Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP TEORI
2.1.1. DEFINISI
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan
lahir. Persalinan dan kelahiran normal ialah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan yaitu 37-42 minggu, lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin.
(Hidayat, Asri. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika hal 1)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup
bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan
atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Sulistyawati, Ari.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika hal 4).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal apanila prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah
37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus 2tidak menimbulkan perubahan
pada serviks.
(Buku Acuan dan Panduan.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta:JNPK-KR hal 37)
2.1.2. ETIOLOGI
Selama kehamilan dalam tubuh wanita terdapat 2 hormone.
a. Estrogen
Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim, memudahkan
penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan
mekanis.
b. Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitifitas otot rahim, menghambat rangsangan dari luar,
gan oksitosin, prostaglandin, mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot polos
relaksasi.
Estrogen dan progesteron harus dalam komposisi seimbang, sehingga kehamilan dapat
dipertahankan. Perubahan keseimbangan antara estrogen dan progesteron memicu oksitosin
dikeluarkan oleh hipofisis posterior, hal tersebut dapat menyebabkan kontraksi yang biasa disebut
kontraksi Braxton Hicks, akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya proses persalinan
sesungguhnya.

1. Teori Terjadinya Persalinan


a) Teori Penurunan Hormon
Saat 1 2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai, terjadi penurunan kadar
estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot otot polos rahim.
Jika kadar progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh darah dan timbulnya
his.
b) Teori Plasenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta mengalami
beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
mengakkibatkan tegangnya pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan kontraksi uterus.
c) Teori Distensi Rahim
a. Otot rahim mempunyai kemampuan merenggang dalam batas tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.
d) Teori Iritasi Mekanis
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser), bila
gangglion ini digeser dan ditekan oleh kepala janin, maka akan timbul kontraksi.
e) Teori oksitosin
a. Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
b. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.
c. Menurunnya konsentrasi progesteron karena matangnya usia kehamilan menyebabkan
oksitosin meningkatkan aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi,
dan akhirnya persalinan dimulai.
f) Teori Hipotalamus Pituitari dan Glandula Suprarenalis
a. Glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
b. Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi anensefalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya hipotalamus.
g) Teori Prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai salah satu sebab
permulaan persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa prostagladin F2 dan E2 yang
diberikan secara intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap usia kehamilan.
Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostagladin yang tinggi baik dalam air ketuban
maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
h) Induksi Persalinan
Persalinan dapat juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut :
a. Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam kanalis serviks dengan
tujuan merangsang fleksus frankenhauser.
b. Amniotomi : pemecahan ketuban.
c. Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus.
(Sulistyawati, Ari.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika hal 4).
2. Tanda dan Gejala Persalinan
a) Penipisan dan pembukaan serviks
b) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi minimal 2x
dalam 10 menit)
c) Cairan lendir bercampur darah (show) terlihat melalui vagina
d) (Buku Acuan dan Panduan.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta:JNPK-KR hal 37)

e) Perasaan distensi berkurang (lightening). Sesak nafas yang dirasakan sebelumnya saat
penurunan kepala, sekarang akan berkurang karena kondisi ini akan menciptakan ruang
yang lebih besar dalam abdomen atas untuk ekspansi paru.
f) Persalinan palsu. Dapat terjadi selama berhari hari atau intermitten bahkan 3 atau 4
minggu sebelum persalinan. Hal ini sangat nyeri dan wanita dapat mengalami kurang
tidur dan energy dalam menghadapinya. Wanita tersebut tidak tahu cara memastikan
apakah ini persalinan yang sebenarnya karena hanya dapat dipastikan dengan pemeriksaan
dalam.
g) Ketuban pecah.
h) Lonjakan energy.
i) Gangguan pada saluran cerna.
(Hidayat, Asri. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika hal 3-5)
3. Periode Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 fase, yaitu :
I. Kala I (Pembukaan)
Berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini dibagi
atas 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3cm. Dan fase aktif
(7 jam) dimana serviks membuka dari 3-10cm.
(Sulistyawati, Ari.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika hal 7)
a) Fase Laten
1) Dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap.
2) Berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4cm.
3) Pada umumnya, fase laten berlangsung hampir hingga 8 jam.
4) Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik.
b) Fase Aktif
1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bertahap (kontraksi
dianggap adekuat/memadahi jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih)
2) Dari pembukaan 3cm sampai pembukaan lengkap atau 10 cm, akan terjadi dengan
kecepatan rata-rata 1cm/jam (nulipara atau primigravida) atau >1cm hingga 2cm
(multipara)
3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.
(Buku Acuan dan Panduan.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta:JNPK-KR hal 38)
Fase Aktif dibagi menjadi 3 fase :
1) Periode Akselerasi : Berlangsung 2 jam, pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
2) Periode Dilatasi Maksimal : Selama 2 jam berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm.
3) Periode Deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi 10 cm.
(Hidayat, Asri. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika hal 36)
II. Kala II (Pengeluaran Bayi)
Dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya
ditambah kekuatan meneran akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini biasanya
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Diagnosis persalinan kala

II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dala untuk memastikan pembukaan sudah


lengkap dan kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut.
1. His semakin kuat dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50-100 detik
2. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan meneran karena
tertekannya fleksus frankenhouser
4. Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka pintu; suboksiput bertindak sebagai hipomochlion, berturut-turut lahir ubunubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.
5. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putaran paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada
punggung
6. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan
berikut.
a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu, kemudian ditarik curam
kebawah untuk melahorkan bahu depan dan curam ke atas untuk melahirkan bahu
belakang
b. Setelah kedua bahu bayi lahir ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan bayi
c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban
7. Lamanya kala II untuk primigravida ialah 50 menit dan multigravida 30 menit
(Sulistyawati, Ari.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika hal 8)
III. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta. Setelah kala II yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan
lahirnya bayi dan proses retraksi uterus, maka plasenta lepas dari lapisan Nitabusch. Lepasnya
plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :
a) Uterus menjadi berbentuk bundar
b) Uterus terdorong keatas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim
c) Tali pusat bertambah panjang
d) Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uteri.
A. Sebab-sebab terlepasnya plasenta
1. Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah bayi lahir uterus merupakan
organ dengan dinding yang tebal dan rongganya hamper tidak ada. Posisi fundus uteri
turun sedikit dibawah pusat karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat perlekatan
plasenta juga mengecil. Plasenta harus mengikuti proses pengecilan ini hingga tebalnya
menjadi dua kali lipat daripada permulaan persalinan. Jadi yang paling penting dalam
pelepasan plasenta ialah retraksi dan kontraksi uterus setelah anak lahir.
2. Terjadi perdarahan ditempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua
basalis, karena hematom ini membesar maka seolah-olah plasenta terangkat dari
dasarnya oleh hematom tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
(Sulistyawati, Ari.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika hal 8-9)
IV. Kala IV (Observasi)
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV dilakukan
observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kesadaran pasien
2. Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan

3. Kontraksi uterus
4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika masih dalam batas 400500cc
(Sulistyawati, Ari.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika hal 9)
4. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

A. Passage (Jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri atas :
a. Bagian tulang panggul :
1. 2 tulang pangkal paha (os coxae). Terdiri atas os ilium, os ischiium, dan os pubis.
2. Os sacrum
3. Os coccyges
Empat jenis panggul dasar dikelompokkan :
1. Ginecoid (type wanita klasik)
2. Antropoid (mirip panggul antropoid)
3. Android (type panggul pria)
4. Platipeloid
(panggul pipih)
b. Bagian Pelvis Minor
1. Pintu Atas Panggul (PAP), merupakan bagian dari pelvis minor yang terbentuk dari
promontorium-sayap sacrum-linea terminalis-pinggir atas sympisis- dan kembali lagi
ke promontorium.
2. Cavum pelvis, berada diantara PAP dan PBP
3. Pintu Bawah Panggul, dari tuber ischiadicum-ujung sacrum-bawah syimpisis
c. Bidang Hodge
a) Hodge I : bidang yang dibentuk dari lngkaran PAP dengan bagian atas sympisis dan
promontorium
b) Hodge II : sejajar HI setinggi bagian bawah sympisis
c) Hodge III : sejajar HI setinggi spina ischiadica
d) Hodge IV : sejajar HI setinggi tulang coccyges
d. Ukuran-ukuran panggul
1. Distancia spinarum : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan
dekstra. (24-26 cm)
2. Distancia cristarum : jarak terpanjang antara dua tempat yang simetris antara crista
iliaka sinistra dan dekstra (28-30 cm)
3. Conjugata eksterna (Boudelogue) : jarak antara bagian atas sympisis dan prosesus
spinosus lumbal V. (18-20 cm)
4. Distancia intertrocanterika : jarak antara kedua trochanter mayor
5. Distancia tuberum : jarak antara tuber ischiadicum dekstra dan sinistra (10,5 cm)
(Sulistyawati, Ari.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika hal 13)
B. Passanger (isi kehamilan/janin dan plasenta)

1. Tulang tulang kepala janin terdiri dari :


a. Bagian Tengkorak
Os frontal / tulang dahi.
Os parietall / tulang ubun-ubun.
Os occipital / tulang belakang kepala.
Os temporal / tulang pelipis.
b. Bagian Muka
Os nasalis / tulang hidung.
Os maxilaris / tulang rahang atas.
Os mandibularis / tulang rahang bawah.
Os zygomatic / tulang pipi.
Sutura

c. Merupakan sela ruang antara 2 tulang


Sutura frontalis : antara 2 tulang frontal.
Sutura sagitalis : antara kedua os parietal kanan dan kiri.
Sutura koronaris : antara tulang parietal dan frontal.
Suutura lamdoidea : antara tulang perietal dan oksipital.
Frontanel / Ubun Ubun
d. Rongga tulang tengkorak merupakan pertemuan beberapa sutura.
Frontanel mayor / frontanel anterior / ubun ubun besar. Pertemuan antara sutura
sagitalis, sutura frontalis, sutura koronaria, berbentuk segiempat panjang. Fontanel
ini menutup pada bayi usia 18 bulan.
Fontanel minor / fontanel posterior / ubun ubun kecil. Berbentuk segitiga dengan

puncak segitiga runcing searah muka janin dan dasar segitiga searah dengan
punggung janin, merupakan pertemuan antara sutura sagitalis dengan sutura
lamboidea. Fontanel ini menutup pada usia 6 8 minggu.
2. Ukuran Kepala Janin
a. Diameter
Diameter sub ocipito breghmatika 9,5 cm.
Diameter occipitofrontalis. Jarak antara tulang oksiput dan frontal 12 cm.
Diameter mento occipito 13,5 cm. Merupakan diameter terbesar, terjadi pada
presentasi dahi.
Diameter submento breghmatika 9,5 cm. Atau diameter anteroposterior pada
presentasi muka.
Diameter melintang pada tengkorak janin adalah :
Diameter biparientalis 9,5 cm.
Diameter bitemporalis 8 cm.
b. Ukuran circum ferensia
Circumferensia fronto oksipito 34 cm
Circumferensia mento oksipito 35 cm
Circumferensia sub mento oksipito 32 cm
3. Ukuran Badan Lain
a. Bahu
1) Jaranya 12 cm (jarak antara kedua akromion)
2) Lingkar bahu 34 cm.
b. Bokong
1) Lebar bokong 12 cm
2) Lingkar bokong 27 cm
(Sulistyawati, Ari.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika hal 28)
C. Power (kekuatan)
Kekuatan terdri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter sercara bersamaan
untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut kekuatan
primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai
dari mendorong, yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini memperbesar kekuatan
kontraksi involunter.
Kekuatan prmer berasal dari titik pemivu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan
otot disegmen uterus bagian atas titk pemicu, kontraksi diantar ke uterus bagian bawah dalam
bentuk gelombang, diselingi periode istirhat singkat. Dalam kekuatan primer ada frekuensi
yaitu waktu antar kontraksi, durasi yaitu lama kontraksi, dan intensitas yaitu kekuatan
kontraksi. Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul,
sifat kontraksi berubah yakni bersifat endorong keluar sehingga merasa ingin mengedan. Usaha

mendorong kebawah ini disebut kekuatan sekunder, kekuatan sekunder tidak mempengaruhi
dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi lengkap, kekuatan ini penting untuk ,endorong bayi
keluar dari uterus dan vagina.
(Sulistyawati, Ari.2010.Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.Jakarta: Salemba Medika hal 24)
Power/tenaga yang mendorong anak adalah :
1. His, adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
a) His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks
b) Terdiri dari : his pembukaan, his pengeluaran, dan his pelepasan uri
c) His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks
2. Tenaga Mengejan :
a) Kontraksi otot-otot dinding perut
b) Kepala di dasar panggul merangsang mengejan
c) Paling efektif saat kontraksi/his
(Hidayat, Asri. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika hal 12)
D. Psikologis
Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman
dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyeri non farmakologis,
memberi analgesia jika diperlukan, dan yang paling penting berada disisi pasien adalah bentuk
dukungan psikologis.
E. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses tergantung dari
kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadappi proses persalinan.
(Nining Wiyati.2009:23)
5. Tanda dan Gejala
A. Tanda tanda permulaan persalinan
Sebelum teerjadi persalinan, beberapa minggu sebelumnya, wanita memasuki bulannya
disebut kala pendahuluan. Dengan tanda tanda :
1. Lightening atau setting yaitu kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida.
2. Perut kelihatan lebih besar dan melebat, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian bawah
4.

janin.
Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi kontraksi lemah dari

5.

uterus disebut fase labor pains.


Serviks menjadi lembek, mulai menipis, dan sekresinya bertambah bisa bercampur

darah.
B. Tanda tanda In Partu
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan robekan kecil pada
serviks.
3. Kadang kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam : serviks menipis dan permukaan telah ada.
C. Gejala Persalinan
1. Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin
pendekk. Terjadinya his akibat :
a. Kerja hormon oksitosin.

b. Regangnya dinding uterus.


c. Rangsangan terhadap pleksus saraf frankenhauser yang tertekan masa konsepsi.
His yang baik dan ideal meliputi :
a. Kontraksi simultan diseluruh uterus.
b. Kekuatan terbesar (dominan) didaerah fundus.
c. Tempat periode relaksasi diantara dua periode kontraksi.
d. Terdapat retraksi otot otot korpus, kemudian terbuka secara pasif dan mendatar.
Ostium uteri eksterna dan internumpun terbuka.
e. Iskemia dindinng korpus uteri yang menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus
hipogastrikus diteruskan ke sistem saraf pusat menjadi sensasi nyeri.
f. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan peritoneum menjadi
rangsangan nyeri.
g. Keadaan mental pasien (pasien bersalin sering ketakutan, cemas, atau ekstensi.)
h. Prostagladin meningkat sebagai respon terhadap stress.
(Sarwono prawirohardjo.2009:291)
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda yaitu pengeluaran lendir bercampur darah
akibat lepasnya sumbatan mukus yang selama kehamilan menumpuk di kanalis
servikalis, akibat terbukanya vaskuler kepieler serviks, dan akibat progesteronantara
selaput ketuban dengan dinding dalam uterus.
3. Dapat disertai ketuban pecah
Ketuban pecah spontan paling sering terjadi pada saat persalinan aktif yaanng
tampak sebagai semburan cairan yang normalnya jernih dan sedikit keruh.
4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks :
a. Pendataran serviks (obliterasi), pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2
cm hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas.
b. Pembukaan serviks (dilatasi serviks)
Selama terjadi kontraksi, serviks mengalami perenggangan, kontraksi uterus
menimbulkan tekanan pada selaput ketuban sehingga akan melebarkan saluran
serviks.
2.2 KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN
LANGKAH I PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama

untuk pengenalan status.

Umur

( 17 tahun dan 35 tahun, tergolong Resti bumil T harus


diwaspadai adanya resiko persalinannya.

Agama

Perlu diketahui oleh petugas dalam rangka pemberian dukungan


support terhadap klien.

Suku Bangsa :

untuk mengetahui bahasa, kebiasaan klien.

Pendidikan

untuk mengukur kemampuan klien dalam menerima informasi

dan konseling dari petugas.


Pekerjaan

Mengetahui tingkat sosial ekonomi.

Alamat

Untuk mengetahui tempat tinggal, dalam rangka kunjungan


Neunatus.

Nama suami, Umur, Agama, Suku bangsa, Pendidikan, dan Pekerjaan serta Alamat,
Sama untuk.
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan ibu saat datang memeriksakan diri.
Misal : Ibu mengatakan kenceng-kenceng, sakit perut melingkar ke perut dan lainlain.
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Riwayat sebelum ibu periksa, riwayat kesehatan yang ada hubungannya dengan
kebidanan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga, dengan acuan Geno Gram, minimal 3 tingkat dalam
keluarga yang mempunyai penyakit yang mempengaruhi kehamilan dan persalinan.
5. Riwayat Haid
Perlu dikaji untuk mengetahui keadaan alat reproduksi dalam batas normal atau
tidak normal, untuk menentukan TP.
6. Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui resiko tinggi pada tingkat kesuburan dan mengetahui prognosa
ibu hamil itu termasuk anak mahal atau tidak.
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
Untuk prognosa kehamilan yang sekarang.
8. Riwayat Kehamilan
Untuk mengetahui keadaan kesehatan kehamilan sekarang.
9. Riwayat KB
Untuk mengetahui program apa yang pernah ibu ikuti efek samping, komplikasi dan
rencana untuk mendatang serta bagi primi perlu dikaji seberapa jauh pengetahuan
klien terhadap KB.
10. Keadaan Psiko Sosial
Untuk mengetahui bagaimana keadaan psiko ibu saat ini, bagaimana hubungan
dengan keluarga, tetangga dan bagaimana dengan persalinan saat ini apakah
diharapkan atau tidak, dan jenis kelamin apa yang diharapkan.
11. Latar Belakang Sosial Budaya
Untuk mengetahui adat atau kebiasaan dan kepercayaan yang berpengaruh negatif
terhadap persalinan.
12. Pola Kebiasaan Hidup
A. Pola Nutrisi.
Bagaimana pola makan sehari-hari, jumlah, banyak, dan jenis makanan.
Dalam hal ini ibu bersalin membutuhkan makanan gizi seimbang dan minum
lebih banyak dari 3 Hal untuk mendapatkan tenaga dalam menghadapi
persalinan.
B. Pola Elemenasi.

Untuk mengetahui kekosongan Kandung Kencing dan Rektum dalam rangka


penurunan kepala pada proses persalinan.
C. Personal Hygiene.
Untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari, berapa kali mandi, sikat gigi, keramas,
dan ganti pakaian termasuk celana dalam.
D. Pola Aktifitas.
Untuk mengetahui aktifitas ibu selama hamil dan setelah inpartu. Adakah
kegiatan yang berpengaruh negatif terhadap kehamilan dan persalinan dari ibu.
B.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui kesadaran, serta keadaan umum.
TB

Untuk menentukan prognosa jalannya parsal termasuk panggul sempit bila


TB < 140 cm.

BB

Sebelum hamil dan setelah hamil.


Untuk prognosa besar janin yang akan dilahirkan rata-rata normal kenaikan
BB Bumil normal antara 10 12 kg selama hamil.

TD

Untuk melihat adanya Resti Bumil dan Buhir.


Adakah tanda-tanda Toxemia Grafidarum jika dalam Bumil diperiksa
adanya kenaikan Sistol 30 mm hg dan kenaikan Distol 15 mm hg dengan
unterval pemeriksaan 6 jam atau tekanan Sistol 140 mm hg atau lebih.

Suhu

untuk mengetahui tanda infeksi, lebih dari 38 o C dianggap tidak normal dan
ada tanda infeksi.

Nadi

Jumlah nadi dalam 1 menit.

RR

Jumlah nafas dalam 1 menit.

2. Pemeriksaan Khusus
A. Inspeksi
Kepala

Keadaan rambut, kulit kepala.

Muka

Cloasma Gravidarum, Odem muka untuk mengarah pada keracunan


kehamilan.

Mata

Sklera untuk mengetahui adanya penyakit kurang konjungtiva,


anemi atau tidak, palpebra odem atau tidak.

Mulut

Kebersihan mulut, gigi, pada ibu hamil terjadi perubahan hormon


yang mempengaruhi gilut untuk mudah terinfeksi.

Hidung

Polipada atau tidak, kebersihannya.

Telinga

Kebersihan dan kelainannya.

Leher

Pembendungan Vena Jugularis ada atau tidak sangat berpengaruh


terhadap kehamilan Vena Jugularis Salah satu tanda sakit Jantung.
Pembuluh kelenjar Tyroid juga perlu diperiksa karena Bumil dengan
Tyroid perlu pemeriksaan khusus.

Dada

Perlu diperiksa adanya tanda-tanda kehamilan pada payudara.

Perut

Perut normal ibu hamil membesarnya membujur, sebagai tanda letak


bayi Strie Alba tanda pernah hamil yang lalu, Strie Livide tanda
hamil sekarang. Linia Alba dan Nigra, garis antara Symp Pst yang
tampak putih / perak.

Genetalia :

v/v bersih / tidaknya, varises atau tidak, benjolan abnormal ada /


tidak, menentukan kelancaran jalan lahir, juga adanya luka
perenium, menandakan sudah pernah melahirkan.

Ekternitas :

Reflek

- Untuk curiga arah keracunan kehamilan Pifek Patela


Normal / .

Odem

- Untuk curiga preklamsia.

Vanses

- Untuk menentukan ke setelah bersalin.

B. Palpasi
Pemeriksaan secara sistematis dengan urutan :
a) Kepala.
b) Muka.
c) Leher.
d) Dada.
e) Perut.
f) Tungkai.
Palpasi digunakan untuk menunjang inspeksi. Jadi tujuan dilakukan palpasi untuk
mendapatkan kejelasan tentang keadaan fisik klien.
Palpasi pada perut terutama untuk mendapatkan kejelasan tentang posisi bayi :
Ada 4 tahap leopold yaitu :
1. Leopold I
Untuk menentukan tinggi fundus uteri.
Untuk menentukan bagian yang terdapat pada fundus.
2. Leopold II
Untuk menentukan dimana punggung bayi.
3. Leopold III
Untuk menentukan apa yang terdapat pada bagian bawah uterus, dan sudah
masuk atau belum.
4. Leopold IV
Untuk menentukan berapa jauh bagian terendah.
Masuk

- Convergen

bagian kecil kepala turun.

- Sejajar

separuh kepala turun.

- Divergen

bagian besar kepala masuk.

C. Auskultasi
Untuk mendengar detak janin.

Normal Djj antara 120 160 x/menit, jika kurang atau lebih merupakan tanda faetal
destres.
D. Periksa Panggul
Periksa panggul luar, nilai-nilai normal di Indonesia.
1. Distansia Spinarum

23 cm.

2. Distansia Cristarum

26 cm.

3. Conjugata Ekterna

18 cm.

4. Ukuran lingkar panggul

80 cm.

E. Periksa Dalam
v/v

odem / tidak untuk menilai lama parsal dipimpin sebelum


pembukaan lengkap.

Portio

menentukan kematangan portio lunak / kenyal. Lunak berarti sudah


matang.

Efessement:

untuk menilai tebal atau tipis portio terutama pada primi, pendataran
/ efesemen dulu baru adanya pembukaan, untuk menilai kemajuan
persal.

Pembukaan Cervik : juga normal pada primi 1 cm membutuhkan waktu 2 jam.


Pada multi 1 cm membutuhkan waktu 1 jam.
Ketuban

menentukan infeksi / tidak, menentukan kebutuhan segera


memperoleh KPD, Harus segera kolaborasi dengan dari spesialis.

Bagian terdahulu : Kepala, Bokong, atau yang lain.


UUK, sebagai penominator atau petunjuk dan prognosa bayi bisa lahir atau tidak.
F. Pemeriksaan Penunjang
HB

Gol. Darah :
Urin

untuk mengetahui kadar merah darah.


untuk antisipasi keadaan gawat darurat.

- Protein

: untuk mengarah pada eklamsia.

- Reduksi : untuk mengarah pada DM, prognosa, bayi besar, HPP.


LANGKAH II IDENTIFIKASI MASALAH
1. Diagnosa
G .. P .. AB .., Umur kehamilan, Hidup, Tunggal, Intrauterin, Letkep, Inpartu
Kala I Fak Aktif.
DS

ungkapan klien rentang keluhannya.

DO

data yang didapat oleh petugas.

2. Masalah
Muntah.
Cemas menghadapi persalinan.
Sakit perut hebat.
Kaki kram.

Data dasar : pada umumnya dari anamnese klien.


LANGKAH III ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
Potensial Gawat Janin.
Potensial prolap H. Pasien.
Potensial Defisiensi Cairan.
Potensial Prolong Aktif Fase.
LANGKAH IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Gawat Janin.
prolap H. Pasien.
Perdarahan.
Sesak Nafas.
Kejang.
LANGKAH V MENGEMBANGKAN RENCANA
Dx

G .. P .. AB .. , UK .. , Anak Hidup, Tunggal, Intra Uterin,


Panggul Normal, KU Ibu Baik, Inpartu Kala I Fase Aktif.

Tujuan

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama 1 x 15 menit klien mengerti


tentang penjelasan petugas.

Kriteria

Klien mengerti tentang penjelasan dari petugas.

Intervensi dan Rasional.


1. Lakukan pendekatan pada klien.
R / dengan pendekatan terjalin kerjasama yang baik dan kepercayaan pada petugas.
2. Berikan support mental dengan mendampingi dan mendengar segala keluhan ibu
dengan penuh empati.
R / memberikan dukungan dan semangat dalam persalinan.
3. Menganjurkan ibu untuk posisi miring ke kiri.
Untuk memperlancar pembuluh darah ke janin.
4. Menyiapkan pertus sel.
R / proses parsal ninan berjalan lancar.
5. Obs tev dan CHPB sesuai patograf.
R / deteksi dini adanya kelainan.
6. bimbing meneran bila tidak lengkap.
R / proses persalinan berjalan lancar dan normal.
MASALAH
1. Masalah Muntah
Tujuan

: setelah dilakukan Asuhan Kebidanan 1 x 15 menit muntah bisa berkurang.

Kriteria

: klien tidak muntah lagi.

Intervensi dan Rasional.


1. Anjurkan klien untuk minum sedikit dan sering.

R / dengan minum sedikit, lambung tidak langsung penuh.


2. Anjurkan nafas pendek-pendek.
R / untuk mengalihkan perhatian agar tidak muntah lagi.
3. Berikan minum hangat.
R / untuk memberikan rasa nyaman dan segar pada penderita.
2. Masalah Cemas menghadapi Persalinan
Tujuan

: setelah dilakukan Asuhan Kebidanan 1 x 15 menit cemas berkurang.

Kriteria

: klien memahami proses persalinan yang dijelaskan oleh petugas.

Intervensi dan Rasional.


1. Berikan penjelasan kepada klien tentang tanda-tanda persalinan.
R / dengan tanda dan gejala pasien lebih tenang menghadapi persalinannya.
2. Berikan penjelasan tentang proses persalinan.
R / dengan mengetahui prosesnya, klien akan lebih tenang dan paham akan
persalinan.
3. Dampingi klien saat membutuhkan.
R / dengan memberikan pendampingan penderita menjadi tenang.
4. Berikan dorongan moril.
R / dengan dorongan moril, akan lebih bersemangat.
3. Masalah Sakit Perut Hebat
Tujuan

: setelah dilakukan Asuhan Kebidanan 1 x 15 menit klien bisa menerima


rasa sakit ini sebagai hal yang normal.

Kriteria

: klien bisa menerima rasa sakit ini dengan sikap wajar.

Intervensi dan Rasional.


1. Berikan penjelasan, bahwa rasa sakit timbul karena bayi ingin membuka pintu jalan
lahir.
R / dengan demikian pasien akan berharap persalinan segera berakhir.
2. Berikan penjelasan, bahwa semakin sakit, semakin baik pula proses persalinannya.
R / dengan itu pasien akan lebih bersemangat.
3. Berikan masase pada punggung klien.
R / masase pada punggung mengurangi rasa nyeri, dengan itu impuls nyeri akan
terhambat.
4. Masalah Kram pada Kaki
Tujuan

: setelah dilakukan Asuhan Kebidanan 1 x 15 menit klien bisa menerima


kram sebagai hal yang fisiologis.

Kriteria

: penderita bisa menerima hal itu sebagai hal yang normal, sehingga klien
tidak lagi mempermasalahkan hal itu.

Intervensi dan Rasional.


1. Berikan penjelasan tentang sebab terjadinya kram.

R / dengan kepala menekan jalan lahir, pembuluh darah pada kaki tidak lancar,
sehingga terjadi kram.
2. Anjurkan istirahat miring ke kiri.
R / dengan miring ke kiri, pembuluh darah besar dari ibu ke janin tidak terjepit,
sehingga peredaran darah menjadi lancar.
LANGKAH VI IMPLEMENTASI
Implementasi disesuaikan dengan Rencana.
Jenis tindakan bisa dikerjakan oleh bidan sendiri, kolaborasi, klien.
LANGKAH VII EVALUASI
Evaluasi berhubungan dengan pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria.
Dalam evaluasi menggunakan format SOAP, yaitu :
S

data yang diperoleh dari wawancara langsung.

data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan.

pernyataan yang terjadi dari S dan O.

perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah.

DAFTAR PUSTAKA
Buku Acuan dan Panduan.2008.Asuhan Persalinan Normal.Jakarta:JNPK-KR
Hidayat, Asri. 2010. Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika
Prawirohardjo, Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta :YBP-SP
Sulistyawati, Ari. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika
Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai