Anda di halaman 1dari 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyeri Persalinan

1. Persalinan

a. Pengertian persalinan

Persalinan adalah rangkaian proses pengeluaran hasil konsepsi

(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar

kandungan melalui jalan lahir ataupun melalui jalan lain. Proses ini

dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh

perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran

plasenta (Sulistiyawati, 2012:4).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai penyulit. Persalinan dimulai (Inpartu) sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus

tidak mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (JNPK-KR,

2012:37).

b. Tanda persalinan

Tanda inpartu termasuk (JNPK-KR 2012:37)

7
8

1) Penipisan dan pembukaan serviks

2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam 10 menit)

3) Cairan lendir bercampur darah (“show”) melalui vagina

c. Tahapan persalinan

Menurut Sulistiyawati (2012) tahapan persalinan terdiri dari :

1) Kala I (pembukaan)

Inpartu (mulai partus) ditandai dengan penipisan dan

pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan

perubahan serviks (frekuensi 2 kali dalam 10 menit), cairan lendir

bercampur darah (show) melalui vagina (Nurasiah, 2014:66).

Kala I persalinan dimulai jika sudah terjadi pembukaan

serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit

selama 40 detik. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung

antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini

terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks

membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) dimana serviks

membuka dari 3-10 cm. Lamanya kala I pada primigravida

berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam.

Berdasarkan kurve friedman, diperhitungkan pembukaan

primigravida 1 cm per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per

jam, dengan perhitungan tersebut maka pembukaan lengkap dapat

diperkirakan (Sulistiyawati, 2012:7)


9

2) Kala II (pengeluaran bayi)

Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari

pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan

hisnya ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga

lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan

1 jam pada multigravida (Sulistiyawati, 2012:7). Diagnosis

persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala

janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Gejala utama

kala II adalah sebagai berikut :

a) His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-

100 detik.

b) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

c) Ketuban pecah pada saat mendekati lengkap diikuti keinginan

meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.

d) Dua kekuatan yaitu his dan meneran akan mendorong kepala

bayi sehingga kepala membuka pintu: suboksiput bertindak

sebagai hipomochlion, berturut-turut lahir ubun-ubun besar,

dahi, hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.

e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar,

yaitu penyesuaian kepala pada punggung.


10

f) Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi

ditolong dengan jalan berikut :

(1) Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,

kemudian ditarik curam ke bawah untuk melahirkan bahu

depan, dan curam ke atas untuk melahirkan bahu belakang.

(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak diikat untuk melahirkan

sisa badan bayi.

(3) Bayi lahir diikuti dengan sisa air ketuban.

3) Kala III (pelepasan plasenta)

Kala III dimualai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta.

Kala III disebut juga kala uri atau kala pengeluaran plasenta dan

selaput ketuban setelah bayi lahir. Lama kala III <10 menit pada

sebagian besar pelahiran dan,15 menit pada 95% pelahiran. Perlu

diingat bahwa 30% penyebab kematian ibu di indonesia adalah

perdarahan pasca persalinan (Nurasiah, 2014:154). Setelah kala II

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus

berhenti sekitar 5-10 menit. Lahirnya bayi dan proses retrasi

uterus, mka plasenta lepas dari lapisan nitabusch (Sulistiyawati,

2012:8). Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut:

a) Uterus menjadi berbentuk bundar

b) Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen

bawah rahim

c) Tali pusat bertambah panjang

d) Terjadi perdarahan (Sulistiyawati, 2012:8)


11

4) Kala IV

Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada

kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan,

paling sering terjadi 2 jam persalinan. Observasi yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

a) Tingkatkan kesadaran pasien

b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu dan

pernafasan.

c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila

jumlahnya melebihi 400-500 cc (Sulistiyawati, 2012:8).

2. Nyeri

a. Pengertian nyeri

Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan

komplek yang merupakan fenomena yang sangat individual dengan

komponen sensorik dan emosional (Indrayani, 2016:93).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan. Sifatnya sangat subyektif karena perasaan nyeri

berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan

hanya orang tersebutlah yng dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa

nyeri yang dialaminya (Uliyah, 2015:120).


12

b. Teori nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri,

diantaranya:

1) Transmisi nyeri

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi

impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi

efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi

impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-

serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban

dan endogen opiate sistem supresif (Uliyah, 2015:124).

2) Teori pengendalian gerbang

Mekanisme hambatan neurol atau spinal terjadi dalam

substansi gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal medula spinalis.

Impuls saraf yang diterima oleh nosiseptor, reseptor nyeri pada

kulit dan jaringan tubuh dipengaruhi oleh mekanisme tersebut.

Posisi hambatan menentukan apakah impuls saraf berjalan bebas

atau tidak ke medula dan talamus sehingga dapat menstransmisikan

impuls atau pesan sensori ke korteks sensorik. Jika hambatan

tersebut tertutup, hanya terdapat sedikit kondisi atau bahkan tidak

sama sekali. Jika hambatan terbuka, impuls dan pesan dapat

melewatinya dan ditransmisikan secara bebas (Cooper dan Fraser,

2009:465). Nyeri bergantung dari kerja serat saraf besarda kecil.

Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada


13

serat besar akan meningkatkan aktivitas sel T terhambat dan

menyebabkan hantaran rangsangan terhambat. Rangsangan serat

besar dapat langsung merangsang ke korteks serebri. Hasil persepsi

ini akan dikembalikan kedalam medula spinalis melalui serat

eferen dan reaksinya memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan

pada serat kecil akan menghambat aktivitas substansia gelatinosa

dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktifitas sel

T yang selanjutnya akan mengantarkan rangsangan nyeri (Uliyah,

2015:124).

3) Teori pola

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke

madula spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini

mengakibatkan suatu respon yang merangsang ke bagian yang

lebih tinggi, yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan

persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.

Persepsi dipengarihu oleh modalitas respon dari reaksi sel T

(Uliyah, 2015:124).

4) Teori pemisahan

Menurut teori ini rangsangan sakit masuk ke medula

spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di

daerah posterior. Kemudian naik ke traktus lissur dan menyilang

digaris median ke sisi lainnya dan berakhir di korteks sensoris

tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan (Uliyah, 2015:124).


14

c. Dampak nyeri

Menurut Brunner dan Suddarth (2002) dan Solehati (2015:141)

bahwa setiap nyeri menimbulkan perasaan yang tidak nyaman pada

klien, selain itu tanpa melihat pola, sifat, atau penyebab nyeri. Apabila

nyeri tidak segera diatasi dengan adekuat akan memberikan efek yang

membahayakan, contohnya mempengaruhi sistem polmoner seperti

pernafasan, kardioveskuler seperti tekanan darah dan denyut nadi,

gastrointenstinal seperti mual dan muntah, endokrin, dan immunologik

yaitu peningkatan sistem saraf simpatik (Bobak, 2004:254).

d. Stimulus nyeri

Seorang dapat menoleransi, menahan nyeri (pain tolerance),

atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri

(pain threshold). Terdapat beberapa stimulus nyeri, diantaranya:

1) Trauma pada jaringan tubuh. Misalnya karena bedah, akibat

terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada

reseptor.

2) Gangguan pada jaringan tubuh. Misalnya karena adema, akibat

terjadinya penekanan pada respon nyeri.

3) Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.

4) Iskemia pada jaringan. Misalnya terjadi blokade pada arteria

koronarian yang menstimulasi reseptor nyeri akubat tertumpuknya

asam laktat.

5) Spasme otot, dapan menstimulasi mekanik (Uliyah 2015:123).


15

3. Nyeri persalinan

a. Pengertian Nyeri Persalinan

Pada setiap kontraksi uterus, ibu mengalami nyeri yang amat

sangat hebat. Rasa nyeri pada permulaan persalinan mungkin terutama

disebabkan oleh hipoksia otot-otot uterus akibat kompresi pembuluh

darah uterus (Bobak, 2004:253).

Nyeri persalinan merupakan kombinasi nyeri fisik akibat

kontraksi miometrium disertai regangan segmen bawah rahim menyatu

dengan kondisi psikologis ibu selama persalinan. Kecemasan,

kelelahan dan kehawatiran ibu seluruhnya menyatu sehingga dapat

memperberah nyeri fisik yang sudah ada. Nyeri persalinan dialami

terutama selama kontraksi (Indrayani, 2016:94).

b. Penyebab Nyeri Persalinan

Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena

rangsangan nosiseptor dalam edneksa, uterus dan ligamen pelvis.

Nyeri persalinan kala I peregangan, dan trauma pada serat otot dan

ligamen (Simkin 2007:150).

Rasa nyeri persalinan muncul karena:

1) Kontraksi otot rahim

Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan

serviks serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium.

Karena rahim merupakan organ internal maka nyeri yang timbul

disebut nyeri vesceral.


16

2) Regangan otot dasar panggul

Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak

seperti nyeri visceral, nyeri ini terlokalisir di daerah vagina, rectum

dan parenium, sekitar anus. Nyeri kenis ini disebut nyeri somatic

dan disebabkan peregangan struktur jalan lahir bagian bawah

akibat penurunan bagian terbawah janin.

3) Episiotomi

Ini dirasakan apabila ada tindaka episiotomi, laserasi

maupun ruptur pada jalan lahir.

4) Kondisi psikologis

Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan

rasa ceman. Takut, cemas dan tegang memicu hormon

prostaglandin sehingga tibul stres. Kondisi stres dapat

mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri (Judha,

2012).

Sebab-sebab rasa nyeri dalam persalinan menurut William

Oxorn (2010:527), yaitu:

1) Distensi kutub bawah uterus

2) Peregangan ligamentum-ligamentum yang ada di dekat uterus

3) Penekanan atau peregangan ganglion saraf yang ada di sekitar

uterus

4) Kontraksi otot ketika otot ini berada dalam keadaan yang relatif

iskemik (serupa dengan angina pectoris). Ini terutama terjadi


17

kalau tonus uteri terlalu tinggi atau kalau kontraksi terlalu

sering berlangsung an berlangsung terlalu lama. Darah tidak

dapat masuk dalam jumlah memadai ke dalam otot tersebut

sehingga terjadi anoksia.

c. Fisiologis nyeri persalinan kala I

Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi,

peregangan servik pada waktu membuka, iskemia pada kopus uteri,

dan peregangan segmen bawah rahim. Selama kala I kontraksi uterus

yang menyebabkan dilatasi servik dan iskemia uteri. Impuls nyeri

ditransmisikan oleh segmen saraf spinal dan asesoric toracic bawah

simpatis lumbaris. Nervus ini berasal dari dari uterus dan serviks.

Ketidaknyamanan dari perubahan servik dan iskemia uterus adalah

nyeri visceral yag berlokasi dibawah abdomen menyebar kearah

lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya nyeri dirasakan

pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi (Bobak,

2004:253).

Rasa nyeri pada persalinan terjadi pada awal persalinan sampai

pembukaan lengkap dan berlangsung 12-18 jam, dilanjutkan kala

pengeluaran janin sampai pengeluaran plasenta. Rasa nyeri ini di

pengaruhi oleh kelelahan, keletihan, kecemasan dan rasa takut yang

akan menyebabkan peningkatan rasa nyeri.

Persalinan berhubungan dengan dua jenis nyeri yang berbeda.

Pertama berasal dari otot rahim saat berkontraksi, nyeri yang timbul
18

disebut nyeri verisal (nyeri yang bersifat tumpul, terbakar, dan

tersemar batas lokasinya). Nyeri viseral juga dapat dirasakan ditempat

lain yang bukan di tempat asalnya tersebut juga nyeri alih (reffered

pain).Nyeri yang kedua timbul pada saat mendekati kelahiran. Nyeri

ini terlokalisasi dan disebut nyeri somatik.

Situati dan kondisi dalam menghadapi nyeri ini sangat

individual, sehingga menyebabkan pengalaman rasa nyeri berbeda

antara satu perempuan dengan yang lain, demikian pula antara nyeri

persalinan pertama dengan persalinan berikutnya pada perempuan

yang sama. Rasa nyeri pada proses persalinan mengakibatkan

pengeluaran adrenalin. Pengeluaran adrenalin ini akan mengakibatkan

pembuluh darah berkontraksi sehingga akan mengurangi aliran darah

yang membawa oksigen ke uterus yang akan mengakibatkan

penurunan kontraksi uterus yang yang akan menyebabkan

memanjangnya waktu persalinan, sehingga menghilangkan rasa takut

dan nyeri selama proses persalinan terjadi hal yang cukup penting.

Nyeri dirasakan ibu pada kala I atau saat kontraksi

berlangsung. Pada kondisi ini terjadi nyeri viseral dan terasa seperti

rasa mules yang berasal dari uterus dan serviks. Rasa nyeri disebabkan

oleh meregangnya uterus dan dilatasi servik. Nyeri ditransmisi melalui

susunan saraf tulang belang T10-L1. Nyeri dapat dirasakan pada

dinding abdomen, daerah lumbosakralis, krista iliaka, bokong dan

paha. Sensasinya membuat ekspresi ibu terlihat tidak berdaya,


19

kemampuan pendengaran, dan konsentrasi ibu juga menurun

(Indrayani, 2016:94-95).

d. Respon fisiologis terhadap nyeri dalam persalinan

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang

terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan

menjerit (Uliyah, 2015:125).

Pengaruh nyeri pada tubuh akan menimbulkan respon fisik dan

respon tingkah laku. Untuk mengetahuinya harus dilakukan

pemeriksaan fisik.

1) Respons fisik

Respon fisik terhadap nyeri sangat bervariasi antara nyeri

akut dan nyeri kronis. Rasa nyeri akut akan menstimulasi sistem

saraf simpatis sehingga akan menimbulkan peningkatan tekanan

darah, denyut nadi, irama pernafasan, kontraksi pupil, kulit kering

dan terasa hangat atau panas. Perubahan ekspresi wajah yang dapat

diamati adalah menutup gigi atau mengerutkan geraham,

mendelikkan mata, menyeringai atau mengernyitkan dahi atau

mengigit bibir.

2) Respon tingkah laku

Perubahan perilaku dari individu yang mengalami rasa

nyeri, antara lain:

a) Menangis atau merintih

b) Gelisah

c) Banyak bergerak atau tidak tenang

d) Tidak konsentrasi
20

e) Insomnia

f) Mengelus-elus bagian tubuh yang mengalami rasa nyeri

(Solehati, 2015:140).

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri persalinan

1) Budaya

Budaya mempengaruhi ekspresi nyeri intranatal pada ibu

primipara. Penting bagi perawat maternitas untuk mengetahui

bagaimana kepercayaan, nilai, praktik budaya mempengaruhi

seorang ibu dalam mempresepsikan dan mengekspresikan nyeri

persalinan. (Judha, 2012:81).

2) Emosi (cemas dan takut)

Stres atau rasa takut ternyata secara fisiologis dapat

menyebabkan kontraksi uterus terasa semakin nyeri dan sakit

dirasakan. Karena saat wanita dalam kondisi inpartu tersebut

mengalami stres maka secara otomatif tubuh akan melakukan

reaksi defensif sehingga secara otomatis dari stres tersebut

merangsang tubuh mengeluarkan hormon stressor yaitu hormon

katekolamin dan hormon adrenalin. Katekolamin ini akan

dilepaskan dalam konsentrasi tinggi saat persalinan, jika calon ibu

tidak bisa menghilangkan rasa takutnya sebelum melahirkan, dan

akibat respon tubuh tersebut uterus menjadi semakin tegang

sehingga aliran darah dan oksigen ke dalam otot-otot uterus

berkurang karena arteri mengecil dan menyempit akibatnya adalah

rasa nyeri yang tak terelakkan. Maka dari itu, ketika ibu yang
21

sedang melahirkan ini dalam keadaan rileks yang nyaman, semua

lapisan otot dalam rahim akan bekerjasama secara harmonis seperti

seharusnya. Dengan begitu persalinan akan berjalan dengan lancar,

mudah dan nyaman (Judha, 2012:80-81).

3) Pengalaman persalinan

Pengalaman melahirkan sebelumnya juga dapat

mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Bagi ibu yang

mempunyai pengalaman yang menyakitkan dan sulit pada

persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada pengalaman

lalu akan mempengaruhi sensitifitasnya rasa nyeri (Judha,

2012:81).

4) Support sistem

Dukungan dari pasangan, keluarga maupun pendamping

persalinan dapat membantu memenuhi kebutuhan ibu bersalin, juga

membantu mengatasi rasa nyeri (Judha, 2012:81).

5) Persiapan persalinan

Persiapan persalinan tidak menjamin persalinan akan

berlangsung tanpa nyeri. Namun, persiapan persalinan diperlukan

untuk mengurangi rasa cemas dan takut akan nyeri persalinan

sehingga ibu dapat memilih berbagai teknik atau metode latihan

agar ibu dapat mengatasi ketakutannya (Judha, 2012:81).


22

4. Pengkajian Intensitas Nyeri

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parahnyeri dirasakan

oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua

orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

Namun, pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran

pasti tentang nyeri itu sendiri. Beberapa skala atau pengukuran nyeri, yaitu:

a. Skala pendeskripsian verbal

VDS merupakan garis yang terdiri atas tiga sampai lima kata

pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis,

pendeskripsian ini dirangkum dari tidak terasa nyeri sampai terasa nyeri (nyeri

yang tidak tertahankan). Pengukur menunjukan pada pasien skala tersebut atau

memintanya untuk memilih intensitas nyeri yang dirasakan.

Gambar 1.
VDS (Verbal Descriptor Scale)

b. Skala analog visual

Skala ini dapat diketahui dengan kata-kata kunci pada keadaan yang

ekstrim yaitu „tidak nyeri‟ dan „nyeri senyeri-nyerinya‟. Skala ini tidak memiliki

tingkatan yang tepat tanpa angka dan tidak memberikan ibu kebebasan untuk
23

memilih dengan apa yang dialami, hal ini menyebabkan kesulitan (Indrayani,

2016:111).

Skala ini berbantuk horizontal sepanjang 10 cm. Ujung kiri skala

mengidentifikasi tidak ada nyeri yang berat. Pada skala ini, garis dibuat

memanjang tanpa ada suatu tanda angka, kecuali angka 0 dan angka 10 (solehati,

2015:144).

Tidak nyeri Nyeri sangat hebat

Gambar 2
Visual Analog Sc

c. Skala intensitas nyeri numeri

Skala ini memiliki nilai numeris dan hubungan antara berbagai tingkat

nyeri. Skala nyeri ini terjadi dari garis 0-10 cm yang telah di tentukan terlebih

dahulu berdasarkan daerah yang paling nyeri kemudian diberi skalanya. Ibu

meminta menunjukan intensitas nyeri mereka pada skala 0-10. Skala 0

menunjukkan tidak ada rasa sakit dan nilai 10 inilah nyeri dirasakan paling buruk.

Instrumen NRS juga dapat dilengkapi dengan gambaran ekspresi wajah sehingga

mudah digunakan (Indrayani, 2016:111).

Nyeri pasien akan dikategorikan tidak nyeri (0). Nyeri ringan (1-3) secara

objektif pasien dapan berkomunikasi dengan baik. Nyeri sedang (4-6) secara

objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dan dapat mengikuti perintah dengan baik. Nyeri berat (7-9)

secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih
24

merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, serta tidak dapat diatasi dengan alih posisi, nafas panjang,

dan distraksi. Nyeri hebat (10) pasien sudah tidak mampu berkomunikasi atau

memukul (Judha, 2012:36).

Gambar 3 Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10


Sumber: Suciati, 2014:139

Keterangan:

1) Tidak nyeri 0

2) Nyeri ringan 1-3

3) Nyeri sedang 4-6

4) Nyeri berat 7-9

5) Nyeri sangat hebat 10

Tabel 1
Karakteristik nyeri

skala Karakteristik nyeri


0 Tidak nyeri
1 Sangat sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil
2 Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang lebih dalam
3 Gangguan cukup dihilanngkan dengan pengalihan perhatian
4 Nyeri dapat diabaikan dengan beraktifitas/melakukan pekerjaan, masih
dapat dialahkan
5 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit
6 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan untuk waktu yang lama, tapi masih bisa
bekerja
25

7 Sulit untuk berkonsentrasi, dengan diselangi istirahat/tidur kamumasih


bisa bekerja/berfungsi dengan sedikit usaha
8 Beberapa aktifitas fisik terbatas. Kamu masih bisa membaca dan
berbicara dengan usah. Merasakan mual dan pusing kepala pening.
9 Tidak bisa bicara, menangis, mengerang, dan merintih tak dapat
dikendalikan, penurunan kesadaran, mengigau.
10 Tidak sadarkan diri/pingsan
Skala intensitas nyeri numerik 1-10 menurut poter (2009)

d. Skala faces pain rating scale (FPRS)

FPRS merupakan skala nyeri dengan model gambar kartun dengan enam

tingkatan nyeri dan dilengkapi dengan angka dari 0 sampai dengan 5. Skala ini

biasanya digunakan untuk mengukur skala nyeri pada anak (Solehati, 2015:145).

Gambar 4
Faces Pain Rating Scale

5. Metode non farmakologi

a. Strategi stimulasi kulit

1) Hidroterapi

Hidro Terapi Zet (Mandi Whirlpool) ialah metode non

famakologis lain yang dipakai untuk memberikan rasa nyaman dan

rileks selama persalinan walaupun metode ini tidak diterima atau

diterapkan secara universal.

Manfaat hidro terapi zet adalah bebas dari rasa tidak

nyaman dan relaksasi tubuh. Secara umum, hidro terapi zet dapat
26

membuat kecemasan ibu menjadi berkurang serta dapat

melemaskan otot dan meredakan nyeri (Solehati, 2015:148).

Bidan yang bisa membantu persalinan dan kelahiran dalam

air mengatakan bahwa mula-mula air membantu relaksasi dan

kemudian serviks berdilatasi dengan cepat. Namun, setelah

beberapa jam, frekuansi dan intensitas kontraksi mulai berkurang

dan wanita harus keluar dari bak untuk menstimulasi kembali

persalinan aktif (Varney, 2007:719).

2) Transcutaneous elektrical nerve stimulation (TENS)

Transcutaneous elektrical nerve stimulation (TENS) atau

stimulasi saraf listrik transkutan adalah sebuah alat betenaga

baterai yang meredakan nyeri dengan merangsang ujung-ujung

saraf dengan setrum listrik. TENS merupakan suatu cara

penggunaan energi listrik yang menggunakan untuk merangsang

sistem saraf dan peripheal motor yang berhubungan dengan

perasaan melalui permukaan kulit dengan penggunaan energi

listrik dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai tipe nyeri

(Indrayani, 2016:146).

3) Terapi bola-bola persalinan atau Bhirthing Ball

Sebuah bola fisioterapi merupakan media dengan ukuran

dan kekokohan yang tepat untuk menggunakan dan menahan berat

badan. Wanita duduk diatas bola dengan kedua tungkainya terpisah

selebar 61 cm dan datar lantai. Postur tubuh harus bagus untuk


27

mempertahankan keseimbangan di atas bola. Ini memungkinkan

wanita mengambil posisi tegak kemudian ia dapat memutar

panggulnya dalam pola lingkaran atau pola angka delapan. Kedua

pola ini dapat meredakan nyeri punggung dan mendorong

penurunan janin. Wanita juga dapat duduk diatas bola menjulurkan

badan kedepan atau menggunakan birthing ball sebagai sandaran

punggung, baik pada posisi berlutut (bola diatas lantai) atau berdiri

(bola diatas tempat tidur atau meja). Posisi ini juga meluruskan

sumbu panjang uterus dan janin dengan panggul ibu dan

memfasilitasi posisi ubun-ubun kecil depan (Varney, 2007:721).

4) Kompres panas/dingin pada punggung bawah

Panas yang diberikan pada punggung bawah wanita di area

tempat kepala janin menekan tulang belakang dan mengurangi

nyeri. Panas akan meningkatkan sirkulasi ke area tersebut hingga

memperbaiki anoksia jaringan yang disebabkan oleh tekanan.

Lakukan kompres panas dengan hati-hati karena panas mudah

membuat wanita terbakar, bukan hanya akibat suhu kompresan tapi

juga karena panas yang diberikan pada area yang telah dioles krim

atau salep sebelumnya (Varney, 2007:721). Kompres panas dapat

meningkatkan suhu lokal pada kulit sehingga meningkatkan

sirkulasi pada jaringan untuk proses metabolisme tubuh. Hal

tersebut dapat mengurangi spasme otot dan mengurangi nyeri

(Nurasiah, 2014:57).
28

Beberapa bidan menemukan bahwa kompres dingin

mengurangi nyeri, sedangkan kompres panas sebaliknya. Diduga,

nyeri mereda karena dingin menimbulkan baal, kemungkinan

akibat vasokontriksi superisial. Beberapa wanita menemukan

bahwa pengguan kompres panas dan dingin secara bergantian

memberi rasa nyaman (Varney, 2007:721). Kompres dingin sangat

berguna untuk mengurangi ketegangan otot dan nyeri dengan

menekan spasme otot (lebih lama dari pada kompres panas)

(Nurasiah, 2014:57).

5) Usap pada abdomen

Usapan pada abdomen (abdominal rub) merupakan usapan

(pijatan) ringan pada seluruh abdomen, biasanya dilakukan dengan

arah melingkar dan sering kali difokuskan pada area abdomen

bawah dengan usapan sebanyak dua kali jika wanita merasa nyeri

dibagian tersebut. Usapan pada perut dapan meningkatkan

kenyamanan dan bisa dilakukan di lingkungan yang asing, serta

merupakan ekspresi kepedulian terhadap wanita. Tindakan ini juga

menigkatkan sirkulasi ke area perut sehingga mendilatasi pembulih

darah yang mengalami kontraksi akibat kontraksi, mengakibatkan

anoksia jaringan. Ingkatan aliran darah ini memerangi hipoksia

jaringan dan menjadi dasar fisiologis untuk meredakan nyeri

(Varney, 2007:721).
29

6) Penggunaan sentuhan fisik

Sentuhan teraupetik merupakan intervensi keperawatan

seperti bentuk masase yang lebih khusus yang dapat digunakan

untuk meredakan nyeri (Mander, 2003:166).

Sentuhan yang diberikan pada wanita (mis, pada tungkai,

kepala, lengan) tanpa ada tujuan lain dapat mengekspresikan

kepedulian, memberi kenyamanan dan pengertian, dan dapat

menentramkan, menenangkan, menghilangkan, kesepian. Namun,

sentuhan efektif hanya jika anda sendiri merasa nyaman

menyentuh orang lain dan jika wanita yang disentuh merasa

nyaman disentuh (Varney, 2007:722).

7) Effleurage

Effleurage (pengurutan), yang merupakan masase ringan

abdomen dengan gerakan ujung jari-jari tangan yang polanya

melingkar cukup efektif untuk mengatasi ketidaknyamanan yang

ringan hingga sedang (Mayering, 2014:105-106). Effleurage adalah

pijatan ringan dengan menggunakan jari tangan, biasanya pada

perut, seirama dengan pernafasan saat berkontraksi. Effleurage

merupakan teknik pijatan dengan menggunakan telapak jari tangan

dengan pola melingkar di beberapa bagian tubuh atau usapan

sepanjang punggung dan ekstremitas (Indrayani, 2016:136).


30

8) Counterpressure

Counterpressure perupakan penekanan pada sakrum.

Penekanan pada sakrum dapat mengurangi nyeri pada daerah

punggung dan pinggang (Nurasiah, 2014:58).

Counterpressure adalah penekanan secara stabil yang dapat

dilakukan oleh pendamping persalinan ke daerah sakral dengan

sebuah benda keras (misalnya bola tenis) atau tinju atau tumit

tangan (Indrayani, 2016:139).

9) Hip-squeeze

Hip-squeeze merupakan penekanan dengan kedua tangan

pada otot gluteal (daerah bokong) dibawah atas. Dapat mengurangi

ketegangan pada sacro iliaca dan juga pada ligamen (Nurasiah,

2014:58).

10) Knee-press

Knee-press, yaitu dilakukan penekanan pada lutut dengan

posisi duduk dan dapat mengurangi nyeri punggung (Nurasiah,

2014:58).

11) Akupressure

Nurasiah (2014) akupressure lebih tepat pada persalinan

daripada akupuntur karena mudah dilakukan sendiri dan terutama

bermanfaat bagi nyeri punggung. Titik akupressure dapat

ditemukan di leher, bahu, pergelangan tangan, punggung bawah,

termaksuk titik sacral, pinggul, area di bawah tempurung lutut,


31

pergelangan kaki, kuku pada jari kecil dan telapak kaki (Indrayani,

2016:143).

12) Akupuntur

Akupuntur merupakan penyisipan jarum halus ke dalam

area tertentu dari tubuh untuk memulihkan aliran energi qi dan

untuk mengurangi rasa nyeri, yang didiga menghalangi aliran

anergi. Titik akupuntur untuk mengurangi rasa nyeri ada persalinan

terletak di tangan, kaki dan telingan. Titik-titik akupuntur sebagian

besar terhubung dengan struktur saraf sehingga stimulasi yang

diberikan dapat menghalangi impuls nyeri, akibatnya rasa nyeri

akan berkurang (indrayani, 2016:146).

13) Teknik Relaksasai Nafas Dalam

Menurut brunner dan suddart, (2002) di dalam Setyoadi,

(2011:127), relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen

dengan frekuensi lambat atau perlahan, berirama, dan nyaman yang

dilakukan dengan memejamkan mata. Relaksasi merupakan teknik

pengendoran atau pelepasan ketegangan, teknik relaksasi nafas

dalam selain dapat menurunkan intensitas nyeri teknik relaksasi

nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigen darah (Smeltzer & Bare, 2001 di dalam

Priscilla, dkk, 2012).

Menurut Rukmala, (2016:2) penurunan nyeri oleh teknik

relaksasi nafas dalam disebabkan ketika seseorang melakukan


32

relaksasi nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan,

maka tubuh akan meningkatkan komponen saraf parasimpatik

secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan

kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang

mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga dapat

meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk

mengatur ritme pernafasan menjadi teratur.

14) Deep back massage

Deep back massage, yaitu pasien berbaring miring,

kemudian perawat atau keluarga pasien menekan daerah sakrum

dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya

(Zakiyah, 2015:75). Deep back massage adalah penekana pada

sakrum yang dapat mengurangi ketegangan pada sendi sakroiliakus

dari posisi oksiput posterior janin (Nurmalitasari, 2016).

Menurut Lestari (2012) deep back massage adalah

penekanan pada sakrum yang dapat mengurangi ketegangan pada

sendi sakroiliakus dari posisi oksiput posterior janin. Menurut

Melzack dan Wall (1997) dalam Gaidaka (2012) deep back

massage adalah pijatan lembut dengan menekan daerah sakrum

menggunakan telapak tangan. Pijat ini diberikan dengan

menggunakan dasar teori gate control yang dikemukakan oleh

Melzack dan Wall.


33

b. Strategi stimulasi sensorik

1) Terapi musik

Musik, rekaman atau secara live, dapat memberikan

kesenangan, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan semangat

selama persalinan,sehingga mengurangi tingkat stres pada

perempuan, kecemasan dan persepsi nyeri. Musik dapat membantu

menciptakan suasana yang lebih santai oleh penyedia layanan

kesehatan (Indrayani, 2016:150).

2) Homeopati

Tujuannya homeopati adalah memperkuat respon fisiologis

tubuh. Homeopati berusaha untuk mengobati penyakit dengan

mengkasilkan gejala yang sama dengan penyakit yang diobati.

Obat homeopati dibuat dari ekstrak tumbuhan dan mineral (Fraser

dan Cooper, 2009:466). Bahan tumbuhan atau mineral direndam

dalam alkohol 90%, lalu dikocok-kocok keras dan ditutup rapat.

Larutan inilah yang disebut mother tincture, Disingkat Q

(Danuatmaja, 2004:63).

3) Relaksasi

Relaksasi atau peregangan tubuh adalah teknik yang

disarankan oleh hampir semua kelas persiapan persalinan belajar

relaksasi di kelas persiapan persalianan dapat membantu pasangan

dalam menghadapi tekanan selama persalinan dan adaptasi sebagai

orang tua dan bisa untuk membentuk manajemen stres sepanjang


34

hidup. Relaksasi idealnya dikombinasikan dengan aktivitas seperti

berjalan, menari lambat, goyang, dan perubahan posisi yang

membantu bayi memutar melalui panggul (Indrayani, 2016:128).

4) Aromaterapi

Aromaterapi dapat menggunakan minyak sulingan dari

tanaman, bunga, tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohon untuk

meningkatkan kesehatan dan untuk mengobati dan

menyeimbangkan pikiran, tubuh dan jiwa. Minyak esensial tentu

dapat mempengaruhi tonus otot, meningkatkan kontraksi,

mengurangi nyeri, mengurangi ketegangan, mengurangi kekuatan

dan kecemasan serta meningkatkan perasaan nyaman (Indrayani,

2016:150).

5) Imageri dan visualisasi

Imajinasi dan visualisasi adalah teknik yang berguna dalam

persiapan persalinan dan sering digunakan dikombinasikan dengan

relaksasi. Meskipun penelitian tentang ini masih sedikit, tetapi

laporan klinis menunjukkan bahwa imajinasi dapat membuat

persalinan menjadi lebih baik, membantu pelebaran serviks, dan

mengurangi nyeri dan ketegangan selama persalinan (Indrayani,

2016:129).
35

c. Strategi kognitif

1) Relaksasi umpan balik

Biofeedback memberikan kekuatan menggunakan pikiran

untuk mengontrol tubuh, melalui biofeedback terhubung ke sensor

listrik yang membantu menerima informasi (umpan balik) tentang

tubuh (bio). Umpan balik ini membantu seseorang berfokus

membuat perubahan halus dalam tubuh, seperti relaksasi otot-otot

tertentu mengurangi rasa sakit (Zakiyah, 2015:82).

Biofeedback merupakan sebuah respon yang bisa

didapatkan ketika tubuh terhubung kesebuah alat yang dapat

mengawasi tanda-tanda vital seseorang. Dengan alat ini, bidan dan

ibu dapat membaca respon tubuh secara langsung dan akurat.

Teknik yang dikaitkan dengan cara ini adalah kesadaran penuh,

persapasan normal, visualisasi, relaksasi otot. Tujuan dari

biofeedback adalah untuk memberikan kendali lebih besar kepada

seseorang atas kondisi tubuh yang tak terkendali agar dapat

meningkatkan kualitas kehidupan dan kesehatan mereka, termasuk

menangani rasa nyeri (Indrayani, 2016:151-152).

2) Hipnotis

Hipnotis bisa menjadi teknik terapi yang efektif untuk

berbagai kondisi termasuk nyeri, gelisah dan perubahan suasana

hati, hipnotis melibatkan pengenalan produser dimana subjek

diberi tahu tentang saran atau sugesti imajinatif yang disajikan.


36

Apabila menggunakan hipnotis, satu orang (subjek) dipandu oleh

penghipnotis yang memberikan sugesti dengan tujuan perubahan

pengalaman subjektif, perubahan persepsi, sensasi, pikiran dan

emosi, atau perilaku (Zakiyah, 2015:80).

3) Psikoprofilasis

Terdapat empat komponen psikoprofilasis yang digunakan

dalam menangani nyeri persalinan, yaitu:

a) Pemberian informasi, untuk mengurangi kecemasan

b) Latihan relaksasi, untuk mengurangi ketegangan yang tibul dan

memperburuk nyeri kontraksi uterus

c) Strategi koping, untuk memberikan distraksi dari nyeri

d) Latihan pernapasan, untuk mempermudah relaksasi dan

distraksi, dan mungkin membantu persalinan (Mander,

2003:160).

6. Metode farmakologis

a. Analgesi regional (epidural)

Pembiusan epidural lumbal memerlukan penyuntikan obat

kedalam ruang epidural di daerah lumbal yang menimbulkan efek

anastesi terapi pasien tetap sadar dan kooperatif. Pembiusan epidural

akan menghasilkan analgesia pada kala satu serta dua persalinan dan

efek anastesia pada saat melahirkan tanpa menimbulkan efek yang

merugikan kesehatan bayi. Hipotensi jarang terjadi tetapi insidensinya

akan meningkat jika pasien tidak mendapat cairan yang cukup sebelum
37

prosedur dilaksanakan. Pembiusan epidural dapat mengurangi

keinginan ibu untuk mengejan (Mayering, 2014:106).

b. Analgesia inhalasi

Entonox merupakan analgesi inhalasi yang paling banyak

digunakan pada persalinan. Entonox adalah gas campuran yang terdiri

atas 50% dinitrogen oksida dan 50% oksigen. Dinitrogen boksida

bekerja dengan membatasi transmisi neuronal dan sinaptik dalam

sistem saraf pusat. Entonox memberikan efek dalam 20 detik, oleh

karena itu penting bagi ibu untuk menggunakannya sebelum kontraksi.

Efektivitas maksimal entonox terjadi sekitar 45-50 detik, dan jika

waktunya tepat, analgesia akan terjadi sesuai dengan ketinggian

kontraksi, meredakan nyeri secara maksimal bagi ibu (Fraser dan

Cooper, 2009:469).

c. Obat opiat

Obat opiat sering kali digunakan selama persalinan karena sifat

analgesiknya yang kuat. Terdapat tiga opioid sistematik yang banyak

digunakan sebagai pereda nyeri dalam persalinan, yaitu petidin,

diamorfin, dan meptazinol. Semuanya mempunyai sifat pereda nyeri

yang serupa, tetapi mereka juga mempunyai efek samping meliputi

mual, muntah, dan mengantuk pada ibu serta depresi pusat pernafasan

pada bayi saat lahir. Opioid yang diberikan kepada ibu bersalin dapat

menyebabkan proses menyusui sulit dimulai karena bayi cenderung

ngantuk. Namun demikian, efek samping tersebut bervariasi dan


38

dipengaruhi oleh metabolisme obat di dalam tubuh ibu, tingkat dan

kecepatan transfer obat dan metabolit dari sirkulasi maternal ke

sirkulasi janin, serta kemampuan janin untuk memproses dan

mengeluarkan keduanya (Fraser dan Cooper, 2009:468).

Opioid seperti nalbufin dapat digunakan untuk mengurangi rasa

nyeri. Jika opioid diberikan dalam waktu 2 jam disekitar saat

melahirkan, hipotonia, dan letargi pada bayi (Mayering, 2015:106).

B. Teknik Relaksasai Nafas Dalam

Menurut Brunner dan Suddart, (2002) di dalam Setyoadi, (2011:127),

relaksasi nafas dalam adalah pernafasan abdomen dengan frekuensi lambat atau

perlahan, berirama, dan nyaman yang dilakukan dengan memejamkan mata.

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan, teknik

relaksasi nafas dalam selain dapat menurunkan intensitas nyeri teknik relaksasi

nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen

darah.

Menurut Rukmala, (2016:2) penurunan nyeri oleh teknik relaksasi nafas

dalam disebabkan ketika seseorang melakukan relaksasi nafas dalam untuk

mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan komponen

saraf parasimpatik secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan

kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat

stress seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien

merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur.


39

Prosedur tindakan teknik relaksasi nafas dalam, adapun persiapan yang

dapat dilakukan yaitu :

1. Persiapan alat dan lingkungan

a. Lingkungan yang tenang, nyaman, dan ruangan tertutup.

b. Hindari penggunaan cahaya yang terlalu terang

2. Tindakan

a. Klien menarik nafas dalam dan mengisi paru dengan udara, dalam tiga

hitungan (hirup, dua, tiga).

b. Udara dihembuskan perlahan-lahan sambil membiarkan tubuh menjadi

rileks dan nyaman. Lakukan penghitungan bersama klien (hembuskan,

dua, tiga).

c. Klien bernafas beberapa kali dengan irama normal.

d. Mengulangi kegiatan menarik nafas dalam dan menghembuskannya

sembari membiarkan tubuh melema atau selama 15-20 menit.

e. Setelah seluruh tubuh klien merasa rileks anjurkan klien untuk bernafas

secara perlahan-lahan, dan apabila nyeri bertambah hebat klien dapat

bernafas secara dangkal dan cepat (Earnest, 199 di dalam Setyoadi

2011:128).

C. Deep Back Massage

1. Pengertian Deep Back Massage

Deep back massage, yaitu pasien berbaring miring, kemudian perawat atau

keluarga pasien menekan daerah sakrum dengan telapak tangan, lepaskan dan
40

tekan lagi, begitu seterusnya (Zakiyah, 2015:75). Deep back massage adalah

penekana pada sakrum yang dapat mengurangi ketegangan pada sendi

sakroiliakus dari posisi oksiput posterior janin (Nurmalitasari, 2016).

Menurut Lestari (2012) deep back massage adalah penekanan pada

sakrum yang dapat mengurangi ketegangan pada sendi sakroiliakus dari posisi

oksiput posterior janin. Menurut Melzack dan Wall (1997) dalam Gaidaka (2012)

deep back massage adalah pijatan lembut dengan menekan daerah sakrum

menggunakan telapak tangan. Pijat ini diberikan dengan menggunakan dasar teori

gate control yang dikemukakan oleh Melzack dan Wall.

2. Tujuan masase

Adapun tujuan dari masase adalah:

a. Meningkatkan relaksasi

b. Meningkatkan sirkulasi pada area yang dimasase

c. Mengkaji kondisi kulit (Priharjo, 1993:78).

3. Manfaat masase

Masase yang lembut membantu otot untuk rileks, juga membantu klien

meringankan rasa nyeri saat persalinan (Solehati,2015:149). Hasil penelitian Field

(2004) dalam Nurasiah (2014:58), diketahui bahwa ibu-ibu yang mendapatkan

masase dan pendampingan mengalami penurunan kejadian depresi, kecemasan

dan nyeriserta perasaan yang positif. Pada kondisi ini ibu yang mendapatkan

sentuhan berdampak signifikan terhadap lama persalinan lebih pendek (yaitu 8

jam dibandingkan dengan ibu yang persalinannya tidak didampingi waktu

persalinannya 11 jam), menurunkan angka kejadian persalinan dengan tindakan,


41

memperpendek waktu perawatan di RS dan mengurangi kejadian depresi post

partum.

Sebuah penelitian pada tahun 2002 yang dilakukan oleh Gregory p.

Frontana, MD di Cedars-Sinai Medical Center Los Angeles, menemukan bahwa

masase dapat mengurangi rasa sakit dan kejang otot pada pasien yang memiliki

beberapa sayatan. Pada saat survei, 95% pasien merasa bahwa masase merupakan

bagian penting dari pengalaman mereka di rumah sakit, kebutuhan obet untuk

menghilangkan nyeri berkurang selama mereka mendapat terapi masase.

Efektivitas masase terletak pada strategi yang sederhana dan langsung bekerja dari

mekanisme eksternal nyeri primer. Terapi masase menggunakan pendekatan

holistis, dengan fokus pada sistem seluruh tubuh dan hubungannya deangan

jaringan lunak. Manfaat lain masase dari perspektif pasien adalah bagaimana

membantu pasien menjadi lebih sadar dengan tubuh mereka dan membantu

beradaptasi dengan rasa sakit yang dialami. Masase tidak hanya membantu

meringankan nyeri otot dan jaringan lunak lainnya, tetatpi juga memiliki dampak

pada pasien berdasarkan sentuhan yang diberikan (Zakiyah, 2015:75).

4. Teknik deep back massage

Selama kontraksi dapat dilakukan penekanan pada sakrum yang dimulai

saat awal kontraksi dan diakhiri setelah kontraksi berhenti. Jika klien

menggunakan fetal monitor, dapat melihat garis kontraksi untuk memulai dan

mengakhiri penekanan. Penekanan dapat dilakukan dengan tangan yang

dikepalkan seperti bola tenis pada sakrum 2,3,4. Penekanan selama kontraksi

sama denga metode penurunan nyeri dengan menggunakan otot 50-100 mg


42

meperidine. Penekanan yang dilakukan dapat menstimulasi kutaneus, sehingga

dapat menghambat impuls nyeri tidak sampai ke thalamus. Hal ini sesuai dengan

teori Gate Control Dan Melzack.selain juga akan mempercepat proses pembukaan

(Nurmalitasari, 2016). Efek relaksasi dapat dicapai secara maksimal apabila

masase dikerjakan sesuai dengan gerakan pernapasan. Masase dikerjakan selama

5-10 menit (Priharjo, 1993: 78)

Gambar 5.
LokasiDeep Back Massage

5. Prinsip Dan Tujuan Teknik Deep Back Massage

Prinsip dan tujuan deep back massage yaitu mengurangi atau

menghentikan penghantaran impuls nyeri. Pelaksanaan massage yang benar dapat

meredakan ketegangan otot serta memberi relaks. Sirkulasi darah menjadi lancar

sehingga nyeri berkurang (Judha, 2012). Menurut teori Gate Control Dan

Melzack, sensasi nyeri berjalan di sepanjang jalur sensorik saraf ke otak tetapi

hanya sejumlah sensasi atau pesan, dapat berjalan melalui jalur saraf ini pada satu

waktu. Penggunaan teknik seperti memijat dapat memblok seluruh kapasita jalur

saraf yang mengirimkan rasa nyeri dengan menutup gerbang hipotetik disumsum
43

tulang belakang, sehingga mencegah sinyal nyeri mencapai otak (Indrayani,

2016:110).

Menurut Rukma (2014) dalam Nurmalitasari (2016), selain itu deep back

massage juga memberikan manfaat memberi rasa nyaman pada punggung atas

dan punggung bawah, menurunkan nyeri dan kecemasan, mempercepat

persalinan, menghilangan tegangan otot pada paha diikiti ekspansi tulang pelvis

karena relaksasi pada otot-otot sekitar pelvis dan memudahkan bayi turun dan

melewati jalan lahir, dan menurunkan tegangan otot akibat kontraksi,

menormalkan fisiologi tubuh, melancarkan sirkulasi darah dan menstimulasi

pembuluh darah.

D. EfektivitasKombinasi Relaksasi Nafas Dalam Dengan Deep Back

MassageTerhadap Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan

1. Definisi

Efektivitasadalah suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan

atau pencapaian suatu tujuan yang diukur dengan kualitas, kuantitas, dan waktu,

sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. efektivitas adalah suatu

tingkat keberhasilan yang dihasilkan oleh seseorang atau organisasi dengan cara

tertentu sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Kombinasi adalah menggabungkan beberapa objek dari suatu grup tanpa

memperhatikan urutan. Di dalam kombinasi, urutan tidak diperhatikan.

Relaksasi nafas dalam mudah berkontribusi dalam penurunan atau

meredakan nyeri dengan mengurangi tekanan otot dan ansiets (Black: Hawks,
44

2014: 48). Menurut Huges dkk (2005) di dalam Rukmala (2016: 5) teknik

relaksasi melalui olah nafas merupakan salah satu keadaan yang mampu

merangsang tubuh untuk membentuk sistem penekanan nyeri yang akhirnya

menyebabkan penurunan nyeri. Penurunan nyeri yang disebabkan karena relaksasi

nafas dalam ini dapat mengendalikan nyeri dengan menimalkan aktivitas simpatik

dalam saraf otonom (Rukmala, 2016:6).

Menurut Danuatmaja (2004), ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama

persalinan akan lebih terbebas dari rasa sakit. Hal ini disebabkan karena pijatan

merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorpin yang merupakan pereda

sakit. Pijatan secara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman

dalam persalinan serta dapat membuat ibu merasa lebih dekat dengan orang yang

merawatnya. Sentuhan orang yang peduli dan ingin menolong dan merupakan

sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah dan takut.

Deep back massage, yaitu pasien berbaring miring, kemudian perawat atau

keluarga pasien menekan daerah sakrum dengan telapak tangan, lepaskan dan

tekan lagi, begitu seterusnya (Zakiyah, 2015:75). Mekanisme penghambatan nyeri

dengan teknik deep back massage berdasarkan konsep gate control theory. Selama

kontraksi, impuls nyeri berjalan terus menerus dari uterus sepanjang serabut saraf

C untuk di transmisikan ke subtansia gelatinosa di sepinal cord untuk selanjutnya

akan disampikan ke cortex cerebri untuk diterjemahkan sebagai nyeri. Stimulasi

taktil menghasilkan pesan yang sebaliknya dikirim lewat serabut saraf yang lebih

besar (serabut A delta). Serabut A deltaakan menutup gerbang sehingga coetex

selebri tidak menerima pesan nyeri karena sudah terblokir sehingga persepsi nyeri
45

berubah karena serabut dipermukaan kulit (cutaneus) sebagian besar adalah

serabut saraf yang diameter luas (Indrayani, 2016:138).

Penurunan nyeri oleh teknik relaksasi nafas dalam disebabkan ketika

seseorang melakukan relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri yang

disarankan, maka tubuh akan meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara

stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon kortisol dan

adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga

dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk

mengatur ritme pernafasan menjadi teratur (Rukmala, 2016: 2). Berdasarkan

definisi efektivitas kombinasi relaksasi nafas dalam dengan deep back massage

terhadap nyeri persalinan di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas kombinasi

nafas dalam dengan deep back massagememiliki pengaruh penurunan nyeri yang

dirasakan seseorang, dengan meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara

stimulan, dan menyebabkan penurunan kadar hormon kortisol dan adrenalin

dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga dapat

meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Irfa dkk (2018) bahwa terdapatt

pengaruh dan perubahan terhadap responden yang diberikan teknik relaksasi nafas

dalam yaitu bahwa dari 35 orang terdapat 16 orang yang mengalami penurunan

nyeri.

Berdasarkan hasil penelitian Gaidaka (2012) di BPS Ny. Endang Adji

Amd.Keb tentang pengaruh deeb back massage terhadap nyeri persalinan kala I
46

fase aktif, hasilnya menunjukkan bahwa teknik deep back massage dapat

mengurangi nyeri persalinan kala I fase aktif dengan p value 0,029.

Penelitian oleh Lestari dkk (2012) di surabaya tentang pengaruh deeb back

massage terhadap penurunan nyeri persalinan kala I fase aktif dan kecepatan

pembukaan pada ibu bersalin mengatakan bahwa deep back massage dapat

mengurangi nyeri dan kecepatan pembukaan dengan mengukuran penurunan nyeri

dengan uji Wilcoxon Sign Rank test didapatkan hasil p = 0,001.

Penelitian oleh Nurmalitasari (2016) di surakarta tentang pemberian teknik

deep back massage terhadap penurunan nyeri pada asuhan keperawatan ny. S

dalam persalinan kala I fase aktif di ruang bersalin di puskesmas sibella surakarta

tahun 2016 menyebutkan bahwa hasil intervensi non farmakologi tindakan deep

back massage pada persalinan kala I fase aktif yang telah dilakukan terhadap ny.

S terjadi penurunan nyeri dari skala 8 menjadi 5.


47

E. Kerangka Teori

Menurut Notoatmodjo, 2018:83. Kerangka teori penelitian pada dasarnya

merupakan penjelasan mengenai pemikiran dan temuan-temuan yang mendasari

penelitian. Kerangka teori penelitian ini seperti digambarkan pada diagram berikut

ini:
Metode farmakologis :
1. Analgesi regional (epidural)
2. Analgesi inhalasi
3. Obat opiat
Metode nonfarmakologis :
1. Hidroterapi
2. TENS
3. Bhirthing ball
4. Kompres panas/dingin pada punggung
bawah
5. Usapan pada abdomen
6. Penggunaan sentuhan fisik
7. Effleurage
8. Counterpressure
9. Hip-sqeeze Penurunan intensitas
10. Knee-press nyeri persalinan kala
11. Akupressure I fase aktif
12. Akupuntur
13. Relaksasi nafas dalam
14. Deep back massage (penekanan pada os
sakrum)
15. Terapi musik
16. Homeopati
17. Relaksasi
18. Aromaterapi
19. Imageri dan visualisasi
20. Relaksasi umpan balik
21. Hipnotis
22. Psikoprofilasis
Sumber : Danuatmaja (2004), Bobak (2004), Varney (2007), Mayering (2014),
Indrayani (2016), Zakiyah (2015).

Gambar 6
Kerangka Teori
48

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah suatu uraian dan

visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

atau antara yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti

(Notoadmodjo, 2018). Berdasarkan tinjauan pustaka maka dibuat kerangka

konsep sebagai berikut:

Efektivitas kombinasi relaksasi Penurunan intensitas nyeri


nafasdalam dengandeep persalinan kala I fase aktif
back massage

Gambar 7
Kerangka Konsep

G. Hipotesis

Hasil suatu penelitian pada hakikatnya adalah suatu jawaban atas

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian.

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Setelah malalui

pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini dapat benar atau salah, dapat

diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2018:105). Maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah: Adakah pengaruh efektivitaskombinasi relaksasi nafas dalam dengan

deep back massage terhadap penurunan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif

di BPM Kiswari Kota Metro?


49

H. Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Merupakan variabel yang berubah atau muncul ketika penelitian

mengintroduksi, mengubah atau mengganti variabel bebas. Variabel ini

depengaruhi oleh variabel lain atau variabel terpengaruh. Variabel dari penelitian

ini adalah nyeri persalinan.

2. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Merupakan variabel yang di manipulasi dalam rangka untuk menerangkan

hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Variabel ini mempengaruhi

variabel lain atau variabel pengaruh. Variabel indepanden dar penelitian ini adalah

kombinasi teknik relaksasi nafas dalam dengan deep back massage.

I. Definisi Operasional

Agar variabel dapat diukur dengan menggunakan instrumen atau alat ukur,

maka variabel harus diberi batasan atau definisi yang operasional atau “definisi

operasional variabel”. Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar

pengukuran variabel atau pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara

sumber data (responden) yang satu dengan responden yang lain (Notoatmodjo,

2018:111).

Adapun dalam penelitian ini variabel yang akan didefinisikan secara

oprasional dapat dijelaskan sebagai berikut :


50

Tabel 2
Definisi operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Nyeri Sakit yang Wawancara Kuesioner intensitas Rasio


persalinan dirasakan responden dan observasi dan cheklist nyeri
pada bagian numerik persalinan
panggul selama rating scale antara 1-10
persalinan kala I (NRS) dan
fase aktif wong baker
berlangsung scale
2. Efektivitas adalah suatu Wawancara cheklist Dilakukan Nominal
Kombinasi keadaan yang dan observasi
menunjukkan
tingkat keberhasilan
atau pencapaian
suatu tujuan yang
diukur dengan
kualitas, kuantitas,
dan waktu, sesuai
dengan yang telah
direncanakan
sebelumnya.mengga
bungkan beberapa
objek dari suatu
grup tanpa
memperhatikan
urutan. Di dalam
kombinasi, urutan
tidak diperhatikan.
Teknik Suatu teknik
relaksasi menarik nafas
nafas dalam melalui
dalam hidung hingga paru
terisi penuh
kemudian tahan
dengan hitungan
(satu, dua, tiga) lalu
dihembuskan secara
perlahan-lahan
melalui mulut
(meniup) dan
mengulangi lagi
selama 15-20 menit.
Dengan Dalam waktu
deep back bersamaan keluarga
massage atau petugas
melakukan
penekanan pada
daerah sakrum
menggunakan
telapak tangan.
51

Anda mungkin juga menyukai