Anda di halaman 1dari 17

KASUS MINGGU 5 ICU

Kasus 1 Hemoragic Stroke


Seorang laki-laki berusia 77 Tahun dirawat di ICU dengan keluhan dengan penurunan kesadaran.
keluarga mengatakan sebelumnya pasien sempat jatuh sekitar pukul 09:00 WIB dan pasien
beranjak tidur dan tidak sadarkan diri. Saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil tekanan darah
167/88 mmHg, nadi 167x/menit, RR 38x/menit, suhu 37.80C, dan SpO2 98%, pasien terpasang
OPA ukuran 3, terpasang NRM 10 L/menit, terpasang kateter ukuran 16, dan terpasang NGT.
Saat pasien dilakukan bilas lambung dan cairan yang keluar ±300 cc. Cairan berwarna hijau
kehitaman. Kesadaran sopor dengan GCS E2M2V1 , pasien sesak terdengar suata napas
tambahan, bibir sianosis. Pasien sempat kejang, akral dingin, dan kelumpuhan anggota tubuh
bagian kanan. Terpasang infus asering 20 tpm. Keluarga mengatakan pasien pernah dirawat di
RS ±5 tahun yang lalu dengan keluhan hipertensi. Keluarga mengatakan pasien sering mengeluh
nyeri kepala dan berobat ke puskesmas. Pasien menderita vertigo. Pasien terpasang katetr, urin
tertampung ±250cc/6jam, urine berwarna kuning pekat. Pasien belum BAB sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit.
Pasien nampak sesak dengan RR 38x/menit, terdapat retraksi dinding dada, terdengar suara
napas tambahan, terdapat sekret di saluran napas, terpasang NRM 10 lpm, dan terpasang mayo.
Irama jantung reguler, tidak terdapat bunyi tambahan (s3), tekanan darah 167/88 mmHg, nadi
167x/menit. Kesadaran sopor dengan GCS E2M3V1, reaksi pupil isokor, simetris dengan
diameter 2mm / 2mm, dan mengalami penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan. Pasien
terpasang kateter, urin tertampung sebanyak ±250cc/6jam, urin berwarna kuning pekat, tidak ada
distensi kandung kemih, pemasangan kateter hari kedua Mukosa bibir pucat, lidah kotor, tidak
mengalami distensi abdomen, terpasang NGT, dilakukan bials lambung cairan yang keluar
±300cc, cairan berwarna hijau kehitaman, tidak emngalami distensi abdomen. Pasien mengalami
penurunan kekuatan otot tubuh bagian kanan, tidak ada fraktur atau luka, turgor kulit buruk,
akral dingin, dan CRT >2 sekon.
Program terapi yang dijalani:
Pemeriksaan penunjang Laboartorium:
Kasus 2. Non Hemoragic Stroke
Seorang laki-laki berumur 70 tahun, Klien masuk rumah sakit melalui IGD pada tanggal 11
Desember 2020 jam 11.00 WIB dengan diagnosa medis Stroke Non Hemoragik. Klien dibawa
ke IGD RS karena mengalami penurunan kesadaran. Kemudian klien dirawat di ruang ICU untuk
mendapat perawatan yang lebih intensive. Klien di pindah ke ICU tanggal 11 Desember jam
13.00 WIB. Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Desember jam 07.00 WIB. 3 jam SMRS
klien mengalami penurunan kesadaran, keluar keringat dingin, badan lemas, ekstremitas kiri
lemah baik atas maupun bawah. Lalu oleh keluarga klien langsung dibawa ke puskesmas
setempat, setelah di puskesmas klien dirujuk ke IGD RS. Klien tiba di IGD dengan keluhan
tidak sadar, keringat dingin, badan lemas, ekstremitas kiri lemah, kesadaran somnolen E3V1M4,
terpasang infuse RL 20 tpm, terpasang DC, terpasang O2 nasal 3 lpm. Dengan TD : 190/110
mmHg, N: 106x/mnt, RR : 26x/mnt, S : 36,5°C.
Dari IGD klien dipindah ke ICU agar mendapatkan perawatan intensif. Keadaan umum klien:
lemah , tanda-tanda vital: tekanan darah: 190/110mmHg, nadi 106 x/menit, suhu 36,5C, RR:
30x/menit ,terdapat bunyi paru tambahan ronchi, , nampak penumpukan sekret pada mulut klien
berwarna putih kekuningan, SPO2 98%, akral dingin, klien terpasang DC ukuran 18.
Pemeriksaan head to toe diperoleh beberapa hasil pemeriksaan fokus di antaranya: pemeriksaan
paru inspeksi: pengembangan dada kanan kiri sama, tidak ada bekas luka, tidak nampak
penggunaan otot bantu nafas dan retraksi, palpasi: pergerakan dada simetris antara kanan dan
kiri, perkusi: sonor, auskultasi: bunyi paru terdapat ronkhi. Pemeriksaan jantung inspeksi: ictus
cordis tidak nampak, palpasi: ictus cordis teraba di line mid clavikula sinistra intercosta ke V,
perkusi: pekak seluruh lapang jantung, auskultasi: bunyi jantung reguler S1 dan S2 tanpa bunyi
jantung tambahan. Pemeriksaan abdomen inspeksi: perut datar, tidak ada jejas, tidak ada luka
bekas operasi, auskultasi: peristaltik 15x/menit, perkusi: tympani, palpasi: tidak ada pembesaran
hepar, tidak ada nyeri tekan, abdomen lunak. kekuatan tonus otot ekstremitas atas kanan 4, kiri 1,
ekstremitas bawah kanan 4, kiri 1.
Hasil pemeriksaan labolatorium pada tanggal 11 Desember diperoleh hasil: nilai Hemoglobin
14,1 gr/dl (13-16), Leokosit 19,5 ribu/ul (4-12 ribu/ul), Eritrosit 43,81 juta/ul, Hematokrit 39,9 %
(36-47 %), Trombosit 447 ribu/ul (150-400 ribu/ul), Kreatinin 1,3 mg/dl, Ureum 35,3 mg/dl.
Hasil pemeriksaan diperoleh hasil: sinus rytem, tidak ada iskemik maupun AMI.
Klien mendapatkan terapi infuse RL 20 tpm, O2 nasal 3 lpm, injeksi ceftriaxone 1 gram, injeksi
ranitidine 25 mg. Klien terpasang NGT, DC.
Kasus 3 mengioensefalitis
Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 5 bulan, merupakan rujukan dari puskesmas dan
sudah 4 hari di rawat di ruang ICU. dengan keluhan utama penurunan kesadaran.
Keluarga Pasien mengatakan kejang kelojotan satu badan di rumah selama > 30 menit
sampai di puskesmas masih kejang, setelah kejang pasien tidak sadar. Pasien memiliki
riwayat demam selama 2 hari, muntah sebanyak 2 kali 1 hari. Ada riwayat batuk pilek
dan buang air besar cair. Riwayat kelahiran pasien lahir di rumah dibantu oleh dukun
beranak. Saat dilakukan pemeriksan lebih lanjut didapatkan data sebagai berikut :
a. Keadaan umum pasien tampak sakit berat dengan kesadaran E2M4V2.
b. Suhu tubuh 37,9o
c. Laju napas 50 kali/menit,
d. Denyut nadi 80 -112 kali/menit, saturasi oksigen 99%.
e. Berat badan pasien 9,6 kg dan panjang badan 78 cm.
f. Pemeriksaan fisik yang bermakna pupil isokor 4/4 mm dengan refleks cahaya
langsung lambat, mata deviasi ke kanan.
g. Pemeriksaan auskultasi rhonki positif pada kedua lapang paru
h. Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
i. Hasil pemeriksaan laboratorium darah Hemoglobin 10,3 g/dL, Leukosit 38.700 /mm3
(Granulosit 81,3%, Limfosit 15,2%, Monosit 2,7%), Trombosit 545.000/mm3,
Hematokrit 31,3%, Gula Darah Sewaktu 124 mg/dL, Pemeriksaan Malaria
(mikroskopik) negatif. Pemeriksaan elektrolit, pungsi lumbal, CT (Computed
Tomography)-scan tidak dapat dilakukan di RS Karitas.
Berdasarkan pemeriksaan tersebut pasien didiagnosis dengan status epileptikus suspek
meningoensefalitis, sepsis, dan bronkopneumonia.
Kasus 4. CVA Hemoragic
Seorang laki-laki berusai 53 tahun dirawat di ruang ICU dengan keluhan penuruan kesadaran. 2
hari sebelumnya klien demam, kemudian dibawa berobat ke dokter umum dan dikatakan ISK. ±
2 jam yang lalu pasien tiba-tiba tidak sadar, tidak bisa dibangunkan saat tidur dalam kondisi
ngorok. Sebelumnya tidak ada keluhan nyeri kepala, tidak ada muntah dan tidak ada kejang
sebelumnya. Keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit tipe C pukul 00.15 WIB. Kemudian
dari RS klien dirujuk ke IGD RS tipe B pukul 13.00 WIB. Klien datang di IGD RS tipe B dalam
keadaan tidak sadar dengan GCS E1M2V1. Kemudian klien dirujuk ke ruang ICU untuk
mendapatkan perawatan intensif dengan ventilator. Saat pengkajian di ICU klien soporokoma
dengan GCS E1M2VET, terpasang Ventilator dengan mode SIM V, FiO2 70%, PEEP + 5, VT
487, RR 38x/menit. Vital Sign : TD 140/90 mmHg, frekuensi nadi 160x/menit, Suhu : 38,5⁰C,
dan SaO2 100%. Kondisi pupil keduanya miosis, reflek cahaya +/- . Ada akumulasi secret di
mulut dan di selang ET, tidak terpasang mayo dan lidah tidak turun. Terdapat retraksi otot
interkosta dengan RR 38 x/menit dan terdengar ronkhi basah di basal paru kanan. CRT < 3 detik.
Di ICU klien sudah mendapatkan Brainact /12 jam, Alinamin F/12 jam, Ranitidin /12 jam, dan
infuse RL 20 tpm. Pemantauan intensif tanda vital klien selama dirawat di ICU

Tanggal TD MAP HR SaO2 RR Suhu


21/12/20 140/98 112 124 100 38 38,5

22/12/20 145/97 113 130` 100 20 38,2

23/12/20 88/51 63,3 96 97 17 40,7


Pola Eliminasi
a)      Urin/shift
Tgl Frek BAK Warna Retensi Inkontinensia Jumlah
21/12/2 DC Kuning √ - 200 cc
0
22/12/2 DC Kuning √ - -
0
23/12/2 DC Kuning √ - -
0
Pemeriksaan lab urin : Tidak ada
b)      Fekal
Tgl Frek BAB Warna Konsistensi
21/12/2 1x Kuning lunak
0 kecoklatan
22/12/2 - - -
0
23/12/2 1x Kuning Lunak
0 kecoklatan
 Pemeriksaan lab feses : Tidak ada
c) Tingkat Kesadaran
1. GCS
Tgl Eye (e) Motorik (m) Verbal (v) Total
21/12/20 1 2 ET -
22/12/20 1 1 ET -
23/12/20 1 1 ET -

 Status Kesadaran
Tgl Composmentis Apatis Somnolen Sopor Soporocom Coma
a
21/12/2 - - - - √ -
0
22/12/2 - - - - √ -
0
23/12/2 - - - - - √
0

Tingkat ketergantungan
Tingkat Ketergantungan Klien Menurur Indeks KATZ
Aktivitas
Tgl Hygiene Berpakaian Eliminasi Mobilisasi Kontinen Makan Kategori
21/06 Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibant G
u
22/06 Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibant G
u
23/06 Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibantu Dibant G
u

Status Nutrisi dan Cairan


Asupan Nutrisi
Tgl Hari Jumlah porsi Jumlah Kalori Kalori Total
ke- buah buah makanan
21/12/20 1 Spooling - - - -
22/12/20 2 Spooling - - - -
23/12/20 3 Spooling - - - -

Status nutrisi perhari               : F x A


                                                  ( BB x 30 kkal ) x indeks aktivitas
                                                  ( 60 x 30 kkal ) x 0,9
                                                  1620 kkal/hari         
Aminovel/comafusin hepar     : 200 kkal/botol
Total nutrisi yang diterima      : Sonde + 1 botol aminovel/comafusin hepar
                        1620 kkal/hari : sonde + 200 kkal
                        Jadi sonde/hari: 1420 kkal             @ shift : 473.3 kkal

  Cairan/24 jam
Tanggal Intake Output Balance Cairan
21/12/20 Parenteral : 1500 cc Urine : 200 cc + 1000 cc
IWL : 600
Feses : 200 cc
Muntah : -
Enteral : 500 cc Drainase : -
Total : 2000 cc Total : 1000 cc
22/12/20 Parenteral : 1800 cc Urine : - + 1800 cc
IWL : 600
Feses : -
Muntah : -
Enteral : 600 cc Drainase : -
Total : 2400 cc Total : 600

23/12/20 Parenteral : 500 cc Urine : -           100 cc


IWL : 600
Feses : 200
Muntah : -
Enteral : 200 cc Drainase : -
Total : 700 cc Total : 800

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Nilai Satuan 21/12/20 22/12/20 23/12/20


Nilai Nilai Nilai
Hb 13 - 16 % 13.8 12.3
Ht 40 - 54 % 44 38
Eritrosit 45 - 65 jt/ mmk 5.04 4.48
Leukosit 4 - 11 ribu/ mmk 8.4 7.4
Trombosit 150 - 400 ribu/mmk 84 37
Creatinin 0.6 - 1.3 mg/ dL 1.5 12.4
Albumin 3.4 - 5 mg/ dL 3.6 3.1
Gula Sewaktu 80 - 120 mg/ dL 118 482
Ureum 15 - 39 mg/ dL 28 319
Na 136 - 145 mmol/ L 139 132
K 3.5 - 5.1 mmol/ L 3.6 7
Cl 98 - 107 mmol/ L 106
Cholesterol 50 - 200 mg/ dL
Trigliserid 30 - 150 mg/ dL
Waktu 10 - 15 Dtk
protrombin
PPT kontrol 12.8
Waktu 23.4 - Dtk
tromboplastin 36.8
APPT kontrol 27.5
pH 7,35–3,45 7.334 7.312 7.315
pCO2 35 - 45 mmHg 27 27.6 30
pO2 83 - 103 mmHg 236.9 199.7 189.8
HCO3 18 - 23 Mmol/L 16.3 16.9 17.2
AADO2 <100
Laktat 0,4 - 2
Base Excess -10.2 -8.8 -8.4
FiO2 70 % 60% 40 %

Kasus 5. Trauma Kapitis


Klien laki-laki berusia 68 tahun masuk RS karena tidak sadar akibat kecelakaan lalu lintas Saat
Pengkajian :Klien dalam perawatan ruang ICU karena mengalami cedera kepala berat disertai
fraktur femur. Riwayat Kesehatan Saat Ini pasien mengalami kecelakaan lalu lintas (KLL).
Pasien ditabrak mobil pick-up dari arah belakang, sedangkan di depan pasien terdapat mobil,
pasien jatuh terpental ke depan dan kepalanya terbentur mobil yang ada di depannya dan
jatuhnya pada posisi paha kanan terjepit di stang motor. Pasien tidak sadarkan diri, tidak
mengalami pusing, mual, muntah atau batuk. Pasien di tolong oleh warga sekitar kemudian
pasien diantar ke IGD RS pukul 14.00 WIB. Di IGD RS klien diagnosa medis trauma kepala
berat disertai fraktur femur 1/3 distal dextra disertai dengan ditandai dengan kondisi tidak sadar,
GCS 3. Pukul 18.00 WIB pasien masuk ke ruang operasi untuk dilakukan operasi ORIF, selesai
menjalani operasi pada sekitar pukul 22.00 WIB dan dianjurkan dirawat di ruang ICU. Pasien
tiba di ICU dengan kondisi umum post op ORIF pada bagian femur dextra, terpasang DC dengan
produksi urine ±200ml, terpasang CVC dengan terapi parenteral NS 20 tpm. Terpasang syring
pump Neuroepineprine (NE) 0,8 ml/24 jam. Terpasang ventilator PCMV 1.
Riwayat Kesehatan Terdahulu Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes militus. Pasien
tidak pernah MRS serta tidak memiliki riwayat operasi selain operasi setelah mengalami KLL.
Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga pasien mengatakan Ibunya memiliki penyakit DM dan
Ayahnya memiliki penyakit hipertensi. Riwayat Alergi Klien tidak memiliki riwayat alergi
seperti makanan, obat-obatan, Dll.
Pemeriksaan fisik: Keadaan umum pasien lemah dengan kesadaran koma dengan status vital
sign: tekanan darah: 150/60mmhg, nadi : 130x/menit, suhu : 37,8 ºC, RR 40 x/menit dengan
berat badan 90 kg. Pola nafas tidak teratur, bunyi nafas ronkhi di kedua lapang paru sisi sinistra,
type pernapasan dada dan perut, klien menggunakan jalan nafas buatan nasofaringeal tube
(mayo), pernapasan dibantu menggunakan ventilator jenis PSMIV dengan FiO2 100%. Bentuk
dada klien normal, pergerakan dinding dada tidak simetris. Terdapat pernafasan cuping hidung,
terdapat pernafasan bibir. Terdapat produksi secret pada jalan nafas. Irama jantung irreguler dan
S1/S2 terdengar dan klien tidak nyeri dada, bunyi jantung gallop CRT >3 detik, akral klien
dingin kering, vital sign status TD: 150/60mmHg, nadi : 130x/menit, suhu : 37,8 ºC. Kesadaran
klien koma dengan GCS 3 dan reflek pupil negatife. Klien dalam kondisi undersedasi, klien tidak
kejang maupun gelisah. Sklera ikterik dan konjungtiva anemis. Klien terpasang DC (dower
cateter) dengan jumlah produksi urine 350/7 jam, warna kuning jernih dan memiliki bau khas
amoniak. Tidak terdapat pembesaran pada kandung kemih klien. Bibir klien tampak kering dan
pecahpecah, asupan nutrisi dibantu melalui NGT, dengan diit diabetasol 200cc 5x dalam sehari.
Bising usus 40x/menit. Selama di rawat di rumah sakit, klien belum ada BAB. Kemampuan
pergerakan sendi tidak ada. Kaku sendi (+), patah tulang pada bagian femur kanan 1/3 distal,
kekuatan otot ekstremitas atas x/x, ekstremitas bawah x/x. h warna kulit pucat, turgor kulit
sedang dan tidak adanya edema dan tidak ada lesi juga tidak rontok. Klien mandi 2x/hari dengan
di seka, mendapatkan perawatan oral hygiene 2x/hari, rambut klien dicuci setiap 2 hari sekali.
Rambut disisir rapi. Pakaian diganti setiap 2x/hari. Dalam aktivitasnya dibantu total oleh perawat
yaitu makan/minum, toeleting, berpakaian, mobilisasi dalam tempat tidur, berpindah, ambulasi/
ROM. Keluarga klien mengatakan klien dekat dengan istri dan anak-anaknya. Klien memiliki
hubungan baik dengan orang lain, penampilan klien menarik. Proses pikir klien cepat tanggap,
klien beribadah setiap hari di rumah.
Hasil Pemeriksaan Radiologi:
Dilakukan CT Scan Head, dengan rekonstruksi, dengan hasil sebagai berikut: 1. Midlline shift:
Tidak ada 2. Sulcus avrus: Mengabur 3. Sisterna Ambiens: Mengabur Sistem ventrikel:ada
pergeseran Bone defect:ada fraktur kommunitif Soft Tissue: subgaleal hematom pada regio
ventrikel. Kesimpulan: 1. Ada pergesaran dan mengabur 2. Ada fraktur kommunitif, subgaleal
pada region ventrikel Dilakukan CT Scan femur, dengan rekonstruksi, dengan hasil sebagai
berikut: Alignment: Tampak fraktur pada bagian femur kanan 1/3 distal, 1. Trabekulasi: Baik 2.
Bone: Tampak discontinuitas comminutif, transversal pada femur kanan 1/3 distal. 3. Soft tissue:
Tampak pembengkakan (swelling) pada region hip kanan. Kesimpulan: 1. Fraktur femur 1/3
distal. 2. Soft tissue swelling region hip dextra
Penatalaksanaan:
1. Balut menggunakan tensocrabe 15. Syringe Midazolam 3meq/jam
2. Diit Diabetasol 200cc 5x/hari 16. Nebiulizer combivent+NS/6 jam
3. IV Cefazoline 2x1mg 17. Spry insulin IIu/jam
4. IV Ketorolax 3x30mg
5. IV Ranitidin 2x50mg
6. IV Metodopramid 3x10mg
7. IV Pirazetam 3x3mg
8. IV Citicolin 3x250mg
9. IV Kalnex 3x50mg
10. IV Fentolin 3x1mg
11. IV Antrain 3x1mg
12. Syringe Fentyl 60meq/jam
13. Syringe NE 0,2 meq/kg/menit
14. Syringe Dobutamin 5 meq/kg/jam
KASUS 6. CKD
klien Laki-laki berumur 52 tahun, dirawat di ICU dengan diagnosa medis Acute Kidney Injury.
Pada saat mengkaji pukul 10:03 Wita klien mengeluh nyeri perut seperti tertusuk-tusuk. Nyeri
bertambah bila melakukan aktivitas ringan seperti berpindah tempat. Lokasi nyeri berada di
kuadran kiri bawah. Skala sedang (5) dengan durasi ± 10 menit. Klien mengatakan masuk ke RS
karena perutnya yang besar dan nyeri serta tidak ada selera makan. Makanan dan minuman yang
dikonsumsi oleh pasien dirasa pahit di lidah. Pengaruh penyakit terhadap pasien ialah tidak
merasa nyaman karena merasa nyeri dan tidak dapat makan ataupun minum yang disukainya.
Klien berprofesi sebagai nelayan sehingga selama nyeri dirasakan klien mengatakan Sulit
beraktivitas berat seperti bernelayan dan mengangkat jaring. Harapan pasien akan pelayanan
kesehatan yakni bisa cepat pulih dari penyakitnya dan dapat pulang ke rumah. Klien terlihat
lemas, dan klien mengatakan lemas, terlihat meringis dan klien mengatakan tidak mengetahui
tenatang penyakitnya. Klien terlihat bingung ketika ditanya tentang penyakitnya. Awal mula
penyakit muncul secara tiba-tiba dengan keluhan perut kembung pada Oktober 2018. Klien pergi
ke puskesmas dan mendapat pengobatan namun, keluhan yang dirasakan masih sama dan dirujuk
ke RS dengan kondisi penyakit yang sama. Penyakit masa kanak-kanak klien adalah malaria
yang diidapnya sejak umur 8 tahun hingga sekarang. Klien mengatakan tidak mendapatkan
imunisasi. Tidak ada alergi makanan maupun obat. Pernah dirawat sebelumnya di RSdengan
kasus seperti saat ini selama 2 hari pada Januari 2019. Riwayat penyakit yang diderita
sebelumnya ialah perut kembung dan sakit yang diderita sudah 7 bulan lamanya, pasien
melakukan pemeriksaan kesehatannya bila dirasa sudah sakit parah, obat yang dikonsumsi hanya
dari dokter dan obat bebas. Bila obat dari dokter telah habis, klien tidak kembali ke
dokter.Frekuensi makan selama sakit 3x sehari dengan selera makan kurang. Jenis makan bubur
putih, kecap dan telur rebus dengan 1 porsi makan penuh. Namun pasien hanya mampu
menghabiskan 4 sendok saja. Makanan yang disukai ialah pisang. Makanan pantangan yakni
makanan pedas dan bersantan. Pembatasan pola makan dengan makanan yang lunak dan tidak
memiliki banyak rasa. Keluhan hanya tidak selera makan karena makanan yang masuk ke mulut
diarasa pahit oleh klien. Mendapatkan diet bubur kecap dan telur rebus. Saat sakit Frekuensi
minum dalam sehari 2 gelas ukuran ± 300 ml yakni air putih hangat. Cairan infus sodium
chloride 0.9% 500 ml dengan 20 tetes per menit. Eliminasi urin Sebelum sakit Frekuensi 4
sampai 5 kali dalam sehari, pancaran lurus dan lancar. Jumlah ± 30 cc/jam dengan bau urin
amoniak dengan warna kuning jernih. Perasaan setelah BAK ialah lega karena dapat buang air
namun sering. Tetapi produksi urin ± 800 cc. Kesulitan dalam hal buang air kecil ialah poliuria.
Saat sakit Frekuensi ± 10x dalam sehari. Pancaran lurus dan lancar. Jumlah ± 20 cc/jam dengan
bau urin amoniak dan bewarna kuning jernih. Perasaan setelah BAK adalah lega karena mampu
mengosongkan kandung kemihnya walaupun bolak-balik ke toilet. Total produksi urin ± 500 cc.
Kesulitan buang air kecil poliuria. Frekuensi BAB 1 kali dalam sehari dengan konsistensi cair
dan bau khas, warna kuning. Penggunaan obat pencahar 2 kali dalam sehari. Tekanan darah:
100/60 mmHg, MAP = 100+2 𝑥 60/ 3 = 73.3 mmHg Kesimpulan: MAP Normal , frekuensi Nadi: 70 x
/menit, teratur, Suhu: 36,5 ℃ melalui axila Frekuensi pernapasan: 18 x /menit, teratur, jenis eupnea. :
Hygiene kulit, tampak lembab. Palpasi : CRT (Capillary Refill Time) ± 4 detik, tekstur kulit lembab,
turgor menurun.

Balance cairan klien:

Hasil pemeriksaan darah lengkap:


Laboratorium kimia darah

GFR :Rumus Cockroft – Gault


(140 - umur) x berat (kg) / (72 x Serum Kreatinin)
(140 – 52 tahun) x 47 kg / (72 x 2.70 %)
= 21.275 ml/min
Terapi medis saat ini: Allopurinol 100 mg/ 12 jam Oral, Antasida sirup 1 sendok teh/ 6 jam Oral,
Laxadyn sirup I sendok the/ 6 jam Oral 4. Senin, HCT 12.5 mg/12 jam Oral 5. NaCl 0.9 % 20
tpm Intravena, Omeprazole 40 mg / 12 jam Intravena, Metoclopramide 10 mg/ 8 jam,
Mecobalamin 1 ml/ 12 jam Intravena, Ranitidine 2 ml/12 jam Intarvena, Fleet Enema 133 ml/8
jam Rectal
KASUS 7 COMBUSTIO

Seorang laki-laki berusia 35 tahun diatar ke puskesmas karena luka bakar. Sekitar lima belas jam
sebelum masuk rumah sakit klien sedang memperbaiki motor di dalam rumah. Pada saat itu
pasien tidak sadar bahwa ada kebocoran yang mengakibatkan bensin di lantai rumahnya. Pasien
juga tidak mengetahui asal api dari mana, tiba-tiba ada api yang menyambar langsung membakar
tubuh pasien, dan pasien secepatnya keluar rumah sambil berlari dengan api yang sudah melahap
seluruh bagian tubuh pasien. Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (+),
terbentur di kepala (-), pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-). Pasien kemudian dibawa ke
rs tipe c dan diberi perawatan luka, dan pasien dirujuk ke rs tipe B untuk dilakukan penanganan
lebih lanjut. pemeriksaan fisik, pada pasien didapatkan eritema, nyeri, pucat jika ditekan, bulla berisi
cairan eksudat, luka bakar berwarna hitam, putih ataupun merah ceri. keadaan umum tampak sakit
berat, kesadaran komposmentis, gizi kesan baik, tekanan darah 110/70 mmhg, nadi 82 x/menit,
pernafasan 32 x/menit dan suhu 370C. Pada status lokalis pasien didapatkan di regio kranial
tampak luka bakar grade II 8 %, dan palpasi didapatkan nyeri tekan, di regio toraks-abdomen
terlihat tampak luka bakar grade II-III kurang lebih 33%, kemerahan dan pada penekanan
terdapat nyeri tekan. Pada regio ekstremitas superior terlihat luka bakar II-III 16% dan pada
penekanan didapatkan nyeri tekan. Pada regio ekstremitas inferior terlihat luka bakar grade II
33%, kemerahan, dan terasa nyeri. Berdasarkan pemeriksaan pada pasien maka diagnosis pada
pasien ini adalah combustio grade II-III ±90% et causa api. Pasien ini mendapatkan terapi O2 3-
4 L/menit, infus cairan RL 8 jam pertama 8.000 cc selama 16 jam, injeksi ceftazidime 1 g/12 jam
(skin test), injeksi metronidazol 500 mg/8 jam, injeksi gentamisin 80 mg/8 jam, injeksi ranitidin
50 mg/12 jam, dan drip ketorolak/8 jam.

Kasus 8 Post Opp APP


Seorang laki-laki berusia 21 tahun diantar ke RS dengan Keluhan saat dilakukan pengkajian
klien mengatakan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas. Klien mengeluh sakit sekitar
jahitan terutama jika digunakan untuk beraktifitas, terasa panas seperti ditusuk-tusuk, klien
mengatakan nyeri hilang timbul. Saat dilakukan pengkajian post opp hari ke-1, Keluarga
mengatakan pada tanggal 25 Desember 2020 klien mengeluh perut bagian kanan bawah terasa
sakit dan panas, keluarga membawa klien berobat ke Puskesmas, tetapi selama satu hari minum
obat yang diberikan tidak ada perubahan kondisi, klien masih merasakan sakit perut dibagian
kanan bawah dan muntah. Pada tanggal 26 Desember 2020 keluarga membawa klien ke RS jam
09.00 dengan keluhan perut bagian kanan bawah terasa sakit dan panas, setelah dilakukan
pemeriksaan kemudian klien disarankan untuk opname di ruang bedah. Kemudian pasien
opname di Ruang perawatan lalu dilakukan tindakan oprasi pada tanggal 30 Desember 2020.
Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos menthis E : 4, V : 5, M : 5 b. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmhg N : 79 x/menit Rr : 20 x/menit S : 36 0C. pemeriksaan fisik Abdomen,
Inspeksi : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomy dengan jahitan rapi, luka
bersih, tidak ada pus, kemerahan berkurang, tidak bengkak, panjang luka ± 5 cm, terdapat 5
jahitan luka. Auskultasi : Peristaltik usus 17 x/menit Perkusi : tympani Palpasi : tidak ada
pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa, suhu sekitar luka hangat. Klien
mengatakan nyeri pada luka jahitan (abdomen), terutama jika digunakan untuk aktifitas. P: nyeri
pada luka jahitan, jika digunakan untuk bergerak, nyeri berkurang pada waktu istirahat. Q: terasa
panas seperti ditusuk-tusuk R: daerah abdomen S: skala nyeri 4 T: nyeri hilang timbul.
Pemenuhan aktivitas klien Makan, minum, Mandi, Toileting, Berpakaian, Mobilitas ditempat
tidur, Berpindah, Ambulasi ROM sepenuhnya dibantu oleh keluarga/ perawat. Terapi yang saat
ini dijalani yaitu 1) Infuse RL 20 tpm 2) Metronidazole 500 gr/8 jam 3) Cefotaxim 1 gr/12 jam 4)
Ranitidine 25 mg/12 jam 5) Norages 100 gr/8 jam 6) Inadril sirup 3x1 sendok teh.
Hasil laboratorium darah lengkap:

Hasil USG : 1) Suspect Appendicitis : dengan ada periappendicular infiltrate 2) Ada cairan bebas
intraabdominal (menyokong peritonitis) 3) Organ-organ abdomen lain normal

Kasus 9. CONTUSIO CEREBRI


Seorang laki-laki berusia 43 tahun dirawat diruang ICU dengan penurunan kesadaran akibat
kecelakaan lalulintas sejak 2 hari yang lalu. Saat dilakukan pengkajian di IGD didaptkan tingkat
kesadaran sopor GCS: E2 V2 M5 = 9. Pupil isokor, ukuran 2 mm terpasang neck coller, kepala
hematoma pada occipital sinistra, TD : 140/100 mmHg, Nadi: 92 x/ menit, RR: 20 x/ menit,
Suhu : 38,3° C. Di IGD RS didiagnosa trauma kepala Susp EDH (Epidural hemorage).
Kemudian klien dirawat inap di ruang ICU. Keadaan klien saat ini masih mengalami penurunan
kesadaran, dengan tingkat kesadaran somnolen GCS: E3 V2 M5 =10. Terpasang O2 NRM 6 lpm,
tampak robek/ luka pada bibir bawah yang telah di hecthing, terpasang NGT, TD: 100/70
mmHg, Nadi : 58 x/ menit teraba lemah reguler, RR : 23 x/ menit, suhu : 38,7° C. perfusi >3
detik , akral teraba dingin, klien Nampak pucat.
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 20 Desember 2020

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Hematologi 13.5 g/dl 13.5 – 17.5
Hematokrit 39 % 33 – 45
Leukosit 16.7 ribu/Ul 4.5 – 11.0
Trombosit 203 ribu/Ul 150 – 450
Eritrosit 4.53 juta/Ul 450 – 590
Golongan darah A

Gula Darah Sewaktu 190 mg/dl 60 – 140


Kreatinin 1.0 mg/dl 0.9 – 1.3
Ureum 41 mg/dl < 50
Elektrolit
Natrium darah 139 136 – 145
Kalium darah 4.0 3.3 – 5.1
Clorida darah 106 98 – 106

HbsAg Nonreactiv Nonreactive


Analisa Gas Darah e
pH 7.350 – 7.450
BE 7.461 mmol/L -2-+3
PCO2 -2.7 mmHg 27.0 – 41.0
PO2 28.7 mmHg 83.0 – 108.0
HCO3 65.4 % 21.0 – 28.0
Total CO2 22.1 mmol/L 19.0 – 24.0
O2 Saturasi 17.8 % 94.0 – 98.0
93.1

b. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan CT-Scan tanggal 20 Desember 2020
Kesimpulan : Edema Serebri
2) Pemeriksaan Rongent
- Foto Cervical AP dan Lat, tgl 20 Desember 2020
Kesan : Paracervical Musclespam
- Foto Thorax PA, Tgl 20 Desember 2020
Kesimpulan : Cord an Pulmo tak tampak kelainan
c. Terapi
Tgl 21 desember 2020
O2 Non Rebreathing Masker 6 lpm
IVFD : D 5 ½ NS 1000 cc/24 jam (kec. 41.6 cc/jam)
Aminofusin 500 ml/24 jam Manitol 2x100 ml (bolus)
Injeksi/IV 2x1000 mg Piracetam 3x3 gr
Ranitidin 2x50 mg Metamizole 2x1 gr
paracetamol (K/P) Diet peptisol 4x200 cc perhari

Kasus 10 Post Opp Craniotomy


Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 25 tahun dirawat di ruang ICU RS dengan post
Craniotomy dengan cedera kepala berat. Pasien mengalami penurunan kesadaran dan terdapat
hematoma di wajah. Riwayat penyakit sekarang ini klien ± 1 hari sebelum masuk RS klien
berdiri dibelakang bak terbuka berisi gabah dengan kecepatan sedang. Kepala klien terbentur
plang dan terjatuh ke aspal dengan kepala terbantur terlebih dahulu. Pada saat itu klien
pingsan,tidak muntah, dan tidak kejang. Oleh temannya klien dibawa ke RS tipe C Klien di
infus, diberi injeksi, diberi obat dan telah dilakukan CTScan kepala. Karena keterbatasan alat,
klien di rujuk ke Rs Tipe B. Klien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes, ginjal, asma,
jantung, dan alergi. Terdapat sputum dijalan nafas, bunyi nafas stridor, lidah tidak jatuh ke
belakang. Frekuensi pernafasan 30x/menit, irama nafas tidak teratur, nafas cepat dan pendek,
tidak menggunakan otot bantu pernafasan, suara nafas stridor, SpO2: 97%, klien terpasang NRM
(Non Rebreathing Mask) O2 10 lpm, terdapat percikan sekret pada NRM. Nadi karotis dan
perifer teraba kuat, capillary refill kembali dalam 3 detik, akral dingin, tidak sianosis. Tanda-
tanda vital: TD : 142/98 mmHg,N: 102 x/menit, RR: 32 x/menit, S: 370 C. Kesadaran dengan
GCS = E1V3M5 = 9. Turgor kulit baik, ada luka lecet pada wajah klien, terjadi oedema pada
wajah klien, capillary refill kembali dalam 3 detik. Untuk pemeriksaan Head to Toe, yang
terdapat kelainan yaitu antara lain: Kepala berbentuk bulat, ada hematoma, ada jejas, ada lesi
pada wajah, ada luka post craniotomi sebanyak 33 jahitan, terpasang drain dengan keluaran 10 cc
darah. Untuk mata pupil isokor, ukuran 3mm/ 3mm, simetris kanan-kiri, sklera tidak ikterik,
konjungtiva anemis, reaksi terhadap cahaya baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Untuk hidung berbentuk simetris, tidak ada polip, ada sekret, terpasang NRM 14 lpm, dan
terpasang NGT (Naso Gastric Tube). Untuk mulut bengkak, tidak ada perdarahan pada gusi,
mukosa bibir kering, tidak ada sariawan, tidak menggunakan gigi palsu, dan terdapat lesi. Untuk
leher tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada peningkatan JVP. Untuk pernafasan
(dada) terdapat suara stridor saat diauskultasi. Kekuatan otot pada ekstremitas Ekstremitas atas:
kekuatan otot (4), tidak oedema, capillary refill 3 detik, terdapat luka lesi pada tangan kanan dan
kiri, terpasang restrain pada tangan kanan dan kiri. Ekstremitas bawah : kekuatan otot (4),
terpasang IV transfusi darah PRC dengan golongan darah O 1 flash, pada kaki kiri, tidak
oedema, capillary refill 3 detik, terdapat luka lesi pada kaki kanan dan kiri, terpasang restrain
pada kaki kanan dan kiri.
Pada pemeriksaan penunjang CT-Scan didapatkan hasil EDHRegio Frontal Dextra, tampak
defect di regio parietal kanan, panjang 1,5 cm, lebar 0,5 cm, volume 49 cc.
Hasil laboratorium: Hemoglobin 7,8 g/dl, Hematokrit 23 %, Leukosit 10,1 ribu/ul, Eritrosit 3,01
juta/ul, PH 6,957, PCO2 143,3 mmHg, PO2 72,7 mmHg, Hco3 21,0 mmol/L.
Terapi injeksi dan infus antara lain Injeksi Ceftriaxone 2 gr/24 jam,Injeksi Piracetam 3 gr/8
jam,Injeksi Ranitidine 50 mg/12 jam, Injeksi Metamizol 500 mg/8 jam,Tranfusi darah PRC
dengan golongan darah O 20 tetes/menit (tpm) : Infus NaCl dengan kecepatan tetesan 60 cc/jam :
Infus Aminofusin dengan kecepatan tetesan 60 cc/jam : Infus Asering dengan kecepatan 60
cc/jam.

Anda mungkin juga menyukai