Anda di halaman 1dari 197

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Tuhan menciptakan wanita sebagai makhluk yang diberkahi dan

dianugerahi untuk mengandung, melahirkan seorang anak dan menjadi

seorang ibu. Dalam masa kehidupannya, masa reproduksi adalah masa

terpenting, di mana pada saat itu terjadi siklus haid dan alat genitalia sudah

berfungsi untuk memungkinkan terjadinya kehamilan dan menjadi seorang

ibu merupakan peran penting dalam keluarga untuk pembangunan

pencapaian kesehatan keluarga.

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan

prioritas utama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan karena ibu dan

anak merupakan kelompok yang rentan terhadap keadaan keluarga dan

sekitarnya, khususnya masalah kematian ibu dan anak selama atau sesudah

masa kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir (Kemenkes RI,

2015).

Kematian ibu didominasi oleh lima penyebab utama, yaitu

perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi, partus lama, dan abortus.

Jumlah AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 305/100.000 kelahiran

hidup dengan 3 penyebab utama yaitu perdarahan, hipertensi dalam

kehamilan dan infeksi (Kemenkes RI, 2015).

AKI di Kabupaten Poso mengalami penurunan dari 9 orang pada

tahun 2015 menjadi 7 orang pada tahun 2016 (Dinkes Kab Poso, 2016).

1
2

Pada tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Lawanga tidak tercatat

adanya kematian ibu (Puskesmas Lawanga, 2016). Angka Kematian Bayi

(AKB) di Indonesia pada tahun 2015 yakni 22,23/1.000 kelahiran hidup

(Kemenkes RI, 2016). AKB di Kabupaten Poso mengalami peningkatan

dari 46 bayi pada tahun 2015 menjadi 54 bayi pada tahun 2016 (Dinkes

Kab Poso, 2016). AKB di wilayah kerja Puskesmas Lawanga mengalami

peningkatan dari 3 bayi pada tahun 2015 menjadi 7 bayi pada tahun 2016

yang disebabkan oleh asfiksia, Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR),

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan letak lintang. (Puskesmas

Lawanga,2016).

Salah satu upaya Pemerintah Indonesia dalam menanggulangi AKI

dan AKB adalah memberikan pelayanan pada ibu secara cepat dan cermat

dalam mendeteksi secara dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan

dini komplikasi selama masa kehamilan sampai pada masa nifas dan bayi

baru lahir, seperti program cakupan pelayanan K1, K4, Pn, KF3, KN1, KN

lengkap dan KB.

Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh

pelayanan antenatal yang pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan

jumlah sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu

tahun. Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh

pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali sesuai

jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu


3

hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun (Kemenkes RI,

2015).

Secara nasional, cakupan pelayanan ibu hamil K1 mengalami

peningkatan dari tahun 2014 sampai pada tahun 2015, yakni dari 94,99%

menjadi 95,75% (Kemenkes RI, 2016). Cakupan K1 di Kabupaten Poso

pada tahun 2016 sebesar 86% (Dinkes Kab Poso, 2016). Cakupan K1 di

wilayah kerja Puskesmas Lawanga pada tahun 2016 sebesar 91%

(Puskesmas Lawanga, 2016). Cakupan pelayanan ibu hamil K4 di

Indonesia pada tahun 2015 sebesar 87,48%, ini menunjukkan bahwa

cakupan pelayanan K4 telah memenuhui target Rencana Strategi (Renstra)

yakni sebesar 72% sedangkan di Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun

2015 belum mencapai target Renstra, yakini hanya sebesar 71,07%

(Kemenkes RI, 2016). Cakupan K4 di Kabupaten Poso pada tahun 2016

sebesar 75% (Dinkes Kab Poso, 2016). Tahun 2016 di wilayah kerja

Puskesmas Lawanga sebesar 81% (Puskesmas Lawanga,2016).

Cakupan Pn adalah pencapaian kesehatan ibu bersalin diukur

melalui indikator persentase persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih (Kemenkes RI, 2015).

Cakupan Pn di Indonesia mengalami penurunan dari 88,68% di

tahun 2014 menjadi 88,55% di tahun 2015, sedangkan di Provinsi

Sulawesi Tengah sebesar 56,16% (Kemenkes RI, 2016). Cakupan Pn di

Kabupaten Poso tahun 2016 sebesar 77,6% (Dinkes Kab Poso, 2016).
4

Cakupan Pn di wilayah kerja Puskesmas Lawanga pada tahun 2016

sebesar 94% (Puskesmas Lawanga,2016).

Cakupan KF3 adalah cakupan kunjungan nifas. Cakupan KF3 di

Indonesia mengalami peningkatan dari 86,41% pada tahun 2014 menjadi

87,06% pada tahun 2015, sedangkan di Provinsi Sulawesi Tengah pada

tahun 2015 sebesar 70,82% (Kemenkes RI, 2016). Cakupan KF3 di

Kabupaten Poso pada tahun 2016 sebesar 73% (Dinkes Kab Poso, 2016).

Cakupan KF3 di wilayah kerja Puskesmas Lawanga tahun 2016 sebesar

100% (Puskesmas Lawanga, 2016).

Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan

pelayanan kesehatan bayi baru lahir (umur 6 jam-48 jam) di satu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga

kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Selain KN1,

indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah

Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) (Kemenkes RI, 2015).

Cakupan KN1 di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 83,67% yang

artinya sudah memenuhi target Renstra tahun 2015 sebesar 75% dan

cakupan KN1 di Provinsi Sulawasi Tengah sebesar 51,90% (Kemenkes

RI, 2016). Cakupan KN1 di Kabupaten Poso pada tahun 2016 sebesar

95% (Dinkes Kab Poso, 2016). Cakupan KN1 di wilayah kerja Puskesmas

Lawanga pada tahun 2016 sebesar 100% (Puskesmas Lawanga, 2016).

Cakupan KN lengkap di Indonesia tahun 2015 sebesar 77,31% dan

di Provinsi Sulawesi Tengah sebesar 41,18% (Kemenkes RI, 2016).


5

Cakupan KN lengkap di Kabupaten Poso pada tahun 2016 sebesar 70%

(Dinkes Kab Poso, 2016). Cakupan kN lengkap di wilayah kerja

Puskesmas Lawanga tahun 2016 sebesar 94% (Puskesmas Lawanga,

2016).

Presentase peserta KB baru terhadap Pasangan Usia Subur (PUS)

secara nasional pada tahun 2015 yaitu sebesar 13,46% dan di Provinsi

Sulawesi Tengah sebesar 14,38% (Kemenkes, 2016). Presentase peserta

KB baru terhadap PUS di Kabupaten Poso pada tahun 2016 sebesar 9,5%

(Dinkes Kab Poso, 2016). Presentase peserta KB baru terhadap PUS di

wilayah kerja Puskesmas Lawanga tahun 2016 sebesar 47,9% (Puskesmas

Lawanga, 2016).

Bidan berperan penting dalam membantu menjalankan program

pemerintah tersebut, yakni salah satunya dengan melakukan asuhan

kebidanan secara komprehensif yang harus dilakukan dalam tiap

asuhannya kepada ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi

baru lahir sampai pada Keluarga Berencana (KB).

Continuity of care the life cycle artinya pelayanan yang diberikan

pada siklus kehidupan yang dimulai dari pra konsepsi, kehamilan,

persalinan, nifas, bayi, balita, anak pra sekolah, remaja, dewasa hingga

lansia. (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan latar belakang di atas, dengan masih tingginya AKI dan

AKB di Kota Poso mendorong penulis untuk melakukan Asuhan


6

Kebidanan Komprehensif dari masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi

baru lahir dan keluarga berencana (KB).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah

“Bagaimana penerapan manajemen asuhan kebidanan komprehensif pada

ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB pada Ny. S umur 27

tahun GIP0A0 di Wilayah Kerja Puskesmas Lawanga”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir dan KB dengan

pendekatan manejemen yang sesuai dengan 7 langkah Varney

kemudian di dokumentasikan dalam metode SOAP.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk melakukan pengkajian data subjektif pada ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB pada Ny. S umur 27

tahun GIP0A0 di wilayah kerja Puskesmas Lawanga.

b. Untuk melakukan pengkajian data objektif pada ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB pada Ny. S umur 27

tahun GIP0A0 di wilayah kerja Puskesmas Lawanga.

c. Untuk menentukan analisa data sesuai dengan masalah yang

ada pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB pada
7

Ny. S umur 27 tahun GIP0A0 di wilayah kerja Puskesmas

Lawanga.

d. Untuk melakukan penatalaksanaan yang sesuai dengan masalah

yang ada pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB

pada Ny. S umur 27 tahun GIP0A0 di wilayah kerja Puskesmas

Lawanga.

B. Manfaat Penulisan

1. Bagi Lahan Praktik

Membantu dalam upaya menurunkan AKI dan AKB dengan

melakukan pelayanan Asuhan Kebidanan kehamilan, persalinan normal,

nifas, bayi baru lahir dan KB

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan bacaan Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu Prodi

Kebidanan Poso.

3. Bagi Penulis

Dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan wawasan dalam

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif sesuai dengan standar

kebidanan dalam penanganan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir

dan KB.
8

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan bacaan dan menambah pengetahuan tentang

pelayanan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif pada ibu hamil,

bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tentang Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas,

Bayi Baru Lahir dan Keluarga Berencana

1. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama

hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung

dari hari pertama haid terakahir (Lailiana,2012).

b. Tanda-tanda Kehamilan

1) Tanda tidak pasti hamil

a) Amenorhea (tidak dapat haid)

b) Mual dan muntah

c) Mengidam

d) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri

e) Pigmentasi kulit

f) Sering miksi

g) Konstipasi/ obstipasi ( Sari,dkk :2015).

2) Tanda-tanda kemungkinan hamil

a) Perut membesar.

b) Uterus membesar, terjadi perubahan bentuk dan konsisteni rahim.


10

c) Tanda Chadwick, yakni vulva dan vagina tampak kebiruan

d) Tanda Piscaseck, yakni bentuk rahim yang tidak sama.

e) Kontraksi rahim bila dirangsang.

f) Teraba balotement (Sari,dkk:2015).

3) Tanda pasti kehamilan

a) Teraba bagian-bagian janin dan dapat dikenal bagian-bagian

janin.

b) Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung janin.

c) Dapat dirasakan gerakan janin.

d) Pada pemeriksaan dengan sinar Rotgen tampak kerangka janin.

e) Dengan alat USG dapat diketahui kantung janin, panjang janin,

dan dapat diperkirakan tuanya kehamilan serta dapat menilai

pertumbuhan janin (Sari,dkk:2015).

c. Perubahan Fisiologis

1) Sistem Reproduksi

a) Perubahan mammae

Tabel 2.1
Perubahan mamae selama kehamilan
Umur Kehamilan Perubahan
3 – 4 minggu Rasa penuh pada payudara
6 minggu Terjadi pembesaran dan sedikit nyeri
Pelebaran pembuluh darah vena di
8 minggu sekitar mammae, kelenjar Montgomery
mulai tampak
Penggelapan di sekitar areola dan
12 minggu
putting
16 minggu Colostrum sudah mulai dikeluarkan
Sumber : Sari,dkk:2015
11

b) Perubahan uterus

Tinggi Fundus Uteri (TFU) dapat ditentukan dengan

menggunakan pita sentimeter Mc. Donald dengan cara sebagai

berikut:

(1) Tinggi fundus uteri (cm) x 2/7 = (durasi kehamilan dalam

bulan)

(2) Tinggi fundus uteri (cm) x 8/7 = (durasi kehamilan dalam

minggu)

Tinggi fundus uteri (cm) yang normal harus sama dengan umur

kehamilan yang ditentukan berdasarkan hari pertama haid

terakhir. Jika hasil pengukuran berbeda 1-2 cm masih dapat

ditoleransi, tapi jika deviasi lebih kecil 2 cm dari umur kehamilan,

kemungkinan ada gangguan pertumbuhan janin, sedangkan bila

deviasi lebih besar 2 cm dari umur kehamilan kemungkinan

terjadi bayi kembar, polihidramnion atau bayi besar.

Berikut adalah tabel yang menunjukkan perubahan fisiologi TFU

dengan menggunakan pita sentimeter Mc. Donald dan dengan

menggunakan palpasi leopold:


12

Tabel 2.2
Perubahan TFU dalam kehamilan
Usia
kehamilan Tinggi Fundus Uteri TFU (cm)
(minggu)
12 3 jari di atas simfisis -
16 Pertengahan pusat simfisis -
20 3 jari di bawah pusat -
24 Setinggi pusat 24
28 3 jari di atas pusat 28
Pertengahan pusat-prosesus 32
32
xiphoideus (px)
36 Setinggi px 36
40 2 jari (4 cm) di bawah px 40
Sumber : Megasari,dkk: 2015

Untuk menghitung usia kehamilan dapat dilakukan dengan

menggunakan Rumus Naegele, di mana usia kehamilan dihitung

280 hari. Cara menentukan hari pertama haid terakhir (HPHT)

dengan menggunakan rumus Naegele yaitu tanggal HPHT

ditambahkan 7, bulan HPHT dikurangi 3 atau ditambahkan 9,

tahun HPHT ditambahkan 1 atau tetap (Megasari,dkk:2015).

2) Sistem Endokrin

Kelenjar thyroid akan sedikit membesar dalam kehamilan dan kelenjar

hypofise lobus anterior juga membesar. Selama masa menstruasi

normal, hipofisis anterior memproduksi Luteinizing Hormone (LH)

dan Follicle Stimulating Hormone (FSH). FSH merangsang folikel de

graff untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan ovarium di

mana ia lepaskan. Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus luteum

yang dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron.

Progesteron dan estrogen merangsang poliferasi dari desidua (lapisan


13

dalam uterus) dalam upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan

terjadi. Plasenta yang terbentuk sempurna dan berfungsi 10 minggu

setelah pembuahan terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum

untuk memproduksi estrogen dan progesteron (Megasari,dkk: 2015).

3) Sistem Kekebalan

Kadar imunologik tidak berubah pada kehamilan. Kadar antibodi ibu

yang spesifik memiliki kepentingan khusus karena kemampuannya

untuk melintasi plasenta. IgG ibu adalah komponen utama dari

immunoglobin janin di dalam uterus dan periode neonatal dini dan

merupakan satu-satunya immunoglobin yang dapat menembus plsenta

(Sari,dkk:2015).

4) Sistem Perkemihan

Tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu

akan merasa lebih sering buang air kecil (BAK). Pada akhir

kehamilan, bila kepala janin mulai turun ke bawah pintu atas panggul,

keluhan sering BAK akan timbul karena kandung kemih akan tertekan

kembali (Sari,dkk:2015).

5) Sistem Pencernaan

Selama awal kehamilan, rasa mual dan ingin muntah (emesis

gravidarum) sering terjadi (7-14 minggu) karena peningkatan kadar

estrogen dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG). Kondisi ini

akan lebih berat pada kehamilan ganda atau kehamilan

molahidatidosa. Biasanya, ganggguan yang terjadi pada sistem


14

pencernaan adalah pengeluaran air liur yang berlebihan, daerah

lambung terasa panas, mual muntah dan sakit kepala terutama pagi

hari, muntah berlebihan dan obstipasi (Megasari,dkk: 2015).

6) Sistem Muskuloskeletal

Peningkatan hormon progesteron dan relaksin menyebabkan

pengenduran jaringan ikat dan otot sehingga simpisis pubis dan

articolasio sacro cocsigeal melunak dan bergeser sehingga

menyebabkan nyeri pinggang dan persendian. Postur tubuh berubah

menyesuaikan perubahan pusat gaya berat dan pada masa hamil rahim

mendorong tubuh ke depan sehingga tubuh condong ke belakang agar

seimbang dengan lekuk pinggang yang berlebihan (Megasari,dkk:

2015).

7) Sistem Kardiovaskuler

Kadar hemoglobin (Hb) minimum yang sesuai dalam masa kehamilan

adalah 11 gr/dl. Penggolongan kadar Hb ibu adalah kadar Hb 11 gr/dl

(tidak anemia), Hb 9-10 gr/dl (anemia ringan), Hb7-8 gr/dl (anemia

sedang) dan Hb < 7 gr/dl (anemia berat).

Selama kehamilan, tekanan sistolik turun 5-10 mmHg dan diastolik

10-15 mmHg. Setelah kehamilan 24 minggu, tekanan darah akan

sedikit demi sedikit naik kembali seperti tekanan darah sebelum hamil

(Megasari,dkk: 2015).
15

8) Sistem Integumen

Pada kulit dinding perut terjadi perubahan warna menjadi kemerahan,

kusam hingga mengenai payudara dan paha, perubahan ini disebut

striae gravidarum, pada garis tengah abdomen (linea alba) akan

menjadi hitam kecoklatan (linea nigra). Perubahan warna kulit juga

muncul pada wajah dan leher disebut cloasma gravidarum.

Pigmentasi berlebihan ini akan berkurang setelah persalinan

(Sari,dkk:2015).

9) Berat Badan pada Ibu Hamil

Umumnya, berat badan wanita hamil bertambah disebabkan oleh janin

yang cukup bulan kira-kira 3.400 gram, plasenta 600 gram, air

ketuban 800 gram, besar uterus 1.135, mammae yang membesar dan

bertambahnya volume darah 1.350 gram (Megasari,dkk: 2015).

Tabel 2.3
Komponen Pertambahan Berat Badan Ibu Selama Hamil
Jaringan dan Cairan Berat (kg)
Jaringan ekstra uterin 1
Janin 3-3,8
Amnion 1
Plasenta 1-1,1
Payudara 0,5-2
Tambahan darah 2-2,5
Tambahan cairan jaringan 1,5-2,5
Tambahan jaringan lemak 2-2,5
Total 11,5-16
Sumber : Megasari,dkk:2015

Pada trimester I ibu akan mengalami penambahan berat badan ± 1

kg. Trimester II terjadi penambahan ± 3 kg atau 0,3 kg/minggu,

pada trimester III terjadi penambahan berat badan ± 6 kg atau 0,3 -


16

0,5 kg/ minggu, kemungkinan penambahan berat badan hingga

maksimal 12,5 kg (Sari,dkk: 2015).

Indeks Masa Tubuh (IMT) adalah suatu metode yang digunakan

untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan

dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Megasari,dkk:2015).

Untuk rekomendasi penambahan Berat Badan (BB) adalah dengan

menggunakan rumus:

IMT = BB (dalam kg)

(TB dalam (M))2

Tabel 2.4
Penambahan Berat Badan Normal dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Pada Ibu Hamil
Kategori IMT Rekomendasi (kg)
Rendah > 19,8 12,5 – 18
Normal 19,8-26,6 11,5 – 16
Tinggi 26 – 29,0 7 – 11,5
Obesitas > 29 ≥7
Gemeli - 16 - 20,5
Sumber: Megasari,dkk:2015

10) Sistem Pernafasan

Ibu hamil dianjurkan untuk bernafas lebih cepat. Pada akhir

kehamilan, ventilasi pernapasan permenit meningkat 40%. Perubahan

ini mengakibatkan hiperventilasi pada ibu hamil (Sari,dkk:2015).

d. Perubahan Psikologi Kehamilan Trimester III

Respon psikologi yang terjadi pada trimester III diantaranya calon ibu

sudah menyesuaikan diri dan sudah memiliki rasa tanggung jawab

sebagai ibu yang akan mengurus anaknya, misalnya ibu yang semula
17

jarang memeriksakan kehamilannya sekarang lebih teratur dan persiapan

perawatan bayi sudah disiapkan di rumah. Pada trimester III ini juga

calon ibu memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, misalnya rasa

khawatir bukan pada dirinya melainkan pada janin dan atau anaknya

yang lain. Ibu memikirkan siapa yang akan mengurus mereka apabila

terjadi sesuatu pada dirinya waktu melahirkan (Rukiah,dkk: 2013).

e. Masalah Yang Timbul Pada Trimester III

Trimester III merupakan masa persiapan dalam menanti kelahiran bayi

dan menjadi orangtua, sehingga sebagian besar perhatian tertuju pada

kesiapan persalinan. Selama periode ini sebagian besar wanita hamil

dalam keadaan cemas yang nyata. Hal yang mendasari ketidaknyamanan

trimester III adalah:

1) Pertambahan ukuran uterus akibat dari perkembangan janin dan

plasenta serta turunnya kepala pada rongga panggul menimbulkan

pengaruh pada sistem organ maternal. Hal tersebut menjadi dasar

timbulnya ketidaknyamanan pada ibu selama trimester III.

2) Pada trimester III kadar progesteron mengalami peningkatan dan

stabil hingga 7 kali lebih tinggi dari masa sebelum hamil.

3) Penantian dan persiapan akan mempengaruhi psikolagis ibu. Ibu

merasa khawatir terhadap proses persalinan yang akan dihadapinya

dan bagaimana keadaaan bayi saat dilahirkan sehingga dukungan

pendampingan sangat dibutuhkan (Irianti,dkk: 2014).


18

Perubahan-perubahan tersebut menjadi dasar timbulnya keluhan-

keluhan fisiologis trimester III, yaitu:

a) Sering berkemih

Keluhan sering berkemih disebabkan oleh tertekannya kandung

kemih oleh uterus yang semakin membesar dan menyebabkan

kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi berkemih

meningkat. Dalam menangani keluhan ini ibu dianjurkan untuk

mengurangi asupan cairan 2 jam sebelum tidur agar istirahat ibu

tidak akan terganggu (Irianti,dkk: 2014).

b) Varises dan wasir

Pembesaran uterus mengakibatkan vena panggul, vena kava

inferior dan vena rektum tertekan sehingga menimbulkan

terjadinya varises dan wasir. Untuk mengatasi keluhan ini dapat

dilakukan dengan cara tidur dengan posisi kaki sedikit lebih

tinggi selama 10-15 menit dan hindari memaksakan mengejan

saat defekasi jika tidak ada rangsangan untuk mengedan

(Irianti,dkk:2014).

c) Sesak nafas

Rahim yang membesar mengakibatkan peningkatan ventilasi

menit pernafasan dan beban pernafasan yang meningkat sehingga

menyebabkan peningkatan kerja pernafasan. Untuk menangani

keluhan ini dapat dianjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas


19

yang berat dan berlebihan dan hindari posisi tidur terlentang

(Irianti,dkk: 2014).

d) Bengkak dan kram pada kaki

Bengkak dikarenakan tekanan uterus yang semakin meningkat

dan mempengaruhi sirkulasi cairan. Dengan bertambahnya

tekanan uterus dan tarikan gravitasi menyebabkan retensi cairan

semakin besar. Kram dapat disebabkan oleh meningkatnya kadar

fosfat dan penurunan kadar kalsium terionisasi dalam serum.

Cara mengatasi keluhan ini adalah dengan menghindari duduk

dengan posisi kaki menggantung (Irianti,dkk: 2014).

e) Gangguan tidur dan mudah lelah

Wanita hamil yang mengalami insomnia disebabkan

ketidaknyamanan akibat uetrus yang membesar dan pergerakan

janin terutama jika janin aktif. Untuk menangani keluhan ini

dapat dilakukan dengan tidak melakukan aktivitas yang

menimbulkan stimulus sebelum tidur (Irianti,dkk: 2014).

f) Nyeri perut bawah

Secara normal, nyeri perut bawah dapat disebabkan oleh muntah

yang berlebihan dan konstipasi yang dialami oleh sebagian besar

ibu hamil. Torsi yang parah biasanya dapat diatasi dengan tirah

baring, mengubah posisi tidur ibu agar uterus yang mengalami

torsi dapat kembali ke keadaan semula tanpa harus diberikan

manipulasi (Irianti,dkk:2014).
20

g) Heartburn

Perasaan panas pada perut atau heartburn diakibatkan oleh

peningkatan kadar progesteron atau meningkatnya metobolisme

yang menyebabkan relaksasi dari otot-otot polos sehingga terjadi

penurunan pada irama dan pergerakan lambung dan penurunan

tekanan pada spinkter esofagus bawah. Cara mengatasi keluhan

ini adalah menghindari makanan berminyak dan pedas, tomat,

jeruk yang sangat asam, minuman bersoda dan zat-zat seperti

kafein (Irianti,dkk: 2014).

h) Nyeri punggung

Nyeri punggung yang dialamai ibu hamil disebabkan oleh

progesteron dan relaksin yang melunakkan jaringan ikat dan

postur tubuh yang berubah serta meningkatnya beban berat yang

dibawa dalam rahim. Cara mengatasi keluhan ini adalah jangan

terlalu sering membungkuk, menggunakan sepatu bertumit

rendah dan menghindari aktivitas yang berat (Rukiah,dkk: 2013)

f. Kebutuhan Ibu Hamil Trimester III

Berikut adalah kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan ibu semasa hamil

Trimester III:

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen berhubungan dengan perubahan sistem pernafasan

pada masa kehamilan. Kebutuhan oksigen selama kehamilan

meningkat sebagai akselerasi metabolisme yang diperlukan untuk


21

menambah massa jaringan payudara, hasil konsepsi dan massa uterus.

Wanita hamil bernafas lebih dalam karena meningkatnya tidal volume

dan jumlah pertukaran gas tiap kali bernafas sehingga ibu hamil

membutuhkan peningkatan volume oksigen kira-kira 26% per menit

(Rukiah,dkk: 2013)

2) Nutrisi

Wanita hamil harus betul-betul mendapatkan perhatian susunan

dietnya, terutama mengenai jumlah alori, proten yang berguna untuk

pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Kekuranagn nutrisi dapt

menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri,

perdarahan pasca salin, sepsis puerperalis, dan lain-lain. Sedangkan

makanan berlebihan daapt mengakibatkan komplikasi seperti gemuk,

pre eklamsia, janin besar dna sebagainya. Zat-zat yang diperlukan

anatara lain yaitu protein, karbohidrat, zat lemak, mineral atau

bermacam-macam garam terutaam kalsium, fosfor dan zat besi,

vitamin dan air (Mochtar,2005 dalam Rukiah,dkk: 2013).

3) Personal Hygiene

Sebaiknya ibu hamil mandi dengan teratur, menjaga kebersihan

pakaian dan menggunakan teknik pencucian perianal dari depan ke

belakang (Rukiah,dkk: 2013).

4) Pakaian

Ibu hamil harus menggunakan baju yang longgar dengan bahan yang

mudah menyerap keringat, bagian dada harus longgar karena payudara


22

akan membesar, bagian pinggang harus longgar, kutang disiapkan

paling sedikit dua buah dengan bukaan di depan untuk memudahkan

menyusui, mengenakan sepatu yang bertumit tapi jangan yang rata

(Rukiah,dkk: 2013).

5) Eliminasi

Cara membersihkan alat kelamin yaitu dengan gerakan dari depan ke

belakang setiap kali selesai berkemih atau buang air besar. Untuk

mengantisipasi obstipasi ibu hamil dianjurkan untuk diet mengandung

serat, latihan atau senam hamil dan tidak dianjurkan memberikan

obat-obat perangsang dengan laxan. (Sari,dkk:2015).

6) Seksual

Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita

hamil, sebaiknya menggunakan kondom karena prostataglandin yang

terdapat dalam semen bisa menyebabkan kontraksi, lakukanlah dalam

frekuensi yang wajar 2 sampai 3 kali seminggu (Romauli,2011).

7) Mobilisasi dan Body Mekanik

Melakukan latihan atau senam hamil agar otot-otot tidak kaku, jangan

melakukan gerakan tiba-tiba atau spontan, jangan mengangkat secara

langsung benda-benda yang cukup berat, jongkoklah terlebih dahulu

lalu kemudian mengangkat benda, apabila bangun tidur miring dulu

baru kemudian bangkit dari tempat tidur (Romauli,2011).


23

8) Imunisasi

Table 2.5
Imunisasi TT Pada Ibu Hamil
Imunisasi Interval Durasi Perlindungan
TT 1 Selama kunjungan antenatal -
pertama
TT 2 4 minggu setelah TT1 3 tahun
TT 3 6 bulan setelah TT2 5 tahun
TT 4 1 tahun setelah TT3 10 tahun
TT 5 1 tahun setelah TT4 25 tahun (seumur
hidup)
Sumber : Sari,dkk:2015

9) Istirahat atau Tidur

Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur yang cukup.

Saat ibu hamil kurang istirahat atau tidur akan terlihat pucat, lesu dan

kurang gairah. Usahakan tidur malam lebih kurang 8 jam dan tidur

siang lebih kurang 1 jam (Romauli,2011).

g. Bahaya Kehamilan Pada Trimester III

1) Pendarahan. Pada kehamilan awal keluar darah merah, perdarahan

banyak dan nyeri. Pada kehamilan lanjut keluar darah merah, banyak

atau sedikit dan nyeri.

2) Sakit kepala yang hebat.

3) Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun senja).

4) Nyeri abdomen yang hebat.

5) Bengkak pada muka atau tangan.

6) Bayi kurang bergerak seperti biasa (Rukiah,dkk: 2013).


24

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, produk

konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering

dan kuat yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam

keharmonisan untuk melahirkan bayi (Walyani dan Endang, 2015).

Persalinan normal adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala

tanpa melalui alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai

ibu dan bayi dan umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24

jam (Wiknjosastro,2012 dalam Oktarina, 2016).

b. Tanda-Tanda Persalinan

1) Adanya kontraksi rahim

Kontraksi uterus memiliki periode relaksasi yang memiliki fungsi

penting untuk mengistirahatkan otot uterus, memberi kesempatan

istirahat bagi wanita dan mempertahankan kesejahteran bayi karena

kontraksi uterus menyebabkan kontraksi pembuluh darah plasenta.

Ketika otot uterus berelaksasi di antara kontraksi, uterus terasa

lembut dan mudah ditekan, sebaliknya apabila uterus berkontraksi,

ototnya menjadi keras dan keseluruhan uterus terlihat naik ke atas

abdomen sampai ke ketinggian yang tertinggi (Walyani dan Endang,

2015).
25

2) Keluarnya lendir bercampur darah

Lendir disekresi sebagai hasil poliferasi kelenjar lendir serviks pada

awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan

pada mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir

yang berwarna kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar

oleh kontraksi yang membuka mulut rahim yang menandakan bahwa

mulut rahim menjadi lunak dan membuka (Walyani dan Endang,

2015).

3) Keluarnya Air – Air (Ketuban)

Bila ibu merasakan adanya cairan yang merembes keluar dari vagina

dan keluarnya tidak dapat ditahan lagi, tetapi tidak disertai mulas

atau tanpa sakit merupakan tanda ketuban pecah dini dan sesudah itu

akan terasa sakit karena kemungkinan adanya kontraksi. Normalnya

cairan ketuban adalah bersih, jernih dan tidak berbau (Walyani dan

Endang,2015).

4) Pembukaan Serviks

Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontraksi yang

berkembang. Tanda ini tidak dirasakan oleh pasien tetapi dapat

diketahui dengan pemeriksaan dalam oleh penolong persalinan guna

menentukan penipisan dan pembukaan leher rahim (Walyani dan

Endang,2015).
26

c. Tahapan Persalinan

Dalam proses persalinan ada empat kala, yaitu: ( Walyani dan Endang,

2015).

1) Kala satu ( kala pembukaan )

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks

membuka lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi

2 fase, yaitu:

a) Fase laten

Fase laten dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap. Dimulai

dari pembukaan kurang dari 4 cm dan biasanya fase ini

berlangsung kurang dari 8 jam.

b) Fase aktif

Fase aktif ditandai dengan terjadinya penurunan bagian

terbawah janin, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya

meningkat (kontraksi adekuat, 3 kali atau lebih dalam 10 menit

dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), serviks membuka

dari 4 cm ke 10 cm (biasanya kecepatan 1 cm atau lebih

perjam hingga pembukaan lengkap).

Fase aktif dibagi dalam 3 fase, yaitu:

(1) Fase akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan

menjadi 4 cm.
27

(2) Fase dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam

pembukaan dan berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9

cm.

(3) Fase diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm (lengkap).

2) Kala dua ( persalinan )

Kala dua persalinan adalah proses pengeluaran buah kehamilan

sebagai hasil pengenalan proses dan penatalaksanaan kala

pembukaan, batasan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi.

Pada kala II ini memiliki ciri khas:

a) His terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit

sekali.

b) Kepala janin telah masuk ruang panggul dan secara refleks

menimbulkan rasa ingin mengejan.

c) Tekanan pada rektum, ibu rasa ingin buang air besar.

d) Anus membuka.

Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan

perineum meregang, dengan his dan mengejan yang terpimpin

kepala akan lahir dan diikuti seluruh badan janin. Lama kala II

pada primipara yaitu berlangsung 1,5 jam sampai 2 jam dan pada

multipara 0,5 jam sampai 1 jam.


28

3) Kala tiga (kala uri)

Kala tiga yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta).

Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba

keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan dalam waktu 1-5

menit plasenta akan lahir. Pada pengeluaran plasenta biasanya

disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.

4) Kala empat (pengawasan)

Tahap ini adalah tahap pengawasan terhadap perdarahan setelah

persalinan yang dilakukan selama kurang lebih 2 jam. Masalah

komplikasi yang dapat muncul pada kala empat adalah perdarahan

yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, laserasi jalan lahir, dan

sisa selaput plasenta. Oleh karena itu, harus dilakukan pemantauan

pervaginam, yaitu pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam yaitu setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca

persalinan, setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.

Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang

sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.

d. Perubahan Fisiologis Pada Persalinan

Perubahab fisiologis pada saat persalinan ( Walyani dan Endang, 2015):

1) Perubahan fisiologis kala I

a) Perubahan tekanan darah

Perubahan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan

kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan


29

diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Di antara kontraksi, tekanan darah

akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi

bila terjadi kontraksi, oleh karena itu pengukuran tekanan darah

dilakukan pada saat tidak ada kontraksi.

b) Perubahan metabolisme

Selama persalinan, baik metabolisme karbohidrat aerobik maupun

anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian besar

diakibatkan karena kecemasan serta kegiatan otot rangka tubuh.

Kenaikan metobolisme dapat dilihat dari kenaikan suhu badan,

denyut nadi dan pernapasan.

c) Denyut jantung

Denyut jantung di antara kontraksi sedikit lebih tinggi

dibandingkan selama periode persalinan atau belum masuk

persalinan.

d) Pernafasan

Kenaikan pernafasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,

kekhawatiran serta penggunaan tekhnik pernafasan yang tidak

benar.

e) Pembentukan Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah

Rahim (SBR)

Saat SAR berkontraksi, akan menjadi tebal dan mendorong janin

keluar, sedangkan SBR serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi

menjadi saluran tipis dan teregang yang akan dilalui oleh bayi.
30

f) Perubahan serviks

(1) Pendataran adalah pemendekan dari kanalis servikalis, yang

semula berupa saluran yang panjangnya beberapa milimeter

sampai 3 cm menjadi satu lubang dengan pinggir yang tipis.

(2) Pembukaan. Dibagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase

aktif.

g) Perubahan suhu badan

Suhu badan akan meningkat selama persalinan dan segera setelah

persalinan dan dikatakan normal apabila tidak melebihi 0,50C-

10C.

h) Hematologi

Hemoglobin akan meningkat 1,2 mg/100 ml selama persalinan

dan kembali sebelum persalinan pada hari pertama post partum

jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal.

2) Perubahan fisiologis kala II

Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3

menit sekali, karena biasanya dalam kala ini kepala janin sudah

masuk di ruang panggul, maka saat his tekanan pada otot-otot dasar

panggul, yang secara refleks menimbulkan rasa ingin mengedan. Ibu

juga merasakan tekanan pada rektum yang menimbulkan perasaan

ingin defekasi. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi

lebar dengan anus membuka, labia mulai membuka dan tidak lama

kemudian kepala janin tampak di vulva pada saat his.


31

3) Perubahan fisiologis kala III

Terbagi dalam dua tahap pada kelahiran plasenta, yaitu terlepasnya

plasenta dari implantasinya pada dinding uterus dan pengeluaran

plasenta dari dalam kavum uteri. Setelah bayi lahir, uterus masih

mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan permukaan

kavum uteri tempat implantasi plasenta, oleh karena itu tempat

implantasi plasenta semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak

berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian

dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke

bagian bawah uterus atau bagian atas vagiana.

Tanda-tanda pengeluaran plasenta yaitu:

(a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus

(b) Tali pusat memanjang

(c) Semburan darah tiba-tiba

4) Perubahan fisiologis kala IV

a) Uterus

Setelah kelahiran plasenta, uterus secara normal ditemukan

berada pada garis tengah abdomen kira-kira 2/3-3/4 antara

simfisis pubis dan umbilicus, uterus ditemukan di umbilicus

merupakan indiksi penggumpalan darah di uterus, yang perlu

ditekan dan dikeluarkan (Indrayani,dkk:2013).


32

b) Serviks, vagina, dan perineum.

Pada bagian ini diperiksa untuk mengetahui adanya laserasi atau

lecet (Indrayani,dkk:2013).

c) Plasenta, Membran, dan Korda Umbilicus

Inspeksi dan evaluasi plasenta, membran dan korda umbilicus

memerlukan kemampuan bidan untuk mengidentifikasi tipe

yang berbeda dan penyisipan plasenta dan korda. Inspeksi

dilakukan untuk mendiagnosa normalis plasenta, penyisipan tali

pusat, memantau abnormalitas untuk memastikan apakah

plasenta dan membran telah lahir dengan sempurna, manifestasi

fisiologis lainnya dari kala empat persalinan dihasilkan dan

merupakan akibat dari tekanan persalinan (Indrayani,dkk:2013).

e. Perubahan Psikologis Pada Persalinan

1) Banyak wanita normal merasakan kegairahan dan kegembiraan

disaat merasakan kesakitan pertama menjelang kelahiran bayinya.

Perasaan positif ini berupa kelegahan hati, seolah-olah pada saat

itulah terjadi suatu “realistas kewanitaan sejati”, yaitu munculnya

rasa bangga melahirkan atau memproduksi anaknya.

2) Seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa tidak sabar

mengikuti irama nalurinya dan mau mengatur sendiri, biasanya

mereka menolak nasehat-nasehat dari luar.

3) Wanita mungkin menjadi takut dan khawatir jika dia berada dalam

lingkungan yang baru atau asing, diberi obat, lingkungan rumah sakit
33

yang tidak menyenangkan, tidak mempunyai otonomi sendiri,

kehilangan identitas dan kurang perhatian. Pada ibu multi gravida

sering khawatir atau cemas terhadap anak-anaknya yang ditinggal di

rumah ( Indrayani, dkk; 2013).

f. Kebutuhan ibu masa persalinan

1) Kebutuhan kala 1

Kebutuhan fisik dan psikologi dalam persalinan kala I adalah

(Indrayani,dkk: 2013):

a) Nutrisi dan keseimbangan cairan.

b) Kebersihan diri dan kenyamanan.

c) Kontak fisik.

d) Pijatan.

e) Memberikan informasi

f) Mengurangi kecemasan

g) Keikutsertaan dalam perencanaan

h) Menghadirkan pendamping persalinan

2) Kebutuhan kala II

Kebutuhan fisik dan psikologi dalam persalinan kala II adalah

(Ade,2013)

a) Menjaga kebersihan diri.

b) Berendam.

c) Perawatan mulut.

d) Pengipasan.
34

e) Kehadiran seorang pendamping.

f) Pengurangan rasa nyeri.

3) Kebutuhan kala III

Kebutuhan fisik dan psikologi dalam persalinan kala III adalah

(Walyani dan Endang, 2015):

a) Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping.

b) Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui.

c) Informasi yang jelas terhadap keadaan pasien sekarang dan

tindakan apa yang akan dilakukan.

d) Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu

mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan

posisi apa yang mendukung untuk pelepasan plasenta.

e) Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah

dan air ketubah.

f) Hidrasi.

4) Kebutuhan kala IV

Kebutuhan fisik dan psikologi dalam persalinan kala IV adalah

(Ade,2013):

a) Pemantauan terus menerus persalinan dengan partograf

b) Pemantaun Tanda-tanda Vital ibu.

c) Pemantauan pada bayi.

d) Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi.

e) Menganjurkan tindakan yang memberikan rasa nyaman.


35

f) Memenuhi kebutuhan hidrasi ibu.

g) Dukungan keluarga.

3. Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa

latin, waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak disebut Puerperium,

yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan. Jadi,

puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi (Pitriani dan Rika,

2014).

b. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas dibagi menjadi:

1) Peuerperium dini yaitu pemulihan di mana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan jalan-jalan.

2) Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat-alat yang

lamanya 6-8 minggu.

3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih

sehat terutama bila selama hamil dan bersalin memiliki komplikasi

(Pitriani dan Rika, 2014).


36

c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi)

sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

Tabel 2.6
Tinggi Fundus Uteri Dan Involusi Uteri
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Diameter
uterus Uterus (9cm)
(gram)
Plasenta Setinggi pusat 1000 12,5
lahir
1 minggu Pertengahan pusat 500 7,5
dan simpisis
2 minggu Tidak teraba 350 5
6 mingu Normal 60 2,5
Sumber : Pitriani dan Rika, 2014

b) Lochea

Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan

vagina selama masa nifas. Perbedaan masing-masing lochea

dapat dilihat sebagai berikut :

(1) Lochea rubra (cruenta), muncul pada hari 1-2 pasca

persalinan, berwarna merah mengandung darah, dan sisa-

sisa selaput ketuban jaringan dari desidua, verniks caseosa,

lanugo dan mekonium.

(2) Lochea sanguinolenta, muncul pada hari ke 3-7 pasca

persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.


37

(3) Lochea serosa muncul pada hari ke 7 pasca persalinan,

berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum,

lebih sedikit darah dan juga terdiri dari leukosit dan robekan

laserasi plasenta.

(4) Lochea alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca persalinan,

berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput

lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

2) Perubahan di serviks dan segmen bawah uterus

Segera setelah selesainya persalinan, serviks dan segmen bawah

uterus menjadi struktur yang tipis, kolaps dan kendur. Mulut

serviks mengecil perlahan-lahan selama beberapa hari, segera

setelah persalinan. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukan 2-3 jari dan setelah 1 minggu

hanya 1 jari saja yang dapat masuk. Setelah kelahiran, miometrium

segmen bawah uterus yang sangat menipis berkontraksi dan

berkontraksi tetapi tidak sekuat korpus uteri.

3) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa

hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur. Vagina dan pintu keluar vagina pada bagian

pertama masa nifas membentuk lorong berdinding lunak dan luas


38

yang ukurannya secara perlahan-lahan mengecil tetapi jarang

kembali ke ukuran multipara.

4) Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen

Ketika miometrium berkontraksi setelah kelahiran, dan beberapa

hari sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar

uterus dibentuk menjadi lipatan-lipatan dan kerutan-kerutan.

Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur daripada

kondisi tidak hamil dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk

kembali dari peregangan dan pengenduran yang telah dialaminya

selama kehamilan tersebut.

5) Perubahan sistem pencernaan

Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah

besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan cairan intravesika.

Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam

sesudah melahirkan.

6) Perubahan sistem muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal pada ibu selama masa pemulihan atau post

partum termasuk penyebab relaksasi dan kemudian hipermobilitas

sendi serta perubahan pada pusat gravitasi. Adaptasi sistem

muskuloskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang dapat

membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat

berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilisasi sendi lengkap akan

terjadi pada minggu ke 6 sampai minggu ke 8 setelah melahirkan.


39

7) Perubahan Tanda-tanda Vital

(a) Suhu badan, suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C.

Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 0C

dari keadaan normal.

(b) Nadi, nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali

pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah

yang berlebihan.

(c) Tekanan darah, tekanan darah adalah tekanan yang dialami

darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung

ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal

manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-

90 mmHg.

(d) Pernafasan, frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa

adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya

pernafasan lambat.

d. Perubahan Psikologi Masa Nifas

1) Periode Taking In (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

Pada periode ini ibu masih pasif dan tergantung dengan orang lain,

perhatiannya tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya, ia

akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan,

memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan

keadaan tubuh ke keadaan normal serta nafsu makan biasanya

bertambah sehingga membutuhkan peningkatan nutrisi. Kurangnya


40

nafsu makan menandakan proses pengembalian kondisi tubuh tidak

berlangsung normal (Pitrani dan Rika,2014).

2) Periode Taking On (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

(a) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orangtua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya.

(b) Ibu memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh,

BAK, BAB dan daya tahan tubuh.

(c) Ibu berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayi

seperti menggendong, menyusui, memandikan dan mengganti

popok.

(d) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan

pribadi.

(e) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena

merasa tidak mampu membesarkan bayinya (Pitriani dan

Rika,2014).

3) Periode Letting Go

(a) Terjadi setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh

dukungan serta perhatian keluarga.

(b) Ibu sudah mengambil tangung jawab dalam merawat bayi dan

memahami kebutuhan bayi sehingga akan mengurangi hak ibu

dalam kebebasan dan hubungan sosial.

(c) Depresi post partum sering terjadi pada masa ini (Pitriani dan

Ria, 2014).
41

e. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

1) Nutrisi dan cairan pada seorang ibu menyusui.

Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet

berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang

cukup, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk

minum setiap kali menyusui). Pil zat besi harus diminum untuk

menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin dan

minum kapsul vitamin A (200.00 unit) agar bisa memberikan

vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.

2) Ambulasi

Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena

merasa letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat

tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi

dini sangat penting dalam mencegah thrombosis vena. Tujuan dari

ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut

dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik,

mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau

memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.

3) Eliminasi BAK/BAB

Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama

setelah melahirkan, dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan

untuk mengosongkan kandung kemihnya karena rasa sakit, memar

atau gangguan pada tonus otot. Penatalaksanaan defekasi diperlukan


42

sehubungan kerja usus cenderung melambat dan ibu yang baru

melahirkan mudah mengalami konstipasi, pemberian obat-obat untuk

pengaturan kerja usus kerap bermanfaat.

4) Kebersihan Diri/Perineum

Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk

membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke

belakang anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali

selesai buang air kecil dan besar. Sarankan ibu untuk mengganti

pembalut atau kain balut setidaknya dua kali sehari. Jika ibu

mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk

menghindari menyentuh daerah luka.

5) Istirahat

Istirahat pada ibu selama masa nifas cukup untuk mencegah

kelelahan yang berlebihan. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-

kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta untuk tidur siang

atau beristirahat selagi bayi tidur. Kurang istirahat akan

mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, misalnya mengurangi jumlah

ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan

memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan

ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.


43

6) Seksual

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya

kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan

ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai

melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya

yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa

waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah

persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.

7) Keluarga Berencana

Biasanya wanita tidak akan menghasilkan sel telur (ovulasi)

sebelum ia mendapatkan haidnya selama meneteki. Oleh karena itu,

metode amanorea laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama

kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko cara ini

adalah 2% kehamilan. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal

berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu, diantaranya

bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan

efektivitasnya, kekurangannya, efek samping, bagaimana

menggunakan metode itu, kapan metode itu dapat mulai digunakan

untuk wanita pasca salin yang menyusui.

8) Latihan atau senam nifas

Latihan atau senam nifas penting untuk mengembalikan otot-otot

perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan
44

ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi

rasa sakit pada punggung. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa

menit setiap hari.

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir adalah suatu organisme yang sedang tumbuh, yang baru

mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari

kehidupan intra uterin, ke kehidupan ekstrauterin (Indrayani,dkk:2013).

b. Ciri - Ciri Bayi Baru Lahir

Ciri-ciri bayi baru lahir (Dwienda,dkk: 2014):

1) Berat badan 2500-4000 gram

2) Panjang badan 48-52 cm

3) Lingkar dada 30-38 cm dan lingkar kepala 33-35 cm

4) Frekuensi jantung 120 – 160 kali/menit dan pernafasan 40-60

kali/menit

5) Kulit kemerahan dan licin

6) Rambut lanugo tidak terlihat

7) Kuku agak panjang dan lemas

8) Genitalia bayi perempuan, labia mayora sudah menutupi labia

minora dan genitalia laki-laki, testis sudah turun dan skrotum sudah

ada

9) Refleks hisap, gerak memeluk (morrow), menggenggam (graps),

mencari puting susu (rooting) sudah terbentuk dengan baik


45

10) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalm 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan.

c. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir

Table 2.7
APGAR Skor Bayi Baru Lahir
Tanda Angka 0 Angka 1 Angka 2
Appearance Biru, pucat, Badan pucat, Semuanya
(warna kulit ) tungkai biru muda merah
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
( denyut
jantung )
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
( tonus otot )
Activity Lemas/lumpuh Gerakan Aktif/ fleksi
(aktivitas) sedikit/fleksi tungkai baik/
tungkai reaksi
melawan
Respiratory Tidak ada Lambat/ tidak Baik,
( pernapasan ) teratur menangis kuat
Sumber: ( Walyani dan Endang, 2015).

Hasil niali APGAR skor dinilai stiap variabel. Dinilai dengan angka

0,1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutya dapat ditentukan

keadaan bayi sebagai berikut:

1) Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik.

2) Nilai 4-6 menunjukkan bahwabayi mengalami depresi sedang dan

membutuhkan tindakan resusitasi.

3) Nilai 0-3 menunjukkan bahwa bayi mengalami depresi serius dan

membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi ( Walyani dan

Endang, 2015).

d. Penanganan Bayi Baru Lahir

1) Jaga bayi tetap hangat


46

2) Hisap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika perlu)

3) Keringkan

4) Pemantauan tanda bahaya

5) Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira-kira

2 menit setelah lahir

6) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

7) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, di paha kiri

anterolateral setelah IMD

8) Beri salep mata antibiotika pada kedua mata

9) Pemeriksaan fisik

10) Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 ml intramuskular, di paha kanan

anterolateral, kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1

(Kemenkes,2010)

e. Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Di Luar Uterus

1) Perubahan pernafasan

Saat kepala bayi melewati jalan lahir, ia akan mengalami penekanan

yang tinggi pada toraksnya dan tekanan ini akan hilang tiba-tiba

pada saat bayi lahir. Proses mekanis ini menyebabkan cairan yang

ada di dalam paru-paru hilang karena terdorong ke bagian perifer

paru untuk kemudian diabasorpsi.

Tekanan toraks yang negatif disertai dengan aktivasi nafas yang

pertama memungkinkan adanya udara masuk ke dalam paru-paru.

Setelah beberapa kali nafas pertama, udara dari luar mulai mengisi
47

jalan nafas pada trakea dan bronkus dan akhirnya semua alveolus

mengembang karena terisi udara (Walyani dan Endang, 2015).

2) Perubahan pada darah

Bayi dilahirkan dengan kadar hemoglobin (Hb) yang tinggi.

Kosentrasi Hb normal dengan rentang 13,7-20 gr%. Kadar Hb

selanjutnya akan menurun secara terus-menerus 7-9 minggu. Kadar

bayi usia 2 bulan normal adalah 12 gr%.

Sel darah merah bayi baru lahir memiliki usia yang sangat singkat

(80 hari) jika dibandingkan dengan orang dewasa (120 hari).

Pergantian sel yang sangat cepat ini akan meghasilkan lebih banyak

sampah metabolik, termasuk bilirubin yang harus dimetabolisme.

Selain sel darah merah, jumlah sel darah putih pada bayi baru lahir

akan meningkat selama 24 jam pertama kehidupan dan periode

menangis lama dapat menyebabkan sel darah putih meningkat

(Walyani dan Endang, 2015).

3) Perubahan pada sistem gastointestinal

Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan

menelan. Refleks muntah dan refleks batuk yang matang sudah

terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir

cukup bulan untuk mencerna makanan (selain susu) masih terbatas,

sehingga pemberian ASI pada bayi disesuaikan dengan keinginan

bayi. Kapasitas lambung sangat terbatas yaitu kurang dari 30 cc

untuk seorang bayi lahir cukup bulan dan kapasitas ini akan
48

bertambah secara lambat bersamaan dengan pertumbuhannya

(Walyani dan Endang, 2015).

4) Perubahan pada sistem imun

Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan ia rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem

imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami, contohnya

perlindungan diri dari membran mukosa, fungsi saringan saluran

nafas, pembentukan koloni mikroba di kulit dan usus serta

perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung (Walyani dan

Endang, 2015).

5) Adaptasi sistem muskuloskeletal

Pada waktu lahir, sistem skeletal lebih banyak terdiri dari tulang

rawan daripada tulang keras.namun, proses osifikasi berlangsung

dengan sangat cepat pada masa tahun pertama, sistem otot hampir

lengkap pada waktu kedua (Walyani dan Endang, 2015).

6) Adaptasi sistem integumen

Pada saat lahir, seluruh struktur kulit sudah terbentuk, namun fungsi

dari integumen belum optimal. Kelenjar sebasea sangat aktif pada

masa akhir janin dan awal bayi karena tingginya tingkat androgen

dari ibu. Tersumbatnya kelenjar sebasea dapat mengakibatkan milia.

Kelenjar endokrin yang menghasilkan keringat berespon terhadap

panas dan emosi mulai berfungsi pada saat lahir. Fase pertumbuhan
49

folikel rambut terjadi simultan pada waktu lahir (Walyani dan

Endang, 2015).

7) Perubahan pada sistem ginjal

Bayi baru lahir tidak dapat mengonsentrasikan urin dengan baik dan

osmolitas urin yang rendah. Semua keterbatasan ginjal ini lebih

buruk pada bayi kurang bulan. Bayi baru lahir mengekresikan sedikit

urin pada 48 jam pertama kehidupan, yaitu hanya 30-60 ml (Walyani

dan Endang, 2015).

8) Adaptasi sistem endokrin

Sistem endokrin pada bayi baru lahir secara fungsi belum matang.

Lobus posterior dari kelenjar pituitary menghasilkan ADH yang

terbatas menghambat diuresis. Hal ini menyebabkan bayi cenderung

mengalami dehidrasi (Maryunani, 2014).

9) Adaptasi Sistem Neurologis

Pada saat lahir, sistem saraf belum terintegrasi secara keseluruhan,

namun cukup untuk mendukung kehidupan di ekstra uterin.

Kebanyakan fungsi saraf yang sudah berfungsi adalah refleks

primitif. Sistem persarafan otonom sangat penting pada masa transisi

karena hal ini merangsang pernapasan, menjaga keseimbangan

asam-basa, dan mengatur temperatur (Maryunani, 2014).


50

f. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

1) Asih (kebutuhan emosional)

Ikatan kasih sayang orangtua pada bayi baru lahir, bisa diistilahkan

sebagai ‘Bounding attachment’. Cara-cara memenuhinya adalah

pemberian ASI eksklusif, rawat gabung, kontak mata, suara (voice),

aroma / odor (bau badan), gaya bahasa (entrainment) (Maryunani,

2014).

2) Asuh (Kebutuhan nutrisi)

ASI merupakan nutrisi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Kebutuhan minum pada neonatus yaitu :

a) Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari

b) Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari

c) Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari

d) Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

e) Untuk tiap harinya sampai mencapai 180-200 cc/kg BB/hari.

Imunisasi pada neonatus : imunisasi BCG, Hepatitis B, dan

Imunisasi Polio (Maryunani, 2014).

3) Asah (Stimulasi dan deteksi)

Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan

berinteraksi dengan neonatus misalnya saat mengganti popok dan

menyusui. Kegiatan deteksi dini dan intervensi dini tumbuh

kembang yang mencakup pemeriksaan tumbuh kesehatan dan

pemantauan berat badan (Maryunani, 2014).


51

5. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah atau

menghalangi dan “konsepi” adalah pembuahan atau pertemuan antara

sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai cara

untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antar

sel telur dengan sperma (Nirwana,dkk: 2011 ).

b. Jenis-jenis Metode KB Pasca Persalinan

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum yaitu pemberian dukungan dan

pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan khusus yaitu penurunan

angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

ditempuh kebijakan mengkategorikan 3 fase untuk mencapai sasaran

yaitu fase menunda kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, fase

menghentikan kehamilan (Ambarwaty,2008).

Maksud kebijakan tersebut untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat

melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan

melahirkan pada usia tua.

1) Fase menunda atau mencegah kehamilan ditujukan untuk Pasangan

Usia Subur (PUS) dengan usia kurang dari 20 tahun.

Alasan menunda atau mencegah kehamilan :

a) Umur <20 tahun adalah usia sebaiknya tidak mempunyai anak

dulu karena berbagai alasan.


52

b) Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih

muda.

c) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan

masih tinggi frekuensi bersenggama sehingga akan mempunyai

kegagalan tinggi.

d) Penggunaan IUD-mini bagi yang belum mempunyai anak pada

masa ini masih dianjurkan terlebih pada peserta dengan

kontraindikasi pil oral.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

a) Reversibiltas yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat

terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum

mempunyai anak.

b) Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan

terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini

merupakan kegagalan program.

2) Fase menjarangkan kehamilan periode usia istri antara 20-35 tahun

merupakan periode usia yang paling baik untuk melahirkan, dengan

jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.

Alasan menjarangkan kehamilan :

a) Umur antara 20-30 tahun merupakan usia yang terbaik untuk

mengandung dan melahirkan.

b) Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk

memakai IUD sebagai pilihan utama.


53

c) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi, namun

disini tidak atau kurang berbahaya karena yang bersangkutan

berada pada usia mengandung dan melahirkan yang baik.

d) Disini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

a) Efektivitas cukup tinggi.

b) Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan

punya anak lagi.

c) Dapat dipakai 2-4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kelahiran

anak yang diharapkan.

d) Tidak menghambat ASI, karena ASI adalah makanan terbaik

untuk bayi sampai umur bayi 2 tahun dan akan mempengaruhi

angka kesakitan dan kematian anak.

3) Fase menghentikan atau mengakhiri kehamilan atau kesuburan

periode umur istri >30 tahun, terutama >35 tahun, sebaiknya

mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.

Alasan mengakhiri kesuburan :

a) Ibu-ibu dengan usia >30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau

tidak punya anak lagi, karena alasan medis dan alasan lainnya.

b) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap (Kontap).

c) Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu relatif tua dan

mempunyai kemungkinan timbulnya efek samping dan

komplikasi.
54

d) Efektivitas sangat tinggi, kegagalan menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak, di samping itu

akseptor tersebut memang tidak mengharapkan punya anak lagi.

e) Dapat dipakai untuk jangka panjang.

f) Tidak menambah kelainan yang sudah ada, pada masa usia tua

kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi keganasan dan

penyakit metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu

sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah

kelainan tersebut.

Ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan :

a) Efektivitas sangat tinggi, kegagalan menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan risiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping

itu, akseptor tersebut memang tidak mengharapkan punya anak

lagi.

b) Dapat dipakai untuk jangka panjang.

c) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada masa usia tua

kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi keganasan dan

penyakit metabolik biasanya meningkat, oleh karena itu

sebaiknya tidak diberikan cara kontrasepsi yang menambah

kelainan tersebut.
55

b. Jenis-jenis Kontrasepsi

Alat kontrasepsi memiliki berbagai macam jenis. Secara garis besar,

alat kontrasepsi dibagi menjadi 4 bagian, yakni kontrasepsi mekanik,

konrasepsi hormonal, kontrasepsi alami dan kontrasepsi mantap.

1. Kontrasepsi mekanik

Disebut mekanik karena memiliki sifat untuk melindungi.

Kontrasepsi mekanik ini bekerja dengan cara mencegah

pertemuan antara sel sperma dan sel telur yang ada di dalam

rahim. Yang termasuk dalam konrasepsi mekanik adalah:

a) Kondom

Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal,

ujungnya yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma.

Diameternya 31-36,5 mm, panjang kurang lebih 19 mm serta

dilapisi pelicin yang mempunyai sifat spermatisid.

b) Diafragma atau kondom wanita

Diafragma merupakan alat kontrasepsi yang terdiri atas

kantong karet berbentuk mangkuk dengan pir elastis pada

pinggirnya. Pir ini ada yang terbuat dari logam tipis yang

tidak dapat berkarat, ada pula yang dari kawat halus yang

tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti pir.

Ukuran diafragma berdiamer 55-100 mm.

c) Alat Kontrasepsi Dalam rahim (AKDR) dalam kavum uteri

menimbulkan reaksi peradangan pada endometrium yang


56

disertai dengan serbuk leukosit yang dapat menghancurkan

blastkista atau sperma. Selain peradangan yang ditimbulkan,

ion-ion logam atau bahan lain yang terkandung dalam AKDR

mempunyai pengaruh terhadap sperma, ion logam tembaga

adalah ion yang menonaktifkan kerja sperma.

2. Kontrasepsi hormonal

Jenis kontrasepsi hormonal ini diambil dari kombinasi antara

hormon esterogen dan hormon progesteron. Dua hormon ini

menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam

keseimbangan tertentu menyebabkan ovulasi, dan akhirnya

penurunan kadarnya mengakibatkan disentregrasi endometrium

dan haid. Sehingga kombinasi antara hormon estrogen dan

hormon progesteron dapat mencegah terjadinya ovulasi.

Penggunaan kontrasepsi jenis ini dalam bentuk :

a) Pil kombinasi

Pil kombinasi merupakan pil yang efektif dalam mencegah

terjadinya ovulasi, selain itu pil ini juga mempunyai efek lain

terhadap traktus genitalis, seperti menimbulkan perubahan

pada lendir serviks sehingga menjadi kurang banyak dan

kental, yang mengakibatkan sperma tidak dapat memasuki

kavum uteri.
57

b) Susuk (implant)

Susuk merupakan alat kontrasepsi yang dimasukan di bawah

kulit yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam

kapsul. Jumlah kapsul yang dimasukan di bawah kulit adalah

6 kapsul dan masing–masing panjangnya 30 cm.

Levonorgestrel dilepaskan ke dalam darah secara difusi

melalui dinding kapsul. Levonorgestrel adalah suatu

progestin yang dipakai di pil kombinasi.

c) Suntik (Depo Provera)

Depo provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang

digunakan untuk menghalangi terjadinya ovulasi dengan

jalan menekan pembentukan Releasing Factor dari

hipotalamus karena mengandung progestron. Perubahan yang

dibuat oleh obat suntikan adalah lendir serviks bertambah

kental, sehingga menghambat sperma masuk ke kavum uteri

serta terhalangnya implantasi ovum dalam endometrium.

3. Kontrasepsi alami

a) Kalender (pantang berkala)

Kontrasepsi ini merupakan kontrasepsi yang sederhana yang

dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan

hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi. Sel telur

dapat hidup selama 6-24 jam, sedangkan sel mani selama 48-
58

72 jam, jadi suatu konsepsi bisa terjadi kalau koitus

dilakukan dua hari sebelum ovulasi.

Prinsip kerja pada pantang berkala berpedoman kepada

kenyataan bahwa wanita dalam siklus haidnya mengalami

ovulasi ( subur ) hanya satu kali sebulan, dan biasanya terjadi

beberapa hari sebelun atau sesudah hari ke 14 dari haid yang

akan datang.

b) Senggama terputus

Senggama terputus adalah penarikan penis dari vagina

sebelum terjadinya ejakulasi. Terjadinya ejakulasi disadari

sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih

ada waktu kira–kira 1 detik sebelum ejakulasi terjadi,

sehingga waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk

menarik penis dari vagina.

c) Metode Amenore Laktasi

Metode kontrasepsi yang digunakan dengan cara terus

menyusui bayinya setelah habis melahirkan. Metode ini

sering dilakukan untuk mencegah kehamilan selama masa

menyusui. Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktin yang

menekan terjadinya ovulasi.


59

4. Konrasepsi mantap

a) Tubektomi (Metode Operasi Wanita atau MOW)

Tubektomi adalah tindakan operasi yang dilakukan pada

kedua fallopi. Dahulu tubektomi dilakukan dengan cara

pembedahan vagina sehingga perlu perawatan khusus, tetapi

karena perkembangan zaman tindakan dilakukan lebih ringan

dan tak perlu perawatan khusus. Syarat–syarat melakukan

tubektomi yaitu: umur 25 tahun dengan 4 anak, umur 30

tahun dengan anak 3, umur 35 tahun dengan anak 2.

b) Vasektomi (Metode Operasi Pria atau MOP)

Vasektomi merupakan operasi kecil yang dapat dilakukan

oleh seseorang yang telah mendapatkan latihan khusus untuk

itu, umumnya dilakukan dengan mempergunakan anastesi

lokal.

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Manajemen Kebidanan

Dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien, bidan menerapkan

pola pikir dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan

menurut Varney. Langkah-langkah manajemen kebidanan merupakan

suatu proses penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis

di dalam mengantisipasi masalah.

Ada tujuh langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney

(Mangkuji, dkk: 2012).


60

a. Langkah-langkah Manajemen Kebidanan

Langkah-langkah manajemen kebidanan (Mangkuji, dkk: 2012):

1) Langkah I : pengumpulan data dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian

dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk

mengevaluasi klien secara lengkap. Data yang dikumpulkan

antara lain: biodata klien, keluhan klien, riwayat kesehatan klien,

pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai dengan kebutuhan,

meninjau catatan terbaru atau sebelumnya, meninjau data

laboratorium.

2) Langkah II : interpretasi data dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah

menginterpretasi semua data dasar yang telah dikumpulkan

sehingga ditemukan diagnosa atau masalah. Diagnosa yang

dirumuskan adalah diagnosa dalam lingkup praktik kebidanan

yang tergolong pada nomenklatur standar diagnosa.

3) Langkah III : identifikasi diagnosa/masalah potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkai diagnosa dan masalah yang sudah

teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut bidan dapat

melakukan antisipasi agar diagnosa atau masalah tersebut tidak

terjadi. Selain itu, bidan harus bersiap-siap apabila diagnosa atau

masalah tersebut benar-benar terjadi.


61

4) Langkah IV : identifikasi kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Pada langkah ini, yang dilakukan bidan adalah mengidentifikasi

perlunya tindakan segera oleh bidan untuk dikonsultasikan atau

ditangani bersama oleh anggota tim kesehatan lain sesuai dengan

kondisi pasien. Ada kemungkinan, data yang kita peroleh

memerlukan tindakan yang harus segera dilakukan oleh bidan,

sementara kondisi yang lain masih bisa menunggu beberapa

waktu lagi.

5) Langkah V : perencanaan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Rencana

asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi hal yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan, tetapi dilihat juga dari apa yang diperkirakan terjadi

selanjutnya, apakah dibutuhkan konseling dan apakah perlu

merujuk klien, setiap asuhan yang direncanakan harus disetujui

kedua belah pihak, yaitu bidan dan pasien.

6) Langkah VI : pelaksanaan

Pada langkah keenam ini, kegiatan yang dilakukan adalah

melaksanakan rencana asuhan yang sudah dibuat pada langkah

ke-5 secara aman dan efisien. Kegiatan ini bisa dilakukan oleh

bidan atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak
62

melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanannya. Dalam situasi ini bidan harus

berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dengan demikian

bidan harus bertanggung jawab atas terlaksananya rencana

asuhan yang menyeluruh yang telah dibuat bersama tersebut.

7) Langkah VII : evaluasi

Pada langkah terakhir ini, yang dilakukan bidan adalah

melakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan,

yang mencakup pemenuhan kebutuhan, untuk menilai apakah

sudah benar-benar terlaksana sesuai dengan kebutuhan yang telah

teridentifikasi dalam masalah dan diagnosa tersebut. Mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif untuk

mengetahui mengapa proses manajemen ini tidak efektif.

b. Dokumentasi SOAP

Tahapan-tahapan SOAP

S : Data Subjektif

Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis dan berhubungan dengan masalah dari sudut pandang

klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya).

O : Data Objektif

Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil

pemeriksaan laboratorium/ pemeriksaan diagnostik lain, informasi

dari keluarga atau orang lain.


63

A : Analisa

Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasikan (kesimpulan)

data subjektif dan objektif, dan diagnosa atau masalah potensial.

P : Penatalaksanaan

Pendokumentasian tindakan dan evaluasi, meliputi asuhan

mandiri, kolaborasi, tes diagnostic atau laboratorium, konseling

dan tindak lanjut ( follow up ).

2. Kerangka Konsep Asuhan Kebidanan

Alur pikir bidan Pencatatan dan Asuhan


Kebidanan

Proses Manajemen Pendokumentasian


Kebidanan SOAP

7 Langkah Varney SOAP

Data Subjektif, Objektif


Diagnosa/masalah
Antisipasi
diagnosa/masalah
Analisa
potensial
Kebutuhan segera untuk
konsultasi, kolaborasi
Planning : konsul, tes
diagnostik/laboratorium
, rujukan, pendidikan/
Penatalaksanaan
konseling, follow up
Implementasi
Evaluasi
Gambar 2.1 Kerangka Asuhan Kebidanan
Sumber : Mangkuji,dkk:2012
64

3. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan

a. Asuhan Kehamilan

Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu hamil

untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu

apakah ibu hamil normal atau bermasalah (Saifudin,2002 dalam

Rukiah,dkk: 2013)

b. Tujuan ANC

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu

dan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan

sosial ibu dan bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang

mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara

umum, kebidanan dan pembedahan.

4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat,

ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5) Mempersiapkan agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI

ekslusif

6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran

bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal

(Megasari,dkk:2015).
65

c. Pelayanan Asuhan Standar Minimal

Pelayanan asuhan standar minimal “ 10T ” antara lain :

1) Timbang berat badan dan ukur Tinggi Badan.

2) Ukur Tekanan darah.

3) Nilai status gizi (ukur Lingkar Lengan Atas)

4) Ukur Tinggi fundus uteri.

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin.

6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus

Toxoid (TT) bila diperlukan.

7) Beri Tablet tambah darah (Tablet besi).

8) Pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus).

9) Tatalaksana kasus.

10) Temu wicara (Nurjasmi,dkk: 2016)

d. Pendokumentasian Kehamilan normal dengan menggunakan metode

SOAP :

1) Data Subjekif

Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesis seperti : biodata, riwayat kesehatan, riwayat

menstruasi, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, persalinan dan

nifas lalu, riwayat kehamilan ini, riwayat keluhan, riwayat KB,

riwayat penyakit keluarga, riwayat alergi, pola eliminasi, pola

makan, pola minum, serat pola psikologi dan spiritual (Mangkuji,

dkk: 2012).
66

2) Data Objektif

Pemeriksaan tanda-tanda vital seperti: tekanan darah, respirasi,

nadi dan suhu, tekanan darah (normalnya sistolik:100-140 mmHg

dan diastolik:60-90 mmHg), nadi (normlanya 55-90 x/menit),

respirasi (16-20x/menit) dan suhu (normalnya 36-37oC),

pemeriksaan keadaan umum ibu: pemeriksaan fisik yang dimulai

dari kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan gigi, leher,

dada, perut, ekstremitas atas dan bawah serta pemeriksaan

genetalia. Melakukan leopold (palpasi uterus), auskultasi

(mendengar djj). Leopold I : Menentukan tinggi fundus dan bagian

bagian tubuh bayi di fundus uteri (teraba bagian yang lunak dan

bundar tidak melenting). Leopold II : Menentukan bagian tubuh

bayi yang berada di lateral kanan dan kiri korpus uteri (teraba

bagian kecil di kiri atau di kanan untuk menetukan bagian apa yang

terdapat pada bagian kiri atau kanan ibu). Leopold III : Menetukan

bagian terbawah janin (teraba bagian yang bulat, keras, melenting

pada bagian terendah). Leopold IV :Menentukan seberapa jauh

bagian terbawah telah memasuki Pintu Atas panggul (PAP).

3) Analisa

Ny....umur...G..P..A..UK.... janin tunggal hidup intra uterin

presentase kepala/bokong, puka/puki, dengan keadaan ibu dan

janin baik/buruk dengan keluhan.


67

4) Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes, 2013 penatalaksanaan dalam Asuhan

Kehamilan Trimester III yaitu :

a) Beri ibu 60 mg zat besi elemental segera setelah mual/muntah

berkurang, dan 400 μg asam folat 1x/hari sesegera mungkin

selama kehamilan.

b) Di area asupan kalsium rendah, suplementasi kalsium 1,5-2 g/

hari dianjurkan untuk pencegahan preeklampsia bagi semua ibu

hamil, terutama yang memiliki risiko tinggi (riwayat

preeklampsia di kehamilan sebelumnya, diabetes, hipertensi

kronik, penyakit ginjal, penyakit autoimun, atau kehamilan

ganda).

c) Pemberian 75 mg aspirin tiap hari dianjurkan untuk pencegahan

preeklampsia bagi ibu dengan risiko tinggi, dimulai dari usia

kehamilan 20 minggu.

d) Beri ibu vaksin tetanus toksoid (TT) sesuai status imunisasinya.

Pemberian imunisasi pada wanita usia subur atau ibu hamil

harus didahului dengan skrining untuk mengetahui jumlah dosis

(dan status) imunisasi tetanus toksoid (TT) yang telah diperoleh

selama hidupnya.

e) Persiapan persalinan, termasuk: siapa yang akan menolong

persalinan, di mana akan melahirkan, siapa yang akan

membantu dan menemani dalam persalinan, kemungkinan


68

kesiapan donor darah bila timbul permasalahan, metode

transportasi bila diperlukan rujukan dan dukungan biaya.

f) Pentingnya peran suami atau pasangan dan keluarga selama

kehamilan dan persalinan.

g) Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai: sakit kepala lebih

dari biasa, perdarahan per vaginam, gangguan penglihatan,

pembengkakan pada wajah atau tangan, nyeri abdomen

(epigastrium), mual dan muntah berlebihan, demam, janin tidak

bergerak sebanyak biasanya.

h) Pemberian makanan bayi, Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, dan

inisiasi menyusu dini (IMD).

Catatan: Konseling pemberian makanan bayi sebaiknya dimulai

sejak usia kehamilan 12 minggu dan dimantapkan sebelum

kehamilan 34 minggu.

i) Kesehatan ibu termasuk kebersihan, aktivitas, dan nutrisi.

Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dua kali sehari,

mengganti pakaian dalam yang bersih dan kering, dan

membasuh vagina, minum cukup cairan, peningkatan konsumsi

makanan hingga 300 kalori/hari dari menu seimbang. Contoh:

nasi tim dari 4 sendok makan beras, ½ pasang hati ayam, 1

potong tahu, wortel parut, bayam, 1 sendok teh minyak goreng,

dan 400 ml air. Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat


69

jika lelah, hubungan suami-istri boleh dilanjutkan selama

kehamilan (dianjurkan memakai kondom).

j) Penentuan kebutuhan untuk melakukan tes laboratorium atau tes

penunjang lain untuk mengonfirmasikan atau membedakan

antara berbagai komplikasi yang mungkin timbul.

k) Menjelaskan ketidaknyamanan pada Trimester III.

4. Konsep Dasar Asuhan Persalinan

a. Asuhan persalinan

Asuhan persalinan normal merupakan persalinan bersih dan aman

serta mencegah terjadinya komplikasi (Oktarina, 2016).

b. Tujuan asuhan persalinan adalah melindungi keselamatan ibu dan bayi

baru lahir, memberi dukungan pada persalinan normal, mendeteksi

dan menatalaksana komplikasi secara tepat waktu, serta memberi

dukungan secara cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan

keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi (Walyani dan

Endang, 2015).

c. Pendokumentasian persalianan normal dengan menggunakan metode

SOAP :

1) Asuhan Persalinan Kala I

S: Data Subjektif

Keluhan yang dirasakan pada saat akan bersalin adalah nyeri

perut tembus belakang, adanya pengeluaran lendir darah dari


70

jalan lahir, rasa ingin buang air besar, merasa ingin kencing

dan ibu merasa cemas.

O: Data Objektif

a) KU : baik, kesadaran composmentis

b) TTV dalam batas normal Tekanan darah (normalnya

sistolik:100-140 mmHg dan diastolik:60-90 mmHg), nadi

(normlanya 55-90 x/menit), respirasi (16-20x/menit) dan

suhu (normalnya 36-37oC).

c) Pemeriksaan umum head to toe mulai dari kepala, wajah,

mata, hidung, telinga, mulut dan gigi, leher, dada, perut,

ekstremitas bawah dan atas, serta genetalia.

d) Pemeriksaan obstetri

(1) Inspeksi : ada pengeluaran lendir dan darah

(2) Palpasi : menurut leopold, menetukan bagian terendah

janin dengan menggunakan metode 5 jari (perlimaan) :

5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba di atas

simfisis pubis, 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah

janin telah memasuki pintu atas panggul, 3/5 jika

sebagian (2/5) bagian terbawah telah memasuki rongga

panggul, 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah

janin masih berada di atas simfisis dan (3/5) bagian

telah turun melewati bidang tengah rongga panggul

(tidak dapat digerakkan). 1/5 jika hanya 1 dari 5 jari


71

masih dapat meraba bagian terbawah janin yang berada

di atas simfisis dan 4/5 bagian telah masuk ke dalam

rongga panggul. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah

tidak dapat diraba dari pemeriksaan luar dan seluruh

bagian terbawah janin sudah masuk ke dalam rongga

panggul.

e) His dalam batas normal : frekuensi (adekuat 3-5 kali dalam

10 menit), interval (adekuat 2-3 menit datang lagi), durasi

(adekuat 40-45 detik).

f) Perkusi : refleks patela (+/+) kanan dan kiri.

g) Auskultasi : DJJ: frekuensi 120-160 x/menit.

h) Pemeriksaan dalam.

(1) Vulva/vagina : dalam batas normal (tidak ada varises,

benjolan, tanda infeksi)

(2) Portio : lunak, penipisan ; pembukaan serviks 0-10 cm

(3) Ketuban : utuh/pecah, normalnya pecah pada akhir

kala I

(4) Presentasi : kepala/bokong

(5) Posisi : ubun-ubun kecil (UUK) depan/kanan depan,

putaran paksi dalam belum lengkap (lengkap pada

akhir kala I)

(6) Penurunan kepala.


72

A : Analisa

Ny... Umur... UK... aterm (37-40 minggu), janin tunggal hidup

intra uteri, letak memanjang/lintang, presentasi kepala/bokong,

inpartu kala I fase laten/fase aktif, keadaan ibu dan janin

baik/buruk.

P: Penatalaksanaan

1) Memantau kesejahteraan ibu dan janin dan kemajuan

persalinan

a) Kondisi janin

(1) DJJ

(2) Warna air ketuban, jumlah air ketuban

(3) Penyusupan (molase) tulang kepala janin

b) Kondisi ibu

(1) Tanda-tanda vital

(2) Urin (volume, protein)

(3) Kebutuhan cairan dan nutrisi

c) Kemajuan persalinan

(1) Pembukaan serviks

(2) Penurunan bagian terendah atau presentasi janin

(3) Garis waspada dan garis bertindak

(4) Jam dan waktu (waktu mulainya fase aktif dan

waktu aktual saat pemeriksaan dan penilaian)

(5) Kontraksi uterus (frekuensi, durasi dan interval)


73

d) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

(1) Oksitosin

(2) Obat-obatan lain dan cairan yang diberikan

e) Dokumentasi pemantauan kesejahteraan ibu dan janin

dalam patograf

f) Asuhan sayang ibu

(1) Memberikan dukungan emosioanl

(2) Membantu pengaturan posisi ibu

(3) Memberikan cairan dan nutrisi

(4) Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara

teratur

(5) Pencegahan infeksi

2) Asuhan Persalinan Kala II

S: Data Subjektif

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontrakasi.

b) Perineum menonjol

c) Ibu kemungkinan merasa ingin BAB karena meningkatnya

tekanan pada rektum atau vaginanya.

d) Vulva, vagina, dan spinkter anus membuka.

e) Jumlah pengeluaran lendir dan darah dan air ketuban

meningkat.

f) Pecahnya selaput ketuban


74

O: Data Objektif

a) Pemeriksaan vagina (VT). Kini telah menjadi normal bahwa

pembukaan lengkap(10 cm) dipastikan dengan VT.

b) Pemantauan denyut jantung janin (DJJ) 120-140 kali per

menit. Bunyi jantung janin dihitung dengan

mendengarkannya selama 1 menit penuh. Bila kurang dari

120 kali per menit atau lebih dari 140 per menit,

kemungkinan janin dalam keadaan gawat janin.

c) Pecah ketuban spontan dapat terjadi kapan saja, tapi sering

kali saat pembukaan telah lengkap

A: Analisa

Ny... inpartu kala II, fase aktif, keadaan ibu dan janin baik.

P: Penatalaksanaan

Asuhan Persalinan Normal (APN) (Nurjasmi,dkk: 2016):

1) Mendengar dan melihat tanda Kala Dua Persalinan

(a) Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran,

(b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada

rektum dan vagina,

(c) Perineum tampak menonjol,

(d) Vulva dan spinkter anus membuka.

2) Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan

esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana

komplikasi segera pada bayi baru lahir.


75

3) Memakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak

tembus cairan.

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,

cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang

bersih dan kering.

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan

digunakan untuk pemeriksa dalam.

6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan

tangan yang memakai sarung tangan).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan

hati-hati dari klitoris (depan) ke posterior (belakang)

menggunakan kapas atau kasa yang dibahasi air DTT.

8) Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan

lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan

sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

9) Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih

memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%,

lepaskan sarung tangan dalam keadaan tebalik dan rendam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit). Cuci kedua tangan

setelah dilepaskan.
76

10) Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi

uterus mereda (relaksasi) untuk memastikan DJJ dalam

batas normal (120-160 kali/menit).

(a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

(b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam,

DJJ, semua penemuan pemeriksaan dan asuhan yang

diberikan dicatat ke dalam partograf.

11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan

posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

(a) Menunggu hingga timbul kontraksi atau rasa meneran,

lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan

janin dan dokumentasikan semua temuan yang ada.

(b) Menjelaskan kepada anggota keluarga tentang peran

mereka mendukung dan memberi semangat kepada ibu

dan meneran secara benar.

12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi ibu untuk

meneran jika ada rasa ingin meneran atau kontraksi ynag

kuat. Ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang

diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.


77

13) Melakukan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin

meneran atau timbul kontraksi yang kuat:

(a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara efektif dan

benar,

(b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan

perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai,

(c) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai

keinginannya (kecuali posisi berbaring terlentang

dalam waktu yang lama),

(d) Menganjurkan ibu untuk istirahat di antara kontraksi,

(e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan

memberi semangat pada ibu,

(f) Menganjurkan asupan cairan per oral (minuman),

(g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai,

(h) Segera rujuk bila bayi belum atau tidak segera lahir

setelah pembukan legkap dan dipimpin meneran ≥ 120

menit (2 jam) pada primigravida atau ≥ 60 menit (1

jam) pada multigravida.

14) Mengnjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau

mengambil posisi yang nyaman, jika ibu merasa belum

merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60

menit.
78

15) Meletakkan handuk (untuk mengeringkan bayi) di perut

bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan

dimameter 5-6 cm.

16) Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas

bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan

peralatan dan bahan.

18) Memakai sarung tangan sterli/ DTT pada kedua tangan.

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu

tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, letakkan tangan

yang lain menahan belakang kepala bayi untuk

mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirkan

kepala. Menganjurkan ibu meneran secara efektif atau

bernapas cepat dan dangkal.

20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat

(mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi) segera

lanjutkan proses kelahiran bayi.

(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,

lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

(b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, klem tali

pusat di dua tempat dan memotongnya di antara kedua

klem tersebut.
79

21) Setelah kepala bayi lahir tunggu putaran paksi luar secara

spontan.

22) Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi

secara biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat

kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah

dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis

dan kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk

melahirkan bahu belakang.

23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk

menopang kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk

menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang

kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua kaki

dan pegang kedeua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada

satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar

bertemu dengan jari telunjuk).

25) Melakukan penilaian (selintas) : apakah bayi cukup bulan,

apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa

kesulitan, apakah bayi bergerak dengan aktif.

Bila salah satu jawaban “TIDAK”, lanjut ke langkah

resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia.

Bila semua jawaban “YA”, lanjutkan tindakan selanjutnya.


80

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa

membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk

atau kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan

kondisi aman di perut bagian bawah ibu.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu

bayi yang lahir dan bukan kehamilan ganda.

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar

uterus berkontrasi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin

10 unit (intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha dan lakuan

aspirasi sebelum penyuntikkan oksitosin.

30) Setelah 2 menit sejak bayi lahir, pegang tali pusat dengan

satu tangan sekitar 5 cm dari pusat bayi, kemudian jari

telunjuk dan jari tengah tangan lain menjepit tali pusat dan

geser hinga 3 cm dari pusat bayi. Klem tali pusat pada titik

tersebut kemudian tahan klem ini pada posisinya, gunakan

jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan untuk mendorong

isi tali pusat ke arah ibu sekitar 5 cm dan klem tali pusat

sekitar 2 cm dari klem pertama.

31) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit

(lindungi perut bayi), dan gunting tali pusat di antara kedua

klem tersebut. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril
81

pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang tersebut

dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah

disediakan.

32) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit

ibu dan bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi

menempel di dada ibu. Usahan kepala bayi berada diantara

payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu

atau areola mammae. Setelah itu selimuti ibu dan bayi

dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi

dan biarkan selama 1 jam walau bayi sudah berhasil

menyusu.

33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm

dari vulva.

34) Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu,

tepat di atas simpisis, untuk mendeteksi kontraksi. Tangan

yang lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.

35) Setelah uterus berkontraksi tegangkan tali pusat ke arah

bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah

atas dan belakang (dorso kranial) secara hati-hati untuk

mencegah inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-

40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu

hingga kontraksi berikutnya. Jika uterus tidak berkontraksi,


82

meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk

melakukan rangsangan puting susu.

36) Bila penekanan pada dinding bawah uterus ke arah dorso

ternyata dikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal

maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga plasenta

dapat dilahirkan. Jika tali pusat bertambah panjang,

pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan

lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas dalam 15 menit

maka ulangi lagi pemberian oksitosin 10 unit, lakukan

kateterisasi jika kandung kemih penuh, minta keluarga

untuk menyiapkan rujukan, ulangi tekanan dorso kranial

dan penegangan tali pusat 15 menit kemudian. Jika plasenta

tidak juga lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi

perdarahan maka segera lakuakn tindakan plasenta manual.

37) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta

dengan menggunakan kedua tangan. Pegang dan putar

plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Kemudian lahirkan

dan tempatkan pada wadah yang telah disiapkan. Jika

selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril

untuk melakukan esplorasi sisa selaput kemudian gunakan

jari-jari tangan atau klem ovum DTT atau steril untuk

melepaskan bagian selaput yang tertinggal.


83

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan

masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan

melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan

lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu

maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa

plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan

plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum

dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan

aktif.

41) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

42) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke

dalam larutan klorin 0,5 %, bersihkan noda dan darah tanpa

membuka sarung tangan lalu bilas dengan air DTT dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

43) Pastikan kandung kemih kosong.

44) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan

masase uterus dan menilai kontraksi uterus.

45) Mengevaluasi kehilangan darah.

46) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
84

47) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bernafas denga

baik (40-60 kali/menit). Jika bayi sulit bernafas, merintih

atau retraksi segera resusitasi lalu rujuk ke rumah sakit dan

jika bayi bernafas terlalu cepat atau sesak segera rujuk ke

rumah sakit. Jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan

hangat dan lakukan kembali kontak kulit ibu dan bayi.

48) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit setelah itu cuci dan keringkan.

49) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat

sampah yang sesuai.

50) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT.

Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu

ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

51) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu

memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk

memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

52) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk

melahirkan dengan larutan klorin 0,5 %.

53) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5 %

membalik bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir lalu

keringkan dengan handuk pribadi atau tisu.


85

55) Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan

pemeriksaan fisik bayi.

56) Dalam 1 jam pertama, beri salep atau tetes mata profilaksis

infeksi, vitamin K1 di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan

fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi (normal 40-60

kali/menit) dan temperatur tubuh (normal 36,5- 37,5 0


C)

setiap 15 menit.

57) Setelah 1 jam pemberian nitamin K1 berikan suntkan

imunisasi Hepatitis B di paha kanan bawah lateral.

Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu

dapat disusui.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam

di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir lalu

keringkan dengan handuk pribadi atau tisu.

60) Melengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan Kala

IV persalinan.

3) Asuhan Persalinan Kala III

S: Data Subjektif

Nyeri perut, ibu merasa lelah

O: Data Objektif

a) Palpasi uterus untuk menetukan apakah ada bayi yang kedua

b) Menilai apakah bayi baru lahir dalam keadaan stabil.


86

c) Menilai pelepasan plasenta dengan adanya semburan darah

tiba-tiba dan tali pusat makin memanjang.

A: Analisa

Ny.... postpartum P..A..

P: Penatalaksanaan

a) Pemberian sutikan oksitosin

b) Peregangan Tali Pusat Terkendali (PTT)

c) Rangsangan taktil (masase) fundus uteri

d) Melakukan tindakan dorso kranial

4) Asuhan Persalinan Kala IV

S: Data Subjektif

a) Nyeri perut dan nyeri pada bagian perineum

b) Ibu merasa lelah

c) Ibu merasa lega atas kelahiran bayi dan plasenta

O: Data Objektif

a) Periksa kembali Tanda-tanda Vital ibu ( dalam batas normal

jika, Tekanan Darah sistolik : 100-140 mmHg dan diastolik :

60-90 mmHg, Nadi : 55-90 x/menit , Respirasi : 16-20

x/menit , Suhu : 36-37oC).

A: Analisa

Ny.... postpartum P.. A..


87

P: Penatalaksanaan

a) Plasenta, periksa kelengkapannya untuk memastikan tidak

ada bagian-bagian yang tersisa dalam uterus, serta selaput

ketuban.

b) Fundus , rasakan apakah fundus berkontraksi kuat dan berada

di bawah umbilikus, pemeriksaan fundus : setiap 15 menit

pada jam pertama setelah persalinan dan setiap 30 menit pada

jam kedua setelah persalinan.

c) Masase fundus jika perlu untuk menimbulkan kontraksi.

d) Perineum, periksa luka robekan pada perineum dan vagina

yang membutuhkan jahitan.

e) Memperkirakan pengeluaran darah, pengeluaran darah

abnormal ˃ 500 cc.

f) Kandung kemih, periksa untuk memastikan kandung kemih

tidak penuh karena kandung kemih yang penuh mendorong

uterus ke atas dan menghalangi uterus berkontraksi

sepenuhnya.

g) Kondisi ibu, periksa 15 menit pada jam pertama dan setiap 30

menit pada jam kedua setelah persalinan.

h) Lochea, periksa apakah ada darah keluar langsung pada saat

memeriksa uterus. Jika uterus berkontraksi kuat, lochea

kemungkinan tidak lebih dari menstruasi.


88

i) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi

uterus dan jumlah darah yang keluar.

j) Catat kondisi ibu dan buat laporan tindakan

k) Tuliskan rencana pengobatan, tindakan yang masih

diperlukan dan asuhan lanjutan.

l) Lanjutkan pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan

5. Konsep Dasar Asuhan Nifas

a. Asuhan Nifas

Asuhan nifas adalah asuhan yang diberikan pada ibu yang telah selesai

bersalin (Pitrani dan Rika,2014).

b. Tujuan Asuhan Nifas

Tujuan dari asuhan nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya

baik fisik dan psikologi, melaksanakan skrining yang komprehensif,

mendukung dan memperkuat keyakinan diri ibu, memberi pendidikan

kesehatan pada ibu selama masa nifas (Pitrani dan Rika,2014).

c. Kunjungan Masa Nifas

Selama ibu pada masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus

melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi

baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah

yang terjadi.

Kunjungan pada masa nifas (Nurjasmi, dkk, 2015) :

1) 6-8 jam setelah persalinan

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,


89

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

parah,

c. Memberi konseling pada ibu atau keluarga, bagaimana

mencegah perdarahan karena atonia uteri,

d. Pemberian ASI awal,

e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir,

f. Menjaga bayi tetap sehat dengancara mencegah hipotermi.

2) 6 hari setelah persalinan

a. Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal yaitu uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal, tidak ada bau,

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal,

c. Memastikan ibu mendapat cukup makanan cairan dan istirahat,

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit,

e. Memberi konseling mengenai asuhan bayi, tali pusat, menjaga

bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) 2 minggu setelah persalinan

Asuhan yang diberikan sama seperti pada kunjungan 6 hari setelah

persalinan.
90

4) 6 minggu setelah persalinan

a. Menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi

alami

b. Memberi konseling tentang penggunaan KB secara dini.

d. Pendokumentasian nifas normal dengan menggunakan metode SOAP

S: Data subjektif

Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesis seperti: biodata, riwayat perkawinan , riwayat

menstruasi, riwayat kontrasepsi yang digunakan, riwayat

kehamilan, bayi.

O: Data Objektif

Menurut Kemenkes 2013, pada masa nifas dalam melakukan

pemeriksaan fisik head to toe ada beberapa hal yang harus

diperhatikan, yaitu: Periksa TFU setinggi pusat atau 2 jari bawah

pusat, ada lochea, ada perlukaan pada perineum (episiotomi/

spontan), kontraksi uterus ada, periksa tekanan darah dan

temperatur secara rutin 36,5-37,5ºC, nilai fungsi berkemih, ibu

nampak lelah.

A: Analisa

Mengungkapkan data yang telah dikumpulkan kemudian

diinterprestasikan untuk menegakan diagnosis serta

mengidentifikasi masalah atau kebutuhan klien.

Ny.. P.. A..post partum hri ke......


91

Diagnosa Potensial

Ibu nifas dengan komplikasi.

P: Penatalaksanaan

Menurut Kemenkes, 2013 penatalaksanaan Asuhan dalam masa

nifas yang harus diperhatikan :

a) Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi

perineum, tanda infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan

temperatur secara rutin.

b) Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit

kepala, rasa lelah, dan nyeri punggung.

c) Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana

dukungan yang didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan

masyarakat untuk perawatan bayinya.

d) Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah.

e) Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid pada bayi bila diperlukan.

f) Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu

menemukan salah satu tanda berikut: perdarahan berlebihan,

sekret vagina berbau, demam, nyeri perut berat, kelelahan atau

sesak, bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit kepala

atau pandangan kabur, nyeri payudara, pembengkakan

payudara, luka atau perdarahan pada puting.


92

g) Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut:

kebersihan diri, istirahat, latihan, gizi, menyusui dan merawat

payudara.

6. Konsep Dasar Asuhan BBL

a. Asuhan BBL

Asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang

diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan

sampai 24 jam setelah kelahiran. (Walyani dan Endang,2015).

b. Tujuan asuhan BBL

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bertujuan untuk memberikan

asuhan yanng adekuat dan terstandar pada bayi baru lahir dengan

memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam persalinan dan

keadaan bayi segera setelah lahir (Walyani dan Endang, 2015).

c. Pendokumentasian bayi baru lahir normal

Menurut Kemenkes, 2013 pendokumentasian bayi baru lahir normal,

yaitu:

S: Data Subjektif

Menggambarkan dokumentasi hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesis seperti: biodata, riwayat antenatal, riwayat intranatal,

keadaan bayi baru lahir.


93

O: Data Objektif

Data yang dikumpulkan antara lain, pemeriksan umum (pengukuran

antropometri), tanda-tanda vital (suhu, nadi, pernafasan, tekanan

darah) dan pemeriksaan head to toe (Walyani dna Endang, 2015).

A: Analisa

Data yang dikumpulkan diinterprestasikan untuk menentukan

diagnosis, mengidentifikasi masalah atau kebutuhan klien, tindakan

segera dan pemantauan pada bayi baru lahir.

Bayi baru lahir normal spontan langsung menangis letak belakang

kepala, dengan BB.. PB.. dengan keadaan umum baik atau buruk.

P: Penatalaksanaan

Lakukan pemeriksaan fisik, timbang berat badan, periksa suhu, dan

kebiasaan makan bayi. Periksa tanda bahaya: tidak mau minum atau

memuntahkannya, kejang, bergerak hanya jika dirangsang, Napas

cepat ( ≥ 60 kali /menit), Napas lambat (< 30 kali /menit), tarikan

dinding dada ke dalam yang sangat kuat, merintih, teraba demam

(suhu ketiak > 37.5 0C), teraba dingin (suhu ketiak < 36 0C ), nanah

yang banyak di mata, pusat kemerahan meluas ke dinding perut,

diare, tampak kuning pada telapak tangan dan kaki perdarahan.

Periksa tanda-tanda infeksi kulit superfisial, seperti nanah keluar dari

umbilikus, kemerahan di sekitar umbilikus, adanya lebih dari 10

pustula di kulit, pembengkakan, kemerahan, dan pengerasan kulit.


94

Bila terdapat tanda bahaya atau infeksi, rujuk bayi ke fasilitas

kesehatan.

Berikan informasi tentang hal yang perlu diperhatikan pada masa

nifas:

a) Pastikan ibu memberikan ASI eksklusif.

b) Tingkatkan kebersihan dan rawat kulit, mata, serta tali pusat

dengan baik.

c) Ingatkan orang tua untuk mengurus akte kelahiran bayinya.

d) Rujuk bayi untuk mendapatkan imunisasi pada waktunya.

e) Jelaskan kepada orang tua untuk waspada terhadap tanda bahaya

pada bayinya.

7. Konsep Dasar Asuhan Keluarga Berencana

a. Asuhan Keluarga Berencana (KB)

Asuhan KB adalah pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan

gagasan KB (Ambarwaty,2008).

b. Tujuan Asuhan KB

Tujuan dari asuhan KB adalah guna menurunkan angka kelahiran yang

bermakna (Ambarwaty,2008).

c. Pendokumentasian Keluarga Berencana dengan menggunakan metode

SOAP :

S: Data subjektif

Berisi tentang data dari klien (segala bentuk pernyataan, keluhan,

kekhawatiran klien) diperoleh dari anamnesis, biodata klien, riwayat.


95

KB, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, pemenuhan kebutuhan

dasar, riwayat obstetrik, riwayat ginekologi, riwayat kesehatan,

riwayat kesehatan keluarga, pemenuhan pola nutrisi dan kebutuhan

sehari-hari.

O: Data Objektif

KU…., kesadaran…, TTV…, BB..Pemeriksaan fisik head to toe:

inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi,

A: Analisa

Ny… usia…tahun, P..A.. , akseptor KB aktif dengan KB……..

P: Penatalaksanaan

a) Lakukan informed coise dan informed consent.

b) Jelaskan keuntungan dan kerugian jenis KB.

c) Memberi penjelasan tentang efek samping dari masing-

masing alat kontrasepsi.

d) Memberikan konseling Health Education (HE) pada pasian.

e) Menyiapkan alat KB yang akan digunakan.

f) Lakukan teknik aseptik dan Pencegahan Infeksi.

g) Lakukan tindakan sesuai prosedur jenis KB.

h) Menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan jika ada

keluhan

i) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang.

j) Melakukan pendokumentasian dari hasil tindakan.


96

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Laporan Tugas Akhir

Jenis dan rancangan laporan tugas akhir ini adalah metode observasional

dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus, pemecahan masalah

meliputi Pengkajian, Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan,

Perencanaan, Evaluasi dan Pencatatan Asuhan Kebidanan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi pengambilan kasus akan dilaksanakan di Poskesdes Tegalrejo dan

Rumah klien Wilayah Kerja Puskesmas Lawanga sejak bulan Februari

hingga bulan Juni 2017

C. Subjek Laporan Akhir Studi

Subjek Laporan Akhir Studi ini adalah pengambilan satu orang ibu dengan

kehamilan normal, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga

berencana.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan

metode pendekatan pemecahan masalah meliputi pengkajian, perumusan

diagnosa, dan atau masalah kebidanan, perencanan, implementasi, evaluasi

dan pencatatan asuhan kebidanan, untuk menghimpun data atau informasi.


97

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis menggunakan teknik-

teknik sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengkajian dan

pemeriksan secara langsung pada ibu secara komprehensif.

a. Interview

Wawancara atau tanya jawab dilakukan langsung antara peneliti

dengan pihak-pihak terkait, seperti klien, keluarga, dan tim

kesehatan lainnya (dokter, bidan, dan petugas kesehatan lainnya)

untuk memperoleh data yang dibutuhkan.

b. Observasi

Penelitian mengadakan observasi untuk mengetahui secara

langsung keadaan klien yang meliputi observasi tanda-tanda vital

dan observasi perdarahan.

c. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara pemeriksaan secara

menyeluruh (head to toe) meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi

dan perkusi.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui catatan dan laporan pada ibu hamil

dengan asuhan kebidanan secara komprehensif.


98

E. Pengkajian Data

Untuk pengkajian hasil akhir, penilitian menggunakan metode pendekatan

asuhan kebidanan secara komprehensif dari kehamilan, persalinan, nifas,

bayi baru lahir dengan pemecahan masalah klien melalui

pendokumentasian SOAP secara narasi.


99

BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN KASUS

1. Kehamilan

Penulis melakukan kunjungan awal pada hari Selasa tanggal 07 Maret

2017 pukul 16.00 WITA kepada Ny. S umur 27 tahun G1P0A0 di

Wilayah Kerja Puskesmas Lawanga. Pendekatan yang dilakukan oleh

peneliti yaitu Asuhan Kebidanan secara Komprehensif. Data hasil

kunjungan saat ini adalah :

a. Data Subjektif

1) Nama Ibu Ny. S Umur 27 tahun beragama Islam, suku Jawa,

Pendidikan terakhir S1, bekerja sebagai wiraswasta,

beralamat di Kelurahan Tegalrejo Rt. 004. Nama Suami Tn.

B Umur 28 tahun, agama Islam, suku Jawa, pendidikan

terakhir D III, bekerja sebagai wirausaha, beralamat di

Kelurahan Tegalrejo Rt. 004.

2) Kunjungan Awal

Kunjungan sat ini adalah kunjungan pertama. Keluhan Utama

ibu : Ibu mengatakan sering kencing terutama pada malam

hari.
100

3) Riwayat Pernikahan.

Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, menikah pada

umur 26 tahun, dengan usia pernikahan sekarang  10 bulan.

4) Riwayat Menstruasi

Ibu Menarche 15 tahun dengan siklus 28 – 30 hari, secara

teratur, lamanya 6 – 7 hari, sifat darah encer, bau khas darah,

warna merah segar, ibu tidak merasakan Dismenorhea,

banyaknya 2 – 3 kali ganti pembalut. Hari Pertama Haid

Terakhir tanggal 07 Juli 2016 dan Tafsiran Persalinan tanggal

14 April 2017.

5) Riwayat Kehamilan Ini

Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang pertama dan

tidak pernah keguguran, ibu sudah ANC sebanyak 6 kali

yakni 1 kali pada trimester I, 3 kali pada trimester II dan 2

kali pada trimester III di Poskesdes dan pada saat Posyandu.

Pergerakan janin dirasakan oleh ibu pertama kali pada umur

kehamilan 4 bulan, pergerakan janin dalam 24 jam terakhir

>10 kali dan rencananya ibu akan melahirkan di Poskesdes

Tegalrejo.

a) Pola Nutrisi

Ibu makan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur, lauk –

pauk dan porsi makan 1 piring tiap kali makan (sesuai


101

dengan porsi makan ibu), jumlah minum sehari 8-10

gelas yaitu air putih dan susu ibu hamil.

b) Pola Eliminasi

Ibu mengatakan sering buang air kecil, frekuensi 8 – 10

kali/hari, air kencing berbau khas urin, berwarna jernih

kekuning, kkosistensinya cair dan ibu mengatakan buang

air besar 2 kali dalam sehari, berbau khas tinja, warna

kuning kecoklatan dan konsistensinya lunak/ lembek.

c) Pola Istirahat

Ibu mengatakan tidur siang  2 jam (pukul 13.00 – 14.00

WITA) dan tidur malam  8 jam (pukul 21.00 – 05.00

WITA).

d) Personal Hygiene

Ibu mengatakan mandinya 2 kali sehari, memakai

pakaian dalam yang bersih dan menggantinya tiap kali

basah, jenis pakaian dalam yang digunakan menyerap

keringat dan longgar.

e) Imunisasi

Ibu mengatakan sudah melakukan Imunisasi TT 2 kali,

yakni TT 1 pada tanggal 13 Desember 2016 dan TT 2

pada tanggal 13 Januari 2017.

6) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Ibu mengatakan ini adalah kehamilan pertamanya.


102

7) Riwayat Kontrasepsi yang digunakan

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.

8) Riwayat Kesehatan

a) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit

diabetes, asma, TBC, ginjal, jantung dan maag.

b) Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang menderita

penyakit diabetes, asma, TBC, ginjal, jantung dan maag.

c) Ibu mengatakan tidak ada keturunan kembar dalam

keluarga

d) Kebiasaan-kebiasaan

Ibu mengatakan tidak merokok, tidak minum jamu –

jamuan, tidak minum – minuman keras dan tidak ada

makanan dan minuman yang dipantang.

9) Keadaan Psikososial dan Spiritual

Ibu mengatakan ini kehamilan yang diinginkan, ibu dan

keluarga senang dan bahagia dengan kehamilan pertamanya

dan ibu juga selalu taat dalam beribadah, yakni shalat 5

waktu.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum baik, kesadaran Composmentis, keadaan

emosional stabil.
103

b) Tanda-tanda vital (TTV)

Tekanan darah (TD) 110/80 mmHg, Nadi 84 x/menit,

Suhu 37 0C, pernapasan 24 x/menit.

c) Tinggi badan 152 cm, BB sebelum hamil 48 kg, BB

sekarang 57 kg, LILA 26 cm.

d) Kepala dan Leher: kepala: bersih, tidak ada ketombe,

tidak ada nyeri tekan, wajah: tidak edema, tidak ada

cloasma gravidarum, mata: sklera tidak ikterus dan

konjungtiva tidak pucat, mulut: bersih, tidak ada

stomatitis dan tidak ada karies, leher: tidak ada

pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe.

e) Payudara: bentuk simetris, bersih, membersar, areola

mammae berwarna coklat kehitaman, puting susu

menonjol dan belum ada pengeluaran kolostrum.

f) Abdomen: membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada

bekas operasi, dan ada striae gravidarum.

Palpasi Leopold : Leopold I : 2 jari di atas pusat TFU :

26 cm, Leopold II : sebelah kanan teraba bagian

punggung janin dan sebelah kiri teraba bagian terkecil

janin, Leopold III : teraba presentasi kepala, Leopold IV:

sudah masuk PAP, TBJ : 2325 gram, DJJ : 140 x/menit.

g) Ekstremitas: tidak ada edema, tidak ada varises, refleks

patella kanan/ kiri (+/+), kuku tidak pucat dan bersih.


104

h) Genetalia Luar tidak dilakukan pemeriksaan

i) Anus: tidak dilakukan pemeriksaan

2) Pemeriksaan Penunjang: belum dilakukan pemeriksan Hb.

Ibu mengatakan sudah mengetahui golongan darahnya yakni

golongan darah AB.

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun G1P0A0 umur kehamilan 34 minggu 5 hari

janin hidup intra uterin dengan keluhan sering kencing pada

malam hari.

d. Penatalaksanaan

Pukul 16.30 WITA

P: Memberitahu ibu bahwa sering kencing adalah hal yang

normal pada ibu hamil trimester III karena rahim yang

semakin membesar sehingga mengakibatkan kandung

kemih tertekan.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.

Pukul 16.35 WITA

P: Memberi Health Education (HE) pada ibu untuk tidak

minum 2 jam sebelum tidur malam dan mengurangi

aktivitas pada malam hari agar keluhan ibu berkurang.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.


105

Pukul 16.40 WITA

P: Memberi HE pada ibu untuk selalu menjaga kebersihan

tubuh, salah satunya dengan cara sering mengganti

pakaian dalam terutama ketika basah, tidak memakai

celana ketat dan saat cebok bersihkan daerah kewanitaan

dengan cara membasuh dari arah depan (klitoris) ke arah

belakang (anus) untuk menghindari kuman dari anus

berpindah ke vagina.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 16.45 WITA

P: Memotivasi ibu untuk melanjutkan minum Tablet Fe dan

vitamin Promavit yang diberikan.

E : Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 16.50 WITA

P : Memberi HE pada ibu untuk tetap minum susu, makan

sedikit tapi sering serta banyak makan sayur dan buah

agar pertumbuhan janin baik.

E : Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 16.55 WITA

P : Menjelaskan pada ibu tentang ketidaknyamanan yang

biasa terjadi pada trimester III, tanda – tanda bahaya

kehamilan dan tanda – tanda persalinan

E : Ibu mengerti dengan penjelasan ynag disampaikan.


106

Pukul 17.00 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan Hb pada kunjungan

ulang

E : Ibu mengerti dan mau melakukan pemeriksaan Hb pada

kunjungan ulang

Pukul 17.05 WITA

P: Melakukan kontrak waktu dengan ibu untuk kunjungan

ulang pada tanggal 21 Maret 2017

E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

CATATAN PERKEMBANGAN

Kunjungan ke II pada tanggal 21 Maret 2017 pada Ny. S umur 27 tahun G1P0A0

di Poskesdes Tegalrejo Wilayah Kerja Puskesmas Lawanga. Data hasil kunjungan

saat ini:

Pukul : 16.00 WITA

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan sakit pada punggung dan susah tidur terutama pada

malam hari karena bayinya sering menedang – nendang, ibu

mengatakan sudah tidak sering kencing lagi.

b. Data Objektif

1) Keadaan Umum: Baik, Kesadaran: Composmentis, status

emosional stabil.
107

2) Tanda – tanda Vital: TD 110/80 mmHg, Nadi 82 x/menit,

Pernapasan 22 x/menit, Suhu 36,6 0C, BB: 57,5 kg.

3) Palpasi Leopold: Leopold I: 3 jari di atas pusat TFU: 28 cm,

Leopold II: sebelah kanan teraba bagian punggung janin dan

sebelah kiri teraba bagian terkecil janin, Leopold III: teraba

Presentasi Kepala, Leopold IV: sudah masuk PAP, TBJ: 2635

gram.

4) Auskultasi: DJJ 138 x/menit.

5) Pemeriksaan Penunjang: Hb : 11,5 gr/dl

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun G1P0A0 umur kehamilan 36 minggu 5 hari janin

hidup intra uterin dengan keluhan sakit punggung dan susah tidur.

d. Penatalaksanaan

Pukul 16.00WITA

P: Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan. TD: 110/80

mmHg, Nadi: 82 x/menit, Pernapasan: 22 x/menit, Suhu:

36,6 0C, BB: 57,5 kg. TBJ : 2.635 gram DJJ : 138 x/menit

E: Ibu mengetahui keadaannya sekarang :

Pukul 06.10 WITA

P: Memberitahukan ibu bahwa sakit punggung yang dialami

disebabkan karena pembesaran uterus yang beratnya semakin

ke bawah sehingga punggung agak sedikit tertarik ke

belakang.
108

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.

Pukul 16.15 WITA

P: Memberi HE pada ibu untuk menghindari mengangkat benda

yang berat, jangan terlalu sering membungkuk dan

menggunakan sepatu bertumit rendah agar postur tubuh

seimbang dan mengurangi sakit punggung.

E : Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 16.20 WITA

P: Menjelaskan pada ibu bahwa sulit tidur malam yang dialami

disebabkan oleh ketidaknyamanan yang dialami ibu karena

gerakan janin yang aktif dan itu merupakan hal yang normal

pada kehamilan trimester III

E : Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.

Pukul : 16.25 WITA

P: Memberi HE pada ibu untuk banyak istirahat dan mengurangi

aktivitas berat terutama pada malam hari agar tidur malam ibu

tidak tergangggu.

E : Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 16.30 WITA

P: Menjelaskan pada ibu untuk mempersiapkan perlengkapan bayi

dan ibu untuk persalinan nanti, pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan dan pemberian ASI secara on demand (tanpa

jadwal).
109

E: Ibu sudah mempersiapkan semua perlengkapan bayi dan ibu

untuk persalinan nanti dan ibu mau memberikan ASI eksklusif

selama 6 bulan dan pemberian ASI secara on demand ( tanpa

jadwal).

Pukul 16.35 WITA

P: Menjelaskan pada ibu tentang persalinan yang bersih dan aman

sekaligus menayakan persiapan persalinan, seperti dimana ibu

akan bersalin, siapa pengambil keputusan dalam tindakan

persalinan, siapa penolong dalam persalinan, siapa

pendamping dalam persalinan, biaya serta transportasi dan

calon pendonor darah bila diperlukan untuk rujukan.

E: Ibu mengatakan kelengkapan dan persiapan persalinan sudah

disiapkan oleh keluarga.

Pukul 16.40 WITA

P: Menjelaskan pada ibu tentang tanda – tanda persalinan dan

tanda – tanda bahaya pada kehamilan dan persalinan.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.

Pukul 16.45 WITA

P: Melakukan kontrak waktu dengan ibu untuk kunjungan ulang

pada tanggal 4 April 2017

E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.


110

2. Persalinan

Tanggal : 04 April 2017

Waktu : 11.00 WITA

a. Data Subjektif

Pada tanggal 04 April 2017 pukul 11.00 WITA Ny. S datang ke

poskesdes didampingi suami dan keluarga dengan keluhan sakit

perut tembus belakang sejak pukul 03.00 WITA (04 April

2017). Sudah ada kontraksi sejak pukul 03.00 WITA (04 April

2017) dengan frekuensi, durasi dan interval yang masih jarang,

kekuatannya masih sedang dan lokasi ketidaknyamanan di perut

dan punggung, belum ada pengeluaran lendir, darah dan air

ketuban. Pergerakan janin dirasakan ibu dalam 24 jam terakhir

aktif (>10 kali). Makan dan minum terakhir pukul 09.00 WITA,

dengan jenis makanan nasi, sayur, lauk – pauk, air putih dan

susu. BAB terakhir pukul 05.00 WITA dan BAK terakhir pukul

10.00 WITA. Istirahat dalam 24 jam terakhir adalah tidur siang

 1 – 2 jam (pukul 13.00 – 14.00 WITA) dan tidur malam  6

jam (pukul 21.00 – 03.00 WITA). Ibu sudah mengetahui tanda –

tanda persalinan, ibu dan keluarga sudah siap menghadapi

proses persalinan dan persiapan persalinan sudah disediakan.


111

b. Data Objektif

1) Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis, keadaan

emosional stabil.

2) Tanda – Tanda Vital (TTV): TD 110/ 80 mmHg, nadi 84

x/menit, suhu 37 0C, pernapasan 24 x/menit.

3) BB 57,5 kg , Lila 26 cm, TB 152 cm.

4) Pemeriksaan fisik

a) Kepala dan Leher: kepala bersih, tidak ada ketombe,

tidak ada nyeri tekan, kelopak mata tidak edema,

konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus, wajah

tidak edema, tidak ada cloasma gravidarum, hidung

bersih, tidak ada polip, mulut bersih, tidak ada

stomatitis dan tidak ada karies, leher tidak ada

pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe

b) Dada: bentuk simetris, payudara: pembesaran normal,

bersih, puting susu menonjol, bentuk simetris, tidak ada

benjolan, sudah ada pengeluaran kolostrum, tidak ada

nyeri tekan, areola mamma berwarna coklat

kehitaman.

c) Punggung dan pinggang: punggung dan pinggang

tegak, posisi tulang belakang lordosis, tidak ada nyeri

ketuk.
112

d) Ekstremitas atas dan bawah: tidak ada edema, tidak ada

kekakuan sendi dan otot, tidak kemerahan, tidak ada

varises, refleks baik, kuku bersih, tidak pucat dan tidak

panjang.

e) Abdomen: pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada

benjolan, tidak ada bekas operasi, ada striae

gravidarum dan kandung kemih kosong.

5) Pemeriksaan kebidanan

a) Palpasi uterus: tinggi fundus uteri pertengahan pusat –

px (30 cm). Kontraksi baik. Letak janin memanjang,

presentasi kepala, penurunan kepala 2/5, pergerakan

janin aktif, taksiran berat janin 2945 gram.

b) Auskultasi : DJJ (+), frekuensi 146 x/menit, teratur dan

punctum maksimum bawah pusat sebelah kanan.

c) His : Frekuensi his 4 kali dalam 10 menit, durasinya 40

– 45 detik, interval waktu 2 – 3 menit dan

kekuatannnya sudah kuat.

d) Inspeksi : perineum : tidak ada luka parut. Vulva tidak

kebiruan, tidak ada fistula, tidak ada luka dan tidak

varises. Sudah ada pengeluaran lendir namun belum

ada pengeluaran darah dan air. Tidak ada

pembengkakan kelenjar bartholini. Anus tidak

hemoroid.
113

e) Pemeriksaan dalam : dinding vagina tipis, portio lunak,

pembukaan 8 cm, konsistensi lunak tipis, ketuban

masih utuh, presentasi kepala, sudah masuk PAP,

penurunan kepala 2/5, posisi janin memanjang.

6) Pemeriksaan Laboratorium : tidak dilakukan pemeriksaan

laboratorium.

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun umur kehamilan 38 minggu 5 hari, janin

tunggal hidup intra uterin, letak memanjang, presentasi kepala,

inpartu kala I fase aktif, keadaan ibu dan janin baik.

d. Penatalaksanaan

Pukul 11.00 WITA

P: Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan. Keadaan

umum baik, Tekanan darah 110/ 80 mmHg, nadi 84

x/menit, suhu 37 0C, pernapasan 24 x/menit, pembukaan

8 cm, DJJ 146 x/menit, ketuban utuh, keadaan ibu dan

janin dalam keadaan baik. Melakukan observasi his dan

kemajuan pesalinan.

E: Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan.

Observasi his dan kemajuan persalinan terlampir dalam

partograf.
114

Pukul 11.05 WITA

P: Melakukan persiapan alat persalinan, seperti Alat

Pelindung Diri (APD), partus set yang berisi 2 buah

klem, 1 buah gunting tali pusat, 1 ½ kocher, 2 pengikat

tali pusat, 5 kassa steril, 1 gunting episiotomi, 1 duk

steril, 3 pasang handscoen, penghisap lendir (slim) 1

buah, kateter nelaton 1 buah. Menyiapkan heacting set

berisi sarung tangan steril 1 pasang, spuit 3 ml steril, 2-3

jarum jahit, 1 buah nald fooder, pinset 1 buah, benang

chromic. Menyiapkan obat – obatan seperti 1 ampul

oksitosin 10 unit, salep mata bayi, vitamin k. Larutan

klorin 0,5% pada tempatnya. Persiapan ibu yaitu

mematahkan ampul oksitosin, meletakkan spuit di dalam

partus set, menggelar kain 1/3 bagian di bawah bokong

ibu dan persiapan bayinya yaitu 3 buah kain kering dan

bersih, meja yang datar, hangat dan kering untuk

persiapan resusitasi.

E: Persiapan persalinan telah siap.

Pukul 11. 10 WITA

P: Memberikan dukungan fisik dan psikologis kepada ibu

seperti memegang tangan ibu, mengelus punggung ibu

dan meyakinkan ibu bahwa ibu tidak akan ditinggalkan

sendiri dalam proses persalinan dan pendampingan ibu


115

bersalin, dimana ibu berhak menentukan siapa

pendamping dalam persalinan.

E: Ibu tampak tenang dan memilih didampingi oleh

suaminya selama proses persalinan.

Pukul 11.15 WITA

P: Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan menarik

nafas dalam – dalam dari hidung dan mengeluarkan

perlahan dari mulut khususnya saat ada kontraksi.

E: Ibu mampu melakukannya.

Pukul 11.20 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi miring kiri

agar mempercepat penurunan kepala bayi, memberi rasa

santai bagi ibu dan membantu mencegah terjadinya

robekan jalan lahir.

E: Ibu mampu melakukannya.

Pukul 11.25 WITA

P: Menganjurkan ibu BAK setiap kali merasa BAK karena

jika kandung kemih penuh akan menghambat penurunan

kepala bayi.

E : Ibu tidak BAK

Pukul 12.30 WITA

P: Memberikan makan dan minum disela waktu his agar

kebutuhan nutrisi ibu terpenuhi.


116

E: Ibu minum susu setengah gelas, minum air pUtih

setengah gelas, makan bubur setengah piring dan 1 butir

telur rebus.

Pukul 12.35 WITA

P: Mengajarkan ibu teknik mengedan yang baik dengan

posisi Dorsal Recumbent yaitu mengedan saat kontraksi

( rasa seperti ingin BAB), angkat kepala pandangan mata

ke arah perut, dagu menempel di dada dan kedua tangan

memegang paha.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

Pukul 12.40 WITA

P: Memberitahu ibu untuk tidak mengedan sebelum

dilakukan pimpinan persalinan karena pembukaan belum

lengkap agar ibu tidak lelah, kemaluan ibu tidak

bengkak.

E: Ibu bersedia untuk tidak mengedan sebelum dilakukan

pimpinan persalinan.

Pukul 12.45 WITA

P: Merencanakan pemeriksaan dalam 4 jam kemudian atau

jika ada indikasi.

E: Ibu mengerti dan bersedia dilakukan pemeriksaan dalam

pada waktu yang ditentukan.


117

Tabel 4.1
Observasi Kemajuan Persalinan

Jam Durasi Frekuensi Interval BJF Keterangan

11.00 40”- 45” 4x10’ 2-3’ 146x/mnt VT:


pembukaan 8
cm, ketuban
(+), portio
lunak tipis,
penurunan
kepala 2/5
11.30 40”- 45” 4x10’ 2-3’ 146x/mnt

12.00 45”- 50” 5x10’ 1-2’ 146x/mnt

12.30 50”- 55” 5x10’ 1-2’ 148x/mnt

13.00 50”- 55” 5x10’ 1’ 148x/mnt

13.30 50”- 55” 5x10’’ 1’ 148x/mnt VT: pembukaan


10cm, ketuban (-)
pecah spontan,
portio tidak
teraba, penurunan
kepala 0/5.
Sumber: Data Primer, 2017

Kala II Pukul 13.30 WITA

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan mulesnya bertambah sering, merasa ingin BAB dan

mengedan, gerakan janin masih dirasakan.

b. Data Objektif

Keadaan umum sedang, kandung kemih kosong, his 5 x dalam 10 menit,

lamanya 50 – 55 detik. Pemeriksaan dalam: pembukaan lengkap, portio


118

tidak teraba, ketuban (-) pecah spontan pada pukul 13.30 WTA, penurunan

kepala 0/5, tidak ada moulase, DJJ 148 x/menit.

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun inpartu kala II, keadaaan ibu dan janin baik.

d. Penatalaksanaan

Pukul 13.20 – 13.35 WITA

P: Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa

pembukaan sudah lengkap dan kepala janin segera turun ke dasar

panggul dan janin akan segera lahir.

E: Ibu dan keluarga telah mengerti dengan penjelasan yang

disampaikan dan telah siap dengan proses persalinan.

P: Memastikan perlengkapan bahan – bahan dan obat – obatan

esensial siap digunakan.

E: Semua perlengkapan bahan-bahan dan obat-obatan esensial telah

disediakan.

P: Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti topi, masker,

celemek plastik, sarung tangan dan sendal yang menutupi sebagian

kaki.

E: APD telah digunakan.

P: Memposisikan ibu dalam posisi dorsal recumbent.

E: Ibu sudah diposisikan dalam posisi dorsal recumbent.

P: Memimpin ibu untuk meneran pada saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.


119

E: Ibu dapat melakukan cara meneran yang telah diajarkan

sebelumnya.

P: Setelah kepala bayi tampak di vulva 5 – 6 cm, melindungi

perineum dengan tangan kanan lalu tangan kiri menahan puncak

kepala, anjurkan ibu untuk meneran dan bernafas cepat dan dalam.

Memeriksa adanya lilitan tali pusat dan tidak ada lilitan tali pusat.

Menunggu sampai putaran paksi luar. Setelah terjadi putaran paksi

luar, pegang kepala secara biparietal lalu gerakkan ke bawah untuk

melahirkan bahu depan kemudian gerakkan ke atas untuk

melahirkan bahu belakang. Setelah kepala lahir, sanggah kepala

bayi kemudian susuri lengan, siku, punggung, bokong hingga kaki

bayi.

E: Bayi lahir spontan pukul 13.35 WITA.

Pukul 13.36 WITA

P: Melakukan penilaian sepintas bayi baru lahir yaitu apakah bayi

cukup bulan, menangis kuat, bernafas tanpa kesulitan dan bergerak

dengan aktif ?

E: Bayi cukup bulan, menangis kuat, bernafas spontan dan bergerak

aktif

P: Meletakkan bayi di atas perut ibu untuk dikeringkan

E : Bayi sudah dikeringkan

P: Menghisap lendir bayi melalui mulut dan hidung menggunakan

slim dan memberikan minyak telon pada tubuh bayi.


120

E: Lendir bayi telah dibersihkan dan bayi sudah diberikan minyak

telon.

Pukul 13.38 – 13.40 WITA

P: Melakukan penjepitan tali pusat dengan klem, yakni klem pertama 3

cm dari pusat bayi dan klem kedua 2 cm dari klem pertama. Potong

di tengah – tengah antara kedua klem lalu mengikat dengan kuat

dengan 2 ikatan. Ikatan pertama 2 – 3 cm dari pangkal pusat, ikatan

kedua 1 – 2 cm dari ikatan pertama.

E: Tali pusat sudah dipotong dan diikat.

Pukul 13.41 WITA

P: Mengganti kain bayi yang basah dengan yang kering dan

memberikan bayi pada ibu untuk dilakukan IMD.

E: Kain bayi telah diganti dan sudah dilakukan IMD.

Kala III Pukul 13.37 WITA

a. Data Subjektif

Ibu masih merasa nyeri pada perut dan alat genitalia, ibu juga masih

merasa lelah.

b. Data Objektif

Keadaan umum ibu sedang, kesadaran composmentis, plasenta belum

lahir, TFU setinggi pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong,

perdarahan ± 100 cc.


121

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun post partum PIA0

d. Penatalaksanaan

Melakukan manajemen aktif kala III :

Pukul 13.37 WITA

P: Memeriksa fundus uteri ibu untuk memastikan kehamilan ganda

dan kontraksi uterus ibu .

E: Tidak ada kehamilan ganda dan kontraksi uterus ibu baik

P: Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin 10 unit/IM,

pada 1/3 paha bagian luar ibu.

E: Ibu bersedia untuk disuntikkan oksitosin 10 unit/IM dan ibu

sudah disuntikkan oksitosin 1 ampul (10 unit) IM

Pukul 13.42 – 13.45 WITA

P: Melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan posisi tangan

Dorso kranial serta memantau tanda – tanda lepasnya plasenta

(semburan darah tiba – tiba, tali pusat memanjang dan perubahan

TFU), setelah terjadi kontraksi yang kuat regangkan tali pusat

kemudian tangan kiri diletakkan pada dinding abdomen menekan

korpus ke arah bawah dan depan. Lakukan secara hati – hati

untuk menghindari inersia uteri. Setelah plasenta terlihat di depan

vulva pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin,

putar searah jarum jam maka lahirkan plasenta dengan perlahan.


122

E: Plasenta lahir pukul 13.45 WITA lengkap dengan selaput dan

kotiledon. Kotiledon berjumlah 18.

Pukul 13.46 WITA

P: Melakukan massase uterus setelah plasenta lahir

E: Telah dilakukan massase uterus dan kontraksi uterus menjadi

baik.

P: Evaluasi jumlah perdarahan, sumber perdarahan dan robekan

perineum.

E: Perdarahan  100 cc, sumber perdarahan tidak ada dan tidak ada

robekan pada perineum.

Kala IV Pukul 13.47 WITA

a. Data Subjektif

Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya dan ibu masih merasa lemas.

b. Data Objektif

Keadaan umum sedang, kesadaran composmentis. Tanda-tanda Vital:

tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 84 x/menit, pernapasan 24 x/menit,

suhu 37,2 0C. Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung

kemih kosong, perdarahan ± 120 cc.

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun post partum PIA0.


123

d. Pentalaksanaan

Pukul 13.47 WITA

P: Melakukan massase uterus serta mengajarkan ibu dan keluarga

bagaimana cara melakukan massase uterus, yaitu dengan cara

meletakkan telapak tangan di atas perut ibu, gerakkan tangan secara

memutar dengan lembut hingga uterus berkontraksi dengan baik

(fundus teraba keras).

E: Telah dilakukan massase uterus. Ibu dan keluarga mengerti dan

sudah melakukan masase uterus.

P: Memastikan kontraksi uterus dan kandung kemih

E: Uterus berkontraksi dengan baik dan kandung kemih kosong.

Pukul 13.48 WITA

P: Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri perut yang dialami disebabkan

karena adanya kontraksi dan pengeluaran darah setelah persalinan.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan ynag disampaikan.

Pukul 13.49 WITA

P: Menyiapkan pakaian ibu, seperti baju, gurita, pembalut, pakaian

dalam dan kain yang bersih dan kering setelah itu membersihkan

tubuh ibu lalu memakaikan pakaian ibu.

E: Ibu sudah dibersihkan dan pakaian ibu telah diganti.


124

Pukul 13.55 WITA

P: Merendam semua bahan – bahan bekas pakai ke dalam larutan

klorin 0,5% dan membuang bahan – bahan yang terkontaminasi ke

dalam tempat sampah yang sesuai.

E: Semua bahan – bahan bekas pakai telah direndam ke dalam larutan

klorin 0,5% dan bahan – bahan yang terkontaminasi dibuang ke

dalam tempat sampah yang sesuai.

Pukul 14.00 WITA

P: Mendekontaminasikan tempat tidur ibu dengan larutan klorin 0,5%

E: Tempat tidur ibu telah dibersihkan.

Pukul 14.02 WITA

P: Mencelupkan tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan membuka

sarung tangan dengan terbalik lalu direndam selama 10 menit.

E: Sarung tangan telah dibersihkan.

P: Mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir lalu keringkan.

E: Telah dilakukan cuci tangan.

Pukul 14.03 WITA

P: Memberitahu keluarga untuk memberi makan ibu dengan bubur 1

piring, telur rebus 1 butir dan susu setengah gelas untuk

memulihkan tenaga ibu setelah persalinan.

E: Ibu makan bubur setengah piring, 1 butir telur rebus, air putih dan

sedikit susu.
125

Pukul 14. 20 WITA

P: Melakukan pemantauan TTV, kontraksi uterus, perdarahan,

kandung kemih, setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap

30 menit pada satu jam kedua pasca persalinan serta melengkapi

partograf.

E: Hasil terlampir dalam partograf.

Pukul 14. 25 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, miring kanan dan miring

kiri kemudian duduk dan bila ibu sudah cukup kuat berdiri maka

ibu dianjurkan untuk berjalan gunanya untuk memperlancar

sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagina (lochea) dan

mempercepat mengembalikan tonus otot serta menganjurkan untuk

istirahat agar tenaga ibu kembali pulih setelah persalinan.

E: Ibu sudah mulai miring kanan dan miring kiri dan ibu mau

beristirahat.

3. Nifas

Ibu Nifas 6 Jam

Tanggal : 04 April 2017

Jam : 20.00 WITA

Tempat : Poskesdes Tegalrejo

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan masih merasa lemas dan mules, ibu merasa senang

dengan kelahiran bayinya dan ibu masih merasa nyeri pada daerah
126

genitalianya. Ibu melahirkan secara spontan di poskesdes dan lama

persalinan adalah 4 jam 45 menit (kala I: 2 jam 30 menit, kala II: 5

menit, kala III: 10 menit, kala IV: 2 jam). Ketuban pecah spontan pada

pukul 13.30 WITA, warnanya jernih, tidak ada komplikasi selama

persalinan, plasenta lahir lengkap pada pukul 13.45 WITA dengan

jumlah kotiledon 18. Pada perineum tidak dilakukan episiotomi dan

tidak ada robekan jalan lahir. Perdarahan pada kala II  20 cc, kala III

 100 cc dan kala IV  120 cc. Tidak dilakukan pemasangan infus dan

tranfusi darah. Bayi lahir secara spontan dengan usia kehamilan 38

minggu 5 hari, berat badan 2900 gram, tidak ada cacat bawaan.

b. Data Objektif

1) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, status

emosional stabil. Tanda – tanda Vital: TD 100/70 mmHg, nadi

84 x/menit, pernapasan 22 x/menit, suhu 37,2 0C.

2) Muka dan leher: tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera

tidak ikterus. Mulut dan gigi bersih, tidak stomatitis dan tidak

karies, lidah berwarna merah muda. Tidak ada pembengkakan

kelenjar thyroid dan pembuluh limfe.

3) Dada simetris. Payudara: bersih, simetris, pembesaran normal,

teraba keras, puting susu menonjol, kolostrum sudah keluar

tetapi masih sedikit, tidak ada nyeri tekan.

4) Abdomen: TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,

konsistensi uterus teraba keras.


127

5) Pengeluaran Lochea: warnah merah segar, bau khas darah,

konsistensi encer.

6) Perineum: utuh, tidak ada robekan jalan lahir.

7) Kandung kemih kosong.

8) Ekstremitas atas dan bawah: tidak edema, refles baik, tidak ada

kemerahan.

9) Pemeriksaan Laboratorium: tidak dilakukan pemeriksaan.

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun PIA0 post partum 6 jam

d. Pentalaksanaan

Pukul 20.00 WITA

P: Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Keadaan umum baik,

Tanda – tanda Vital: TD 100/70 mmHg, nadi 84 x/menit,

pernapasan 22 x/menit, suhu 37,2 0C.

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

Pukul 20.05 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK agar tidak

menghambat uterus berkontraksi sehingga tidak

menimbulkan perdarahan yang berlebihan.

E: Ibu sudah BAK pertama selesai bersalin pada pukul 15.00

WITA.
128

Pukul 20.07 WITA

P: Mengajarkan kepada ibu cara membersihkan daerah

kewanitaan yakni membersihkan vulva dari depan ke

belakang.

E : Ibu mengerti dan sudah mempraktikkannya.

Pukul 20.08 WITA

P: Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar, yaitu

bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah

seluruh tubuh bayi, dekatkan bayi ke payudara sedemikian

rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting

susu. Cara meletakkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu

menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar

sekaligus memberitahu ibu untuk membersihkan areola

mammae terlebih dahulu sebelum menyusui bayi.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan dan ibu

mulai belajar menyusui bayinya dengan benar

Pukul 20.10 WITA

P: Menjelaskan pada ibu pentingnya pemberian ASI awal

(kolostrum) karena pada kolostrum terdapat banyak

kandungan antibody yang bermanfaat untuk menjaga daya

tahan tubuh bayi sekaligus menganjurkan pada ibu untuk

memberikan ASI secara on demand (menyusui tanpa jadwal)


129

dan ASI eksklusif selama 6 bulan guna mempererat

hubungan antara ibu dan bayi.

E : Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 20.15 WITA

P: Mengajarkan pada ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi

agar tidak terjadi hipotermi dengan cara membedong bayi,

memakaikan topi, kaos kaki dan kaos tangan bayi.

E : Ibu mengeti dan mau melakukannya.

Pukul 20.20 WITA

P: Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup, yakni

tidur siang  2 jam dan tidur malam  8 jam.

E : Ibu mengeti dan mau melakukannya.

Pukul 20.25 WITA

P: Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas, seperti

perdarahan dan keluar cairan berbau dari jalan lahir; bengkak

di wajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan kejang –

kejang; demam lebih dari 2 hari; payudara bengkak, merah

disertai rasa sakit; ada rasa sedih, murung dan menangis

tanpa sebab (depresi) dan segera ke fasilitas kesehatan bila

ada salah 1 dari tanda tersebut.

E : Ibu mengerti dan mau melakukannya.


130

Pukul 20.30 WITA

P: Memberi HE pada ibu tentang gizi masa nifas dan menyusui

seperti banyak mengonsumsi buah – buahan, sayur – sayuran,

susu, kacang – kacangan, telur dan ikan.

E: Ibu mengeti dan mau melakukannya.

Pukul 20.35 WITA

P: Mendiskusikan kunjungan berikutnya pada tanggal 10 April

2017.

E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

CATATAN PERKEMBANGAN

Ibu Nifas 6 Hari

Tanggal : 10 April 2017

Jam : 08.00 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny. S di Tegalrejo

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan keadaannya dan bayinya sehat, ibu terus menyusui

bayinya, ibu sering terbangun pada malam hari karena menyusui

bayinya, kemarin ibu susah untuk BAB dan pengeluaran darah

berwarna merah kekuningan, hanya sedikit, tidak berbau dan ibu 2x

ganti pembalut dalam sehari.

b. Data Objektif

Keadaan umum baik , kesadaran composmentis, Tanda – tanda Vital:


131

TD 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu

36,70C. BB 54 kg. Pengeluaran ASI lancar, puting susu bersih, TFU 1

jari di bawah pusat. Lochea sanguinolenta, tidak berbau dan

pengeluaran darah sedikit dan tidak ada tanda – tanda infeksi.

Ekstremitas tidak ada edema, tidak ada varises.

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun PIA0 post partum hari ke 6.

d. Penatalaksanan

Pukul 08.30 WITA

P: Memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu. Keadaan umum

baik, Tanda- tanda Vital: Tekanan darah 120/ 80 mmHg, nadi

82 x/menit, pernapasan 24x/menit, suhu 36,7 0C dan ibu dalam

keadaan baik.

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

Pukul 08.35 WITA

P: Memastikan ibu dapat menyusui dengan baik dengan

memperhatikan posisi menyusui yang benar, pemberian ASI

eksklusif selama 6 bulan dan pemberian ASI secara on demand

(menyusui tanpa jadwal).

E: Ibu sudah bisa menyusui bayinya dengan benar, ibu mau

memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan secara on

demand (menyusui tanpa jadwal).


132

Pukul 08.40 WITA

P: Memastikan pemenuhan kebutuhan nutrisi, istirahat dan cairan

ibu.

E: Kebutuhan nutrisi ibu telah tercukupi dengan ibu

mengonsumsi nasi, sayur – sayuran dan lauk – pauk. Pola

istirahat ibu terganggu karena sering terbangun di malam hari

untuk menyusui bayinya. Kebutuhan cairan tercukupi dengan

ibu minum air putih 8 – 9 gelas dalam sehari dan minum teh 1

gelas perhari.

Pukul 08.45 WITA

P: Memastikan ibu menjaga kebersihan diri terutama pada daerah

kewanitaannya seperti mengganti pembalut ketika lembab,

membersihkan daerah kewanitaan dari depan ke belakang,

memakai pakaian dalam yang longgar dan berbahan katun

serta mandi 2 x sehari.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 08.50 WITA

P: Menganjurkan pada ibu untuk banyak makan buah – buahan

agar pencernaannya lancar, misalnya buah pepaya dan pisang.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.


133

Pukul 08.55 WITA

P: Mengajarkan dan menganjurkan ibu untuk melakukan

perawatan payudara agar pengeluaran ASI lancar dan tidak

terjadi bendungan ASI.

E: Ibu mengereti dan sudah mulai mempratekkan cara perawatan

payudara.

Pukul 09.00 WITA

P: Menanyakan pada ibu apakah ada salah satu dari tanda bahaya

masa nifas yang sudah diberitahukan pada kunjungan

sebelumnya.

E: Ibu mengatakan untuk sekarang tidak ada tanda - tanda

bahaya masa nifas.

Pukul 09.05 WITA

P: Menganjurkan ibu dan suami untuk bekerjasama dalam

menjaga dan merawat bayinya.

E: Ibu dan suami mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 09.10 WITA

P: Mendiskusikan kunjungan berikutnya 2 minggu kemudian.

E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.


134

CATATAN PERKEMBANGAN

Ibu Nifas 3 Minggu 5 hari (26 hari)

Tanggal : 30 April 2017

Jam : 08.00 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny S di Tegalrejo

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan keadaannya dan bayinya sehat, tidur malam ibu sudah

mulai baik karena ia dan suaminya bergantian menjaga bayinya, BAB

ibu sudah lancar sejak 1 hari setelah kunjungan 6 hari, pengeluaran

cairan berwarna kekuningan dan hanya sedikit (pengeluaran darah

terakhir sekitar 1 minggu yang lalu). Ibu sudah bisa melakukan

perawatan payudara.

b. Data Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Tanda – tanda Vital:

Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit, pernapasan 24

x/menit, suhu 36,5 0C. BB 52 kg. Muka: konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterus, Hb 11,8 gr/dl. Pengeluaran ASI lancar, puting

susu bersih. TFU sudah tidak teraba. Lochea Alba, tidak berbau,

pengeluaran cairan sedikit dan tidak ada tanda – tanda infeksi.

Ekstremitas tidak ada edema dan varises, tidak ada nyeri tekan.

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun PIA0 post partum hari ke 26.


135

d. Penatalaksanaan

Pukul 08.00 WITA

P: Memberitahukan hasil pemeriksaan. Keadaan umum baik,

Tanda – tanda Vital: Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84

x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 36,5 0C

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

Pukul 08.15 WITA

P: Memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI eksklusif selama

6 bulan dan pemberian ASI secara on demand (menyusui tanpa

jadwal).

E: Ibu terus memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan secara

on demand (menyusui tanpa jadwal).

Pukul 08.20 WITA

P: Memotivasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, istirahat

dan cairan ibu.

E: Kebutuhan nutrisi ibu telah tercukupi dengan ibu

mengonsumsi nasi, sayur – sayuran dan lauk – pauk. Pola

istirahat ibu sudah mulai baik. Kebutuhan cairan tercukupi

dengan ibu minum air putih 8 – 9 gelas dalam sehari dan

minum teh 1 gelas perhari.

Pukul 08.25 WITA

P: Memotivasi ibu untuk tetap menjaga kebersihan dirinya dan

bayinya.
136

E: Ibu selalu menjaga kebershan dirinyadan bayinya.

Pukul 08.30 WITA

P: Memotivasi ibu dan suami untuk bekerjasama dalam menjaga

dan merawat bayinya.

E: Ibu dan suami sudah bekerjasama dalam menjaga dan merawat

bayinya.

Pukul 08.32 WITA

P: Meminta ibu untuk mempratekkan kembali cara perawatan

payudara.

E: Ibu sudah mempratek cara perwatan payudara.

Pukul 08.35 WITA

P: Menanyakan pada ibu apakah ada tanda bahaya masa nifas

E: Ibu mengatakan tidak ada tanda bahaya masa nifas.

Pukul 08.40 WITA

P: Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pemerksaan Hb.

E: Ibu setuju dan pemeriksan Hb telah dilakukan.

Pukul 08.45 WITA

P: Menanyakan pada ibu tentang rencana KB yang akan

digunakan.

E: Ibu mengatakan masih akan mendiskusikan dengan suaminya.

Pukul 08.50 WITA

P: Mendiskusikan kunjungan berikutnya pada tanggal 16 Mei

2017
137

E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

CATATAN PERKEMBANGAN

Ibu Nifas 6 Minggu (42 hari)

Tanggal : 16 Mei 2017

Jam : 16.00 WITA

Tempat : Poskesdes Tegalrejo

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan keadaannya dan bayinya sehat, tidak ada keluhan

apapun, sudah merasa lebih baik dan sehat, sudah tidak ada lagi darah

yang keluar hanya tinggal cairan berwarna putih kekuningan, ibu

sudah mendiskusikan bersama suami KB yang akan digunakan.

b. Data Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, Tanda – tanda Vital:

Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan 20

x/menit, suhu 36,7 0C. BB 50 kg. Muka: konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterus. Pengeluaran ASI lancar, puting susu bersih. TFU

sudah tidak teraba. Lochea Alba, tidak berbau dan hanya sedikit dan

tidak ada tanda – tanda infeksi. Ekstremitas tidak ada edema dan

varises, tidak ada nyeri tekan.

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun PIA0 post partum hari ke 42.


138

d. Penatalaksanaan

Pukul 16.00 WITA

P: Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Keadaan umum baik,

Tanda – tanda Vital: Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80

x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,7 0C

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

Pukul 16.02 WITA

P: Menanyakan pada ibu apakah ada penyulit – penyulit yang ibu

dan bayi alami

E: Ibu mengatakan tidak ada penyulit – penyulit yang ia dan bayi

alami

Pukul 16.05 WITA

P: Memotivasi ibu untuk terus mempertahankan pola nutrisi,

istirahat dan kebersihan diri.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 16.10 WITA

P: Menjelaskan macam- macam alat kontrasepsi, keuntungan dan

kerugian dari masing – masing alat kontrasepsi, efek samping

dari masing – masing alat kontrasepsi.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.

Pukul 16.20 WITA

P: Memberikan pilihan metode KB yang akan digunakan ibu.

E: Ibu mengatakan ingin menggunakan KB Alat Kontrasepsi


139

Dalam Rahim (AKDR).

Pukul 16.25 WITA

P: Menanyakan dan memastikan bahwa KB yang akan digunakan

adalah KB AKDR.

E: Ibu mengatakan ingin menggunakan KB AKDR.

Pukul 16.27 WITA

P: Menjelaskan pada ibu bahwa sebelum dilakukannya

pemasangan AKDR akan dilakukan pemeriksaan IVA

(Inspeksi Visual Asam Asetat) yang bertujuan untuk

mendeteksi secara dini ada atau tidaknya kanker serviks, yaitu

dengan mengoleskan asam asetat atau asam cuka ke mulut

rahim ibu dan dalam waktu 1 menit hasilnya akan segera

diketahui dengan melihat tipe – tipe kanker.

E: Ibu mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan IVA

Pukul 16.35 WITA

P: Mempersiapkan ibu dan pperalatan pemeriksaan IVA dan

pemasangan AKDR.

E: Ibu dan semua alat telah siap.


140

4. Bayi Baru Lahir

Tanggal : 04 April 2017

Waktu : 13.35 WITA

Tempat : Poskesdes Tegalrejo

a. DataSubjektif

Bayi Ny. S lahir normal pada tanggal 04 April 2017 pukul 13.35

WITA, dengan jenis kelamin laki – laki. Nama Ibu Ny. S umur 27

tahun, suku Jawa, agama Islam, pendidikan terakhir S1, bekerja

sebagai wiraswasta, beralamat di Kelurahan Tegalrejo RT. 004. Nama

Ayah Tn. B umur 28 tahun, suku Jawa, agama Islam, pendidikan

terakhir D III, bekerja sebagai wirausaha, beralamat di Kelurahan

Tegalrejo RT. 004.

Tanggal : 04 April 2017 Pukul: 13.35 WITA

1) Riwayat Antenatal

Ibu G1P0A0 umur kehamilan 38 minggu 5 hari, riwayat ANC

teratur sebanyak 6 kali yakni 1 kali pada trimester I, 3 kali pada

trimester II dan 2 kali pada trimester III di Poskesdes dan pada

saat Posyandu. Imunisasi TT sebanyak 2 kali, yakni TT 1 pada

tanggal 13 Desember 2016 dan TT 2 pada tanggal 13 Januari

2017. Kenaikan BB 9,5 kg. Keluhan saat hamil mual muntah pada

trimester I, sering kencing, sakit punggung dan susah tidur pada

trimester III. Penyakit saat hamil tidak ada, kebiasaan makan 3

kali dalam sehari (sesuai dengan porsi makan ibu), dengan menu
141

nasi, sayur, buah-buahan, lauk – pauk dan susu, ibu tidak

mengkonsumsi obat atau jamu selama hamil, ibu tidak pernah

merokok, komplikasi yang terjadi pada bayi dan ibunya tidak ada.

2) Riwayat Intranatal

Bayi lahir normal, tanggal 04 April 2017 pukul 13.35 WITA

dengan jenis persalinan spontan letak belakang kepala di

Poskesdes Tegalrejo, lama persalinan kala I: 2 jam 30 menit, kala

II: 5 menit, ketuban pecah spontan, berwarna jernih, ketuban

tidak berbau, jumlah ketuban tidak diukur, komplikasi pada ibu

dan bayinya tidak ada.

3) Keadaan bayi baru lahir

Nilai apgar score pada 1 – 5 menit adalah 9 dan pada 5 – 10

menit adalah 10, jumlah apgar score pada bayi 9/10, caput

succandaneuum tidak ada, cepal hematoma tidak ada, cacat

bawaan tidak ada, dilakukan resusitasi yaitu menghisap lendir,

dan pemberian suntikan vit. K dan salep mata pada bayi.

b. Data objektif

1) Keadaan umum bayi baik, suhu 36,7 0C, pernafasan 46 x/menit,

denyut jantung 124 x/menit, warna kulit bayi kemerahan,

gerakan aktif, kesadaran composmentis, tali pusat masih basah,

berat badan bayi sekarang 2900 gram, Apgar score :


142

Tabel 4.2
Nilai Apgar Score By. Ny. S

SCORE 1 Menit Pertama 2 Menit Kedua


A : Appearance color
2 2
(warna kulit)
P : Pulse (frekuensi
1 2
denyut jantung)
G : Grimace (reaksi
2 2
terhadap rangsangan)
A : Activity (tonus
2 2
otot)
R : Respiration (upaya
2 2
respirasi)
Jumlah 9 10
Sumber: Data Primer, 2017

2) Pemeriksaan fisik secara sistematis

a) Kepala: ubun-ubun tidak tumpang tindih, sutura ada,

moulase tidak ada, caput succadaneum tidak ada, cepal

hematoma tidak ada, tidak hidrosefalus.

b) Muka: simetris, tanda-tanda paralisis tidak ada.

c) Mata: tidak ada keluar nanah, tidak bengkak pada kelopak

mata, tidak ada perdarahan sub konjungtiva, simetris kiri

dan kanan.

d) Telinga: bentuk simetris kiri dan kanan.

e) Mulut: simetris, tidak ada labio/palatoskisis, tidak ada

trush, tidak sianosis, mukosa basah.

f) Hidung: simetris, bersih, tidak ada palatoskisis.

g) Leher: simetris, pembengkakan tidak ada, benjolan tidak

ada.
143

h) Klavikula dan lengan atas: gerakan aktif, jumlah jari

lengkap kiri dan kanan (10 jari).

i) Dada: bentuk dada simetris, puting susu ada, bunyi jantung

normal, pernafasan normal.

j) Abdomen: benjolan pada tali pusat saat menangis tidak

ada, perdarahan pada tali pusat tidak ada, bentuk perut

normal.

k) Genetalia: testis berada dalam skrotum.

l) Tungkai dan kaki: gerakan aktif, bentuk simetris kiri dan

kanan, jumlah jari kiri dan kanan lengkap (10 jari).

m) Anus: terdapat lubang.

n) Punggung: tidak ada spina bifida dan mielomeningokel

3) Refleks

Refleks moro baik, refleks rooting baik, refleks graphs/plantar

baik, refleks sucking baik, refleks tonic neck baik.

4) Antropometri

Berat badan 2900 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 33

cm, lingkar dada 33 cm, lingkar perut 33 cm.

5) Eliminasi

BAK: sudah keluar berwarnah jernih pada tanggal 04 April pukul

16.00 WITA, BAB: sudah keluar berwarnah coklat kehijauan pada

tanggal 04 April pukul 16.00 WITA.


144

6) Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaa penunjang

c. Analisa

Bayi Ny. S umur 0 hari lahir spontan langung menangis, letak

belakang kepala, berat badan 2900 gram, panjang badan 49 cm

dengan keadaaan umum baik.

d. Penatalaksanaan

Pukul 13.36 WITA

P: Melakukan penilaian sepintas bayi baru lahir yaitu apakah bayi

cukup bulan, menangis kuat, bernafas tanpa kesulitan dan

bergerak dengan aktif ?

E: Bayi cukup bulan, menangis kuat, bernafas spontan dan

bergerak aktif

P: Meletakan bayi di atas perut ibu untuk dikeringkan

E: Bayi sudah dikeringkan

P: Menghisap lendir bayi melalui mulut dan hidung

menggunakan slim dan menggosokkan minyak telon pada

tubuh bayi.

E: Lendir bayi telah dibersihkan dan bayi sudah digosok dengan

minyak telon.

Pukul 13.38 – 13.40 WITA

P: Melakukan penjepitan tali pusat dengan klem. Klem pertama 3

cm dari pusat bayi dan klem kedua 2 cm dari klem pertama.


145

Potong di tengah-tengah antara kedua klem lalu mengikat

dengan kuat dengan 2 ikatan. Ikatan pertama 2 – 3 cm dari

pangkal pusat, ikatan kedua 1 – 2 cm dari ikatan pertama.

E: Tali pusat sudah dipotong dan diikat.

Pukul 13.41 WITA

P: Mengganti kain bayi yang basah dengan yang kering dan

bersih serta menjaga kehangatan bayi

E: Kain bayi telah diganti dengan yang kering dan bersih

Pukul 14. 04 WITA

P: Melakukan pemeriksaan head to toe

a) Kepala: ubun-ubun tidak tumpang tindih, sutura ada,

moulase tidak ada, caput succadaneum tidak ada, cepal

hematoma tidak ada, tidak hidrosefalus.

b) Muka: simetris, tanda-tanda paralisis tidak ada.

c) Mata: tidak ada keluar nanah, tidak bengkak pada kelopak

mata, tidak ada perdarahan sub konjungtiva, simetris kiri

dan kanan.

d) Telinga: bentuk simetris kiri dan kanan.

e) Mulut: simetris, tidak ada labio/palatoskisis, tidak ada

trush, tidak sianosis, mukosa basah.

f) Hidung: simetris, bersih, tidak ada palatoskisis.

g) Leher: simetris, pembengkakan tidak ada, benjolan tidak

ada.
146

h) Klavikula dan lengan atas: gerakan aktif, jumlah jari

lengkap kiri dan kanan (10 jari).

i) Dada: bentuk dada simetris, puting susu ada, bunyi

jantung normal, pernafasan normal.

j) Abdomen: benjolan pada sekitar tali pusat saat menangis

tidak ada, perdarahan pada tali pusat tidak ada, tidak ada

benjolan pada dinding perut, bentuk perut normal.

k) Genetalia: testis berada dalam skrotum, penis berlubang

di tengah dan berada di ujung penis.

l) Tungkai dan kaki: gerakan aktif, bentuk simetris kiri dan

kanan, jumlah jari kiri dan kanan lengkap (10 jari).

m)Anus: terdapat lubang.

n) Punggung: tidak ada spina bifida dan mielomeningokel

E: Telah dilakukan pemeriksaan head to toe.

Pukul 14. 10 WITA

P: Melakukan pemeriksaan antropometri. BB : 2900 gram, PB :

49 cm, LK : 32 cm, LD: 33 cm, LP : 36 cm.

E: Pemeriksaan telah dilakukan.

Pukul 14. 15 WITA

P: Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan baju, kaos kaki,

kaos tangan dan membedong bayi lalu memberikan bayi pada

ibu untuk disusui dan membantu ibu untuk menyusui bayinya..

E: Bayi sudah dibedong dan disusui ibunya.


147

Pukul 14.35 WITA

P: Menyuntikkan Vit K 1 mg di paha kiri bayi dan memberi

salep mata.

E: Bayi telah di suntik vit. K dan diberi salep mata.

Pukul 16.00 WITA

P: Memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi setelah 1 jam

pemberian vit. K.

E: Bayi telah diimunisasi Hepatitis B.

CATATAN PERKEMBANGAN

Bayi Baru Lahir 6 jam

Tanggal: 10 April 2017

Jam : 20.00 WITA

Tempat : Poskesdes Tegalrejo

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan bayinya sudah mulai menyusu, menangis kuat, sudah

BAB berwana hitam kecoklatan dan BAK pada pukul 16.00 WITA,

ibu belum mengetahui tanda bahaya pada bayi baru lahir.

b. Data Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, bayi menangis kuat,

pergerakan aktif, kulit dan bibir kemerahan. Tanda-tanda Vital: Suhu:

36,5 0C, nadi: 126 x/menit, pernapasan: 46 x/menit. Mata: tidak ada

tanda infeksi, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus. Refleks


148

hisap baik. Abdomen: tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada

perdarahan pada tali pusat.

c. Analisa

Bayi baru lahir normal umur 6 jam lahir spontan langsung menangis

letak belakang kepala, dengan BB 2900 gram PB 49 cm dengan

keadaan umum baik.

d. Penatalaksanaan

Pukul 20.00 WITA

P: Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu. Keadaan umum

baik, bayi menangis kuat, pergerakan aktif, kulit dan bibir

kemerahan. Frekuensi napas 46 x/menit. Suhu 36,5°C.

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

Pukul 20.08 WITA

P: Mengajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar, yaitu

bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah

seluruh tubuh bayi, dekatkan bayi ke payudara sedemikian

rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting

susu. Cara meletakkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu

menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar

sekaligus memberitahu ibu untuk membersihkan areola

mammae terlebih dahulu sebelum menyusui bayi.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan dan ibu

mulai belajar menyusui bayinya dengan benar


149

Pukul 20.10 WITA

P: Memantau ibu cara menyusui yang benar.

E: Ibu sudah mulai belajar menyusui bayinya dengan benar.

Pukul 20.15 WITA

P: Menjelaskan pada ibu pentingnya pemberian ASI awal

(kolostrum) karena pada kolostrum terdapat banyak

kandungan antibody yang bermanfaat untuk menjaga daya

tahan tubuh bayi sekaligus menganjurkan pada ibu untuk

memberikan ASI secara on demand (tanpa jadwal) dan ASI

eksklusif selama 6 bulan guna mempererat hubungan antara

ibu dan bayi.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 20.25 WITA

P: Mengajarkan pada ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi

agar tidak terjadi hipotermi dengan cara membedong bayi,

memakaikan topi, kaos kaki dan kaos tangan bayi.

E : Ibu mengeti dan mau melakukannya.

Pukul 20.27 WITA

P: Memberi HE dan mengajarkan pada ibu cara merawat tali

pusat, yaitu dengan tidak membubuhi apapun pada tali pusat,

tali pusat harus selalu dalam keadan kering dan terbungkus

dengan kain kassa yang telah disedakan.

E : Ibu mengeti dan mau melakukannya.


150

Pukul 20.30 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi tenaga

kesehatan apabila terdapat tanda – tanda bahaya pada bayi,

seperti :

1) Pemberian ASI sulit, isapan bayi lemah.

2) Kesulitan bernapas, yaitu cepat dan lebih dari 60

x/menit.

3) Letargi atau bayi tidur terus.

4) Warna kulit yang abnormal yaitu biru atau kuning.

5) Hipertermia atau hipotermia (panas atau kedinginan).

6) Tidak BAB selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah-

muntah, perut kembung.

7) Mata bengkak dan mengeluarkan cairan

E: Ibu mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan

serta mau mengikuti semua anjuran yang diberikan.

Pukul 20.35 WITA

P: Mendiskusikan kunjungan berikutnya pada tangal 10 April

2017

E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.


151

CATATAN PERKEMBANGAN

Bayi Umur 6 Hari

Tanggal : 10 April 2017

Jam : 08.00 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny. S di Tegalrejo

1. Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, bayi menyusu

dengan baik dan sering, BAB dan BAK lancar, tali pusat belum lepas.

2. Data Objektif

Keadaan umum baik, bayi menangis kuat, gerakan aktif, kulit dan

bibir kemerahan. Berat badan 2900 gram. Pernapasan 44 x/menit.

Suhu 37 0C. Mata: tidak ada tanda infeksi, konjungtiva tidak pucat,

sklera tidak ikterus. Refleks hisap baik. Abdomen: tali pusat belum

lepas, bersih, kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

3. Analisa

Neonatus cukup bulan umur 6 hari dengan keadaan umum baik.

4. Penatalaksanaan

Pukul 08.10 WITA

P: Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Keadaan umum baik,

bayi menangis kuat, gerakan aktif, kulit dan bibir kemerahan.

Berat badan 2900 gram. Pernapasan 44 x/menit. Suhu 37 0C.

Tidak ada tanda – tanda infeksi tali pusat.

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.


152

Pukul 08.15 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya selama 5 – 15

menit untuk mencegah terjadinya ikterus atau bayi kuning.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya. Bayi telah dijemur pada

pukul 07.00 WITA.

Pukul 08.25 WITA

P: Melakukan serta mengajarkan pada ibu cara memandikan bayi

dan merawat tali pusat bayi

E: Bayi telah dimandikan, telah dipakaikan baju dan dibedong

serta tali pusat dirawat kering. Ibu sudah mengetahui cara

memandikan bayi.

Pukul 08. 35 WITA

P: Memeriksa tanda bahaya pada bayi seperti ikterus, berat badan

rendah dan masalah pemberian ASI

E: Tidak ditemukan tanda bahaya tersebut.

Pukul 08.40 WITA

P: Memotivasi ibu untuk terus memberikan ASI eksklusif selama

6 bulan dan pemberian ASI secara on demand (menyusui tanpa

jadwal).

E: Ibu terus memberikan ASI eksklusif dan terus menyusui

bayinya secara on demand.

Pukul 08.45 WITA

P: Menganjurkan dan mengajarkan ibu untuk menyendawakan


153

bayi terlebih dahulu selesai menyusui dan setelah itu bayi

dibaringkan.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 08. 50 WITA

P: Mendiskusikan kunjungan berikutnya 2 minggu kemudian.

E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang

CATATAN PERKEMBANGAN

Bayi Umur 3 Minggu 5 hari (26 hari)

Tanggal : 30 April 2017

Jam : 08.00 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny. S di Tegalrejo

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, BAB dan BAK

bayi baik , bayi menyusu dengan baik, ibu tetap memberikan ASI

pada bayinya dan ibu sudah bisa memandikan bayinya. Tali pusat

sudah lepas pada hari ke 7. Bayi telah diimunisasi BCG.

b. Data Objektif

Keadaan umum baik, gerakan aktif, kulit dan bibir kemerahan. Berat

badan 3300 gram. Pernapasan 44 x/menit. Suhu 36,6 0C. Mata: tidak

ada tanda infeksi, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.

Abdomen tidak kembung. Tali pusat sudah lepas pada hari ke 7.


154

c. Analisa

Neonatus cukup bulan umur 26 hari dengan keadaan umum baik.

d. Penatalaksanaan

Pukul 08.00 WITA

P: Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Keadaan umum baik,

gerakan aktif, kulit dan bibir kemerahan. Berat badan 3300

gram. Pernapasan 44 x/menit. Suhu 36,6 0C.

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

Pukul 08.05 WITA

P: Memastikan kebutuhan nutrisi bayi tercukupi

E: Kebutuhan bayi tercukupi dibuktikan dengan penambahan

berat badan.

Pukul 08.10 WITA

P: Memastikan apakah ibu sudah berani memandikan bayinya

setiap pagi dan mengelap bayinya pada sore hari

E: Ibu sudah berani memandikan bayinya setiap pagi dan

mengelap bayinya tiap sore.

Pukul 08.15 WITA

P: Memotivasi ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya

E: Ibu sudah melakukannya.


155

Pukul 08.17 WITA

P: Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama

6 bulan dan pemberian ASI secara on demand (menyusui tanpa

jadwal).

E: Ibu tetap memberikan ASI dan terus menyusui bayinya.

Pukul 08. 20 WITA

P: Memberitahukan kembali pada ibu untuk segera

menghubungi tenaga kesehatan apabila terdapat tanda –

tanda bahaya pada bayi, seperti :

1) Pemberian ASI sulit, isapan bayi lemah.

2) Kesulitan bernapas, yaitu cepat dan lebih dari 60

x/menit.

3) Letargi atau bayi tidur terus.

4) Warna kulit yang abnormal yaitu biru atau kuning.

5) Hipertermia atau hipotermia (panas atau kedinginan).

6) Tidak BAB selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah-

muntah, perut kembung.

7) Mata bengkak dan mengeluarkan cairan

E: Ibu mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan

serta mau mengikuti semua anjuran yang diberikan.

Pukul 08.25 WITA

P: Menjelaskan kembali pada ibu tentang imunisasi BCG, yaitu

imunisasi kedua yang diberikan pada bayi baru lahir (0 – 3


156

bulan) yang diberikan 1 kali dan manfaat dari imunisasi ini

adalah untuk mencegah penyakit TBC.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan ynag disampaikan.

Pukul 08.25 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk rutin membawa bayinya ke

posyandu.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 08. 30 WITA

P: Mendiskusikan kunjungan berikutnya pada tanggal 16 Mei

2017.

E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

CATATAN PERKEMBANGAN

Bayi Umur 6 Minggu (42 hari)

Tanggal : 16 Mei 2017

Jam : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny. S di Tegalrejo

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, BAB dan BAK

bayi baik , bayi menyusu dengan baik, ibu tetap memberikan ASI

pada bayinya.

b. Data Objektif

Keadaan umum baik, gerakan aktif, kulit dan bibir kemerahan. Berat
157

badan 3800 gram, PB 53 cm . Pernapasan 46 x/menit. Suhu 36,6 0C.

Mata: tidak ada tanda – tanda infeksi, konjungtiva tidak pucat, sklera

tidak ikterus. Abdomen tidak kembung. .

c. Analisa

Neonatus cukup bulan umur 42 hari dengan keadaan umum baik.

d. Penatalaksanaan

Pukul 16.00 WITA

P: Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Pernapasan 46 x/menit,

suhu 36,6 0C, BB 3800 gram, PB 53 cm

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

Pukul 16.05 WITA

P: Memotivasi ibu untuk terus menyusui bayi, memberikan ASI

eksklusif dan secara on demand, menjaga kehangatan tubuh

bayi, kebersihan diri bayi dan tanda – tanda infeksi pada

bayi.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 16.10 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk rutin membawa bayinya ke

posyandu.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 16.15 WITA

P: Memberitahu ibu untuk membuat akte kelahiran bayi.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.


158

5. Keluraga Berencana

Tanggal : 16 Mei 2017

Waktu : 16.00 WITA

Tempat : Poskesdes Tegalrejo

a. Data Subjektif

1) Keluhan utama : Ibu mengatakan keadaannya baik – baik saja.

2) Riwayat Pernikahan

Ibu mengatakan ini pernikahan yang pertama, menikah pada umur

26 tahun, dengan usia pernikahan sekarang sekarang  10 bulan.

3) Riwayat Menstruasi

Ibu menarche 15 tahun dengan siklus ± 28 – 30 hari, secara teratur,

lamnya 6 – 7 hari, sifat darah encer, bau khas darah, warna merah

segar ibu tidak merasakan dismenorhea, banyaknya 2 – 3 kali ganti

pembalut, Hari Pertama Haid Terakhir: 7 Juli 2016, Tafsiran

Persalinan: 14 April 2017.

4) Riwayat Obstetri

Ibu memiliki 1 orang anak yang lahir hidup dengan jenis kelamin

laki – laki, jumlah anak yang meninggal tidak ada. Persalinan

terakhir pada tanggal 04 April 2017 jenis persalinan normal, tidak

ada komplikasi apapun, keadaan nifas terakhir baik.

5) Riwayat Keluarga Berencana

Ibu belum pernah menggunakan KB apapun.


159

6) Riwayat Penyakit yang lalu dan sekarang

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit DM, Asma, TB,

Ginjal, Jantung dna Maag.

7) Ekstremitas

Tidak ada edema dan tidak ada varises.

8) Pola Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pola nutrisi : Ferkuensi makan 2 – 3 kali dalam sehari dengan nasi,

sayur, lauk – pauk, dan porsi makan 1 piring tiap kali makan

(sesuai dengan porsi makan ibu), jumlah minum sehari 8 – 10 gelas

yaitu air putih, susu dan kadang – kadang teh.

Pola Eliminasi : Ferukuensi BAK ± 6 – 7 kali sehari, bau khas urin,

warna jernih kekuningan, dan konsistensi cair. Frekuensi BAB 1 –

2 kali sehari, berbau khas tinja, warna kuning kecoklatan, dan

konsistensi lunak.

Pola aktivitas

Kegiatan sehari-hari dilakukan sendiri seperti memasak, mencuci

pakaian, merawat anak dan membersihkan rumah.

Personal Hygiene

Kebiasaan mandi 2 kali/hari, membersihkan alat kelamin saat

selesai BAB dan BAK, mengganti pakaian dalam saat terasa

lembab dan jenis pakaian dalam yang digunakan berbahan katun.


160

9) Keadaan psiko sosial spiritual

Pemakaian alat kontrasepsi ini merupakan kemauan sendiri dan

disetujui oleh suami.

b. Data Objektif

1) Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, keadaan emosional

stabil. Tanda – tanda Vital: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 82

x/menit, pernapasan 20 x/menit, suhu 36,7 0C. BB 53 kg.

2) PemeriksaanSistematis

a) Kepala dan leher

Tidak terdapat edema pada wajah, mata terlihat simetris kanan

kiri, konjungtivatidak pucat dna sklera tiak ikterus, mulut

bersih tidak ada stomatitis dan karies pada gigi, pada

pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan

tidak ada pembesaran kelenjer limfe.

b) Dada dan Axilla

Payudara membesar, tidak ada nyeri tekan, keadaan puting

susu baik tidak ada lecet, ada pengeluaran ASI.

c) Abdomen

Tidak ada bekas operasi, pada pemeriksaan palpasi tidak ada

nyeri tekan.

2) Genitalia

Tidak ada perdarahan Tidak Fluor albus, tidak ada luka, tidak

varises, tidak ada Kandiloma, tidak nyeri tekan, tidak hemoroid


161

Ispekulo (portio) : Tidak ada luka , tidak ada erosi dan tidak ada

tanda – tanda radang.

Periksa dalam : Keadaan vagina bersih, tidak edema, tidak ada yeri

tekan /goyang, vulva tidak varises.

3) Tungkai

Tidak ada varises pada tungkai

4) Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan IVA.


c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun PI A0 dengan calon akseptor KB.

d. Penatalaksanaan

Pukul 16.00 WITA

P: Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Tanda – tanda Vital:

tekanan darah 120/80 mmHg, nadi, 82 x/menit, pernapasan

20 x/menit, suhu 36,7 0C. BB 53 kg.

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

Pukul 16.10 WITA

P: Menjelaskan macam- macam alat kontrasepsi, keuntungan

dan kerugian dari masing – masing alat kontrasepsi, efek

samping dari masing – masing alat kontrasepsi.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang disampaikan.

Pukul 16.20 WITA

P: Memberikan pilihan metode KB yang akan digunakan ibu .

E: Ibu mengatakan ingin menggunakan KB Alat Kontrasepsi


162

Dalam Rahim (AKDR).

Pukul 16.25 WITA

P: Menanyakan dan memastikan bahwa KB yang akan

digunakan adalah KB AKDR.

E: Ibu mengatakan ingin menggunakan KB AKDR.

Pukul 16.27 WITA

P: Menjelaskan pada ibu bahwa sebelum dilakukannya

pemasangan AKDR akan dilakukan pemeriksaan IVA

(Inspeksi Visual Asam Asetat) yang bertujuan untuk

mendeteksi secara dini ada atau tidaknya kanker serviks,

yaitu dengan mengoleskan asam asetat atau asam cuka ke

mulut rahim ibu dan dalam waktu 1 menit hasilnya akan

segera diketahui dengan melihat tipe – tipe kanker.

E: Ibu mengatakan bersedia dilakukan pemeriksaan IVA

Pukul 16.35 WITA

P: Mempersiapkan ibu dan peralatan pemeriksaan IVA dan

pemasangan AKDR.

E: Ibu dan semua alat telah siap

Pukul 16.45 WITA

P: Melakukan tindakan aseptik dan pencegahan infeksi sebelum

dilakukan pemeriksaan IVA dan pemasangan AKDR.

E: Tindakan aseptik dan pencegahan infeksi telah dilakukan.


163

Pukul 16.50 WITA

P: Melakukan pemeriksaan IVA sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan.

E: Hasil dari pemeriksaan IVA negatif, menunjukkan bahwa

ibu tidak menderita kanker serviks.

Pukul 16.55 WITA

P: Melanjutkan pemasangan AKDR sesuai dengan prosedur

yang telah ditetapkan

E: AKDR telah selesai dipasang

Pukul 17.00 WITA

P: Melakukan pendekatan dan meyakinkan ibu bahwa alat

kontrasepsi ini aman bagi ibu, suami dan bayi. Karena tidak

menggangu pengeluaran ASI, tidak menganggu kenyamanan

hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, dapat

digunakan jangka panjang (6 – 8 tahun) dan tidak perlu

mengingat – ingat jadwal ber-KB.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan sudah

merasa sedikit agak tenang dengan penjelsan yang diberikan

tadi.

Pukul 17.10 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk datang ke fasilitas kesehatan apabila

ada keluhan dengan alat kontrasepsi, misalnya nyeri perut,

ketidaknyamanan akibat benang IUD, perdarahan dan keluar


164

cairan pervaginam.

E: Ibu mengerti dan mau melakukannya.

Pukul 17.15 WITA

P: Mendiskusikan kunjungan berikutnya 1 minggu kemudian.

E: Ibu bersedia untuk kunjungan ulang.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 23 Mei 2017

Waktu : 16.00 WITA

Tempat : Rumah Klien Ny. S di Tegalrejo

a. Data Subjektif

Ibu mengatakan keadaannya dan bayinya baik – baik saja, tidak ada rasa

nyeri pada perut hanya saja pada hari – hari pertama pasca pemasangan

AKDR ibu merasa takut kalau nanti AKDR yang dipasang akan lepas dan

akan membahayakan alat genitalianya. Ibu mengatakan masih terus

menyusui bayinya.

b. Data Objektif

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis. Tanda – tanda Vital: TD

120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 36,7 0C.

AKDR terpasang dengan baik. Tidak ada tanda – tanda infeksi maupun

penyulit pada ibu dan bayinya.

c. Analisa

Ny. S umur 27 tahun PIA0 degan akseptor KB baru.


165

d. Penatalaksanaan

Pukul 16. 00 WITA

P: Memberitahu ibu hasil pemeriksaan. Keadaan umum baik, Tanda –

tanda Vital: TD 120/80 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan 24

x/menit, suhu 36,7 0C. AKDR terpasang dengan baik. Tidak ada

tanda – tanda infeksi maupun penyulit pada ibu dan bayinya.

E: Ibu mengetahui hasil pemeriksaan.

Pukul 16.05 WITA

P: Menjelaskan pada ibu bahwa AKDR nya terpasang dengan baik

dan selama ibu merasa nyaman selama itu juga AKDR tidak

terlepas dari serviks.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan namun masih takut

dengan AKDR nya.

Pukul 16.10 WITA

P: Melakukan pendekatan dan meyakinkan ibu bahwa alat kontrasepsi

ini aman bagi ibu, suami dan bayi. Karena tidak menggangu

pengeluaran ASI, tidak menganggu kenyamanan hubungan seksual

karena tidak perlu takut untuk hamil, dapat digunakan jangka

panjang (6 – 8 tahun) dan tidak perlu mengingat – ingat jadwal ber-

KB.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan sudah merasa

sedikit agak tenang dengan penjelsan yang diberikan tadi.


166

Pukul 16. 15 WITA

P: Menganjurkan ibu untuk periksa ke bidan apabila ada keluhan atau

ketidaknyamanan yang ibu rasakan.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

Pukul 16.20 WITA

P: Memotivasi ibu untuk tetap memperhatikan keadaannya dan

bayinya, misalnya makanan yang dikonsumsinya, istirahat,

kebersihan dirinya dan bayinya dan untuk terus memberikan ASI

eksklusif pada bayi.

E: Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

Pukul 16.25 WITA

P: Memberi konseling pada ibu tentang kebutuhann seksual pasca

persalinan. Hubungan seksual sudah bisa dilakukan apabila darah

merah sudah berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke

dalam vaginanya tanpa nyeri.

E: Ibu mengerti dan akan mendiskusikan masalah ini bersama suami.

Pukul 16.35 WITA

P: Memeriksa keadaan AKDR untuk memastikan AKDR terpasang

dengan baik dan benang AKDR tidak keluar dari mulut rahim

(pemeriksaan ini dilakukan di poskesdes Tegalrejo)

E: AKDR terpasang dengan baik dan benang AKDR tidak keluar dari

mult rahim
167

B. PEMBAHASAN

Penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. S yang dimulai sejak

tanggal 07 Maret 2017 sampai dengan 23 Mei 2017, mulai dari kehamilan,

persalinan, masa nifas, bayi baru lahir sampai keluarga berencana (KB). Ada

beberapa hal yang penulis uraikan pada bab pembahasan ini, dimana penulis

akan membahas kesenjangan dan kesesuaian antara teori dan penatalaksanaan

dari kasus yang ada.

1. Kehamilan

Penulis melakukan kunjungan pertama pada ibu di Poskesdes

Tegalrejo pada tanggal 07 Maret 2017 pukul 16.00 WITA. Penulis

melakukan pengkajian awal dengan cara menganamnese ibu selanjutnya

melakukan pemeriksaan fisik, yaitu mulai dari inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi. Dari hasil pengumpulan data dan pemeriksaan,

penulis dapat menentukan analisa dan selanjutnya dilakukan

penatalaksanaan sesuai dengan yang dibutuhkan ibu. Tujuan

dilakukannya kunjungan ini adalah untuk mengumpulkan informasi,

diantaranya biodata ibu, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang

lalu, pemenuhan kebutuhan fisik ibu selama hamil, serta riwayat

kesehatan ibu agar dapat secara dini mendeteksi komplikasi – komplikasi

yang mungkin terjadi selama kehamilan sehingga dapat memberikan

dampak positif bagi kesehatan bagi ibu dan bayi. Hal ini sesuai dengan

tujuan ANC, yaitu untuk memantau kemajuan kehamilan, meningkatkan

dan mempertahankan kesehatan ibu, mengenali secara dini adanya


168

komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, mempersiapkan

persalinan dan nifas dengan selamat, serta mempersiapkan peran ibu dan

keluarga dalam menerima kelahiran bayi (Megasari, dkk, 2015).

Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data Ny. S

umur 27 tahun, beragama Islam, suku Jawa, pendidikan terakhir S1,

bekerja sebagai wiraswasta, beralamat di Kelurahan Tegalrejo Rt. 004

dan nama Suami adalah Tn. B, Umur 28 tahun, beragama Islam, suku

Jawa, pendidikan terakhir D III, bekerja sebagai wirausaha dan beralamat

di Kelurahan Tegalrejo Rt. 004. Nomor register 000816.

Ibu menikah 1 kali diumur 26 tahun dan dengan suami sekarang

sudah 10 bulan. Ibu menstruasi pertama umur 15 tahun dengan siklus

28 – 30 hari, secara teratur, lamanya 6 – 7 hari, sifat darah encer, bau

khas darah, warna merah segar, ibu tidak merasakan Dismenorhea,

banyaknya 2 – 3 kali ganti pembalut. Hari Pertama Haid Terakhir

(HPHT) ibu tanggal 07 Juli 2016. Jika dihitung dari HPHT dan tanggal

kunjungan, penulis menentukan Tafsiran Persalinan (TP) tanggal 14

April 2017 dan usia kehamilan ibu adalah 34 minggu 5 yang berarti ini

sudah memasuki kehamilan trimester III. Tafsiran persalinan ibu

ditentukan penulis dengan menggunakan rumus Neagle dan hal ini sudah

sejalan dengan teori menurut (Rukiah, dkk, 2013) yang menyatakan

bahwa rumus yang direkomendasikan dari Neagle adalah tanggal HPHT

ditambahkan 7, bulan HPHT dikurangi 3 atau ditambah 9 dan tahun

HPHT ditambah 1 atau tetap. Penulis menentukan usia kehamilan


169

berdasarkan Perhitungan yang penulis gunakan adalah. Kehamilan dibagi

menjadi 3 trimester, yaitu trimester I (mulai dari konsepsi sampai 12

minggu), trimester II ( 12 minggu sampai 28 minggu) dan trimester III

(mulai dari 28 minggu sampai 40 minggu) ( Prawirohardjo, 2009).

Kehamilan ini merupakan kehamilan pertama ibu dan ibu sudah

melakukan pemeriksaan ANC sejak umur kehamilan 3 bulan atau 12

minggu di Poskesdes dan Posyandu sebanyak 6 kali ( 1 kali pada

trimester I, 3 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III).

Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan ibu sudah sesuai dengan jadwal

kunjungan ANC yang dilakukan minimal 4 laki selama kehamilan, yaitu

1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester

III (Rukiah, dkk, 2013). Pergerakan janin yang dirasakan ibu mulai usia

kehamilan 4 bulan atau 16 minggu dan dalam 24 jam dapat dirasakan

>10 kali. Secara teori, gerakan janin mulai dirasakan ibu hamil pada

kehamilan akhir bulan ke empat, apabila gerakan janin belum muncul

pada usia kehamilan ini, gerakan yang semakin berkurang atau tidak ada

gerakan maka ibu hamil harus waspada (Nurjasmi, dkk, 2016). Teori

pergerakan janin

Selama hamil ibu makan 3 kali dalam sehari dengan porsi makan 1

piring tiap makan (sesuai porsi makan ibu) dan menunya nasi, lauk –

pauk dan sayuran. Ibu minum 10 – 12 gelas dalam sehari dengan jenis

minuman air putih dan susu ibu hamil. Dalam sehari ibu BAB sebanyak 2

kali dan BAK sebanyak 12 – 14 kali. Ibu tidur siang 2 jam (pukul 13.00
170

– 14.00 WITA) dan tidur malam 8 jam (pukul 21.00 – 05.00 WITA).

Ibu selalu menjaga kebersihan dirinya dengan mandi 2 kali sehari,

membersihkan genitalia tiap selesai buang air dan mengganti pakaian tiap

kali basah serta mengunakan pakaian dalam yang longgar dan berbahan

katun.

Selama hamil ibu sudah melakukan imunisasi TT sebanyak 2 kali,

yakni TT 1 tanggal 13 Desember 2016 dan TT 2 tanggal 13 Januari 2017.

Berdasarkan teori yang dikemukakan (Sari, dkk, 2015) status imunisasi

TT ibu hamil dilakukan sebnyak 5 kali dimanan TT1 dilakukan selama

kunjungan antenatal, TT 2 dilakukan 4 minggu setelah TT 1, TT 3

dilakukan 6 bulan setelah TT 2, TT 4 dilakukan 1 tahun setelah TT 3 dan

TT 5 dilakukan 1 tahun setelah TT 4.

Pada kunjungan ini ibu mengeluh sering kencing terutama pada

malam hari, hal ini didukung dengan pola minum ibu dalam sehari yang

lebih banyak dari yang dibutuhkan dan karena pengaruh uterus ibu yang

semakin membesar. Menurut (Kemenkes RI, 20216) Pemenuhan

kebutuhan minum ibu hamil adalah 10 gelas perhari. Secara teori, ibu

yang memasuki trimester III dan mengeluh sering kencing masih

dikatakan fisilogis karena keluhan sering berkemih disebabkan oleh

tertekannya kandung kemih oleh uterus yang semakin membesar dan

menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang serta frekuensi

berkemih meningkat (Rukiah, dkk, 2013).


171

Setelah dilakukan anamnese, penulis melanjutkan pengkajian

dengan melakukan pemeriksaan fisik secara head to toe. Pada saat

pemeriksaan, tanda – tanda vital ibu dalam batas normal, yaitu tekanan

darah (TD) 110/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 37 0C dan pernapasan

24 x/menit. Menurut (Mangkuji, dkk, 20112) tanda – tanda vital

dikatakan normal apabila tekanan darah (sistolik: 100 – 140 mmHg dan

diastolik: 60-90 mmHg), nadi (55 – 90 x/menit), respirasi (16 –

20x/menit) dan suhu (36 – 37 0C)

Tinggi badan ibu 152 cm, berat badan ibu sebelum hamil 48 kg,

berat badan sekarang 57 kg dan LILA ibu 26 cm. Berdasarkan hasil

pemeriksaan tersebut, dapat dikatakan bahwa hal tersebut normal, apabila

tinggi badan >145 cm, kenaikan berat badan 9 kg dan LILA >23,5 cm

(Kemenkes RI, 2016).

Pada saat pemeriksaan kepala, leher dan payudara, penulis tidak

menemukan adanya kelainan dan hasil yang didapat adalah kepala ibu

bersih, tidak ada ketombe dan tidak ada nyeri tekan, wajah ibu tidak

edema dan tidak ada cloasma gravidarum, sklera ibu tidak ikterus dan

konjungtiva tidak pucat, mulut ibu bersih, tidak ada stomatitis dan tidak

ada karies, leher ibu tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar

limfe, bentuk payudara ibu simetris, membesar, bersih, areola mammae

berwarna coklat kehitaman, puting susu menonjol dan belum ada

pengeluaran kolostrum. Hal ini secara teori dapat terjadi karena

perubahan saat kehamilan pada payudara akan terbentuk lemak,


172

meningkatnya hormon somatomammotropin, estrogen dan progesteron

sehingga mammae menjadi lebih besar dan tegang. Seluruh areola

mammae juga akan nampak lebih hitam karena hiperpigmentasi (Rukiah,

dkk, 2013).

Pada pemeriksaan abdomen, ditemukan adanya striae gravidarum,

hal ini merupakan hal yang normal karena disebabkan oleh regangan

pada perut ibu hamil. secara teori, striae gravidarum yang sering disebut

strech marrcks atau bekas –bekas regangan pada kehamilan dapat terlihat

pada bagian perut. Bekas – bekas tesebut pada awalnya berwarna merah

tetapi kemudian warna ini berkurang dan berubah menjadi warna perak

setelah melahirkan (Rukiah, dkk, 2013). Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan palpasi dan hasilnya adalah Leopold I : teraba 2 jari di atas

pusat (TFU : 26 cm), Leopold II : sebelah kanan teraba bagian punggung

janin dan sebelah kiri teraba bagian terkecil janin, Leopold III : teraba

presentasi kepala, Leopold IV: sudah masuk Pintu Atas Panggul (PAP).

Pada pemeriksaan Leopold ini ditemukan adanya ketidaksesuaian TFU

dengan umur kehamilan karena pada umur kehamilan 34 minggu 5 hari

TFU ibu hanya 26 cm yang seharusnya pada umur kehamilan ini TFU

ibu 35 cm. Menurut Mc. Donald, TFU (cm) yang normal harus sama

dengan umur kehamilan yang ditentukan berdasarkan HPHT namun jika

hasil pengukuran berbeda 1 – 2 cm masih dapat ditoleransi, tapi jika

deviasi lebih kecil 2 cm dari umur kehamilan, kemungkinan ada

gangguan pertumbuhan janin, sedangkan bila deviasi lebih besar 2 cm


173

dari umur kehamilan kemungkinan terjadi bayi kembar, polihidramnion

atau bayi besar (Megasari, dkk: 2015). Dari hasil pengukuran TFU

tersebut dapat ditentukan Tafsiran Berat Janin (TBJ) dan TBJ yang

didapatkan adalah 2325 gram. Untuk menetukan TBJ ini penulis

menggunakan rumus johnson – Tossecc yaitu TFU (cm) – 11 (bila kepala

sudah masuk PAP) x 155 dan TFU (cm) – 12 (bila kepala belum masuk

PAP) x 155 (Rukiah, dkk, 2013). Pada umur kehamilan 34 minggu 5 hari

kepala janin sudah memasuki PAP, ini artinya terjadi ketidaksesuaian

dengan teori menurut (Muslihatun) yang menyatakan bahwa masuknya

kepala di PAP bagi ibu primipara tanpa komplikasi terjadi pada minggu

ke 36 . Setelah dipalpsai, penulis melakukan pemeriksaan auskultasi,

yaitu mendengarkan Denyut Jantung Janin (DJJ) dengan menggunakan

Lenek dan dipastikan lagi dengan menggunakan Dopler, dan hasilnya

DJJ dalam batas normal, yaitu 140 x/menit. Menurut (Kemenkes RI,

2016) DJJ normal yaitu tidak kurang dari 120x/menit dan tidak lebih dari

160x/menit, apabila hal tersebut terjadi berarti ada indikasi gawat janin

dan pasien harus segera dirujuk.

Setelah pemeriksaan abdomen, dilakukan pemeriksaan pada

ekstremitas ibu dan hasilnya tidak ada edema, kuku bersih dan tidak

pucat, refleks patella kaki kiri dan kanan baik (+/+). Untuk pemeriksaan

genitalia luar dan anus penulis tidak memeriksanya.

Setelah menganamnese dan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu,

penulis memberikan Healt Education (HE) atau pendidikan kesehatan


174

sesuai dengan kebutuhan ibu. Untuk mengatasi keluhan ibu yang sering

kencing pada malam hari, penulis menjelaskan bahwa hal ini disebabkan

oleh rahim yang semakin membesar sehingga mengakibatkan kandung

kemih tertekan dan telah diberi anjuran untuk tidak minum 2 jam

sebelum tidur malam dan mengurangi aktivitas pada malam hari. Dengan

anjuran tersebut, masalah sudah teratasi dimana pada kunjungan kedua

ibu sudah tidak sering kencing di malam hari lagi. Menurut teori yang

yang dikemukakan oleh (Irianti,dkk: 2014) bahwa dalam menangani

keluhan ini ibu dianjurkan untuk mengurangi asupan cairan 2 jam

sebelum tidur dan mengurangi aktivitas pada malam hari.

Sering kencing yang dialami ibu menyebebkan vagina ibu lembab

sehingga penulis memberi HE untuk selalu menjaga kebersihan daerah

kewanitaannya salah satunya dengan sering mengganti pakaian dalam

ketika basah dan saat cebok membasuh daerah kewanitaan dari depan ke

belakang untuk menghindari kuman dari anus berpindah ke vagina.

Anjuran ini sudah sesuai dengan teori menurut (Rukiah, dkk, 2013) yang

menjelaskan bahwa ibu hamil perlu memperhatikan kebersihan alat

genitalia dengan cara menggunakan celana dalam berbahan katun, tidak

menggunakan celana ketat dan membasuh genitalia dari arah depan ke

belakang.

Selain HE tersebut penulis juga memberikan HE untuk pemenuhan

nutrisi ibu, seperti memotivasi ibu utuk tetap minum tablet Fe dan
175

vitamin (Promavit), minum susu, perbanyak makan buah dan sayur.

Teori dari HE tersebut

Penjelasan tentang ketidaknyaman yang biasa terjadi pada trimester

III, tanda bahaya kehamilan dan tanda – tanda persalinan juga penulis

berikan pada ibu karena ibu perlu mengetahui hal – hal tersebut

khususnya pada trimester III agar ibu dapat waspada dan dengan cepat

menghubungi petugas kesehatan jila terdapat salah satu dari tanda

tersebut.

2 minggu setelah kunjungan pertama, penulis melakukan

kunjungan ulang, yakni pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 16.00 WITA.

Pada kunjungan kedua ini, ibu mengatakan sakit punggung dan susah

tidur pada malam hari karena bayinya sering menendang – nendang.

Sakit punggung yang dialami ibu merupakan salah satu ketidaknyamanan

yang dialami ibu hamil karena menurut (Rukiah,dkk: 2013) bahwa nyeri

punggung yang dialamai ibu hamil disebabkan oleh progesteron dan

relaksin yang melunakkan jaringan ikat dan postur tubuh yang berubah

serta meningkatnya beban berat yang dibawa dalam rahim. Selain itu,

susah tidur karena gerakan janin yang aktif juga merupakan hal yang

wajar bagi ibu hamil menurut (Irianti,dkk: 2014) yang mengemukakan

bahwa wanita hamil yang mengalami insomnia disebabkan

ketidaknyamanan akibat uetrus yang membesar dan pergerakan janin

terutama jika janin aktif.


176

Pemeriksaan yang dilakukan penulis adalah pemeriksaan TTV,

palpasi, auskultasi DJJ, pengukuran berat badan dan pemeriksaan

Hemoglobin (Hb). Pemeriksaan TTV ibu dalam batas normal, yakni TD

110/80 mmHg, nadi 82x/menit, pernapasan 22 x/menit dan suhu 36,6 0C.

Berat badan 57,5 kg yang artinya naik 0,5 kg dari kunjungan

sebelumnya. Kenaikan berat badan ini masih dikatakan normal karena

secara teori, pada trimester III terjadi penambahan berat badan 0,3 kg –

0,5 kg dalam seminggu (Sari, dkk, 2015). Hasil palapasi yang didapatkan

adalah Leopold I: teraba 3 jari di atas pusat (TFU: 28 cm), Leopold II:

sebelah kanan teraba bagian punggung janin dan sebelah kiri teraba

bagian terkecil janin, Leopold III: teraba Presentasi Kepala, Leopold IV:

sudah masuk PAP, TBJ: 2635 gram. Ini menandakan bahwa terjadi

peningkatan TFU 2 cm dan TBJ 310 gram. Auskultasi DJJ 138 x/menit

dan ini masih dalam batas normal. Saat pemeriksaan Hb didapatkan hasil

Hb 11,5 gr/dl dan ini menandakan bahwa ibu tidak anemia karena

menurut (Megasari, dkk, 2015) kadar Hb dibagi menjadi 4 golongan,

yaitu Hb normal (Hb 11 gr/dl), anemia ringan (Hb 9 – 10 gr/dl), anemia

sedang (Hb 7- 8 gr/dl) dan anemia berat (Hb >7 gr/dl).

Setelah dilakukan anamnese dan pemeriksaan, penulis memberikan

beberapa HE sesuai dengan keluhan dan kebutuhan ibu. Untuk mengatasi

keluhan sakit punggung penulis memberi anjuran untuk menghindari

mengangkat benda yang berat, jangan terlalu sering membungkuk dan

menggunakan sepatu bertumit rendah agar postur tubuh seimbang dan


177

mengurangi sakit punggung serta mengurangi aktivitas berat agar tidur

ibu tidak terganggu. Menurut teori, cara mengatasi keluhan ini adalah

jangan terlalu sering membungkuk, menggunakan sepatu bertumit rendah

dan menghindari aktivitas yang berat (Rukiah,dkk: 2013). Untuk

mengatasi keluhan susah tidur, penulis memberi anjuran untuk banyak

istirahat dan mengurangi aktivitas berat terutama pada malam hari agar

tidur malam ibu tidak tergangggu. Anjuran ini sesuai dengan teori

menurut (Irianti, dkk, 2014) yang menyatakan bahwa keluhan susah tidur

dapat ditangani dengan tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan

stimulus sebelum tidur.

Selain HE tersebut, penulis juga memberi HE tentang persiapan ibu

dan keluarga dalam menghadapi persalinan yang bersih dan aman,

pesiapan perlengkapan bayi, tanda – tanda persalinan dan tanda bahaya

kehamilan. Penjelasan – penjelasan tersebut perlu diketahui ibu karena

mengingat umur kehamilan ibu yang sudah mendekati tanggal persalinan.

dalam teori (Nurjasmi, dkk, 2016) dijelaskan bahwa dalam pelayanan

antenatal bidan harus menjelaskan tenatang persiapan persalinan yang

aman dan bersih diantaranya penolong persalinan, tempat bersalin,

pendamping dalam persalinan, jelaskan tanda pesalinan dna tanda bahaya

persalinan dan perlengkapan bayi agar meminimalkan terjadinya

komplikasi – komplikasi yang mungkin terjadi.

Selama kunjungan kehamilan, penulis sudah melakukan asuhan

standar pelayanan minmal “10 T” yaitu timbang berat badan dan ukur
178

tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan

atas), ukur tinggi fundus uteri, menentukan presentasi janin dan denyut

jantung janin, skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi

tetanus toxoid (TT) bila diperlukan, beri tablet tambah darah (tablet besi),

pemeriksaan laboratorium (rutin dan khusus), tatalaksana kasus, temu

wicara. Namun untuk pemeriksaan laboratorium, penulis tidak

melakukan semua pemeriksaan karena beberapa alasyang artinya hal ini

menimbulkan ketidaksesuaian atau kesenjangan antara teori dan praktik

karena menurut . (Nurjasmi,dkk: 2016) pemeriksaan laboratorium yang

dilakukan adalah pemeriksaan golongan darah, Hb, protein urin, kadar

gula darah, tes malaria, HIV, sifilis dan BTA. Untuk pemeriksaan

golongan penulis tidak melakukannya karena ibu sudah mengetahui

golongan darahnya dan untuk tes malaria, HIV, sifilis, protein urin,

kadar gula darah dan BTA atau tes TBC tidak dilakukan karena tidak

ada indikasi yang mengarah pada keluhan ataupun tanda gelaja penyakit

tesebut.

2. Persalinan

Ibu bersalin pada tanggal 04 April 2017, jika dihitung dari HPHT

ibu, tanggal persalinan ibu seharusnya 14 April 2017. Hal ini

menunjukkan bahwa tanggal persalinan ibu mengalami kemajuan 10

hari, namun ini bukan merupakan suatu kelainan karena menurut (Sari,

dkk, 2015) yang menyatakan bahwa kehamilan dengan usia 37 – 42


179

minggu dengan tafsiran persalinan yang tidak sesuai merupakan hal yang

normal.

Pada tanggal 04 April 2017 pukul 03.00 WITA ibu megeluh sakit

perut tembus belakang namun tidak disertai pengeluaran lendir, darah

dan air. Pada pukul 11.00 WITA ibu diantar oleh suami dan keluarga ke

poskesdes karena ibu merasa perutnya sudah semakin sakit dan sudah

ada sedikit pengeluaran lendir. Pergerakan janin masih dirasakannya

dalam 24 jam terakhir. Makan dan minum terakhir pukul 09.00 WITA,

dengan jenis nasi, sayur, lauk – pauk, air putih dan susu. BAB terakhir

pukul 05.00 WITA dan BAK terakhir pukul 10.00 WITA. Istirahat

dalam 24 jam terakhir adalah tidur siang  1 – 2 jam (pukul 13.00 –

14.00 WITA) dan tidur malam  6 jam (pukul 21.00 – 03.00 WITA).

Saat tiba di poskesdes penulis melakukan pemeriksaan tanda –

tanda vital, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan dalam. Tanda – tanda

vital ibu dalam batas normal, yaitu TD 110/ 80 mmHg, nadi 84 x/menit,

suhu 37 0C, pernapasan 24 x/menit. Pemeriksaan fisik dilakukan secara

head to toe. Kepala nampak bersih, tidak ada ketombe, tidak ada nyeri

tekan. Kelopak mata tidak edema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak

ikterus. Wajah tidak edema, tidak ada cloasma gravidarum. Hidung

bersih, tidak ada polip. Mulut bersih, tidak ada stomatitis dan tidak ada

karies. Leher tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan kelenjar limfe.

Payudara bersih, puting susu menonjol, bentuk simetris, tidak ada

benjolan, sudah ada pengeluaran kolostrum, tidak ada nyeri tekan, areola
180

mamma berwarna coklat kehitaman. Punggung dan pinggang tegak,

posisi tulang belakang lordosis, tidak ada nyeri ketuk. Ekstremitas atas

dan bawah tidak ada edema, tidak ada kekakuan sendi dan otot, tidak

kemerahan, tidak ada varises, refleks baik, kuku bersih, tidak pucat dan

tidak panjang. Tidak ada bekas operasi di abdomen, ada striae

gravidarum dan kandung kemih kosong. Pada pemeriksaan kebidanan

didapatkan hasil palpasi uterus: tinggi fundus uteri pertengahan pusat –

px (30 cm). Kontraksi baik. Letak janin memanjang, presentasi kepala,

penurunan kepala 2/5, pergerakan janin aktif, taksiran berat janin 2945

gram. Frekuensi DJJ 146 x/menit, teratur dan punctum maksimum berada

di bawah pusat sebelah kanan. Pada perineum tidak ada luka parut. Vulva

tidak kebiruan, tidak ada fistula, tidak ada luka dan tidak varises. Ada

pengeluaran lendir namun belum ada pengeluaran darah dan air. Anus

tidak hemoroid. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan dalam dan hasilnya

dinding vagina tipis, konsistensi portio lunak tipis, pembukaan 8 cm,

ketuban masih utuh, presentasi kepala, kepala sudah masuk PAP,

penurunan kepala 2/5 dan posisi janin memanjang. Selanjutnya

dilakukan observasi dan hasilnya terlampir dalam lembar observasi dan

partograf, dari hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi kemajuan

persalinan dan partograf tidak melewati garis waspada.

Dari hasil pemeriksaan di atas, dapat diketahui bahwa ibu sudah

memasuki persalinan kala I karena ditandai dengan adanya kontraksi,

keluarnya lendir dan pembukaan servik (8 cm), hal ini sejalan dengan
181

teori yang dikemukakan (Walyani dan Endang, 2015) bahwa ibu yang

memasuki persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, keluarnya

lendir bercampur darah, keluarnya air – air (ketuban) dan pembukaan

serviks serta tanda kala I atau kala pembukaan adalah membukanya

serviks sampai menjadi lengkap (10 cm).

Bagi sebagian ibu pada saat memasuki proses persalinan akan

muncul perasaan takut, khawatir ataupun cemas khususnya pada ibu

primipara sehingga penulis memberi asuhan sayang ibu seperti

memberitahu hasil pemeriksaan, memberi dukungan pada ibu dengan

mendengarkan dan menanggapi kekhawatiran ibu, memegang tangan ibu,

membantu mengurangi rasa nyeri punggung dengan mengusap – usap

bagian punggung ibu, membirakan ibu memilih pendamping persalinan,

mengajarkan teknik relaksasi dan mengedan, menganjurkan ibu tidur

posisi miring kiri serta menganjurkan ibu untuk makan dan minum agar

ibu mempunyai tenaga pada saat proses persalinan. Asuhan yang

dilakukan penulis sudah sejalan dengan kebutuhan ibu kala I menurut

(Indrayani, dkk, 2013) yaitu pemenuhan kebutuhan nutrisi dan

keseimbangan cairan, kebersihan diri dan kenyamanan, kontak fisik,

pijatan, memberikan informasi, mengurangi kecemasan, keikutsertaan

dalam perencanaan serta menghadirkan pendamping persalinan.

Dalam melakukan asuhan persalinan perlu juga diterapkan

persalinan dengan pencegahan infeksi yang bertujuan untuk

meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme dan


182

menurunkan risiko penularan penyakit seperti HIV/AIDS. Tindakan

pencegahan infeksi yang harusnya dilakukan adalah melakukan cuci

tangan, mengenakan alat pelindung diri (topi, kaca mata, masker,

celemek, sarung tangan, dan sepatu pelindung/boot), pemrosesan alat

(dekontaminasi, pembersihan dan sterilisasi/DTT), pengelolaan limbah

atau sampah yeng terkontaminasi secara benar dan tepat, serta

pencegahan luka tusukan jarum dan benda tajam lainnya (Nurjasmi, dkk:

2016). Dalam kasus ini, penggunaan alat pelindung diri belum sesuai

dengan standar, karena penulis hanya mengunakan topi, masker,

celemek, sarung tangan dan sendal yang menutupi sebagian kaki namun

untuk tindakan pencegahan infeksi lainnya sudah sesuai dengan teori

yang ada.

2 jam kemudian tepatnya pukul 13.30 ketuban pecah spontan

dengan warna jernih dan tidak berbau dan juga ada pengeluaran darah,

kemudian penulis melakukan pemeriksaan kembali dan hasilnya adalah

his sudah semakin sering dan kuat (durasi 50 – 55 detik, frekuensi 5x

dalam 10 menit, interval 1 menit dan DJJ 148 x/menit), pembukaan

sudah lengkap (10 cm), portio sudah tidak teraba, penurunan kepala 0/5.

Jika dihitung dari pembukaan 8 cm sampai dengan 10 cm, kala I

berlangsung selama 2 jam 30 menit dan ini masih dikatakan normal bagi

ibu primigravida. Secara teori, dikatakan bahwa ibu dengan kehamilan

primigravida waktu kala I berlangsung selama 1 – 13 jam dan untuk ibu

dengan kehamilan multigravida berlangsung selama 7 jam (Walyani dan


183

Endang, 2015). Dengan melihat tanda – tanda tersebut, artinya ibu sudah

memasuki kala II, hal ini didukung dengan teori yang menyatakan bahwa

kala II ditandai dengan his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama kira-

kira 2 – 3 menit sekali; kepala janin telah masuk ruang panggul dan

secara refleks menimbulkan rasa ingin mengejan; tekanan pada rektum,

rasa ingin buang air besar serta anus membuka (Walyani dan Endang,

2015).

Memasuki kala II ini, penulis memberitahu ibu dan keluarga bahwa

sebentar lagi bayi akan segera lahir, kemudian memastikan kelengkapan

alat dan obat – obatan, menggunakan APD, memposisikan ibu dengan

posisi dorsal recumbent, dan melakukan penyokongan saat kepala bayi

tampak di vulva. Saat melakukan penyokongan tidak terjadi ruptur dan

tidak ada lilitan tali pusat. Setelah 5 menit kemudian tepatnya pukul

13.35 WITA ibu melahirkan seorang bayi laki – laki yang lahir secara

spontan tanpa komplikasi maupun penyulit pada ibu maupun bayinya.

Kala II ini berlangsung selama 5 menit. Jika dilihat dari lama kala II,

persalinan ini terbilang persalinan yang terlalu cepat atau persalinan

presipatatus karena menurut (Walyani dan Endang, 2015) lama kala II

pada primipara berlangsung 1,5 jam sampai 2 jam dan pada multipara 0,5

jam sampai 1 jam.

1 menit setelah bayi lahir dilakukan pemilaian sepintas dan

hasilnya bayi cukup bulan, menangis kuat, bernafas spontan dan bergerak

aktif, Apgar score bayi 9/10. Setelah itu bayi langsung ditengkurapkan di
184

perut ibu lalu dikeringkan, dilakukan penghisapan lendir melalui mulut

dan hidung bayi serta memberi kehangatan dengan minyak telon

kemudian dilanjutkan dengan pemotongan dan pengikatan tali pusat dan

bayi diberikan pada ibu untuk disusui.

Memasuki kala III, yang merupakan tahap pengeluaran plasenta

ibu mengeluh masih merasa nyeri pada perut dan alat genitalia, ibu juga

masih merasa lelah. Pada pemeriksaan didapatkan hasil kontraksi uterus

baik, TFU masih setinggi pusat, kandung kemih kosong dan pengeluaran

darah 100 cc. Sebelum melahirkan plasenta, penulis memeriksa fundus

uteri untuk memastikan kehamilan ganda dan kontraksi uterus setelah itu

menyuntikkan oksitosin 10 unit IM dalam waktu 2 menit setelah

persalinan untuk merangsang kontraksi uterus. Pukul 13.42 WITA

penulis melakukan peregangan tali pusat terkendali dengan cara tangan

kanan meregangkan tali pusat, tangan kiri mendorong uterus ke arah

dorso cranial dan kemudian terdapat tanda pelepasan plasenta, yaitu tali

pusat bertambah panjang, adanya semburan darah secara tiba – tiba dan

perubahan TFU. Setelah adanya kontraksi penulis meregangkan tali pusat

dan melahirkan plasenta dengan perlahan. Pukul 13.45 WITA plasenta

lahir lengkap dengan selaputnya dan kotiledon berjumlah 18. Setelah

plasenta lahir dilakukan masase uterus dan mengevaluasi pengeluran

darah dan robekan jalan lahir.

Penatalaksaan pada kala III ini sudah sesuai dengan teori , yaitu

dalam melakukan manajemen aktif kala III ibu harus disuntikkan


185

oksitosin, dilakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase uterus.

Pemeriksaan plasenta juga penting dilakukan karena jika selaput ketuban

robek atau bagian plasenta tertinggal di dalam uters makan akan

menyebabkan perdarahan dan infeksi untuk itu harus segera dilakukan

eksplorasi (Walyani dan Endang, 2015).

Kala III berlangsung selama 10 menit dan hal ini adalah hal yang

normal karena dalam teori dikatakan bahwa beberapa saat setelah

persalinan akan timbul his pengeluaran dan pelepasan plasenta, dalam

waktu 1 – 5 menit plasenta terlepas dan akan lahir spontan atau dengan

sedikit dorongan, namun seluruh proses biasanya berlangsung selama 5 –

30 menit (Wayani dan Endang, 2015).

Pada kasus ini, tidak terjadi robekan jalan lahir dan pengeluaran

darah sebanyak 100 cc, untuk menentukan jumlah pengeluaran darah

penulis tidak melakukan pengukuran tetapi hanya memperkirakannya

saja. Jumlah pengeluaran darah ini masih dalam batas normal karena

menurut (Wayani dan Endang, 2015) pada pengeluaran plasenta biasanya

disertai dengan pengeluaran darah kira – kira 100 – 200 cc.

Memasuki Kala IV, Ny. S mengatakan senang dengan kelahiran

bayinya dan masih merasa lelah. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil

tanda – tanda vital dalam batas normal (TD 100/70 mHg, nadi 84

x/menit, pernapasan 24 x/menit dan suhu 37,2 0C), kontraksi uterus baik

dan TFU 2 jari bawah pusat dan pengeluaran darah 120 cc. Asuhan

yang diberikan penulis meliputi melakukan masase uterus untuk


186

mencegah perdarahan, memastikan kandung kemih kosong,

membersihkan tubuh ibu dan mengganti pakaian ibu, melakukan

dekontaminasi alat dan tempat tidur ibu dengan laruran klorin 0,5 %,

membuang bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang

sesuai, mengajarkan ibu cara menyusui yang benar, menganjurkan

pemenuhan nutrisi, mobilisasi dan istirahat serta melakukan pemantauan

kala IV. Asuhan ini sudah sesuai dengan teori kebutuhan fisik dna

psikologi kala IV, yaitu pemantauan terus menerus persalinan dengan

partograf, pemantaun tanda-tanda vital ibu, pemantauan pada bayi,

menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi, menganjurkan tindakan

yang memberikan rasa nyaman, memenuhi kebutuhan hidrasi ibu serta

dukungan keluarga (Ade, 2013).

3. Nifas

Penulis melakukan kunjungan nifas sebanyak 4 kali, kunjungan

pertama tanggal 04 April 2017 (nifas 6 jam), kunjungan kedua tanggal 10

April 2017 (nifas 6 hari), kunjungan ketiga tanggal 30 April 2017 (nifas 3

minggu 5 hari) dan kunjungan keempat tanggal 16 Mei 2017 (nifas 6

minggu).

Pada kunjungan pertama keluhan yang dirasakan masih sama

dengan kal IV. Hasil pemeriksaannya keadaan umum baik, tanda – tanda

vital dalam batas normal, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik dan

perdarahan tidak melebihi 500 cc. Asuhan yang diberikan pada ibu yaitu

mencegah perdarahan, pemberian ASI awal, melakukan Bounding


187

Attachment antara ibu dan bayi, menjaga kehangatan tubuh bayi, anjuran

untuk istirahat dan gizi ibu nifas serta menjelaskan tanda – tanda bahaya

masa nifas. Asuhan tersebut sudah sesuai dengan teori kunjungan nifas 6

jam menurut (Pitriani dan Rika, 2014).

Pada kunjungan kedua penulis memberikan asuhan meliputi

memastikan involusi uteri, menilai adanya penyulit masa nifas, konseling

tentang gizi ibu menyusui, kebersihan diri dan istirahat. Asuhan tersebut

sudah sesuai dengan teori kunjungan nifas 6 hari menurut (Pitriani dan

Rika, 2014). Keluhan dikunjungan ini adalah ibu mengatakan susah BAB

pada hari ke 5 setelah persalinan dan anjuran yang penulis berikan adalah

banyak makan sayur dan buah yang mengandung serat seperti pisang dan

pepaya dan juga banyak minum air putih untuk memperlancar BAB, ini

artinya terjadi kesenjangan karena menurut (Nurjasmi, dkk, 2016) apabila

BAB tertunda 2 – 3 hari post partum dianggap fisiologis. Dengan asuhan

tersebut ibu sudah BAB pada esok harinya.

Pada kunjungan ketiga tidak ditemukan penyulit – penyulit selama

masa nifas. Asuhan yang diberikan sama dengan asuhan pada kunjungan

kedua.

Pada kunjungan keempat ibu mengatakan sudah mendiskusikan

dengan suami KB yang akan digunakan. Pada pemeriksaan tidak terdapat

penyulit – penyulit pada ibu. Penulis menjelaskan pada ibu tentang macam

– macam alat kontrasepsi, keuntungan dan kerugian dari masing – masing

alat kontrasepsi, efek samping dari masing – masing alat kontrasepsi


188

kemudian memberikan pilihan pada ibu untuk memilih KB apa yang

digunakan. Pada kasus ini ibu memilih untuk menggunakan KB AKDR.

4. Bayi Baru Lahir

Bayi Ny. S lahir dengan umur kehamilan aterm, yaitu 38 minggu 5

hari dengan keadaan umum dan keadaan lahir normal. Penulis melakukan

asuhan bayi baru lahir sesuai dengan asuhan ditiap – tiap kunjungannya

dan waktu kunjungannya disesuaikan dengan kunjungan nifas. Setelah

bayi lahir penulis melakukan penilaian sepintas pada bayi dan didapatkan

hasil Apgar score 9/10, setelah itu bayi dikeringkan, dihisap lendir,

diberikan minyak telon, memotong tali pusat, mengganti kain yang basah,

pemeriksaan fisik, Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pemberian Vitamin K,

salep mata dan Hb 0. Dalam asuhan tersebut terjadi kesenjangan, yaitu

pemberian IMD yang penulis lakukan dalam waktu 40 menit setelah bayi

lahir sedangkan menurut teori (Rukiyah dan Yuliati, 2010) setelah bayi

lahir sebaiknya bayi diletakkan di dada ibunya sebelum bayi itu

dibersihkan karena sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek

psikologi yang dalam diantara ibu dan anak.

Perawatan tali pusat dilakukan dengan baik oleh ibu mulai dari tali

pusat dipotong sampai dengan lepasnya tali pusat, ini ditandai dengan

tidak adanya tanda – tanda infeksi pada tali pusat dan tali pusat sudah

lepas pada hari ke 7 pasca persalinan. Tali pusat dirawat dengan cara

dibungkus kain kassa steril, selalu dalam keadaan kering dan tidak

membubuhi apapun. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan
189

menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan “puput” (lepas) pada

hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak

negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan

mengalami pernyakit Tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan

kematian (Depkes, 2007). Melihat kasus perawatan tali pusat dan teori

yang ada menunjukkan adanya kesenjangan karena dalam (Kementerian

Kesehatan RI, 2013) dijelaskan bahwa perawatan tali pusat adalah dengan

tidak membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/bahan apa pun pada

tali pusat. Namun, karena perwatan bayi dilakukan di rumah sehingga tali

pusat dibungkus kassa steril untuk mencegah tali pusat terpapar debu

ataupun kuman.

Pemberian salep mata, vitamin K dan Hb 0 dalam kasus ini tidak

terjadi kesenjangan. Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata

diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya

1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan

salep mata antibiotik tetrasiklin 1%, pemberian vitamin K dilakukan pada

1 jam setelah bayi lahir, disuntikkan di paha kiri secara intramuskular

dengan dosis 1 mg untuk mencegah terjadinya perdarahan akibat defisiensi

vitamin yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir dan pemberian

imunisasi Hepatitis B (Hb 0) dosis tunggal di paha kanan yang diberikan

1-2 jam setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah

penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan

kerusakan hati (Kementerian Kesehatan RI, 2010).


190

Kunjungan bayi umur 6 jam, penulis menganjurkan ibu untuk

menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI eksklusif pada bayinya dan

memberikan ASI kepada bayinya secara on demand atau menyusui tanpa

jadwal. Dalam teori mengatakan bahwa ASI eksklusif yaitu ASI yang

diberikan kepada bayi dari 0 – 6 bulan tanpa makanan tambahan lainnya.

ASI eksklusif juga sangat penting bagi bayi seperti mengandung antibodi,

mengandung komposisi yang tepat, memberi rasa nyaman dan aman pada

bayi dan adanya ikatan antara ibu dan bayi, meningkatkan daya tubuh bayi

dan lain-lain (Asih, dkk, 2014).

Pada kunjungan kedua penulis melakukan penimbangan berat

badan dan hasilnya berat badan bayi masih saja tetap 2900 gram, ini

merupakan kesenjangan dengan teori. Kebanyakan bayi baru lahir akan

kehilangan 5% sampai 10 % berat badannya selama beberapa hari

kehidupan karena urin, tinja dan cairan diekskresi melaluli paru-paru dan

karena asupan bayi sedikit. Bayi cukup bulan akan memperoleh berat

badannya seperti semula dalam waktu 10 hari. (Bobak, 2005).

Pada kunjungan – kunjungan berikutnya bayi Ny. S tidak

mengalami masalah.

5. Keluarga Berencana

Penulis melakukan kunjungan KB pertama tanggal 16 Mei 2017,

dari pengkajian yang dilakukan penulis, bahwa ibu mengatakan tidak ada

keluhan apapun, sudah merasa lebih baik dan sehat, ia dan bayinya dalam

keadaan sehat dan ibu sudah mendiskusikan dengan suami KB yang akan
191

digunakan. Penulis melakukan informed choice dan menjelaskan macam –

macam alat kontrasepsi kepada ibu, keunutngan dan kerugian dari masng –

masing alat kontrasepsi, efek samping dari masing – masing alat

kontrasepsi. Dalam kasus ini penulis sama sekali tidak memaksa ibu untuk

memilih satu diantara alat kontrasepsi tersebut, penulis hanya memberi

penjelasan dan pilihan pada ibu. Setelah diberi penjelasan ibu memilih

untuk menggunakan KB AKDR karena ibu ingin menjarangkan

kehamilannya. Setalah dipastikan bemar bahwa ibu memilih AKDR maka

penulis menjelaskan lagi pada ibu bahwa sebelum dilakukannya

pemasangan AKDR akan dilakukan pemeriksaan skrining prakanker

melalui pemeriksaan Inspeksi Visual Asam asetat (IVA) yang bertujuan

untuk mendetenksi secara dini adanya tanda atau gejala kanker serviks.

Penulis menjelaskan prosedur pemeriksaan IVA dan setelah diberi

penjelasan ibu mau untuk dilakukan pemeriksaan IVA. Penulis lalu

mempersiapkan pasien, alat dan bahan untuk pemeriksaan IVA dan

pemasangan AKDR. Pada saat dilakukan pemeriksaan IVA, didapatkan

hasilnya negatif yang artinya bahwa serviks ibu tidak menunjukkan

adanya tanda kanker serviks. Ibu senang dengan hasil yang ada kemudian

penulis melanjutka pemasangan AKDR sesuai dengan prosedur yang ada.

Setelah semua proses pemeriksaan IVA maupun pemasangan AKDR

selesai, penulis menjelaskan kembali pada ibu apabila ada

ketidaknyamanan yang dirasakan ibu maka harus segera dilaporkan ke

bidan.
192

Dalam pelayanan KB terdapat 3 fase, yaitu fase menunda,

menjaragkan dan menghentikan. Dalam kasus ini ibu memilih untuk fase

menjarangkan kehamilan. Fase menjarangkan kehamilan merupakan

periode usia istri antara 20 – 35 tahun yang merupakan periode usia yang

paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak

antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun dengan alasan mmur antara 20 – 30

tahun merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan;

segera setelah anak pertama lahir maka dianjurkan untuk memakai IUD

sebagai pilihan utama; kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup

tinggi, namun disini tidak atau kurang berbahaya karena yang

bersangkutan berada pada usia mengandung dan melahirkan yang baik;

disini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program. KB in

mempunya ciri-ciri, yaitu efektivitas cukup tinggi; reversibilitas cukup

tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi; dapat dipakai

2 – 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kelahiran anak yang diharapkan;

tidak menghambat ASI, karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi

sampai umur bayi 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan

kematian anak (Ambarawaty, 2008). Dalam kasus ini tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan kasus.

1 minggu kemudian tepatnya tanggal 23 Mei 2017 penulis kembali

melakukan kunjungan KB yang kedua. Pada kunjungan ini ibu

mengatakan keadaannya baik – baik saja dan pada hari – hari pertama

pasca pemasangan AKDR ibu merasa takut kalau nanti AKDR yang
193

dipasang akan lepas dan akan membahayakan alat genitalianya, namun

penulis menjelaskan bahwa selama ibu merasa nyaman dan tidak ada

keluhan tentang KB ini maka selama itu juga KB ini tidak lepas dari dalam

serviks. Pada kunjungan ini penulis melakukan pendekatan dan

meyakinkan ibu bahwa alat kontrasepsi ini aman bagi ibu, suami dan bayi.

Berdasarkan kasus tersebut, ini menunjukkan bahwa metode KB yang

digunakan oleh ibu adalah metode jangka panjang dan dalam fase

menjarangkan kehamilan. AKDR merupakan salah satu metode jangka

panjang yang cukup efektif karena hanya terjadi kurang dari 1 kehamilan

diantara 100 pengguna AKDR (6 – 8 per 1000 pengguna) di tahun pertama

pemakaian. Efek kontrasepsi ini akan menurun apabila waktu

penggunaannya telah melampaui 10 tahun dan efek samping yang biasa

terjadi adalah haid yang lebih lama, kram atau nyeri perut dan ini biasanya

terjadi dalam 3 – 6 bulan penggunaan (Nurjasmi, dkk, 2016).

Pada kunjungan ini juga penulis tetap memotivasi ibu untuk tetap

memperhatikan keadaannya dan bayinya, misalnya makanan yang

dikonsumsinya, istirahat, kebersihan dirinya dan bayinya dan untuk terus

memberikan ASI eksklusif pada bayi. Selain itu penulis memberi

konseling pada ibu tentang kebutuhann seksual pasca persalinan.

Hubungan seksual sudah bisa dilakukan apabila darah merah sudah

berhenti dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vaginanya tanpa

nyeri. Menurut teori, secara fisik aman untuk memulai hubungan suami

istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua
194

jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan

ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan

hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai

tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,

misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan

tergantung pada pasangan yang bersangkutan (Asih, 2016).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. S dapat

disimpulkan:

1. Asuhan kebidanan pada Ny. S selama kehamilan sudah dilakukan

pelayanan kebidanan sesuai kebutuhan klien dan kewenangan bidan.

Ditemukan masalah yaitu Ny. S hamil dengan keluhan seirng kencing


195

terutama pada malam hari, sakit pungung dan susah tidur malam karena

bayinya menendang – nendang. Hal ini bersifat normal dikarenakan hal ini

termaksud dalam perubahan fisiologi pada kehamilan trimester III. Selain

itu, ditemukan juga masalah TFU yang lebih kecil dibanding usia

kehamilan.

2. Asuhan kebidanan pada Ny. S selama persalinan berlangsung spontan, ibu

dan bayi selamat dan tidak ditemukan adanya komplikasi. Namun terdapat

kesenjangan daalm persiapan persalinan karena APD yang digunakan

tidak lengkap.

3. Asuhan kebidanan pada Ny. S selama nifas tidak terdapat komplikasi. Ny.

S hanya mengalami konstipasi saat nifas 6 hari.

4. Asuhan kebidanan pada Bayi Ny. S tidak terdapat komplikasi. Namun ada

kesenjangan yang terjadi, yaitu bayi lambat dilakukan IMD.

5. Asuhan kebidanan pada KB, ditemukan adanya masalah, yaitu ibu masih

takut dengan AKDR yang dipasang namun hal tersebut merupakan hal

yang wajar bagi ibu yang baru menggunakan alat KB AKDR.

B. Saran

1. Bagi Lahan Praktik

Peningkatan pelayanan harus terus dilakukan dalam upaya meningkatkan

kesehatan ibu dan bayi secara komprehensif dari kehamilan, persalinan,

nifas, bayi baru lahir, dan KB untuk menurunkan angka kesakitan dan
196

kematian karena petugas dan fasilitas kesehatan sebagai pelaksana untuk

mendeteksi dini kemungkinan adanya kegawat daruratan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk terus melaksanakan

asuhan kebidanan secara komprehensif sehingga diharapkan mahasiswa

mahir dan mengenal banyak kasus di lapangan yang tidak diterangkan

dalam bacaan, refrensi yang ada, termasuk yang tidak diberikan di dalam

kelas.

3. Untuk Bidan Desa

Diharapkan bidan dapat mempertahankan kompetensinya dan peran serta

tanggung jawab dalam melakukan pelayanan kesehatan terutama pada

pelayanan kesehatan ibu dan anak.

4. Untuk Klien

Diharapkan agar klien dapat menambah wawasan tentang kehamilan

persalinan nifas, bayi baru lahir, dan KB, serta klien dapat menerapkan

pada dirinya dan orang-orang disekitarnya.

5. Untuk Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan dan mengetahui bagaimana cara

melaksanakan asuhan kebidanan yang berkesinambungan serta menjadi

pelajaran untuk menjadi seorang bidan yang berkompeten.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya


197

Diharapkan mampu untuk membawa sendiri alat pemeriksaan fisik dan

alat pelindung diri pada saat pemeriksaan kehamilan maupun pada saat

menolong persalinan.

Anda mungkin juga menyukai