir sistematis dan logis dalam pembuatan
penulisan makalah ini, serta dapat menambah wawasan pengetahuan
mengenai komponen-komponen pendidikan.
1.4.2 Bagi pembaca, sebagai acuan berpikir mengenai wawasan baru yang didapat
ketika membaca makalah ini, serta dapat memahami dengan baik mengenai
komponen pendidikan itu sendiri.

2
BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komponen Pendidikan

Komponen memiliki arti bahwa hal-hal yang turut membentuk, membangun,


menyusun, melengkapi, dan bagian yang terdapat dalam sesuatu objek.

Komponen Pendidikan adalah bagian dari suatu yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem.
Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang
menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan bahkan
dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan
keberadaan komponen-komponen tersebut.

2.2 Komponen Pendidikan

2.2.1 Peserta Didik

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pasal 1, peserta didik


adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Peserta didik merupakan seorang atau sekelompok
orang yang membutuhkan pengetahuan dan ilmu, bimbingan serta
pengarahan dari pendidiknya. Peserta didik berfungsi sebagai objek yang
sekaligus sebagai subjek pendidikan. Sebagai objek peserta didik menjadi
penerima daripada pendidikan itu sendiri. Sedangkan sebagai subjek,
peserta didik menjadi pelaku daripada proses pendidikan itu sendiri.
Dalam UU SISDIKNAS No. 20 tahun 203 pasal 1 tentang peserta
didik, yaitu sebagai berikut :
(1) Setiap Peserta didik berhak untuk :

3
a. Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;
b. Mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya;
c. Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya;
d. Mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya;
e. Pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain
yang setara;
f. Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu
yang ditetapkan.
(2) Setiap Peserta Didik berkewajiban :
a. Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan
proses dan keberhasilan pendidikan;
b. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi
peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(4) Ketentuan mengenai hak dan kewajiban peserta didik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.

2.2.2 Tujuan Pendidikan

Seperti pada umumnya suatu usaha atau kegiatan, maka Pendidikan


sebagai suatu usaha yang terencana tentu memiliki tujuan sebagai target
yang akan dicapai. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia, tidak dapat

4
terpisah dari suatu tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Dalam Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945, jelas tertulis tujuan bangsa Indonesia yaitu:
”Mencerdaskan Kehidupan bangsa…”. Kalimat tersebut merupakan suatu
ungkapan yang memiliki makna dan keinginan bangsa Indonesia dalam
memajukan negaranya, yaitu dengan mencerdaskan kehidupan bangsanya.
Dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional, dirumuskan bahwa tujuan pendidikan nasional
adalah:
Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
dan bertanggungjawab.
Tujuan pendidikan sebagaimana yang dimaksudkan dalam
Undangundang Sistem Pendidikan Nasional, kemudian menjadi acuan bagi
penjabaran tujuan pendidikan yang ada pada tingkat selanjutnya, hingga
mencapai level tujuan paling bawah. Macam-macam dari tujuan
Pendidikan :
a. Tujuan Umum, yaitu tujuan yang bersifat universal/umum dan
cakupannya terhadap hal yang luas secara hakikat kemanusiaan.
b. Tujuan Khusus, yaitu tujuan yang lebih detail lagi dibandingkan
dari rumusan tujuan umum. Biasanya, hal ini dikarenakan atau
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain sehingga tujuannya bersifat
khusus.

Dalam hubungannya dengan hierarki tujuan pendidikan nasional di


Indonesia, maka tujuan pendidikan dapat diurutkan sebagai berikut
secara hierarkis:

a. Tujuan Nasional
Menurut Hasbullah, tujuan nasional mencakup rumusan
kualifikasi umum yang diharapkan dimiliki oleh setiap Warga
negara setelah mengikuti dan menyelesaikan program

5
Pendidikan nasional tertentu. Rumusan tujuan pendidikan
Nasional umumnya dirumuskan dan ditetapkan dalam suatu
Undang-undang, yang sekarang dikenal dengan Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional.
b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional merupakan penjabaran dari tujuan
Pendidikan nasional pada tingkat institusi atau lembaga. Oleh
karena itu, rumusan tujuan institusional menyesuaikan dengan
karakteristik tujuan lembaga di mana pendidikan itu
berlangsung.
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah penjabaran dari tujuan institusional,
yang berisi tentang muatan-muatan tujuan yang akan dicapai
setelah suatu program pengajaran selesai dilaksanakan dalam
suatu bidang pelajaran tertentu.
d. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional, merupakan tujuan yang harus dicapai
dalam setiap proses pembelajaran setelah selesai dilaksanakan.
Pembelajaran masa kini mengikuti trend yang menghendaki
agar setiap siswa ketika suatu sesi pembelajaran selesai, maka
mereka mencapai suatu kompetensi yang bersifat kontekstual
(berkaitan dengan kehidupan sehari-hari). Dengan demikian,
tujuan Instruksional, lebih bersifat operasional dapat diukur dan
dinilai secara autentik.

2.2.3 Pendidik

2.2.3.1 Pengertian Pendidik


Pendidik adalah orang yang lebih dewasa yang mampu membawa peserta
didik ke arah kedewasaan. Pendapat ahli lain mengatakan bahwa pendidik adalah
orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran

6
peserta didik (Umar Tirta Raharja dan La Sulo 1994). Pendidik adalah orang yang
dengan sengaja membantu orang lain untuk mencapai kedewasaan (Langeveld).
Jadi pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan , serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat terutama bagi pendidik pada pendidikan tinggi.

Penyebutan pendidik di berbagai tempat memiliki sebutan yang berbeda.


Pendidik di lingkungan keluarga adalah Orang Tua , di lingkungan masjid adalah
Ustadz/ Kyai dan di lingkungan sekolah adalah Guru.

2.2.3.2 Kompetensi sebagai persyaratan pendidik

Syarat seorang pendidik menurut Dirto Hadi Susanto, Suryati Sidharto, dan
Dwi Siswoyo (1995) antara lain:

a. Mempunyai perasaan terpanggil sebagai tugas suci


b. Mencintai dan mengasih-sayangi adik
c. Mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akan tugasnya

Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru menurut Dirto Hadisusanto


adalah:

a. Kompetensi profesional. Guru harus memiliki pengetahuan yang luas dan


dalam mengenai bidang studi yang diajarkan pada muridnya dan
metodologinya, pengetahuan pendidikan yang fundamental, keterampilan
yang vital baginya untuk memilih dan menggunakan strategi yang tepat
dalam pembelajaran.
b. Kompetensi personal. Guru harus memiliki kepribadian yang mantap
sehingga mampu menjadi sumber identifikasi bagi peserta didik dan sesama
manusia. c.

7
Kompetensi sosial. Guru bisa menunjukkan kemampuan berkomunikasi
dengan baik terhadap peserta didik sesama guru, pemimpinnya dan
masyarakat luas.

Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru menurut UU No 14 Th 2005


Tentang Guru dan Dosen ( pasal 10) adalah :

a. Kompetensi pedagogi, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang


mencakup pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, sistem evaluasi pembelajaran dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimiliki. Kompetensi ini diukur melalui performance test dalam ppl
dan case based test secara tertulis.
b. Kompetensi kepribadian, yaitu kompetensi kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, kedewasaan dan berwibawa serta menjadi teladan
bagi peserta didik. Kompetensi ini diukur dengan portofolio guru dan tes
kepribadian.
c. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi keilmuan,
kurikulum, silabus, metode, wawasan etika dan pengembangan profesi
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan. Kompetensi ini diukur dengan tes tertulis(multiple
choice atau essay).
d. Kompetensi Sosial, kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dan efisien dengan baik, sesama guru, wali, dan
masyarakat serikat. Kompetensi ini diukur dengan portofolio kegiatan,
prestasi dan keterlibatan dalam berbagai aktivitas.

2.2.3.3 Kedudukan Pendidik


Menurut Arif Rohman (Pendidikan Komparatif. 2010:253) kedudukan
pendidik di sekolah utamanya adalah sosok guru profesional yang bertugas

8
dijenjang pendidikan prasekolah, dasar, dan menengah yang menentukan
pengaturan, pengendalian, dan penilaian siswa.

2.2.3.4 Hakikat Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik

Menurut Raka Joni (cony R. Semiawan dan Soedijarto, 1991 dalam Ilmu
Pendidikan karya Dwi Siswoyo, dkk, 2007:123), hakikat tugas Pendidik umumnya
berhubungan dengan pengembangan SDM yang menentukan kelestarian dan
kejayaan bangsa, atau tugas guru membangun dasar-dasar corak kehidupan manusia
dimasa datang.

Dalam UU No 14 th 2005, tentang Guru dan Dosen pasal 20, tugas guru
adalah:

a. Merencanakan, melaksanakan, dan menilai/mengevaluasi pembelajaran


b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi dan kompetensi yang
berkelanjutan sesuai perkembangan IPTEK
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif dengan melihat berbagai hal
dalam pembelajaran
d. Menjunjung tinggi perpu, hukum, kode etik, nilai agama dan etika
e. Memelihara dan memupuk kesatuan dan persatuan bangsa.

Dan Tanggung jawab pendidik adalah bertanggung jawab mencerdaskan


peserta didik, membentuk peserta didik agar menjadi orang bersusila yang cakap,
berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Muklis menambahkan pula tanggung jawab
pendidik sebagai tenaga profesional antara lain:

a. Tanggungjawab moral
b. Tanggungjawab dalam bidang pendidikan
c. Tanggungjawab kemasyarakatan
d. Tanggungjawab dibidang keilmuan

2.2.3.5 Profesionalime dan Prinsip-prinsip Pendidik

1. Profesionalisme

9
Berasal dari kata profesi. Mc Cully (Sunaryo Kartadinata dan Nyoman
dalam suatuàDantes, 1997), profesi adalah “a vocation in wich…….” pekerjaan
profesional selalu digunakan teknik serta prosedur yang bertumpu pada landasan
intelektual yang sengaja harus dipelajari dan secara langsung dapat diabdikan bagi
kemaslahatan orang lain.

2. Prinsip-prinsipnya

Profesionalisme guru memiliki prinsip-prinsip :

a. Merupakan profesi yang berdasar bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism
b. Menuntut komitmen tinggi terhadap peningkatan mutu pendidikan, imtaq
dan akhlak mulia
c. Adanya kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang relevan
d. Memiliki kompetensi yang relevan dengan tugasnya di sekolah
e. Menuntut tanggung jawab tinggi atas tugas profesinya demi kemajuan
bangsa.

2.2.3.6 Organisasi Profesi dan Kode Etik Guru

Organisasi bagi guru berfungsi sebagai protektor, dinamisator, dan


motivator dalam rangka pengembangan diri bagi anggota-anggotanya. Beberapa
organisasi yang mewadahi guru yaitu: PGRI, dan PGI.

1. Fungsi Organisasi guru lebih luas yaitu:

a. Mempersatukan seluruh kekuatan dalam satu wadah


b. Melakukan pengawasan pada anggotanya dan memotivasi para anggota
agar selalu mengembangkan kemampuan profesionalnya
c. Menetapkan sanksi bagi anggotanya yang melanggar kode etik secara
administrasi maupun psikologis
2. Kode Etik Guru

10
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk
manusia pembangunan yang berpancasila.
b. Guru menciptakan suasana kehidupan suasana sekolah dan memelihara
hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya untuk kepentingan murid

c. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi


tentang anak didik.

2.2.4 Alat Pendidikan

2.2.4.1 Pengertian Alat Pendidikan

Alat Pendidikan adalah Sebuah alat penggerak yang sengaja dibuat dan
digerakkan unuk mencapai suatu tujuan pendidikan.

Menurut Siti Meichati, alat pendidikan terdiri dari: perbuatan mendidik


yang bersifat piranti lunak dan benda-benda sebagai alat bantu pendidikan yang
bersifat hardware

2.2.4.2 Sebagai Alat Pendidikan Dalam Berbagai Sudut Pandang


1. Pengaruh tindakan terhadap tingkah laku peserta didik :
a. Yang bersifat positif mendorong anak untuk melalukan serta meneruskan
tingkah laku tertentu seperti Teladan, perintah, pujian dan hadiah
b. Yang bersifat mengekang, mendorong anak didik untuk menjauhi serta
menghentikan tingkah laku tertentu seperti larangan, teguran, ancaman dan
hukuman.

2. Tindakan terhadap perasaan anak didik :


a. Mencegah atau mengarahkan, seperti perintah, teladan dan larangan
b. Memperbaiki seperti teguran, ancaman, dan hukuman.

11
2.2.4.3 Alat Pendidikan

Dalam menggunakan alat pendidikan, hal yang terpenting diperhatikan


adalah pendidik menggunakan alat-alat pendidikan tersebut, baik terkait tujuan
penggunaan, kemampuan menggunakan alat, oleh karna itu memilih alat
pendidikan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :

a. Tujuan yang ingin dicapai dengan alat itu


b. Orang yang akan menggunakan alat tersebut
c. Untuk siapa alat tersebut digunakan
d. Efektivitas penggunaan alat tersebut

2.2.4.4 Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan alat pendidikan adalah
penggunaan alat tersebut

a. Alat tersebut sesuai atau cocok dengan pencapaian tujuan pendidikan


b. Pendidik memahami fungsi alat tersebut dan mampu menggunakannya
c. Anak didik mampu menggunakan alat tersebut sesuai dengan keadaan
dirinya
d. Alat tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan dan tidak
menimbulkan akibat sampingan yang merugikan anak didik.

2.2.4.5 Jenis-Jenis Alat Pendidikan

1.Alat Pendidikan Pendahulu

Alat pendidikan pendahulu adalah alat pendidikan yang ditetapkan bagi


anak didik yang belum mengerti akan arti kewibawaan, dan terdiri dari :

a. Keteraturan, berarti berlangsungnya pada waktu, tempat, dan dengan cara


yang tetap.
b. Kebersihan, berarti menanamkan kebiasaan agar tetap bersih dan rapi.

12
c. Ketenangan artinya menanamkan kebiasaan untuk ikut menjaga
keharmonisan keluarga, sehingga dapat hidup tenang
d. Pembiasaan, artinya memberi kesempatan kepada anak akan kesibukan
dalam lapangan indra dan motorik.

2.Alat Pendidikan Sebenarnya

a. Memberi perlindungan tujuan menentukan perlindungan ini, untuk


menghalangi anak berbuat sesuatu yang akan merugikan anak didik, alat
pendidikan dalam memberi perlindungan dapat berupa: memberi
kesempatan untuk mengalami sesuatu dan membatasi perbuatannya.
b. Verstand houding=agar mengerti, yang dimaksudkan adalah agar anak
dapat mengerti tingkah laku orang tuanya agar dimengerti oleh anak didik
apa maksud dari sikap itu.
c. Keamanan arah dalam berbuat dan berpikir, dalam hal ini alat pendidikan
bercorak mengarahkan suatu contoh, sehingga anak didik memperoleh
penjelasan pemberitahuan, gambaran akan sesuatu keadaan dan selanjutnya
kita libatkan anak didik dalam kehidupan orang dewasa dengan memberi
tanggung jawab kepada anak didik, agar mau menyesuaikan diri dengan
peraturan.
d. Merasa hidup bersama ada perpaduan, dalam hal ini merasa hidup bersama
ini, timbul rasa saling percaya mempercayai, cinta mencintai sehingga
pendidik menciptakan suatu kesempatan untuk terwujudnya “merasa hidup
bersama” itu.
e. Pembentukan kemauan, dalam hal ini anak didik memiliki kemauan untuk
membentuk diri sendiri dengan kata lain, bahwa dengan pembentukan
kemauan ini anak didik mampu mempunyai kesanggupan untuk berbuat
kesusilaan atas kemauan dan pertanggung jawaban sendiri.

13
2.2.5 Lingkungan Pendidikan

2.2.5.1 Pengertian Lingkungan Pendidikan

Lingkungan dan kaitannya dengan manusia sebagai pelaku utama peristiwa


belajar atau pendidikan menjadi dasar utama dalam kajian materi lingkungan
pendidikan. Lingkungan yang digunakan anak atau peserta didik sebagai tempat
untuk bertumbuh dan berkembang sejalan dengan proses pembela atau pendidikan,
baik dari segi kognitif atau kecerdasan, interaksi sosial sesama peserta didik,
kemampuan bertahan hidup serta rangkaian proses lainnya untuk belajar mengenal
dunia.

Mengutip dari Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar


lingkungan merupakan bagian kehidupan dari anak didik. Dalam lingkungan lah
anak didik hidup dan berinteraksi dengan mata rantai kehidupan yang disebut
ekosistem. Saling ketergantungan antar lingkungan biotic dan abiotic tidak dapat
dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhluk
hidup yang termasuk kelompok biotic.

Menurut Startain seorang ahli psikologi asal Amerika Serikat dalam buku
Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa lingkungan ialah meliputi semua kondisi,
kondisi dalam dunia ini yang dalam cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan dan perkembangan atau life process kita. Kecuali gen, bahkan gen
dapat pula dipandang bagi menyiapkan lingkungan bagi gen yang lain.

Sedangkan pendidikan harus dipahami sebagai suatu proses yang


berkesinambungan dan saling berkaitan melalui proses yang mengalami pembaruan
atau perubahan ke arah yang lebih baik. Dan dapat pula diartikan sebagai proses
pemahaman, penalaran dan proses dari tidak tahu menjadi tahu.

Mengutip dari M.Sayudi dalam bukunya yaitu Pendidikan Dalam Perspektif


Al Qur'an menjelaskan bahwasanya pendidikan juga merupakan seluruh aktivitas
atau upaya secara sadar dan dilakukan oleh pendidik atau guru kepada peserta didik
terhadap semua aspek perkembangan kepribadian baik secara jasmani atau rohani,

14
secara formal maupun informal yang berjalan terus menerus untuk mencapai
kebahagiaan dan nilai yang tinggi baik nilai insaniyah maupun ilahiyah.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan pendidikan adalah semua aspek baik aspek akan maupun berbagai aspek
sosial yang dapat memberikan penjelasan serta mempengaruhi tindakan, tumbuh
kembang peserta didik agar menjadi manusia yang berpengetahuan, mempunyai
akhlak yang baik dan bernilai tinggi dan dalam prosesnya baik formal maupun
informal sebagai interaksi manusia dan penalarannya dengan lingkungan sebagai
proses belajar.

Karena poin-poin diatas menyuguhkan betapa pentingnya faktor lingkungan


dalam proses pendidikan, maka kita berusaha menciptakan lingkungan yang ramah
untuk belajar. Dalam lingkungan yang positif, kondusif, serta penuh dukungan
maka perkembangan anak sejalan menjadi lebih optimal atau progresif. Dan
sebaliknya, jika lingkungan tidak kondusif maka perkembangan peserta didik
cenderung tetap atau bahkan mungkin berkurang, lingkungan yang negatif
menghambat proses belajar dan akan mengarah ke destruktif.

2.2.5.2 Macam-macam Lingkungan Pendidikan

Lingkungan sebagai media pendidikan, kita sering melihat adanya


interaksi antara sesama manusia dalam pergaulan yang erat kaitannya dengan
proses belajar. Pergaulan tersebut antara lain :

a. Interaksi sesama anggota keluarga dan dalam proses pendidikannya


menjadikan anak menjadi pribadi yang baik
b. Pergaulan di sekolah antar teman sebaya
c. Interaksi masyarakat dalam satu lingkungan kemasyarakatan

Dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga menjadi kunci utama


pembentukan pribadi anak sebagai media pertama dan utama, kemudian digabung

15
dengan pendidikan di lingkungan sekolah dan sosialisasi dengan teman sebaya,
kemudian pergaulan lebih luas di dalam lingkungan masyarakat.
Berdasarkan Tri Pusat Pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara
klasifikasi lingkungan pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Lingkungan keluarga
Mengutip dari situs kompas.com Keluarga merupakan unit sosial
terkecil dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, sebagai unit
pertama dan utama keluarga memegang peranan dalam pembentukan
pribadi setiap individu. Karena disitulah tahap awal proses sosialisasi.
Keluarga adalah masyarakat alamiah yang pergaulannya bersifat
khas dan intim. Dilingkungan ini terletak dasar-dasar pendidikan yang
berlangsung dengan sendirinya sesuai dengan tatanan pergaulan yang
berlaku di dalamnya.
Di dalam lingkungan keluarga, terjadi proses sosialisasi pendidikan
diantara lain regulasi peranan hak dan kewajiban setiap anggota keluarga
baik internal maupun eksternal dalam lingkup sosial.
Pembiasan akhlak/perangai adab serta kebiasaan baik dalam
keluarga serta penanaman Nilai-nilai keteladanan dari orang tua kepada
anak anaknya.
b. Lingkungan sekolah
Pendidikan dasar pada lingkungan keluarga harus diimbangi dengan
pendidikan berbasis sekolah untuk melengkapi proses pendidikan yang
lebih kompleks dan terfokus pada perkembangan akhlak dan akademik serta
menjadi fungsi sebagai pusat pendidikan untuk menyebut pribadi anak.
Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

16
Sekolah hadir untuk memfasilitasi setiap warga negara mendapat
pendidikan yang merata sesuai dengan minat dan bakat. Dalam proses
pendidikan di sekolah tidak selalu berhubungan dengan nilai akademis saja,
banyak pelajaran yang dapat diambil, dalam perkembangan fisik, psikologi
dan emosional anak akan mendapatkan pengalaman baru dalam lingkup
sosialnya dengan anak-anak yang lain yang berbeda status dan latar
belakang. Lambat laun anak akan membebaskan diri dari ikatan rumah
tangga untuk mencapai kedewasaan dalam hubungannya dengan
masyarakat luas.
c. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat dengan ruang lingkup yang luas bisa menjadi media
belajar bagi seorang anak diluar lingkungan keluarga dan sekolah.
Dalam ruang lingkup yang kompleks ini setiap individu dituntut
untuk mematuhi norma yang berlaku dan nilai-nilai dalam masyarakat itu
sendiri yang akan menjadikan individu menjadi tertib sesuai norma sosial
yang berlaku.

2.2.6 Pendidikan Sebagai Sistem

2.2.6.1 Pengertian Sistem

Sistem atau "systema" yang diambil dari bahasa Yunani berarti kumpulan
bagian atau komponen yang saling terhubung secara teratur dan menyeluruh.

2.2.6.2 Pengertian Pendidikan

Sedangkan pengertian pendidikan mengutip dari jurnal Pendidikan Sebagai


Suatu Sistem adalah salah satu upaya untuk mewujudkan atau membentuk manusia
seutuhnya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

17
2.2.6.3 Sistem Pendidikan Nasional
Sistem yang dirancang secara teratur dan terpadu demi terciptanya tujuan
pendidikan sebagaimana mestinya. Tujuan pendidikan nasional seperti yang
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia" secara utuh dijelaskan bahwasanya
pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan setiap warga negara Indonesia
dan memiliki Budi yang luhur. Unsur-unsur penting pendidikan nasional yaitu
Pendidikan Nasional sebagai suatu sistem merupakan satuan kegiatan antara alat
dan tujuan yang sangat penting untuk mencapai tujuan cita cita nasional.

Menurut jurnal Pendidikan Sebagai Suatu Sistem, Pendidikan nasional


sebagai sesuatu sistem yang dilaksanakan secara semesta artinya warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan. Menyeluruh mencakup
semua jalur. Jenjang dan jenis pendidikan. Sedangkan terpadu diartikan saling
keterkaitan antara sistem pendidikan dengan seluruh usaha pembangunan nasional.
Pendidikan Nasional sebagai suatu sistem yang harus dilihat secara keseluruhan
unsur dan kegiatan pendidikan yang saling berkaitan satu sama lain dan saling
menunjang dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. UUSPN No. 20 Tahun
2003 menyatakan: sistem pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait dan terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.

2.2.6.4 Pendidikan sebagai suatu sistem

Demi tercapainya tujuan pendidikan, Proses pendidikan khususnya di


sekolah yang bekerja langsung maupun tidak langsung itulah yang disebut sebagai
sistem pendidikan. Serangkaian proses yang merupakan interaksi fungsional antara
komponen-komponen pengambil kebijakan pusat, provinsi, kabupaten/kota serta
penyelenggara pendidikan di sekolah yang merupakan penjabaran tujuan nasional.
Demi tercapai tujuan pendidikan, pendidikan harus memiliki 3 unsur utama yakni

18
masukan, usaha/proses, dan hasil usaha. Demi terciptanya tujuan pendidikan yang
maksimal, masing-masing komponen harus sejalan dan berkesinambungan.
Masukkan berupa peserta didik dengan minat bakatnya, proses merupakan
serangkaian transfer pengetahuan dan usaha memaksimalkan potensi serta hasil
akhir berupa sikap dan keterampilan yang dimiliki.

Hal ini sejalan dengan Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang


Sistem Pendidikan Nasional Menimbang :

a. Bahwa pembukaan Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945 mengamanatkan pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
b. Bahwa Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengamanatkan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
c. Bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu Menjamin pemerataan
Kesempatan pendidikan, Peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi
manajemen Pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan
tuntutan perubahan Kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu
dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.
d. Bahwa Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional tidak memadai lagi, dan perlu diganti serta perlu disempurnakan
agar sesuai dengan amanat perubahan Udang-Undang dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945 ;

19
e. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b,
c, dan d perlu dibentuk Undang-undang tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

Mengingat bahwa pada Pasal 20, pasal 21, Pasal 28 C (ayat 1), pasal 31, dan
pasal 32 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan
persetujuan bersama DPR maka presiden Republik Indonesia memutuskan UU
Pasal 1 Tentang Pendidikan Nasional. Dalam Undang-undang dimaksud dengan :

1) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2) Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.
3) Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang
saling terikat secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
4) Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
5) Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
6) Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, Widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.

20
7) Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk
mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
8) Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang dicapai serta kemampuan
yang dikembangkan.
9) Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan
pendidikan di suatu satuan pendidikan.
10) Suatu pendidikan adalah sekelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, informal, dan nonformal
pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

21
BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komponen Pendidikan merupakan bagian-bagian dari sistem proses


pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses
pendidikan. Komponen-komponen Pendidikan meliputi :

a. Peserta didik
b. Tujuan Pendidikan
c. Pendidik
d. Alat Pendidikan
e. Lingkungan Pendidikan
f. Pendidikan Sebagai Sistem

Dengan adanya kesinambungan antara komponen pendidikan yang satu


dengan yang lainnya maka sistem pendidikan dapat berjalan dengan baik dan
berhasil.

22
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Munir. 2018. Pengantar Ilmu Pendidikan. Palopo: Lembaga Penerbit Kampus IAIN
PALOPO

Siregar, Nurul Fithri Almaududi dkk. 2019. “Penerapan Sistem Pendidikan Pada
Pembelajaran PAI di Sekolah Luar Biasa ABC Taman Pendidikan Islam”: Jurnal
At-Tazakki Volume 3 Nomor 1 (hlm. 61-68). Medan: UIN Sumatera Utara

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.


8 Juli 2003. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4301.
Jakarta Suwarnoo, Wiji. 2008. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruzz
media.

Rohman, Arif. 2010. Pendidikan Komparatif. Yogyakarta: LaksBang Mediatama Dwi


Siswoyo, dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.Sistem Pendidikan Nasional.


27 Maret 1989. Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6. Jakarta

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14


Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas RI: Jakarta

Djamarah, Syaiful Bahri. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Purwanto, M. Ngalim. (2020). Psikologi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


hlm.28

23

Anda mungkin juga menyukai