Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN HIV/AIDS

Dosen: Ns. Wanto Sinaga.,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh ;

RISKA AULIYAH (12020017)

Institut Kesehatan Dan Bisnis Kurnia Jaya Persada

Program study S1 Keperawatan

Semester 4

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul [HIV
AIDS].

Terima kasih saya ucapkan kepada bapak (Ns. Wanto Sinaga.,S.Kep.,M.Kep) yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami
bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa tugas (Bahaya merokok) yang kami buat ini masih jauh dari
kata sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Palopo, 05 Agustus 2022

RISKA AULIYAH
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL………………………………………………………..
KATA
PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………… BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………………..

A. Latar belakang ………………………………………………… ………


B. Rumusan masalah ………………………………………………………
C. Tujuan ………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….


A. Deskripsikanlah dalam bentuk narasi, atau tabel, atau grafik terkait Prevalensi HIV
dan AIDS (Tahun 2021):
a). dunia (dunia) ………………………………………………………….
b). Indonesia ………………………………………………………………
c). Provinsi SulSel …………………………………………………………
d). Kota Palopo ………………………………………………………………
B. Deskripsikanlah apa yang menjadi Trend saat ini terkait HIV AIDS ………..
C. Deskripsikanlah apa yang menjadi Issue saat ini terkait HIV ADIS …………
D. Buatlah :
a). Pengkajian, …………………………………………………………………….
b). Diagnosa Keperawatan, ………………………………………………………
c). Intervensi Keperawatan ………………………………………………………
(cantumkan salah satu EBP berdsarkan jurnal terkait tindakan keperawatan pada
Pasien HIV AIDS). Buatlah sesuai dengan Kasus yang di tentukan.
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….
A. KESIMPULAN ………………………………………………………………………
B. SARAN ………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. HIV/AIDS
adalah salah satu penyakit yang harus diwaspadai karena Acquired Immunodeficiency
Syndrome ( AIDS) sangat berakibat pada penderitanya. Acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh
manusia setelah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV (Human Immunodeficiency
Virus) [9]. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh evina yang membahas pemodelan
matematika pada penularan Human Immunodeficiency Virus (HIV) transmisi vertikal
berkaitan dengan pembuatan model SEIA. [4] Cara penularan HIV dapat melalui
hubungan seksual, penggunaan obat suntik, ibu ke anak-anak dan lain-lain [8]. Mengenai
penyakit HIV/AIDS, penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan
masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin pencegahan
penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase asimtomatik (tanpa gejala) yang
relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal tersebut menyebabkan pola
perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena). Jumlah kasus
HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat meskipun
berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari beberapa cara penularan tersebut,
masing-masing penularan memiliki resiko penularan cukup besar. Oleh karena itu,
penularan HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran mengalami perlambatan. 2 HIV
tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan
HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan
sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat
memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh dan
menunda awal terjadinya AIDS. Pengobatan dan perawatan yang ada terdiri dari
sejumlah unsur yang berbeda, yang meliputi konseling dan test mandiri (VCT),
dukungan bagi pencegahan penularan HIV, konseling tidak lanjut, saran-saran mengenai
makanan dan gizi, pengobatan IMS, pengelolaan efek nutrisi, pencegahan dan perawatan
infeksi oportunistik (IOS), dan pemberian obat-obat antiretroviral. Obat antiretroviral
digunakan dalam pengobatan infeksi HIV. Obat-obatan ini bekerja melawan infeksi itu
sendiri dengan cara memperlambat reproduksi HIV dalam tubuh [9]. Perkembangan
ilmu pengetahuan dibidang matematika memberikan peranan penting untuk menganalisa
pendekatan dan manajemen penularan penyakit. Pengobatan penularan penyakit tersebut
dapat dimodelkan ke dalam model matematika yaitu model pandemi SITA (Susceptible,
Infected, Treatment, AIDS) yang dikenalkan oleh F. Nyabadza (2008) [12]. Dalam
perkembangannya, untuk menganalisa model pengobatan HIV akan digunakan model
SITA (Susceptible, Infected, Treatment, AIDS) karena HIV tidak dapat sembuh dan
hanya dapat diperlambat penyebarannya melalui pengobatan HIV. Model SITA
memperhatikan pendekatan compartmental (pembagian kelas) maka populasi dibagi
kedalam empat kelas yaitu susceptible, infected, treatment, AIDS .

A. Rumusan Masalah
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN
B. Tujuan
Untuk mengetahui HIV /AIDS

BAB II
PEMBAHASAN

A. Prevalensi HIV dan AIDS (Tahun 2021)

Penderita HIV AIDS Jumlah penderita hiv aids


Dunia 38 juta orang
Indonesia 543.100 juta orang
Provinsi sulsel 11.250 warga di sulsel positif
Penyakit HIV/AIDS
Kota Palopo Sebanyak 22 kasus. Kemudian 2018
capai 72 kasus. Tahun 2019 naik
menjadi 96 kasus,dan tahun 2020
menurun menjadi 87 kasus.

B. Tren Penularan Berubah, Kasus HIV-AIDS di Kota Cirebon Melonjak


Angka kasus HIV/AIDS di Kota Cirebon melonjak, bahkan lebih tinggi
jumlahnya jika dibandingkan tahun 2019 lalu.
Belakangan ditemukan 2 kasus baru positif HIV/AIDS, sampai dengan bulan
Juni 2020 ini, tercatat ada 155 kasus orang dengan gejala tersebut.
Tingginya kasus HIV/AIDS ditengah pandemi Covid-19, salah satunya terkendala
disebabkan oleh pemeriksaan kepada orang-orang berisiko sehingga tindakan
penanggulangannya sedikit tersendat. Pasalnya banyak instansi lebih fokus
penangan dan pencegahan Covid-19. Seretaris Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) Kota Cirebon Sri Maryati mengatakan, tahun 2019 lalu hingga bulan
Desember kasus HIV-AIDS sebanyak 127 kasus. sementara tahun 2020 155 sampai
dengan Juni ini sudah mencapai 155 kasus. "Tahun 2020 ini lebih tinggi jumlahnya
dibandingkan di tahun 2019, karena sampai pertengahan tahun saja tercatat 155
kasus," katanya.

Ia menyatakan untuk menekan angka kasus HIV-AIDS tidak bisa dilakukan


setengah-setengah, semua unsur baik pemerintah daerah maupun masyarakat harus
terlibat.

C. Issue saat ini terkait HIV AIDS


Pengarusutamaan Isu HIV/AIDS Dalam Kurikulum Pendidikan Teologi
Pada tanggal 26-28 Oktober 2015, Christian Conference of Asia (CCA) dalam
kerjasama dengan PERSETIA dan PGI melaksanakan kegiatan bertema Training
and Workshop on HIV/AIDS For Theological Seminaries Lecturers. Kegiatan yang
berlangsung selama tiga (3) hari ini bertempat di gedung PGI di Jakarta. Hadir
dalam kegiatan ini utusan dari dua puluh empat (24) sekolah dan fakultas Teologi
yang ada di Indonesia yang sudah menjadi anggota PERSETIA.

Dalam kegiatan ini, dibahas berbagai topik disekitar isu HIV/AIDS yaitu HIV/AIDS
from Biblical Perspective oleh Rev. Dr. Batara Sihombing; HIV and AIDS
Situation in Indonsia oleh Dr. dr. Abraham Simatupang; HIV and AIDS From
Ethics Perspective oleh Rev. Dr. Robert Borrong; HIV and AIDS from Theology
Contextual/Interfaith Perspective oleh Rev. Dr. Erick Barus; HIV/AIDS and
Pastoral Counseling oleh Rev. Totok Wiryasaputra, Ph.D; Medical Aspect of
HIV/AIDS oleh Dr. dr. Alphinus Kambodji; HIV and AIDS and Human Sexuality
oleh Rev. Dr. Stephen Suleeman. Di dalam kegiatan ini juga dilaksanakan dialog
dengan KPA (Key Affected Population) dan group work yang mendesain
pengarusutamaan isu HIV/AIDS dalam kurikulum pendidikan Teologi di Indonesia.
D. Kasus pengkajian Diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan (Salah satu EBP
berdasarakan jurnal terakhir tindakan keperawatan pada pasien (HIV / AIDS)

KASUS

• Pasien masuk RSUP Dr. M Djamil Padang melaui IGD dirujuk dari RSUD
Lubuk Basung tanggal 19 Mei 2017 jam 14.30 WIB, dengan keluhan demam
tinggi sejak 1 minggu yang lalu, diare dengan frekuensi 3 kali dalam sehari
frekuensi cair, bewarma kuning, badan terasa lemah dan letih, nafsu makan
menurun, berat badan menurun.
• Pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2017 jam 10.00 WIB keadaan umum klien
tampak lemah dan letih. pasien mengataka diare, BAB cair dengan frekuensi 3
kali
sehari konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien mengatakan nyeri perut bagian
atas dan punggung kanan, nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan
skala nyeri berkirsar antara 6 sampai 7, nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien
juga mengatakan sering merasa haus, nafsu makan menurun, berat badan
berkurang.
• Pasien pernah dirawat di RSUP Dr.Mdjamil Padang 3 bulan yang lalu dan di
diagnosa HIV AIDS, pasien mendapat terapi ARV namun dihentikan karena
pasien mengeluh mual saat makan obat tersebut. Pasien mengatakan pernah
berhubungan seksual dengan sesama jenis 9 tahun yang lalu.
• Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang
sama atau penyakit menular.
• Saat sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang, sering merasa mual dan
muntah, pasien mendapatkan diet ML rendah serat + ekstra ikan gabus, porsi
makan hanya di habiskan 2 sendok makan,pasien minum 3 gelas sehari±600 cc.
Pasien mengalami diare 2 kali dalam sehari, bewarna kuning, konsistensi cair.
Saat sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak digunakan
untuk tidur dan istirahat, masalah yang ditemukan pasien saat tidur yaitu pada
malam hari terbangun karena BAB, demam serta keringat malam. Aktivitas
pasien banyak dibantu oleh keluarga.
• Keadaan umum pasien tampah lemah dengan TTV yaitu
TD: 80/60 mmHg,
N:89 x/i,
RR : 19 x/i,
S : 36,0oC.
Wajah: tampak pucat
Kepala: rambut tampak bewarna pirang. Distribusi rambut tidak merata, rambut
mudah rontok dan berketembe.
Mata : konjungtiva anemis
Mulut : bibir tampak kering dan pecah – pecah, mulut sariawan, terdapat kondidiasis
oral, Paru : hasil auskultasi paru didapatkan fase ekspirasi memanjang dikedua sisi
paru.
Abdomen: terdapat distensi abdomen, bising usus terdengar 20 x/i, saat di
palpasi teraba pembesaran hepar, saat dilaukan perkusi di dapatkan bunyi pekak.
Kulit: terhat kering, lesi turgor kulit kemabali > 2detik
Ekstremitas : tidak ada edema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, dan tonus
otot melemah.
• Status emosional Pasien tampak murung dan lesu.
Status kecemasan : pasien, pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya
semakain memburuk dan belum merasakan perubahan dari kesehatannya. Pola
koping: tampak kurang bersemangat dalam menjalani pengobatannya, dan
merasa pasrah terhadap penyakit yang dideritanya.
Komunikasi pasien: Pasien mampu di ajak berkomunikasi, namun saat
berkomunikasi pasien lebih banyak merunduk, saati bicara pasien hanya sesekali
melihat lawan bicara.
Konsep diri pasien :,pasien mengatakan merasa malu dengan kondisinya saat ini,
pasien tidak percaya diri dengan tubuhnya saat ini dan malu jika bertemu dengan
orang lain, pasien mengatakan pasrah dengan penyakitnya saat ini.
• Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien lebih sering menyendiri di kamar.
Pasien bekerja sebagai guru honorer, berpenghasilan 900.000 per bulanya.
gajinya digunakan untuk membiayai kehidupannya sendiri, pasien masih tinggal
bersama kedua orang tuanya. Pasien memakai kartu BPJS kelas III untuk
membiayai rumah sakit.
• Hasil pemeriksaan laboratorium hematoloigi tanggal 19 Mei 2017 yaitu Hb 10,1
g/dl, leukosit 5.140/mm3 , Trombosit 220.000/mm3 ,hematokrit 30%, Hasil
pemeriksaan hematologi tanggal 23 Mei 2017 yaitu Hb 9,2 g/dl, Leukosit
3230/mm3 eritrosit 3,0 Juta, Trombosit 265.000/ mm3 , hematokrit 29%,
retikulosit 0,3 %, LED 75mm, MCV 96 fL, MCH 31 pg, MCHC 32, Hitung
jenis Basofil 0 5, Eosinofil 0%, N.Batang 6 %, N.Segmen 84 %, Limfosit 9%,
Monosit 1%. Hasil pemeriksaan labor kimia klinik tanggal 19 Mei 2017 yaitu
GDS 107 mg/dl, ureum darah 14 mg/dl, kreatinin darah 0,6 mg/dl, albumin 2,8
gr/dl, globulin 2,6 g/dl, SGOT 99 u/i, SGPR 336 u/i,
• Hasil pemeriksaan Analisa gas darah tanggal 19 Mei 2017 yaitu PH 7,46, PCO2
23, PO2 162, HCO3- 16,4 Hasil pemeriksaan Analisa gas darah tanggal 20 Mei
2017 yaitu PH 7,49, PCO2 34, PO2 86, HCO3- 25,6. Pada pemeriksaan urin
tanggal 23 Mei 2017 yaitu, warna kuning muda, kekeruhan negatif, BJ 1,010,
PH 6,5 Leukosit 0 1, Eritrosit 0 – 1, Protein negatif, Glukosa negatif, Bilirubin
negatif, urobinogen positif.
Hasil pemeriksaan imunologi-serologi pada tanggal 22 Mei 2017 yaitu HbsAg
negatif, Anti HCV negatif, CD4 24, procalation 0,41 (low risk).

EBP berdsarkan jurnal terkait tindakan keperawatan pada PAsien HIV AIDS
PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN
HIV/AIDS
● Yetik MarlindaUniversitas Negeri Semarang
● Muhammad AzinarUniversitas Negeri Semarang
DOI: https://doi.org/10.15294/jhe.v2i2.22620
Abstract

Latar Belakang: Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) mempunyai peran penting dalam rantai penularan HIV/AIDS.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gambaran perilaku dalam pencegahan penularan HIV/AIDS pada
ODHA di Kota Semarang.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik snowball sampling. Informan penelitian adalah
ODHA dengan jumlah 3 orang yang telah memiliki pasangan tetap (suami-istri). Teknik pengambilan data dilakukan
dengan wawancara mendalam menggunakan pedoman wawancara. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan
pengetahuan HIV/AIDS pada informan sudah baik. Semua informan merasa sangat berisiko tinggi jika terinfeksi
HIV/AIDS dan akan merasa dikucilkan oleh masyarakat jika terinfeksi HIV/AIDS. Hambatan yang dirasakan terkait
ARV adalah rasa lupa mengkonsumsi serta ada efek samping ARV yang dirasakan. Seluruh informan sudah
melakukan pemeriksaan VCT. Apabila ingin memiliki keturunan, informan mengkonsultasikannya ke dokter.
Pemakaian kondom sudah konsisten pada pasangan ODHA, namun ketika berencana memiliki anak, kondom akan
dilepaS Simpulan: Perilaku pencegahan penularan HIV/ AIDS pada ODHA di Kota Semarang sudah dilakukan
dengan baik file:///C:/Users/ZYREX/Downloads/22620-Article%20Text-47052-1-10-20180402%20(1).pd

PENGKAJIAN RUANG PERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
a) Tekanan darah : 80/60 mmHg
b) Frekuensi pernafasan : 19x/m
c) Nadi : 89x/menit
d) Suhu badan : 36 C

▪ Wajah : tampak pucat


▪ Kepala : rambut tampak bewarna pirang distribusi rambut tidak
merata ,rambut mudah rontok dan berketembe
▪ Mata : konjungtiva anemis Mulut bibir tampak kering dan pecah -
pecah ,
▪ mulut sariawan , terdapat kondidiasis oral
▪ Paru : hasil auskultasi paru didapatkan fase ekspirasi memanjang
dikedua sisi paru
▪ Abdomen : terdapat distensi abdomen , bising usus terdengar 20 x / i
▪ Saat di palpasi teraba pembesaran hepar
▪ Saat dilakukan perkusi di dapatkan bunyi pekak
▪ Kulit : terlihat kering
▪ Lesi turgor kulit kembali > 2detik
▪ Ekstremitas tidak ada edema
▪ Akral teraba dingin
▪ CRT > 3 detik , dan
▪ Tonus otot melemah

2.Keluhan utama
Pasien keluhan deman tinggi sejak 1 minggu yang lalu,diare dengan frekuensi 3
kali dalam sehari frekuensi cair,berwarna kuning, badan terasa lemah dan letih,nafsu
makan menurun,berat badan menurun.

3. Riwayat keluhan sekarang


Pasien tampak lemah dan letih,pasien mengatakan diare,BAB cair dengan
frekuensi cair,berwarna kuning.pasein mengatakan nyeri perut bagian atas dan
punggung kanan,nyeri terasa seperti mendesak,pasien mengatakan skala nyeri berkirsar
antara 6 sampai 7.nyeri dirasakan hilang timbul pasien juga mengatakan sering merasa
haus,nafsu makan menurun ,berat badan berkurangan .
Pemeriksaan Hasil

19 Mei 2017 23 Mei 2017

HB 10,1 g/dl 9.2 g/dl

Leukosit 5.140/mm3 3230/mm3

Trombosit 220.000/mm3 265.000/mm3

Hematokrit 30% 29%

Eritosit - 3.000.000

Retikulosit - 0.3%

LED - 75 mm
MVC - 96 fL
MCH - 32
GDS 107 mg/dl -
Ureum 14mg/dl -
Keratinin 0.6 mg/dl -
Albumin 2.8 gr/dl -
Globulin 2.6 g/dl -
SGOT 99 u/i -
SGPR 336 u/i -

B . Diagnosa keperawatan
a. Defisit nutrisi
b. Isolasi diri
c. Gangguan pola tidur

NO Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan
1. Defisit nutrisi PENYEBAB Observasi
- Identifikasi status nutrisi
▪ Ketidakmampuan menelan - Identifikasi alergi dan
makanan intoleransi makanan
▪ Ketidakmampuan - Identifikasi makanan yang
mencerna makanan disukai
▪ Ketidakmampuan - Identifikasi kebutuhan kalori
mengabsorbsi nutrien dan jenis nutrient
▪ Peningkatan kebutuhan - Identifikasi perlunya
metabolisme penggunaan selang nasogastrik
▪ Faktor ekonomi (mis. - Monitor asupan makanan
finansial tidak mencukupi) - Monitor berat badan
▪ Faktor psikologis (mis. - Monitor hasil pemeriksaan
stres, keengganan untuk Terapeutik
makan) - Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
diet (mis. Piramida makanan)
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan,
jika perlu
- Hentikan pemberian makan
melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkanlaboratorium
2. Isolasi diri Penyebab Gejala dan Tanda Mayor

▪ keterlambatan Subjektif
perkembangan
▪ ketidakmampuan menjalin Merasa ingin sendirian
hubungan yang Merasa tidak aman di tempat umum
memuaskan
▪ ketidaksesuain minat
dengan tahap Objektif
perkembangan
▪ ketidaksesuain nilai- nilai Menarik diri
dengan norma Tidak berminat/menolak
▪ ketidaksesuain perilaku berinteraksi dengan orang lain
sosial dengan norma atau lingkungan
▪ perubahan penampilan
fisiks
▪ perubahna status mental Gejala dan Tanda minor
▪ ketidakadekuatan sumber
daya persinal Subjektif
(mis.disfungsi terbuka,
pengendalian diri buruk) Merasa berbeda dengan orang lain
Merasa asyik dengan pikiran sendiri
Merasa tidak mempunyai tujuan
yang jelas

Objektif

Afek datar
Afek sedih
Riwayat ditolak
Menunjukan permusuhan
Tidak mampu memenuhi harapan
orang lain
Kondisi difabel
Tindakan tidak berarti
Tidak ada kontak mata
Perkembangan terlambat
Tidak bergairah/lesu
3. Gangguan pola Penyebab : Gejala dan Tanda Minor
tidur
▪ Hambatan lingkungan (mis. Subjektif
kelembapan lingkungan Objektif
sekitar, suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan, bau Mengeluh kemampuan
tidak sedap, jadwal beraktivitas menurun (tidak
pemantauan/pemeriksaan/tind tersedia)
akan) Kondisi Klinis Terkait
▪ Kurang kontrol tidur
▪ Kurang privasi Nyeri/kolik
▪ Restraint fisik Hypertirodisme
▪ Ketiadaan teman tidur Kecemasan
▪ Tidak familiar dengan Penyakit paru obstruktif kronis
peralatan tidur Kehamilan
▪ Gejala dan Tanda Mayor : Periode pasca partum
kondisi pasca operasi
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

HIV/AIDS telah menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. HIV/AIDS


adalah salah satu penyakit yang harus diwaspadai karena Acquired
Immunodeficiency Syndrome ( AIDS) sangat berakibat pada penderitanya. Acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan sekumpulan gejala penyakit yang
menyerang tubuh manusia setelah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) [9]. Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh
evina yang membahas pemodelan matematika pada penularan Human
Immunodeficiency Virus (HIV) transmisi vertikal berkaitan dengan pembuatan model
SEIA. [4] Cara penularan HIV dapat melalui hubungan seksual, penggunaan obat
suntik, ibu ke anak-anak dan lain-lain [8]. Mengenai penyakit HIV/AIDS, penyakit
ini telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena
disamping belum ditemukan obat dan vaksin pencegahan penyakit ini juga memiliki
“window periode” dan fase asimtomatik (tanpa gejala) yang relatif panjang dalam
perjalanan penyakitnya. Hal tersebut menyebabkan pola perkembangannya seperti
fenomena gunung es (iceberg phenomena). Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke
tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif
terus dilaksanakan. Dari beberapa cara penularan tersebut, masing-masing penularan
memiliki resiko penularan cukup besar. Oleh karena itu, penularan HIV harus diberi
pengobatan agar penyebaran mengalami perlambatan. 2 HIV tidak dapat
disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat sepenuhnya menyembuhkan
HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak dapat dihentikan
sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan antiretroviral dapat
memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem kekebalan tubuh
dan menunda awal terjadinya AIDS

Anda mungkin juga menyukai