NAMA MAHASISWI
1. AFIDA NUR AINI NIM 11194862111242
2. HENY NOVARITA NIM 11194862111248
3. HJ.ZAKIAH NIM 11194862111250
4. JUHEN RETNI WATI NIM 11194862111251
5. KARTIKA YOLANDARI NIM 11194862111252
6. SISKA YUNITA NIM 11194862111259
7. ULVI FAHRIAH NIM 11194862111261
i
KATA PENGANTAR
Adapun Makalah ini yang telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan
ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
Dosen yang terhormat untuk memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Daftar Isi……………………………………………………………………...............ii
Bab 1 Pendahuluan………………………………………………………….................1
A. Latar Belakang……….……………………………………………………….. 1
B. Tujuan ………………………………………………………………………...3
C. Manfaat ………....…………………………………………………………….3
Bab 2 Tinjauan Pustaka….………………………………………………………........4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode neonatus adalah periode bayi lahir sampai 27 atau 28 hari (Wong,
Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008). Pada masa neonatus, terjadi
proses penyesuaian dengan kehidupan di luar rahim dan hampir sedikit perubahan
dalam pertumbuhan fisiknya (Supartini, 2004). Kemampuan orang tua dalam
memenuhi kebutuhan dasar dan memberikan stimulus sensorik-motorik mutlak
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan neonatus. Hal ini disebabkan karena
neonatus masih bergantung secara total pada lingkungan, terutama keluarga sebagai
lingkungan pertama dalam kehidupannya (Supartini, 2004). Stimulasi yang dilakukan
pada neonatus adalah stimulasi taktil, yaitu berupa menggendong, membelai, memeluk, dan
menjaganya agar tetap hangat (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz,
2008). Pentingnya stimulasi pada masa neonatus karena sensasi sentuhan adalah yang
paling berkembang pada saat lahir, karena sensasi ini telah berfungsi sejak dalam
kandungan sebelum sensasi lain berkembang (Supartini, 2004). Perkembangan
adalah bertambah sempurnanya kemampuan, keterampilan, dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam kemampuan motorik kasar, motorik halus, bicara dan bahasa, serta
sosialisasi dan kemandirian yang dimiliki individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini ialah sebagai berikut :
1.Menjelaskan Dan Menerangkan tentang Masa Neonatal
2. Mengetahui Macam-Macam Perkembangan Masa Neonatal
3. Menjelaskan Bentuk Perkembangan Psikologis Masa Neonatal
4. Mewaspadai Bahaya Fisik Dan Psikologi Pada Periode Neonatal
C. Manfaat
a. Akan lebih memahami setiap periode yang terjadi pada masa neonatal
b. Bisa memberikan Asuhan yang tepat dalam pelayanan Maternal dan Perinatal untuk
mendaptakan bayi yang sehat
c. Lebih bisa memahami dan bisa meidentifikasi kebutuhan psikolgi masa neonatal
1
2
BAB II
. TINJAUAN PUSTAKA
badan yang lain, Sedangkan tengkorak manusia dewasa adalah kurang lebih 1/8 dari panjang
badan. Ketika dilahirkan, tengkorak bayi baru lahir masih belum sempurna menjadi tulang.
Setengah bayi baru lahir mempunyai bulu halus yang dinamakan lanugo, khususnya di
belakang, bahu, dan dahi bayi pramasa. Lanugo hilang dengan sendirinya dalam masa
beberapa minggu. Tidak semua bayi mempunyai rambut yang banyak. Ada yang botak, dan
ada yang mempunyai rambut yang terlalu halus sehingga hampir tidak dapat dilihat.
Biasanya setelah kelahiran, kulit bayi baru lahir sering berwarna keabu-abuan hingga biru
suram. Bayi baru lahir itu basah dan diliputi oleh tanda jalur darah serta bahan putih yang
dinamakan verniks kaseosa dan yang dianggap bertindak sebagai rintangan anti bakteria Bayi
baru lahir mungkin juga mempunyai bintik Mongolia, berbagai tanda lahir, atau kulit
mengelupas, khususnya di bagian pergelangan tangan, tangan, mata kaki, dan kaki.
Bagaimanapun, semua ini dianggap biasa dan akan hilang dengan peredaran masa.
Tali pusar bayi baru lahir berwarna putih kebiru-biruan. Selepas kelahiran, dokter akan
memotong tali pusar dan tali pusar yang ada di bayi baru lahir kira-kira panjangnya 1-2 inci.
Tali pusar itu akan menjadi kering dan keriput, serta menjadi hitam, dan kemudian lepas
dengan sendirinya dalam tempo kira-kira tiga minggu.
Proses menyusui dapat segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir cukup bulan akan
memiliki naluri untuk menyusu pada ibunya di 20 - 30 menit setelah ia lahir. Seperti yang
telah diketahui bersama, ibu harus menyusui sesering mungkin kapanpun bayi
menginginkannya. Ini berarti, paling tidak tiap 2 hingga 3 jam sekali dan tiap 4 hingga 5 jam
di malam hari dari 8 hingga 12 kali menyusui selama 24 jam. Umumnya bayi menyusu kira-
kira 20-40 menit sekali.
Pada masa bayi baru lahir (Neonatal) dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Periode Partunate, dimana masa ini dimulai dari saat kelahiran sampai 15 dan 30
menit setelah kelahiran. Periode ini bermula dari keluarnya janin dari Rahim ibu dan
berakhir setelah tali pusar dipotong dan diikat. Sampai hal ini selesai dilakukan, bayi
masih merupakan pascamatur, yaitu lingkungan diluar tubuh ibu.
Periode Neonate, dimana masa ini dari pemotongan dan pengikatan tali pusar sampai
sekitar akhir minggu kedua dari kehidupan pascamatur.Sekarang bayi adalah individu
4
yang terpisah, mandiri dan tidak lagi merupakan parasit. Selama periode ini bayi
harus mengadakan penyesuaian pada lingkungan baru di luar tubuh ibunya.
Meskipun rentang kehidupan manusia secara resmi dimulai pada saat kelahiran, kelahiran merupkan suatu
gangguan pada pola perkembangan yang dimulai pada saat pembuahan. Ini adalah suatu peralihan dari
lingkungan dalam ke lingkungan luar. Seperti halnya semua peralihan, diperlukan penyesuaian diri bayi.
Bagi beberapa bayi penyesuaian mudah dilakukan, namun beberapa bayi lain terasa sulit dan mengalami
kegagalan. Miller mengatakan “Dalam seluruh kehidupannya, tidak pernah terjadi perubahan lokasi yang
sangat tibatiba dan sangat menyeluruh”.
Pertumbuhan dan perkembangan pesat yang terjadi selama periode pranatal tiba-tiba terhenti pada
kelahiran. Kenyataannya seringkali terjadi sedikit kemunduran, seperti berkurangnya berat badan dan
kecenderungan menjadi kurang sehat dibandingkan dengan pada saat dilahirkan. Biasanya kemunduran
yang sedikit ini berlangsung beberapa hari sampai seminggu, dan setelah itu bayi mulai meningkat lagi.
Pada akhir periode bayi, keadaan perkembangan bayi kembali biasa seperti keadaan pada waktu ia
dilahirkan. Terhentinya pertumbuhan dan perkembangan yang merupakan ciri dari periode ini,
disebabkan oleh pentingnya melakukan perkembangan yang radikal pada lingkungan pascanatal. Sekali
penyesuaian ini terjadi, bayi kembali melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan. Meskipun
terhentinya perkembangan dalam periode ini merupakan hal yang normal, tetapi banyak orang tua,
terutama yang baru pertam kali mempunyai anak, menjadi khawatir dan takut Masa bayi neonatal
merupakan periode tersingkat dalam masa perkembangannya kalau-kalau ada yang salah pada anak
mereka. Akibatnya, terhentinya perkembangan ini dapat menjadi bahaya fisik.
Piaget percaya semua anak dilahirkan dengan kecenderungan bawaan untuk berinteraksi dengan
lingkungan mereka dan untuk memahaminya. Perubahan dramatis terjadi ketika bayi melewati periode
sensorimotor. Pada awalnya, semua bayi mempunyai perilaku bawaan yang disebut gerakan reflek
(reflex). Sentuhlah bibir anak yang baru lahir, dan bayi itu pun akan mulai menghisap; letakkan jari Anda
ke telapak tangan bayi, dan bayi itu pun akan menggenggamnya. Perilaku ini dan perilaku lain adalah
bawaan dan merupakan landasan yang menjadi dasar pembentukan skema pertama bayi tersebut.
Bayi segara belajar menggunakan gerakan reflek ini untuk mengahsilkan pola perilaku yang lebih
menarik dan intensional. Pembelajaran ini pada awalnya terjadi secara kebetulan dan kemudian melalui
upaya uji-coba yang lebih intensional. Menurut Piaget, pad akhir tahap sensorimotor, anak-anak telah
5
beranjak dari pendekatan pemecahan masalah yang sebelumnya bersifat uji-coba ke pendekatan yang
lebih terencana.untuk pertama kali mereka dapat melambangkan objek dan peristiwa ke dalam pikiran.
Sekarang muncul apa yang disebut “pemikiran” oleh kebanyakan di antara kita. Ini adalah kemajuan
besar karena hal itu berarti anak tersebut dapat memikirkan dan merencanakan perilaku. Misalnya,
andaikan anak yang berusia 2 tahun ada di dapur sedang mengamati ibunya menyiapkan makan malam.
Apabila anak itu tahu di mana bangku pijakan disimpan, mungkin dia akan memintanya dipasang untuk
dapat melihat meja dengan lebih jelas dan untuk memeroleh kesempatan yang lebih baik untuk menggigit
makanan.
Tidak ada kemungkinan untuk meramalkan secara tepat bagaimana perkembangan individu di masa
depan berdasarkan perkembangan yang tampak pada waktu dilahirkan (Hurlock, 1980). Tetapi,
perkembangan bayi yang baru lahir dapat memberi petunjuk tentang apa yang dapt diharapkan akan
terjadi seperti yang di katakan oleh Bell dkk:
“Perilaku bayi neonatal lebih menyerupai kata pendahuluan sebuah buku daripada sebuah meja yang
isinya bulum ditemukan. Selanjutnya pendahuluan itu sendiri hanyalah suatu garis besar yang
memerlukan perbaikan yang cepat. Terdapat beberapa petunjuk mengenai sifat buku di dalam
pendahuluan tetapi hanya dalam bentuk kode dan memandang petunjuk itu sebagai ramalan cenderung
akan mengecewakan”.
Masa bayi neonatal merupakan periode yang berbahaya, baik secara fisik maupun psikologis. Secara
fisik periode ini berbahaya karena sulitnya mengadakan penyesuaian diri secara radikal yang penting pada
lingkungan yang sagat baru dan sangat berbeda. Hal ini terbukti dengan tingginya tingkat kematian.
Secara psikologis, masa bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari orang-orang yang berarti bagi bayi.
Kebanyakan sikap yang terbentuk sepanjang periode pranatal dan mungkin berubah secara radikal setelah
bayi dilahirkan, tetapi beberapa di antaranya relatif menetap atau semakin kuat bergantung pada kondisi
pada saat kelahiran dan pada mudah atau sulitnya penyesuaian antara bayi dan orang tua.
Bayi neonatal harus melakukan empat penyesuaian pokok sebelum mereka dapat melanjutkan
kemajuan perkembangan mereka. Kalau penyesuaian ini tidak segera dilakukan, kehidupan mereka akan
terancam. Selama penyesuaian ini, tidak terjadi kemajuan perkembangan, malahan perkembangannya
terhenti atau bahkan mundur ke tahap perkembangan yang lebih rendah.
6
Pada mulanya semua bayi mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan pascanatal.
Beberapa mungkin mengalami kesulitan dalam penyesuaian dengan perubahan suhu dan menderita
salesma yang dapat berkembang menjadi pneumonia. Bayi yang lain mengalami kesulitan dalam bernafas
dan harus diberi oksigen. Kebanyakan bayi tercekik pada saat mencoba menghisap dan menelan, dan
banyak yang sering muntah sehingga kurang memperoleh makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan
atau tidak dapat mempertahankan berat badan mereka. Tidak banyak yang mengalami kesulitan dalam
pembuangan air besar.
Banyak kondisi yang memengaruhi keberhasilan bayi untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan
pascanatal. Kondisi terpenting antara lain, seperti yang ditunjukkan oleh hasil riset, jenis lingkungan
pranatal, jenis persalinan dan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan persalinan, lamanya
periode kehamilan, sikap-sikap orang tua dan perawatan pascanatal. Kondisi pertama yang memengaruhi
jenis penyesuaian diri yang dilakukan bayi pada kehidupan pascanatal adalah jenis lingkungan pranatal
yang dialaminya. Lingkungan pranatal yang sehat akan memberi penyesuaian diri yang baik pada
kehidupan pascanatal. Di lain pihak, terdapat banyak macam gangguan di dalam rahim yang dapat dan
sering menyebabkan bayi terpaksa lahir dan kemudian menjadi penyebab penderitaan hidup”. Perawatan
7
ibu yang kurang baik selama kehamilan yang disebabkan karena kemiskinan atau acuh tak acuh seringkali
menyebabkan kondisi-kondisi yang kurang menyenangkan berkembang di dalam lingkungan dalam rahim
yang mempengaruhi perkembangan anak(Desmita,2009).
Kekurangan gizi pada ibu selama kehamilan ternyata menyebabkan kelahiran prematur, mati pada
waktu dilahirkan, atau pada hari-hari pertama setelah lahir. Bayi yang ibunya menderita penyakit diabetes
lebih banyak mengalami kesulitan dalam penyesuaian dan tingkat kematian lebih tinggi daripada bayi
yang ibunya sehat.
Salah satu kondisi yang menimbulkan kesulitan dalam penyesuaian diri pascanatal adalah lingkungan
pranatal yang ditandai oleh tekanan kuat yang dialami ibunya dan dalam jangka waktu yang lama. Seperti
telah disebutkan diatas hal ini mengakibatkan komplikasi selama kehamilan dan persalinan. Tekanan
yang dialami ibu juga menyebabkan janin menjadi hiperaktif selama bulan-bulan terakhir kehamilanj dam
kondisi ini cenderung mapan setelah lahir, yang gejalanya tampak dalam kesulitan makan, gagal
menambah berat badan, sulit tidur, peka, cepat terganggu dan sejumlah kondisi-kondisi lain yang
membuat penyesuaian pada kehidupan pascanatal menjadi sulit.
Jenis Persalinan
Kondisi yang mempengaruhi jenis penyesuaian diri pada masa pascanatal adalah jenis persalinan
yang dialami bayi. Sampai sekarang kepercayaan tradisional tentang hal ini dan apa efeknya pada
penyesuaian individu dalam kehidupan masih banyak dianut orang. Misalnya, banyak kepercayaan
yang berkisar tentang baik tidaknya waktu kelahiran. Juga ada kepercayaan bahwa mudah atau
sulitnya persalinan memengaruhi penyesuaian pascanatal dan kepercayaan bahwa bayi yang lahir
sebelum waktunya tidak akan sekuat bayi yang 28 cukup bulan atau penyesuaian tidak seberhasil
penyesuaian bayi cukup bulan. Sekalipun teknologi medis yang canggih dipakai, persalinan tetap
merupakan pegalaman yang berbahaya. Jeffcoate menunjukkan bahwa “perjalanan yang paling
berbahaya yang dialami tiap calon bayi adalah saluran lahir empat inci”.
Bayi yang dilahirkan secara spontan biasanya lebih cepat dan lebih berhasil menyesuaikan diri pad
lingkungan pascanatal daripada bayi yang kelahirannya cukup sulit sehingga harus menggunakan alat
atau pembedahan caesar. Terdapat lebih banyak bahaya yang dihubungkan dengan persalinan dengan alat
dan bedah caesar dibandingkan dengan persalinan spontan. Semakin sulit persalinan semakin besar
kemungkinan terjadinya kerusakan dan semakin parah kerusakan yang terjadi. Wanita yang badannya
kecil relatif lebih banyak melahirkan bayi mati dibandingkan wanita yang berbadan besar, seringkali
karena harus menggunakan alat untuk membantu persalinan. Ketidakmampuan motorik, kelumpuhan,
9
cerebral palsy dan keterbelakangan mental seringkali dilaporkan sebagai akibat buruk dari persalinan
yang sulit, terutama bila harus digunakan sarana medis.
Meskipun periode ini singkat, namun periode bayi neonatal merupakan salah satu dari periode yang
paling berbahaya dalam rentang kehidupan. Bahaya dalam periode ini mungkin berbentuk fisik,
psikologis, atu kedua-duanya, dan dapat mempengaruhi penyesuaian diri saat ini dan masa depan. Dalam
ahl masa terhentinya perkembangan penyesuaian fisik berlangsung sangat lambat sehingga mengancam
kehidupan bayi. Secara psikologis, masa 30 terhentinyaperkembangan berbahaya karena dapat
menyebabkan orang tua menjadi cemas dan takut tentang perkembangan anak, perasaan-perasaan yang
dapat tetap ada dan mengakibatkan sikap yang sangat melindungi di tahun-tahun kemudian (Hamzah,
2006).
Beberapa bahaya fisik dapat bersifat sementara sedangkan beberapa lainnya dapat mempengaruhi
seluruh pola kehidupan individu, diantaranya.
Sebagai akibat kondisi lingkungan yang tidak baik, bayi akan mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan dengan kehidupan pascanatal. Ibu yang terlampau banyak merokok, misalnya, dapat
mempengaruhi perkembangan janin. Faktor penting lain yang menyebabkan bayi menjadi tegang dan
gelisah adalah tekanan berat yang dialami ibu dalam waktu yang lama.
Seperti telah ditekankan sebelumnya, persalinan yang sulit atau ruwet seringkali mengakibatkan
kerusakan otak sementara atau seterusnya. Kalau persalinan harus menggunakan alt-alat, misalnya
bila janin terlampau besar sehingga harus dibantu untuk turun ke dalam saluran persalinan atau letak
bayi sungsang atau melintang, selalu terdapat kemungkinan terjadinya kerusakan otak sebagai akibat
penggunaan alat. Pembedahan caesar atau kelahiran yang dipercepat dapat menyebabkan ancxia,
hilangnya oksigen untuk otak yang bersifat sementara. Kalau anoxia sangat hebat, maka kerusakan
otak akan jauh lebih besar daripada kalau anoxia hanya berlangsung beberapa detik. Semakin ruwet
persalinan dan semakin banyak kerusakan pada jaringan otak, maka efeknya pada penyesuaian diri
bayi dan kehidupan pascanatal akan semakin besar. Kerusakan otak yang hebat dan mapan akan
memberikan efek buruk pada semua penyesuaian selama masa bayi dan seringkali selama masa
10
kanak-kanak atau bahkan seluruh hidupnya. Efek kerusakan otak sangat sering tampak dalam
perilaku yang tidak terkoordinasi, hiperaktivitas, kesulitan belajar dan masalah emosional.
3. Kelahiran Kembar
Bayi kembar biasanya lebih kecil dan lebih lemah daripada bayi tunggal, karena keadaan penuh
sesak dalam periode pranatal menghambat gerakan janin. Bayi ini cendrung lahir sebelum waktunya
dan menambah permasalahan dalam penyesuaian diri.
4. Postmatur
Kelahiran postmatur (pascamatur) berbahaya hanya apabila janin menjadi begitu besar sehingga
memerlukan penggunaan alat bantu atau pembedahan, di mana bahaya lebih disebabkan karena
kondisi yang berkaitan dengan persalinan dan tidak semata-mata karena keadaan lewat umur. Satu
penelitian tentang bayi yang dilahirkan lebih dari tiga minggu dari seharusnya mereka mengalami
masalah dalam penyesuaian neonatal dan penyesuaian sosial sangat buruk dan memerlukan
pendidikan khusus pada usia tujuh tahun.
5. Prematur
Keadaan belum cukup umur menyebabkan lebih banyak kematian daripada kondisi lain. Ini akan
dibahas secara lebih rinci dalam bagian yang mengupas masalah kematian bayi. Bayi prematur juga
mudah mengalami kerusakan otak karena tengkorak kepala belum cukup berkembang untuk
melindungi otak dari tekanantekanan yang dialami selama persalinan. Masalah umum lainnya adalah
anoxia karena mekanisme pernapasan belum sepenuhnya berkembang.
Masalah yang harus dihadapi oleh semua bayi neonatal terdapat lebih banyak pada bayi
preamtur. Misalnya, mereka membutuhkan oksigen tiga kali lebih banyak dibandingkan bayi yang
cukup umur karena pernapasannya ditandai sentakan-sentakan dan keterengahengahan. Seringkali ia
mengalami kesulitan dalam mengembangkan paru-paru, dan lemahnya otot-otot membuat sulit
bernapas. Belum cukupnya umur mempengaruhi penyesuaian diri tidak saja selama bayi tetapi juga
pada tahun-tahun selanjutnya.
prematur lebih banyak mengalami sakit, dan menderita panyakit yang lebih parah dibandingkan
dengan bayi cukup umur, kecenderungan “sakitsakitan” menetap sampai masa kanak-kanak.
Mereka sering mengalami cacat fisik, terutama cacat mata akibat anoxia, yaitu masalah yang
umum pada kelahiran bayi prematur.
Kelambatan Perkembangan
Sampai usia dua atau tiga tahun mereka sering mengalami kelambatan dalam perkembangan
dibandingkan dengan bayi yang cukup umur. Misalnya, mereka sering terlambat duduk, berdiri,
dan berbicara.
Perilaku Sensorik
Bayi prematur sangat peka terhadap semua bentuk suara, terhadap warna dan objek
yangbergerak. Karena itu, pada saat bertambah besar ia lebih terganggu daripada bayi cukup
umur
Inteligensi
Sebagai kelompok, anak yang prematur mempunyai nilai IQ yang lebih rendah daripada anak
yang dilahirkan dengan cukup umur, dan ia mengalami cacat mental yang lebih parah karena
luka otak. Nilai tes membaca dan berhitung cenderung lebih rendah dan kelasnya berada di
bawah anak normal.
Sosialisasi
Penyesuaian sosial anak prematur cenderung buruk dibandingkan anak yang cukup umur.
Keadaan ini berlangsung terus sampai masa remaja dan sebagian disebabkan sikap orang tua
yang sangat melindungi. Mereka juga menunjukkan lebih banyak perilaku yang mengundang
masalah pada setiap tahap usia.
Perilaku Emosional
Beberapa anak prematur cenderung bersikap apatis secara emosional, tetapi lebih sering lagi
menjadi pemarah, mudah tersinggung, dan bersikap negatif. Kekacauanemosional, sebagaimana
sifat-sifat nervous, seperti mudah marah, berang, meledak, dan mengisap jempol, adalah lazim.
Perilaku Menyimpang
Ketika bayi yang menderita kerusakan otak pada saat dilahirkan bertambah besar, mereka
menunjukkan perilaku menyimpang, seperti cenderung mangalami kecelakaan, gerak-gerik yang
gelisah dan hiperkinetik, perilaku yang tidak teratur. Kalau kerusakan otak hanya ringan dan
bersifat sementara, mereka dapat menunjukkan penyimpangan perilaku, terutama perilaku yang
kurang matang dan mementingkan diri sendiri. Hal ini terutama karena mereka terlampau
dilindungi oleh orang tua yang selalu khawatir.
Pengendalian Motorik
12
Bayi prematur sering kali janggal dan mempunyai sikap tubuh yang buruk. Sering terjadi
cerebral palsy sebagai akibat dari kerusakan otak.
Perkembangan Bicara
Perkembangan bicara pada bayi prematur lebih lambat daripada bayi yang cukup umur.
Ocehocehan bayi bertahan lebih lama dan ia lebih banyak mengalami cacat dalam bicara,
terutama bicara gagap. Bayi prematur juga cenderung memiliki kosa kata lebih sedikit dan
melakukanbanyak kesalahan dalam menyusun struktur kalimat.
Fase neonatal adalah fase yang sangat rawan akan hubungan ibu dan bayi. Karena
kegagalan relasi pada masa ini akan memberi dampak pada tahap berikutnya. Kebutuhan
psikologi fase ini melipurti tiga hal penting yaitu seeing (memandang), touching
(sentuhan), dan caretaking (merawat dengan perhatian seluruh emosinya). Dengan
demikian kesempatan ibu kontak mata dan menyentuh serta melakukan sendiri dalam
mengganti popok adalah menjadi prioritas dalam intervensi perawat.
Respon perawat terhadap penolakan adalah komponen untuk kebutuhan individu yang
kontinyu sebagai mekanisme pertahanan. Dukungan metode efektif adalah
mendengarkan secara aktif. Diam atau tidak ada reinforcement bukanlah suatu
penolakan. Diam dapat diinterpretasikan salah, keefektifan diam dan mendengar
haruslah sejalan dengan konsentrasi fisik dan mental. Penggunaan bahasa tubuh dalam
berkomunikasi harus concern. Kontak mata, sentuhan, postur tubuh, cara duduk dapat
digunakan saat diam sehingga komunikasi berjalan efektif.
Rasa bersalah
Perasaan bersalah adalah respon biasa dan dapat menyebabkan kecemasan keluarga.
Mereka sering mengatakan bahwa merekalah yang menjadi penyebab bayinya
mengalami kondisi sakit. Amati ekspresi bersalah, dimana ekspresi tersebut akan
membuat mereka lebih terbuka untuk menyatakan perasaannya.
Marah
Marah adalah suatu reaksi yang sulit diterima dan sulit ditangani secara therapeutik.
Aturan dasar untuk menolak marah seseorang adalah hindari gagalnya kemarahan dan
dorong untuk marah secara assertif.
perutnya dan sangat berbeda kondisinya ketika bayi masih berada di dalam kandungan
yang terbiasa menelan air ketuban. Bayi sering merasa lapar karena memang pada saat
bayi baru lahir, lambung bayi belum terbiasa menampung makanan dalam jumlah yang
besar. Asupan makanan berupa ASI maupun susu formula ini baru bisa dia serap dengan
jangka waktu 2 atau kurang setelah itu bayi akan merasa lapar kembali. Terkait dengan
hal ini sebetulnya pemberian ASI kepada bayi setiap 2 jam sekali itu merupakan hal
yang dianjurkan oleh ahli kesehatan di dunia. Perlu ibu ingat bahwa keadaan bayi ibu
dan bayi lainnya mungkin berbeda. Karena hal inilah sebaiknya ibu memberi ASI
kepada bayi sesering mungkin mengingat ada juga bayi yang tidak menangis walaupun
dia merasa lapar. Akibatnya akan terjadi kasus bayi kuning dan bayi perlu perawatan
khusus agar pertumbuhannya tetap optimal.
Beberapa masalah pada bayi baru lahir sebetulnya telah ada solusinya masing-
masing sehingga kami yakin seorang ibu yang baru melahirkan anak pertama sekalipun
dapat menyelesaikan masalah bayi baru lahir tersebut. Menjadi seorang ibu dan seorang
ayah merupakan anugrah dari Tuhan. Bersukurlah selalu anda berdua telah diberi
kepercayaan oleh-Nya untuk mengasuh dan membesarkan bayi. Masih banyak mereka
yang telah menikah lama namun sampai sekarang belum mendapatkan kehamilan.
Mengingat hal ini hindarilah perasaan benci kepada bayi (baby blues) yang mungkin
muncul pada ibu dan ayah.
.
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PREMATURITAS
Bayi prematur (prematuritas) didefinisikan sebagai neonatus yang lahir pada usia gestasi
kurang dari 37 minggu (neonatus kurang bulan/NKB). Kelahiran prematur mengacu pada
kelahiran bayi yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Kelahiran prematur dibagi
menjadi, akhir kelahiran prematur usia kehamilan 34-36 minggu, prematur cukup minggu 32-34
minggu, sangat prematur kurang dari 32 minggu dan prematur dengan kelahiran ekstrim kurang
dari 28 minggu kehamilan (Lockwood et al, 2011).
Prematuritas merupakan salah satu masalah global yang masih perlu diperhatikan karena masih
tingginya angka mortalitas dan morbiditas yang disebabkan oleh kelahiran prematur.
Bayi prematur juga umumnya dapat mengalami gangguan pernapasan yang memerlukan
perawatan di neonatal intensive care unit (NICU) serta perawatan yang berkepanjangan yang
akan berdampak pada masalah keuangan keluarga maupun negara. Selain itu, bayi yang prematur
memiliki kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan perkembangan neurologi di
hari mendatang.
Kelahiran prematur merupakan permasalahan kesehatan yang terjadi pada saat bayi
dilahirkan. Anak yang dilahirkan prematur akan mengalami gangguan proses penting pada
perkembangan otaknya yang berakibat pada timbulnya berbagai masalah tumbuh kembang
berkaitan dengan kesehatan, penyesuaian psikologis dan fungsi intelektual (Joyce et al., 2012).
Perkembangan fisik
Pada masa awal pertumbuhannya, bayi prematur cenderung memiliki tubuh lebih kecil dan berat
badan lebih ringan daripada bayi seusianya yang terlahir cukup bulan.
Tak hanya itu, bayi prematur juga mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk
mengembangkan keterampilan motorik atau geraknya, seperti merangkak, berjalan, atau
memegang benda.Meski demikian, keterlambatan perkembangan motorik ini umumnya masih
tergolong ringan dan dapat membaik seiring pertumbuhannya.
16
Selama tahun pertama bayi prematur lebih banyak mengalami sakit, dan menderita panyakit yang
lebih parah dibandingkan dengan bayi cukup umur, kecenderungan “sakitsakitan” menetap sampai masa
kanak-kanak. Mereka sering mengalami cacat fisik, terutama cacat mata akibat anoxia, yaitu masalah
yang umum pada kelahiran bayi prematur.
Perkembangan sensori
Dibandingkan bayi yang terlahir cukup bulan, bayi prematur lebih rentan untuk
mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan, mulai dari hilangnya kemampuan untuk
mendengar, rabun dekat, rabun jauh, mata juling, hingga kebutaan.
Gangguan pendengaran dan penglihatan pada bayi prematur perlu dideteksi sejak dini guna
menghindari komplikasi berupa terhambatnya perkembangan kemampuan sosial, bahasa, dan
komunikasinya.
Perkembangan kognitif
Mayoritas anak yang terlahir prematur sebenarnya memiliki kemampuan berpikir dan belajar
yang baik serta dapat berprestasi layaknya anak-anak lain yang terlahir cukup bulan.
Meski demikian, beberapa anak yang terlahir prematur bisa saja mengalami gangguan kognitif,
seperti kesulitan untuk belajar membaca atau mengerjakan suatu tugas hingga selesai.
Tak jarang gangguan kognitif tersebut baru disadari ketika anak mengalami kesulitan di sekolah.
Bila hal ini terjadi, Anda perlu memberikan perhatian lebih untuk membantu proses belajar Si
Kecil, terutama pada usia awal sekolahnya.
Beberapa risiko gangguan tumbuh kembang pada bayi prematur di atas penting untuk diketahui
agar neonatus dapat mendapatkan pertolongan yang tepat, guna meminimalkan dampaknya pada
proses tumbuh kembang anak.
Perilaku Menyimpang
Ketika bayi yang menderita kerusakan otak pada saat dilahirkan bertambah besar, mereka menunjukkan
perilaku menyimpang, seperti cenderung mangalami kecelakaan, gerak-gerik yang gelisah dan
hiperkinetik, perilaku yang tidak teratur. Kalau kerusakan otak hanya ringan dan bersifat sementara,
mereka dapat menunjukkan penyimpangan perilaku, terutama perilaku yang kurang matang dan
mementingkan diri sendiri. Hal ini terutama karena mereka terlampau dilindungi oleh orang tua yang
selalu khawatir.
Pengendalian Motorik
Bayi prematur sering kali janggal dan mempunyai sikap tubuh yang buruk. Sering terjadi cerebral palsy
sebagai akibat dari kerusakan otak.
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masa neonatal merupakan permulaan atau peiode awal keberadaan sebagai individu dan
bukan sebagai parasit di dalam tubuh ibu. Masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat
bayi menjelang dua minggu. Periode yang tersingkat dari semua periode perkembangan yang ada.
Periode ini adalah saat di mana janin harus menyesuaikan dengan kehidupan di luar rahim ibu, di
mana ia telah hidup selama kurang lebih sembilan bulan. Pertumbuhan dan perkembangan pesat
yang terjadi selama periode pranatal tiba-tiba terhenti pada kelahiran.
Banyak kondisi yang memengaruhi keberhasilan bayi untuk menyesuaikan diri dengan
kehidupan pascanatal. Kondisi terpenting antara lain, seperti yang ditunjukkan oleh hasil riset,
jenis lingkungan pranatal, jenis persalinan dan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan
persalinan, lamanya periode kehamilan, sikap-sikap orang tua dan perawatan pascanatal.
Meskipun periode ini singkat, namun periode bayi neonatal merupakan salah satu dari periode
yang paling berbahaya dalam rentang kehidupan. Bahaya dalam periode ini mungkin berbentuk
fisik, psikologis, atu kedua-duanya, dan dapat mempengaruhi penyesuaian diri saat ini dan masa
depan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi gangguan psikologi pada masa neonatus, salah
satunya adalah Prematuritas. Bayi prematur (prematuritas) didefinisikan sebagai neonatus
yang lahir pada usia gestasi kurang dari 37 minggu (neonatus kurang bulan/NKB).
Kelahiran prematur merupakan permasalahan kesehatan yang terjadi pada saat
bayi dilahirkan. Anak yang dilahirkan prematur akan mengalami gangguan proses
penting pada perkembangan otaknya yang berakibat pada timbulnya berbagai masalah
tumbuh kembang berkaitan dengan kesehatan, penyesuaian psikologis dan fungsi
intelektual (Joyce et al., 2012).
B. SARAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Abaraya, M., Seid, S., & Ibro, S. (2018). Determinants of preterm birth at Jimma
University Medical Center, southwest Ethiopia. Jurnal Pediatric Health, Medicine and
Therapeutics, Volume 9, 101–107. https://doi.org/10.2147/PHMT.S174789
Fariyatul, Eni Fahyuni. (2019) Buku Ajar Psikologi Perkembangan. Sidoarjo: UMSIDA
Press.
KEMENKES, RI. 2016. Stimulasi, Deteksi Dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak.
Bakti Husada