Anda di halaman 1dari 7

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

No Dokumen : 13/III/2023
No. Revisi : 00
SOP Tgl. Mulai
01/03/2023
Berlaku :
Halaman : 1/7

Praktek Mandiri Maksi Ani Lestari,S.Tr Keb.Bdn


Bidan NIP. 19720106 199203 2 004

1. Pengertian : Adalah alat yang digunakan sebagai teknik pencegahan mikroorganisme


patogen dari seseorang ke orang lainyang disebut “carier”. Barier yang umum
digunakan masker, kacamata, pelindung, gown, apron, sarung tangan,
penutup kepala, pelindung kaki.
2. Tujuan : Untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada
pasien,petugas,maupun pengunjung Praktek Mandiri Bidan
3. Kebijakan : Rekomendasi kepala puskesmas tentang ijin praktek mandiri bidan
4. Referensi : 1. Buku Pedoman Tekhnis PPI di FKTP tahun 2020
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2017 tentang
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2017
tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
5. Prosedur : a. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pada kala 1:
1. Batasi Vagina toucher / pemeriksaan dalam
2. Cuci tangan (sebelum dan sesudah) pemeriksaan dalam
3. Sarung tangan dan masker bekas pakai segera di lepaskan dan di buang
ke tempat sampah infeksius
4. Tindakan obstetri hanya dilakukan atas indikasi
b. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pada kala II dan III :
1. Penolong mengunakan alat pelindung diri yang lengkap (Apron, sarung
tangan steril, kaca mata, masker, penutup kepala, pelindung kaki
(Sepatu bot)
2. Episiotomi hanya atas indikasi
3. Dalam pengkleman tali pusat : menerapkan prinsip steril
4. Periksa apakah plasenta dan selaput ketuban lahir lengkap
5. Dalam penanganan bayi:
a) Setiap petugas kesehatan yang menangani bayi harus menggunakan
APD (Masker, Apron, Sarung tangan)
b) Jika diperlukan suction pada bayi pertahankan kesterilan
c) Jaga supaya tidak terjadi transmisi mikroorganisme dari petugas,
bayi dan lingkungan.
6. Jika terjadi ruptur atau robekan pada jalan lahir:
a) Bersihkan daerah perineum dari cairan/ darah
b) Buka sarung tangan kotor, buang ke tempat sampah infeksius
c) Pakai sarung tangan steril untuk melakukan jahitan episiotomy
d) Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk
secara tak sengaja.
e) Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit. Jangan
pernah meraba ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan.
c. Aspek pencegahan dan pengendalian infeksi pada kala IV dalam persiapan
untuk menyusui:
1. Perhatikan hygiene ibu
2. Bersihkan area payudara dan areola mamae dengan air matang
3. Apabila kondisi bayi baik dilakukan rawat gabung
d. Cuci Tangan
1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien
4. Setelah bersentuhan dengan pasien
5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien

e. Memakai Sarung Tangan


1. Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk
prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan
dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan
darah.
2. Gunakan sarung tangan periksa yang bersih untuk menangani darah atau
cairan tubuh.
3. Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci
peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan
tubuh.
f. Menggunakan Teknik Aseptik
1. Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi
2. Antisepsis
3. Menjaga tingkat sterilitas atau disinfeksi tingkat tinggi
g. Memproses alat bekas pakai
1. Dekontaminasi
Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang terkontaminasi
ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
2. Pencucian dan pembilasan
a) Pakai sarung tangan karet yang tebal pada kedua tangan.
b) Ambil peralatan bekas pakai yang sudah didekontaminasi (hati-hati
bila memegang peratalan yang tajam, seperti gunting dan jarum
jahit).
c) Agar tidak merusak benda-benda yang terbuat dari plastik atau
karet, jangan dicuci secara bersamaan dengan peralatan dari logam.
d) Cuci setiap benda tajam secara terpisah dan hati-hati:
e) Gunakan sikat dengan air dan sabun untuk menghilangkan sisa
darah dan kotoran.
f) Buka engsel gunting dan klem.
g) Sikat dengan seksama terutama di bagian sambungan dan sudut
peralatan.
h) Pastikan tidak ada sisa darah dan kotoran yang tertinggal pada
peralatan.
i) Cuci setiap benda sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan
air dan sabun atau deterjen.
j) Bilas benda-benda tersebut dengan air bersih.
k) Ulangi prosedur tersebut pada benda-benda lain.
l) Jika peralatan akan didisinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi
(misalkan dalam larutan klorin 0,5%) tempatkan peralatan dalam
wadah yang bersih dan biarkan kering sebelum memulai proses
DTT. Alasan: Jika peralatan masih basah mungkin akan
mengencerkan larutan kimia dan membuat larutan menjadi kurang
efektif.
m) Peralatan yang akan didisinfeksi tingkat tinggi dengan dikukus atau
direbus, atau disterilisasi di dalam otoklaf atau oven panas kering,
tidak perlu dikeringkan dulu sebelum proses DTT atau sterilisasi
dimulai.
n) Selagi masih memakai sarung tangan, cuci sarung tangan dengan
air dan sabun dan kemudian bilas dengan seksama menggunakan air
bersih.
Untuk mencuci kateter (termasuk kateter penghisap lendir), ikuti tahap-
tahap berikut:
a) Pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah
tangga dari lateks pada kedua tangan
b) Lepaskan penutup wadah penampung lendir (untuk kateter
penghisap lendir).
c) Gunakan tabung suntik besar untuk mencuci bagian dalam kateter
sedikitnya tiga kali (atau lebih jika perlu) dengan air dan sabun atau
deterjen.
d) Bilas kateter menggunakan tabung suntik dan air bersih.
e) Letakan kateter dalam wadah yang bersih dan biarkan kering
sebelum dilakukan DTT.
Catatan: Kateter harus didisinfeksi tingkat tinggi secara kimia (lihat
dibawah). Kateter bisa rusak jika didisinfeksi tingkat tinggi dengan
direbus.
3. DTT dengan Cara Merebus
a) Gunakan panci dengan penutup yang rapat.
b) Ganti air setiap kali mendisinfeksi peralatan.
c) Rendam peralatan didalam air sehingga semuanya terendam dalam
air.
d) Mulai panaskan air.
e) Mulai hitung waktu saat air mulai mendidih.
f) Jangan tambahkan benda apapun ke dalam air mendidih setelah
penghitungan waktu dimulai.
g) Rebus selama 20 menit.
h) Catat lama waktu perebusan peralatan di dalam buku khusus.
i) Biarkan peralatan kering dengan cara diangin-anginkan sebelum
digunakan atau disimpan (jika peralatan dalam keadaan lembab
maka keadaan disinfeksi tingkat tinggi tidak terjaga).
j) Pada saat peralatan kering, gunakan segera atau simpan dalam
wadah disinfeksi tingkat tinggi dan berpenutup. Peralatan bisa
disimpan sampai satu minggu asalkan penutupnya tidak dibuka.
4. DTT Kimiawi
a) Persiapkan larutan klorin 0,5%
b) Letakkan peralatan dalam keadaan kering (sudah didekontaminasi
dan cuci-bilas) ke dalam wadah dan tuangkan desinfektan. Ingat:
jika peralatan basah sebelum direndam dalam larutan kimia maka
akan terjadi pengenceran larutan tersebut sehingga dapat menurangi
daya kerja atau efektifitasnya.
c) Pastikan peralatan terendam seluruhnya dalam larutan kimia.
d) Rendam peralatan selama 20 menit.
e) Catat lama waktu peralatan direndam dalam larutan kimia di buku
khusus.
f) Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai
kering di wadah disinfeksi tingkat tinggi yang berpenutup.
g) Setelah kering, peralatan dapat segera digunakan atau disimpan
dalam wadah disinfeksi tingkat tinggi berpenutup rapat
5. Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman
a) Letakkan benda-benda tajam diatas baki steril
b) Jangan menutup kembali, melengkungkan, mematahkan atau
melepaskan jarum yang akan dibuang.
c) Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel
dengan perekat jika sudah dua per tiga penuh. Jangan
memindahkan benda-benda tajam tersebut ke wadah lain. Wadah
benda tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar di dalam
insinerator.
h. Pengelolaan Sampah
Setelah selesai melakukan suatu tindakan (misalnya asuhan persalinan),
dan sebelum melepas sarung tangan, letakkan sampah terkontaminasi
(kasa, gulungan kapas, perban, dll) ke dalam tempat sampah tahan
air/kantung plastik sebelum dibuang. Hindarkan kontaminasi bagian luar
kantung dengan sampah yang terkontaminasi.
i. Mengatur Kebersihan dan Kerapian
1. Pastikan selalu tersedianya satu ember larutan pemutih (klorin
0,5%) yang belum terpakai
2. Gunakan disinfektan yang sesuai untuk membersihkan peralatan
yang tidak bersentuhan dengan darah atau sekresi tubuh (stetoskop,
Pinnards, Doppler, termometer, inkubator) di antara pemakaian,
terutama sekali diantara ibu atau bayi yang berbeda.
3. Jika menggunakan oksigen, gunakan kanula nasal yang bersih,
steril atau DTT setiap kali akan digunakan. Mengusap kanula
dengan alkohol tidak mencegah terjadinya infeksi.
4. Segera bersihkan percikan darah. Tuangkan larutan klorin 0,5%
pada percikan tersebut kemudian seka dengan kain
5. Bungkus atau tutupi linen bersih dan simpan dalam kereta dorong
atau lemari tertutup untuk mencegah kontaminasi dari debu.
6. Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan troli prosedur,
segera seka permukaan dan bagian-bagian peralatan tersebut
dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.
7. Setiap selesai menolong persalinan, seka celemek menggunakan
larutan klorin 0,5%.
8. Bersihkan lantai dengan lap kering, jangan disapu. Seka lantai,
dinding atau permukaan datar lain (setiap hari atau setelah
digunakan) dengan larutan klorin 0,5% dan deterjen.
9. Ikuti pedoman umum kebersihan dan kerapian.
10. Bersihkan dari atas ke bawah sehingga kotoran yang jatuh dapat
dihilangkan.
11. Selalu gunakan sarung tangan lateks atau sarung tangan rumah
tangga.
12. Seka dan gosok hingga bersih permukaan datar atau lantai setiap
setelah digunakan
13. Tempelkan petunjuk khusus kebersihan di unit tertentu pada area
yang mudah dilihat/ dibaca.  Cantumkan secara rinci dan jelas
tentang apa dan seberapa sering pedoman kebersihan dilaksanakan
dan minta staf ikut bertanggung-jawab untuk mengatur kebersihan
dan kerapian. Buat daftar tilik prosedur rutin kebersihan dan
kerapian.
14. Bersihkan sesering mungkin dinding, tirai kain, plastik atau logam
vertikal untuk mencegah penumpukan debu.
15. Jika dinding atau tirai terkena percikan darah, segera bersihkan
dengan larutan klorin 0,5%.
6. Diagram Alur :
Persiapan diri Pelaksanaan sesuai
dan alat dengan perasat

Tahap akhir dari


sebuah proses PPI

7. Unit Terkait 1. Ruang pelayanan


2. Ruang persalinan
3. Ruang tunggu
4. Ruang Perawatan pasca persalinan
8. Rekaman
Historis Perubahan

Anda mungkin juga menyukai