1. Istihsan Nash
Pada saat terjadi akad jual beli salam, barang yang diperjual belikan belum ada.
Menurut ketentuan umum (sandaran qiyas) jual beli seperti itu tidak sah, karena tidak
terpenuhinya rukun jual beli yaitu tidak adanya barang saat transaksi. Namun metode
berpikir seperti ini tidak dipakai karena ada nash dari hadist nabi yang
memperbolehkan jual beli salam.
2. Istihsan Ijma
Contohnya adalah pemandian umum, dalam transaksi muamalah harus jelas jumlah
barang dan lama waktu pemakaian. Tapi dalam waktu ijarah/jasa pemandian umun,
jasa ini diperbolehkan karena istihsan.
3. Istihsan ‘Urf
Menurut fatwa DSN No.82 boleh menjual kembali saham yang baru dibeli,
walaupun sertifikat saham belum diterima. Karena masih proses penyelesaian
administrasi (3 hari). Menurut ketentuan umum, praktek tersebut termasuk ba’i
ma’dum tetapi ‘urf di capital market prosesnya selama 3 hari, maka boleh
menjualnya. Sekalipun bukti administrasinya belum diterima.
4. Istihsan Darurat
Repo (Repurchase Agreement) surat berharga (SBI, SBSN, Aktifa Produktif) oleh
bank syariah yang kesulitan likuditas. Bank syariah yang kesulitan likuiditas boleh
melakukan securitisasi asset aktiva prokduktif yang lancar.
5. Isthisan Qiyas
Jual beli indent properti yang menggunkan akad IMBT menurut qiyas, menyewa
barang yang belum ada tidak boleh karena termasuk ijarah ma’dum. Namun dalam
kasus ini diqiyaskan kepada jual beli salam yang berdaarkan istihsan. Dimana
barangnya belum ada saat kontrak.
6. Istihsan Istishlahi