Anda di halaman 1dari 7

88

BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. L dengan CKD

(Chronic Kidney Deases) di Ruang Penyakit Dalam Wanita RSUD Jayapura selama 3

hari sejak tanggal 06-08 Maret 2019, terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

Adapun kesenjangan tersebut penulis membahasnya sebagai berikut:

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang

dilaksanakan secara sistematis untuk mengumpulkan informasi atau data tentang

klien baik dari klien, keluarga maupun catatan keperawatan berupa data obyektif dan

data subyektif untuk menentukan prioritas masalah dalam asuhan keperawatan.

Tahap pengkajian ini, penulis tidak menemukan kesulitan, klien dan

keluarga cukup kooperatif sehingga membantu penulis dalam mengumpulkan data.

Dalam kasus ini penulis tidak menemukan perbedaan yang mencolok antara yang

tertulis pada teori dengan kasus di rumah sakit.


89

B. Diagnosa keperawan

Diagnosa keperawatan pada penderita CKD menurut teori Nanda

(2015) dan Doengoes (2000) adalah: penurunan curah jantung, resiko gangguan

nutrisi, gangguan pertukaran gas, gangguan integritas kulit, intoleransi aktifitas,

kurang pengetahuan, nyeri akut, ketidak efektifan perfusi jaringan perifer, dan

kelebihan volume cairan. Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada

kasus adalah sebagai berikut : kelebihan volume cairan, gangguan nutrisi,

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer, intoleransi aktifitas, dan gangguan

integritas kulit.

Berdasarkan teori dan kasus ditemukan 4 diagnosa yang berbeda antara

teori dan kasus, antara lain :

1. Penurunan curah jantung ditemukan pada teori namun tidak terjadi pada

kasus. Hal ini dapat terjadi akibat ketidak mampuan fungsi nefron yang tidak

mengalami kerusakan melakukan kompensasi, namun kompensasi tidak

bertahan lama sehingga dapat terjadi penurunan curah jantung. Hal ini

didukung oleh teori (Price & Wilson, 1995) bahwa penyakit CKD terjadi

akibat dari hilangnya funsi nefron yang rusakan sehingga nefron yang tidak

mengalami kerusakan melakukan fungsinya 10 x lipat dari fungsi sebenarnya

yang disebut dengan kompensasi.

2. Gangguan pertukaran gas ditemukan pada teori namun tidak terjadi pada

kasus. Hal ini kemungkinan terjadi karena kurangnya data penunjang untuk

menentukan diagnosa gangguan pertukaran gas, seperti pemeriksaan analisa


90

gas darah. Ketersediaan pemeriksaan analisa gas darah di Rumah Sakit dalam

kondisi rusak bertepatan pada saat pasien dirawat.

3. Kurang pengetahuan ditemukan pada teori namun tidak pada kasus. Hal ini

dapat terjadi akibat rentang waktu klien menderita CKD cukup lama sekitar 1

tahun (2018), selain itu klien rajin mencari informasi terkait penyakit CKD

dari penderita CKD, tenaga medis, dan anak dari penderita adalah seorang

perawat. Hal ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh Kurniawati dan

Asikin (2018) bahwa informasi merupakan faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan, dengan banyak informasi yang di peroleh klien dengan

demikian akan mempermudah klien menerima konsep hidup sehat secara

mandiri, kreatif dan berkesinambungan.

4. Nyeri akut ditemukan pada teori namun tidak pada kasus. Hal ini dapat terjadi

akibat dari pada suplai oksigen jaringan tubuh menurun sehingga

mengakibatkan metabolism anaerob yang dapat meningkatkan asam laktat

yang pada akhirnya mengakibatkan nyeri. Hal ini didukung oleh (Crowin,

2001) bahwa nyeri dapat terjadi akibat dari reseptor nyeri terangsang oleh

adanya tekanan dari mekanis, deformitas, suhu yang ekstrim, dan bahan kimia

antara lain bradikinin, serotonin, ion kalium dan ion hydrogen. Zat-zat ini

akan tertimbun ditempat yang mengalami hipoksia atau kematian sel.


91

C. Perencanaan

Perencanaan disusun dengan melibatkan klien dan keluarga, serta

mengutamakan penerapan tindakan keperawatan mandiri dan melanjutkan

keperawatan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Dalam merumuskan

perencanaan tidak ditemukan kendala, karena adanya dukungan atau kerja sama

penulis dengan keluarga dan dengan tim kesehatan lainnya. Pada tahap ini penulis

juga merencanakan tindakan keperawatan yang sesuai dengan berat ringannya

masalah yang bersifat mengancam, dan kemungkinan-kemungkinan lain mungkin

timbul bila tidak segera ditangani, dari perencanaan penulis berupaya

merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan ilmu keperawatan yang dapat

dipertanggung jawabkan, walaupun pada tahap diagnosa keperawatan didapatkan

kesenjangan antara teori dan praktek, namun pada saat menyusun rencana

keperawatan disesuaikan dengan diagnosa keperawatan. Rencana dibuat selama 3

hari sesuai dengan prioritas masalah. Perencanaan hari pertama sampai hari ketiga

terjadi perubahan sesuai dengan teratasinya diagnosa keperawatan, kerusakan

integritas kulit.
92

D. Implementasi

Pada tahap implementasi atau pelaksanaan, disesuaikan dengan rencana

intervensi yang mengacu pada tindakan mandiri perawat seperti, adanya keluahan

pusing, monitoring balance cairan, edema, Intake nutrisi, kemampuan melakukan

aktivitas, dan mempertahankan kelembaban kulit dan lain sebagainya untuk

mengatasi masalah keperawatan yang timbul serta melibatkan keluarga.

Dalam melakukan implementasi penulis tidak terlalu banyak mengalami

kesulitan karena implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana tindakan

yang ada pada teori.

Pengimplementasian asuhan keperawatan ini sesuai dengan Nursalam,

(2009), tujuan dari penatalaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, yang menyangkut peningkatan kesehatan,

pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.


93

E. Evaluasi

Untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh

diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya belum semua

berhasil tercapai. Evaluasi dilakukan dengan evaluasi berjalan atau catatan

pekembangan dengan menggunakan SOAP.

Dari lima masalah kesehatan yang penulis temukan satu masalah dapat

teratasi pada tanggal 8 Maret 2019 yaitu kerusakan integritas kulit, sedangkan

empat masalah belum teratasi yaitu kelebihan volume cairan, nutrisi,

ketidakefektifan jaringan perifer, dan intoleransi aktivitas. Dengan demikian dalam

evaluasi ini sesuai dengan tujuan evaluasi menurut Nursalam (2009), adalah untuk

melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan

kriteria hasil pada tahap perencanaan.

F. Dokumentasi

Dokumentasi keperawatan dilaksanakan pada klien Ny. L mulai dari

pengkajian sampai evaluasi keperawatan dan tindakan-tindakan lain dari tim

kesehatan lainnya serta edukasi yang dilakukan. Dokumentasi tersebut dijadikan

satu dan dibuat dalam satu file khusus Ny. L. Hal ini sesuai dengan pendapat

Hidayat (2001) bahwa semua pelayanan keperawatan baik mandiri maupun

kolaboratif dituliskan dalam bentuk pencatatan dan pelaporan serta disimpan

dalam dokumen klien sebagai tanda otentik atau bukti dalam persoalan hukum.
94

Anda mungkin juga menyukai