Anda di halaman 1dari 3

A.

DEFINISI DAN DASAR ISTIHSAN

Secara etimologis, Ihtihsan menyatakan dan menyakini baknya sesuatu tidak ada
perbedadan pendapat ushuliyun dalam menggunakan lafadz Ihtihsan. Adapun pengertian
Ihtisan menurut terminologis dapat analisis dari definisi yang dikemukakan para ahli ushul
berikut :

Menurut al-Syarakshi dari Mazhab Hanafiyah :

a. Ihtihsan adalah berusaha mendapatkan yang terbaik untuk diikuti bagi sesuatu
masalah yang diperintahakan untuk dilaksanakan.
b. Ihtihsan adalah meninggalkan qiyas dan menggunakan yang lebih kuat daripadanya,
karena adanya dalil yang menghendaki dan lebih sesuai untuk merealisasikan
kemaslahan manusia.
a. Ihtihsan adalah beralihnya dari satu qiyas ke qiyas yang lain Yang lebi kuat dari
padanya (qiyas pertma)
b. Ihtihsan adalah beralihnya suatu dalil pada adat kebiasaan karena suatu
kemaslahatan.

Menurut al-Syatibi dari Mazhab Mailikiyyah:

a. Ihtihsan adalah menggunakan kemaslahatan yang berisifat juz’I sebaga pengganti


dalil yang bersifat kulli.

Menurut Abdul Wahhab Khallaf dari ulama kontemporer :

a. Ihtihsan adalah berpindahnya seorang mujtahid dari ketentuan qiyas jali (jelas)
kepada ketentuan qiyas Khaffi (samar) , atau dari ketentuan yang umum (kulli)
kepada ketentuan hukum yang sifatnya khusus (juz’i) , karena menurut pandangan
mujtahid yaitu adalah dalil yang lebih kuat yang menghendaki perpindahan
dimaksud.

Berdasarakan definisi diatas, bahwa ihtisan berkisar pada dua hal : pertama bahwa
ihtihsan merupakan perpindahan atau meninggalkan ketentuan qiyas yang jelas kepada
ketentuan qiyas yang samar-samar (tersembunyi) karena ada alas an kuat menghendakinya.
Kedua, bahwa istihsan juga meninggalkan ketentuan kulliy dan mengamalkan ketentuan
yang juz’i(khusus) sebagai pengecualian dari ketentuan kulliy, atau mengkhususkan qiyas
karena ada alasan dalil yang lebih kuat.

Dari rumusan definisi tersebut, dapat ditraik suatu pengertian bahwa istihsan, yatu adanya
dua pilihan atas salah satu dari dua ‘illat yang tingkat kekuatannya tidak sama. Tingkat
kekuatan yang dimaksud disini yaitu ada yang jelas da nada yang tersembunyi. Sebagian
ulama memilih ‘illat yang tersembunyi, karena pertimbangan khusus. Ulama hanafi’ah
menanamkan istihsan semacam ini dengan istihsan qiyas/qiyas khafi, sementara ulama-
ulama pendukung mazhab mallikiyah menamakannya mashalih al-Mursalah.

Dasar yang dijadikan sandaran istihsan adalah dalil dari al-qur’an dan sunnah yang
menyebutkan kata istihsan dalam pengertian denotative(lafal yang seakar dengan istihsan)
seperti firman Allah SWT dalam QS. Al-Zumar(39): 18

Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya, mereka
itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang
mempunyai akal.

Ayat lain, artinya:

Dan turutlah (pimpinan) yang sebaik-baiknya yang telah diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. (QS. Az.Zumar[39[: 55)

Selain ayat, juga bersumber dari hadist yang artinya: “apa yang dipandang kamu
Musliman sebagai sesuatu yang baik, maka ia di sisi Allah adalah baik dan apa-apa yang
dipandang sesuatu yang buruk, maka di sisi Allah adalah buruk pula”.

Dalam ayat diatas Allah memeritahkan untuk mengikuti yang terbaik dan perintah
menunjukan bahwa ia adalah wajib. Dan, disini tidak ada hal lain yang memalingkan
perintah ini dari hukum wajib. Maka ini menunjukan bahwa istihsan adalah hujjah hadist
tersebut menunjukan bahwa yang dipandang baik oleh kaum muslimin dengan akal sehat
mereka makan ia pun demikian di sisi Allah ini menunjukan kehujjahan istihsan.

Anda mungkin juga menyukai