Anda di halaman 1dari 21

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI MODALITAS KOGNITIF: MENEMPEL FOTO

DISUSUN OLEH :

Kelompok G

Anggi Aprilia Melsha Elvira Candra

Chintya Dwi Rizal Musfichar Dona

Cindi Arista Mutiara Kamajaya

Dian Permatasari Puti Awaliyah

Elsi Fadila Sari Sofira Sabila

Haziratul Asmi Utri Handayani

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Nurleni, S. Kep, M. Kep

Ns. Defrima Oka Surya, M. Kep, sp. Kep, Kom

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


Praktek Profesi NERS
TA. 2021/2022
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
TERAPI MODALITAS KOGNITIF: MENEMPEL FOTO

A. Latar Belakang
Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku yang maladaptif.
PSTW Sabai Nan Aluih merupakan salah satu Panti Sosial Tresna
Werdha yang terdapat di Sumatera Barat, dimana lansia yang berada di
Pantai Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih pada umumnya adalah
menderita penyakit pada sistem pernafasan, kardiovaskuler, perkemihan,
pencernaan, endokrin, musculoskeletal, integument dan termasuk juga
penurunan fungsi fisiologis. Di PSTW Sabai Nan Aluih terdapat beberapa
orang lansia dengan keterbatasan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari,
namun masih ada lansia yang dapat melakukan aktivitanya secara mandiri.
Dalam kesehariannya, lansia menghabiskan waktu dengan melakukan
kegiatan yang sudah dijadwalkan di PSTW Sabai Nan Aluih namun ada
beberapa lansia yang tidak mau ataupun tidak mampu mengikuti kegiatan
yang dilaksanakan. Pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh, baik itu
kognitif, persepsi, sensori dan motorik. Kondisi gangguan kognitif pada
lanjut usia seperti mudah lupa, disorientasi terutama dalam hal waktu,
gangguan pada kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan
dalam berinteraksi antar lansia, gangguan dalam aktivitas di rumah dan
minat intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri semua itu terjadi
sebagai proses penuaan.
Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara
kemampuan yang menurun secara liner atau seiring proses penuaan adalah
daya ingat. Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk daya ingat lansia
adalah terapi kognitif. Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada
2
tujuan, kondisi dan waktu saat itu. Terapi ini memandang individu sebagai
pembuat keputusan. Terapi kognitif telah menunjukkan kefektifan
penanganan dalam masalah klinik misalnya cemas, schizophrenic,
substance abuse, gangguan kepribadian, gangguan mood. Dalam
prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja
dan setting lainnya.
Istilah kognitif mulai populer setelah teori Piaget banyak dibahas para ahli
tahun 1960-an. Pengertian kognisi, meliputi aspek-aspek struktur intelek
yang digunakan untuk mengetahui sesuatu (Maryam, 2018).
Seiring bertambahnya usia makin besar peluang seseorang untuk
menderita penyakit demensia (lupa). Disamping itu parah atau tidaknya
demensia yang diderita tidak bisa dilihat berdasarkan usia seseorang, apabila
seseorang menderita penyakit demensia maka akan semakin parah demensia
yang diderita. Seseorang didagnosa menderita bila 2 atau lebih fungsi otak
seperti ingatan dan keterampilan berbahasa menurut secara signifikan tanpa
disertai penurunan kesadaran. Demensia sebagaimana merupakan gejala
lupa yang terjadi pada orang lanjut usia.
Menurut Chaplin dalam Maryam (2018). kognisi memiliki pengertian
yang luas mengenai berpikir dan mengamati yang telah mengakibatkan
individu memperoleh pengertian. Kognitif menurut Piaget, perkembangan
kognitif tidak hanya dari hasil kematangan organisme, atau dari pengaruh
lingkungan saja, melainkan interaksi diantara keduanya. Pengertian
pendengaran adalah salah satu sarana penting dalam diri manusia.
Kehilangan pendengaran merupakan ancaman terhadap komunikasi dan
kehidupan pribadi dan sosial.
Terapi kreatifitas menempel foto dimulai dengan membangun
hubungan dan kepercayaan serta rasa aman dan membuat lanjut usia merasa
lebih baik dengan memanfaatkan waktu luangnya.
Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di PSTW Sabai Nan
Aluih Sicincin (Wisma Pantai Cermin, Harau, Talamau dan Selasih) klien
kelolaan didapatkan 18 dari 20 lainsia mempunyai masalah dengan
penurunan sensorik, motorik dan kognitif. Dengan dilakukannya permainan
menempel foto akan membantu untuk mengasah kognitif daya sensorik dan
3
motorik lansia untuk mengingat, menggayakan dan menyebutkan apa yang
mereka lihat.
Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa STIKes
MERCUBAKTIJAYA PADANG tertarik untuk mengambil dan melakukan
terapi aktifitas kelompok menebak foto pada lanjut usia (lansia) dengan
masalah keperawatan gangguan daya ingat di PSTW Sabai Nan Aluih
Sicincin tahun 2021

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diharapkan lansia dapat melatih sensorik, motorik dan kognitifnya
dengan terapi kognitif berupa menempel foto.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan terapi modalitas kognitif lansia mampu:
a. Mengingat nama dan bentuk objek yang telah ditunjukkan.
b. Menempel nama foto sesuai dengan gambar dengan benar.
c. Memainkan permainan sesuai instruksi yang diberikan.
d. Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai
petunjuk yang diberikan.

C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Terapi modalitas kognitif : menempel foto.
2. Sasaran
Lansia di Wisma Pantai Cermin, Selasih, Harau, Talamau
di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin
3. Metode
Ceramah dan bermain
4. Media & alat
 Laptop atau hp
 Kertas karton
 Gambar beserta nama yang sudah di print
 Meja
4
 Kursi
 Double tip untuk menempel gambar

5. Waktu dan tempat


Hari / tanggal :Kamis /21 Oktober 2021
Waktu :10.00 – 11.00
Tempat : ruang tamu wisma talamau

D. Setting Tempat

PA PK
L CL

F F F F

A1 B1 C1
A2 B2 C2
F F
A3 B3 C3
A4 B4 C4

C3
F F
O
B C3

Keterangan
C3

PK : Pembimbing Klinik
PA : Pembimbing Akademik
L : Leader
CL : Co Leader
A1,2,3,4 : kelompok A

5
B1,2,3,4 : kelompok B
C,1,2,3,4 : kelompok C
F : Fasilitator
OB : Observer

E. Pengorganisasian Kelompok
1. Leader : Elsi Fadila Sari
2. Co leader : Puti Awaliyah
3. Observer : Mutiara Kamajaya
4. Fasilitator : Haziratul Azmi, Anggi Aprilia, Chintya Dwi Rizal,
Cindi Arista, Dian Permatasari, Sofira Sabila, Utri Handayani, Melsha
Elvira Candra, Musfichar Dona.

F. Tugas Pelaksana
1. Leader
 Memimpin jalannya TAK
 Menjelaskan peraturan TAK
 Menjelaskan tata cara pelaksanaan TAK
2. Co Leader
 Membantu leader dan mengingatkan leader
3. Fasilitator
 Memberi motivasi peserta / audiens agar ikut aktif berpartisipasi
4. Observer
 Mengamati jalannya acara dari awal sampai akhir
 Menyimpulkan dan melaporkan hasil evaluasi TAK

G. Proses Kegiatan
Tahap/
No Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta
Waktu
1 5 menit Pembukaan oleh Leader:
- Mengucapkan salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri, anggota - Mendengarkan dan
kelompok, dan pembimbing memperhatikan
6
- Evaluasi validasi - Menjawab evaluasi
- Memberikan reinforcement (+) - Mendengarkan dan
meperhatikan
- Menjelaskan tujuan kegiatan - Mendengarkan dan
terapi kognitif : menempel foto memperhatikan
- Menjelaskan kontrak waktu - Mendengarkan dan
menyepakati
- Menjelaskan peraturan-peraturan - Mendengarkan dan
kegiatan dalam kelompok antara menyepakati
lain : jika klien ingin ke kamar
mandi atau toilet harus minta ijin
kepada leader, bila ingin
menjawab pertanyaan klien
diminta untuk mengacungkan
tangan dan diharapkan klien
mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
peraturan menempel foto
- Tidak boleh bersuara
- Waktu menempel foto 1 menit
masing masing lansia
- Lansia yang koperatif

2. 20 menit
Langkah Kegiatan
- Mendengarkan dan
1. Persiapan memperhatian
- Lansia dapat
 Memilih lansia yang kooperatif
memahaminya

 Membuat kontrak dengan klien - Mengatur barisan


sesuai kelompok
 Klien diatur membentu 1 baris yang di peroleh
ke belakang - Mendengarkan dan
memperhatikan
 Mempersiapkan alat dan tempat
7
- Lansia dapat
pertemuan
menempel foto
2. Orientasi sesuai dengan nama
nya
 Salam teraupetik
- Memberi tepuk
 Salam dari terapis kepada klien tangan

 Perkenalkan nama dan


panggilan terapis (pakai papan
nama)

 Menanyakan dan panggilan


semua klien (beri pengenal)

 Leader menyampaikan tujuan


terapi menempel foto

 Leader membuat validasi


kontrak (kontrak waktu, tempat
dan Bahasa)

 Coleader membaca tatatertip

 Leader dibantu co-lider


menjelaskan langkah langkah
terapi menempel foto

3. Fase kerja
 Leader memimpin peserta dan
terapis untuk menyiapkan
peralatan (kertas karton,
gambar beserta nama gambar)
 Mengatur peserta kedalam
kelompok bermain, 1 kelompok
berisikan 4 orang, terdapat 3

8
kelompok bermain.
 Untuk memulai permainan
menempel nama foto, nama
foto akan diberikan oleh
penyelenggara kepada peserta
secara bersamaan dengan nama
yang sama dan akan ditempel
pada karton yang berisi 8 foto
yang tempel secara acak
 1 Peserta di perkenankan untuk
maju ke depan untuk
menempelkan nama pada
gambar dengan waktu yang di
tentukan sesuai dengan matinya
music.
 Menempel nama sesuai dengan
foto yang telah di tempelkan,
dilakukan secara bergantian
dengan anggota kelompok yang
lain
 Terdapat 8 foto yang akan di
tempelkan nama nya. 1 foto
yang benar dalam
menempelkan nama akan diberi
nilai 1 poin
 Kelompok dengan nilai poin
tertinggi akan menjadi
pemenang dalam permainan

 Jika ada kelompok dengan nilai


poin yang sama, maka akan
diberikan beberapa foto lagi
untuk mencari pemenang dalam
9
permainan menempel foto
3 5 menit
Evaluasi
- Memperhatikan
- Menanyakan perasaan klien
- Mendengarkan dan
setelah mengikuti terapi
memperhatikan
menempel foto
- Menjawab salam
- Menanyakan masalah yang
dirasakan

- Leader menutup acara

H. Kriteria Evaluasi TAK


1. Evaluasi struktur
a. Kelompok dan lansia duduk sesuai dengan posisi
b. Media dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan
c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan
b. Leader menjelaskan aturan jalannya kegiatan dengan jelas
c. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien
d. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan
untuk dapat mengawasi jalannnya kegiatan
e. Audiens dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai
selesai.
3. Evaluasi hasil
Setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok diharapkan:
1) 70% peserta dapat mengingat nama dan bentuk objek yang telah
ditunjukkan.
2) 70% peserta dapat menempel nama sesuai dengan gambar yang
diberikan dengan benar.
3) 70% peserta dapat memainkan permainan sesuai instruksi yang
diberikan.
4) 70% peserta dapat melatih konsentrasi untuk memusatkan
perhatian sesuai petunjuk yang diberikan.
10
11
PENUTUP

Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara


kemampuan yang menurun secara liner atau seiring proses penuaan adalah daya
ingat. Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk daya ingat lansia adalah terapi
kognitif. Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondisi
dan waktu saat itu. Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan.
Terapi kognitif telah menunjukkan kefektifan penanganan dalam masalah klinik
misalnya cemas, schizophrenic, substance abuse, gangguan kepribadian,
gangguan mood. Dalam prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam
pendidikan, tempat kerja dan setting lainnya. Istilah kognitif mulai populer setelah
teori Piaget banyak dibahas para ahli tahun 1960-an. Pengertian kognisi, meliputi
aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu (Maryam,
2018). Salah satu terapi yang cocok dengan usia lansia seperti menempel foto.
Terapi kreatifitas menempel foto dimulai dengan membangun hubungan dan
kepercayaan serta rasa aman dan membuat lanjut usia merasa lebih baik dengan
memanfaatkan waktu luangnya.

12
LANDASAN TEORI

A. Pengertian terapi aktifitas kelompok

Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas


yang dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai
masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan
kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi
dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan
menjadi laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif
untuk memperbaiki perilaku yang maladaptif.

B. Tujuan terapi aktifitas kelompok

Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok diantaranya:

a. Mengembangkan stimulasi dan kognitif dengan tipe bibliotherapy


berupa aktivitas seperti menggunakan artikel, puisi, sajak, buku,
surat kabar untuk merangsang dan mengembangkan hubungan
dengan orang lain.
b. Mengembangkan stimulasi sensoris dengan tipe musik, seni dan
menari berupa aktivitas seperti menyediakan kegiatan,
mengekspresikan perasaan. Dengan tipe relaksasi berupa aktivitas
seperti belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam, relaksasi
otot dan imajinasi.
c. Mengembangkan orientas realitas dengan tipe kelompok orientasi
realitas dan kelompok validasi berupa aktivitas yang berfokus pada
orientasi waktu, tempat dan orang, benar atau salah dapat
membantu memenuhi kebutuhan.
d. Mengembangkan sosialisasi dengan tipe kelompok remotivasi
dengan aktivitas mengorientasikan klien yang menarik diri dan
regresi. Sedangkan tipe lain yaitu tipe kelompok mengingatkan
berupa aktivitas yang berfokus untuk mengingatkan sebagai upaya

13
menetapkan arti positif (Purwaningsih, 2012).
C. Macam-macam terapi aktifitas kelompok

Menurut Purwaningsih (2012) terdapat beberapa macam terapi


aktivitas kelompok diantaranya :

a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif / persepsi

Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau


stimulus yang pernah dialami. Terapi aktivitas kelompok stimulus
kognitif/ persepsi adalah terapi yang bertujuan untuk membantu klien
yang mengalami kemunduran orientasi, menstimulasi persepsi dalam
uoaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi
perilaku maladaptif.

Tujuan :

1) Meningkatkan kemampuan orientasi realita.


2) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian.
3) Meningkatkan kemampuan intelektual.
4) Mengemukakan pendapat dan menerika pendapat orang
lain.
5) Mengemukakan perasaannya.

Karakteristik :

1) Klien dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan


nilai-nilai.
2) Menarik diri dari realitas.
3) Inisiasi atau ide-ide negative.
b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori

Aktivitas digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensasi


klien, kemudian di observasi reaksi sensori klien berupa ekspresi
emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka dan

14
ucapan kelompok untuk menstimulasi sensori pada Klien yang
mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan
meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekspresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.

Tujuan :

1) Meningkatkan kemampuan sensori.


2) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian.
3) Meningkatkan kesegaran jasmani.
4) Mengekspresikan perasaan.
c. Terapi aktivitas kelompok orientai realitas

Klien di orientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu


diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang
dekat dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan
dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu. Terapi aktivitas
kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang mengalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.

Tujuan :

1) Klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran,


perasaan, sensari somatik) dan stimulus eksternal (iklim,
bunyi, situasi alam sekitar).
2) Klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan.
3) Pembicaraan Klien sesuai realitas.
4) Klien mampu mengenali diri sendiri.
5) Klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat.
d. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi

Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang


15
ada disekitar klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk
meningkatkan kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial
maupun berperan dalam lingkungan sosial.

Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis untuk:

1) Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal.


2) Memberi tanggapan terhadap orang lain.
3) Mengekspresikan ide dan tukar persepsi.
4) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.

Tujuan umum : Mampu meningkatkan hubungan interpersonal


antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan,
memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta
menerima stimulus eksternal.

Tujuan khusus :

1) Klien mampu menyebutkan identitasnya.


2) Menyebutkan identitas anggota kelompok.
3) Berespon terhadap anggota kelompok.
4) Mengikuti aturan main.
5) Mengemukakan pendapat dan perasaannya.

Karakteristik :

1) Klien kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk


mengikuti kegiatan ruangan.
2) Klien menarik diri, kontak sosial kurang.
3) Klien dengan harga diri rendah.
4) Klien curiga, gelisah, takut dan cemas.
5) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab
seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan.
e. Terapi Kognitif-Perilaku

16
Terapi Kognitif-Perilaku merupakan intervensi psikologis yang
mengkombinasikan terapi kognitif serta terapi perilaku untuk
menangani masalah psikologis. Terapi Kognitif-Perilaku mengajarkan
individu untuk mengenali pengaruh pola pikir tertentu dalam
memunculkan penilaian yang salah mengenai pengalaman-
pengalaman yang ia temui, hingga memunculkan masalah pada
perasaan dan tingkah laku yang tidak adaptif. Prinsip dasar dari Terapi
Kognitif-Perilaku antara lain:

a. Prinsip kognitif: masalah psikologis merupakan hasil


interpretasi dari sebuah kejadian, bukan kejadian itu sendiri.
b. Prinsip perilaku: perilaku individu dapat sangat
mempengaruhi pikiran dan emosinya.
c. Prinsip kontinum: gangguan bukanlah suatu proses mental
yang berbeda dengan proses mental normal, melainkan
proses mental normal yang berlebihan hingga menjadi
masalah.
d. Prinsip here-and-now: lebih baik berfokus pada proses masa
kini daripada masa lalu.
e. Prinsip sistem yang saling berinteraksi: melihat masalah
sebagai interaksi dari pikiran, emosi, perilaku, fisiologi, dan
lingkungan yang dimiliki individu.
f. Prinsip empiris: penting untuk mengevaluasi teori dan terapi
secara empiris.
D. Pengertian permainan menempel foto

Permainan menempel foto membuat lansia berfikir bagaimana untuk


menemprl foto yang benar sesuai dengan nama. Permainan menempel
foto ini termasuk dalam jenis permainan yang cocok untuk melatih
memori pada lansia.
Permaian ini Manfaat nya yaitu untuk mengembangkan kemampuan
berpikir pada lansia,melatih kemampuan dalam bertanya dan menjawab
pertanyaan sederhana, lansia dapat memahami konsep pengetahuan yang
dapat melatih memori.
17
Terapi bermain menempel foto memberikan kesempatan pada lansia
untuk membantu melatih daya ingat .Hal ini sesuai dengan teori berpikir
akan melatih daya ingat lansia lansia juga akan merasa puas, senang dan
bangga dengan kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu sebagai
prestasinya.
Perasaan senang membantu lansia meningkatkan peran dirinya
sehingga perasaan hilang kendali karena pembatasan aktivitas pada lansia
karena sakit dan emosi dapat diatasi/dihilangkan.

E. Aturan dan cara permainan


 Leader memimpin peserta dan terapis untuk menyiapkan peralatan
(kertas karton, gambar beserta nama gambar).
 Mengatur peserta kedalam kelompok bermain, 1 kelompok berisikan 4
orang, terdapat 3 kelompok bermain.
 Untuk memulai permainan menempel nama foto, nama foto akan
diberikan oleh penyelenggara kepada peserta secara bersamaan dengan
nama yang sama dan akan ditempel pada karton yang berisi 8 foto
yang tempel secara acak.
 1 Peserta di perkenankan untuk maju ke depan untuk menempelkan
nama pada gambar dengan waktu yang di tentukan sesuai dengan
matinya music.
 Menempel nama sesuai dengan foto yang telah di tempelkan,
dilakukan secara bergantian dengan anggota kelompok yang lain.
 Terdapat 8 foto yang akan di tempelkan nama nya. 1 foto yang benar
dalam menempelkan nama akan diberi nilai 1 poin.
 Kelompok dengan nilai poin tertinggi akan menjadi pemenang dalam
permainan.
 Jika ada kelompok dengan nilai poin yang sama, maka akan diberikan
beberapa foto lagi untuk mencari pemenang dalam permainan
menempel foto.

18
LAPORAN HASIL OBSERVASI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

“MENEBAK GAMABAR”

1.Tim Terapis

 Leader : Elsi Fadila Sari


 Co-Leader : Puti Awaliyah

 Fasilitator 1 : Haziratul Azmi

 Fasilitator 2 : Anggi Aprilia

 Fasilitator 3 : Chintya Dwi Rizal

 Fasilitator 4 : Cindi Arista

 Fasilitator 5 : Dian Permatasari

 Fasilitator 6 : Sofira Sabila

 Fasilitator 7 : Utri Handayani

 Fasilitator 8 : Melsha Elvira Candra

 Fasilitator 9 : Musfichar Dona.

 Observer : Mutiara Kamajaya

2. Evaluasi struktur

elaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok, terjadi keterlambatan

 Dalam pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok berjalan sesuai waktu yg

telah direncanakan sebelumnya.

 Dalam pelaksanaan TAK klien berjumlah 12 orang dibagi menjadi 3

kelompok setiap anggota kelompok berjumlah 4 orang .

19
 Peralatan yg digunakan lengkap antara lain :

1. Kertas karton

2. Gambar dan huruf

3. Lem untuk menempel

4. Musik

 Klien duduk bersama membentuk lingkaran

 Klien mengikuti proses TAK sampai selesai

3. Evaluasi Proses

 Secara keseluruhan kegiatan TAK berlangsung dengan baik dan lancar

serta kondusif sesuai dengan yang telah di rencanakan

 Leader, co-leader, fasilitator dan observer telah melakukan tugas masing-

masing dengan baik dan bekerja sama dengan baik selama proses TAK

berlangsung

 Klien cukup kooperatif dalam mengikuti TAK dari awal sampai akhir

4.Evaluasi Hasil

 Observer memberikan penilaian kepada 3 kelompok dan mendapatkan

juara 1, 2, dan 3

 Diakhir pertemuan leader mengobservasi perasaan klien setelah mengikuti

TAK dan seluruh klien mengatakan senang serta ingin mengikuti TAK

dikemudian hari.
20
21

Anda mungkin juga menyukai