Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN PERIOPERATIF

RESUME PERSIAPAN INTRA OPERATIF


Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas keperawatan perioperatif

Dosen pembimbing :
Yeni Yulianti,S.Kep.,Ners.,M.Kep.

Di Susun oleh :
Popi Dewi Septiani
(32722001D18076)

Kelas :
2B D3 keperawatan

DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
TAHUN AJARAN 2019/2020
PERSIAPAN INTRA OPERATIF
A. Intraoperatif dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan berakhir
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan.
B. Aktifitas keperawatan pada intraoperatif:
1. Pemeliharaan Keselamatan
a. Atur Posisi Pasien
- Kesejajaran fungsional
- Pemajanan area pembedahan
- Mempertahankan posisi selama di operasi.
b. Memasang alat grounding ke pasien
c. Memberikan dukungan fisik
d. Memastikan bahwa jumlah jarum dan instrument yang tepat.
2. Pemantauan Fisiologis
a. Memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan yang
berlebihan.
b. Mengobservasi kondisi kardiopulmunal
c. Melaporkan perubahan-perubahan pada TPRS
3. Dukungan Psikologis (Sebelum Induksi dan Jika Pasien Sadar)
a. Memberikan dukungan emosional pada pasien.
b. Berdiri dekat dan menyentuh pasien selama prosedur dan induksi.
c. Terus mengkaji status emosional pasien.
d. Mengkomunikasikan status emosional pasien ke anggota kes yang
sesuai.
4. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Memberikan keselamatan untuk pasien
b. Mempertahankan lingk aseptic dan terkontrol
c. Secara efektif mengelola SDM

C. Fungsi Keperawatan Intraoperatif


Fungsi keperawatan di ruang operasi :
1. Sirkulasi
Aktivitas perawat sirkulasi:
- Mengatur ruang operasi
- Melindungi keselamatan dan kebutuhan kesehatan pasien dengan cara :
a. Memantau aktivitas anggota tim bedah
b. Memeriksa kondisi di dalam ruang operasi.
- Memastikan kebersihan, suhu yang tepat, kelembaban dan
pencahayaan; menjaga peralatan tetap berfungsi; dan ketersediaan
perbekalan material.
- Memantau praktik aseptis untuk menghindari pelanggaran teknik,
- Memantau pasien sepanjang prosedur operasi untuk memastikan
keselamatan dan kesejahteraan individu.
2. Scrub ( instrumentasi )
Aktivitas perawat scrub :
- Scrubing untuk pembedahan
- Mengatur meja steril, menyiapkan alat jahitan, dan peralatan
khusus;
- Membantu dokter bedah dan asisten dokter bedah selama
prosedur bedah dengan mengantisipasi instrument yang
dibutuhkan, spons, drainase dan peralatan lain ;
- Terus mengawasi waktu pasien di bawah pengaruh anesthesia dan
waktu luka dibuka.
- Mengecek peralatan dan material untuk memastikan bahwa semua
jarum, kasa dan instrument sudah dihitung lengkap saat insisi
ditutup.
- Memberi label pada specimen dan dikirim ke petugas
laboratorium.
D. Prinsip Kesehatan dan Baju Operasi
1. Kesehatan yang baik sangat penting untuk setiap orang dalam ruang
operasi.
2. Selama pembedahan, personel yang telah melakukan scrub dan
mengenakan pakaian operasi hanya menyentuh benda-benda yang telah
disteril.
3. Personel yang tidak melakukan scrub dilarang menyentuh atau
mengkontaminasi apa saja yang steril.
4. Pilek, sakit tenggorok, infeksi kulit merupakan sumber organisme
patogenik yang harus dilaporkan.
5. Dalam suatu contoh, kejadian infeksi luka pada pasien pasca operasi
disebabkan oleh infeksi tenggorok ringan yang dibawa oleh perawat
ruang operasi.
6. Untuk itu penting sekali segera melaporkan bahkan kelalaian ringan
sekalipun.
Baju
- Pakaian rumah tidak bisa dipakai di ruang operasi
- Hanya baju ruang operasi yang bersih dan dibenarkan institusi yang
diperbolehkan.
- Ruang pakaian terletak dekat kamar operasi dan dicapai dari koridor
terluar.
- Baju diganti di ruang pakaian sebelum masuk dan saat meninggalkan
kamar operasi.
- Baju operasi tidak bisa dipakai diluar ruang operasi. Baju operasi
terdiri dari :
a. Pakaian dari katun yang tertutup rapi. Pakaian dan tali pinggang
dimasukan ke dalam celana.
b. Celana panjang bagian pergelangan kaki harus bermanset tertutup
( tali atau rajutan )
c. Baju panjang ( jas )
Masker
- Masker dipakai sepanjang waktu di ruang operasi untuk meminimalkan
kontaminasi melalui udara.
- Droplet yang mengandung mikroorganisme dari orofaring dan nasofaring
harus ditampung dan disaring.
- Oleh karenanya, masker harus menyatu dan nyaman (ketat-pas) dan
harus menutup seluruh hidung dan mulut.
- Bersamaan itu pula, masker harus tidak mengganggu pernapasan,
berbicara ,penglihatan
- Masker diganti minimal antara pergantian pasien dan tidak dipakai di luar
bagian bedah.
- Karena masker kehilangan kefektifannya ketika lembab, maka masker
harus diganti antar prosedur bedah dan sesering mungkin jika perlu.
- Tali masker benar terikat dengan rapi
- Tali atas diikatkan di belakang kepala
- Tali bawah diikatkan di belakang leher
- Masker harus dipakai atau dilepas
- Tidak boleh menggantung di leher
- Saat melepas masker, hanya talinya saja yang dipegang untuk mencegah
kontaminasi pada tangan.
Tutup Kepala
- Tutup kepala harus secara menyeluruh menutup rambut ( kepala dan
garis leher, termasuk cambang) sehingga sehelai rambut, jepitan
rambut, penjepit, ketombe dan debu tidak jatuh ke dalam daerah steril.
- Jenis penutup kepala yang tersedia semuanya adalah sekali pakai, tidak
berserabut dan seperti kain.
Sepatu
- Sepatu sebaiknya nyaman dan menyangga; bakiak, sepatu tennis, sandal
dan bot tidak diperbolehkan sebab tidak aman dan sulit untuk
dibersihkan.
- Sepatu dibungkus dalam penutup sepatu sekali pakai atau kanvas.
- Penutup konduktif listrik bagi pemakai.
- Penutup sepatu dipakai hanya satu kali dan dilepaskan ketika
meninggalkan area terlarang.
- Konduktometer biasanya terletak di pintu masuk daerah ruang operasi.

Bahaya Kesehatan
- Pemantauan internal dari ruang operasi meliputi analisis sample dari
sapuan terhadap agens infeksius dan toksik.
- Sejak 1987, CDC ( Center For Diseases Control ) melaporkan beberapa
kasus tenaga perawatan kesehatan yang terjangkit AIDS melalui
pemajanan okupasi.
- Penggunaan sarung tangan ganda sudah rutin, setidaknya dalam trauma
bedah dimana terdapat fragmen tulang yang tajam.
- Kaca mata pelindung dipakai jika luka bedah diirigasi atau ada
pengeboran tulang.
- Selain perlengkapan scrub rutin dan sarung tangan ganda, beberapa ahli
bedah memakai sepatu boot karet, gaun atau apron kedap air, dan
pelindung lengan baju.
- Pada kasus bedah berdarah pelindung wajah yang dililitkan dapat
digunakan untuk mengganti kaca mata.
- Bagian tubuh pasien yang lain ditutup dengan kain steril.
Kontrol Lingkungan
- Lantai dan permukaan horizontal dibersihkan secara teratur dengan
sabun dan air atau detergen germisida, dan peralatan yang disteril
diinspeksi secara teratur untuk memastikan pengoperasian dan performa
yang optimal.
- Sebelum dapat dipaket, linen, kain dan larutan yang digunakan
dibersihkan dan disterilkan di unit dekat ruang operasi.
- Material – material steril dibungkus sendiri-sendiri digunakan bila di
perlukan material individual tambahan.
- Ruang operasi yang dilengkapi dengan system aliran udara laminar
yang menyaring bakteri dan debu dengan presentasi tinggi.
- Aliran laminar juga mempertukarkan udara dengan lebih efektif –
sekitar 200 kali perjam – jika dibandingkan dengan penyejuk udara,
yang mempertukarkan udara 12 kali perjam.
Peraturan Dasar Apsis Bedah
Umum
- Permukaan atau benda steril yang bersentuhan dengan permukaan atau
benda lain yang steril menjadi tetap steril;
- Permukaan atau benda steril kontak dengan benda tidak steril pada
beberapa titik membuat tidak steril.
- Jika terdapat keraguan tentang sterilitas pada perlengkapan atau area,
maka dianggap tidak steril atau terkontaminasi.
- Apapun yang steril untuk satu pasien (terbuka di baki steril atau meja
dengan perlengkapan steril) dapat digunakan hanya pada pasien ini.
- Perlengkapan steril yang tidak dipakai harus dibuang atau disterilkan
kembali jika akan digunakan kembali.
- Setelah pembedahan, luka dilindungi dari
kemungkinan kontaminasi dengan memasang balutan steril.
- Luka dibersihkan dengan normal salin dan
menggunakan antiseptic saat membersihkan dan mengganti balutan luka.
- Perawatan tertentu dilakukan untuk melindungi
luka yang belum sembuh agar tidak kontak dengan segala yang tidak
steril.
Personel
- Personel yang scrub tetap dalam area prosedur bedah, jika personel
scrub meninggalkan ruang operasi, status sterilnya hilang.
- Untuk kembali kepada pembedahan, orang ini harus mengikuti lagi
prosedur scrub, pemakaian gown dan sarung tangan.
- Hanya sebagian kecil dari tubuh individu scrub dianggap steril: dari
bagian depan pinggang sampai pada daerah bahu, lengan bawah dan
sarung tangan. Tangan yang mengenakan sarung tangan harus berada di
depan antara bahu dan garis pinggang.
- Pada beberapa ruang operasi, suatu pelindung khusus yang menutupi
gaun dipakai, yang memperluas area steril.
- Perawat instrumentasi dan semua personel yang tidak scrub tetap berada
pada jarak aman untuk menghindari kontaminasi di area steril.
Penutup/ Draping
- Selama menutup meja atau pasien, penutup steril dipegang dengan baik
di atas permukaan yang akan ditutup dan diposisikan dari depan ke
belakang.
- Hanya bagian atas dari pasien atau meja yang ditutupi dianggap steril;
penutup yang menggantung melewati pinggir meja adalah tidak steril.
- Penutup steril tetap dijaga dalam posisinya dengan mengunakan
penjepit atau perekat agar tidak berubah selama prosedur bedah.
- Robekan atau bolongan akan memberikan akses kepermukaan yang
tidak steril dibawahnya, menjadikan area ini tidak steril. Penutup yang
demikian harus diganti.
Pelayanan peralatan steril
- Pak peralatan dibungkus atau dikemas sedemikian rupa sehingga mudah
untuk dibuka tanpa resiko mengkontaminasi isinya.
- Peralatan steril, termasuk larutan, disorongkan ke bidang steril atau
diberikan ke orang yang berscrub sedemikian rupa sehingga kesterilan
benda atau cairan tetap terjaga.
- Tepian pembungkus yang membungkus peralatan steril atau bagian bibir
botol terluar yang mengandung larutan tidak dianggap steril.
- Lengan tidak steril perawatan instrumentasi tidak boleh menjulur di atas
area steril. Artikel steril akan dijatuhkan ke atas bidang steril, dengan
jarak yang wajar dari pinggir area steril.
Larutan
- Larutan steril dituangkan dari tempat yang cukup tinggi untuk
mencegah sentuhan tidak disengaja pada basin atau mangkuk wadah
steril, tetapi tidak terlalu tinggi sehingga menyebabkab cipratan. (bila
permukaan steril menjadi basah, maka diangap terkontaminasi)
o Pasien Yang Menjalani Anestesia.
Ahli anestesi
- Adalah dokter yang secara khusus dilatih dalam seni dan sains ahli
anestesi.
- Setelah berkonsultasi dengan ahli bedah, ahli anestesi biasanya
memilih anesthesia dan mengatasi segala masalah teknis yang
berhubungan dengan pemberian agens anestetik dan pengawasan
kondisi pasien.
Anestetist
- Adalah perawat, dokter gigi, atau dokter yang berkualitas yang
memberikan anestetik.
- Kebanyakan anesthetist adalah perawat yang telah lulus dari program
perawat anesthesia berakreditasi dan telah lulus sertifikasi oleh
American association of nurse anesthetist untuk menjadi perawat
anesthetist tedaftar bersertifikat (Certified registered nursing
anesthetist CRNA).
o Pilihan agens anestetik dibicarakan, dan pasien diberi
kesempatan untuk mengemukakan reaksi dan informasi sebelumnya
mengenai segala medikasi yang sedang digunakan yang mungkin
mempengaruhi pilihan terhadap suatu agens.
o Waktu tersebut, ahli anestesi mengkaji kondisi system
kardiovaskuler dan paru-paru pasien dan menyelediki tentang segala infeksi
pulmonary yang sudah ada dan diperluas hingga riwayat merokok pasien.
o Pada hari pembedahan, pasien diantar ke ruang operasi dan dipindahkan ke
meja operasi, di mana ahli anestesi atau perawat anesthetist akan
melakukan lagi pemeriksaan kondisi fisik, tekanan darah, nadi dan
frekuensi pernafasan dicatat secara teliti, selanjutnya anestetik diberikan.
o Selama pelaksanaan pembedahan, ahli anestesi memantau tekanan darah
nadi, dan pernapasan pasien, juga elektrokardiagram (EKG), volume tidal,
kadar gas darah, pH darah, konsentrasi gas alveolar dan suhu tubuh.

Pertimbangan gerontologi
 Pasien lansia mempunyai resiko anestesi dan pembedahan lebih tinggi
dari orang dewasa.
 Resiko periop meningkat pada setiap sepuluh tahun di atas 60 tahun.
 Beberapa kemungkinan yang harus diperhatikan :
 Infuse iv berlebihan edema pulmunari
 Penurunan TD mendadak atau berkepanjangan iskemik serebral,
infark.
 Menurunnya vaskularisasi termogulasi terganggu.
 Aksi siliaris dan refleks batuk efektif berkurang
menyebabkan resiko Pneumonia
 Penurunan pertukaran gs menambah resiko hipoksia serebral.
 Lansia membutuhkan lebih sedikit anestetik untuk menyebabkan
anestesia dan waktu yang lama untuk menghilangkan anestesi. Agens
anestetik mempunyai afinitas terhadap jaringan lemak, berkumpul dalam
lemah tubuh dan otak
Anestesi
Adalah suatu keadaan narcosis, analgesia, relaksasi dan hilangnya
refleks.Anestetik dibagi menjadi 2 kelas :
1. Anestetik yang menghambat sensasi di seluruh tubuh (anestesi umum)
2. Anestetik yang menghambat sensasi di sebagian tubuh (local, regional,
epidural atau spinal)
- Anestesia Umum
 Anestesia umum biasanya segera tercapai ketika anestetik diberikan.
 Macam anesthesia umum :
1. Diinhalasi
2. Intravena
Penjelasan :
1. Diinhalasi
 Terdapat dua macam yaitu:
a. Anestetik Cair Volatile
 Menghasilkan anesthesia saat uapnya dihisap.
 Contoh : Halotan (flothane), Enfluran (Enhtrane),
Metasifluran (Penthrane), Isofluran (Forane).
 Lihat table u/ keuntungan & kerugian.

b. Anestetik gas
 Diberikan melalui inhalasi dan selalu dikombinasikan dgn
oksigen.
 Contoh : Oksida Nitrat & Siklopropane

 Substansi tersebut saat dihirup masuk ke dalam darah melalui


kapiler2 pulmonal dan saat konsentrasi cukup, bekerja di pusat otak
untuk membuat hilang kesadaran dan hilang sensasi.
 Ketika pemberian anestetik dihentikan, uap atau gas dikeluarkan
melalui paru-paru.
 Tahap-tahap anesthesia umum :
a. Tahap I :Anestesia awal
 Hal yg klien rasakan sesudah menghirup cairan anestetik,
hangat, pening dan perasaan terpisah dari lingk.
 Pasien dpt mendengar bunyi deringan, amuman atau
denganungan di telinganya.
 Klien masih sadar tapi ia menyadari tidak mampu u/
menggerakan ekstrimitas dg mudah.
 Bunyi2an terdengar berlebihan; bahkan sura rendah
terdengar sangat bising & tdk nyata. Bunyi & gerakan tidak
perlu dihindari ketika anetesia akan dimulai.
b. Tahap II :Excitement
 Ditandai dgn gerakan melawan, berteriak, berbicara,
bernyanyi, tertawa atau menangis (sering dpt dihindari jika
anestetik diberikan cepat & lancer)
 Pupil berdilatasi tetapi berkontriksi bila dipajankan cahaya.
 Frekuensi nadi cepat
 Perafasan tidak teratur.
 Gerakan tidak terkontrol
c. Tahap III : Anestesia Bedah
 Dicapai dgn pemberian kontinyu anestetik
 Klien dlm keadaan tidak sadar, berbaring tenang di meja
operasi
 Pupil mengecil & berkontriksi bila ada cahaya.
 Pernafasan teratur, frekuensi nadi normal, kulit merah muda.
 Dengan pemberian anestetik yang tepat, tahap ini dpt
dipertahankan slm berjam-jam.
d. Tahap IV : Takarlajak
 Dicapai ketika terlalu banyak anesthesia diberikan.
 Pernafasan dangkal, nadi lemah & cepat.
 Pupil lebar & tdk berkontriksi bila terpajan cahaya.
 Sianosis
 Anestisia harus segera dihentikan & butuh dukungan respiratori &
sirkulasi.
 Jika tidak segera ditangani : KEMATIAN.
 Selama pemberian anestetik dilakukan dgn baik:
 Tidak ada perbedaan mencolok antara tahap I – III
 Tidak ada Tahap IV
 Respon pupil, TD, Frekuensi pernafasan & jantung
pedoman kondisi pasien.
2. Anestesia Intravena
Contoh : Barbiturat (untuk yang singkat), natrium thiopental (efek lbh
lama).
 Keuntungan :
 Awitan anestesi menyenangkan.
 Pasien sadar hanya dgn sedikit mual & muntah.
 Bermanfaat u/ bedah mata
 Tidak mudah meledak
 Memerlukan peralatan sedikit
 Kerugian :
 Tiopental mrpk. Depresan respiratori yang sangat kuat.
 Bersin, batuk, spasme laring kadang terjadi pd pemakaian ini.
 Tidak diindikasikan utk anak2 karena vena kecil.
 Tidak diindikasikan utk bedah abdomen & thorak.
Anestesi Regional
 Adalah anestesi local dgn menyuntikkan agens anestetik di sekitar saraf
sehingga area yang dipersyarafi oleh saraf ini teranestesi.
 Efeknya bergantung jenis saraf yang terlibat.
 Macam anesthesia regional :
a. Anesthesia Spinal
 Merupakan tipe blok konduksi saraf yang luas dgn memasukan
anesthesia local kedalam ruang Subaraknoid di tingat Lumbal
( biasanya L4 & L5).
 Menghasilakan anesthesia pd ekstrimitas bawah, abdomen bawah &
perineum.
 Penyebaran agens anesthesia dan tk. Anesthesia bergantung pd jml.
Cairan yang disuntikan, kecepatan disuntikan, posisi padien stl.
Penyuntikan dan Bj agens.
 Contoh Agens : Prokain, tetrakain (Pontocaine) dan Lidokain
(Xylocaine).
 Efek Samping : mual & muntah, pusing
 Pengkajian stl anestesi spinal : TV & sensasi kaki dan jarinya.
b. Blok Konduksi
Macam – macam blok konduksi :
1) Blok Epidural
 Dicapai dgn menyuntikan anestetik local kedlm kanalis
spinalis sekeliling duramater.
 Memblok fungsi sensori, motor & otonomik mirip dgn
anestesi spinal hanya tempat yang membedakannya.
 Dosis lebih besar.
 Keuntungan : tidak sakit kepala
 Kerugian : memerluan keakhlian khusus untuk menyuntikan
kedalam epidural bukan ke subarahnoid.
 Bila tidak sengaja pada arakhnoid akan terjadi anesthesia
spinal tinggi dan mengakibatkan hipotensi berat, henti
napas.
 Penanganan komplikasi : dukungan jalan nafas, ciaran
intravena & penggunaan vasopressor.
2) Blok Pleksus brakialis
Menyebabkan anesthesia pada lengan.
3) Anastesia Paravertebral
Menyebabkan anestesi pd saraf yang mempersarafi dada, dinding
abdomen & ekstrimitas.
4) Blok Transakral (Kaudal)
Menyebabkan anestesi pd perineum, kadang abdomen bawah.
c. Anestesia Infiltrasi Lokal
 Adalah penyuntikan larutan yang mengandung anestetik local ke dlm
jaringan pda bidang yang direncanakan sebagai tempat insisi.
 Keuntungan :
 Sederhana, ekonomis, tidak meledak.
 Peralatan minimal.
 Pemulihan cepat
 Efek yang tidak diinginkan dlm anestesi umum dpt dihindari.
 Ideal untuk prosedur bedah yang pendek & superficial.
 Agens : Lidokain (xylocaine), Bupivakain (Marcain), Prokain
(Novocain).
 Biasanya dikombinasi dgn epinefrin.
 Kontraindikasi : pasien gelisah.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF

A. Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
1) Pengertian tentang bedah yang dianjurkan
- Tempat
- Bentuk operasi yang harus dilakukan.
- Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah
sakit, keterbatasan setelah di bedah.
- Kegiatan rutin sebelum operasi.
- Kegiatan rutin sesudah operasi.
- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
2) Pengalaman bedah terdahulu
- Bentuk, sifat, roentgen
- Jangka waktu
b. Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah
1) Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan
menghadapi bedah yang dianjurkan.
2) Metode-metode penyesuaian yang lazim.
3) Agama dan artinya bagi pasien.
4) Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
5) Keluarga dan sahabat dekat
- Dapat dijangkau (jarak)
- Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang
memberi bantuan.
6) Perubahan pola tidur
7) Peningkatan seringnya berkemih.
c. Status Fisiologi
1) Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau
yang mendorong komplikasi-komplikasi pascabedah.
2) Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
3) Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
4) Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan)
mual, anoreksia.
5) Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki,
arthritis, bedah orthopedi yang terdahulu (penggantian
sendi, fusi spinal).
6) Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
7) Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman,
harapan mengenai terbebas dari nyeri setelah operasi.
2. Data Obyektif
a. Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik
tentang perasaan (cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
b. Tingkat interaksi dengan orang lain.
c. Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari
aktifitas yang sibuk (cemas).
d. Tinggi dan berat badan.
e. Gejala vital.
f. Kemampuan penglihatan dan pendengaran.
g. Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
h. Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
i. Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada,
kemampuan bernafas dengan diafragma, bunyi jantung (garis
dasar untuk perbandingan pada pasca bedah).
j. Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi
perifer sebelum bedah vaskuler atau tubuh.
k. Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk,
atau bergerak di tempat duduk, koordinasi waktu berjalan
3. Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul.
a. Takut
b. Cemas
c. Resiko infeksi
d. Resiko injury
e. Kurang pengetahuan

B. DIAGNOSA
1. Hipotermi berhubungan dengan paparan diruangan yang dingin
dan proses pembedahan terlalu lama
2. Risiko infeksi dengan adanya faktor risiko prosedur infasif
pembedahan
3. Resiko injury dengan adanya faktor risiko kelemahan fisik dan
efek anaesthesi

C. INTERVENSI
N Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi
o
1 Hipotermi Selama pengaturan pengaturan
berhubungan dilakukan temperature: temperature:
dengan tindakan intraoperatif intraoperatif
paparan operasi tidak temperatur 1. Sesuaikan
diruangan terjadi ruangan nyaman temperature
yang dingin penurunan dan tidak terjadi kamar operasi
dan proses suhu tubuh hipotermi pada dengan efek
pembedahan pada klien klien terapeutik
terlalu lama Lindungi area
tubuh pasien
yang terpapar
2. Tutup tubuh
pasien
menggunakan
selimut
3. Monitor secara
berkelanjutan
suhu tubuh
pasien
2 Risiko infeksi Selama Kontrol infeksi : kontrol infeksi intra
dengan adanya dilakukan Alat dan bahan operasi
faktor risiko tindakan yang dipakai 1. gunakan pakaian
prosedur operasi tidak tidak khusus ruang
infasif terjadi terkontaminasi operasi
pembedahan transmisi 2. Gunakan
agent universal
infeksi. precaution
3. Sterilkan ruang
operasi
4. Monitor dan
pertahankan
temperature
ruangan
antara20°c dan
24°c
5. Monitor dan
pertahankan
kelembaban
relative antara
40 dan 60%
6. Buka peralatan
steril dengan
teknik aseptic
7. Assistensi
penggunaan
gowning dan
gloving dari tim
operasi
8. Pertahankan
prinsip aseptic
dan antiseptic
9. Disinfeksi area
kulit yang akan
dilakukan
pembedahan
10. Tutup daerah
tidak steril
menggunakan
duk steril
11. Pertahankan
Surgical Asepsis
12. Batasi dan
konrol
pergerakan
13. Monitor
penggunaan
nstrument, jarum
dan kasa
14. Pastikan tidak
ada instrument,
jarum atau kasa
yang tertinggal
dalam tubuh
klien

3 Resiko injury Selama Klien berada surgical


dengan adanya dilakukan dalam posisi precaution :
faktor risiko tindakan yang aman 1. Atur posisi
kelemahan operasi tidak pasien dalam
fisik dan efek terjadi posisi yang
anaestesi cedera pada nyaman.
klien 2. Amankan pasien
diatas meja
operasi dengan
lilitan sabuk
yang baik
3. Jaga pernafasan
dan sirkulasi
vaskuler pasien
tetap adekuat.
4. Hindari tekanan
pada dada atau
bagain tubuh
tertentu.
5. Jaga ekstremitas
pasien tidak
jatuh diluar meja
operasi
6. Hindari
penggunaan
ikatan yang
berlebihan pada
otot pasien.
7. Yakinkan bahwa
sirkulasi pasien
tidak berhenti
ditangan atau di
lengan.
DAFTAR PUSTAKA
Apipudin.A. 2017. Jurnal ilmiah keperawatan
( https:// ejournal.stikesmuhgombong.com).

Anda mungkin juga menyukai