Anda di halaman 1dari 20

KONSEP DASAR

KEBUTUHAN
CAIRAN
ELEKTROLIT
ADIESTY ADELLIA
P0 5140320 001
PENGERTIAN
● Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. (Risnawati, 2012)
● Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi hemeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaiutu cairan intraselular
dan cairan ekstraselular. Cairan intraselular adalah cairan yang berada di dalam sel seluruh tubuh,
sedangkan cairan ekstraselular adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok
yaitu cairan intravaskuler (plasma), cairan intersitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskular, cairan intersial adalah cairan yang terletak di
antara sel, sedangkan cairan seluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna (Hardisman, 2015).
LANJUTAN…
● Cairan tubuh selain mengandung air juga mengandung bahan lain yang diperlukan oleh tubuh
seperti elektrolit. Elektrolit dalam cairan tubuh terdiri dari kation dan anion. Kation utama dalam
cairan tubuh adalah natrium (Na+) dan kalium (K+), sedangkan anion utama adalah klorida (Cl-)
(Primana, 2009).
● Elektrolit berfungsi untuk mendukung aktivitas sel dan jaringan tubuh, seperti saraf dan otot.
Elektrolit juga berperan penting dalam memelihara fungsi jantung dan menjaga kadar cairan
tubuh tetap seimbang.
● Ada banyak jenis elektrolit dalam tubuh, di antaranya kalium (potasium), magnesium, kalsium,
natrium (sodium), dan klorida.
02
Anatomi Fisiologi
Cairan Elektrolit
SISTEM ORGAN YANG BERPERAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN
CAIRAN ELEKTROLIT

Ginjal
Peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan & elektrolit
Fungsi:

1. Pengaturan air

2. Pengaturan konsentrasi garam dlm darah

3. Keseimbangan asam basa

4. Ekskresi bahan buangan/kelebihan garam


Kulit (1)
Terkait dg proses pengaturan panas

○ Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik (kemampuan
mengendalikan arteriol kulit dg cara vasokonstriksi & vasodilatasi)

Kulit (2)
Cara pelepasan panas:

○ Penguapan: jumlah keringat banyaknya darah yg mengalir melalui pembuluh darah dlm
kulit

○ Pemancaran (radiasi): panas dilepaskan keudara sekitar

○ Konduksi: panas dialirkan kebenda yg disentuh

○ Konveksi: mengalirkan udara yg telah panas dg permukaan yg lebihd ingin


Paru

1. Peran dlm pengeluaran cairan dg menghasilkan insensible water loss + 400


ml/hari

2. Pengeluaran cairan terkait dg respon akibat perubahan kemampuan bernapas


Gastrointestinal

3. Organ saluran cerna memiliki peran dlm proses penyerapan & pengeluaran air

4. Cairan yg hilang sekitar 100-200 ml/hari


ADH

5. Hormon yang memiliki peran dlm peningkatan reabsorbsi air utk mengendalikan
keseimbangan air

6. Dibentuk dihipotalamus yang terletak dihipofisis posterior


● Aldosteron
Fungsi:

1. Sebagai absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal ditubulus ginjal
● Prostaglandin
Fungsi:

1. Pengaturan sirkulasi ginjal melalui pengendalian tekanand arah, kontraksi uterus, &
mobilitas pencernaan
● Glukokortikoid
Fungsi:

1. Mengatur dlm meningkatkan reabsorbsi natrium & air sebagai volume darah meningkat &
terjadi retensi natrium
03
Mekanisme
Pengaturan Cairan
Elektrolit
Pengaturan Keseimbangan
Natrium
Natrium berfungsi mengatur osmolalitas dan volume
cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada
cairan ekstrasel. Pengaturan konsentrasi cairan ekstrasel
diatur oleh ADH dan aldosteron. Natrium tidak hanya
bergerak ke dalam dan ke luar tubuh, tetapi juga
mengatur keseimbangan cairan tubuh. Ekskresi dari
natrium dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian
kecil melalui feses, keringat, dan air mata.
Pengaturan Keseimbangan
Kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam
cairan intrasel dan berfungsi mengatur
keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium
diatur oleh ginjal dengan mekanisme perubahan
ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi
aldosteron. Aldosteron juga berfungsi mengatur
keseimbangan kadar kalium dalam plasma (Cairan
ekstrasel).
Mekanisme pengaturan dilakukan melalui 2 cara, yaitu
kendali osmolar dan kendali nonosmolar.
Kendali Osmolar
Mekanisme kendali ini dominan dan efektif dalam mengatur
volume cairan ekstraseluler. Terjadi melalui:
● Sistem osmoreseptor hipothalamus-hipofisis-ADH
Osmoreseptor terletak pada hipotalamus anterior bagian dari
nukleus supra optik. Terdiri dari vesikel yang dipengaruhi
osmolaritas cairan ekstraseluler. Bila osmolaritas cairan
meningkat, vesikel akan mengeriput. Sebaliknya bila
osmolaritas cairan menurun, vesikel akan mengembang
sehingga impuls yang dilepas dari reseptor akan berkurang.
Impuls ini nantinya merangsang hipofisis posterior melepaskan
ADH. Jadi semakin rendah osmolaritas suatu cairan
ekstraseluler, semakin sedikit ADH yang dilepaskan. ADH
berperan untuk menghemat air dengan meningkatan reabsorbsi.
● Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron
Mekanisme pengaturannya melalui pengaturan ekskresi Na
pada urin melalui interaksi antara aktivitas ginjal dengan
hormon korteks adrenal. Lebih dari 95% Na direabsorbsi
kembali oleh tubulus ginjal. Korteks adrenal merupakan faktor
utama yang menjaga volume cairan ekstraseluler melalui
hormone Aldosteron terhadap retensi Na. Pelepasan renin
dipengaruhi oleh baroreseptor ginjal. Konsep Makula lutea,
yang tergantung pada perubahan Na di tubulus distalis. Bila Na
menurun, volume tubulus menurun, sehingga mengurangi
kontak makula dengan sel arteriol. Akibatnya terjadi pelepasan
renin. Renin akan membentuk Angiotensin di hati yang
kemudian oleh converting enzim dari paru diubah menjadi
Angiotensin II sebagai vasokonstriktor dan merangsang
kelenjar supra renal menghasilkan aldosteron. Peranan
Angiotensin II adalah untuk mempertahankan tekanan darah
bila terjadi penurunan volume sirkulasi dan Aldosteron akan
meningkatkan reabsorbsi Na yang menyebabkan retensi air.
Kendali Non Osmolar
Mekanisme kendali ini meliputi beberapa cara sebagai berikut:
● Refleks “Stretch Receptor”
Pada dinding atrium jantung terdapat reseptor stretch apabila terjadi
dilatasi atrium kiri. Bila reseptor ini terangsang, maka akan timbul
impuls aferen melalui jalur simpatis yang akan mencapai
hipotalamus. Kemudian akibat aktivitas sistem hipotalamus-hipofisis
akan disekresikan ADH.
● Refleks Baroreseptor
Bila tekanan darah berkurang, baroreseptor karotid akan terangsang
sehingga menyebabkan impuls aferen yang melalui jalur
parasimpatis menurun. Akibatnya, terjadi hambatan efek hipotalamus
terhadap hipofisis sehingga sekresi ADH meningkat.
Bila terjadi peningkatan tekanan darah, impuls aferen akan
mempengaruhi hipotalamus yang akan menginhibisi hipofisis
posterior sehingga sekresi ADH berkurang.
Intake dan
Output Cairan
Pengertian :
Pengukuran intake dan output cairan
merupakan suatu tindakan yang dilakukan
untuk mengukur jumlah cairan yang masuk
kedalam tubuh (intake) dan jumlah cairan yang
keluar dari tubuh (output).
TUJUAN

01 02

Menentukan status Menentukan tingkat


keseimbangan dehidrasi ataupun tingkat
cairan tubuh klien. kelebihan cairan klien.
Prosedur :

● Tentukan jumlah cairan yang masuk kedalam


tubuh. Cairan yang masuk kedalam tubuh
melalui air minum, air dalam makanan, air
hasil oksidasi (metabolism), dan cairan
intravena.
● Tentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh
klien. Cairan yang keluar dari tubuh terdiri
atas urine, insensible water loss (IWL), feses,
dan muntah.
● Tentukan keseimbangan cairan tubuh klien
Hal yang perlu diperhatikan :
● Rata-rata intake cairan per hari :

1. Air minum : 1500-2500 ml

2. Air dari makanan : 750 ml

3. Air hasil metabolism oksidatif : 300 ml


● Rata-rata output cairan per hari :

1. Urine : 1-2 cc/kgBB/jam


● Insensible water loss (IWL) :

1. Dewasa : 10-15 cc/kgBB/hari

2. Anak-anak : 30-umur (th) cc/kgBB/hari


● Bila ada kenaikan suhu : 200 (suhu sekarang-36,80C)
● Feses : 100-200 m
Faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

● Usia, perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas organ sehingga dapat
memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
● Temperatur, suhu tubuh yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan mlalui keringat
cupuk banyak, sehingga tubuh akan banyak mengeluarkan cairan.
● Diet. Apabila kekurangan nutrien tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan di
dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan yang dapat berpengaruh pada jumlah
pemenuhan kebutuhan cairan.
● Stres, dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit melalui proses peningkatan
produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga mengakibatkan
terjadinya glikolisis otot yang dapat menyebabkan retensi sodium dan air.
● Sakit. Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel yang
rusak dibutuhkan proses pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan
ketidakseimbangan sistem dalam tubuh, yang mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Haswita, 2017)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai