KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja ialah upaya kita untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat,
aman dan nyaman, yang dimana dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kelalaian dalam bekerja.
Adapun untuk kenyaman dan keselamatan kerja bagi petugas medis dalam
memberikan pelayanan kesehatan terutama untuk mencegah tertular penyakit seperti
Hepatitis, HIV/AIDS, TBC dan penyakit menular lainnya. Petugas dalam melaksanakan
pelayanan diwajibkan memperhatikan keamanan diri dan sekitar laboratorium dengan
penerapan pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD) meliputi penggunaan masker, sarung
tangan, jas kerja dan tentunya selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan
pelayanan.
B. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan kerja
b. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan
c. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.
2. Analitik
a. Penggunaan Pipet
ke dalam.
4. Pecahan gelas
Alat pelindung diri untuk melindungi tangan dari kontaminasi bahan berbahaya atau
infeksius.
2. Tujuan :
3. Kebijakan :
Upaya Kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas dari infeksi silang.
4. Prosedur :
1. Pengertian :
2. Tujuan :
3. Kebijakan :
a. Pemeriksaan darah
b. Immunisasi
4. Prosedur :
a.Pemeriksaan darah setiap 6 bulan sekali.
b. Immunisasi sesuai booster.
Berikut merupakan tindakan keselamatan kerja berdasarkan bahaya potensial yang ada di
Laboratorium klinik :
a. Bahaya Kimia
1. Pelabelan terhadap bahan kimia dengan jelas yang berisi informasi bahan tersebut
berbahaya.
2. Penggunaan APD yang Sesuai dengan jenis resiko bahaya.
b. Bahaya Biologi
1. Sirkulasi udara yang baik.
2. Penerapan hygiene.
3. Tersedia tempat/wadah pembuangan sesuai dengan jenis sampah /limbah yang
dihasilkan.
c. Bahaya Ergonomi
1. Tersedia tempat duduk beroda yang memudahkan mobilitas dan kenyamanan dalam
bekerja.
d. Bahaya Psikososial
1. Tersedia tempat istirahat, tempat untuk makan, toilet dan tempat sembahyang/ibadah
di lingkungan laboratorium yang mudah dijangkau petugas.
2. Penempatan kerja yang sesuai dengan keterampilan.
e. Bahaya mekanik
1. Penempatan benda tajam di tempat yang mudah dijangkau dan tentunya aman dari
kegiatan sekitar.
2. Tersedia APAR untuk pencegahan terhadap sumber api atau konsletting listrik.
Adapun kegiatan lain yang dilakukan untuk keselamatan kerja yaitu dengan melakukan
sterilisasi alat yaitu mencuci alat dengan sabun yang mengandung anti septik dan melakukan
penyemprotan alcohol pada alat yang akan digunakan dan sesudah digunakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Pemantapan Mutu
Pemantapana mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses
tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan.
Kegiatan ini meliputi Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal
(PME) dan Peningkatan Mutu.
merupakan kegiatan untuk pencegahan dan pengawasan yang dilakukan oleh setiap
laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan
sehingga diperolah hasil yang tepat dan akurat.
Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi tahap Pra-Analitik, Analitik dan Pasca-
Analitik.
a. Tahap Pra-Analitik dimulai dengan memepersiapkan pasien, pengambilan
specimen, menerima specimen, member identitas specimen, mengirim sampel
rujukam sampai dengan menyimpan specimen.
1) Persiapan pasien
Specimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien mengenai
persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan. Adapun persiapan pasien
meliputi :
Pengaruh makanan
Dianjurkan pengambilan darah dilaksanakan 12 jam setelah makan
terakhir.
Fluktuasi sehari – hari
Nilai normal dari literature berdasarkan pada pengambilan sampel pagi
hari, maka dianjurkan pengambilan darah pada pagi hari biasanya sebelum
jam 09.00 pagi.
Keadaan tubuh
Darah sebaiknya diambil pada keadaan tubuh yang sama biasanya
dalam keadaan duduk.
Obat – obatan
Jika hasil Analisa dipengaruhi oleh obat- obatan tertentu, maka
obat tersebut harus dihentikan beberapa hari sebelum pengambilan
darah.
2) Pengambilan specimen
Pemberian identitas
1. Surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan
Surat pengantar berisi identitas pasien ( Nama, Nomor laboratorium,
Umur, Jenis Kelamin, Alamat), jenis specimen, pemeriksaan laboratorium
yang diminta dan nama dokter beserta tanda tangan.
2. Label wadah
Pelabelan wadah meliputi pengambilan specimen, kode spesimen, dan
identitas pasien ( Nama, No Laboratorium, Alamat).
3. Formulir hasil
Formulir hasil meliputi tanggal pemeriksaan, identitas pasien, Nomor
Laboratorium, Satuan Hasil pemeriksaan, Nilai rentang pemeriksaan, dan
tanda tangan penanggung jawab.
3) Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan specimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat
kondisi specimen antara lain volume, kekeruhan dan konsistensi. Sampel yang
tidak sesuai dan memenuhi persyaratan akan ditolak atau dilakukan pengambilan
ulang.
4) Penangan spesimen
Pengelolaan specimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi penyimpanan
spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan –
pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman specimen sudah benar.
5) Pengiriman specimen
Specimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan
sesuai dengan pemeriksaan yang diminta. Jika laboratium klinik tidak mampu
melakukan pemeriksaan makan specimen dikirim ke laboratorium lain.
6) Penyimpanan specimen
Beberapa specimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dalam lemari
es dengan suhu 0oC - 8 oC.
Kegiatan PME yang telah diikuti oleh laboratorium Klinik Dewani sampai saat ini ialah :
a. Pemantapan mutu eksternal untuk bidang Kimia Klinik atau yang biasa dikenal
dengan PNPME Kimia Klinik (Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal
Kimia Klinik) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan Balai Besar Laboratorium
Kesehatan (BBLK) Surabaya. Penilaian yang dilakukan dengan perhitungan
Robust Z-Score, sehingga menghasilkan kesimpulan tentang tenaga kinerja
masing – masing perserta berdasarkan nilai Z-Score yang diperoleh. IZ Score ≤ 2
yang diperoleh suatu laboratorium berarti pencapaian suatu laboratorium
memuaskan.
b. Pemantapan mutu ekternal untuk bidang Urinalisa, yang biasa dikenal dengan
PNPME Urinalisa (Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal Urinalisis)
yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jendral Pelayanan Kesehatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
Surabaya. Pemeriksaan dilakukan secara semikuantitatif untuk menentukan nilai
target menggunakan consensus hasil peserta dengan membandingkan nilai peserta
dan nilai target dengan penilaian berdasarkan nilai skor sesuai ketentuan sebagai
berikut :
PARAMETER SKO
R
pH dan Berat Jenis 4 : hasil skor benar
Dari skor hasil evaluasi yang didapat menurut masing – masing parameter dihitung
rata- ratanya. Ketentuan peneliaian sebagai berikut :
Kegiatan Pemantapan Mutu Ekternal ini memiliki manfaat karena dari hasil
evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance laboratorium yang
bersangakutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan. Dalam melaksanakan
kegiatan ini tidak diperkenankan diperlakukan secara khusus, kegiatan ini menggunakan
peralatan/reagen/metoda yang biasa digunakan sehingga hasil tersebut benar-benar
mencerminkan penampilan laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari
penyelenggara dicatat dan dievakuasi untuk mencari penyebab – penyebab dan
mengambil langkah perbaikan.
5. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus yang dilakukan oleh laboratorium
sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu
Ekternal (PME) untuk meningkatkan kinerja laboratium.
BAB III
PENUTUP