PENGENALAN LIMBAH B3
1
Bahan Berbahaya dan Beracun
• Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah
• zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat
dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup,
dan/ atau dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain
MINIMALISASI B3 : PEMBUANGAN
REDUKSI PADA SUMBER LANGSUNG
SUBSTITUSI BAHAN
TEKNOLOGI BERSIH
GANGGUAN DEGRADASI
KESEHATAN LINGKUNGAN
MANUSIA
PENGELOLAAN
BAHAN / LIMBAH B3
Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 adalah
a. Penetapan Limbah B3;
b. Pengurangan Limbah B3;
c. Penyimpanan Limbah B3;
d. Pengumpulan Limbah B3;
e. Pengangkutan Limbah B3;
f. Pemanfaatan Limbah B3;
g. Pengolahan Limbah B3;
h. Penimbunan Limbah B3;
i. Dumping (Pembuangan) Limbah B3;
Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 adalah
j. pengecualian Limbah B3;
k. perpindahan lintas batas Limbah B3;
l. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup
dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup dan Pemulihan
Fungsi Lingkungan Hidup;
m. Sistem Tanggap Darurat dalam Pengelolaan Limbah
B3;
n. pembinaan;
o. pengawasan;
p. pembiayaan; dan
q. sanksi administratif.
Sistem Pengawasan Limbah B3
PENGOLAH
(treatment & disposal))
Abu incenerator,
PENGANGKUT Sisa/hasil reaksi kimia, dll
From Cradle to Grave Dalam Pengawasan Kegiatan
Pengelolaan Limbah B3
STRATEGI
Pertumbuhan Industri
PENGELOLAAN
harus Berlandaskan
LINGKUNGAN :
pada Pembangunan
Pelaksanaan Program-
Industri yang
Program Pengelolaan
Berkelanjutan dan
Lingkungan secara
Berwawasan
Terpadu
Lingkungan
Hal-Hal Pokok yang Melatarbelakangi Peraturan
tentang Pengelolaan Limbah B3
Minimisasi Limbah
Pengelolaan Limbah B3 dekat dengan
sumber
Pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan
“From Cradle to Grave” mulai dihasilkan
sampai penimbunan
PENGENDALIAN LIMBAH B3
PEMERINTAH PEMERINTAH
PEMERINTAH
PROPINSI KAB/KOTA
Penetapan Kebijakan Nasional
Pengelolaan B3 dan LB3 Izin penyimpanan
Penetapan LB3 dan status B3 Izin dan LB3
Notifikasi B3 dan limbah B3.
rekomendasi izin Izin lokasi PLB3
Menyelenggarakan registrasi
pengumpulan LB3 Pengawasan PLB3,
B3. Pengawasan PLB3, Pengawasan
Pengawasan pengelolaan (B3). Pengawasan sistem sistem tanggap
Ekspor dan Impor B3 dan LB3
tanggap darurat, darurat,
Pengawasan LB3 skala nasional
penanggulangan penanggulangan
Izin pengumpul skala nasional
kecelakaan PLB3, kecelakaan PLB3,
Izin pengolahan, pemanfaatan,
pemulihan pemulihan
pengangkutan dan
pencemaran LB3 pencemaran LB3
penimbunan LB3
skala propinsi skala Kab/Kota
Pengawasan pemulihan
pencemaran LB3 skala nasional
Kewenangan dalam Perizinan dan
Pengawasan PLB3
Pengelolaan Perizinan Pengawasan
Limbah B3
Penyimpanan
v v v v
Pengumpulan
v v v v v v
Pengangkutan
v v v v
Pemanfaatan
v v v v
Pengolahan
v v v v
Penimbunan
v v v v
Pencemaran Hg
1. Di Pongkor, Jawa Barat, dilaporkan bahwa [Hg] di
sedimen sungai berkisar 0 – 2,688 ppm, di tanah
1 – 1300 ppm (Gunradi, 2001)
2. Di Sulawesi Utara (sungai Talawaan), air tanah
mengandung [Hg] di atas standar baku mutu dan
juga ditemukan di dalam siput dan ikan
(Hadi’atullah, dkk, 2001)
Kasus Pencemaran di Indonesia
Pencemaran laut
Penelitian Kunaefi dan Herto (2001) :
Perairan di Kepulauan Seribu menunjukkan bahwa beberapa
konsentrasi logam berat sudah melampaui standar. 6 jenis ikan yang
biasa dikonsumsi ternyata mengandung Cd, Cu, Pb, Zn, dan Hg
dalam konsentrasi jauh lebih besar dari yang diperbolehkan
Penelitian Djuangsih (2000) :
Kualitas pantai utara Tanggerang tidak lagi memenuhi persyaratan
untuk perikanan, biota laut, dan pariwisata, dengan telah melampaui
batas sebanyak 45 % - 91 %
Pantai Timur Kenjeran Surabaya
Pembuangan dari 60 lebih industri berpotensi mengandung
logam berat pencemar. Pantai Timur Surabaya telah tercemar
oleh logam berat. Seperti diberitakan Harian Pagi Surya, 15
Juni 1999, penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian
dari Jerman pada tahun 1998 terhadap masyarakat Kenjeran
menunjukkan bahwa Air Susu Ibu (ASI) dari ibu menyusui
telahmengandung kadmium (Cd) sebanyak 36,1 ppm,
sehingga dikhawatirkan akan membahayakan kesehatan
anak-anak masyarakat Kenjeran karena dapat menyebabkan
penurunan kecerdasan anak dan kerusakan jaringan tubuh.
Penelitian Mahasiswa S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga tahun 1996 juga menunjukkan bahwa
sampel darah penduduk Kenjeran mengandung tembaga
(Cu) sebesar 2511,07 ppb dan merkuri (Hg) sebanyak 2,48
ppb. Kandungan tembaga (Cu) dalam darah warga telah
melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan WHO yaitu
sebesar 800-1200 ppb. Hal ini menunjukkan bahwa
masyarakat Kenjeran telah mengkonsumsi hewan laut di
sekitar Pantai Timur Surabaya yang telah terkontaminasi
logam berat.
Limbah pertambangan :
2000-5000 kubik ton limbah setiap hari di buang oleh PT NMR ke perairan
di teluk Buyat yang di mulai sejak Maret 1996. Menurut PT. NMR, buangan
limbah tersebut, terbungkus lapisan termoklin pada kedalaman 82 meter.
Nelayan setempat sangat memprotes buangan limbah tersebut. Apalagi
diakhir Juli 1996, nelayan mendapati puluhan bangkai ikan mati
mengapung dan terdampar di pantai. Kematian misterius ikan-ikan ini
berlangsung sampai Oktober 1996. Kasus ini terulang pada bulan Juli
1997.
Waktu dan Tanggal Jumlah ikan dengan nama jenis setempat
No
1. 29 Juli 1996 Puluhan ekor jenis kerapu, tato, kuli paser dan nener
Kronologi Ikan Mati di Teluk Buyat
2. 16 Agustus 1996 Puluhan ekor jenis kakatua dan kuli paser
3. 17 Agustus 1996 Puluhan ekor jenis lumba-lumba
4. 3 September 1996 Puluhan ekor jenis kerapu dan kuli paser
5. 7 September 1996 Puluhan ekor jenis kerapu, tato dan kuli paser
6. 17 September 1996 Puluhan ekor jenis kerapu
7. 3 Juli 1997 100-an ekor dengan jenis berbeda: uhi, bobara, wora,
talahuro, tikus-tikus, bete bukokong,
8. 3 Agustus 1997Jam 08.00 Puluhan ekor jenis uhi, bobara, wora, talahuro, tikus-
tikus, bete bukokong dan nener.
9. 6 Agustus 1997Jam 15.00 Puluhan ekor jenis uhi, bobara, wora, talahuro, tikus-
tikus, bete bukokong dan nener.
10. 7 Agustus 1977Jam 09.00 Puluhan ekor jenis uhi, bobara, wora talahuro, tikus-
tikus, bete bukokokong dan nener
Kasus Pencemaran di Indonesia
Insektisida
Terjadinya pencemaran air sumur penduduk dan sayuran oleh
insektisida
Penelitian berbagai sayuran menunjukkan bahwa terdapat residu
berkisar antara 0,125 – 9,5 ppm, yang berarti telah melampaui ADI
= Acceptable Daily Intake (0,001 – 0,002 ppm) dan MRL =
Maximum Residual Limit (0,045 – 0,13 mg/kg)
• Keracunan Cd kronik ini dilaporkan didaerah Toyama, sepanjang
sungai Jinzu di Jepang, yang menyebabkan penyakit Itai-iatai pada
penduduk wanita umur 40 tahun keatas.
TREATMENT
GENERATOR TRANSPORTER STORAGE
DISPOSAL