Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Asma adalah penyakit inflamasi dari saluran pernafasan yang melibatkan


inflamasi pada saluran pernafasan dan mengganggu aliran udara, dan dialami oleh 22
juta warga Amerika. Inflamasi saluran nafas pada asma meliputi interaksi komplek dari
sel, mediator-mediator, sitokin, dan kemokin.1 Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodic berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau
dini hari. Episode tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.2
Di Indonesia, asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian.
Hal tersebut tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) diberbagai
propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10
penyebab kesakitan (morbiditi) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan empisema.
Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan empisema sebagai penyebab kematian
(mortaliti) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh
Indonesia sebesar 13/1000 dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru
2/1000.2
Penyakit infeksi saluran napas bawah akut, bahkan menjadi penyebab kematian
nomor 4 di dunia dengan perkiraan angka kematian sebesar 2,56 juta jiwa dan 50.000
jiwa di Indonesia. Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
dijumpai dan mempunyai dampak yang signifikan di seluruh dunia,. Di Indonesia,
pneumonia merupakan penyebab kematian tertinggi nomor 6 akibat penyakit infeksi
saluran napas akut (ISPA) .6
Pneumonia diartikan sebagai peradangan pada parenkim paru yang
mencakup bronkiolus respiratorius, dan alvelous oleh karena infeksi, dengan adanya
peradangan tersebut, maka menyebabkan terjadinya konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat. Bronkopneumoni adalah radang saluran pernapasan
yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumoni lebih sering

1
2

dijumpai pada anak dan bayi, biasanya disebabkan oleh bakteri streptococcus pneumonia
dan haemofilus influenza. Data di Indonesia yang dikeluarkan oleh Riskesdas tahun
2013 menyebutkan period prevalence dan prevalensi pada tahun 2013 adalah 1,8% dan
4,5%, sedangkan sebaran provinsi, terdapat lima provinsi yang memiliki insidensi dan
prevalensi pneumonia tertinggi untuk semua umur yaitu Nusa Tenggara Timur (4,6%
dan 10,3%), Papua (2,6% dan 8,2%), Sulawesi Tengah (2,3% dan 5,7%), Sulawesi Barat
(3,1% dan 6,1%), dan Sulawesi Selatan (2,4% dan 4,8%). Sementara pada hasil
Riskesdas 2013, prevalensi pneumonia berdasarkan kelompok usia penduduk, dimana
pneumonia tinggi terjadi pada kelompok usia 1 – 4 tahun, kemudian mulai meningkat
pada usia 45 – 54 tahun dan terus meningkat pada kelompok usia berikutnya. Hal ini
tidak menyingkirkan bahwa pneumonia pun terjadi pada usia remaja dan dewasa.11

Anda mungkin juga menyukai