Anda di halaman 1dari 32

JOURNAL READING

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK GIZI PRAKONSEPSI

Oleh :
BELLA PUSPA SARI
NIM P05140521004

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
KOTA BENGKULU

2021
HALAMAN PERSETUJUAN

JOURNAL READING “ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK GIZI

PRAKONSEPSI “ DI PUSKESMAS JALAN GEDANG

KOTA BENGKULU

Oleh:

BELLA PUSPA SARI


NIM P05140521004

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rolita Efriani, SST.M.Keb Kemala Haiti, S.Tr.Keb


NIP. 199308272020122010 NIP. 1997712232003122004
PENGARUH KONSELING GIZI PRAKONSEPSI TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PRANIKAH DI
KECAMATAN BATANG KUIS

Lusyana Gloria Doloksaribu¹, Abdul Malik Simatupang²


Alumni Mahasiswa Gizi Poltekkes Medan

Abstrak

Status gizi pada masa prakonsepsi merupakan salah satu penentu


kelancaran dari proses kehamilan hingga melahirkan nantinya. Masa pranikah
dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan
segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum
kehamilan. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga
satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum
dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling gizi prakonsepsi terhadap
pengetahuan dan sikap wanita pranikah di Kecamatan Batang Kuis. Penelitian
ini menggunakan desain quasi experiment dengan one group pre-post test.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode konseling dan pemberian kuesioner.
Analisis data menggunakan uji wilcoxon dan uji T-dependent. Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada pengetahuan dan sikap
sebelum dan sesudah intervensi. Konseling gizi prakonsepsi dapat
mempersiapkan kehamilan yang lebih aman, proses kehamilan lancar dan bayi
yang dilahirkan sehat.
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu penentu kualita sumber daya manusia adalah

terpenuhinya kecukupan gizi individu. Seseorang yang mengalami

kekurangan gizi maka akan berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik,

perkembangan kecerdasan, menurunnya daya tahan tubuh yang akan

berakibat meningkatnya angka kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi

sangat diperlukan oleh setiap individu sejak masih di dalam kandungan,

bayi, anakanak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut (Supriyono dalam

Rahim dkk. 2013).

Kementerian Kesehatan RI (2010) mendefinisikan bahwa Wanita

Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada dalam periode umur antara

15-49 tahun. Wanita pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS

perlu mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu,

gizi yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh

kembang janin, kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan

selama proses melahirkan (Paratmanitya dkk. 2012).

Status gizi WUS atau wanita pranikah selama tiga sampai enam

bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan kondisi bayi yang

dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan

kunci kelahiran bayi normal dan sehat (Susilowati dkk. 2016). Adapun

pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah sebelum


kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi

optimal alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur,

produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses pembuahan yang

sempurna. Gizi yang baik juga dapat berperan penting dalam penyediaan

cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin. Bagi calon ibu, gizi yang

cukup dan seimbang akan memengaruhi kondisi kesehatan secara

menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat

memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan

(Susilowati dkk. 2016).

Kurang energi kronik (KEK) masih merupakan masalah gizi utama

yang sering menimpa WUS. Seseorang dapat dikatakan KEK apabila hasil

dari pengukuran lingkar lengan atas (LILA) dibawah 23,5 cm. Prevalensi

KEK pada WUS di Indonesia menurut Indeks Pembangunan Kesehatan

Masyarakat (IPKM) tahun 2013 menunjukkan angka sebesar 20,97%

sementara untuk provinsi Sumatera Utara sendiri sebesar 17,61% (IPKM,

2013). Dampak dari wanita pranikah yang menderita KEK antara lain

dapat mengakibatkan terjadinya anemia, kematian pada ibu pada saat

melahirkan, kematian janin, bayi berat lahir rendah (BBLR), kelahiran

prematur, lahir cacat hingga kematian pada bayi (Stephanie dkk. 2016).

Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tergolong besar

yaitu 228 ibu per 100.000 kelahiran demikian juga dengan Angka

Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 bayi per 1.000 kelahiran (Bappenas,

2010). Menurut World Health Organization (WHO) mendefinisikan bahwa


bayi yang dikatakan BBLR adalah bayi yang terlahir dengan berat kurang

dari 2500 gram (WHO, 2014). Di Indonesia sendiri prevalensi BBLR pada

tahun 2013 mencapai 10,2% (Riskesdas, 2013).

Berbagai faktor dapat mempengaruhi status gizi wanita pranikah

sebelum kehamilan. Faktor-faktor yang mempengaruh adalah umur,

pendidikan, dan status gizi. Sedangkan selama kehamilan beberapa faktor

yang mempengaruhi adalah frekuensi kehamilan, derajat aktivitas fisik,

komplikasi penyakit saat hamil, kondisi psikologis dan asupan pangan

(Badriah dalam Fauziyah 2012). Pengetahuan mengenai gizi berperan

penting dalam pemenuhan kecukupan gizi seseorang. Tingkat pengetahuan

akan mendorong seseorang memiliki kemampuan yang optimal berupa

pengetahuan dan sikap.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana hasil penelitian dan pembahasan pada persiapan kehamilan
sehat gizi prakonsepsi?

C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar persiapan kehamilan sehat pada gizi
prakonsepsi.
BAB II
ULASAN JURNAL
A. Judul jurnal
Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Wanita Pranikah Di Kecamatan Batang Kuis
B. Abstrak
Status gizi pada masa prakonsepsi merupakan salah satu penentu kelancaran
dari proses kehamilan hingga melahirkan nantinya. Masa pranikah dapat
dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan
segera menjalani proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum
kehamilan. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga
satu tahun sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum
dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling gizi prakonsepsi terhadap
pengetahuan dan sikap wanita pranikah di Kecamatan Batang Kuis. Penelitian
ini menggunakan desain quasi experiment dengan one group pre-post test.
Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan metode konseling dan pemberian kuesioner.
Analisis data menggunakan uji wilcoxon dan uji T-dependent. Hasil penelitian
menunjukkan ada pengaruh yang signifikan pada pengetahuan dan sikap
sebelum dan sesudah intervensi. Konseling gizi prakonsepsi dapat
mempersiapkan kehamilan yang lebih aman, proses kehamilan lancar dan bayi
yang dilahirkan sehat.

C. Pendahuluan/Latar Belakang/Tujuan
Salah satu penentu kualitas sumber daya manusia adalah terpenuhinya
kecukupan gizi individu. Seseorang yang mengalami kekurangan gizi maka
akan berdampak pada gangguan pertumbuhan fisik, perkembangan
kecerdasan, menurunnya daya tahan tubuh yang akan berakibat meningkatnya
angka kesakitan dan kematian. Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap
individu sejak Kementerian Kesehatan RI (2010) mendefinisikan bahwa
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berada dalam periode umur
antara 15-49 tahun. Wanita pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS
perlu mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu, gizi
yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang
janin, kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama proses
melahirkan (Paratmanitya dkk. 2012). Masa pranikah dapat dikaitkan dengan
masa prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan segera menjalani
proses konsepsi. Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan.
Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun
sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma
matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita
pranikah selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan
menentukan kondisi bayi yang dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa
prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat (Susilowati
dkk. 2016). Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah
sebelum kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi
optimal alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur,
produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses pembuahan yang
sempurna. Gizi yang baik juga dapat berperan penting dalam penyediaan
cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin. memengaruhi kondisi kesehatan
secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat
memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan
(Susilowati dkk. 2016).
D. Metodologi
Penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan disain One Group Pre – Post
Test. Penentuan sampel dilakukan dengan melakukan screening sesuai
dengan kriteria inklusi. Seluruh populasi pada penelitian ini dijadikan sampel
(total sampling). Waktu penelitian dilaksanakan bulan November 2017 sampai
Maret 2018.
E. Hasil dan Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 wanita pranikah (10%) yang
menikah pada usia ≤ 20 tahun dan 2 wanita pranikah (6,7%) yang menikah
pada usia >35 tahun. Dimana pada usia <20 tahun seorang wanita cenderung
belum siap baik dari segi organ reproduksi, keterampilan dalam merawat diri
dan bayi serta psikologis yang belum stabil. Sementara pada usia >35 tahun
telah terjadi perubahan pada alat-alat reproduksi sehingga akan meningkatkan
risiko terhadap pendarahan dan BBLR (Rahayu, 2015). Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Sholiha dkk (2015) bahwa kejadian BBLR
lebih banyak terjadi pada ibu yang saat hamil berusia <20 tahun dan >35 tahun
(61,5%), sedangkan ibu yang saat hamil berusia 20-35 tahun (92,3%) lebih
banyak melahirkan bayi dengan berat badan normal. Tingkat pendidikan
sampel menunjukkan bahwa sampel yang berpendidikan tinggi, lebih besar
persentasenya (13,3%) dibandingkan dengan sampel yang berpendidikan
rendah (3,3%). Sementara rata-rata tingkat pendidikan sampel yaitu menengah
(83,3%). Temuan ini menggambarkan bahwa wanita yang akan menikah di
Kecamatan Batang Kuis rata-rata mulai menikah setelah tamat Sekolah
Menengah Atas (SMA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 11 (36,7%) dari
total 30 sampel wanita pranikah di Kecamatan Batang Kuis mengalami KEK
dengan hasil pengukuran LILA <23,5 cm. Tingginya angka prevalensi KEK
pada wanita. Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan
Wanita Pranikah Hasil penelitian menunjukkan, terjadi peningkatan
pengetahuan. Dimana sebelum diberikan konseling rata-rata nilai pengetahuan
yang didapat sampel sebesar 12,60 dengan nilai terendah 8 dan nilai tertinggi
16 dari total nilai 20. Dan setelah diberikan konseling rata-rata nilai
pengetahuan yang didapat sampel sebesar 15,97 dengan nilai terendah 11 dan
nilai tertinggi 18. Sebelum diberikan konseling, sampel hanya mampu
menguasai 63% dari total semua pertanyaan yang diberikan. Dengan nilai
pengetahuan yang paling tinggi diperoleh oleh sampel yang memiliki kategori
pendidikan tinggi dan nilai pengetahuan terendah diperoleh oleh sampel yang
memiliki kategori pendidikan menengah. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka keinginan untuk balajar dan mudah melakukan
perubahan positif semakin tinggi juga. Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi
Terhadap Sikap Wanita Pranikah Hasil penelitian menunjukkan, terjadi
peningkatan sikap pada sampel. Dimana sebelum diberikan konseling rata-rata
nilai sikap yang didapat sampel sebesar 23,70 dengan nilai terendah 18 dan
nilai tertinggi 30 dari total nilai 30. Dan setelah diberikan konseling rata-rata
nilai sikap yang didapat sampel sebesar 27,00 dengan nilai terendah 25 dan
nilai tertinggi 30.Sebelum diberikan konseling, sampel sudah mampu
menguasai 79% dari total semua pertanyaan yang diberikan. Kategori sikap
sampel tentang Gizi Prakonsepsi adalah cukup. Setelah diberikan konseling,
terjadi peningkatan dimana sampel sudah mampu menguasai 90% dari total
semua pertanyaan yang diberikan. Hal ini sejalan dengan kategori sikap
sampel meningkat menjadi baik dengan persentase mencapai 100%. Setelah
diberikan konseling diperoleh hasil bahwa sikap sampel meningkat mengenai
pertanyaan tersebut, dengan tidak ditemukannya lagi persentase sampel
menjawab salah diatas 50%. Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian
intervensi berupa konseling gizi prakonsepsi selama seminggu dengan tiga
kali pengulangan materi dapat meningkatkan atau merubah sikap wanita
pranikah tentang gizi prakonsepsi. Selain itu, perubahan sikap sampel setelah
diberikan konseling dikarenakan media pendidikan berupa leaflet yang mudah
dimengerti tidak hanya berguna untuk menambah pengetahuan, tetapi juga
berpengaruh pada sikap sampel yang akan termotivasi untuk bersikap
mendukung pemenuhuan gizi pada masa prakonsepsi.
F. Kesimpulan dan Saran
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik sampel didapatkan bahwa masih
ditemukan wanita yang menikah diusia ≤20 (10%) tahun dan diatas >35 tahun
(6,7%). Rata-rata tingkat pendidikan wanita pranikah di Kecamatan Batang
Kuis adalah Sekolah Menengah Atas (SMA). Terdapat 11 wanita pranikah
yang mengalami KEK dari total 30 sampel wanita pranikah. 2. Selisih
peningkatan pengetahuan sampel sebesar 3,37 sehingga ratarata skor
pengetahuan sampel sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa
konseling gizi prakonsepsi meningkat dari 12,60 menjadi 15,97. 3. Selisih
peningkatan sikap sampel sebesar 3,30 sehingga rata-rata skor sikap sampel
sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa konseling gizi prakonsepsi
meningkat dari 23,70 menjadi 27,00. 4. Konseling yang dilakukan dengan
tiga kali pengulangan dalam waktu satu minggu memberikan pengaruh yang
signifikan (p=0,001) terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap wanita
pranikah tentang gizi prakonsepsi di Kecamatan Batang Kuis.

Saran : Diharapkan Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Departemen agama


agar setiap wanita mendaftarkan diri agar mendapatkan konseling tentang gizi
prakonsepsi dan agar pihak KUA membuat unit konseling mengenai gizi
prakonsepsi di setiap konseling pranikah.
G. Kajian Teori
a. Pengertian Perencanaan Kehamilan

Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum hamil, wanita

prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur

yang siap menjadi seorang ibu, dimana kebutuhan gizi pada masa ini

berbeda dengan masa anak-anak, remaja, ataupun lanjut usia. Periode

prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun

sebelum konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan

sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi (Susilowati dan

Kuspriyanto, 2016).

Wanita pranikah merupakan bagian dari kelompok WUS yang perlu

mempersiapkan kecukupan gizi tubuhnya, karena sebagai calon ibu, gizi

yang optimal pada wanita pranikah akan mempengaruhi tumbuh kembang

janin, kondisi kesehatan bayi yang dilahirkan dan keselamatan selama

proses melahirkan. Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa


prakonsepsi, karena setelah menikah wanita akan segera menjalani proses

konsepsi.

Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara

keseluruhan selama masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi

risiko dan mengaplikasikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan

kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat

(Yulizawati, dkk. 2016). Universitas Sumatera Utara 10 Idealnya pasangan

suami istri perlu menyiapkan diri, setidak-tidaknya tiga atau enam bulan

sebelum konsepsi, dengan cara mengontrol pola makan dan gaya hidup

yang sehat, usahakan untuk makan-makanan yang bergizi yang dibutuhkan

janin untuk tumbuh dan berkembang. Selain itu perhatikan fungsi tubuh

dan sadari akibat yang timbul akibat sering mengkonsumsi pil dan stress

berkepanjangan. Persiapan yang baik akan menghasilkan kehamilan yang

sehat dan dengan mengikuti pola hidup sehat maka kehamilan akan

berjalan dengan baik dan dapat menghindari timbulnya depresi setelah

kelahiran ataupun kesulitan menyusui (Wendy, 2007).

Perencanaan kehamilan adalah pengetahuan kapan usia ideal dan saat

yang tepat untuk hamil serta mengatur jarak kehamilan dan jumlah anak.

Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal

melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan

merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka

kematian maternal. Menjaga jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan


ibu dan bayi dari sisi kesehatan, namun juga memperbaiki kualitas

hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).

Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan

setiap pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan

finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan. Merencanakan kehamilan

merupakan perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna

mendukung terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan

yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).

Perencanaan Kehamilan bertujuan untuk mencegah kehamilan 4

terlalu yaitu :

1) Terlalu muda (<20 tahun)

Kehamilan pada usia muda (<20 tahun) dapat mengakibatkan kesulitan

dalam persalinan karena organ reproduksi belum berkembang

sempurna, keracunan kehamilan (preeklamsia), keguguran, perdarahan,

resiko panggul sempit sehingga menyulitkan saat bersalin bayi lahir

sebelum waktunya, bayi berat lahir rendah (BBLR), masalah mental

sosial (ibu belum siap menerima kehamilan).

2) Terlalu tua (>35 tahun)

Kehamilan pada usia tua >35 tahun dapat meningkatkan resiko

hipertensi dalam kehamilan, diabetes, preeklamsia, bayi lahir cacat,

BBLR, prematur, dan mengalami keguguran.

3) Terlalu dekat jarak kehamilan (< 2 tahun)


Jarak kehamilan perlu diatur karena kondisi fisik dan mental ibu perlu

disiapkan, serta memberikan kesempatan pada bayi mendapatkan ASI

dan pola asuh yang baik. Jarak kehamilan satu dengan berikutnya tidak

boleh terlalu dekat sebab kondisi rahim ibu belum pulih dan perlu

waktu bagi ibu untuk menyusui dan merawat bayi. Resiko yang dapat

terjadi jika jarak kehamilan terlalu dekat diantaranya, yaitu perdarahan

pada saat melahirkan, anemia, keguguran, bayi lahir sebelum

waktunya, BBLR, cacat bawaan pada bayi.

4) Terlalu sering hamil

b. Kesuburan (Fertilitas)

Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk

menjadi hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang

mampu menghamilkannya (Handayani, 2010). Masa subur adalah suatu

masa dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang

siap dibuah, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan

seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan. Masa subur merupakan

rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan sekali” (Indriarti, 2013).

Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi selanjutnya terjad

(Purwandari, 2011).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara

lain:

a. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Rentang usia risiko

tinggi adalah <20tahun dan ≥ 35 tahun. Hal ini dikarenakan pada usia

<20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan

berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat,

dan persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi

fisikmulai melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan

masih dapat hamil, namun fertilitas menurun cepat sesudah usia

tersebut. Usia reprodukstif perempuan yang terbaik pada usia 20

tahunan, selanjutnya kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30

tahun, terutama setelah usia 35 tahun. Pada laki-laki, tingkat kesuburan

akan mulaimenurun secara perlahan-lahan. Kesuburan laki-laki diawali

saat memasuki usia pubertas ditandai dengan perkembangan

organreproduksi, rata-rata umur 12 tahun. Perkembangan organ

reproduksi laki-laki mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat

kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan

mencapai puncaknya pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun

kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-lahan, dimana keadaan

ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ

reproduksi(Khaidir, 2006). Disarankan pria untuk menikah pada usia

kurang dari 40 tahun, karena di atas usia tersebut motilitas,

konsentrasi, volume seminal, dan fragmentai DNA telah mengami


penurunan kualitas sehingga meningkatkan risiko kecacatan janin

(RSUA, 2013).

b. Frekuensi senggama

Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara

spermatozoa dan ovum, akan terjadi bila koitus (senggama)

berlangsung pada saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa

masih hidup selama 1-3 hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga

fertilisasi masih mungkin jika ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah

koitus berlangsung. Sedangkan ovum seorang wanita umurnya lebih

pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus dilakukan pada waktu

tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal ini berarti

walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi tidak

bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam

sebulan, maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak akan terjadi

kehamilan pada istri (Khaidir, 2006).

c. Lama berusaha

Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri

akan hamil dalam satu bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan

pertama, 72.1% dalam enam bulan pertama, 85,4% dalam 12 bulan

pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama. Waktu rata-rata yang

dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8 bulan. Jadi


lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teraturmerupakan

faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan (Khaidir, 2006).

c. Gizi Masa Prakonsepsi

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorpsi, transportasi.

Penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat yang tidak digunakan

untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari

organ- organ serta menghasilkan energi (Supariasa, dkk. 2002).

Zat-zat gizi yang dapat memberikan energi adalah karbohidrat,

lemak, dan protein, oksidasi zatzat gizi ini menghasilkan energi yang

diperlukan tubuh untuk melakukan kegiatan atau aktivitas. Ketiga zat gizi

termasuk zat organik yang mengandung karbon yang dapat dibakar,

jumlah zat gizi yang paling banyak terdapat dalam pangan dan disebut

juga zat pembakar (Almatsier, 2011)

Pedoman Gizi Seimbang merupakan pedoman untuk konsumsi

makan sehari-hari yang harus mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah

(porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok umur,

mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin dan mineral), serta

dapat dijadikan sebagai pedoman makan, aktivitas fisik, perilaku hidup

bersih dan mempertahankan berat badan normal (Kemenkes,2014).

Secara umum terdapat pesan khusus gizi seimbang yang perlu

diperhatikan bagi calon pengantin adalah mengonsumsi aneka ragam

makanan untuk memenuhi kebutuhan energinya. Hal tersebut meliputi


konsumsi zat gizi makro dan mikro (karbohidrat, protein, vitamin dan

mineral) yang akan digunakan sebagai proses pertumbuhan tubuh yang

cepat, peningkatan volume darah dan peningkatan hemoglobin dalam

darah yang berguna untuk mencegah anemia yang disebabkan karena

kehilangan zat besi selama proses menstruasi (Kemenkes,2014).

Berikut merupakan anjuran Angka Kecukupan Gizi bagi WUS yang telah

ditetapkan Kemenkes:

Tabel 1
Angka Kecukupan Gizi bagi WUS

Zat Gizi 13-15 tahun 16-18 tahun 19-29 tahun 30-49 tahun

Energi
2125 2125 2250 2150
(kkal)

Protein 69 59 56 57

(g)

Folat 400 400 400 400

(meg)

B6 (mg) 1,2 1,2 1,3 1,3

B12 (mg) 2,4 2,4 2,4 2,4

Besi (mg) 26 26 26 26

Sumber: Kemenkes RI 2014.

Gizi yang memengaruhi prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak,

protein, asam folat, vitamin A, E, dan B12, mineral zinc, besi, kalsium,
dan omega-3. Pasangan yang akan melangsungkan pernikahan

sebaiknya mulai mengubah pola makan menjadi teratur dan baik

selambat-lambatnya enam bulan sebulan sebelum kehamilan. Hal ini

dapat membantu memperbaiki tingkat kecukupan gizi pasangan

(Susilowati & Kuspriyanto, 2016).

Berikut pola makan yang disarankan pada pasangan prakonsepsi

untuk mengonsumsi dalam jumlah yang mencukupi:

a. Karbohidrat

Karbohidrat yang disarankan adalah kelompok polisakarida (seperti

nasi, jagung, sereal, umbi-umbian) dan disarankan membatasi konsumsi

monosakarida (seperti gula, sirup, makanan, dan minuman yang tinggi

gula).

b. Protein

Kekurangan protein pada tingkat berat akan memperlambat

perkembangan hormone endokrin sehingga kemampuan untuk

mengikat hormone androgen rendah. Makanan yang kaya protein bisa

diperoleh dari telur, daging, tempe, dan tahu. Serangan radikal bebas

(oksidan) yang memengaruhi kesehatan reproduksi.

c. Asam Folat

Kecukupan nutrisi asam folat dapat mengurangi resiko bayi lahir

kecacatan system saraf dengan neutral tube defect(NTD) seperti spina


bifida sebanyak 70%.

d. Vitamin B6

Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, ginjal, beras merah,

kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan kol.

e. Vitamin D

Vitamin D dirodukski dari dalam tubuh dengan bantuan sinar

matahari, selain itu dapat diperoleh dari susu, telur, mentega, keju,

minyak ikan, ikan tuna, dan ikan salmon.

f. Zinc

Zinc sangat penting untuk calon ibu karena zinc membantu

produksi materi genetik ketika pembuahan terjadi. Menjaga asupan zinc

sesuai AKG, yaitu 15 mg/hari dapat membantu menjaga sistem

reproduksi berfungsi normal.

g. Zat besi

Kekurangan zat besi pada calon ibu dapat menyebabkan anemia

dengan menunjukkan gejala lelah, sulit konsentrasi, dan gampang

infeksi.Juga dapat mengurangi resiko ibu hamil mengalami defisiensi

anemia gizi besi yang dapat membahayakan ibu dan kandungannya.

(Susilowati & Kuspriyanto, 2016).

Berikut sekilas sumber nutrisi penting bagi wanita prakonsepsi hingga

masa kehamilan (MacDougall, 2003):

Tabel 2.
Sumber Nutrisi Bagi Wanita Prakonsepsi
Sumber Nutrisi Penting

Produk dari susu (susu, mentega, keju, dsb), telur,


Vitamin A
minyak ikan, sayuran berwarna hijau, dan kuning.

Semua jenis beras atau gandum, ragi, kacang-


Vitamin B1
kacangan, biji-bijian, dan sayuran daun-daunan hijau.

Semua jenis beras atau gandum, sayuran hijau, dan


Vitamin B2
telur.

Semua jenis beras atau gandum, ragi, minyak ikan,


Vitamin B3
telur, dan susu.

Telur, kacang-kacangan, biji-bijian, semua jenis beras-


Vitamin B5
berasan atau gandum, alpukat.

Vitamin B6 Seluruh tepung, ragi, biji gandum, jamur, kentang.

Vitamin B12 Telur, daging, tiram, susu.

Sayuran daun-daunan hijau, jeruk, dan kacang-


Asam folat
kacangan.

Vitamin C Buah sitrun, stroberi, lada manis, tomat, dan kentang.

Susu asam, minyak ikan (sarden), margarin, kuning


Vitamin D
telur, sinar matahari.

Minyak sayur, biji gandum, kacang-kacangan, biji


Vitamin E
bunga matahari, brokoli.

Produk susu, sardin kalengan, salmon termasuk

tulangnya, sayur dan daun-daunan hijau, kacang-


Kalsium kacangan.

Daging merah, kacang-kacangan, telur, sayuran daun-


Besi
daunan hijau.

Biji gandum, bekatul, seluruh jenis tepung, kacang-


Seng
kacangan, bawang, tiram.

Berikut adalah makanan yang sebaiknya makanan yang dikonsumsi oleh

ibu dalam persiapan kehamilan yang mengandung:

a) Protein meningkatkan produksi sperma. Makanlah telur, ikan, daging,

tahu dan tempe.

b) Asam folat, penting bagi calon bunda sejak prakonsepsi sampai

kehamilan trimester pertama. Berperan dalam perkembangan system

saraf pusat dan darah janin, cukup asam folat mengurangi risiko bayi

lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Makanlah sayuran

hijau tua, jeruk, avokad, hati sapi, kedelai, tempe, dan serealia.Minum

400 mikrogram asam folat setiap hari, jika seorang wanita memiliki

kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan selama

kehamilan, dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang

belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti

sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini),

asparagus, brokoli, papaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan,

alpukat, okra, kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.

Sebagian susu untuk ibu hamil pun mengandung asam folat cukup
tinggi, sehingga dapat membantu memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat

memilih susu untuk ibu hamil yang rasanya enak untuk mengurangi

rasa mual, serta tentu merupakan produk yang berkualitas tinggi.

c) Konsumsi berbagai Vitamin

1) Vitamin A

Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat

pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli,

wortel, bayam, dan tomat.

2) Vitamin D

Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga

75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan

sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati,

minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.

3) Vitamin E

Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel

telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga

kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak

tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.

4) Vitamin B6

Kekurangan vitaminini akan menyebabkan terjadinya

ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen

dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin


B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang tanah,

pisang, dan sayur kol.

5) Vitamin C

Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur

dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan

(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan

melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan)

yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi . Vitamin C banyak

terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi, tomat,

dan cabai merah.

d) Cukupi zat seng

Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga

pembentukan sperma yang sehat. Bagi calon Bunda, seng membantu

produksi materi generatik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah,

melancarkan pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan

hasil laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting, ed.), daging,

kacang-kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan

bunga matahari, ed), serta produk olahan susu.

e) Cukupi zat besi

Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur)

bunda tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat

besi akan membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari

anemia yang sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati,
daging merah, kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang

diperkaya zat besi.

f) Fosfor

Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di

susu, dan ikan teri.

g) Selenium (Se)

Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala

kekurangan selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi

seksual dan ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalahberas,

bawang putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.

h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak

Sebaiknya digantikan dengan minyak zaitun. Kandungan asam lemak

yang terkandung di dalam minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan

jantung, tubuh, serta level kolestrol sehingga menyeimbangkan

endokrin yang sehat.

i) Kalori Ekstra

Perhatikan pula kebutuhan kalori ekstra yang dapat menunjang

kehamilan anda.Anda dapat mempersiapkannya sebelum kehamilan

dengan mendapatkannya dari berbagai jenis makanan seperti sereal,

nasi, roti dan pasta. Kalori bermanfaat untuk menyokong perubahan

tubuh ibu selama kehamilan.

j) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang

dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.

Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat

dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram,

hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan.

Pada ibu masa prakonsepsi di anjurkan untuk menghindari konsumsi :

1) Daging mentah, karena mengandung Toksoplasma, parasit penyebab

infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi kehamilan dan

janin.

2) Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang baik,

dapat mengandung toksoplasma.

3) Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada

bakteri salmonella penyebab diare berat.

4) Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah

akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna

kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan

hiu. Meski kaya omega 3 dan 6,ikan dari sebagian perairan Indonesia

diduga tercemar merkuri melalui penurunan kualitas air maupun rantai

makanan.

5) Keju lunak (brie, camembert, blueveined cheese, keju dari susu

kambing dan domba). Berisiko membawa bakteri listeria.


6) Kafein, menghambat kehamilan dan mengurangi penyerapan zat

besi.Sebuah studi di Amerika menemukan bahwa minum kopi tiga

cangkir sehari dengan kandungan cafein sekitar 300 mg, dapat

menurunkan kemungkinan wanita hamil sekitar 27% dibanding

mereka yang bukan peminum kopi.

d. Konseling

a. Pengertian Konseling

Salah satu upaya untuk menyadarkan masyarakat mengenai gizi

adalah melalui konseling gizi. Secara umum, definisi konseling adalah

suatu proses dua arah yang terjadi antara konselor dan klien yang

bertujuan untuk membantu klien mengatasi dan mengambil keputusan

yang benar dalam mengatasi masalah gizi yang dihadapi (Supariasa,

2014).

Konseling gizi adalah suatu cara untuk meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan individu atau keluarga melalui bentuk pendekatan

guna mendapatkan pengertian yang lebih baik, sehingga diharapkan

individu atau keluarga mampu mengambil langkah-langkah untuk

mengatasi masalah gizi termasuk perubahan pola makan serta

memecahkan masalah terkait gizi kearah kebiasaan hidup sehat

(Cornelia, dkk 2013).


Peran keluarga juga turut membantu dalam keberhasilan konseling gizi.

Anggota keluarga yang lain dapat mendukung pelaksanaan perubahan

pola makan klien. Hingga pada akhirnya klien dapat menerapkan pola

makan yang baik sesuai dengan yang diharapkan.

b. Tujuan Konseling

Tujuan konseling gizi adalah secara umum adalah membantu

klien dalam upaya megubah prilaku yang berkaitan dengan gizi,

sehingga status gizi klien menjadi lebih baik.Perilaku yang diubah

meliputi pengetahuan dan sikap.

c. Manfaat Konseling

Dalam melakukan konseling diperlukan hubungan yang baik antara

konselor dan klien melalui kesepakatan untuk bekerja sama, melakukan

komunikasi, dan terlibat dalam proses yang berkesinambungan dalam

upaya memberikan pengetahuan, keterampilan, serta sumber daya.

Proses konseling diharapkan dapat memberikan manfaat pada klien

sebagai berikut:

a) Membantu klien untuk mengenali masalah kesehatan dan gizi

yang dihadapi.

b) Membantu klien memahami penyebab terjadinya masalah.

c) Membantu klien untuk mencari alternatif pemecahan masalah.

d) Membantu klien untuk memilih cara pemecahan masalah yang

paling sesuai baginya.

e) Membantu proses penyembuhan penyakit melalui perbaikan gizi


klien.

d. Tempat Konseling

Pada prinsipnya dapat dilaksanakan dimana saja asal memenuhi konsep

kenyamanan dan informasi yang disampaikan klien tidak didengar

orang yang tidak berkepentingan serta dijamin kerahasiaanya

(Supariasa, 2014). Namun, ada beberapa persyaratan khusus yang harus

dipenuhi untuk dapat dikatakan layak sebagai tempat dilakukannya

konsultasi, antara lain :

a) Ruangan tersendiri terpisah dengan ruangan lain sehingga klien

merasa nyaman.

b) Ada tempat atau meja untuk mendemonstrasikan materi konseling,

c) Lokasi mudah dijangkau oleh klien, termasuk klien yang memiliki

keterbatasan fisik.

d) Ruangan memiliki cukup cahaya dan sirkulasi udara.

e) Ruangan didukung dengan fasilitas yang memadai antara lain

tersedia poster, leflet, dan food model.

e. Waktu

Waktu pelaksanaan konseling sangat bergantung pada kasus yang

ditangani berat ringannya masalah, keaktifan klien, dan waktu

kunjungan, yaitu kunjungan awal/pertama, kedua, ketiga dan

seterusnya.Secara umum waktu pelaksanaan konseling berkisar

antara 30-60 menit.Dengan pembagian 30 menit diawal digunakan

untuk menggali data, dan 30 menit berikutnya untuk diskusi dan


oemecahan masalah.

BAB III
TELAAH JURNAL

A. Judul Jurnal
Judul jurnal sudah sesuai dengan syarat penulisan judul jurnal yang
baik yaitu relevan dengan tema yang dikaji. Judul jurnal sudah
menggambarkan isi dari penelitian. Judul sudah ditulis secara ringkas,
padat dan jelas.
B. Abstrak
Isi abstrak dari jurnal ini sudah mencakup latar belakang, tujuan,
metode penelitian, hasil dan kesimpulan. Kemudian kaidah penulisan juga
sudah sesuai. Abstrak sudah mewakili inti hasil penelitian. Bahasanya
mudah dimengerti dan dipahami, sehingga pembaca tidak salah
menafsirkan isi.
C. Pendahuluan
Pada pendahuluan jurnal ini sudah dijelaskan mengenai hubungan
antara pengaruh konseling gizi prakonsepsi terhadap pengetahuan dan
sikap wanita pranikah. pendahuluan sudah membahas mengenai. referensi
yang digunakan sudah terpercaya yaitu dari jurnal internasional.
D. Metodologi
Metodologi yang digunakan sudah sesuai tujuan penelitian.
Pengambilan sampel sudah sesuai. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini cukup banyak.
E. Hasil dan Pembahasan/Diskusi
Hasil dari jurnal ini sudah hampir membahas mengenai hubungan
antara pengaruh konseling gizi prakonsepsi terhadap pengetahuan dan
sikap wanita pranikah. Hasil dijabarkan dengan lengkap dan akurat,
dengan bahasa yang lugas dan jelas. Pembahasan juga sudah
menggunakan referensi dari banyak jurnal pendukung, sehingga
menggunakan teori dari berbagai sumber. Bahasanya juga mudah
dipahami oleh pembaca.

F. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan sudah mampu menjawab secara padat ringkas dari
tujuan penellitian. Saran juga sudah diperuntukkan dengan sesuai.
Namun kesimpulan dan saran masih digabung menjadi satu.

G. PICOT
Populasi -

Intervensi Tidak ada

Comparatif Tidak ada

Outcome Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Wanita Pranikah
Time Tahun 2019

H. RAMMbo

Representatif Ya
Alokasifair Ya

Maintenance Ya
fair

Measurement Tidak dijelaskan


Blinded
Objective

BAB IV
PENUTUP

Secara keseluruhan jurnal ini sudah bagus, topik bahasan yang menarik
dan bahasa yang mudah dipahami. Hasil penelitian dibahas secara detail dan
mendalam. Referensi yang digunakan pun banyak, sehingga sudah bisa menjadi
jurnal sebagai sumber informasi yang akurat.

Anda mungkin juga menyukai