Anda di halaman 1dari 15

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian
Keselamatan kerja ialah upaya kita untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat,
aman dan nyaman, yang dimana dapat mengurangi probabilitas kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kelalaian dalam bekerja.
Adapun untuk kenyaman dan keselamatan kerja bagi petugas medis dalam
memberikan pelayanan kesehatan terutama untuk mencegah tertular penyakit seperti
Hepatitis, HIV/AIDS, TBC dan penyakit menular lainnya. Petugas dalam melaksanakan
pelayanan diwajibkan memperhatikan keamanan diri dan sekitar laboratorium dengan
penerapan pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD) meliputi penggunaan masker, sarung
tangan, jas kerja dan tentunya selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan
pelayanan.

B. Tujuan
a. Terciptanya budaya keselamatan kerja
b. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan
c. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

C. Tata Laksana Keselamatan Kerja Laboratorium


1. Pra Analitik
a. Memakai jas laboratorium, sarung tangan, dan masker untuk
mencegah tertular bahan berbahaya atau terkontaminasi bahan
infeksius pada kulit, mulut, mata atau luka.

b. Sesudah mengambil sampel darah, kumpulkan jarum dan semprit pada


tempat khusus untuk limbah tajam yang tersedia dan jangan sampe
tertusuk jarum tersebut.
c. Sampel darah dimasukkan dalam wadah tertentu anti bocor dan tertutup
rapat dengan label identitas pasien.

d. Sampel yang tidak dilakukan pemeriksaan segera, disimpan dalam


lemari es sesuai syarat penyimpanan sampel.

e. Petugas laboratorium dilarang makan, minum, atau merokok pada


waktu bekerja.

2. Analitik

a. Penggunaan Pipet

1) Pengolahan spesimen / sampel harus selalu hati-hati dan menganggap


semua bahan infeksius ( Universal Precaution ).

2) Memakai jas laboratorium, sarung tangan,dan masker untuk


mencegah tertular bahan berbahaya dan atau terkontaminasi bahan
infeksius pada kulit, mulut, mata atau luka.

3) Jangan memipet langsung dengan mulut, gunakan alat bantu pipet.

4) Jangan meniup udara maupun mencampur bahan infeksius dengan


cara menghisap atau meniup cairan lewat pipet.

b. Tindakan jika terjadi tumpahan bahan kimia:


1) Segera memberitahu petugas laboratorium lain dan jauhkan
petugas yang tidak berkepentingan dari lokasi tumpahan.
2) Upayakan pertolongan segera pada petugas laboratorium yang
mengalami cedera.
3) Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan yang mudah terbakar,
segera matikan semua api, gas dalam ruangan tersebut dan
ruangan yang berdekatan. Matikan semua peralatan listrik yang
mungkin mengeluarkan bunga api.
4) Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.
3. Pasca Analitik
a. Hasil tes dikirim kepada pengirim secepatnya.
b. Jarum/benda tajam yang terkontaminasi masukkan kedalam
wadah tahan tusukan (sharps collector), kemudian dikelola sesuai
prosedur pengelolaan limbah.
c. Limbah cairan infeksius dan produknya dimasukkan ke dalam
jirigen ¾ penuh, kemudian petugas sanitasi mengambil jirigen
tersebut kemudian dikelola sesuai prosedur pengolahan limbah.
d. Limbah padat
1) Sampah infeksius dimasukkan kedalam kantong plastik warna
kuning.
2) Sampah rumah tangga dimasukkan pada saat bekerja di
laboratorium dimasukkan ke dalam kantong plastik hitam.

D. Penanganan Keadaan Darurat Di Laboratorium


1) Kebakaran
a. Beri pertolongan pertama pada orang yang terkena,
d a n dipindahkan ke unit lain.
b. Beri peringatan kepada orang yang berada di sekitar lokasi.
c. Putus aliran listrik bila diperlukan
d. Padamkan api dengan alat kebakaran yang ada di klinik (
APAR).
e. Tulis berita acara kejadian.

2) Spesimen yang tumpah


a. Area tumpahan dibatasi dengan desinfektan.

b. Tumpahan dan wadahnya di tutup dengan kain atau tissue

yang dibasahi desinfektan.


c. Tumpahan dibersihkan dengan kain atau tissue dari arah luar

ke dalam.

d. Kain tersebut dibuang di wadah infeksius.

3) Luka tusukan jarum

a. Segera cuci luka tusuk tadi di bawah pancuran air selama


kurang lebih 1 – 2 menit.
b. Tutup luka dengan kapas betadin, kemudian di plester atau di
balut.
c. Tulis dalam berita acara kejadian dan kirim ke Rumah Sakit
terdekat.

4. Pecahan gelas

a. Gunakan sarung tangan.

b. Kumpulkan dengan serokan.

c. Masukkan kedalam kantong plastik berwarna kuning.

d. Buang sarung tangan dalam kantong plastik tersebut.

e. Tutup kantong, masukkan ke wadah jarum, kemudian

lakukan cuci tangan sesuai prosedur hands hygiene.

5. Tumpahan bahan kimia


a. Upayakan pertolongan pertama pada orang yang terkena.
b. Jauhkan yang tidak berkepentingan dari lokasi tumpahan.
c. Pakailah masker dan sarung tangan.
d. Bila tumpahan mudah terbakar, matikan semua api, gas
dalam ruangan tersebut dan matikan listrik yang mungkin
mengeluarkan api.
e. Bahan kimia asam dan korosif, netralkan dengan abu
soda atau Na bikarbonat.
f. Tumpahan zat alkali : taburkan pasir diatasnya, bersihkan
dan angkat dengan serokan, dan buang dalam kantong
plastik.

E. Pemakaian Jas Laboratorium


1. Pengertian :
Suatu alat pelindung diri untuk menahan cairan atau darah agar tidak
sampai terkena tubuh.
2. Tujuan :
Menahan darah atau cairan supaya tidak mengenai tubuh.
3. Kebijakan :
Upaya Kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas dari infeksi silang.
4. Prosedur :
a. Dipakai sebelum cuci tangan, jangan sampai terbalik untuk
pelindung baju kerja.
b. Digunakan selama melakukan pemeriksaan atau bekerja
c. Setelah selesai bekerja, dilepas dan diletakkan di ruang ganti.
F. Pemakaian Masker
1. Pengertian :
Suatu alat penutup mulut dan hidung.
2. Tujuan
Untuk menahan tetesan basah yang keluar sewaktu menjalankan pekerjaan dan
melindungi mult dan hidung dari sesuatu zat atau hal yang berbahaya.
3. Kebijakan :
Upaya Kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas dari infeksi silang.
4. Prosedur :
a. Masker tersedia dalam keadaan bersih.
b. Masker dipasang menutupi mulut dan hidung.
c. Setelah menggunakan masker ditempatkan di sampah medis.
d. Dipakai pada ruang pemeriksaa specimen yang berpotensi menularkan
melalui percikan dan udara.
G. Pemakaian Sarung Tangan
1. Pengertian :

Alat pelindung diri untuk melindungi tangan dari kontaminasi bahan berbahaya atau
infeksius.

2. Tujuan :

Untuk mengurangi yerjadinya infeksi silang.

3. Kebijakan :

Upaya Kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas dari infeksi silang.

4. Prosedur :

1) Sarung tangan digunakan saat akan terjadi kontak tangan pemeriksa


dengan darah, selaput lender atau kulit yang terluka dan saat
membersihkan sisa-sisa permukaan yang terkontaminasi.
2) Sarung steril dibuka dari bungkusnya dan dipakai memegang cufnya.

3) Masukkan tangan kedalam sarung tangan yang sesuai dengan ukuran


jari.

4) Lepas sarung dan tempatkan ke dalam sampah medis.

H. Pemeliharaan Kesehatan Tenaga Kesehatan

1. Pengertian :

Pemeliharaan petugas kesehatan yang bekerja pada tempat beresiko tertularnya


penyakit.

2. Tujuan :

Untuk mengetahui Kesehatan petugas laboratorium yang bekerja pada tempat


yang beresiko.

3. Kebijakan :
a. Pemeriksaan darah
b. Immunisasi
4. Prosedur :
a.Pemeriksaan darah setiap 6 bulan sekali.
b. Immunisasi sesuai booster.

Berikut merupakan tindakan keselamatan kerja berdasarkan bahaya potensial yang ada di
Laboratorium klinik :
a. Bahaya Kimia
1. Pelabelan terhadap bahan kimia dengan jelas yang berisi informasi bahan tersebut
berbahaya.
2. Penggunaan APD yang Sesuai dengan jenis resiko bahaya.
b. Bahaya Biologi
1. Sirkulasi udara yang baik.
2. Penerapan hygiene.
3. Tersedia tempat/wadah pembuangan sesuai dengan jenis sampah /limbah yang
dihasilkan.
c. Bahaya Ergonomi
1. Tersedia tempat duduk beroda yang memudahkan mobilitas dan kenyamanan dalam
bekerja.
d. Bahaya Psikososial
1. Tersedia tempat istirahat, tempat untuk makan, toilet dan tempat sembahyang/ibadah
di lingkungan laboratorium yang mudah dijangkau petugas.
2. Penempatan kerja yang sesuai dengan keterampilan.
e. Bahaya mekanik
1. Penempatan benda tajam di tempat yang mudah dijangkau dan tentunya aman dari
kegiatan sekitar.
2. Tersedia APAR untuk pencegahan terhadap sumber api atau konsletting listrik.

Adapun kegiatan lain yang dilakukan untuk keselamatan kerja yaitu dengan melakukan
sterilisasi alat yaitu mencuci alat dengan sabun yang mengandung anti septik dan melakukan
penyemprotan alcohol pada alat yang akan digunakan dan sesudah digunakan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pemantapan Mutu
Pemantapana mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses
tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan.
Kegiatan ini meliputi Pemantapan Mutu Internal (PMI), Pemantapan Mutu Eksternal
(PME) dan Peningkatan Mutu.

1. Pemantapan Mutu Internal (PMI/ Internal Quatily Control )

merupakan kegiatan untuk pencegahan dan pengawasan yang dilakukan oleh setiap
laboratorium secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian kesalahan
sehingga diperolah hasil yang tepat dan akurat.

Objek Pemantapan Mutu Internal meliputi tahap Pra-Analitik, Analitik dan Pasca-
Analitik.
a. Tahap Pra-Analitik dimulai dengan memepersiapkan pasien, pengambilan
specimen, menerima specimen, member identitas specimen, mengirim sampel
rujukam sampai dengan menyimpan specimen.
1) Persiapan pasien
Specimen diambil harus diberikan penjelasan kepada pasien mengenai
persiapan dan tindakan yang hendak dilakukan. Adapun persiapan pasien
meliputi :
 Pengaruh makanan
 Dianjurkan pengambilan darah dilaksanakan 12 jam setelah makan
terakhir.
 Fluktuasi sehari – hari
Nilai normal dari literature berdasarkan pada pengambilan sampel pagi
hari, maka dianjurkan pengambilan darah pada pagi hari biasanya sebelum
jam 09.00 pagi.
 Keadaan tubuh
 Darah sebaiknya diambil pada keadaan tubuh yang sama biasanya
dalam keadaan duduk.
 Obat – obatan
 Jika hasil Analisa dipengaruhi oleh obat- obatan tertentu, maka
obat tersebut harus dihentikan beberapa hari sebelum pengambilan
darah.

2) Pengambilan specimen
Pemberian identitas
1. Surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan
Surat pengantar berisi identitas pasien ( Nama, Nomor laboratorium,
Umur, Jenis Kelamin, Alamat), jenis specimen, pemeriksaan laboratorium
yang diminta dan nama dokter beserta tanda tangan.
2. Label wadah
Pelabelan wadah meliputi pengambilan specimen, kode spesimen, dan
identitas pasien ( Nama, No Laboratorium, Alamat).
3. Formulir hasil
Formulir hasil meliputi tanggal pemeriksaan, identitas pasien, Nomor
Laboratorium, Satuan Hasil pemeriksaan, Nilai rentang pemeriksaan, dan
tanda tangan penanggung jawab.

3) Penerimaan spesimen
Petugas penerimaan specimen harus memeriksa kesesuaian antara
spesimen yang diterima dengan formulir permintaan pemeriksaan dan mencatat
kondisi specimen antara lain volume, kekeruhan dan konsistensi. Sampel yang
tidak sesuai dan memenuhi persyaratan akan ditolak atau dilakukan pengambilan
ulang.
4) Penangan spesimen
Pengelolaan specimen dilakukan sesuai persyaratan, kondisi penyimpanan
spesimen sudah tepat, penanganan spesimen sudah benar untuk pemeriksaan –
pemeriksaan khusus, kondisi pengiriman specimen sudah benar.

5) Pengiriman specimen
Specimen yang sudah siap untuk diperiksa dikirimkan ke bagian pemeriksaan
sesuai dengan pemeriksaan yang diminta. Jika laboratium klinik tidak mampu
melakukan pemeriksaan makan specimen dikirim ke laboratorium lain.

6) Penyimpanan specimen
Beberapa specimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan dalam lemari
es dengan suhu 0oC - 8 oC.

2) Tahap Analitik dimulai dari persiapan reagen, mengkalibrasi, pemeliharaan alat,


uji ketepatan dan ketelitian dengan menggunakan bahan kontrol dan pemeriksaan
specimen.
a. Persiapan reagen
Reagen yang memenuhi sesuai standar yang berlaku, masa kedaluwarsa tidak
terlampaui, cara pelarutan atau pencampuran sudah benar, dan cara pengenceran
sudah benar.
b. Kalibrasi dan pemeliharaan alat
Salah satu factor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium adalah
peralatan laboratorium, wadah specimen. Harus dilakukan kalibrasi dan
pemeliharaan peralataan laboratorium secara teratur dan terjadwal. Wadah
specimen harus bersih dan tidak terkontaminasi.
c. Uji ketelitian dan ketepatan dengan menggunakan bahan kontrol.
d. Pemeriksaan specimen menurut metoda dan prosedur sesuai protap masing –
masing parameter.
3) Tahap Pasca-Analitik dimulai dengan mencatat hasil pemeriksaan dan
melakukan validasi hasil serta interpretasi hasil sampai dengan pelaporan.
Adapun evaluasi yang dilakukan sebagai berikut :
a. Kesalahan umumnya pada kalkulasi hasil
b. Perhatikan titik desimalnya
c. Perhatikan satuannya
d. Interpretasi hasil dan quality control serum
e. Pelaporan hasil pemeriksaan
f. Pengeriman hasil pemeriksaan

2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME/External Quality Control)


merupakan kegiatan yang diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di
luar laboratorium yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu. Pemantapan Mutu Ekternal untuk
berbagai bidang pemeriksaan diselenggarakan pada berbagai tingkatan yaitu :
a. Tingkat Nasional/Tingkat Pusat : Kementerian Kesehatan
b. Tingkat Regional : BBLK
c. Tingkat Provinsi/Wilayah : BBLK/BLK

Kegiatan PME yang telah diikuti oleh laboratorium Klinik Dewani sampai saat ini ialah :
a. Pemantapan mutu eksternal untuk bidang Kimia Klinik atau yang biasa dikenal
dengan PNPME Kimia Klinik (Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal
Kimia Klinik) yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan Balai Besar Laboratorium
Kesehatan (BBLK) Surabaya. Penilaian yang dilakukan dengan perhitungan
Robust Z-Score, sehingga menghasilkan kesimpulan tentang tenaga kinerja
masing – masing perserta berdasarkan nilai Z-Score yang diperoleh. IZ Score ≤ 2
yang diperoleh suatu laboratorium berarti pencapaian suatu laboratorium
memuaskan.
b. Pemantapan mutu ekternal untuk bidang Urinalisa, yang biasa dikenal dengan
PNPME Urinalisa (Program Nasional Pemantapan Mutu Eksternal Urinalisis)
yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Jendral Pelayanan Kesehatan Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK)
Surabaya. Pemeriksaan dilakukan secara semikuantitatif untuk menentukan nilai
target menggunakan consensus hasil peserta dengan membandingkan nilai peserta
dan nilai target dengan penilaian berdasarkan nilai skor sesuai ketentuan sebagai
berikut :

PARAMETER SKO
R
pH dan Berat Jenis 4 : hasil skor benar

3 : hasil selisih 1 tingkat


2 : hasil selisih 2 tingkat

1 : Hasil selisih 3 tingkat


0 : Hasil selisih > 3 tingkat
Protein, Glukosa, Bilirubin, 4 : hasil skor benar
Urobilinogen, Darah, Keton, dan 3 : hasil selisih 1 tingkat
lekosit
2 : hasil selisih 2 tingkat

1 : Hasil selisih 3 tingkat

0 : Hasil selisih > 3 tingkat


Nitrit dan tes kehamilan 4 : Hasil benar
0 : Hasil salah

Dari skor hasil evaluasi yang didapat menurut masing – masing parameter dihitung
rata- ratanya. Ketentuan peneliaian sebagai berikut :

Nilai Rata-rata Kriteria

> 3,00 Sangat baik

>2,00 – 3,00 Baik


>1,00 – 2,00 Kurang

<= 1,00 Buruk

A. Pelaksaan pemantapan mutu eksternal Laboratorium


1. Persiapan :
- Setiap tahun dilaksanan 2 Siklus
- Calon peserta mengirim surat pendaftaran
- Calon peserta mengirim Kembali dan mendaftar dengan membayar biaya PME
- Calon peserta diseleksi kemudian diberikan nomor peserta
- Peserta dikirimkan bahan control ( Serum control ).
2. Pengiriman serum control
a. Serum control dikirim sekaligus kepada peserta
b. Dokumen lengkap meliputi petunjuk pelaksanaan, waktu pelaksanaan, daftar
alat dan reagen dan daftar pemeriksa.
c. Dikirim kepada kepala laboratorium yang dibedakan berdasarkan :
1) Sumber bahan kontrol
2) Bahan control dapat berasal dari manusia, Binatang atau merupakan
bahan kimia murni. Apabila bahan yang diperiksa adalah dari manusia
maka lebih baik menggunakan bahan kontrol dari manusia.
3) Bentuk bahan control
4) Menurut bentuknya bahan control ada bermacam – macam yaitu bentuk
air, bubuk atau padat dan bentuk strip. Umumnya bentuk padat lebih stabil
dan lebih tahan lama daripada bentuk cair. Bentuk strip merupakan bentuk
bubuk yang dikemas pada strip. Penggunakan bentuk padat atau strip harus
dilarutkan dengan aquabidest. Pada bidang kimia klinik dan imunoserologi
umumnya menggunakan bentuk padat bubuk atau bentuk cair. Dibidang
hematologi digunakan bentuk cair, padat bubuk atau strip.
3. Pemeriksaan serum kontrol
a. Serum kontrol diperiksa sesuai dengan tanggal yang ditetapkan
b. Sifat pemeriksaan :
1) Hasil laboratorium sendiri
2) Menggunakan alat dan reagen rutin
3) Dikerjakan oleh tenaga medis yang memeriksa
c. Hasil dikirim secepatnya setelah ditana tangani penanggung jawabatau kepala
laboratorium
4. Hasil pemantapan mutu ekternal
a. Hasil yang diterima di Laboratorium Klinik Dewani dicatat tanggal terima
untuk masing – masing siklus
b. Oleh petugas dimasukkan di dalam arsip hasil pemantapan mutu eksternal
c. Sifat pengolahan berdasarkan :
1) Metode pemeriksaan
2) Alat yang digunakan
3) Jumlah data yang ada
4) Dilakukan evaluasi terhadap hasil pemantapan mutu ektsternal.

Kegiatan Pemantapan Mutu Ekternal ini memiliki manfaat karena dari hasil
evaluasi yang diperoleh dapat menunjukkan performance laboratorium yang
bersangakutan dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan. Dalam melaksanakan
kegiatan ini tidak diperkenankan diperlakukan secara khusus, kegiatan ini menggunakan
peralatan/reagen/metoda yang biasa digunakan sehingga hasil tersebut benar-benar
mencerminkan penampilan laboratorium yang sebenarnya. Setiap nilai yang diterima dari
penyelenggara dicatat dan dievakuasi untuk mencari penyebab – penyebab dan
mengambil langkah perbaikan.

5. Peningkatan Mutu
Peningkatan Mutu adalah suatu proses terus yang dilakukan oleh laboratorium
sebagai tindak lanjut dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu
Ekternal (PME) untuk meningkatkan kinerja laboratium.
BAB III
PENUTUP

Pedoman pelayanan laboratorium klinik dewani mempunyai peranan penting


sebagai pedoman bagi pelaksaan kegiatan sehari – hari tenaga laboratorium yang
bertugas sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam perencaan, upaya
pengembangan dan peningkatan pelayanan serta Mutu pelayanan laboratorium di klinik
Dewani.

Untuk keberhasilan pelaksaan pedoman pelayan laboratorium klinik dewani


diperlukan komitmen dan kerjasama semua pihak. Diharapkan juga dapat dijadikan
pedoman dalam melaksanakan pelayanan dan pemeriksaan laboratorium dan memberikan
kemudahan bagi analis pemula yang baru terjun ke laboarotium secara nyata.

Akhir kata, semoga pedoman pelayanan laboratorium ini bermanfaat bagi


pembaca sekalian.

Anda mungkin juga menyukai