Anda di halaman 1dari 35
KESULTANAN MUGHOL INDIA (TAHUN 1526-1858 M) Oleh : HS. Suhaedi (Dosen Fakultas Ushuluddin Dakwah dan Adab IAIN SMH Banten) Abstrak : Setelah Mongol menghancurkan Baghdad pada tahun 1258 Masehi, tidak hanya mengakhiri kekhalifahan Abbasiyah, tetapi juga mewarnai corak perkembangan politik Dunia Islam, yang semula bersatu di bawah naungan Kekhalifahan Daulah Abbasiyah. Daulat- daulat kecil yang semula sebagai kaki tangan khalifah Daulah Abbasiyah, sejak saat itu secara serius diuji untuk membuktikan dirinya sebagai penyangga Negara Islam (The Buffer Of Islamic State). Kata Kunei : Kesultanan Mughol, India Pendahuluan Seiring dengan “Hukum Sejarah” seperti itu, umat Islampun terpecah-pecah menjadi pendukung dari setiap kantong-kantong pranata politik, yang sangat tidak memungkinkan saat itu adanya pengawasan menyeluruh, ketika layaknya masih ada kekhalifahan Dinasti Abbasiyah. Akan tetapi, dampak positif dari kondisi tersebut adalah masing-masing kawasan dari daulat-daulat kecil menampilkan berbagai potensi peradaban yang dimilikinya, sejalan dengan kelebihan dan kekurangannya dalam mengaktualkan “Al-Islam”! Pada abad ke-16, situasi politik umat Islam berkembang kembali menjadi sebuah sistem politik yang “relative universal” dengan munculnya tiga kerajaan besar yaitu: Pertama : Turki Utsmani, kedua : Safawi Pesia, dan ketiga : Mughol India. Ketiganya (Turki Utsmani, Safawi, Kesultanan Mughol) mampu menyatukan kembali kantong-kantong politik yang bercerai (disintegratif) di ' Ajid Thohir, Mughol India, (Bandung : Dialektika Budaya, 1999), p.64 TSAQOFAH 170 VOL. 11. NO. 02 JULI-DESEMBER) 2013 seluruh kawasan Dunia Islam dan memiliki proses serta fenomena yang khas dan berbeda. Kondisi Sosial Keagamaan di India Gambaran umum masyarakat India saat Islam memasuki wilayah India, seperti yang dijelaskan Al-Biruny, menunjukan suatu indikasi yang sangat menyulitkan bagi proses Islamisasi. Untuk melihat hal itu, ada lima hal yang menjadi titik perhatiannya sekaligus menjadi ciri khas masyarakat India pada saat itu, yakni bahasa, agama, tradisi, kebencian terhadap orang asing, fanatisme dan keangkuhan budaya. 2 Bahasa orang-orang India memiliki bahasa yang sangat jauh berbeda dengan bahasa yang umumnya dimiliki kaum mustimin saat itu, Arab dan Persia. Masyarakat India memiliki bahasa Sansekerta, yang terbentuk oleh pengalaman sejarah yang sangat panjang, memiliki nuansa psikologis dan filosofis yang dalam dan rumit. Masyarakat India seringkali misalnya menyebut suatu benda atau sesuatu yang sama tetapi dengan nama yang berbeda atau sebaliknya. Orang-orang Hindu sangat membanggakan kebiasaan dan kebesaran ini. Bahasa mereka juga terbagi pada berbagai bahasa kelompok kasta, dan yang tetap terpelihara hanyalah disekitar kelompok terdidik dan terlatih. Bagi orang-orang Arab dan Persia sulit membedakan kata- kata yang diucapkan masyarkat India, sehingga pemyataan- pemyataannya hampir tidak mungkin untuk dinyatakan dalam tulisan. Masyarakat India berbeda secara mutlak dalam tradisi keagamaan dan sangat kuat dalam mempertahankan tradisinya. Sekalipun diantara meraka sendiri ada perselisihan dalam persoalan pokok ketuhanan, namun hanya sebatas berperang kata saja. Mercka tidak pernah berkorban harta atau jiwa dalam pertentangan agama. Namun sebaliknya, semua kefanatikan agama diarahkan untuk melawan orang-orang asing yang mereka anggap najis. Mereka dilarang untuk berhubungan dengan orang asing, baik dalam perkawinan, duduk bersama atau minum dan sebagainya. Bagi mereka, yang tetkena orang asing akan sama najisnya, sekalipun tersentuh air dan api yang dipakai oleh orang asing yang saat itu Bangsa Arab dan Bangsa Persia. Bahkan bagi orang asing yang hendak memeluk agama mereka (Hindu) harus dicurigai. Yang jelas, 2 Ajid Thohir, Ibid. .64 KESULTANAN MUGHOL INDIA. 171 HS. SUHAEDT orang-orang Hindu di India sulit diajak hidup bersama karena pandangan dan tradisi agamanya sangat arogan. Dikalangan masyarakat Hindu terdapat sikap yang sangat radikal yang sclalu menghargai pada setiap generasinya, seperti menakut-nakuti anak-anak mereka pada setiap orang asing bahwa pakaian dan cara adat istiadat kehidupan pendatang adalah keturunan setan. Begitupun orang-orang Budha menaruh kebencian yang dalam pada setiap orang-orang yang datang dari negara-negara sebelah barat. Karena berdasarkan pengalaman terdahulu. Agama Budha terusir dari Balk, Khurasan, Irak dan Persia dan pengikut- pengikutnya meninggalkan tempat itu saat Zarathustra mendominasi negara-negara belahan Barat. Selain itu juga, masyarakat Hindu memiliki kesombongan yang cukup kuat. Kesombongan orang-orang Hindu , diantaranya adalah mereka menganggap bahwa dirinya adalah yang terbaik diantara negara-negara lain. Mereka percaya bahwa tidak ada negara seperti milik mereka. Dengan kesombongan yang begitu rupa, maka apabila ada penduduk mereka berkata “ada pakar di Khurasan atau Persia” segera tokoh-tokoh mereka bilang “orang yang berkata begitu adalah bodoh dan penipu” Gambaran Al-Biruny tentang masyarakat India ini nampaknya membenarkan adanya teori “Reseistensi Kaum Hindu” terhadap Islam. Resistensi Kaum Hindu, menurut Ajid Thohir (1996:76) adalah teori-teori tentang perpindahan agama (konversi) dan penaklukan India. Resistensi Kaum Hindu terbagi kepada dua pendapat. Pertama : penaklukan dan konversi yang seluruhnya dilakukan oleh sebagian besar para pedagang. Kedua :Penaklukan dan konversi yang seluruhnya dilakukan melalui jalan damai. Teori yang pertama dikembangkan oleh sejarawan Inggris dan Nasionalis India, seperti Elliot, Coussens. Majumdar dan Vayidya. Teori kedua didukung oleh tokoh muslim India modern dan Nasionalis Pakistan seperti Habib dan Quraisyi. Pembentukan Pemerintahan Muslim 1. Periode Muhammad Bin Qosim sampai Gaznawi (711-1186 Masehi) Sejarah Islam di India mengalami proses yang cukup panjang. Kaum muslimin mengenal daerah India ---dengan sebutan “Sind” sejak tahun 711 Masehi, ketika panglima Kekhalifahan TSAQOFAH 472 VOL. 11. NO. 02 (JULI-DESEMBER) 2013 Daulah Umayah yaitu Muhammad Bin Qasim menyerbu wilayah India. Selama tiga tahun pemerintahan Kekhalifahan Daulah Umayah Periode Khalifah Al-Walid---menduduki daecrah India, tepatnya didaerah Lembah Indus Bawah. Selanjutnya, 300 tahun kemudian pasukan Kekhalifahan Daulah Abbasiyah di bawah pimpinan Mahmud Gazna (973-1073 Masehi)--- anak seorang panglima budak Turki, Alptaqin---menggantikan Mahmud Gazna — dan menyempurnakan pendudukannnya di daerah India tahun 1030 Masehi. Alptaqin mampu menguasai daerah India Utara dan daerah Lahore. Sekalipun demikian, pusat pemerintahannya (Alptaqin) dibangun di daerah antara Afghanistan dan Khurasan. Wilayah Afghanistan dan wilayah Khurasan hanya sekedar dijadikan daerah taklukan saja, dan melalui para pelanjut Alptaqin, Islam diperkenalkan di daerah Afghanistan dan Khurasan. Antara tahun 1030 Masehi sampai berakhirnya pemerintahan Muhammad Qasim pada tahun 1186 Masehi, banyak para sarjana, penyair, guru- guru sufi dari kota-kota Asia Tengah, Iran dan wilayah Arab termasuk Samarkand, Bukhara, Kasgar, Naisabur terutama Baghdad tertarik untuk tinggal di Lahore. Mereka mengisi daerah-daerah baru kaum Muslimin dengan berbagai pengalaman dan potensi yang telah dikembangkan di daerah sebelumnya. Dan antusisme Sultan-sultan Ghaznawi yang memakai pola administrasi dan cultural Persia, secara umum mendukung pembangunan peradaban ini dan menghentikan tradisi “Step Turki-Pagan” yaitu pengenalan atau penjelajah wilayah. 2. Periode Kesultanan Delhi (1192-1525 Masehi) Jatuhnya Ghaznawiyah oleh salah satu kelompok penguasa pusat di Abbasiyah, yaitu Bani Saljuk telah memberikan ksempatan kepada salah seorang Jendral Ghaznawi untuk tampil menyelamatkan wilayah-wilayah yang telah diwariskan kepadanya. Dia adalah Ghiyatsuddin Muhammad dan Muizudin Muhammad (dua bersaudara). Pada tahun 1192 Masehi, Muizzudin Muhammad menggunakan budak-budak dari daerah Ghuri untuk melebarkan pengaruhnya dan memasuki kota-kota Delhi dan Ajmar, dan sebab itulah Muizzudin Muhammad dikenal sebagai panglima para budak, dengan gelar Muhammad Ghuri. Penaklukan-penaklukan yang dilakukan Muhammad Ghuri ke daerah-daerah utara, tidak seperti tuannya, Muhammad Ghazna. Muhammad Ghuri menempatkan militer di sana (Delhi) sebagai KESULTANAN MUGHOL INDIA. 173 HS. SUHAEDI bangunan politik. Periode pemerintahan Muhammad Ghuri ini dikenal dengan nama “Kesultanan Para Budak”, dan selama pemerintahan Muhammad Ghuri, tujuh panglima budak (sultan-sultan lokal) memimpin daerah-daerah kekuasaannya secara silih berganti, bahkan tidak jarang untuk bertikai. Diantara sultan-sultan itu adalah pertama : Sultan Alaudin Kalji (1296-1316 Masehi), yang mengontrol secara luas daerah-daerah pusat dan daerah Selatan India, kedua Muhammad Bin Tughlug (1325-1351 Masehi) yang melanjutkan penaklukan kedaerah-daerah pedalaman diselatan India dan bergerak terus ke Devagiri.? Kesuksesan diantara_—sultan-sultan budak dalam pemerintahan di sekitar India bukan hanya menghasilkan kontrol politik, tetapi juga sangat mewarnai dalam proses Isiamisasi di wilayah India. Salah satu cara yang dilakukan para penguasa untuk mengenalkan Islam pada masyarakat India adalah menerjemahkan teks-teks ke-Islaman yang berjumlah kurang lebih 1500 buah teks dari teks Bahasa Arab dan teks Bahasa Persia kedalam berbagai bahasa lokal masyarakat India. Dengan demikian, pemikiran tentang ke- Islaman, masuk kedalam masyarakat India kecuali dipusat-pusat masyarakat Hindu yang ekstrim terhadap ajaran Islam seperti di daerah Vijayanagar. Mayasarakat muslim di wilayah Asia Selatan ini secara keseluruhan mengembangkan warisan “Jrano-Turkish” dalam membangun peradaban di wilayah India. Dalam hal tradisi militer masyarakat India memiliki dasar-dasar karakter bangsa Turki, sedangkan dasar-dasar aspek administrasi politik dan bahasa komunikasi pemerintahan (the language of high culture) menggunakan bahasa Persia, dan menjadikan bahasa Persia sebagai bahasa resmi di seluruh wilayah yang berada di bawah pemerintahan Muslim India. Arus pemikiran Islam yang membeku di Timur Tengah pada saat itu--- akibat suasana yang mencekam oleh situasi Mongolisme--- kembali mencair oleh bangkitnya keislaman di wilayah Asia Selatan, terutama daerah Hijaz sebagai wilayah persimpangan antara India dan Mekkah. Contoh yang sangat spesifik dalam hal ini adalah : pertama : adanya hubungan Sultan Muhammad Tughluq yang begitu dalam dengan pemikiran Ibnu Taymiyah tahun (1263-1327 Masehi) seorang pemikir pasca- Mongol (the pos-Mongol Period) kedua : terbitnya sebuah buku yang mengetengahkan sejarah 3 Ajid Thohir, Ibid...67 TSAQOFAH 174 VOL. 11, NO. 02 GULI-DESEMBER) 2013 politik muslim di India. Dan buku ini dipandang sebagai “Blue Print” bagi pemerintahan Mamluk budak yang merupakan hasil karya Fakhri Mudabbir yang diberikan kepada Sultan Muhammad Ghuri dan Qhutbudin Aybaq berjudul “Adab Al-Muluk Wa Khilafah Al-Muluk” dan “Adab Al-Harby Wa Al-Syaja’al”. Sultan-sultan budak setelah periode Sultan Alaudin Khalji (1290-1320 Masehi) dan Muhammad Bin Tughlug (1320-1413 Masehi) mulai menurun. Pada periode ini dipegang oleh keluarga budak Sayid (1414-1415 Masehi) dan keluarga Lodi (1451-1526 Masehi). Banyak kekuatan muslim dan non-muslim yang melepaskan diri menjadi wilayah-wilayah merdeka. Sekalipun demikian, tradisi Persia tetap terpelihara dalam bahasa-bahasa administrasi di wilayah- wilayah kekuasaan yang dipegang oleh keluarga budak Sayid dan keluarga Lodi. Secara keseluruhan, periode pembentukan pemerintah muslim di India pada masa ini adalah dominasi Turki yang sepak terjangnya bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan (jabatan) yang mereka miliki dari serangan orang-orang non-Turki baik penetap atau yang migrasi ke India. Inilah yang disebut gerakan “Islam Politik Turki” . Pada masa ini, Islam di wilayah India sudah mulai dimunculkan yang memindahkan kekuasaan dari India Utara ke India Tengah sebagai upaya pengontrolan terhadap wilayah Selatan India. 3. Kesultanan Mughal (1526-1858 Masehi) Setelah periode Sultan Alaudin Khalji dan Muhammad Bin Tughlug memerintah kemudian dilanjutkan oleh keluarga Sayyid (1414-1451 Masehi) (Keluarga Sayyid ini masih dari keluarga Turki yang diberikan kekuasaan dan kepercayaan oleh sultan-sultan sebelumnya) dan keluarga Lodi (1451-1512 Masehi) (keluarga Lodi inipun masih dari keluarga Turki dan mereka juga sama mewarnai tradisi Turki). Kondisi kekuasaan Islam di India setelah ditinggalkan Sultan Alaudin Kalji dan Muhammad Bin Thuglug mengalami kemunduran dan menunjukan hal yang sangat rumit sekalipun sebelumnya memang rumit yakni bangkit pikiran ulama yang percaya bahwa sctiap kerajaan yang merdeka adalah khalifah di tengah-tengah lingkungannya sendiri. Dari sini berbagai daerah muncul dengan tokoh-tokoh sentralnya seperti : Fakhruddin Mubaraq (1336 Masehi) di wilayah Bengal, Syamsudin Syah Mirza Swati (1346 Masehi) di wilayah Kashmir, Zafar Khan Muzaffar (1391 Masehi) di wilayah Gujarat, SSS KESULTANAN MUGHOL INDIA 175 HS. SUHAEDI Malik Sarvar (1349 Masehi) di wilayah Jawanfur, Dilavar Khan Husain Ghury (1401 Masehi) di wilayah Malwa dan seterusnya. Mereka saling bertikai sesuai dengan kemampuan mesin militemya masing-masing dalam hal ini tentara-tentara budak. Bahkan Ibrahim Lodi (1517-1526 Masehi) yang merupakan keturunan dari keluarga besar Lodi dan juga merupakan keturunan pewaris kesultanan budak yang terakhir di wilayah Delhi India mengalami berbagai_kesulitan menegakkan kembali kewibawaan politiknya. Hal ini mungkin diakibatkan ketidak mampuan Ibrahim Lodi menjalankan roda pemerintahannya. Atas dasar itu, Alam Khan yang juga merupakan keturunan dari keluarga besar Lodi yang lain juga mencoba menggulingkannya dengan meminta bantuan Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 Masehi), salah seorang cucu Timur Lenk dan penguasa wilayah Ferkihana (Badri Yatim, 1993:147). Permintaan bantuan dari Alam Khan kepada Zahiruddin Muhammad Babur itu langsung diterima oelh Zahiruddin Muhammad Babur dengan terbuka dan kemudian pasukan Alam Khan dan pasukan Zahiruddin Muhammad Babur secara bersama-sama menyerang wilayah Delhi. Pada tanggal 21 April tahun!526 Masehi terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat di daerah Panipat. Ibrahim Lodi beserta ribuan pasukannya terbunuh dan Zahiruddin Muhammad Babur langsung mengikrarkan kemenangannya dan menegakan pemerintahannya. Dengan demikian berdirilah sebuah pemerintahan yang dikenal dengan nama “Kesultanan Mughol” dan mengakhiri kesultanan budak-budak Turki. Menurut Ajid Thohir, Zahiruddin Muhammad Babur adalah cucu Timur Lenk, ibunya keturunan Jenghis Khan. Zahiruddin Muhammad Babur bukan hannya sekedar panglima perang tetapi juga sebagai penguasa daerah Ferghana yang berambisi menaklukan wilayah sekitarnya, terutama Samarkand.* 3.1. Pemerintahan Zahiruddin Muhammad Babur Zahiruddin Muhammad Babur dilahirkan pada hari Jum’at tanggal 24 Februari tahun 1438 Masehi. Ayahnya bernama Umar Sheikh Mirza yang merupakan keturunan kelima dari Timur Yang Agung adalah penguasa Ferghana atau Kokhand, atau negeri kecil di daerah aliran Jaxartes bagian atas. Dari pihak ibunya, Zahiruddin * Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : LSIK, 1993), p. 147 5 Ajid Thohir, Op. Cit 76 TSAQOFAH 176 VOL. 11. NO. 02 ULI-DESEMBER) 2013, Muhammad Babur mempunyai darah dengan Jengis Khan. Zahiruddin Muhammad Babur sebetulnya bukan orang Mughol. Di dalam memorinya “Zahiruddin Muhammad Babur menyebut dirinya bukan orang Turki”, Akan tetapi cukup aneh, dinasti yang didirikan Muhammad Babur dikenal dengan nama Dinasti Mughal, sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia Tengah, dan meskipun wilayah timur dan semua pengikutnya “menyumpahi” nama itu sebagai musuhnya yang paling sengit, nasib merekalah untuk dsebut dengan nama itu, dan nampaknya terlambat untuk memperbaiki kesalahan itu. Ketika baru saja berusia sebelas tahun, Zahiruddin Muhammad Babur kehilangan ayahnya. Zahiruddin Muhammad Babur menunjukan keberanian yang luar biasa, karena Zahiruddin Muhammad Babur mendapatkan latihan sejak dini, yang cocok untuk membuatnya menjadi seorang pejuang dan penguasa besar. Setelah naik tahta, Sultan Zahiruddin Muhammad Babur segera membuat rencana untuk memulihkan imperium di Asia Tengah dan kekuasaan nenek moyangnya yang agung-- yang berada di wilayah kawasan timur. Sultan Zahiruddin Muhammad Babur dua kali merebut Samarkand, namun demikian, Sultan Zahiruddin Muhammad Babur sering kali diusir dan bahkan untuk sementara waktu kehilangan Ibu Kota Ferghana . © Kekalahan-kekalahan yang dialami oleh Sultan Zahirudin Muhammad Babur, menjadikan Sultan Zahirudin Muhammad Babur seorang petualang, sebagaimana yang ditulis dalam memorinya “ Bergerak dari satu medan ke medan lain, laksana sebuah raja di atas papan catur”. Dengan bantuan Raja Khurasan, Sultan Zahirudin Muhammad Babur mulai meninggalkan Ferghana dan melakukan penyebrangan ke Hindukush dan berhasil merebut wilayah Kabul dan daerah Gazni pada tahun 1540 Masehi. Kekayaan daerah India, mulai memberikan inspirasi kepada Sultan Zahirudin Muhammad Babur untuk menduduki wilayah tersebut (India). Penyerbuan pertama ke daerah India diarahkan kepada orang-orang Yusuf Zals pada tahun 1516 Masehi. Pada Tahun 1520 Masehi dikirim kembali suatu ekspedisi untuk melawan Bajaur. Pada tahun 1524 Masehi, Sultan Zahirudin Muhammad Babur menyerang daerah Dipalpur. © Syed mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1991), p.348 ee KESULTANAN MUGHOL INDIA 177 HS, SUHAEDI 3.1.1.Pertempuran Panipat Pertama Pada tahun 1525 Masehi, Sultan Zahirudin Muhammad Babur berangkat dari Kabul menuju daerah Punjab untuk menguasai daerah tersebut---dan berhasil menguasainya. Kemudian Sultan Zahirudin Muhammad Babur melanjutkan ekspedisinya ke daerah Delhi,-- dan daerah Panipat, “Suatu tempat yang bersejarah” Sultan Zahirudin Muhammad Babur bertemu dengan tentara Ibrahim yang terdiri dari 100.000 orang pada tanggal 21 April 1526 Masehi. Perlengkapan Sultan Zahiruddin Muhammad Babur tidak memadai, hanya berbekal watak dan pengalaman seorang jendaral veteran. Pada tahun 21 April 1526 Masehi tentara Delhi bergerak maju menyerang pasukan Sultan Zahiruddin Muhammad Babur yang menggunakan strategi berlindung dari parit-parit dan rintangan-rintangan yang dilengkapi dengan meriam dan senapan lantak. Menjelang tengah hari, pasukan Delhi terkepung dari berbagai jurusan dan kemudian berhasil dihancurkan oleh pasukan Sultan Zahiruddin Muhammad Babur bahkan Sultan Ibrahim terbunuh. 3.1.2. Pertempuran Khauna Periode pemerintahan Sultan Zahiruddin Muhammad Babur diwarnai masa konsolidasi kekuasaan dengan mewarisi pemerintahan sebelumnya. Pada masa ini raja-raja Hindu Rajputh (seperti Rana Sanga) di seluruh India bangkit kembali mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Islam. Mereka memberontak pada tahun 1526-1527 Masehi. Nampaknya hal ini memanfaatkan masa-masa transisi politik dari penguasa-penguasa Turki ke penguasa Mongol--- selanjutnya disebut Moghul.” Rana Sanga dari Mewar bergerak maju untuk menyerang pemerintahan Sultan Zahiruddin Muhammad Babur dengan suatu pasukan yang terdiri atas 120 kepala suku, 80.000 pasukan berkuda, 5000 pasukan penunggang gajah dengan dibantu oleh para pasukan Marwe, pasukan Amber, pasukan Gwallior, pasukan Ajmer dan pasukan Chanderi serta Sultan Mahmud Lodi. Pada tanggal 16 Maret 1527 Masehi terjadilah pertempuran pasukan Rana Sanga dengan pasukan Sultan Zahirudin Muhammad Babur di Kauna. Orang-Orang Mughal berjuang dengan keberanian yang luar biasa sehingga berhasil mematahkan barisan-barisan Rajhput (Rana Sanga). Dengan mengalahkan Rajhput ( Rana Sanga), Sultan Zahirudin Muhammad ” Syed Mahmudunnasir, Ibid..349 TSAQOFAH 178 VOL. 11. NO. 62 JULI-DESEMBER) 2013 Babur menjadi raja India Tengah karena Sultan Zahirudin Muhammad Babur telah merebut daerah Babo. 3.1.3. Perang Gogra. Setelah berhasil menghancurkan Rajhput, langkah selanjutnya Sultan Zahiruddin Muhammad Babur mengalihkan serangannya ke daerah Afghan di sebelah timur. Pada saat itu Mahmud Lodi, saudara Ibrahim yang telah berhasil merebut daerah Bihar, dan sebagian besar negeri kawasan timur memberikan pernyataan memiihak kepada Sultan Mahmud Lodi. Kemudian Sultan Zahiruddin Muhammad Babur mulai mengirimkan anaknya yang bernama Askari untuk menumpas pemberontakan yang dilakukan oleh Jalaludin Babar Khan Lohari dan berhasil menguasainya. Pada tanggal 16 Mei 1529 Masehi, Sultan Zahiruddin Muhammad Babur mulai mempersiapkan penyerangan ke daerah Afghan, melalui daerah Benggala yang kemudian masuk ke daerah Afghan dan mendapat perlawanan dari Barbar Khan Lohari (yang berhasil menyelamatkan diri setelah terjadi pertempuran di daerah Bihar), Sultan Mahmud Lodi dan Nasrat Shah (penguasa Benggala) di daerah Gogra yang menghasilkan perjanjian perdamaian yang ditandatangani oleh Nasrat Shah dari Benggala. Berdasarkan tiga peristiwa tersebut di atas, Sultan Zahiruddin Muhammad Babur telah berhasil menundukan India Utara. Pemerintahan Sultan Zahiruddin Muhammad Babur telah meninggalkan sebuah imperium yang meliputi Badakhshan, Afghanistan, Punjab, Delhi, Dataran Bihar dan wilayah-wilayah yang ditandai dengan benteng-benteng Biyana, Ranthambhor, Gwalior dan Chander. Pada tanggal 26 Desember 1530 Masehi Zahiruddin Muhammad Babur meninggal dunia. 3.2. Pemerintahan Sultan Humayyun Sultan Humayyun memerintah Kesultanan Mughol antara tahun 1530-1556 Masehi. Periode pemerintahan Kesu!tanan Mughol di bawah kepemimpinan Sultan Humayyun banyak diwarnai kerusuhan dan pemberontakan. Hal ini dimungkinkan karena usia pemerintahan Kehalifahan Dinasti Moghul yang diwariskan ayahnya Khalifah Sultan Zahiruddin Muhammad Babur kepada Khalifah Humayyun relatif masih muda dan belum stabil seperti yang terjadi pada Kekhalifahan Dinasti Mughol sebelumnya ketika dipegang oleh Sultan Zahiruddin Muhammad Babur. Salah satu dinasti yang berada KESULTANAN MUGHOL INDIA 179 HS. SUHAED! di wilayah kawasan Afghanistan, yang pada saat itu dipegang oleh Sher Khan Suri menginvasi kekuatan Kesultanan Dinasti Mughol pada tahun 1539 Masehi, tepatnya menginvasi pusat pemerintahan Kesultanan Dinasti Mughol pada masa pemerintahan Sultan Humayyun di Delhi. Pasukan Kesultanan Dinasti Mughol dipimpin oleh Sultan Humayyun mengalamai kehancuran akibat serangan Sher Khan Suri yang mengakibatkan situasi dan kondisi Kesultanan Mughol tidak menentu. Akan tetapi Khalifah Humayyun berhasil meloloskan diri dari serangan yang dilakukan oleh Sher Khan Suri. Sultan Humayyun penguasa Kesultanan Mughol kemudian pergi ke Persia dan diterima baik oleh Sultan Daulah Safawi yang bernanma Syah Thampsh. Di daerah Persia inilah Sultan Humayyun mengenal tradisi aliran-aliran Syi’ah, termasuk anaknya Sultan Humayyun yang bernama Jalaludin Muhammad Akbar. ® Selain itu juga didaerah Persia Sultan Humayyun membangun kembali kekuasaan militer yang telah hancur dan meminta bantuan dari penguasa Daualah Safawi (Sultan Syah Thampsh). Sultan Syah Thampsh memberikan bantuan militer sebanyak 12.000 tentara kemudian terkumpulah kekuatan Sultan Humayyun dengan jumlah kekuatan militer sebanyak 14.000. Langkah selanjutnya setelah membangun kekuatan militer, Sultan Humayyun mencoba kembali merebut kota Delhi yang dikuasai oleh Sultan Sher Khan Suri. Pada tahun 1555 Masehi, Sultan Humayyun mengadakan eksvansi ke wilayah Delhi yang saat itu diperintah oleh Sikandar Sur Qahid Haji Sidek, 1984-235), akhimya, Sultan Humayyun_berhasil memasuki Kota Delhi dan dapat memerintah kembali Kesultanan Mughoi sampai tahun 1556 Masehi.° Pada tahun 1556 Sultan Humayyun meninggal dunia dan kekhalifahan Daulat Mughol dipegang anaknya yang bernama Jamaludin Muhammad Akbar. 3.3. Pemerintahan Sultan Jamaludin Muhammad Akbar Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar adalah merupakan sultan yang sangat terkenal dari Kesultanan Mughol. Dan beliaulah (Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar) yang sebenarnya menciptakan sistem kerajaan atau “Din [llahi”. Sayyid S. Alvy berpendapat bahwa * Ajid Thohir, Op. Cit.69 ° Jahid Haji Sidek, Strategi Menjawab Sejarah Islam, (Jakarta : Nurin Interprise,1984),p.235 TSAQOFAH 180 VOL. 11. NO. 02 (JULI-DESEMBER) 2013 yang dimaksud “Din Ilahi” pada masa Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar adalah tidak lebih dari sekedar jenis tarekat yang diciptakan oleh Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar dalam mencari kebenaran agama. Latar belakang munculnya “Din Illahi” adalah persoalan yang begitu kompleks dalam kehidupan manusia, baik persoalan individu, sosial, agama dan politik. Lembaga yang diciptakan oleh Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar adalah “Ibadat Khan”. tbadat Khan adalah tempat berdiskusi berbagai tokoh agama, seperti Hindu, Budha, Nasrani, Zarathustra dan Islam. Jumlah peserta diskusi di balai Ibadat Khan ini tidak kurang dari enam belas orang dan bersifat tertutup. Menurut Badry Yatim (1993:149), Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar sangat terkenal dengan gagasan-gagasannya yang sangat radikal dan liberal, baik dalam aspek sosial maupun dalam aspek pemikiran keagamaan. Kesultanan Mughol pada masa pemerintahan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar sangat berhasil dan cukup stabil bahkan wilayah-wilayah kekuasaan Kesultanan Mughol semakin meluas ke berbagai wilayah seperti wilayah Chundar, Chitor, Rantabar, Surat, Bahar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgharh, Narhala, Alambghar dan Asirghar. Di antara kebijakan politik Kesultanan Mughol pada masa awa] pemerintahan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar adalah menyingkirkan Bairan Syah yang merupakan penasehat hukum pada masa pemerintahan Sultan Humayyun padahal Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar saat itu masih memerlukan bimbingan Bairan Syah diusianya yang masih muda yaitu 16 tahun. Kebijakan lain yang diterapkan oleh Jamaluddin Muhammad Akbar adalah menata sistem pemerintahan Kesultanan Mughol dengan sistem militer termasuk seluruh wilayah yang berhasil ditaklukannya. Pemerintahan daerah yang berada di wilayah Kesultanan Mughol dipegang oleh seorang “Shipar Salar” (Jendral atau Kepala Komandan), dan sub distrik daerah dipegang oleh seorang “Faudzar” (Komandan), termasuk jabatan-jabatan sipil selalu diberi jenjang kepangkatan bercorak militer. Dasar-dasar kebijakan sosial yang diterapkan oleh Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar adalah dengan Politik Sulakhul (Toleransi Universal). Dengan strategi ini semua rakyat dipandang sama, mereka tidak dibedakan sama sekali oleh ketentuan agama atau lapisan sosial. KESULTANAN MUGHOL INDIA. 181 HS, SUHAEDE Aplikasi kebijakan sosial yang dilakukan Kesultanan Mughol pada masa Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar adalah sebagai berikut : 1. Menghapuskan Jizyah bagi non muslim dan memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang sama bagi setiap masyarakat, yaitu dengan mendirikan madrasah-madrasah. 2. Memberikan tanah wakaf bagi lembaga-lembaga sufi berupa iqta atau madad ma’asy. 3. Membentuk undang-undang perkawianan baru. Diantaranya adalah melarang orang-orang untuk kawin muda, berpoligami bahkan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar menggalakan kawin campur antar agama. Hal in bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan, stabilitas dan integritas masyarakat muslim dengan masyarakat non muslim. Gagasan perkawinan campur agama dikarenakan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar sendiri menikahi puteri raja- raja Hindu. Dengan strategi ini Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar dapat menarik simpati kalangan masyarakat Hindu dan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar dianggap sebagai pahlawan bagi kelompoknya. 4. Menghapuskan pajak-pajak pertanian terutama bagi petani- petani miskin baik petani muslim maupun petani non muslim. 5. Menghapuskan tradisi perbudakan yang dihasilkan dari tawanan perang dan mengatur khitanan-khitanan anak-anak. Menurut Ajid Thohir (1999:70) aspek penting lainnya dari pembaharuan Kesultanan Mughol pada masa pemerintahan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar adalah menciptakan “Din Illahi” yang ciri-ciri pentingnya adalah percaya kepada keesaan Tuhan dan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar sebagai khalifah Tuhan dan seorang Padash (Al-Insan Al-Kamil). Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar mewakili Tuhan di muka bumi dan selalu mendapat bimbingan langsung dari Tuhan. Selain itu juga, Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar adalah terma’shum dari segala kesalahan dan semua pimpinan agama harus tunduk dan sujud pada Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar. Sebagai manusia Padash, Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar berpantangan memakan daging (vegetarian), menghormati api dan matahari sebagai simbol kehidupan. Hari Ahad sebagai hari resmi TSAQOFAH 182 VOL. 11. NO. 02 (JULI-DESEMBER) 2013, ibadah, “Assalamualaikum” diganti dengan “Allahu Akbar” dan Alaikum Salam diganti dengan “Jalla Jalalah” .'° Diantara motivasi Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar membuat “Din Illahi” adalah sebagai berikut: 1. Para ulama dan pemimpin agama saling berbeda pendapat mengenai masalah keagamaan mereka, baik agama Hindu, Budha, Nasrani, Zarathustra maupun agama Islam. 2. Adanya saling mencurigai bahkan mencemooh diantara agama-agama yang berada diwilayah kekuasaan Kesultanan Mughol. 3. Keadaan rakyat diwilayah India sudah memiliki rasa fanatisme yang berlebihan terhadap agamanya masing- masing yang kadangkala memicu pertikaian dikalangan mereka. 4, Pengaruh tokoh-tokoh agama Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar yang mendorong munculnya berpikir bebas dan radikal terhadap masyarakat India, yaitu Abdul Fadhi, Mir Abdul Lathif dan Syekh Mubarraq. Menurut Ajid Thohir (1999:70), kebijakan-kebijakan Kesultanan Mughol pada masa pemerintahan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar, pada intinya adalah kebijakan yang mementingkan persatuan dan kesatuan politik, sekalipun banyak mengorbankan nilai-nilai_ syari’ah Islam. Periode Kesultanan Jamaluddin Muhammad Akbar betul-betul “Sinkretik” dan “membumi” di wilayah India serta merupakan usaha pemerintahan Islam untuk dapat diterima di kalangan masyarakat yang berada di wilayah India. Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar ingin menembus tradisi-tradisi hinduistik dan agama-agama lain yang tersebar di wilayah India. Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar meninggal dunia pada tahun 1605 Masehi setelah menderita sakit. Penderitaan yang dialami oleh Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar dikarenakan kawan-kawan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar dibunuh oleh puteranya sendiri yang bernama Jahangir, karena merasa “cemburu” terhadap ayahnya (Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar) yang banyak dipengaruhi oleh kawan-kawannya. 19 Jahid Haji Sidek, Op. Cit...210 KESULTANAN MUGHOL INDIA 183 HS. SUHAED! 3.4, Pemerintahan Sultan Jahangir. Periode Kesultanan Jahangir (1605-1627 Masehi) merupakan masa-masa stabil Kesultanan Mughol India. Sultan Jahangir memerintah Kesultanan Daulah Mughol India didasarkan pada pandangan yang pragmatis dan melihat sebuah fungsi kepemimpinan. Menurut Sultan Jahangir, kedaulatan Raja adalah pemberian Tuhan. Dengan demikian tidak begit penting menjalankan hukum Tuhan (Syari’ah) yang diperlukan adalah bagaimana memelihara kelestarian kehidupan duniawi ini, dan Tuhan memilih seorang pemimpin sesuai dengan posisi dan kewibawaan yang dimiliki oleh pemimpin itu. Teori-teori kenegaraan pada masa Sultan Jahangir ini menggunakan konsep “Perso Islamic” yang banyak digunakan oleh Nizam Al-Mulk dan Al-Ghazali di wilayah Baghdad. Sultan Jahangir ketika memegang tampuk kekuasaan Kesultanan Mughol di wilayah India menerapkan hukum Islam hanya sebatas pada lembaga-lembaga pengadilan saja seperti yang pernah dilakukan pada masa Kesultanan Daulah Mughol yang dipimpin oleh ayahnya yang bernama Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar. Dimana pada masa Sultan Jahangir, sistem keadialan lebih diutamakan dari pada kebenaran agama. Hal ini dimaksudkan untuk mencari simpati masyarakat Hindu di wilayah India, yang pada akhirnya Sultan Jahangir berhasil bertemu dengan tokoh-tokoh Hindu India yaitu tokoh Hindu Hermit. Oleh karena itu, pada masa Kesultanan Jahangir kasus-kasus yang bersifat umum, hukum Islam hanya berlaku bagi masyarakat muslim saja dan tidak berlaku bagi masyarakat yang non muslim. Sedangkan untuk kasus yang dianggap bersifat khusus, seperti kasus tindak kriminal, maka hukum Islam berlaku bagi seluruh lapisan masyarakat di wilayah India baik yang beragama Islam maupun yang beragama non Islam. Menurut Ajid Thohir (1999:71), Sultan Jahangir termasuk Sultan Kesultanan Mughol India yang memiliki sifat tolerasi dan sifat sekuler serta memiliki kebijakan-kebijakan politik yang liberal. Sifat- sifat yang dimiliki oleh Sultan Jahangir sebenarnya merupakan warisan dari sifat-sifat yang dimiliki oleh Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar. Kegiatan politik yang dijalakan Sultan Jahangir telah memberi warna budaya”Indo Islam”. Sultan Jahangir memiliki penasehat politik seperti Muhammad Bagir Nazm’i Sani seorang ulama dan prajurit yang gagasannya dituangkan dalam kitab TSAQOFAH 184 VOL. 11. NO. 62 JULI-DESEMBER) 2013 “Muaideah’i Jahangir” dengan pendekatan yang sangat pragmatik dalam menangani masalah politik yang ditulis pada tahun 1612 Masehi. Penasehat politik lainnya adalah Qadil Nuruddin Khagany yang menulis “Akhlagi’i Jahangir” yang ditulis pada tahun 1622 Masehi. 3.5, Pemerintahan Sultan Syah Jehan Sultan Syah Jehan merupakan pelanjut Kesultanan Dinasti Mughol India setelah Sultan Jahangir. Menurut Ajid Thohir (1999:71). Periode Kesultanan Syah Jehan , Kesultanan Daulat Mughol India dalam komdisi negara yang betul-betul stabil dan mengalami puncak keemasan yang luar biasa diantara Kesultanan Mughol India lainnya, kecuali pada periode Kesultanan Jamaluddin Muhammad Akbar. Pada periode Sultan Syah Jehan, Kesultanan Daulah Mughol India mengembangkan kembali eksvansi wilayah keberbagai kawasan, seperti Wilayah Kandahar, Balkh, Badakhsan dan wilayah Samarkand. Kesan-kesan keberhasilan Sultan Syah Jehan adalah diwarnai dengan suksesnya menata politik Kesultanan Mughol India. Pembangunan ekonomi yang dijalankan oleh Sultan Syah Jehan adalah dimulai dengan diadakannya pengembangan sistem irigasi di daerah Rav sepanjang 98 kilometer dan merupakan wilayah pertanian yang subur. Sedangkan perdagangan yang dijalankan pada masa Sultan Syah Jehan adalah mulai dijalankannya pengembangan ekspor impor industri, seperti industri tekstil, industri keramik dan industri kerajinan tangan (Jahid Haji Sidek, 1984:245-249). Selain itu juga, pos-pos perdagangan dibangkitkan kembali. Sistem penataan sosial pada masa Sultan Syah Jehan lebih banyak melestarikan sistem penataan sosial yang pernah dilakukan oleh Kesultanan Mughol sebelumnya. Sehingga sistem keamanan lebih terjamin dibanding periode-priode Kesultanan Daulah Mughol sebelumnya. Hal ini terbukti ketika bangsa Portugis berkeinginan mengadakan eksvansi ke wilayah India berhasil diusir oleh Sultan Syah Jehan. Dalam bidang kebudayaan, pada masa Sultan Syah Jehan, menunjukan atmosfir yang sangat gemilang dan merupakan masa- masa puncak perkembangan kebudayaan yang berada di dunia Islam. Hal ini ditandai dengan munculnya perpaduan kebudayaan antara Turki, Mongol, Persia dan India yang tergambar pada bangunan- bangunan Tajmahal dan masjid-masjid di wilayah India ( inilah yang monumental dalam bidang seni arsitektur Islam). KESULTANAN MUGHOL INDIA 185 HS, SUHAEDI Faktor-faktor yang mendorong kemajuan Kesultanan Mughol pada masa Kesultanan Syah Jehan adalah sebagai berikut : 1. Sultan Syah Jehan adalah seorang terpelajar dan memiliki bakat- bakat kepemimpinan serta memiliki jiwa intelektual dan seni. 2. Kondisi sosial politik diwilayah India sangat stabil, mewarisi kondisi sebelumnya, kemakmuran dan keadilan serta dukungan simpati masyarakat India. 3. Memberikan penghargaan yang luar biasa kepada para ilmuan dan para ahli seni dan ahli bangunan. 4. Sultan Syah Jehan sebagai pelindung dalam kegiatan-kegiatan seni dan budaya, peminat lukisan, pandai menyanyi dan peminat karya- karya kesusastraan. Diantara penyanyi kesayangan Khalifah Syah Jehan adalah Ramdamas dan Mahapatar, Sedangkan sastrawan adalah Abdul Hakim Sialkoti, Secara umum, Kesultanan Mughol India pada masa Sultan Syah Jehan, terutama di akhir-akhir kekuasaannya, ada dua kebijakan yang secara keseluruhan dimainkan oleh kedua orang puteranya, yaitu Darsyikuh dan Aurangzeb. Darsikuh lebih berpikiran universal yakni lebih banyak menggunakan hukum-hukum Hindu apabila dalam Al- Qur'an tidak ditemukan, dibandingkan hasil ijtihad yang dilakukan para ulama saat itu. Sedangkan Aurangzeb lebih menekankan tradisi keislaman (nilai-nilai syari’ah tradisional). Perkembangan selanjutnya Darsyikuh dibunuh oleh Aurangzeb dan ayahnya (Sultan Syah Jehan) dipenjarakan.'! 3.6. Pemerintahan Aurangzeb Motif pengambilan kekuasaan yang dilakukan oleh Sultan Aurangzeb mungkin lebih didasarkan pada kepentingan penyelamatan nilai-nilai Syari’ah Islam, sekalipun tidak menutup kemungkinan faktor pribadi. Sepanjang masa pemerintahan Sultan Aurangzeb antara tahun 1658-1707 Masehi, Kesultanan Mughol India banyak mengalami kemajuan seperti para pendahulunya, baik dalam bidang ekonomi, bidang sosial, bidang politik maupun bidang agama. Pada masa kesultanan Mughol dipimpin oleh Aurangzeb wilayah kekuasaan Kesultanan Mughol India mengalami perkembangan wilayah yang begitu luas mengalahkan Kesultanan Mughol sebelumnya. Pada masa Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar, wilayah kekuasan Kesultanan Mughol India tercatat 15 "' Ajid Thohir, Op. Cit...72 ss TSAQOFAH 186 VOL. 11. NO. 02 JULI-DESEMBER) 2013 wilayah taklukan, Sedangkan pada masa pemerintahan Aurangzeb wilayah kekuasaan Kesultanan Mughol India tercatat 21 wilayah taklukan baru, 14 wilayah disekitar India Utara dan 16 daerah diwilayah Deccan dan dan satu daerah di wilayah Afghanistan. Motif penaklukan wilayah yang dilakukan oleh Sultan Aurangzeb adalah motivasi cita-citanya untuk menyatukan kawasan wilayah Islam di sekitar India dan yang terjangkau oleh kontrol politiknya untuk menerapkan nilai-nilai syari’at Islam. Kejayaan Sultan Aurangzeb tidak lepas dari adanya dukungan pasukan yang sangat berkesan sepanjang sejarah Kesultanan Mughol India. Sultan Aurangzeb menerapkan syari’at Islam yang ketat dalam pemerintahan Kesultanan Mughol, yang pada masa Kesultanan sebelumnya kurang begitu diperhatikan bahkan diabaikan sama sekali. Semangat politik Islamnya didasarkan pada Al-Qur’an dan Assunah, dan hal ini mendapat dukungan yang sangat kuat dari para ulama di wilayah India, tetapi kebijakan Sultan Aurangzeb yang menerapkan syari’at Islam mendapat kecemburuan dari kalangan Masyarakat Hindu India. Kaum muslimin menganggap Sultan Aurangzeb sebagai Waliullah karena pembelaan Sultan Aurangzeb terhadap nilai-nilai syari’ah. Sedangkan bagi masyarakat Hindu yang fanatik menganggap Sultan Aurangzeb sebagai pemimpin yang dzalim, meskipun demikian, masih banyak masyarakat yang non muslim memberikan dukungan kepada Sultan Aurangzeb karena keadilannya. Dalam pandangan Sultan Aurangzeb, hanya Islamlah yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan manusia. Oleh karena itu undang-undang yang harus dipakai di Kesultanan Mughol India adalah undang-undang Islam. Sultan Aurangzeb menetapkan kembali peraturan Jizyah yang pernah dihapus oleh Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar 100 tahun yang lalu. Sultan Aurangzeb menyadari bahwa kebijakan Sultan Jamaluddin Muhammad Akbar adalah sesuatu hal yang menyimpang dan keluar dari garis keislaman. Selain itu juga, Sultan Aurangzeb menghapus tradisi istana yang banyak diwarnai pola kemubadziran dan diganti dengan pola yang diislamisai sedemikian rupa. Melarang dan menghapus pusat- pusat minuman keras, nyanyi-nyanyian, musik dan berbagai persoalan yang dipandang mubadzir menurut agama Islam. Dalam hal ini Sultan Aurangzeb menugaskan kementrian khusus untuk mengawasi dan mensosialisasikan hukum-hukum Islam dengan cara membuat KESULTANAN MUGHOL INDIA 187 HS, SUHAEDL undang-undang yang disusun oleh para ulama di wilayah India dalam kitab “Fatawa ‘Alamgiri”. Kebijakan lain yang diterapkan oleh Sultan Aurangzeb (yang, dianggap oleh kalangan Islam adalah kebijakan yang sangat berani) adalah mengawasi perkembangan dan kegiatan-kegiatan agama-agama lain di India, terutama agama Hindu sebagai mayoritas agama di wilayah India. Setiap kegiatan agama Hindu yang dilakukan harus seizin Sultan Aurangzeb, dan tidak sedikit kuil-kuil Hindu yang dihancurkan oleh Sultan Aurangzeb, karena kuil-kuil tersebut dijadikan sebagai arena politik masyarakat Hindu India. Diantara kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh Sultan Aurangzeb, di satu sisi dapat memajukan Islam. Sementara disisi lain kebijakan tersebut memicu terjadinya konflik, terutama diakhir masa pemerintahannya. Kebijakan yang begitu keras terhadap orang-orang Hindu, bukan hanya menetapkan jizyah, bahkan masyarakat Hindu India dilarang mendirikan kuil-kuil baru. Tindakan Sultan Aurangzeb yang menghancurkan kuil-kuil di Banares, Gujarat dan Orissa karena alasan sebagai sarana politik masyarakat Hindu yang kemudian menimbulkan kebangkitan dan kemarahan pengikut Hindu Rajhput. Santamis dan Jast untuk memberontak terhadap Kesultanan Mughol di bawah pimpinan Sultan Aurangzeb. Penaklukan wilayah Deccan yang dilakukan oleh Sultan Aurangzeb telah menimbulkan perasaan dendam bagi para pengikut syi’ah yang berada diwilayah Deccan yang kemudian aliran syia’ah ini menyulitkan pemerintahan Sultan Aurangzeb untuk menstabilkan Kesultanan Mughol. Pada masa akhir pemerintahannya, Sultan Aurangzeb tidak mempersiapkan penggantinya untuk meneruskan kesultanan Mughol India. Karena Sultan Aurangzeb kesulitan memilih putera mahkotanya, Atau juga mungkin mengikuti jejak orang tuanya yang tidak pernah menunjuk Sultan Aurangzeb untuk memerintah Kesultanan Mughoi, kepemimpinan mungkin sesuai dengan proses alamiyah. Kemajuan Peradaban Pada Masa Kesultanan Mughol India 1. Perkembangan IImu Hadits Diantara abli-ahli hadits dan pengarang-pengarang_hadits yang termasyhur pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : ‘TSAQOFAH 188 VOL. 11. NO. 02 JULI-DESEMBER) 2013 1. Muhibbudin Ath-Thaabary Al-Makky (wafat pada tahun 684 Hijriyah). Karya-karya yang berhasil ditulis oleh Muhibbudin Ath-Thaabary Al-Makky adalah Kitab Al- Riyadah An-Nadharah Fi Fadhail Al-Asyrah, yaitu kitab yang berisi tentang sepuluh sahabat yang dijanjikan Surga, Kitab Zakhir Al-Ugba Fi Managib Zawi Al-Qurba, yaitu kitab hadits yang berisi tentang ahli family Nabi.’ 2. Izzudin Bin Jama’ah Al-Kanany (wafat tahun 767 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarang oleh Izzudin Bin Jama’ah Al-Kanany adalah kitab Al-Mukhtasar Al-Shaghir Fi Sirah Al-Baysir Al-Nazir dan kitab Muntakhab Al-Albab. 3. Yahya Bin Abi Bakar Amiry Al-Yaman (wafat pada tahun 893 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarang oleh Yahya Bin Abi Bakar Amiry Al-Yaman adalah kitab Al- Riyadh Al-Musthabah tentang riwayat Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. 2. Perkembangan IImu-ilmu Al-Qur’an Pada masa Kesultanan Mugho! India, banyak muncul utama- ulama yang memperluas dan memperdalam ilmu-ilmu Al-Qur’an dengan segala cabang-cabangnya, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Abdullah Bin Umar Baidhawy (Wafat pada tahun 675 Hijriyah). Kitab-kitab karangannya adalah : kitab Anwarut Tanzil Wa Asratul Takwil, yaitu kitab yang berisi tentang tafsir, kitab Minhaj Al-Wushul Ila Ilmil Ushul, kitab Nidhamut Tawarikh dan kitab Risalah fi Maudhu’atil Ulum. 2. Abu Haiyan al-Gharnathy (wafat pada tahun 754 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Bahrul Muhith, yang berisi tentang tafsir Al- Qur’an, kitab Tufhatul Arrib Bima Fil Qur’an Minal Gharib dan kitab Irtisyaf Al-Dharb Min Lisanil Arab. 3. Syamsudin Abukhair Muhammad Bin Juzury al-Qaraisyy Ad-Dimasygqy (wafat pada tahun 833 Hijriyah), kitab- kitabnya adalah kitab Ghayatun Nihayah Ri-Rijalil Qira’at, kitab An-Nasyraf Fil Qiraatil Asyar dan kitab Al-Mugaddimah Al-Juzuriyah, yang berisi tentang tajwid bernadhom. "2 A. Hasyimi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1987), p.356 ———— KESULTANAN MUGHOL INDIA. 189 HS. SUHAEDI 4. 3. Ahmad Bin Yahya Bin Murtadha Al-Mahdy (wafat pada tahun 840 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Azhar Fi Figh Al-Aimmah yang dikarang ketika Ahmad Bin Yahya Bin Murthada Al-Mahdy berada di dalam penjara, dan kitab Al-Bahr Az-Zakhar Al-Jami’ Li Mazahib Ulamail Amshar. Perkembangan Tasawuf Diantara para ulama tasawuf yang terkenal pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : 1. Tajudin Bin Atha Al-Iskandary Asy-Syazli (wafat pada tahun 709 Hijriyah). Tajudin Bin Atha Aj-Iskandary Asy-Syazli adalah penentang Ibnu Taimiyah. Diantara kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al- Hikamul Athaiyah yang berisi tentang sufiyah dan kitab Tajul Arus Wa Qama’un Nufus Fi Washaya. . Jamaluddin Abdul Razik Al-Kaslani (wafat pada tahun 730 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Ishtihatush Shufiyah dan kitab Risalah Fil Qadha Wal Qadar. . Afifuddin Abdullah Bin As’ad Al-Yafi'y (wafat pada tahun 767 Hijriyah). Diantara kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Raudhur Raiyahin, kitab Asnal Mafakhir Fi Managibisy Syaikh Abdulqadir, kitab Mira’atul Janan Wa Ibaratu] Yaghdan Fi Ma’rifati Hawadsizzaman Wa Taqallubi Insani. Quthbuddin Abdulkarim Bin Ibrahim Bin Sabit Abdulgadir Al-Jaily Al-Kailany Ash-Shufi (wafat pada tahun 826 Hijriyah). Kitab-kitab yang _ berhasil dikarangnya adalah kitab AN-Namusul A’dham Wan Namusul Aqdam, dan kitab Al-Insanul Kamil Fi Ma’rifatul Awakhir Wa Awail. Abdurrahman Al-Busthamy Al-Hanafy (wafat pada tahun 858 Hijriyah). Diantara kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Fawatihul Makiyah Fi Fawatihil Makkiyah, kitab Mausut, kitab Ad-Durar Fil Hawadis Was Siyar, kiab Tarajimul Ulama dan kitab TSAQOFAH NO. 02 (JULI-DESEMBER) 2013 Manahijut Tarasul Fi Mahabhijit Tarasul, yang berisi tentang kumpulan akhlak dan adab. Ibnu Abu Bakar Al-Jazuly As-Sumalaly (wafat pada tahun 870 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Dalailul Khairat Wa Syawariqul Anwar. Muhammad Bin Sulaiman Al-Kafiyajy (Wafat pada tahun 879 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah At-Taisir Fi Ilmit Tafsir dan kitab Tafsir Ayatil Mutasyabihat. Abu Abdullah Muhammad Bin Yusuf Al-Hasanny As- Sanusy Ash-Shufy (Wafat pada tahun 892 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah Agidah Ahlit Tauhid Al-Mukhrojah Min Dhulumatil Jahl Wa Rubgatit Taglid dan kitab Agidah Ahlit Tauhi Ash- Shugra. 4, Perkembangan Ath-Thib Diantara tabib-tabib dan pengarang thib yang terkenal pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : 1, Izzuddin As-Suwady (wafat pada tahun 690 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab At- Tavkiyah Al-Hidayah, yaitu kitab yang berisi tentang ilmu kedokteran. Alauddin Bin Fafis (wafat pada tahun 678 Hijriyah). Kitabnya yang terkenal adalah kitab berisi tentang makanan yaitu kitab Al-Mukhtar Mina Aghziyah dan kitab Mujiz Al-Qanun. Alkhawy Bin Kutuby (wafat pada tahun 711 Hijriyah). Alkhawy Bin Kutuby lebih terkenal dengan nama Tbnu Al-Kabir. Diantara kitabnya yang terkenal adalah : kitab Ma La Yasa’u Ath-Thabib Jahlahu, yaitu kitab yang berisi tentang penyakit dan obat. Muhammad Al- Qushawy Ath-Thabib, kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Kamal Al-Farhan Fi Dafis Sumum Wa Hifdhish Shihhah. 5. Perkembagan Falsafah Diantara para ahli atau pengarang falsafah yang sangat menonjol pada masa Kesultanan Mugho! India adalah sebagai berikut : see KESULTANAN MUGHOL INDIA. 191 HS, SUHAEDI 1. Najamuddin Al-Katiby Al Qazwainy (wafat pada tahun 675 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikaranganya adalah kitab Ar-Risalah Asy-Syamsiyah Fil Qawaidil Manthiqiyah dan kitab Hikmatul Ain Fith Thabi’ah Wan Faugaha. 2. Sirajuddin Abu Tsana Armawy (wafat pada tahun 673 Hijriyah). Kitabnya yang terkenal adalah kitab Mathali’ul Anwar Fil Hikmah Wal Manthiq. 3. Burhanuddin Abu Tsana Armawy (wafat pada tahun 756 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab adabul Bahs dan kitab Qaistahas al-Mizan fil Mantig. 4. Adhduddin Al-Ijy (wafat pada tahun 756 Hijriyah). Kitab-kitabnya yang terkenal adalah kitab Adabul Bahs Fil Manthig, kitab Al-Mawagif Fil Ilmi Kalam, kitab Asy-Syahiyah Fil Ilmil Akhlaq dan kitab Al-Aqaidul Adhafiyah dan kitab Isyraqut Tawarikh. 6. Perkembangan IImu Pasti atau Ilmu Bintang Diantara para ahli atau pengarang ilmu pasti yang terkenal pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : 1. Quthbuddin Mahmud Asy-Syiraz (wafat pada tahun 710 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Nihayatul Idrak Fi Dirayati Aflak. 2. Ibnu Albanna Al-Marakisy (wafat pada tahun 721 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Talkhis A’malil Hisab dan kitab Al-Manaakh Fi Ma’rifah Awailisy Syuhur. 3. Ibnu Haim Al-Faradhy Syahabuddin (wafat pada tahun 815 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Mursyid Ath-Thalib Ila Asna Al-Mathalib, yang berisi tentang ilmu berhitung dan kitab Al-Mugri’ Fil Jabar yang berisi tentang ilmu berhitung berikut nadhamnya. 4. Syahabuddin Bin Thibaghary (wafat pada tahun 805 Hijriyah). Diantara kitab-kitabnya yang terkenal adalah kitab Khulasatul Aqwa Fil Ma’rifatil Waqt Wa Rukyatil Hilal dan beberapa kitab tentang ilmu ukur, ilmu bintang, dan ilmu angin. TSAQOFAH 192 VOL. 11. NO. 02 (JULI-DESEMBER) 2013 5. Badaruddin Muhammad Sabath Al-Maridiny (wafat pada tahun 891 Hijriyah). Diantara kitab-kitabnya yang terkenal adalah Tufhatul Albab Fi Ilmi Hisab, kitab Faraidh, kitab Handasah, kitab Taugit, kitab Maqthu’at dan kitab Muqantharat. 7. Perkembangan Ilmu Thabi’iyat / Iimu Teknik Diantara para ahli atau pengarang ilmu teknik pada masa Kesultanan Mugho! India adalah sebagai berikut : Abdurrahman Bin Daun Al-Andalusy, kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Nuzhah An-Nusus Wal Afkar Fi Ma’rifatin Nabaat Wal Ahjar. Tibagha Al-Jarkasy (hidup dalam abad ke-8 Masehi). Kitab yang terkenalnya adalah kitab Al-Fallahah yaitu kitab yang berisi tentang ilmu pertanian. Ridhwan Bin Muhammad Al-Khurasany. Kitabnya yang terkenal adalah kitab Imus Sa’aat Wal Amal Biha, yaitu kitab yang berisi tentang teori dan praktek membuat jam. Abdul Iz Bin Ismail Bin Razaz Al- Jurury. Kitab yang paling terkenal adalah kitabu! Hiyal dan kitab Al-Jami Bainal Ilm Wa Amal, yaitu kitab yang berisi tentang ilmu mekanika. Kamaluddin Muhammad Bin Isa Damiry (wafat pada tahun 808 Hijriyah). Kitab yang terkenalnya adalah kitab Hayatul Hayawan Al-Kubro, yaitu kitab yang berisi tentang ilmu hewan. 8. Perkembangan IIlmu Peperangan / Iimu Berburu Diantara ilmu-ilmu peperangan yang tumbuh dan berkembang pada masa Kesultanan Mughol India adalah ilmu ketentaraan yang didalamnya mencakup ilmu kecakapan berkuda dan ilmu perburuan. Ahli-ahli ilmu peperangan yang muncul pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : Amir Lajin Bin Abdullah Zahaby Al-Hisamy Ath- Tharablusy (wafat pada tahun 738 Hijriyah). Kitabnya yang terkenal adalah kitab Tufhah Al-Mujahidin Fil Amal Bin Mayadin, yaitu kitab yang berisi tentang pendidikan militer. Naskah asli kitab Tufhah Ai- Mujahidin fil Amal Bil Mayadin sampai sekarang ini masih ada, yaitu di Berlin. —— KESULTANAN MUGHOL INDIA 193 HS, SUHAEDI 2. Imaduddin Musa Bin Muhammad Al-Yusufi Al-Mishry (wafat pada tahun 759 Hijriyah). Kitabnya yang terkenal adalah Kitab Kasyf Al-Kurub Fi Ma’rifah Al-Huruf, yaitu kitab yang berisi tetntang teknik perang dan organisasi kemiliteran. 3. Badaruddin Baktur Ar-Rimah Al-Khazandary (wafat pada tahun 771 Hijriyah). Kitabnya yang paling terkenal adalah Kitab Al-Furusiyah, yaitu kitab yang berisi kecakapan tentang menunggang kuda. 4. Muhammad Bin Mankaly (tahun 76-778 Hijriyah) seorang perwira tinggi militer Islam di Mesir. Kitabnya yang terkenal adalah Kitabul Ahkam Al-Mulukiyah Wadil Dlawbith An-Namusiyah, yaitu kitab yang berisi tentang teknik perang, armada dan perlengkapannya, penggunaan meriam, dan Kitab Anas Al-Malabu, yaitu kitab yang berisi tentang teknik perburuan. 5. Thibagha Ayrafi Al-Baklamisy (wafat pada tahun 979 Hijriyah). Kitab-kitab yang bethasil dikarangnya adalah Kitab Al-Jihad Wal Furusiyah,- yaitu kitab yang berisi tentang ilmu peperangan dan keahlian menunggang kuda dalam peperangan, kitab Bughyatil Muram Wa Ghaayatil Ghuram, yaitu kitab yang berisi tentang ilmu peperangan dan keahlian menunggang kuda dalam peperangan dengan disertai kecakapan menggunakan panah. Kitab Ghinayatuth Thullab Fi Ma’rifatir Wan Nasyab, yaitu kitab yang berisi tentang keahlian memakai tombak. 6. Muhammad Bin Lajin Al-Hisamy (wafat pada tahun 780 Hijriyah). Diantara kitab-kitabnya yang terkenal adalah Kitab Bughyatul Qashidin Fil Amal Bil Mayadin, yaitu kitab yang berisi tentang keahlian berkuda, Kitab Ghayatul Magshud Minal Ilmi Wal Amal Bil Nuud dan kitab Fir Rimah. 9, Perkembangan IImu Politik Pada masa Kesultanan Mughol India, banyak pula dikarang berbagai kitab tentang ilmu politik dan tata administrasi negara, yaitu mengenai kedudukan khalifah, kedudukan Sultan, kedudukan Amir dan para pejabat Kesultanan, cara-cara memimpin Negara dan mengeloia masyarakat. Diantara para pengarang dalam bidang ilmu TSAQOFAH 194 VOL. 11. NO, 02 (JULI-DESEMBER) 2013 politik, dan tata Negara pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : 1. Najmuddin Ahmad Bin Muhammad Bin Rifah al-Mishry Asy-Sayfi’y (tahun 645-710 Hijriyah) Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Bazi an-Nashaih asy- Syar’iyah Fima Alas Sultan Wa Wulatil Umur Sirir Ra’iyah dan Kitab Al-Adhah Wat Tibyan Fi Ma’rifatil Mikyal Wal Mizan. Hasan Bin Abdullah Al-Abbasy (tahun 708). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Atsarul Auwal Fi Tadbirid Duwal yang terdiri dari empat bab. Kitab Atsarul Auwal Fi Tadbirid Duwal berisi tentang dasar- dasar negara, pimpinan negara, peperangan, politik, sosial dan tata negara. . Ibrahim Bin Abdullah Wahid Bin Abdi Nur (hidup pada pertengahan abad ke-8 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Siyasatil Umara Wa Wulatil Jund, yang berisi tentang kebijaksanaan gubernur dan panglima militer. Ahmad Bin Mahmud Al-Jabaly Al-Ishafahabzy (tahun 729). Kitab yang dikarangnya adalah Kitab Minhaj Al- Wuzara Fin Nashihah, yaitu kitab yang berisi tentang ilmu kepemimpinan bagi para menteri. Abu Hamu Musa Bin Yusuf Bin Zaiyah Al-Zaiyan Al- Abd. Wady (hidup pada masa pertengahan abad ke-8 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Wasihatus Suluk Fi Saiyasatil Muluk, yaitu kitab yang berisi tentang sistem memerintah bagi para raja. Mahmud Bin Ismail Al-Jizy (hidup pada tahun 485 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Ad-Dhurratul Gharra Fi Nashaih Al-Muluk Wal Wulah Wal-Wuzara, yaitu kitab yang berisi tentang pedoman pemerintahan bagi para raja, gubernur dan para menteri. Gharsuddin Khalil Bin Syahin Dhahiry (tahun 813-827 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Zubbah Kasyfil Mamalik Wa Bayanith Thuruq Wal Masalik, yaitu kitab yang berisi tentang persoalan- persoalan pemerintahan dan tatanegara. Tughan Al-Muhammady Al-Asyrafy (wafat pada tahun 880 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya KESULTANAN MUGHOL INDIA 195 HS, SUHAEDI adalah Kitab Al-Burhan Fi Fadhlis Sulthan., Kitab Minhajus Suluk Fi Siratil Muluk dan Kitab Al- Mugaddimah As-Shulthaniyah Fis Siyasatisy Syariyah. . Abdussamad Bin Yahya Bin Ahmad Bin Yahya Asy- Shality. Kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Hadiyah Ilas Sulthan, yaitu kitab yang berisi tentang pengelolaan rakyat, kewajiban pembesar dan para pegawai negeri, pengurus masjid, benteng pertahanan, jembatan, dan pembendaharaan negara. 10, Perkembangan Pengarang Bahasa Pada masa Kesultanan Mughol India muncul pengarang- pengarang terkenal dalam bidang bahasa seperti Lisanul Arab, Al- Qamus, Al-Fiyah dan lain-lain. Diantara para ulama yang berhasil mengarang dalam bidang bahasa adalah sebagai berikut : lL Tbnu Malik Ath-Tha’iy, nama lengkapnya adalah Muhammad Bin Abdullah Bin Malik Jamaluddin Ath- Tha’iy (tahun 600-672 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Alfiyah Tbnu Malik yang disusun secara Nadhom, terdiri dari 1000 bait. Kitab Alfiyah Ibnu Malik sudah mulai tersebar ke seluruh negeri Eropa karena kitab tersebut sudah disalin ke dalam bahasa Perancis dan bahasa-bahasa negara Eropa lainnya, Kitabul Miftah Fi Abniyatil Afval, Kitab Tahshilul Fawaaid Wa Takmilul Mawashid, kitab Al- Kifayatusy Syafiyah dan kitab Ijazul Ta’rif Ilmit Thasrif. Tbnu Hisyam (nama lengkapnya Jamaluddin Abdullah Bin Yusuf Bin Abdullah Al-Mishry), (wafat tahun 761 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Quthr An-Nada (kitab nahwu yang diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis), Kitab Mughi Al-Labib (kitab nahwu yang telah disalin ke dalam berbagai bahasa Eropa), kitab Ar-Raudhah Al-Adabiyah Fi Syawahidil Ulumil Arabiyah dan Kitab Al-Jami’ Ash-Shaghir. . Ibnu Mandhur (nama lengkapnya Abu Fadhal Muhammad Bin Makram Bin Ali Al-Afriqy Jamaludin), (tahun 630-711 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah Kitab Sururun Nafsi Bimadrikil Hawas, kitab Institsarul Azhar Fil Laili Wan Nahar dan kitab Mukhtasar Mufradaat Ibnu Al-Bithar. ‘TSAQOFAH 196 VOL. 11. NO, 02 GULI-DESEMBER) 2013 4. Ad-Damaminy (nama lengkapnya = Badaruddin Muhammad Bin Abi Bakar Bin Umar Al-Iskandary), (tahun 763-827 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Qawafy, yaitu kitab yang berisi tentang lagu. Kitab Jawahir Al-Buhur (tentang arudh atau lagu). Kitab Nuzul Al-Ghaits (tentang polemik seorang ahli lagu berkaitan dengan irama lagu), dan kitab Syams Al-Maghrib Fil Marwash Wal Mathrab (tentang tari dan iramanya). 5. Fairuzabady (nama lengkapnya adalah Abu Thahir Majduddin Muhammad Bin Ya’kub Bin Muhammad Bin Ibrahim), (tahun 729-817 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Qamus yang terdiri dari empat jilid, kitab Tahbirul Muwasy-Syin Fima Yugqalu Bissin Wasyysyin (tentang perbendaharaan huruf Sin dan Syin), kitab Al-Balaghah Fi Tarajim Aimmatin Nahw Wal Lughah dan kitab Al-Isyarat yaitu kitab yang berisi tentang nama-nama tempat dan lughat yang tercantum dalam kitab fiqh. 11. Perkembangan Ihmu Tarikh Perkembangan ilmu tarikh pada masa Kesultanan Mughol India dapat dikatakan mengalami perkembangan yang begitu pesat. Hal ini disebabkan karena luasnya daerah kekuasaan Kesultanan Mughol India. Para pengarang ilmu Tarikh yang hidup pada masa Kesultanan Mughol India adalah Ibnu Khaldun, Ushaibi’ah, Shalahuddin Safdy, Abu Fida, Syamsuddin, Ibnu Syakir, Tbnu Thugthugy, Asqalany, Magrizy dan Sayuthy. Mereka berusaha menyusun buku pedoman tarikh dalam berbagai bidang, seperti Tarikh Thabagat yaitu tarikh yang disusun berdasarkan golongan dan diatur menurut abjad nama. 12. Perkembangan Kritik Tarikh Kritik Tarikh atau An-Naqdut Tarikhy adalah ilmu yang menganalisa sejarah dengan kacamata kritik, yang membahas kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan sejarah yang dibuat oleh ahli sejarah baik dengan sengaja atau tidak disengaja. Diantara ahli kritik sejarah yang hidup pada masa Kesultanan Mughol India adalah Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun orang yang pertama kali mengadakan satu bab khusus dalam kitab eee KESULTANAN MUGHOL INDIA 197 HS. SUHAEDI Magaddimahnya yang berisi kritik tarikh. Sebelum Ibnu Khaldun sudah terdapat ahli kritik tarikh, yaitu Abu Faraj Isfahany, ibnu Maskawaihi dan Mas’udy yang telah menganalisa sejarah dengan kritik tarikh, tetapi belum merupakan satu pemabahasan yang bersifat ilmu. Faktor-faktor yang melatar belakangi munculnya kritik tarikh pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : a. Isnad dan riwayat hadits. b. Pro dan kontra para ahli tarikh. c. Adanya pendapat sementara orang yang mensucikan sebagian pembesar dari segala kesalahan. d. Adanya pertentangan-pertentangan dalam masyarakat Islam. e. Adanya usaha pemalsuan sejarah, baik untuk kepentingan politik, agama, maupun kepentiangan aliran. 13. Perkembangan Pengarang Tarikh Diantara para pengarang Tarik yang muncul pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : 1. Ibnu Abdul Dhahir (nama lengkapnya adalah Abdullah Bin Dhahir Bin Nasywan Bin Abdul Dhahir Bin Najdah Al- Juzamy Al-Mishry), (tahun 620-692 Hijriyah). Kitab-kitab yang behasil dikarangnya adalah kitab Siratus Sultan Malik Dhahir, kitab Al-Athaf Al-Khafiyah dan kita) Mugamah Fi Mishrwan Nil. 2. Tbnu Arbasyah (nama lengkapnya adalah Ahmad Bin Muhammad Bin Abdullah Syahabuddin Bin Syamsuddin Al-Dimasqy). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Ajaibul Maqdur Fi Nawaib Timur. Kitab Al-Taklifut Thahir Fi Syiam Manlik Dhahir, kitab Fakihah Al-Khulafa Wa Mufakahan Adh-Dhurafa dan kitab Jalwatul Amdah. 3. Qusthalany (nama lengkapnya adalah Imam Syahabuddin Abu Abbas Ahmad Bin Muhammad Qusthalany Al-Qutaiby Al-Mishry), (wafat pada tahun 923 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Mawahibul Laduniyah Fil Manhil Muhammadiyah (tentang sejarah Rasul) dan Kitab Irsyad As-Sary Ila Syarh Shahih Bukhary. 4. Ibnu Abi Ushabi’ah (nama lengkapnya Muwaffaquddin Abu Abbas Ahmad Bin Qasim Bin Abi Ushaibi’ah As- Sa’dy Al-Khazrajy), (tahun 600-688 Hijriyah). Kitab yang TSAQOFAH 198 VOL. 11. NO. 02 GULI-DESEMBER) 2013 dikarangnya adalah kitab Uyunul Anba Fi Thabagatil Athibba, yaitu kitab yang berisi tentang sejarah hidup para dokter (tabib) sejak zaman Yunani, zaman Persia sampai zaman Islam. 5. Ybnu Khalkan (nama lengkapnya Syamsuddin Abu Abbas Ahmad Bin Irahim Bin Abu Bakar Ibnu Khalkan Al- Arabaly), (tahun 608-681 Hijriyah). Kitabnya yang paling terkenal adalah kitab Wafiyatul A’yan Wa Anba’u Abnaizzaman. 6. Salahuddin Shafdy (nama lengkapnya Salahuddin Abu Shafa Khalil Bin Aibak Ash-Shafdy), (tahun 696-764 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Waly Bil Wafiayat sebanyak 50 Jilid, yaitu kitab yang berisi riwayat hidup para rasul, orang-orang terkemuka, para ulama, filosof, penyair dari segala zaman, kitab At-Tazkiroh Ash-Shailahiyah sebanyak 30 jilid, yaitu kitab yang berisi tentang sejarah adab dan sya; ‘ir dan kitab Nashrah Ats-Tsair Ala Matsalis Sair, yaitu kitab yang berisi tentang kritik tairkh. 7. Tbnu Hajar Asqalany (nama lengkapnya Syahabuddin Abu Fadhal Ahmad Bin Ali Bin Muhammad Ibnu Hajar Asqalany Al-Kanany), (tahun 773-852 Hijriyah). Kitab- kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Ishbah Fi Tamyizish Shabah yang terdiri dari 8 jilid, yaitu kitab yang berisi riwayat para sahabat rasul, para tabi’in, tabi’-tabiin, kitab Al-Mujamul Mufahras, yaitu kitab yang berisi hadits, kitab Al-Mujm’ul Muasas lil Mu’jamil Mufahrah dan kitab Ad-Darural Kaminah Fi A’yanil Mia Hats-Tsamiah. 8. Taqiyuddin Maqrizy (nama lengkapnya Abu Abbas Taqiyuddin Bin Alauddin Bin Muhyiddin Al-Husainy), (tahun 766-845 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Muwa’idh Wal I’tibar Bi Zikril Khuthath Wal Atsar, kitab As-Suluk Lima’rifati Duwail Muluk dan kitabul Khabar Anil Basyar. 9. Abu Fida (nama lengkapnya adalah Sultan Malik Muaiyad Ismail Bin Ali Bin Muhammad Bin Mansur), (wafat pada tahun 732 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Mukhtasar Fi Akhbaril Basyar (tentang KESULTANAN MUGHOL INDIA. 199 HS, SUHAEDI sejatah umum), kitab Taqwimul Buldan dan kitab Al- Kannas. 10, Syamsuddin Zahaby (nama lengkapnya Muhammad Bin Ahmad Bin Usman Bin Qayamaz Abu Abdullah Syamsuddin Az-Zahaby), (tahun 673-748 Hijriyah). Kitab- kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Tarikhul Islam Wa Thabagat Masyahiril A’lim, kitab Duwalul Islam, kitab Thabagatul Huuadh dan kitab Thabagatul Qurra. 11. Ibnu Katsir (nama lengkapnya Abu Fida Ismail Bin Umar Bin Katsir), (tahun 700-774 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Bidayah Wan Nihayah (tentang sejarah umum), kitab Tafsirul Qur’an, kitab Jami’ul Masanid dan kitab Al-Ijtihad Fi Thalabil Jihad. 12. Tbnu Thugtaqy (nama lengkapnya Muhammad Bin Ali Thabathiba Bin Thuqtaqy), (tahun 660-774 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al- Adabul Sulthaniyah Wad Duwalul Islamiyah, yaitu kitab yang berisi tentang sejarah umum lengkap dengan untuk kritik tarikh, 13. Tbnu Khaldun (nama lengkapnya Abu Zaid Abdurrahman Bin Muhammad Khaldun), (tahun 732-808 Hijriyah). Kitab- kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Mugqaddimah Ibnu Khaldun, kitab Tarikh Ibnu Khaldun dan kitab At- Ta’rif Bi Ibni Khaldun, yaitu kitab yang berisi catatan tentang dirinya. 14, Lisanuddin Bin Khathib (nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad Ibnu Abdullah Bin Sa’id Bin Khatib), (tahun 713-776 Hijriayah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Al-Ihathah Fi Gharnathah dan kitab Al-I’lam Biman Buyi’a Qablal Ihtilam Min Mulukis Islam 14, Perkembangan Jughrafi / Rihlah Paara pengembara yang terdiri dari para ulama dan para ilmuan, banyak yang mengarang kitab (buku) dari hasil pengembaraannya, baik yang bersifat catatan perjalanan maupun ilmu Jughrafi atau ilmu bumi. Diantara para pengarang Jughrafi pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : 1. | Syamsuddin Dimasyqy (nama lengkapnya Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad Bin Ali Thalib Al-Anshary Ad- Dimasyqy), (wafat pad tahun 727 Hijriyah). Kitab-kitab TSAQOFAH 200 VOL. 11, NO. 02 JULI-DESEMBER) 2013 yang berhasil dikarangnya adalah kitab Nukhbatud Dahri Fi Ajaibil Barri Wal Bahri, yaitu kitab yang berisi tentang ilmu bumi lengkap dengan peta dan gambar-gambar, dan Kitabus Siyasah Fi [Imi Riyasah. 2. Burhanuddin Fizary (nama lengkapnya adalah Burhanuddin Tbrahim Bin Ishak Bin Abdurrahman Bin Farkah Al- Fizary), (wafat pada tahun 729 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Ba’itsun Nufus Ila Ziyaratil Qudus Al-Mahrus, kitab Al-I’lam Bi Fadhailil Syam dan kitab Al-Manaikh li Thalibish Shaidi Waz Zabaih. 3. Quzwainy (nama lengkapnya Zakaria Muhammad Bin Mahmud Al-Quzwainy), (wafat pada tahun 672 Hijriyah). Kitab-kitabnya yang terkenal adalah kitab Ajabul Makhlugat, yaitu kitab yang berisi tentang ilmu falak, kitab Atsarul Bilad Wa Akhbarul Ibad dan kitab Zikr Al-Ab Saikhu Al-Yasu’i. 4. Ibmu Bathuthah (nama lengkapnya adalah Abu Abdullah Muhammad Bin Muhammad Bin Abdullah Ath-Yhanjy), (tahun 703-779). Kitabnya yang terkenal adalah Rihlah Tbnu Bathuthah, yaitu kitab yang berisi catatan pengembaraan Ibnu Bathuthah, terutama perjalanannya di daerah Aceh dan Samudera Pasai. 15. Perkembangan Mausuw’at / Majmi’ Pada masa Kesultanan Mughol India, mulai dikarang Kitab Mausu’at. Kitab Mausu’at adalah kitab yang merupakan kumpulan berbagai macam ilmu pengetahuan. Diantara para pengarang kitab Mausu’at yang muncul pada masa Kesultanan Mughol India adalah sebagai berikut : Annuwairy (nama lengkapnya Abi Abbas Syahabuddin Ahmad Bin Abdulwahab Bin Ahmad Al-Bakry), (wafat pada tahun722 Hijriyah). Kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Nihayatul Irbi Fi Fanunil Adab. 2. Tbnu Fadhullah (nama lengkapnya Abu Abbas Syahabuddin Ahmad Bin Yahya Bin Fadbullah Bin Yahya Bin Da’jan Bin Khalifah), (tahun 700-748 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Masalikul Abshar Fi Mamalik Amshar, kitab At-Ta’rif Hil Musthalahisy Syarif yaitu kitab yang berisi tentang adat-istiadat raja-raja dan hal- ————_—_—_ KESULTANAN MUGHOL INDIA 201 HS. SUHAEDI hal yang berkaitan dengan kerajaan, kitab Mamalik Ibadish Shalib, yaitu kitab yang menceritakan raja-raja Eropa (Perancis, Jerman, Italia) mengenai politik, ekonomi, sosial dan hubungan mereka (bangsa Eropa) dengan kaum muslimin. 3. Nashiruddin Thusy (nama lengkapnya Abu Ja’far Muhammad Bin Muhammad Bin Hasan Nahiruddin Ath- Thusy), (tahun 607-672 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Jawahirul Faraidh (tentang hukum), kitab Tarjidil Aqidah (tentang aqidah), dan kitab Aqsamul Hikmah. 4. Saiyid Syarif Jarjany (nama lengkapnya Ali Bin Muhammad Al-Jarjany As-Saiyid As-Syarif), (tahun 704-826 Hijriyah). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Kitabut Ta’rifaat, yaitu kitab yang berisi tentang definisi istilah- istilah kata-kata Arab yang dipakai dalam dunia Islam pada masa Kesultanan Mughol India, kitab Magqalidul Ulum Fil Hududi War Rusum, kitab Tahgiqul Kulliat, dan kitab Maratibul Maujudat. 16. Munculnya Para Penyair Diantara para penyair yang muncul pada masa Kesultanan Mugho! India adalah sebagai berikut : Tal’afry (nama lengkapnya Syahabuddin Muhammad Bin Yusuf Bin Mas’ud Bin Barkah Syaibany At-Tal’afry), (tahun 593-675 Hijriyah). Tal’afry termasuk penyair yang berjiwa pemuja dan banyak menciptakan sajak-sajak pujaan yang ditunjukan kepada para raja. 2. Baushiry (nama jengkapnya Imam Muhammad Bin Sa’id Shanhajy Al-Baushiry), (wafat pada tahun 695 Hijriyah). Baushiry terkenal sebagai penyair yang berhasil mengarang sebuah “Kasidah Burdah” yang berjudul “Al-Kawaki Ad- Duriyyah” yang berisi sajak pujaan kepada Rasul. 3. Ibnu Daniyal Maushily (nama lengkapnya Syamsuddin Muhammad Bin Daniyal Bin Yusuf Al-Maushily Ath-Thabib). Kitab-kitab yang berhasil dikarangnya adalah kitab Thaiful Khayali, yang melukiskan bagaimana fantasinya bermain dalam suatu kisah roman bersajak yang sangat mengasyikan. 4. Tbnu Nabatah Al-Mishry (nama lengkapnya Jamaluddin Abu Bakar Muhammad Bin Muhammad Bin Muhammad Bin TSAQOFAH 202 © VOL. 11.NO.02 JULI-DESEMBER) 2013 Muhammad Bin Muhammad Bin Hasan Al-Mishry), (tahun 686-768 Hijriyah). Karya-karyanya yang berhasil dikarangnya adalah Diwan Kabir, Al-Quthar An-Nabaty, Ibnu Zaidan. Dan Suuq Ar Ragiq, yaitu sajak yang bersifat percintaan. 5. Safiyuddin Al-Hilly (nama lengkapnya Abdulaziz Ibnu Suraya Bin Ali Bin Abi Kasum), (tahun 677-750 Hijriyah). Karya- karyanya adalah Diwan Dsyir Safiyuddin, Durarun Nahw Fi Madaihil Malik Al-Mansur, Al-Khafiyah Al-Badi’ah dan Diwan Shafwah Asy-Syu’ara Wal Bulagha. Kehancuran Kesultanan Mughol India Sepeninggal Sultan Aurangzeb tahun 1707 Masehi, Kesultanan Mughol India diperintah oleh generasi yang lemah. sampai tahun 1858 Masehi. Sultan-sultan Kesultanan Mughol India tidak mampu lagi mengendalikan wilayah yang cukup luas dan kekuatan lokal masyarakat Hindu India yang cukup dinamis, disamping terjadinya konflik diantara sultan-sultan Kesultanan Mughol India. Diantara sultan-sultan Kesultanan Mughol India Pasca Sultan Aurangzeb adalah : . Sultan Bahadur Syah (1707-1712 Masehi) Sultan Azimusyah (1712-1713 Masehi) . Sultan Farukh Siyar (1713-1719 Masehi) Sultan Muhammad Syah (1719-1748 Masehi) Sultan Ahmad Syah (1748-1754 Masehi) . Sultan Alamghir (1754-1759 Masehi) , Sultan Syah Alam (1761-1806 Masehi) . Sultan Akbar II (1806-1837 Masehi) ). Sultan Bahadur Syah II (1837-1858 Masehi) Pada masa Kesultanan Akbar I] memimpin Kesultanan Mughol India, Sultan Akbar I] memberi kesempatan kepada koloni dagang Inggris (EIC) dengan memberikan tanah-tanah yang merdeka kepada koloni Inggris dan sekaligus mendapat jaminan dari Sultan Akbar II, Hal ini. dilakukan sebagai upaya mendapat dana dari pemerintah koloni Inggris untuk menghidupi kegiatan istana Kesultanan Mughol. Ketika organisasi dagang Inggris (ETC) mengalami berbagai kerugian dalam perdagangan internasional. Maka pihak koloni Inggris mengambil pajak langsung kepada rakyat India atas jaminan Sultan Kesultanan Mughol (Sultan Akbar II). PRENANAWNS ———— KESULTANAN MUGHOL INDIA. 203 HS. SUHAEDI Kondisi Kesultanan Mughol yang seolah-olah dikuasai oleh pihak koloni Inggris memicu terjadinya berbagai__konflik pemberontakan di berbagai wilayah India. Setelah pemerintahan Akbar II, yang digantikan oleh Sultan Bahadur Syah {1 (1837-1858 Masehi). Sultan Bahadur Syah II mengorganisir kekuatan wilayah India untuk menyerang pihak koloni Inggris. Akan tetapi Inggris dengan bantuan raja-raja Hindu berhasil mematahkan gerakan perlawanan Kesultanan Mughol yang dipimpin oleh Sultan Bahadur Syah Il. Ekses dari gerakan perlawanan Kesultanan Mughol dengan koloni Inggris dan raja-raja Hindu India mengakibatkan Sultan Bahadur Syah II ditawan dan diasingkan pada tahun 1858 Masehi.'° Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan Kesultanan Mughol India mengalami kemunduran yang pada akhirnya Kesultanan Mughol mengalami kehancuran. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1, Terjadinya stagnasi dalam membina kekuatan militer sehingga kehadiran Inggris tidak terkontrol oleh Kesultanan Mughol India. 2. Kemerosotan moral dikalangan istana Kesultanan Mughol India, sehingga menimbulkan berbagai kecemburuan di kalangan para politisi dan rakyat Kesultanan Mughol. 3. Ide-ide yang dijalankan oleh Kesultanan Mughol India dibawah pimpinan Sultan Aurangzeb menjadi bumerang bagi sultan-sultan Kesultanan Mughol yang lemah, yakni menimbulkan adanya fanatisme non muslim terutama masyarakat Hidu di wilayah India. 4. Sultan-sultan kesultanan Mughol India pasca Sultan Aurangzeb mengalami krisis kepemimpinan. Sekalipun pada masa sultan-sultan Kesultanan Mughol pasca Sultan Aurangzeb sudah dilaksanakan restorasi, tetapi tidak dapat mengembalikan kewibawaan. '3 Badri Yatim, Sejarah Peradaban islam, (Jakarta : LSIK, 1993), p.159-162 TSAQOFAH 204 VOL. 11. NO. 02 JULI-DESEMBER) 2013

Anda mungkin juga menyukai