Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY “A” 33 TAHUN G II P1A0 UK 39-

40 MINGGU T/H/I DENGAN INPARTU KALA I FASE AKTIF DI


PUSKESMAS MANDING KABUPATEN SUMENEP
TAHUN 2023

OLEH:

WINDU ROHMATUL FITRI

NPM 722650115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang

dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut dapat

dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi

letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat pertolongan,

serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung

dalam waktu kurang dari 24 jam (Sondakh, 2013). Persalinan merupakan

suatu keadaan yang fisiologis namun harus diwaspadai apabila terjadi suatu

keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu maupun janin. Kebanyakan

kematiaan ibu merupakan tragedi yang dapat dicegah, dihindari dan

membutuhkan perhatian dari masyarakat internasional (Prawirohardjo,

2009). Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan diseluruh Indonesia hamil.

Sebagian besar kehamilan berlangsung aman, namun sekitar 15% menderita

komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang

mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini yang mengakibatkan kematian lebih

setengah juta ibu setiap tahunnya dengan penyebab utama kematian ibu

yaitu perdarahan, infeksi, hipertensi dalam kehamilan, partus macet dan

aborsi (Prawirohardjo, 2009). Komplikasi tersebut mengakibatkan sekitar

810 perempuan meninggal setiap harinya. Berdasarkan laporan World

Health Organisation (WHO,2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia


sebanyak 303.000 jiwa. Angka kematian Ibu di ASEAN sebanyak 235 per

100.000 kelahiran hidup (ASEAN Secretariat,2020). Tahun 2020 jumlah

kematian ibu di negara berkembang mencapai yaitu 462 per 100.000

Kelahiran Hidup, sedangkan dinegara maju 11/100.000 Kelahiran hidup dan

sekitar 80% kematian ibu terjadi akibat meningkatnya komplikasi

kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (WHO, 2020). Tahun 2022

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 305/100.000 kelahiran

hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 24/1000 kelahiran hidup.

Berdasarkan hasil survei menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu

memenuhi target Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 183/100.000 kelahiran

hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 16/1000 kelahiran hidup

(RPJMN, 2024). Target yang ditentukan program Sustainabl developmen

goals (SDGs) 2015-2030 dengan target Angka Kematian Ibu (AKI)

Indonesia pada tahun 2030 sebesar 70/100.000 kelahiran hidup, dan Angka

Kematian Bayi (AKB) 12 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu faktor yang

dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi

(AKB) adalah pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan, dimana di

Indonesia pertolongan persalinan difasilitas kesehatan pada tahun 2021

sebesar 90,9%, angka ini meningkat dibandingkan tahun 2020 sebesar 86%.

Tahun 2021 Angka Kematian Ibu (AKI) di Propinsi Jawa Timur mengalami

kenaikan dari 98,39/100.000 kelahiran hidup di tahun 2020 menjadi

234,7/100,000 kelahiran hidup, dikarenakan tingginya kasus covid-19.


Angka Kematian Bayi (AKB) sebanyak 3.354 bayi, dimana 73,87%

masih banyak terjadi pada neonatal( usia 0- 28 hari). (Profil Kesehatan

Jawa timur, 2021). Dimana 3 penyebab terbanyak Angka kematian Ibu

(AKI) adalah lain-lain (covid-19), hipertensi dalam kehamilan dan

perdarahan. Sedangkan pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan di

Jawa timur tahun 2021 mencapai 100,6%. Sementara itu, berdasarkan

data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep pada tahun 2022 jumlah

kematian ibu 35 0rang dan kematian bayi 45 , dan total persalinan oleh

tenaga kesehatan difasilitas kesehatan sebesar 97%. Di puskesmas

Batang-Batang pada tahun 2022, terdapat 1 kematian bersalin dan ada

3 kematian bayi Sedangkan angka persalinan oleh tenaga kesehatan

difasilitas kesehatan sebesar 98%. Dalam upaya untuk menurunkan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan AKB ( Angka kematian Bayi),

pemerintah melalui kementrian kesehatan melakukan transformasi

system kesehatan, termasuk pelayanan kesehatan ibu dan bayi dengan

pendekatan 6 pilar, salah satu pilarnya adalah transformasi layanan

primer yang bertujuan untuk menciptakan calon ibu sehat melalui upaya

kesehatan berbasis masyarakat, yang salah satunya yaitu dengan

meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan difasilitas

kesehatan. (Kemenkes, 2021) Dengan demikian upaya kesehatan

berkelanjutan atau Continuity Of Care (COC) periode persalinan ini

diharapkan bisa mendukung penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan

AKB (Angka kematian Bayi).


1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kesesuaian asuhan kebidanan persalinan komprehensip pada Ny

“A” 33 Tahun G II PI A0 T/H/I Uk 39-40 Minggu Dengan Inpartu Kala I

Fase Aktif di Puskesmas Batang-Batang Kabupaten Sumenep Tahun 2023

dengan penerapan manajemen kebidanan ?.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan dan melakukan asuhan kebidanan komprehensif sesuai dengan

penerapan manajemen kebidanan pada periode persalinan Ny “A” 33 Tahun

G II PI A0 Uk 39-40 Minggu Dengan Inpartu Kala I Fase Aktif di

Puskesmas Batang-Batang Kabupaten Sumenep Tahun 2023

1.2.2 Tijuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian data subyektif pada asuhan

kebidanan Ny “A” 33 Tahun G II PI A0 Uk 39-40 Minggu Dengan

Inpartu Kala I Fase Aktif di Puskesmas Batang-Batang Kabupaten

Sumenep Tahun 2023

2. Mampu melakukan pengkajian data Obyektif pada asuhan kebidanan

Ny “A” 33 Tahun G II PI A0 Uk 39-40 Minggu Dengan Inpartu

Kala I Fase Aktif di Puskesmas Batang-Batang Kabupaten Sumenep

Tahun 2023
3. Mampu melaksanakan Assesment pada asuhan kebidanan Ny “A”

33 Tahun G II PI A0 Uk 39-40 Minggu Dengan Inpartu Kala I Fase

Aktif di Puskesmas Batang-Batang Kabupaten Sumenep Tahun

2023

4. Mampu memberikan penatalaksanaan pada asuhan kebidanan Ny

“A” 33 Tahun G II PI A0 Uk 39-40 Minggu Dengan Inpartu Kala I

Fase Aktif di Puskesmas Batang-Batang Kabupaten Sumenep

Tahun 2023

1.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup asuhan kebidanan pada Ny “A” 33 Tahun G II PI A0 Uk

39-40 minggu dengan Inpartu Kala I Fase Aktif pada tanggal 17 Januari

2023 di Puskesmas Batang-Batang Kabupaten Sumenep, meliputi

asuhan kebidanan pada kala I fase aktif, kala II, Kala III dan kala IV

persalinan dengan penerapan manajemen kebidanan dan

pendokumentasian secara SOAP.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan

tentang asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala I sampai dengan

kala IV.
1.4.2 Manfaat Praktis

Dapat meningkatkan mutu dan standar pelayanan kesehatan dalam

memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

1. Manfaat Bagi Ibu Bersalin dan keluarga :

Diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan tentang

pertolongan persalinan difasilitas kesehatan.

2. Manfaat Bagi Mahasiswa :

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

menjadi media pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Manfaat Bagi Puskesmas :

Dapat Sebagai dasar dalam membuat perencanaan kegiatan

dalam upaya peningkatan mutu pelayanan ibu bersalin yang

sesuai standar.

1.5 Sumber Data

1.5.1 Data Primer

Diperoleh dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, observasi dan

pemeriksaan laboratorium.

1.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari rekam medis pasien.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Persalinan

2.1.1 Konsep Teori Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang

dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut dapat

dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi

letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat pertolongan,

serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung

dalam waktu kurang dari 24 jam (Sondakh, 2013). Persalinan dan kelahiran

normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala

yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun

janin (Prawirohardjo, 2009).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu, persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit

(Saminem, 2008).
2. Etiologi

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya kekuatan his sehingga

menjadi awal mula terjadinya proses persalinan, walaupun hingga kini

belum dapat diketahui dengan pasti penyebab terjadinya persalinan.

a. Teori Penurunan Progesteron

Kadar hormon progesteron akan mulai menurun kira-kira 1-2 minggu

sebelum persalinan dimulai. Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada

persalinan akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui

secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat beberapa kemungkinan, yaitu:

1) Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi;

2) Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus bagian

bawah otot-otot yang saling bertautan;

3) Peregangan serviks pada saat dilatasi atau perdataran serviks

yaitu pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm

menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir

setipis kertas;

4) Peritoneum yang berada diatas fundus mengalami peregangan.

b. Teori Keregangan

Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami penegangan akan

mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia sehingga mungkin dapat


menajadi faktor yang dapat mengganggu sirkulasi uteroplasenta yang pada

akhirnya membuat plasenta mengalami degenerasi. Ketika uterus

berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan

hidrostatik kantong amnion akan melebarkan saluran serviks.

c. Teori Oksitosin Interna

Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin. Adanya perubahan

keseimbangan antara estrogen dan progesteron dapat mengubah tingkat

sensitivitas otot rahim dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus

yang disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progesteron karena usia

kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan aktivitas oksitosin

meningkat (Sondakh, 2013).

3. Tanda Dimulainya Proses Persalinan

a. Terjadinya his persalinan Sifat his persalinan adalah:

1) Pinggang terasa sakit dan menjalar ke depan;

2) Sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatan makin

besar;

3) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah.

b. Pengeluaran lendir dengan darah

Terjadinya his persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada serviks

yang akan menimbulkan:


1) Pendataran dan pembukaan;

2) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis

servikalis lepas;

3) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah

c. Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah ketuban. Sebagian

besar, keadaan ini terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah

adanya pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan

berlangsung kurang dari 24 jam.

d. Hasil-hasil yang didapatkan dari pemeriksaan dalam yaitu:

1) Perlunakan serviks;

2) Pendataran serviks;

3) Permbukaan serviks.

3. Faktor yang mempengaruhi Persalinan

a. Passenger (penumpang)

Faktor passenger merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

proses persalinan yang biasa disebut dengan faktor penumpang.

Bagian yang termasuk dalam faktor ini adalah janin dan plasenta.
1) Janin

Janin merupakan passenger utama dan dapat mempengaruhi

jalannya persalinan karena besar dan posisinya. Bagian janin yang

paling penting adalah kepala, karena kepala mempunyai ukuran

yang paling besar, sebesar 90% bayi di Indonesia dilahirkan

dengan letak kepala.

2) Plasenta

a) Struktur Plasenta:

(1) Berbentuk bundar atau oval dengan diameter 15-20

cm dan tebal 2-3 cm;

(2) Berat rata-rata 500-600 gram;

(3) Panjang tali pusat 25-60 cm.

b) Letak plasenta umumnya didepan atau dibelakang

dinding uterus, agak ke atas kearah fundus uteri.

c) Pembagian plasenta

(1)Bagian janin (fetal portio), terdiri atas korion

frondosum dan vili.

(2)Bagian maternal (maternal portio), terdiri atas desidua

kompakta yang berasal dari beberapa lobus dan kotiledon

sebanyak 15-20 buah. Bagian basalis plasenta yang telah


matang disebut sebagai lempeng korionik atau basal,

dimana melalui tali pusat sirkulasi utero plasenta akan

berjalan ke ruang-ruang intervili.

(3) Tali pusat merentang dari pusat janin ke plasenta

bagian permukaan janin. Panjang rata-rata tali pusat

tersebut adalah 50-55 cm dan diameter sebesar jari (1-2,5

cm).

d) Fungsi Plasenta

Salah satu fungsi dari plasenta adalah mengusahakan

janin agar dapat tumbuh dengan baik. Oleh karena itu,

dibutuhkan adanya penyaluran asam amino, vitamin, dan

mineral dari ibu ke janin, serta pembuangan

karbondioksida dan sampah metabolisme janin ke

peredaran darah ibu.

e) Air Ketuban

Fungsi air ketuban antara lain:

(1) Mencegah perlekatan janin dengan amnion

(2) Agar janin dapat bergerak dengan bebas

(3) Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu

(4) Menambah suplai cairan janin dengan cara ditelan

atau diminum, yang kemudian dikeluarkan melalui


buang air besar (BAK) janin.

(5) Meratakan tekanan intra uteri dan membersihkan jalan

lahir bila ketuban pecah.

(6) Peredaran air ketuban dengan darah ibu cukup lancar

dan perputarannya cepat, kira-kira 350-500 cc.

(7) Sebagai pelindung yang akan menahan janin dari

trauma akibat benturan.

(8) Melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan,

yang dapat menyebabkan tali pusat mengerut

sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui

darah ibu ke janin.

(9) Memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu

sistem pencernaan janin, sistem otot dan tulang rangka

serta sistem pernafasan janin agar berkembang dengan

baik.

(10) Menjadi inkubator yang sangat istimewa dalam

menjaga kehangatan disekitar janin.

(11) Selaput ketuban dengan air ketuban merupakan

penahan janin dan rahim terhadap kemungkinan

infeksi.
2

(12) Pada saat persalinan, air ketuban dapat meratakan tekanan

kontraksi didalam rahim sehingga leher rahim terbuka.

(13) Pada satu kantung amnion pecah, air ketuban yang keluar

sekaligus akan membersihkan jalan lahir.

(14) Pada saat kehamilan air ketuban juga dapat digunakan

untuk mendeteksi kelainan yang dialami, khususnya yang

berhubungan dengan kelainan kromosom.

(15) Kandungan lemak dalam air ketuban dapat menjadi

penanda janin sudah matang atau lewat waktu.

(16) Seiring dengan usia kehamilan yang bertambah, jumlah

cairan ini terus meningkat. Pada keadaan normal, jumlah

air ketuban adalah sekitar 50-250 ml pada usia 10-20

minggu. Ketika memasuki usia minggu 30-40, jumlahnya

mencapai 500-1500 ml. Jika jumlahnya lebih dari 2 liter

dinamakan polyhidramnion atau hidramnion dan jika

kurang dari 500 cc disebut oligohidramnion (Sondakh,

2013).

b. Faktor Passage (jalan lahir)

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri atas

jalan lahir lunak yaitu serviks, vagina dan otot rahim. Jalan lahir

keras yaitu panggul yang merupakan salah satu jalan lahir keras

yang memiliki fungsi lebih dominan daripada jalan lahir lunak dan
3

janin harus berhasil menyesuaikan diri dengan jalan lahir relatif

kaku (Sondakh, 2013).

Menurut (Sondakh, 2013), faktor Passage (jalan lahir):

1) Bidang Hodge I: Bidang dasar yang melalui bagian atas

Simfisis dan promotorium. Bidang ini dibentuk pada pintu atas

pangul

(PAP).

2) Bidang Hodge II: Sejajar dengan bidang Hodge I terletak

setinggi bagian bawah simfisis.

3) BidangHodge III : Sejajar dengan bidang Hodge I dan II terletak

setinggi spina ischiadika kanan dan kiri

4) Bidang Hodge IV: Sejajar dengan Hodge I, II, III, terletak

setinggi os. Coccygi.

c. Faktor Power (kekuatan)

Power merupakan tenaga yang dikeluarkan untuk melahirkan janin

yaitu kontraksi uterus atau his dari tenaga mengejan ibu. Untuk

menghasilkan suatu persalinan normal maka tenaga yang dikeluarkan ibu

juga harus normal (Sondakh, 2013).

1) Pengertian his

His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.


4

2) Pembagian his

a. His pendahuluan atau his palsu

Merupakan peningkatan kontraksi dari Braxton hicks. Frekuensi

his ini tidak teratur dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah

dan lipat paha tetapi tidak menyebabkan nyeri yang memancar

dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lama

kontraksinya pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa

berjalan, tetapi sering berkurang. Kualitas his ini tidak bertambah

kuat dengan majunya waktu, bertentengan dengan his persalinan

yang makin lama makin kuat. His pendahuluan tidak memberikan

pengaruh terhadap serviks.

b. His persalinan

His ini pada awalnya timbul perlahan tetapi teratur. Makin lama

bertambah kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi

lemah. Makin lama makin cepat dan jaraknya teratur sesuai

dengan persalinan sampai bayi dilahirkan.

Menurut fisiologisnya his persalinan dibagi menjadi 4, yaitu:

1. His pembukaan.

His yang menimbulkan pembukaan serviks sampai terjadi

pembukaan10 cm.
2

2. His pengeluaran

His yang mendorong bayi keluar. His ini biasanya disertai

dengan keinginan mengejan, sangat kuat, teratur, simetris, dan

terkoordinasi bersama antara his kontraksi atau perut, diafragma

dan ligamen.

3. His pelepasan plasenta

His dengan kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan

plasenta.

4. His pengiring

Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri, pengecilan rahim akan

terjadi beberapa jam atau hari.

Beberapa hal yang harus diperhatikan pada kontraksi rahim adalah

sebagai berikut:

a. Frekuensi his

Adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau

per 10 menit.

b. Durasi

Kontraksi berlangsung 45-75 detik.

c. Amplitude

Menimbulkan naiknya tekanan intrauterine sampai 35

mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis ditentukan


3

dengan mencoba apakah jari pemeriksa dapat menekan

dinding rahim ke bawah.

d. Interval his

Pada permulaan persalinan, his timbul sekali dalam 10 menit,

pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

e. Aktifitas his

Frekuensi x amplitude diukur dengan unit Mentevidio. Contoh:

frekuensi suatu his 2x permenit dan amplitudonya 50 mmHg,

maka aktifitas rahim: 3x50 = 150 unit Mentevidio.

f. Datangnya his

Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.

d. Faktor Psikologis

Pada ibu bersalin terjadi beberapa Perubahan psikololigis diantaranya

rasa cemas pada bayinya yang akan lahir, kesakitan saat kontraksi dan nyeri,

ketakutan saat melihat darah. Rasa takut dan cemas yang dialami ibu akan

berpengaruh pada lamanya persalinan, his kurang baik, dan pembukaan

yang kurang lancar. Perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang

menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap

kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinannya lama. Menurut

Sondakh (2013), bimbingan dan persiapan mental ibu pada saat persalinan

perlu diperhatikan. Penjelasan yang dapat diberikan pada ibu untuk

mengurangi rasa cemas antara lain:


4

1. Mengatasi perasaan takut yang dirasakan oleh ibu dengan memberikan

pengertian tentang proses persalinan, menunjukkan kesediaan bidan

untuk menolong dan mengajak ibu berdoa kepada Tuhan sesuai dengan

agamanya.

2. Berusaha menentramkan perasaan yang mencemaskan dengan

penjelasan yang bijaksana dan menjawab pertanyaan ibu dengan baik

tanpa menyinggung perasaan.

3. Memberi gambaran yang jelas dan sistematis tentang jalannya

persalinan bahwa his yang mengakibatkan rasa sakit penting untuk

membuka jalan lahir. Berikan penjelasan sederhana agar mudah

dimengerti.

4. Ibu harus sering ditemani karena jika ditemani ibu akan merasa

mendapatkan bantuan moral karena ada orang lain yang simpati.

Mengerti perasaan ibu. Penolong harus memberikan simpati,

memperlihatkan kesanggupan memberikan bantuan dalam meringankan

perasaan tidak nyaman jadi penolong tidak boleh lekas tersinggung

apabila ibu tidak menyenangkannya.

5. Menarik perhatian ibu dengan memperlihatkan tingkah laku yang baik,

bijaksana, halus, ramah dan sopan.

6. Membantu ibu memperjelas serta mengurangi beban perasaan dan

pikiran selama proses persalinan.

7. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien. Membantu

mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.


5

8. Menunjukkan sikap dewasa dan bertanggung jawab

e. Faktor Penolong

Penolong persalinan adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan tertentu untuk membantu ibu dalam menjalankan proses

persalinan. Faktor penolong ini memegang peranan penting dalam

membantu ibu bersalin karena mempengaruhi kelangsungan hidup ibu

dan bayi. Menurut Sondakh (2013), syarat-syarat dan kepribadian

petugas dalam kamar bersalin antara lain:

1. Kemampuan

Diartikan sebagai kesanggupan, mengingat pentingnya tugas dikamar

bersalin dan resiko yang akan hadapi maka penolong dituntut untuk cepat

berfikir, cepat menganalisis, cepat menginterpretasikan lambang-

lambang, cepat menyusun konsep dan lain-lain.

2. Keterampilan

Persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu:

Keterampilan diperoleh dengan adanya latihan, praktikum dalam

pendidikan serta pengalaman (Sondakh, 2013).

Tahap Persalinan

1) Persalinan Kala I (kala pembukaan)


6

Kala I dimulai saat persalinan mulai pembukaan nol sampai pembukaan

lengkap (10 cm). Proses ini dibagi menjadi 2 fase, yaitu:

a) Fase Laten

Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.

b) Fase Aktif

Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai10 cm,

kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase:

a) Fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm sampai 4 cm.

b) Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam, pembukaan langsung

cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

c) Fase deselerasi pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2

jam, pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Sondakh, 2013).

2) Kala II (kala pengeluaran janin) Gejala kala II adalah sebagai berikut:

a) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50- 100

detik.

b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti

keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus frankenhauser.

d) Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi:
7

(1) Kepala membuka pintu.

(2) Subocciput bertindak sebagai hipomoklion, kemudian secara

berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung, dan muka serta kepala

seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar yaitu,

penyesuaian kepala pada punggung.

f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong

dengan cara:

(1) Kepala dipegang pada os. occiput dan dibawah

dagu, kemudian ditarik dengan menggunakan cunam kebawah untuk

melahirkan bahu dan keatas untuk melahirkan bahu belakang.

(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan

bayi.

(3) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

g. Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 0,5-1

jam (Sondakh, 2013).

3) Kala III (pelepasan plasenta)

Kala III persalinan dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya

plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses lepasnya

plasenta dapat diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda

dibawah ini:
8

(1) Uterus menjadi bundar;

(2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim;

(3) Tali pusat bertambah panjang;

(4) Terjadi semburan darah tiba-tiba.

Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik dorso kranial.

Selaput janin biasanya lahir dengan mudah, namun kadang-kadang masih

ada bagian plasenta yang tertinggal. Bagian yang tertinggal tersebut

dapat dikeluarkan dengan cara:

a) Menarik pelan-pelan

b) Memutar atau memilinnya seperti tali

c) Memutar pada klem

d) Manual atau digital

Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti setelah

dilahirkan, apakah setiap bagian plasenta lengkap atau tidak lengkap.

Bagian plasenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal yang pada

normalnya memiliki 6-20 kotiledon, permukaan fetal, dan apakah

terdapat tanda-tanda plasenta suksenturia. Jika plasenta tidak lengkap,

maka disebut ada sisa plasenta. Keadaan ini dapat menyebabkan

perdarahan yang banyak dan infeksi.

Kala III terdiri dari dua fase, yaitu:

a)Fase pelepasan plasentaFase pelepasan plasenta


9

Beberapa pelepasan plasenta antara lain:

1) Schultze

Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung. Cara ini merupakan

cara yang sering terjadi (80%). Bagian yang lepas terlebih dahulu

adalah bagian tengah, lalu terjadi retroplacental hematoma yang

menolak plasenta mula- mula bagian tengah. Menurut cara ini,

perdarahan biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah

banyak setelah plasenta lahir.

2) Duncan

Berbeda dengan sebelumnya pada cara ini lepasnya plasenta dimulai

dari pinggir (20%). Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban.

Pengeluarannya juga serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

b)Fase pengeluaran plasenta

Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta:

1) Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai diatas simfisis, tali pusat

ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas. Jika diam

atau maju berarti sudah lepas.

2) Klein
10

Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali, berarti

belum lepas, diam atau turun berarti lepas (cara ini tidak dilakukan

lagi).

3) Strassman

Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar,

berarti tali pusat belum lepas, jika tidak bergetar berarti sudah lepas.

Tanda-tanda plasenta sudah lepas adalah rahim menonjol ke atas

simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan keras serta

keluar darah secara tiba-tiba.

4) Kala IV (Pengawasan/Observasi/Pemulihan)

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.

Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi, karena

perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.

Pemantauan yang dilakukan pada kala IV antara lain memperkirakan

kehilangan darah, memeriksa perdarahan dari perineum, pemantauan

keadaan umum ibu (tanda-tanda vital dan kontraksi uterus). Darah yang

keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya, kehilangan

darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat

pelepasan plasenta dan robekan serviks dan perineum. Rata-rata

perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc.

Jika perdarahan lebih dari 500 cc. Maka sudah dianggap abnormal,

dengan demikian harus dicari penyebabnya. Penting untuk diingat,


11

jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta

lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa

ulang terlebih dahulu dan perhatikanlah 7 pokok penting:

a) Kontraksi rahim

Baik atau tidaknya pemeriksaan palpasi jika perlu dilakukan massage

dan berikan uterotonika seperti meterghin, atau emertrin dan oksitosin.

b) Perdarahan

Ada atau tidak, banyak atau biasa.

c) Kandung kemih

Harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih dan kalau tidak

bisa, lakukan kateter.

d) Luka-luka

Jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.

e) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.

f) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan masalah

lain.

g) Bayi dalam keadaan baik (Sondakh, 2013).

2. Dokumentasi Asuhan Persalinan

a. Partograf
12

Partograf adalah alat bantu untuk memantau kala satu persalinan dan

informasi untuk membuat keputusan klinik (Depkes RI, 2014).

Menurut Depkes RI (2014), tujuan utama dari penggunaan partograf

adalah:

1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai

pembukaan serviks melalui periksa dalam.

2) Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

Dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan

terjadinya partus lama.

3) Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,

kondisi bayi, grafik kemajuan proses persalinan, bahan dan

medikamentosa yang diberikan pemeriksaan laboratorium, membuat

keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana

semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu

bersalin dan bayi baru lahir:

4) Jika digunakan dengan tepat dan konsisten,

partograf akan membantu penolong persalinan untuk:

a) Mencatat kemajuan persalinan.

b) Mencatat kondisi ibu dan janinnya.

a) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan

dan kelahiran.
13

b) Menggunakan informasi yang tercatat untuk identifikasi dini

penyulit persalinan.

c) Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat

keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu.

Pertograf harus digunakan:

1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan dan

merupakan elemen penting dari asuhan persalinan. Partograf harus

digunakan untuk semua persalinan, baik normal maupun patologis.

Partograf sangat

2) membantu penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi

dan membuat keputusan klinik, baik persalinan dengan penyulit

maupun yang tidak disertai dengan penyulit.

3) Selama persalinan dan kelahiran bayi disemua tempat (Rumah,

Puskesmas, Klinik Bidan Swasta, Rumah Sakit, dll).

4) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan

asuhan persalinan kepada ibu dan proses kelahiran bayinya (Spesialis

Obstetrik, Bidan, Dokter Umum, dan Mahasiswa Kedokteran).

5) Penggunaan partograf secara rutin dapat memastikan bahwa ibu

dan bayinya mendapatkan asuhan yang aman, adekuat dan tepat waktu

serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam

keselamatan jiwa mereka (Depkes RI, 2014).


14

6) Pencatatan selama fase laten kala I persalinan

7) Seperti yang sudah dibahas diawal bab ini, kala I persalinan terdiri

dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif yang di acu pembukaan

serviks.

8) Fase laten (pembukaan serviks kurang dari 4 cm).

9) Fase aktif (pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm). Selama fase

laten semua asuhan, pengamatan dan pemeriksaan harus dicatat. Hal ini

dapat dicatat secara terpisah, baik.

10) dicatatan kemajuan persalinan maupun dibuku kesehatan ibu anak

(KIA) atau dituliskan setiap kali membuat catatan selama fase laten

persalinan. Semua asuhan dan intervensi juga harus dicatat. Kondisi ibu

dan bayi juga harus dinilai dan dicatat dengan seksama yaitu:

 Denyut jantung setiap ½ jam

 Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam

 Nadi ½ jam

 Pembukaan serviks setiap 4 jam Penurunan bagian terbawah janin

setiap 4 jam

 Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam

 Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Pencatatan selama fase aktif


15

Mengintruksikan observasi dimulai fase aktif persalinan dan

menyediakan lajur dan kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan

persalinan, yaitu:

1) Informasi tentang ibu

2) Kondisi janin

3) Kemajuan persalinan

4) Jam dan waktu

5) Kontraksi uterus

6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan

7) Kondisi ibu

Mencatat temuan dalam partograf:

1) Kondisi janin

Bagian atas grafik pada partograf adalah untuk mencatat denyut jantung

janin (DJJ), air ketuban dan penyusupan (kepala janin).

2) Denyut jantung janin

Kisaran normal denyut jantung janin (DJJ) terpapar pada partograf

diantara garis tebal pada angka 180 dan 100. Sebaiknya, penolong harus

waspada bila denyut

jantung janin (DJJ) mengarah hingga dibawah 120 atau diatas 160.
16

3) Warna dan adanya air ketuban

Nilai air kondisi ketuban setiap kali melakukan periksa dalam dan nilai

warna air ketuban jika selaput ketuban pecah. Dengan menggunakan

lambang sebagai berikut:

U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah).

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih.

M : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium.

D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah.

K : Selaput ketuban sudah pecah, tetapi air ketuban tidak mengalir lagi.

4) Penyusupan (molase) tulang kepala janin

Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi

dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang panggul ibu).

Semakin besar derajat penyusupan atau tumpang tindih antar tulang

kepala semakin menunjukkan resiko sefalo pelvik disproporsi (CPD).

Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan antar

tulang (molase) kepala janin.

Dengan menggunakan lambang-lambang berikut ini:

(1) : Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah

dapat dipalpasi.

(2) : Tulang-tulang kepala janin bersentuhan.


17

(3) : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

masih bisa dipisahkan.

(4) : Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tetapi

tidak bisa dipisahkan.

5) Kemajuan persalinan

Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan

kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera pada kolom paling kiri

adalah besarnya dilatasi serviks.

a) Pembukaan serviks

Nilai dan catat pembukaan serviks selama 4 jam (lebih sering dilakukan

jika ada tanda-tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif

persalinan catat pada partograf setiap temuan dan setiap pemeriksaan

“X” harus dicantumkan di garis waktu yang sesuai dengan lajur

besarnya pemeriksaan serviks.

b) Penurunan bagian terbawah janin

Setiap kali melakukan periksa dalam (setiap 4 jam) atau lebih sering

(jika ditemukan tanda-tanda penyulit). Cantumkan hasil pemeriksaan

penurunan kepala (perlimaan) yang menunjukkan seberapa jauh bagian

terbawah janin telah memasuki rongga panggul. Pada persalinan normal

kemajuan pembukaan serviks selalu diikuti dengan turunnya bagian

terbawah janin. Tapi ada kalanya penurunan bagian terbawah janin baru

terjadi setelah pembukaan serviks mecapai 7 cm. Tulisan “turunnya


18

kepala” dan garis tidak terputus dari 0-5, tertera disisi yang sama

dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O” yang ditulis pada

garis waktu yang sesuai.

c) Garis waspada dan garis bertindak

Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada

titik dimana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika lajur pembukaan

adalah 1 cm/jam. Jika pembukaan serviks mengarah ke sebelah kanan

garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm/jam) maka harus

dipertimbangkan adanya penyulit (misalnya: fase aktif yang memanjang,

serviks yang kaku/inersia uteri hipotonik dan lain-lain). Pertimbangkan

perlunya melakukan intervensi bermanfaat yang diperlukan, misalnya:

persiapan rujukan kefasilitas kesehatan rujukan (Rumah Sakit atau

Puskesmas) yang memiliki kemampuan penatalaksanaan penyulit atau

kegawatdarurat obstetrik.

d) Kontraksi Uterus

Dibawah lajur waktu partograf terdapat 5 kotak dengan tulisan

kontraksi/10 menit “disebelah luar kolom paling kiri”. Setiap kotak

menyatakan 1 kontraksi, setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi

dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan

jumlah kontraksi yang terjadi dalam 10 menit dengan cara mengisi kotak
19

kontraksi yang tersedia dan disesuaikan dengan angka yang

mencerminkan temuan dari hasil pemeriksaan kontraksi.

e) Nyatakan lamanya kontraksi dengan:

(1) Diberi titik-titik dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya kurang dari 20 detik.

(2) Beri garis-garis dikotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi

yang lamanya 20-40 detik.

(3) Isi penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang

lamanya lebih dari 40 detik.

f) Obat-obatan atau cairan yang diberikan

Dibawah lajur kotak observasi kontraksi uterus tertera lajur kotak untuk

mencatat oxitosin, obat-obatan lainnya dan cairan IV. Bagian ini juga

bisa digunakan untuk mencatat jumlah asupan yang diberikan.

g) Oksitosin

Jika tetesan oksitosin atau drip sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30

menit jumlah unit oksitosin yang diberikan pervolume cairan IV dan

dalam satuan tetesan permenit.

h) Obat-obatan lain dan cairan IV

Catat obat-obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai

dengan kolom waktunya.


20

i) Kondisi Ibu

Bagian terbawah lajur dan kolom pada halaman partograf terdapat kotak

atau ruang untuk mencatat kondisi keadaan dan kenyamanan ibu selama

persalinan. Angka disebelah kiri bagian partograf ini berkaitan dengan

nadi dan tekanan darah ibu.

j) Nilai dan catat nadi ibu selama 30 menit selama fase aktif persalinan

(lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda titik (.) pada kolom

waktu yang sesuai.

k) Nilai dan catat tekanan darah ibu selama 4 jam selama fase aktif

persalinan (lebih sering jika diduga adanya penyulit). Beri tanda panah

pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.

l) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika terjadi peningkatan

mendadak atau diduga adanya infeksi) setiap 2 jam catat temperatur

tubuh pada kotak yang sesuai.

m) Ukur dan catat produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu

berkemih). Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan

pemeriksaan aseton dan protein dalam urin.

n) Penapisan

Menurut Depkes RI (2014), pada saat memberikan asuhan bagi ibu bersalin,

penolong harus selalu waspada terhadap kemungkinan timbulnya masalah

atau penyulit. Selama anamnesa dan pemeriksaan fisik, tetap waspada pada

indikasi yang tertera lembar penapisan.


21

Tabel 2.4 Penapisan Persalinan

Rujuk Ibu:
Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut:
1 Riwayat bedah sesar.
2 Perdarahan pervaginam.
3 Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37
minggu).
4 Ketuban pecah disertai mekonium yang kental.
5 Ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam).
6 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan (usia kehamilan
kurang dari 37 minggu).
7 Ikhterus.
8 Anemia berat.
9 Tanda/gejala infeksi.
10 Pre-eklampsi/hipertensi dalam kehamilan.
11 Tinggi fundus 40 cm atau lebih.
12 Gawat janin.
13 Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dan kepala janin
masih 5/5.
14 Presentasi bukan belakang kepala.
15 Presentasi ganda (majemuk).
16 Kehamilan ganda atau gemeli.
17 Tali pusat menumbung.
18 Syok.
22

Sumber: Depkes RI, 2014

b. Lembar Observasi

Menurut Depkes RI (2010), jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm,

berarti ibu berada dalam fase laten dan semua asuhan, pengamatan dan

pemeriksaan harus dicatat di lembar observasi, yaitu Denyut Jantung janin

(DJJ), kontraksi, nadi setiap 30 menit, dan pembukaan serviks, penurunan

kepala, tekanan darah, suhu dan produksi urine setiap 4 jam. Rujuk segera

ke fasilitas kesehatan yang sesuai jika fase laten berlangsung lebih 8 jam.

3. Asuhan Persalinan Normal

Tabel 2.5 Prosedur Pelaksanaan Asuhan Persalinan Normal

I MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II


1 Melihat adanya tanda persalinan kala II
a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum.
c. Perineum tampak menonjol.
d. Vulva dan sfingter ani membuka.
II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2 Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan tatalaksana komplikasi ibu dan bayi
baru lahir (BBL).
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi, siapkan:
a. Tempat datar ,rata, bersih, kering dan hangat
b. 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering
c. Alat penghisap lendir
d. lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
Untuk ibu:
a. Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi, serta
ganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit
c. Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set.
23

3 Pakai celemek plastik.


4 Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci
tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, kemudian keringkan
tangan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5 Pakai sarung tangan dekontaminasi tingkat tinggi (DTT) pada
tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam.
6 Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan dekontaminasi tingkat tinggi (DTT) atau
steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
III MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN
JANIN BAIK
7 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang
dibasahi air dekontaminasi tingkat tinggi (DTT).
a. Jika introitus vagina, perineum, anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke balakang.
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminsi) dalam wadah
tersedia.
c. Jika terkontaminasi,lakukan dekontaminasi, lepaskan dan
rendam sarung tangan tersebut dalam larutan chlorin 0,5% ˃
langkah # 9. Pakai sarung tangan DTT?steril untuk
melaksanakan langkah lanjutan.
8 Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
 Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah
lengkap maka lakukan amniotomi.
9 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan sarung
tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin
0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik
dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan setelah sarung
tangan dilepaskan.
10. a. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat
relaksasi uterus untuk memastikan denyut jantung janin (DJJ)
dalam batas normal (120-160x/menit).
Mengambil tindakan yang sesuai jika denyut jantung janin
(DJJ)
tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, denyut
jantung janin DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan
lainnya pada partograf.
IV MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK
24

MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN


11 Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan
sesuai dengan keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan
semua temuan yang ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran
mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu
untuk meneran secara benar.
12 Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada
rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke
posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman).
13 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
kuat untuk meneran.
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki
cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(keculi posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
f. Berikan cukup asupan cairan peroral (minum).
g. Menilai detak jantung janin (DJJ) setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam)
meneran (multigravida).
14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran
dalam 60 menit.

V PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI

15 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu,


25

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

16 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
17 Buka tutup partus set dan pastikan kembali kelengkapan alat dan
bahan.
18 Pakai sarung tangan dekontaminasi tingkat tinggi (DTT) pada
kedua tangan.

VI PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


Lahirnnya kepala
19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka
vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya
kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat
dan dangkal.
20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses
kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat
bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong diantara dua klem tersebut.
21 Setelah kepala lahir, tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar
secara spontan.
Lahirnya bahu
22 Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara
biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan
lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan
kearah
atas distal untuk melahirkan bahu belakang.
26

Lahirnya bahu dan tungkai


23 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan, dan siku sebelah bawah,
gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas.
24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut
ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara diantara kaki dan pegang masing-
masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
VII PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25 Lakukan penilaian (selintas)
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tampa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah
resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia, bila semua
jawaban “YA” lanjut kelangkah 26.
26 Keringkan tubuh mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
yang basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi
diatas perut ibu.

27 Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi


dalam uterus (hamil tunggal). Dan bukan kehamilan
ganda(gemelli).

28 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus


berkontraksi baik.

29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan okitosin 10 unit


IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

30 Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat kearah distal
27
a. Ikat tali pusat dengan benang dekontaminasi tingkat tinggi

(DTT) atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan


(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem
kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pertama.
pada sisi lainnya.
31 Pemotongan dan pengikatan
b. Lepaskan klem dantali pusat. dalam wadah yang telat
masukkan
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
disediakan.
(lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat
32 diantara
Letakkan
klembayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu - bayi.
tersebut

Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibunya.


 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi
anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
lebih rendah dari puting payudara atau areola mamae ibu.
Mengeluarkan plasenta
a. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
36 Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah
dikepala bayi.
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal,
b. Sebagian bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
maka lanjutkan dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat
dalam waktu 30-60 menit. Menyusu untuk pertama kaliakan
dilahirkan.
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
a. ibu meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan ( jangan ditarik
payudara.
kuat terutama jika uterus tidak berkontraksi) sesuai dengan sumbu
c. Biarkan bayi berada didada ibu selama 1 jam walaupun bayi
jalan lahir (ke arah bawah sejajar lantai atas) .
sudah berhasil menyusu
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga
VIII MANAJEMEN AKTIF KALA III PERSALINAN(MAK III)
berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
33 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
c.Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali
vulva.
pusat:
34 Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
1.Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit secara intramuskular
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
(IM).
35 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
2.Lakukan keteterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang atas

(dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri).

Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan

tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi dan ulangi prosedur

diatas.
28

3.Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4.Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya.

5.Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir

atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan plasenta

manual.

37 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban

terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah

yang disediakan.

 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan

dekontaminasi tingkat tingkat (DTT) atau steril untuk

melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-

jari tangan atau klem dekontaminasi tingkat tingkat

(DTT) atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang

tertinggal.

Rangsangan taktil (masase) uterus

38 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase

dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras).

 Lakukan tindakan yang diperlukan ( Kompresi bimanual

interna, Kompresi Aorta Abdominalis, Tampon Kondom


29

Cateter) jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik

setelah rangsangan taktil / masase.

IX MENILAI PERDARAHAN

39 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan

yang menimbulkan perdarahan aktif segera lakukan penjahitan.

40 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan

pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta

kedalam kantung plastik atau tempat khusus.

X ASUHAN PASCA PERSALINAN

41 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam

42 Pastikan kandung kencing kosong, jika penuh lakukan kateterisasi

EVALUASI

43 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, dan bilas

diair DTT tanpa melepas sarung tangan kemudian keringkan dengan

tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

44 Ajarkan ibu /keluarga cara melakukan masage uterus dan menilai

kontraksi

45 Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum baik

46 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah


30

47 Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

(40-60 kali/menit)

 Jika bayi sulit bernafas, merintih atau retraksi, diresusitasi

dan segera merujuk ke rumah sakit.

 Jika bayi nafas terlalu cepat atau sesak nafas, segera rujuk ke

RS Rujukan.

 Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan

kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam

satu selimut.

KEBERSIHAN DAN KEAMANAN

48. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah

diranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian

yang bersih dan kering.

49 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberikan ibu makanan atau minuman yang

diinginkannya.

50 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi ( 10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

dekontaminasi.

51 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang

sesuai

52 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%


31

53 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5 %, lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik

dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

54 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

55 Pakai sarung tangan bersih /DTT untuk memberikan salep mata

propilaksis infeksi, vitamin k 1 (1 mg) intra muskuler dipaha kiri

bawah lateral dalam 1 jam pertama.

56 Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi

baik. ( pernafasan normal 40-60 kali/ menit dan temperatur tubuh

normal 36,5 – 37,5 ºC) setiap 15 menit.

57 Setelah 1 jam pemberian vit k 1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis

B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi dalam jangkauan ibu

agar sewaktu-waktu dapat disusukan.

58 Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam

larutan klorin 0,5 % selama 10 menit.

59 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

DOKUMENTASI

60 Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital, lakukan asuhan dan pemantauan kala IV persalinan setiap 15

menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

Sumber: Modul pelatihan midwifery update, 2021


32

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2023

Jam : 09.00 WIB

Tempat : Ruang VK Bersalin Puskesmas Manding

I. PENGKAJIAN

A. Data Subyektif

1. Biodata Pasien

Ibu Suami

Nama : Ny “ A” Nama : Tn”I”

Umur : 33 thn Umur : 35 thn

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Madura Suku/ Bangsa : Madura

Pendidikan : Sarjana Pendidikan Pendidikan : Sarjana pendidikan

Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Guru


33

Suku Bangsa : Madura Suku Bangsa : Madura

Alamat : Dsn. Ares daya Ds

Totosan

No.HP. : 085331283365

2. Alasan Datang :

Ibu datang jam 09.00 WIB, mengatakan hamil anak ke 2 usia

kehamilan 9 bulan, mengeluh perutnya mulas-mulas disertai keluar

lendir dan darah dari kemaluan dari jam 04.00 WIB. HPHT 09-04-

2022, HPL :16-01-2023

3. Keluhan Utama :

Ibu merasakan mules disertai keluar lendir darah sejak tadi jam 04.00

WIB

4. Tanda – tanda persalinan :

Kontraksi : kuat dan teratur

Frekwensi : 4x 10’ 41”

Lokasi Ketidak nyamanan : bagian pinggang dan perut bawah

PPV : terdapat pengeluaran lendir darah

5. Riwayat Kesehatan

Sekarang : ibu mengatakan tidak sedang mengalami penyakit seperti

hipertensi, DM, jantung, hepatitis, HIV/AIDS dan IMS


34

Yang Lalu : ibu mengatakan tidak sedang mengalami penyakit seperti

hipertensi, DM, jantung, hepatitis, HIV/AIDS dan IMS

Keluarga : ibu mengatakan tidak tidak ada riwayat penyakit dalam

keluarga

6. Riwayat Obstetri

a. Riwayat Haid :

Menarche : 11 tahun Siklus : 30 hari

Nyeri Haid : kadang-kadang

Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut

Lama : 4-5 hari

Warna darah : merah kehitaman

b. Riwayat Kehamilan sekarang

Hamil ke 2 ANC 8 x

HPHT 09-04-2022 Pemberian Fe 100 tablet

Gerak Janin aktif Tanda Bahaya tidak ada

TT4 HPL 16-01-2023


35

Minum Jamu/Obat : tidak pernah minum jamu atau obat

Kekhawatiran ibu : ibu mengatakan sedikit cemas karena akan

melahirkan

c. Riwayat Persalinan, anank dan nifas yang Lalu

Penyu Keadaan Anak


Umur Jenis BB
Anak Abo Peno lit/ Hidup Mati
Kehami Part Waktu
Ke rtus long Komp Umur JK Umur J
lan us Lahir
likasi K

1. 9 bln - Nor Bidan - 3000gr 6 thn Laki

mal -laki

2. Hamil ini

7. Riwayat Perkawinan

Ini merupakan pernikahan pertama, lama menikah 8 tahun

8. Riwayat KB

Ibu mengatakan setelah anak pertama berusia 6 bulan ibu memakai pil

KB menyusui, sampai anak pertama berusia 1 tahun, setelah itu

memakai KB suntik yang 3 bulan selama 3 tahun.

9. Pola Pemenuhan Kebutuhan Seahari – hari

a. Pola Nutrisi :

 Saat hamil : ibu makan 3x sehari, tidak berpantang makanan,

porsi makan sepiring, nasi ½ piring, lauk seperti ikan laut,


36

tempe, tahu, telur, dan sayur untuk sehari-hari, kadang-kadang

buah, jarang mengkosumsi daging. Minum 8-10 gelas per hari,

 Saat ini : ibu terakhir makan jam 07.00, porsi makan setengah

piring, jenis makanan sayur maronngi sama ikan laut, air 1

gelas, setelah itu ibu minum susu jam 08.00 1 gelas

b. Pola Eliminasi : sejak sakit perut jam 04.00 WIB ibu BAK 4x,

sedikit-sedikit tidak ada keluhan, BAB 1 x tadi pagi, konsentrasi

lunak ,warna kekuningan dan tidak ada keluhan.

c. Pola Aktivitas : selama proses melahirkan ibu melakukan aktivitas

seperti berjalan-jalan saat tidak ada kontraksi

d. Pola Istirahat dan Tidur : ibu dapat tidur siang selama 1 jam,

malam hari tidur selama 6 jam lalu terbangun pada pukul 04.00

karena merasakan mules, dan ibu masih langsung bangun dan

dibuat jalan-jalan .

e. Pola Seksual: selama kehamilannya ibu melakukan hubungan

seksual 1-2x dalam seminggu

f. Pola Hygiene : ibu mandi 2x sehari selalu mengganti pakaian

dalam sehabis mandi, gosok gigi setiap kali mandi

g. Psiko, Sosial, Spiritual : ibu mengatakan senang dengan

kehamilannya yang sekarang, suami dan keluarga sangat senang

dan mendukung kehamilannya.

B. Data Obyektif
37

1. Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan Umum:

Keadaan Umum : Cukup TD : 120/80 mmHg

Kesadaran : composmentis Nadi : 88x/menit

BB : 60 kg Suhu : 36,3ºC

TB : 154 cm RR : 20x/menit

Lila : 25 cm

b. Status Present

Kepala : Kepala dan wajah simetris, tidak ada benjolan

abnormal, tidak odema

Mata : Strabismus (-), sclera putih, konjungtiva merah muda

Hidung : Tidak ada polip, tidak ada benjolan abnormal, tidak

terdapat cuping hidung

Mulut : Bersih, tidak ada stomatitis, tidak terdapat gigi

berlubang/caries gigi

Telinga : Bentuk telinga simetris, pendengaran baik, tidak ada

serumen

Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan

tidak terdapat bendungan vena jugularis

Ketiak : Tidak terdapat benjolan abnormal, tidak ada

pembesaran kelenjar

Dada : Simetris, wheezing (-), ronchi (-), tidak terdapat

benjolan abnormal pada payudara, nyeri tekan (-)


38

Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada luka bekas operasi, tidak

ada benjolan abnormal

Lipat Paha : Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan

bendungan vena femoralis

Ekstremitas : Tidak terdapat odema pada tangan dan kaki, tidak

terdapat varises, pergerakan bebas

Punggung : Tidak terdapat kelainan pada tulang seperti lordosis,

kifosis dan scoliosis.

Anus : Tidak terdapat kelainan, tidak terdapat hemoroid

c. Status Obstetrik

1) Inspeksi

Muka : tidak terdapat chloasma gravidarum

Mamae : puting menonjol, ASI sudah keluar, areola

menghitam, hipervaskularisasi (-)

Abdomen : striae albican(+), linea alba (+)

Vagina : terdapat pengeluaran lendir dan darah, tidak terdapat

tanda PMS

2) Palpasi

Leopold I : teraba bokong janin pada fundus uteri

Leopold II : teraba bagian punggung janin pada perut kiri ibu

dan teraba ekstremitas kecil pada perut kanan ibu


39

Leopold III : teraba kepala pada bagian bawah Rahim, sudah

masuk PAP

Leopold IV : 3/5 bagian sudah masuk PAP

TFU : 30 cm

DJJ : 138x/menit

Reflek patella : +/+

3) Pemeriksaan dalam (tanggal 17-01-2023 jam 09.15 WIB)

Vulva/Vagina : terdapat pengeluaran lendir darah

Serviks :

 Keadaan : Terbuka

 Pembukaan : 6 cm

 Efficement : 75%

Kulit Ketuban : positif

Presentasi : kepala

POD (Point Of Direction) : UUK jam 12, molase 0, Hodge 2

4) Reflek Patela : +/+

5) Pemeriksaan penunjang

Tidak dilakukan, Hasil Lab tanggal 10 Januari 2023 Hb 11 gr %,

Hasil lab tanggal 15 Juni 2022 Golongan darah B, HIV NR,

HBs Ag NR, Sifilis negatif

C. Diagnosa Kebidanan
40

Ny”A” usia 33 tahun GII P10001 Ab0 usia kehamilan 40-41 minggu T/H/I

dengan Inpartu kala 1 fase aktif

D. Penatalaksanaan

1. KALA I (tanggal 17 Januari 2023 jam 09.20 WIB)

a Memberitahukan hasil pemeriksaan bahwa ibu dan janin dalam

keadaan baik, ibu akan melahirkan, pembukaan 6 cm, ibu

mengatakan memahami penjelasan bidan.

b Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri agar aliran oksigen ke

janin lancar, ibu memilih tidur dengan posisi miring kekiri


41

c Memberi tahu ibu agar tidak mengejan sebelum pembukaan

lengkap ( 10 cm), jika ada keinginan untuk mengejan dibuat

menganjurkan ibu untuk menarik nafas panjang dari hidung dan

dikeluarkan melalui mulut ketika kontraksi untuk mengurangi rasa

sakit dan membuat ibu lebih rileks dengan menarik napas panjang

saat his ibu bisa mempraktekkannya.

d Memberikan ibu makan dan minum disela-sela kontraksi agar ibu

ada tenaga untuk mengejan, ibu makan sedikit roti dan susu ibu

hamil

e Meganjurkan ibu untuk BAK/BAB jika terasa, ibu tidak merasa

ingin BAK/BAB

f Memberikan motivasi agar ibu tidak cemas dan lebih rileks dalam

menghadapi persalinan, ibu sudah tidak terlalu mencemaskan

persalinannya

g Menyiapkan partus set dan perlengkapan ibu dan bayi, sudah

disiapkan alat siap pakai

h Melakukan observasi meliputi HIS, DJJ, dan nadi setiap 30 menit

serta TD, suhu dan pemeriksaan dalam setiap 4 jam, hasil

pemeriksaan terlampir

Tangga jam TTV DJJ His VT Pemberian Ket

l (T,N,S,P) dalam Tx

10’

17- 09.45 N: 88x/m 140x/m 4x 42” -


42

01-‘23

10.15 N: 89x/m 138x/m 4x 41” Minum

susu

10.45 N: 88x/m 136x/m 4x 42”

11.15 N: 90x/m 140x/m 4x 45” Minum

susu

1145 N: 90x/m 142x/m 5x 42”

12.15 N: 90x/m 140x/m 5x 42”

DATA PERKEMBANGAN

Tanggal : 17 Januari 2023

Jam : 12.20 WIBWIB

a Data Subyektif

Ibu mengatakan perutnya semakin mules, keluar air banyak dari

kemaluan seperti kencing dan ada keinginan untuk mengejan

b Data Objektif

K/U : Baik

Kesadaran : composmentis

TD : 110/80 mmHg N : 88x/menit

RR : 20x/menit S : 36,8 C

Kontraksi : 5x 10” 40’ DJJ : 142x/menit

Wajah : ibu merasa kesakitan dan ingin meneran

Genetalia : tampak cairan ketuban jernih dan bloodshow (+)


43

Pemeriksaan dalam (jam 12.25)

Ø10 cm, eff tidak teraba, ketuban negatif, bagian terdahulu kepala,

tidak ada bagian kecil yang menyertai bagian terdahulu, bagian

terendah UUK kiri depan jam 12, molase 0, hodge II.

c Assesment

Ny”A” usia 33 tahun GII PI000I Ab0 usia kehamilan 40-41 minggu

T/H/I dengan Kala II

d Penatalaksanaan, Tanggal 17 Januari 2023 jam 12.25 WIB

Lakukan asuhan persalinan normal 60 langkah sesuai asuhan

persalinan normal.

1) Mendengar dan melihat adanya tanda gejala kala dua. (Ibu

merasa ada dorongan kuat dan meneran, tekanan yang semakin

meningkat pada rektum dan vagina, perenium tampak menonjol,

vulva dan spingter ani membuka).

2) Memastikan kelengkapan alat, bahan dan obat-obatan esensial

pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin

& memasukkan alat suntik ke dalam partus set.

3) Memakai celemek plastik.

4) Memastikan lengandan tangan tidak memakai perhiasan,

mencuci tangan dengan sabun & air mengalir.

5) Menggunakan sarung tangan dekontaminasi tingkat tinggi

(DTT) pada tangan kanan yg akan digunakan untuk pemeriksaan

dalam.
44

6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan dekontaminasi tingkat tinggi

(DTT) dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat

suntik). Memakai sarung tangan sebelah kiri/

7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang

telah dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke

perineum.

8) Melakukan pemeriksaan dalam, hasilnya Ø10 cm, eff tidak

teraba, ketuban negatif, bagian terdahulu kepala, tidak ada

bagian kecil yang menyertai bagian terdahulu, bagian terendah

UUK kiri depan jam 12, molase 0, hodge II.

9) Mencelupkan tangan yang bersarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik

dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus

selesai, denyut jantung janin dalam batas normal (140 x/menit).

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah

merasa ingin meneran, jelaskan pada keluarga untuk

mendukung dan memberi semangat ibu. Mengajari ibu cara

mengejan yang benar, yaitu dagu menempel ke dada, tidak

mengeluarkan suara dan mengejannya seperti orang ingin

buang air besar, ibu mengerti


45

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu

untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi

setengah duduk dan pastikan ibu merasa nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan

yang kuat untuk meneran.

- Membimbing ibu agar dapat meneran secara efektif

- Mendukung dan memberi semangat saat ibu meneran

- Ibu memilih meneran dengan posisi lithotomi

- Menganjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi

- Memberi makan dan minum susu

- Menilai DJJ diantara kontraksi( DJJ 142x/mnt)

14) Jika ibu belum merasa ingin meneran dianjurkan jongkok

atau mencari posisi yang nyaman

15) Saat kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5–6

cm ,meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi)

diperut ibu

16) Meletakan Under pad bawah bokong ibu.

17) Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan.

18) Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan.

19) Saat kepala janin tampak pada vulva dengan diameter 5–6

cm, maka lindungi perenium dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan


46

kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu

lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau

bernafas cepat dan dangkal.

20) Melakukan pengecekan ada lilitan tali pusat, ternyata tidak

ada

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran

paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.

Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga

bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian

gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang.

23) Setelah bahu lahir, satu tangan menyangga kepala dan bahu

belakang, tangan yang lain menelusuri dan memegang lengan

dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut kepunggung ,bokong ,tungkai dan kaki. Pegang kedua

mata kaki (masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang

kesdua kaki dengan melingkarkan ibu jari padasisi dan jari-jari

lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk).

25) Bayi lahir spt B langsung menangis dan bergerak aktif jam

12.45 WIB, meletakkan bayi diperut ibu.


47

26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan

bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan

verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.

AS 1 menit 8.

KALA III PERSALINAN

Catatan Perkembangan kala III Tanggal 17 Januari Jam : 17.46 WIB

S : ibu mengeluh perutnya mulas.

O : Keadaan umum : cukup

Kesadaran: Komposmentis.

Pemeriksaan Abdomen : TFU setinggi pusat, Tidak ada janin ke dua.

A : P20002 dengan Kala III Persalinan fisiologis.

P:

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan asuhan yang akan di berikan

yaitu akan disuntik oksitosin agar rahimnya berkontraksi dengan baik.

2. Menyuntikan oxytosin 10 IU secara IM di paha 1/3 distal lateral,

dilakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin.

3. Jam 17.47 WIB , tali pusat bayi dijepit dengan klem kira-kira 2-3 cm

dari pusar bayi, menggunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk

mendorong isi tali pusat kearah ibu, dam klem tali pusat pada sekitar 2

cm distal dari klem yang pertama.

4. Dilakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.( dengan satu tangan,

pegang tali pusat yang telah dijepit, lindungi perut bayi, dan lakukan
48

pengguntingan tali pusat diantara dua klem. Ikat tali pusat dengan

benang steril pada satu sisi, kemudian lingkarkan lagi benang tersebut

dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Lepaskan

klem dan masukkan dalam bengkok.

5. Letakkan bayi tengkurap didada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.

Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel didada ibunya,

usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih

rendah dari puting susu ibu. Selimuti bayi dan ibu dengan kain yang

kering dan hangat, memasang topi dikepala bayi.

6. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

7. Letakkan satu tangandiatas kain pada perut bawah ibu( diatas symfisis),

untuk mendeteksi kontraksi, Tangan lain memegang klem untuk

menegangkan tali pusat.

8. Tampak semburan darah dan tali pusat bertambah panjang. Setelah

uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan

yang lain mendorong uterus kearah belakang atas( dorso kranial) secara

hati-hati.

9. Saat plasenta muncul diintroitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua

tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin

kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah

disiapkan.

10. Plasenta lahir spt pukul 12. 50 WIB. Melakukan masage uterus 15

detik.
49

11. Mengecek apakah perdarahan aktif dan adanya robekan perineum,

ternyata perdarahan tidak aktif dan tidak ada robekan perineum.

12. Kemudian cek kelengkapan kedua sisi plasenta, hasilnya plasenta lahir

lengkap.

13. Memastikan kontraksi uterus baik dan tidak ada perdarahan

pervaginam.

14. Periksa kandung kencing, hasilnya kandung kencing kosong.

KALA IV PERSALINAN

Catatan perkembangan kala IV, tanggal 17 Januari 2023 jam 13.00 WIB

S : Perut ibu masih terasa mulas.

O : Keadaan umum : Cukup, kesadaran : Komposmentis.

TTV :

TD : 120/80 mmHg

N : 92x/menit

S : 36,5oC-37,5oC

RR : 20x/menit

Pemeriksaan fisik:

Abdomen: TFU3 jari bawah pst, Kontraksi uterus baik, Kandung kemih

kosong

Genetalia: Estimasi Pengeluaran darah kurang lebih 150 cc, tidak ada

luka robekan di perineum.

A : P20002 kala IV Persalinan fisilogis

P: Evaluasi kembali kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.


50

15. Memeriksa TTV ,TFU, kontraksi uterus, kandung kencing dan terjadi

perdarahan pervaginam setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30

menit pada 1 jam kedua pos partum.

16. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit didada ibu

paling sedikit 1 jam.

17. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler dipaha

kiri anterolateral.

18. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B dipaha kanan anterolateral.

19. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi.
51

20. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik.

21. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi (15 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di

dekontaminasi.

22. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

23. Membersihkan ibu dengan menggunakan air dekontaminasi tingkat

tinggi (DTT). Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.

Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.

24. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin makan atau minum.

25. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

26. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya

dalam larutan klorin 0,5%.

27. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

28. Melengkapi partograf

29. Melakukan kolaborasi dengan dokter. Advice dokter melanjutkan

observasi 4 jam kemudian

Tabel Pemantauan Kala 4:

Waktu Tekanan Suhu Nadi TFU Kontraksi Kandun Darah


(WIB) darah uterus g yang
kencing keluar
52

13.15 110/70Mmhg 90x 3 jrb pst baik kosong ± 5cc

13.30 110/70Mmhg 88x 3 jrb pst baik kosong ± 10cc

13.45 110/70Mmhg 88x 3 jrb pst baik kosong -

14.15 110/70Mmhg 36,5 84x 3 jrb pst baik kosong ± 5cc

14.45 110/70Mmhg 82x 3 jrb pst baik kosong ± 5cc

Catatan Perkembangan Bayi Tanggal: 17 Januari 2023 Jam 13.45

WIB

a Subyektif :Ibu mengatakan bayinya sudah berhasil menyusu

b Data Obyektif:

K/U : Baik , Kulit kemerahan, menangis kuat, gerak aktif

BB : 3100 gr

PB : 50 cm HR : 128x/menit

RR : 50x/menit S : 36,6 C

c Assesment

By Ny. A usia 1 jam dengan BBL Normal

d. Penatalaksanaan

1) Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

bayinya, bahwa kondisi bayi sehat


53

2) Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayi akan disuntik vit

K1 di paha kiri bawah lateral, untuk mencegah perdarahan otak.

3) Melakukan penyuntikan vit K1 mg, di paha kiri bayi sebelah

bawah lateral

4) Bayi diberikan lagi kepada ibu untuk disusui kembali. Dan

dijelaskan bahwa 1 jam kemudian akan di injeksi imunisasi

HB0.

Catatan Perkembangan Bayi Tanggal: 17 Januari 2023 Jam 14.45

WIB

d Data Subyektif: ibu mengatakan bayinya menangis kuat, bergerak

aktif dan menyusu dengan baik dikedua payudara

e Data Objektif

K/U : Baik , Kulit kemerahan, menangis kuat, gerak aktif

HR : 128x/menit

RR : 50x/menit S : 36,6 C

Reflek rooting baik, reflek menghisap baik, reflek moro baik, reflek

Babinski baik

f Assesment

By Ny. A usia 2 jam dengan BBL Normal

e. Penatalaksanaan
54

5) Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan

bayinya, bahwa kondisi bayi sehat

6) Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayi akan disuntik

imunisasi Hb0 di paha kiri bawah lateral, untuk mencegah

penyakit hepatitis B, pada saat proses persalinan.

7) Melakukan penyuntikan imunisasi HB0, di paha kanan bayi

sebelah bawah lateral

8) Bayi diberikan lagi kepada ibu untuk disusui kembali.

Catatan Perkembangan Ibu Tanggal: 17 Januari 2023 Jam 19.00 WIB

g Data Subyektif

Ibu mengatakan sangat senang dengan kelahiran bayinya, merasa

sudah sehat, ASInya sudah keluar, bayinya sudah bias menyusu

dengan baik dan ibu tidak ada keluhan apapun.

h Data Objektif

K/U : Baik

Kesadaran : composmentis

TD : 120/80 mmHg N : 80x/menit

RR : 20x/menit S : 36,6 C

Wajah : ibu tampak sering tersenyum bahagia

Genetalia : lokhea rubra(+)

i Assesment
55

Ny”A” usia 33 tahun P20002 Post partum 6 jam Fisiologis

f. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil

pemeriksaan bahwa kondisi ibu dan bayi sehat

2. Ibu diperbolehkan pulang

3. KOnseling GIZI. Perawatan bayi sehari-hari dan

pemberian ASI ekslusif

4. Memberikan advish dokter :

Fe 10 biji diminum 1x1 tablet, Amoksicilin 500 mg 15

biji diminum 3x1, Asam mefenamat 10 bj 3x1

5. Konseling kapan harus kunjungan ulang, yaitu 6 jam – 2

hari satu kali, 3-7 hari satu kali, 8-28 hari satu kali atau

jika ada keluhan pada ibu, atau jika ada tanda bahaya

pada bayi muda( seperti tidur terus tidak mau minum

ASI, muntah terus, kejang, sesak, panas).


56

BAB IV

PEMBAHASAN

Tanggal 17 Januari 2023 jam 09.00 WIB ibu datang kepuskesmas dengan

mengeluh perut mulas-mulas dan keluar lendir darah, ibu merasakan mulas-mulas

sejak jam 04.00 WIB dilakukan pemeriksaan diantara pemeriksaan fisik, tanda-

tanda vital serta pemeriksaan dalam Ø6 cm, eff 75%, ketuban utuh, bagian

terendah UUK jam 12, hodge II, molase 0, DJJ 138x/menit, His 4x10’41”.

Penatalaksanaan yang diberikan adalah menganjurkan ibu untuk tidur miring ke

kiri agar aliran oksigen ke janin lancar hal ini didukung oleh teori, posisi miring

kiri dapat memaksimalkan aliran darah dan gizi ke plasenta sehingga bayi

mendapatkan asupan yang maksimal karena posisi ini membebaskan vena cava

inferior dari tekanan karena vena cava inferior pada abdomen bagian kanan

(Sarwono, 2012).
57

Serta menganjurkan ibu untuk tarik nafas panjang dari hidung dan

dikeluarkan melalui mulut ketika kontraksi untuk mengurangi rasa sakit hal ini

sesuai dengan teori, dengan menarik napas panjang tubuh akan mengeluarkan

hormone endorfin yaitu sejenis zat yang memberikan rasa nyaman dan juga

merupakan pereda rasa sakit alami, serta dengan nafas panjang membantu paru-

paru bekerja dengan baik dapat menjadikan perasaan lebih nyaman dan tenang

(Anik M, 2011).

Pada Jam 12.20 WIB Ibu mengatakan perutnya semakin mules, keluar

air banyak dari kemaluan seperti kencing dan ada keinginan untuk

mengejan, di lakukan pemeriksaan dalam ,hasilnya pembukaan Ø10 cm, eff

tidak teraba, ketuban negatif, bagian terdahulu kepala, tidak ada bagian kecil

yang menyertai bagian terdahulu, bagian terendah UUK kiri depan jam 12,

molase 0, hodge II. DJJ 142x/menit, His 5x10’40”. Ibu memasuki Kala II

persalinan atau kala pengeluaran janin. Hal ini sesuai dengan teori yang

disampaikan oleh Sondakh tahun 2013, dimana gejala kala II adalah

sebagai his semakin kuat dengan interval 2-3 menit dengan durasi 50- 100

detik, Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak, ketuban pecah pada pembukaan

mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan akibat tertekannya pleksus

frankenhauser.

Dilakukan asuhan persalinan normal 60 langkah sesuai asuhan

persalinan normal. Bayi lahir spontan B langsung menangis dan bergerak

aktif jam 12.45 WIB. Bisa disimpulkan bahwa persalinan ibu berlangsung

normal, dimana kala II hanya berlangsung selama 25 menit, sesuai dengan


58

teori bahwa lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida

0,5-1 jam (Sondakh, 2013).

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang

dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut dapat

dikatakan normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi

letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan alat-alat pertolongan,

serta tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung
59

dalam waktu kurang dari 24 jam (Sondakh, 2013). Persalinan merupakan

suatu keadaan yang fisiologis namun harus diwaspadai kemungkinan

terjadinya suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu maupun janin.

Kebanyakan kematiaan ibu merupakan tragedi yang dapat dicegah,

dihindari dan membutuhkan perhatian dari masyarakat internasional

(Prawirohardjo, 2009).

Normalnya tahap persalinan kala 1 mulai dari pembukaan serviks

dan kontraksi tejadi teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya)

minimal 2 kali dalam 10 menit 40 detik hinga serviks membuka lengkap (10

cm). Kala I persalinan terdiri atas dua fase fase laten dan fase aktif, fase

aktif yaitu frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap pada pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau

10 cm, Terjadi penurunan bagian bawah janin (Wiknjosastro, 2008).

5.2 Saran

1. Pasien dan Keluarga

Diharapkan pasien dan keluarga lebih faham tentang pentingnya

dukungan keluarga dalam asuhan persalinan normal.

2. Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat lebih meningkatakan asuhan sayang ibu dan bayi,

dengan menerapkan prinsip tindakan aseptic dan pencegahan infeksi


60

serta dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan

kala 1 fase latenmemanjang

DAFTAR PUSTAKA

Kuswanti, Ina. 2014. Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


Kuswanti, Ina Dan Melina, Fitria. 2014. Askeb II Persalinan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Manuaba. 2014. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasia Kebidanan .
Jakarta : EGC.
Sulistyawati, A dan Nugraheny, E. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin. Jakarta : Slemba Medika
61
62

Anda mungkin juga menyukai