Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

RESPON HOSPITALISASI

Dosen Pembimbing

Indriatie, SKp., M.M.Kes

Disusun Oleh :

Desi Novita Sari

(P27820119061)

TINGKAT II REGULER B

PRODI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURABAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak dengan judul “Respon
Hospitalisasi”

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, saya mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih

Surabaya, 25 Februari 2021

Penyusun

DAFTAR ISI
i
Kata Pengantar...................................................................................................................i

Daftar Isi.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................1

1.3 Tujuan............................................................................................................................1

1.4 Manfaat..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................2

2.1 Definisi Respon Hospitalisasi........................................................................................2

2.2 Macam-macam Respon Terhadap Hospitalisasi............................................................2

2.3 Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi.............................................................................4

2.4 Pencegahan Dampak Hospitalisasi................................................................................6

BAB III PENUTUP............................................................................................................8

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................8

3.2 Saran..............................................................................................................................8

Daftar Pustaka...................................................................................................................9

ii
BAB I

1.1. Latar Belakang


Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di
rumah sakit (Wong, 2010) . Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi
dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi
faktor stressor baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga (Wong, 2010).

Sakit dan dirawat di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan suatu krisis yang dapat
terjadi pada semua anak, dimana pada masa ini anak memiliki pengalaman yang penuh
tekanan atau stress. Tekanan utama yang dirasakan oleh anak disebabkan karena
perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti, serta mendapatkan
lingkungan baru yang asing baginya, seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan
status kesehatan serta adanya persepsi yang tidak menyenangkan tentang rumah sakit yang
mungkin didapatkan dari pengalaman sebelumnya atau pengalaman orang lain (Potter,
2005).

Anak yang dirawat di rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan
psikologinya, hal ini disebut dengan hospitalisasi. Perasaan cemas merupakan reaksi
hospitalisasi yang dialami oleh anak karena menghadapi stressor yang ada dilingkungan
rumah sakit. Pada umumnya reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Pada masa prasekolah reaksi
anak terhadap hospitalisasi adalah menolak makan, sering bertanya, menangis perlahan,
tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Sehingga perawatan di rumah sakit menjadi
kehilangan kontrol dan pembatasan aktivitas.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari respon hospitalisasi pada anak?
2. Jelaskan macam-macam respon anak terhadap hospitalisasi?
3. Apa saja reaksi anak terhadap hospitalisasi?
4. Bagaimana pencegahan dampak hospitalisasi pada anak?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana definis respon hospitalisasi pada anak
2. Mengetahui macam-macam respon anak terhadap hospitalisasi
3. Memahami bagaimana reaksi anak terhadap hospitalisasi
4. Mengetahui pencegahan dampak hospitalisasi pada anak

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Respon Hospitalisasi


Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak yang
dirawat di rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau pengganti peran ibu dalam
kurun waktu yang lama. Kondisi ini ditandai dengan tidak adanya kegairahan, tidak
responsif, kurus, pucat, nafsu makan buruk, tidur terganggu, episode demam,
hilangnya kebiasaannya menghisap dan nampak tidak bahagia
Pada hospitalisasi anak akan menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah
dialami sebelumnya dan itu akan menimbulkan rasa tidak aman dan tidak nyaman bagi
anak. Anak bisa mengalami perasaan kehilangan sesuatu dan akan dirasa menyakitkan
bagi anak.
Respon hospitalisasi tidak hanya terjadi pada anak tapi juga dialami oleh orang
tuanya. Respon orang tua biasanya adalah mengalami kecemasan dikarenakan pertama
kali anaknya mengalami perawatan. Orang tua terkadang kurang mendapat dukungan
emosi dan sosial dari keluarga dan kerabat juga petugas kesehatan.

2.2. Macam-macam Respon Hospitalisasi


1. Cemas
Kecemasan pada anak sebenarnya adalah respon alami tubuh saat
menghadapi bahaya, meski ancamannya tidak selalu selalu nyata. 
Ketika anak dirawat dirumah sakit, anak mengalami kecemasan karna
menganggap rumah sakit adalah suatu hal yang tidak aman bagi mereka.
Ekspresi cemas pada anak seperti panik, menghindar, bersembunyi, dan
menangis.

2. Marah
2
Perasaan marah anak adalah sebuah emosi yang menandakan adanya
pertentangan terhadap sesuatu yang tidak anak suka. Kemarahan tersebut
muncul ketika anak dirawat dirumah sakit karena anak tidak mau jauh dari
orang tua nya atau ingin kembali pulang ke rumah. Ciri-ciri ekspresi marah
pada anak yaitu menangis, berteriak, memukul, membanting barang, dan
berguling-guling di lantai

3. Sedih
Sedih adalah jenis emosi anak atas kehilangan sesuatu yang dianggap
penting dan dicintainya. Ketika berada dirumh sakit bisa karena berpisah
dengan orang tua, saudara kandung, dan teman bermain. Ekspresi emosi sedih
pada anak yaitu menangis, berwajah murung, mengambek atau tidak mau
makan.

4. Takut
Takut adalah jenis emosi anak yang berkaitan erat dengan upaya
pertahanan diri terhadap bahaya. Rasa takut anak juga bisa ditimbulkan akibat
ingatan tentang pengalaman tidak menyenangkan pada rumah sakit. Ekspresi
takut pada anak yaitu panik, lari, menghindar, menutup muka, bersembunyi,
dan menangis.

5. Rasa bersalah

3
Rasa bersalah adalah suatu pemahaman yang berpusat pada diri
individu yang memiliki tanggung jawab atas tindakannya dan kemampuan
menetap dan memaknai hidupnya. Rasa bersalah pada anak biasanya timbul
karena anak merasa dirinya merepotkan orang tua. Ekspresi anak biasanya
cenderung murung dan enggan untuk berbicara.

2.3. Reaksi Anak terhadap Hospitalisasi

1. Masa Bayi (0-1 tahun)

Bayi yang mengalami perpisahan dengan orangtuanya merupakan stress


terbesar pada bayi selama mereka mengalami hospitalisasi. Reaksi yang paling sering
muncul pada anak usia ini adalah menangis keras sebagai bentuk perilaku protesnya.
Setelah mengalami fase protes, anak akan mengalami fase putus asa dimana anak akan
berhenti menangis lalu mengalami depresi yang ditunjukkan dengan sikap kurang aktif
dan kemudian akan mengalami fase pelepasan yaitu anak mulai membentuk hubungan
dengan lingkungan sekitarnya.

Bayi yang mengalami cedera tubuh dan nyeri akan mengalami distress yang
dapat ditunjukkan dengan sikap menggeliat, menyentak, dan memukul-mukul. Pada
beberapa anak, respon yang ditunjukkan adalah menangis, menolak berbaring diam
ketika diberi tindakan, berusaha mendorong perawat atau melakukan gerakan motorik
untuk menghindar.

2. Masa Todler (2-3 tahun)

Anak usia toddler yang mengalami perpisahan dengan orangtuanya akan


menunjukkan sikap yang mencapai tujuan misalnya berusaha memohon orangtuanya
agar tetap tinggal, berusaha menahan orangtuanya dan berusaha mencari orangtuanya
yang sudah pergi. Anak juga dapat menunjukkan reaksi tidak senang pada
orangtuanya yang datang kembali setelah meninggalkannya seperti menunjukkan
sikap temper tantrum, menolak melakukan rutinitasnya sehari-hari dan mengalami
regresi ke tingkat perkembangan yang lebih buruk.
4
Selama anak dirawat, akan banyak pembatasan keinginan-keinginan anak yang
mengakibatkan dia merasa stress. Akibatnya anak akan bereaksi temper tantrum dan
regresi sehingga anak cenderung menolak makan dan menarik diri dari hubungan
interpersonal. Anak yang terancam mengalami cedera tubuh dan nyeri pada usia ini
akan memunculkan reaksi kemarahan emosional yang kuat misalnya meringis
kesakitan, mengatupkan gigi, membuka mata lebar-lebar, agresif, menggigit,
menendang, memukul bahkan melarikan diri.

3. Masa Prasekolah (3-6 tahun)

Sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan krisis utama yang tampak pada
anak. Jika anak dirawat di rumah sakit, anak akan mudah mengalami krisis karena
anak stres akibat perubahan baik pada status kesehatannya maupun lingkungannya
dalam kebiasaan sehari-hari, dan anak mempunyai sejumlah keterbatasan dalam
mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat
menekan

Anak usia prasekolah menerima keadaan masuk rumah sakit dengan sedikit
ketakutan. Selain itu ada sebagian anak yang menganggapnya sebagai hukuman
sehingga timbul perasaan malu dan bersalah. Ada beberapa diantaranya akan menolak
masuk rumah sakit dan secara terbuka menangis tidak mau dirawat. Jika anak sangat
ketakutan, anak dapat menampilkan perilaku agresif, dari menggigit,
menendangnendang, hingga berlari keluar ruangan. Ekspresi verbal yang ditampilkan
seperti dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan
perawat, dan ketergantungan pada orang tua. Biasanya anak akan melontarkan
beberapa pertanyaan karena bingung dan anak tidak mengetahui keadaan di
sekelilingnya. Selain itu, anak juga akan menangis, bingung, khususnya bila keluar
darah atau mengalami nyeri pada anggota tubuhnya. Ditambah lagi, beberapa prosedur
medis dapat membuat anak semakin takut, cemas, dan stres. (Wong,2000)

4. Masa Sekolah (6-12 tahun)

Pada usia sekolah, perpisahan anak dengan orangtua/keluarga mereka menjadi


hal yang ditakuti karena mereka masih membutuhkan rasa nyaman/bimbingan akibat
stress dan regresi yang dialaminya selama dirawat. Meskipun anak usia sekolah
umumnya lebih mampu melakukan koping terhadap perpisahan tetapi masih sering
sekali anak menunjukkan sikap kesepian, bosan, isolasi dan depresi.
5
Kehilangan kendali pada usia sekolah dapat dialami ketika anak merasa
kemandirian mereka terancam misalnya karena lingkungan rumah sakit yang
mengakibatkan adanya pembatasan aktivitas atau penyakit yang mengakibatkan tidak
mampu melakukan perawatan diri secara mandiri sehingga anak akan menunjukkan
reaksi depresi, bermusuhan, atau frustasi. Anak usia sekolah tidak terlalu khawatir
dengan adanya nyeri. Mereka sudah memiliki koping yang lebih baik dalam
menghadapi suatu ketidaknyamanan seperti berpegangan dengan erat, mengepalkan
tangan atau mengatupkan gigi dan meringis. Secara umum anak usiasekolah juga
sudah dapat mengkomunikasikan secara verbal nyeri yang mereka alami.

5. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)


Anak usia remaja memersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan
timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya. Apabila
harus dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas
karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di rumah sakit membuat anak
kehilangan kontrol terhadap dirinya dan menjadi bergantung pada keluarga atau
petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan
aktivitias ini adalah dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya
atau anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari
keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit karena
perlukaan atau pembedahan menimbulkan respons anak bertanya-tanya, menarik diri
dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang lain.

2.4. Pencegahan Dampak Hospitalisasi


Dirawat di rumah sakit bisa menjadi sesuatu yang menakutkan dan
pengalaman yang mengerikan bagi anak-anak. Anak seringkali mengalami hal-hal
yang tidak menyenangkan selama di rumah sakit, mulai dari lingkungan rumah sakit
yang asing, serta pengobatan maupun pemeriksaan yang kadang kala menyakitkan
bagi si anak. Oleh karena itu, peran perawat sangat diperlukan dalam upaya
pencegahan dampak tersebut.
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis
seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih sayang, gangguan ini akan
menghambat proses penyembuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak.
6
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak
mampu mandiri dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal.
Serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam
mengawasi perawatan anak.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya
distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan
maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses
tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat,
dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena
akan memperberat kondisi anak.
5. Modifikasi Lingkungan Fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak
sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.

BAB III

PENUTUP

3.4. Kesimpulan

7
Hospitalisasi pada anak adalah suatu sindrom yang terjadi pada anak yang dirawat
di rumah sakit secara terpisah dari ibunya atau pengganti peran ibu dalam kurun waktu
yang lama. Terdapat macam-macam respon hospitalisasi yang terjadi pada anak. Yaitu
cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah.
Anak adalah suatu individu yang masih sangat bergantung kepada kedua orang tua
nya maka dari itu ketika anak diharuskan dirawat rumah sakit anak akan mengalami
stress selama dalam perawatan, hal itu juga akan membuat orang tua menjadi stres
pula, dan stres orang tua akan membuat tingkat stres anak semakin meningkat. Maka
dari itu peran perawat sangat penting disini untuk memberikan dukungan pada anak
maupun orang tua.

3.5. Saran
Sebagai seseorang yang memberikan pelayanan terutama pada keperawatan anak,
perawat memiliki peran penting maka diharap bisa memberikan dan menghindarkan
anak merasakan hospitalisasi.
Supaya anak-anak tidak merasakan hospitalisasi dan memiliki respon yang baik.
Sebaiknya rumah sakit juga menyediakan sarana untuk anak-anak berupa taman
bermain, yang membuat anak-anak akan merasakan perasaan lebih baik dan tidak
memiliki trauma buruk. Walaupun pada awalnya anak-anak akan merasakan berbagai
macam respon yang tidak baik, namun pada akhirnya rumah sakit dapat mengatasi itu.

DAFTAR PUSTAKA

Dadang, 2006. Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Universitas Indonesia/Gaya
Baru
8
Hidayat,A.Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika.

Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta :

EGC.

Bimba. 2015. Kenali Jenis Emosi Anak. Diakses melalui https://bimba-aiueo.com/kenali-


jenis-emosi-anak . pada tanggal 26 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai