Anda di halaman 1dari 17

TUGAS

PERKEMBANGAN ABK
CEREBRAL PALSY

Oleh

Nama : Lasemi
NIM/NPM : 220102020
Program Studi : Pendidikan Luar Biasa (PLB)
Mata Kuliah : Perkembangan ABK
Dosen Mata Kuliah : Setiawan Gema Budi, S,Pd.,M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN LUAR BIASA


UNIVERSITAS SAN PEDRO
KUPANG
2022
CEREBRAL PALSY

A. Pengertian Cerebral Palsy


Cerebral palsy (CP) adalah salah satu gangguan yang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk bergerak, menjaga keseimbangan dan postur tubuh. CP merupakan
salah satu gangguan motorik tersering pada anak-anak. Cerebral berarti gangguan
terjadi karena ada masalah pada otak dan palsy berarti ada kelemahan atau masalah
dengan penggunaan otot tubuh. Penyakit ini disebabkan karena gangguan
perkembangan otak yang abnormal atau adanya kerusakan saat perkembangan otak
yang menyebabkan gangguan pengontrolan otot pada seseorang.  

B. Vaktor Penyebab Terjadinya Cerebral Palsy

Penyebab cerebral palsy dan pengaruhnya terhadap fungsi sangat bervariasi.


Beberapa orang dengan cerebral palsy bisa berjalan normal sementara yang lain
membutuhkan bantuan. Beberapa orang memiliki cacat intelektual, tetapi yang lain
tidak. Epilepsi, kebutaan atau tuli juga bisa terjadi. Cerebral palsy adalah gangguan
seumur hidup. Tidak ada obatnya, tetapi perawatan dapat membantu meningkatkan
fungsi tubuh.
Faktor Risiko Cerebral Palsy
Ada sejumlah faktor yang dikaitkan dengan peningkatan risiko cerebral palsy, antara
lain: 
1. Kesehatan Ibu
Infeksi tertentu atau paparan racun selama kehamilan dapat secara signifikan
meningkatkan risiko cerebral palsy pada bayi. Peradangan yang dipicu oleh infeksi
atau demam dapat merusak otak bayi yang sedang berkembang.
a. Sitomegalovirus. Virus yang umum ini menyebabkan gejala, seperti flu dan
dapat menyebabkan cacat lahir jika seorang ibu mengalami infeksi aktif pertama
selama kehamilan.
b. Campak Jerman (Rubella). Infeksi virus ini dapat dicegah dengan vaksin.
c. Herpes. Infeksi ini dapat ditularkan dari ibu ke anak selama kehamilan,
mempengaruhi rahim dan plasenta.
d. Sipilis. Ini adalah infeksi bakteri menular seksual.
e. Toksoplasmosis. Infeksi ini disebabkan oleh parasit yang ditemukan pada
makanan, tanah, dan kotoran kucing yang terinfeksi yang terkontaminasi.
f. Infeksi Virus Zika. Infeksi ini menyebar melalui gigitan nyamuk dan dapat
mempengaruhi perkembangan otak janin.
g. Infeksi Intrauterin. Ini termasuk infeksi pada plasenta atau selaput janin.
h. Paparan Racun. Salah satu contohnya adalah paparan metil merkuri.
i. Kondisi Lain. Kondisi lain yang mempengaruhi ibu yang dapat sedikit
meningkatkan risiko cerebral palsy termasuk masalah tiroid, preeklamsia, atau
kejang.
2. Penyakit Bayi
Penyakit pada bayi baru lahir yang dapat sangat meningkatkan risiko kondisi ini,
seperti: 
a. Bakteri Meningitis.
Infeksi bakteri ini menyebabkan peradangan pada selaput yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang.
b. Ensefalitis Virus.
Infeksi virus ini juga menyebabkan peradangan pada selaput yang mengelilingi otak
dan sumsum tulang belakang.
c. Penyakit Kuning yang Parah atau Tidak Diobati.
Penyakit kuning muncul sebagai kulit yang menguning. Kondisi ini terjadi ketika
produk sampingan tertentu dari sel darah “bekas” tidak disaring dari aliran darah.
d. Perdarahan ke Otak.
Kondisi ini umumnya disebabkan oleh bayi yang mengalami stroke dalam
kandungan atau pada awal masa bayi.
3. Faktor Kehamilan dan Kelahiran
Faktor kehamilan atau kelahiran tambahan yang terkait dengan peningkatan risiko
penyakit ini meliputi:
a. Berat Badan Lahir Rendah. Bayi yang beratnya kurang dari 2,5 kilogram
berisiko lebih tinggi terkena palsi serebral. Risiko ini meningkat seiring dengan
turunnya berat badan lahir.
b. Bayi Kembar. Risiko palsi serebral meningkat dengan jumlah bayi yang
berbagi rahim. Risiko juga dapat dikaitkan dengan kemungkinan kelahiran
prematur dan berat badan lahir rendah. Jika satu atau lebih bayi meninggal,
maka risiko cerebral palsy pun meningkat.
c. Lahir Prematur. Bayi yang lahir prematur memiliki risiko lebih tinggi terkena
palsi serebral. Semakin dini bayi lahir, semakin besar risiko cerebral palsy.
d. Komplikasi Persalinan. Masalah selama persalinan dan melahirkan dapat
meningkatkan risiko palsi serebral.

C. Gejala Cerebral Palsy


Tanda dan gejala penyakit ini dapat sangat bervariasi dari orang ke orang. Cerebral
palsy dapat memengaruhi seluruh tubuh, atau terbatas terutama pada satu atau dua
anggota badan, atau satu sisi tubuh. Umumnya, tanda dan gejala termasuk masalah
dengan gerakan dan koordinasi, bicara dan makan, perkembangan, dan masalah lainnya.
1. Gejala pada Gerakan dan Koordinasi
a. Otot kaku dan refleks berlebihan (kelenturan), gangguan gerakan yang paling
umum.
b. Variasi dalam tonus otot, seperti terlalu kaku atau terlalu terkulai.
c. Otot kaku dengan refleks normal (kekakuan).
d. Kurangnya keseimbangan dan koordinasi otot (ataksia).
e. Tremor atau gerakan tak sadar yang tersentak-sentak.
f. Lambat, gerakan menggeliat.
g. Menyukai satu sisi tubuh, seperti hanya meraih dengan satu tangan atau
menyeret kaki sambil merangkak.
h. Kesulitan berjalan, seperti berjalan dengan jari kaki, gaya berjalan berjongkok,
gaya berjalan, seperti gunting dengan menyilangkan lutut, gaya berjalan lebar,
atau gaya berjalan asimetris.
i. Kesulitan dengan keterampilan motorik halus, seperti mengancingkan pakaian
atau mengambil peralatan.
2. Gejala Saat Bicara dan Makan
a. Keterlambatan dalam perkembangan bicara.
b. Kesulitan berbicara.
c. Kesulitan dengan mengisap, mengunyah, atau makan.
d. Air liur berlebihan atau gangguan menelan.
e. Gangguan Perkembangan.
f. Keterlambatan dalam mencapai tonggak keterampilan motorik, seperti duduk
atau merangkak.
g. Kesulitan belajar.
h. Cacat intelektual.
i. Pertumbuhan tertunda, menghasilkan ukuran yang lebih kecil dari yang
diharapkan.
3. Masalah Lainnya
Kerusakan otak dapat menyebabkan masalah neurologis lainnya, seperti:
a. Kejang (epilepsi).
b. Kesulitan mendengar.
c. Masalah dengan penglihatan dan gerakan mata yang tidak normal.
d. Sentuhan abnormal atau sensasi nyeri.
e. Masalah kandung kemih dan usus, termasuk sembelit dan inkontinensia urine.
f. Kondisi kesehatan mental, seperti gangguan emosional dan masalah perilaku.
Gangguan otak yang menyebabkan kondisi ini tidak berubah seiring waktu,
sehingga gejalanya biasanya tidak memburuk seiring bertambahnya usia. Namun,
seiring bertambahnya usia anak, beberapa gejala menjadi lebih atau kurang jelas.
Dan pemendekan otot dan kekakuan otot dapat memburuk jika tidak ditangani
segera ditangani. 

D. Diagnosis Cerebral Palsy


Tanda dan gejala cerebral palsy dapat menjadi semakin jelas dari waktu ke waktu,
sehingga diagnosis tidak dibuat sampai beberapa bulan hingga satu tahun setelah
kelahiran. Dalam beberapa kasus di mana tanda dan gejalanya ringan, diagnosis akan
tertunda lebih lama.
Jika dokter keluarga atau dokter anak mencurigai anak mengidap kondisi ini, maka
mereka akan mengevaluasi tanda dan gejala anak, memantau pertumbuhan dan
perkembangan, meninjau riwayat kesehatan anak, dan melakukan pemeriksaan fisik.
Dokter akan merujuk ke spesialis yang terlatih dalam merawat anak-anak dengan
kondisi otak dan sistem saraf, seperti ahli saraf pediatrik, spesialis kedokteran fisik dan
rehabilitasi anak, dan spesialis perkembangan anak.
Dokter juga akan meminta untuk melakukan serangkaian tes untuk membuat diagnosis
dan menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya.
1. Pemindaian Otak
Teknologi pencitraan otak dapat mengungkapkan area kerusakan atau
perkembangan abnormal di otak. Tes ini termasuk yang berikut:
a. MRI.
MRI menggunakan gelombang radio dan medan magnet untuk menghasilkan
gambar 3D atau penampang otak yang terperinci. MRI sering dapat
mengidentifikasi lesi atau kelainan pada otak anak. Tes ini tidak menimbulkan
rasa sakit, tetapi berisik dan dapat memakan waktu hingga satu jam untuk
diselesaikan. Anak kemungkinan akan menerima anestesi umum penenang atau
ringan sebelumnya.
b. USG Kranial.
Ini dapat dilakukan selama masa bayi. Ultrasonografi kranial menggunakan
gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar
otak. Ultrasonografi tidak menghasilkan gambar yang detail, tetapi dapat
digunakan karena cepat dan dapat memberikan penilaian awal yang berharga
pada otak.
c. Elektroensefalogram (EEG)
Jika anak dicurigai mengalami kejang, EEG dapat mengevaluasi kondisinya lebih
lanjut. Kejang dapat berkembang pada anak dengan epilepsi. Dalam tes EEG,
serangkaian elektroda ditempelkan ke kulit kepala anak. EEG merekam aktivitas
listrik otak anak. Biasanya terjadi perubahan pola gelombang otak normal pada
epilepsi.
d. Tes Laboratorium
Tes darah, urin, atau kulit dapat digunakan untuk menyaring masalah genetik atau
metabolisme.
e. Tes Tambahan
Jika anak didiagnosis dengan cerebral palsy, ia kemungkinan akan dirujuk ke
spesialis untuk menguji anak untuk kondisi lain yang sering dikaitkan dengan
gangguan tersebut. Tes ini dapat mengidentifikasi masalah dengan:
 Penglihatan.
 Pendengaran.
 Berbicara.
 Intelektual.
 Perkembangan.
 Pergerakan.
 Kondisi medis lainnya.
Jenis cerebral palsy akan ditentukan oleh gangguan gerakan utama yang
dialami, tetapi beberapa gangguan gerakan dapat terjadi secara bersamaan.
Jenis yang paling umum adalah cerebral palsy spastik, yang meliputi otot kaku
dan refleks yang berlebihan. Jenis lain dari palsi serebral termasuk gangguan
gerakan yang melibatkan keseimbangan dan koordinasi yang buruk (ataksik)
dan kesulitan mengendalikan otot volunter (diskinetik).
Setelah membuat diagnosis, dokter akan menggunakan alat skala penilaian,
seperti Sistem Klasifikasi Fungsi Motorik Kasar, untuk menentukan fungsi dan
tingkat keparahan mobilitas, postur, dan keseimbangan. Informasi ini dapat
membantu dalam memilih perawatan.
2. Komplikasi Cerebral Palsy
Kelemahan otot, kelenturan otot, dan masalah koordinasi dapat menyebabkan
sejumlah komplikasi, baik selama masa kanak-kanak maupun dewasa, termasuk:
a. Kontraktur.
Kontraktur adalah pemendekan jaringan otot akibat pengencangan otot yang
parah yang dapat diakibatkan oleh spastisitas. Kontraktur dapat menghambat
pertumbuhan tulang, menyebabkan tulang menekuk, dan mengakibatkan
deformitas sendi, dislokasi atau dislokasi parsial. Ini dapat mencakup dislokasi
pinggul, kelengkungan tulang belakang (skoliosis) dan kelainan bentuk ortopedi
lainnya.
b. Malnutrisi
Masalah menelan atau makan dapat mempersulit seseorang yang menderita
cerebral palsy, terutama bayi, untuk mendapatkan nutrisi yang cukup. Hal ini
dapat mengganggu pertumbuhan dan melemahkan tulang. Beberapa anak atau
orang dewasa membutuhkan selang makanan untuk mendapatkan nutrisi yang
cukup.
c. Kondisi Kesehatan Jiwa.
Orang dengan cerebral palsy memiliki kondisi kesehatan mental, seperti depresi.
Isolasi sosial dan tantangan mengatasi disabilitas dapat berkontribusi pada
depresi. Masalah perilaku juga bisa terjadi.
d. Penyakit Jantung dan Paru-Paru.
Orang dengan cerebral palsy dapat mengembangkan penyakit jantung, penyakit
paru-paru dan gangguan pernapasan. Masalah menelan dapat menyebabkan
masalah pernapasan, seperti pneumonia aspirasi.
e. Osteoartritis.
Tekanan pada sendi atau kesejajaran sendi yang tidak normal akibat spastisitas
otot dapat menyebabkan timbulnya penyakit degeneratif tulang yang
menyakitkan ini secara dini.
f. Osteoporosis.
Fraktur karena kepadatan tulang yang rendah dapat disebabkan oleh beberapa
faktor seperti kurangnya mobilitas, nutrisi yang tidak memadai dan penggunaan
obat anti epilepsi.
g. Komplikasi Lainnya.
Ini dapat mencakup gangguan tidur, nyeri kronis, kerusakan kulit, masalah usus,
dan masalah kesehatan mulut.

E. Klarifikasi Cerebral Palsy

Terdapat 4 tipe dari cerebral palsy, tergantung dari area otak yang terkena.
Beberapa orang memiliki tipe kombinasi, dan tampilan gejala dapat berbeda seiring
anak yang bertumbuh dan selalu melakukan hal baru seperti saat belajar keseimbangan
dengan cara berjalan. Berikut klasifikasinya : 

1. Spastik cerebral palsy 

Tipe ini adalah tipe yang paling sering dijumpai, mencapai 80% dari kasus CP.
Pada tipe spastik, otot akan menjadi kaku dan refleks berlebihan yang menyebabkan
kesulitan berjalan. Gejala ini dapat muncul hanya pada salah satu sisi tubuh atau pada
kedua sisi. 

2. Dyskinetik cerebral palsy 

Pada tipe dyskinetik, penderita akan sulit untuk mengontrol gerakan tubuh
mereka yang akan menyebabkan pergerakan involunter dan tidak biasa pada lengan,
kaki, tangan, terkadang sampai pada wajah dan lidah. Gerakan ini dapat muncul
secara perlahan atau cepat. Hal ini dapat menyebabkan seseorang sulit untuk duduk,
berjalan menelan atau berbicara 

3. Ataxik cerebral palsy 

Tipe ataxic ini paling jarang terjadi. Gejalanya dikarakteristikan dengan


gerakan otot volunter yang tidak teratur sehingga penderitanya akan sulit menjaga
keseimbangan dan koordinasi tubuhnya. Pada kehidupan sehari-hari penderita sulit
untuk berjalan dan menjalankan fungsi motorik halus seperti menggenggam dan
menulis 

4. Hypotonick cerebral palsy 

Tipe hipotonik menyebabkan hilangnya tonus otot dan otot menjadi relaksasi
dan kenas. Lengan dan tungkai sangat mudah digerakkan dan lunglai seperti boneka
kain. Pada bayi, gejala yang terlihat adalah sulit untuk menggerakan kepala dan
memiliki masalah pernapasan. Ketika sudah bertumbuh, maka akan sulit untuk duduk
tegak karena tonus otot yang lemah. 

5. Mixed cerebral palsy 


Gejala yang muncul pada tipe ini adalah gabungan dari tipe diatas. Yang paling
sering dijumpai adalah gabungan dari tipe spastik dan diskinetik 

F. Cara Mengobati / Menangani Cerebral Palsy

Secara medis sampai sekarang masih belum ada terapi yang dapat menyembuhkan
cerebral palsy. Namun, terapi yang ada ini membantu penderita dapat menjadi aktif dan
independen sebagai individu. Terapi yang ada antara lain : 

1. Fisioterapi 

Teknik yang digunakan seperti terapi fisik dan peregangan otot


dapat membantu meningkatkan abilitas fisik dan meningkatkan
pergerakan penderita

2. Terapi wicara 

Terapi ini bertujuan untuk membantu agar kemampuan bicara,


komunikasi dan menelan yang lebih baik

3. Terapi okupasional 

Pada terapi ini, terapis akan mengidentifikasi masalah atau tugas


yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari penderita dan
menyarankan jalan untuk memperingan hal tersebut.
4. Medikasi 

Obat-obatan terkadang digunakan untuk mengatasi gejala kaku


atau spastik pada otot. Tipe obat yang diberi biasanya adalah
pelemas otot 

5. Operasi 

Pada beberapa orang, terkadang dibutuhkan operasi tulang


untuk meningkatkan mobilitas dan mengurangi rasa nyeri.

Penting untuk mendeteksi cerebral palsy sejak dini, dan mengikutsertakan anak
dalam berbagai jenis terapi agar anak memiliki peluang untuk hidup dengan normal.
Salah satu terapi yang bisa diberikan untuk anak dengan cerebral palsy adalah terapi
okupasi. 
Terapi okupasi adalah perawatan khusus yang bertujuan untuk membantu orang-orang
yang mengalami gangguan kesehatan tertentu agar mampu melakukan hal-hal penting
sendiri. Entah itu untuk melakukan perawatan diri (makan, mandi, dan berpakaian),
pengembangan diri (membaca, berhitung, maupun bersosialisasi), latihan fisik (melatih
gerakan sendi, kekuatan otot, dan kelenturan), menggunakan alat bantu serta kegiatan
lainnya. Melalui terapi ini, Penyandang CP dapat menjalani kesehariannya dengan
mandiri.
Contoh Istrumen Asesmenpengembangan diri untuk anak Cerebral Palsy

Instrumen Asesmen Pengembangan Diri untuk Anak Cerebral Palsy


NO Aspek Tujuan Butir Soal Kriteria Ket
Pengembangan M MDB TM

Diri
1 Makan 1. Makan a. anak mampu v
Menggunakan memegang sendok
sendok b. Anak mampu v
menyendok nasi
c. Anak mampu v
memotong
saayuran atau
d. Anak mampu v
memasukkan
makanan ke dalam
mulut
e. Anak mampu v
mengunyah
makanan
6. Makan a. Anak mampu v
dengan menjumput
menggunakan makanan
tangan b. Anak mampu v
memasukakan
makanan kedalam
mmulut
c.Anak mampu v
mengunyah
makanan
2 Minum 1.Minum a.Anak mampu v
menggunakan memegang gelas
gelas b.Anak mampu v
mengangkat gelas
ke arah mulut
2. Minum a.Anak mampu v
menggunakan menggengam
cangkir pegangan canngkir
b.Anak mampu v
mengangkat
cangkir ke arah
mulut.

Dengan dibuatnya instrumen asesmen untuk anak penyandang CP kita dapat


mengetahui sejauh mana kemampuan dan perkembangan anak. Sehingga anak CP
(Cerebral Palsy) dapat memaksimalkan kemampuanya dalam bantu diri,terutama
makan dan minum untuk kelangsungan dan kemandirian anak kedepannya.
Daftar pustaka

1. dr. Friska Wilda Wijaya

dr. Friska Wilda Wijaya lahir di Palembang, 7 Maret 1996. Penulis menyelesaikan
pendidikan dokter umum di Fakultas Kedokteran UNIKA Atma Jaya Jakarta pada tahun
2019.

https://www.carevo.id/klasifikasi-cerebral-palsy/

Anda mungkin juga menyukai