Anda di halaman 1dari 23

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI KOGNITIF : TEBAK WARNA


TERHADAP LANSIA DI PSTW SABAI NAN ALUIH SICINCIN
A. Latar Belakang

Terapi aktifitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang

dilakukan perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah

keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok

digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika

interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi

laboratorium tempat lansia melatih perilaku baru yang adaptif untuk

memperbaiki perilaku yang maladaptif.

Menua atau berubah menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi

pada kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup,

tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak

permulaan kehidupan. Menjadi tua adalah proses yang alamiah, yang berarti

seseorang telah melewati tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan

tua. Tiga tahap ini berbeda baik secara bilogis maupun psikologis.

Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran

fisik yang di tandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi

mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,

gerakan lambat, figur tubuh yang tidak proporsional dan penurunan daya

ingat (Nugroho, 2012).

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian berat

sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial.

Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran

1
memori atau daya ingat (pelupa). Demensia terutama yang disebabkan oleh

penyakit Alzheimer berkaitan erat dengan usia lanjut. Penyakit alzheimer ini

60% menyebabkan kepikunan atau demensia dan diperkirakan akan

meningkat terus.

Penyakit demensia menyerang usia manula, bertambahnya usia maka

makin besar peluang menderita penyakit demensia. Peningkatan angka

kejadian dan prevalensi kasus demensia mengikuti meningkatnya usia

seseorang setelah lewat usia 60 tahun, prevalensi dari demensia berlipat dua

kali setiap kenaikan 5 tahun usia. Secara biologis penduduk lanjut usia

adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus,

yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik. Perubahan fisik dan

tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada

saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu

(Stanley, 2007).

PSTW Sabai Nan Aluih merupakan salah satu Panti Sosial Tresna

Werdha yang terdapat di Sumatera Barat, dimana lansia yang berada di

Pantai Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih pada umumnya adalah

menderita penyakit pada sistem pernafasan, kardiovaskuler, perkemihan,

pencernaan, endokrin, musculoskeletal, integument dan termasuk juga

penurunan fungsi fisiologis.

Di PSTW Sabai Nan Aluih terdapat beberapa orang lansia dengan

keterbatasan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari, namun masihada

lansia yang dapat melakukan aktivitanya secara mandiri. Dalam

kesehariannya, lansia menghabiskan waktu dengan melakukan kegiatan

2
yang sudah dijadwalkan di PSTW Sabai Nan Aluih namun ada beberapa

lansia yang tidak mau ataupun tidak mampu mengikuti kegiatan yang

dilaksanakan. Pada lansia terjadi penurunan fungsi tubuh, baik itu kognitif,

persepsi, sensori dan motorik. Kondisi gangguan kognitif pada lanjut usia

seperti mudah lupa, disorientasi terutama dalam hal waktu, gangguan pada

kemampuan pendapat dan pemecahan masalah, gangguan dalam

berinteraksi antar lansia, gangguan dalam aktivitas di rumah dan minat

intelektual serta gangguan dalam pemeliharaan diri semua itu terjadi sebagai

proses penuaan.

Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara

kemampuan yang menurun secara liner atau seiring proses penuaan adalah

daya ingat. Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk daya ingat lansia

adalah terapi kognitif. Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada

tujuan, kondisi dan waktu saat itu. Terapi ini memandang individu sebagai

pembuat keputusan. Terapi kognitif telah menunjukkan kefektifan

penanganan dalam masalah klinik misalnya cemas, schizophrenic, substance

abuse, gangguan kepribadian, gangguan mood. Dalam prakteknya, terapi ini

dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja dan setting lainnya.

Istilah kognitif mulai populer setelah teori Piaget banyak dibahas para ahli

tahun 1960-an. Pengertian kognisi, meliputi aspek-aspek struktur intelek

yang digunakan untuk mengetahui sesuatu (Maryam, 2008).

Tebak warna adalah permainan asah otak ringan, menguji imajinasi,

logika dan nalar. Tebak warna adalah salah satu bentuk permainan dimna

dari hasil permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang

3
dilakukuannya sehingga permainan dapat mengurangi kejenuhan dan dapat

menilai kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta

sosialisasi sesuai dengan tingkat usianya. Tebak warna adalah suatu

kegiatan dimana seseorang atau individu diminta untuk menebak atau

menyebutkan warna pada tulisan (Supartini, 2010).

Menurut Chaplin dalam Maryam (2008), kognisi memiliki pengertian

yang luas mengenai berpikir dan mengamati yang telah mengakibatkan

individu memperoleh pengertian. Kognitif menurut Piaget, perkembangan

kognitif tidak hanya dari hasil kematangan organisme, atau dari pengaruh

lingkungan saja, melainkan interaksi diantara keduanya. Pengertian

pendengaran adalah salah satu sarana penting dalam diri manusia.

Kehilangan pendengaran merupakan ancaman terhadap komunikasi dan

kehidupan pribadi dan sosial.

Berdasarkan hasil observasi selama bertugas di PSTW Sabai Nan

Aluih Sicincin (Wisma Cermin dan Tandikek) klien kelolaan didapatkan

70% mempunyai masalah dengan penurunan sensorik, motorik dan

kognitif. Dengan permainan tebak warna akan membantu untuk mengasah

kognitif daya sensorik, konsentrasi dan motorik lansia untuk mengingat, dan

menyebutkan apa yang mereka lihat.

Berdasarkan latar belakang diatas, mahasiswa tertarik untuk

mengambil dan melakukan terapi bermain tebak warma pada lanjut usia

(lansia) dengan masalah keperawatan gangguan kognitif di PSTW Sabai

Nan Aluih Sicincin tahun 2017.

4
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diharapkan lansia dapat melatih sensorik, motorik dan kognitifnya

dengan terapi kognitif berupa tebak warna.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan terapi kognitif lansia mampu:

a. Mengingat bentuk objek yang telah ditunjukkan

b. Melatih konsentrasi untuk memusatkan perhatian sesuai petunjuk yang

diberikan.

C. Pelaksanaan Kegiatan

1. Topik

Terapi kognitif : tebak warma

2. Sasaran

Lansia di Wisma Cermin dan Tandikek di PSTW Sabai Nan Aluih

Sicincin

3. Metode

Ceramah dan bermain

4. Media & alat

Kertas HVS dan pulpen

5. Waktu dan tempat

Hari / tangga : Jumat/ 13 Oktober 2017

Waktu : 14.00 –14.30 wib

Tempat : Ruang Tamu Wisma Cermin PSTW Sabai Nan Aluih

Sicincin.

5
D. Setting Tempat

P L C
K L

PP G G G
A 1 2 3
P
A F F F

A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3

F F F

Keterangan

PK : Pembimbing Klinik

PA : Pembimbing Akademik

L : Leader

CL : Co Leader

G1,2,3 : Gambar 1, 2, dan 3

A1,2,3 : kelompok A

B1,2,3 : kelompok B

C,1,2,3 : kelompok C

F : Fasilitator

OB : Observer

6
E. Pengorganisasian Kelompok

1. Leader : Yona Larisa, S.Kep

2. Co leader : Wika Maiyetri, S.Kep

3. Observer : Zalmalovenia, S.Kep

4. Fasilitator : Afria Dinia Ningsih, S.Kep

Intan Permata Sari, S.Kep

Nurbaiti, S.Kep

Letivia Azro, S.Kep

Sukma Yanti, S.Kep

Wiwil Sri Wahyuni, S.Kep

Indah Septiani Putri, S.Kep

F. Tugas Pelaksana

1. Leader

- Memimpin jalannya TAK

- Menjelaskan peraturan TAK

- Menjelaskan tata cara pelaksanaan TAK

2. Co Leader

- Membantu leader dan mengingatkan leader

3. Fasilitator

- Memberi motivasi peserta / audiens agar ikut aktif berpartisipasi

4. Observer

- Mengamati jalannya acara dari awal sampai akhir

- Menyimpulkan dan melaporkan hasil evaluasi TAK

7
G. Proses Kegiatan

No Langkah Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta Waktu

1 Pendahuluan - Mengucapkan salam - Menjawab salam 5 menit


- Memperkenalkan diri, - Mendengarkan dan
anggota kelompok, dan memperhatikan
pembimbing
- Evaluasi validasi - Menjawab evaluasi
- Memberikan reinforcement - Mendengarkan dan
(+) meperhatikan
- Menjelaskan tujuan - Mendengarkan dan
kegiatan terapi kognitif : memperhatikan
tebak warna
- Menjelaskan kontrak waktu - Mendengarkan dan
dan bahasa menyepakati
- Menjelaskan peraturan- - Mendengarkan dan
peraturan kegiatan dalam menyepakati
kelompok antara lain : jika
klien ingin ke kamar mandi
atau toilet harus minta ijin
kepada leader, bila ingin
menjawab pertanyaan klien
diminta untuk
mengacungkan tangan dan
diharapkan klien mengikuti
kegiatan dari awal sampai
akhir
2. Pelaksanaan - Menjelaskan cara bermain - Mendengarkan dan 20 menit
memperhatikan
- Mendemonstrasikan cara - Lansia dapat
bermain menggambarnya

8
- Mengatur posisi lansia yang - Mengatur barisan
bermain menjadi 3 grup sesuai kelompok
(grup A, grup B, dan grup C) yang di peroleh
- Leader dan Co Leader - Mendengarkan dan
memperlihatkan warna memperhatikan
kepada lansia
- Leader dan Co Leader - Lansia dapat
menginstruksikan lansia menggambarkan
membacakan warna pada
tulisan yang ada didalam
kertas yang telah
diperlihatkan
- Memberi reinforcement - Memberi tepuk
kepada lansia yang bisa tangan
menyebutkan warna yang
ada pada tulisan didalam
kertas yang telah
diperlihatkan
3 Penutup - Melakukan evaluasi validasi - Memperhatikan 5 menit
- Menyimpulkan materi dan - Mendengarkan dan
menutup memperhatikan
- Memberikan salam - Menjawab salam

H. Kriteria Evaluasi TAK

1. Evaluasi struktur

a. Kelompok dan lansia duduk sesuai dengan posisi

b. Media dan alat tersedia sesuai dengan perencanaan

c. Peran dan tugas mahasiswa sesuai dengan perencanaan

9
2. Evaluasi proses

a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan

b. Leader menjelaskan aturan jalannya kegiatan dengan jelas

c. Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien

d. Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan

untuk dapat mengawasi jalannnya kegiatan

e. Audiens dapat mengikuti kegiatan dengan aktif dari awal sampai

selesai.

3. Evaluasi hasil

Setelah mengikuti terapi aktivitas kelompok diharapkan:

a. Jika semua anggota kelompok lansia (100% dari anggota)

menjawab benar, kelompok tersebut diberi nilai 100.

b. Jika 75% orang lansia di kelompok lansia menjawab benar,

kelompok tersebut diberi nilai 80.

c. Jika 50% orang lansia di kelompok lansia menjawab benar,

kelompok tersebut diberi nilai 50.

10
PENUTUP

Proses penuaan menyebabkan kemunduran kemampuan otak. Diantara

kemampuan yang menurun secara liner atau seiring proses penuaan adalah daya

ingat. Salah satu terapi yang dapat dilakukan untuk daya ingat lansia adalah terapi

kognitif. Terapi kognitif berfokus pada masalah, orientasi pada tujuan, kondisi dan

waktu saat itu. Terapi ini memandang individu sebagai pembuat keputusan. Terapi

kognitif telah menunjukkan kefektifan penanganan dalam masalah klinik misalnya

cemas, schizophrenic, substance abuse, gangguan kepribadian, gangguan mood.

Dalam prakteknya, terapi ini dapat diaplikasikan dalam pendidikan, tempat kerja

dan setting lainnya. Istilah kognitif mulai populer setelah teori Piaget banyak

dibahas para ahli tahun 1960-an. Pengertian kognisi, meliputi aspek-

aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu (Maryam, 2008).

Salah satu terapi yang cocok dengan usia lansia seperti tebak warna.

Tebak warna adalah permainan asah otak ringan, menguji imajinasi, logika

dan nalar. Tebak warna adalah salah satu bentuk permainan dimna dari hasil

permainan ini peserta dapat menikmati kegiatan yang dilakukuannya sehingga

permainan dapat mengurangi kejenuhan dan dapat menilai kemampuan motorik

kasar, motorik halus, bahasa, kognitif serta sosialisasi sesuai dengan tingkat

usianya. Tebak warna adalah suatu kegiatan dimana seseorang atau individu

diminta untuk menebak atau menyebutkan warna pada tulisan (Supartini, 2010).

Demikianlah terapi aktivitas kelompok ini kami buat, semoga acara kegiatan

ini nanti sesuai dengan perencanaan yang telah di buat dan berjalan lancar.

11
Lampiran

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. PENGERTIAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Kelompok adalah kumpulan individu yang mempunyai hubungan
antara satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan serta mempunyai
norma yang sama.Kelompok terapeutik memberi kesempatan untuk saling
bertukar (Sharing) tujuan, misalnya membantu individu yang berperilaku
destruktif dalam berhubungan dengan orang lain, mengidentifikasi dan
memberikan alternatif untuk membantu merubah perilaku destruktif
menjadi konstruktif (Mubarak, 2006)
Setiap kelompok mempunyai struktur dan identitas tersendiri.
Kekuatan kelompok memberikan kontribusi pada anggota dan pimpinan
kelompok untuk saling bertukar pengalaman dan memberi penjelasan
untuk mengatasi masalah anggota kelompok. Dengan demikian kelompok
dapat dijadikan sebagai wadah untuk praktek dan arena untuk uji coba
kemampuan berhubungan dan berperilaku terhadap orang lain (Maryam,
2008)
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan
yang sama. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika
interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan dan menjadi
laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk
memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Purwaningsih, 2010).

B. TUJUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Menurut Purwaningsih, 2010 tujuan terapi aktivitas kelompok
1. Mengembangkan stimulasi kognitif
Tipe: biblioterapy
Aktivitas: menggunakan artikel, sajak,puisi, buku, surat kabar untuk
merangsang dan mengembangkan hubungan dengan orang lain.
2. Mengembangkan stimulasi sensori
a. Tipe: musik, seni, menari.
Aktivitas: menyediakan kegiatan, mengekspresikan perasaan.
b. Tipe: relaksasi
Aktivitas: belajar teknik relaksasi dengan cara napas dalam,
relaksasi otot, dan imajinasi.
3. Mengembangkan orientasi realitas
Tipe: kelompok orientasi realitas, kelompok validasi.
Aktivitas: focus pada orientasi waktu,tempat dan orang, benar, salah
bantu memenuhi kebutuhan.
4. Mengembangkan sosialisasi
a. Tipe: kelompok remitivasi
Aktivitas: mengorientasikan klien yang menarik diri, regresi
b. Tipe: kelompok mengingatkan
Aktivitas: focus pada mengingatkan untuk menetapkan arti positif.
5. Setiap anggota kelompok dapat bertukar pengalaman
6. Memberikan pengalaman dan penjelasan pada anggota lain
7. Merupakan proses menerima umpan balik

C. MANFAAT TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Manfaat dari terapi aktivitas kelompok menurut Maryam (2008) adalah:
1. Secara umum manfaat terapi aktivitas kelompok adalah :
a) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b) Melakukan sosialisasi.
c) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif.
2. Secara khusus manfaatnya adalah :
a) meningkatkan identitas diri
b) menyalurkan emosi secara konstruktif
c) meningkatkan ketrampilan hubungan interpersonal atau social.
3. Di samping itu manfaat rehabilitasinya adalah :
a) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
b) Meningkatkan keterampilan sosial.
c) Meningkatkan kemampuan empati.
d) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

D. TAHAP-TAHAP DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995 di
dalam Purwaingsih (2010) fase – fase dalam terapi aktivitas kelompok
adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang
menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan
sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika
memungkian biaya dan keuangan.
2. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.
3. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak
dengan anggota.
4. Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran
anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
5. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya.
6. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan
menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih
jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian
masalah yang kreatif.
7. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.

E. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok adalah :
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus
terlebih dahulu, membuat proposal. Proposal tersebut akan dijadikan
panduan dalam pelaksanaan terapi aktivitas kelompok, komponen
yang dapat disusun meliputi : deskripsi, karakteristik klien, masalah
keperawatan, tujuan dan landasan teori, persiapan alat, jumlah
perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta uraian tugas
terapis.
2. Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola komunikasi
yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok untuk
menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta
mengarahkan dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok
sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada
anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon
penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani
peserta/anggota kelompok yang drop out.
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub
kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau
kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out. Cara
mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok terapis,
kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas tersebut.
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)
yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok.

Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah


sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber
primer penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh
kepribadian ahli terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih
dari sekedar ahli yang menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan
pengaruh pribadi yang menarik variable tertentu seperti empati,
kehangatan dan rasa hormat (Kaplan & Sadock, 1997). Sedangkan
menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok, baik itu kelompok
terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin merupakan pribadi yang
paling penting dalam kelompok. Pemimpin kelompok lebih mempengaruhi
tingkat kecemasan dan pola tingkah laku anggota kelompok jika
dibandingkan dengan anggota kelompok itu sendiri. Karena peranan
penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan keahlian yang betul-betul
professional. Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran
perawat psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co
leader, sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang
dicapai dalam kelompok. Untuk memperoleh kemampuan sebagai
leader/co leader, observer dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas
kelompok, perawat juga perlu mendapat latihan dan keahlian yang
professional.

F. MACAM-MACAM TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi
yang bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran
orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir
dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
a) Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b) Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kemampuan intelektual
d) Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e) Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
a) Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan
nilai-nilai
b) Menarik diri dari realitas
c) Inisiasi atau ide-ide negative
d) Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif
dan mau mengikuti kegiatan
2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita
yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan
meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a) Meningkatkan kemampuan sensori
b) Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c) Meningkatkan kesegaran jasmani
d) Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas adalah pendekatan untuk
mengorientasikan klien terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya
dilaksanakan pada kelompok yang menghalami gangguan orientasi
terhadap orang, waktu dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi
inspirasi represif, interaksi bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
a) Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi,
situasi alam sekitar)
b) Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c) Pembicaraan penderita sesuai realita
d) Penderita mampu mengenali diri sendiri
e) Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat

Karakteristik :

a) Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi,


ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
b) Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
c) Penderita kooperatif
d) Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e) Kondisi fisik dalam keadaan sehat
4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan kemampuan
klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan dalam
lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi psikoterapis
untuk :
a) Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b) Memberi tanggapan terhadap orang lain
c) Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
d) Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan

Tujuan umum :

Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota


kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan
terhadap orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.

Tujuan khusus :

a) Penderita mampu menyebutkan identitasnya


b) Menyebutkan identitas penderita lain
c) Berespon terhadap penderita lain
d) Mengikuti aturan main
e) Mengemukakan pendapat dan perasaannya

Karakteristik :

a) Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti


kegiatan ruangan
b) Penderita sering berada ditempat tidur
c) Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d) Penderita dengan harga diri rendah
e) Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f) Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
g) Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5. Penyaluran energi
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola
penyaluran energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin
secara konstruktif dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri
sendiri maupun lingkungan.
Tujuan :
a) Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b) Mengekspresikan perasaan
c) Meningkatkan hubungan interpersonal
G. KERANGKA TEORITIS TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
1. Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus
pada kelompok dari pada individu. Prinsipnya: terapi kelompok
dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari. Pengalaman
kelompok secara berkasinambungan muncul kemudian konfrontir
konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapi membantu anggota
kelompok memahami konflik dan mencapai penyelesaian konflik
Menurut model ini pimpinan kelompok (leader) harus
memfasilisati dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk
mengekspresikan perasaan dan mendiskusikannya untuk
menyelesaiakan masalah.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi
dan komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau
komunikasi tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidak
puasan anggota kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau
keterpaduan kelompok menurun. Dengan menggunakan kelompok ini
leader memfasilitasi komunikasi efektif, masalah individu atau
kelompok dapat diidentifikasi dan diselesaikan. Leader mengajarkan
pada kelompok bahwa:
a) Perlu berkomunikasi
b) Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup.
c) Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d) Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu
satu dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
e) Model ini bertujuan membantu meningkatkan keterampilan
interpersonal dan social anggota kelompok.
f) Selain itu teori komunikasi membantu anggota merealisasi
bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif.
g) Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-
prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam
kelompok serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan
dan tindakan) dagambarkan melalui hubungan interpersonal. Contoh:
interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab akibat dari
tingkah laku anggota lain. Pada teori ini terapis bekerja dengan
individu dan kelompok. Anggota kelompok ini belajar dari interaksi
antar anggota dan terapis.
Melalui ini kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku social
yang efektif dipelajari. Perasaan cemas dan kesepian merupakan
sasaran untuk mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh: tujuan salah satu aktivitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal.
Pada saat konplik interpersonal muncul, leader menggunakan
situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk mendiskusikan
perasaan mereka dan mempelajari konplik apa yang membuat anggota
merasa cemas dan menentukan perilaku apa yangdigunakan untuk
menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu.
Anggota memainkan peran sesuai dengan yang perna dialami. Contoh:
klien memerankan ayahnya yang dominin atau keras.
H. TERAPIS
Terapis adalah orang yang dipercaya untuk memberikan terapi
kepada klien yang mengalami gangguan jiwa. Adapun terapis antara lain :
1. Dokter
2. Psikiater
3. Psikolog
4. Perawat
5. Fisioterapis
6. Speech teraphis
7. Occupational teraphis
8. Sosial worker

Persyaratan dan kwalitas terapis. Menurut Globy, Kenneth Mark


seperti yang dikutif Depkes RI menyatakan bahwa persyaratan dan
kualifikasi untuk terapi aktivitas kelompok adalah :

1. Pengetahuan pokok tentang pikiran-pikiran dan tingkah laku


normal dan patologi dalam budaya setempat
2. Memiliki konsep teoritis yang padat dan logis yang cukup sesuai
untuk dipergunakan dalam memahami pikiran-pikiran dan tingkah
laku yang normal maupun patologis
3. Memiliki teknis yang bersifat terapeutik yang menyatu dengan
konsep-konsep yang dimiliki melalui pengalaman klinis dengan
pasien
4. Memiliki kecakapan untuk menggunakan dan mengontrol institusi
untuk membaca yang tersirat dan menggunakannya secara empatis
untuk memahami apa yang dimaksud dan dirasakan pasien
dibelakang kata-katanya
5. Memiliki kesadaran atas harapan-harapan sendiri, kecemasan dan
mekanisme pertahanan yang dimiliki dan pengaruhnya terhadap
teknik terapeutiknya
6. Harus mampu menerima pasien sebagai manusia utuh dengan
segala kekurangan dan kelebihannya
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih, Wahyu & Karlina Ina.2010.Asuhan Keperawatan Jiwa.Jogjakarta:


Nuha Medika.
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta :
Salemba Medika

Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2.


Jakarta:Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai