Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian endapan mineral
Bauksit (bahasa Inggris: bauxite) adalah biji utama aluminium terdiri dari
hydrous aluminium oksida dan aluminium hidroksida yakni dari mineral
gibbsite Al (OH) 3, boehmite γ-ALO (OH), dan diaspore α-ALO (OH),
bersama-sama dengan oksida besi goethite dan bijih besi, mineral tanah liat
kaolinit dan sejumlah kecil anatase Tio 2.
Sebagai mineral industri % silica kurang penting, tetapi besi dan titanium
oksida tidak lebih dari 3 %. Sebagai abrasive diperlukan silika dan besi oksida
lebih dari 6 %. Merupak suatu campuran bahan-bahan yang kaya akan hidrat
oksida aluminium, dan bahan-bahan tersebut dapt diambil logam aluminium
secara ekinomis. Istiah abuksit di kaitkan dengan laterit. Laterit adalah suatui
bahan yang berupa konkresi berwarna kemeraahan, bersifat porous, menutupi
hamper sebagian besar daerah tropis dan subtropics, merupakan lapisan yang
kaya akan aluminium dan besi. Jika kadar aluminiumnya lebih besar
dibandingkan dengan kadar besi, sehingga warnanya menjadi agak muda,
kekuning-kuningan sampai keputih-putihan, maka latrit semacam ini
dinamakan aluminios laterit atau laterit bauksit. Pertama kali ditemukan pada
tahun 1821 oleh geolog bernama Pierre Berthier pemberian nama sama dengan
nama desa Les Baux di selatan Perancis. Bijih bauksit merupakan mineral
oksida yang sumber utamanya adalah:
1. Al2O3.3H2O, Gibbsit yang sifatnya mudah larut
2. Al2O3.3H2O, Bohmit yang sifarnya susah larut dan Diaspore yang tidak
larut.
Sumber lain nya adalah :
1. Nephelin : (Na,K)2O.Al2O3.SiO2
2. Alunit : K2SO4.Al2(SO4)3.4Al(OH)3
3. Kaolin & Clay : Al2O3.2SiO2.2H2O

B. Tipe – tipe endapan mineral


Tipe – tipe endapan mineral ada 8, anatara lain sebagai berikut :
1. Endapan Early Magmatik

• Genesa :  Endapan yang terbentuk  pada saat awal kristalisasi magma


akibat diferensiasi magma, magma mixing, atau asimilasi magma atau
yang disebut orto magmatic. Dapat terbentuk oleh proses segregasi,
diseminasi, atau injeksi material yang terdiferensiasi.

• Ciri-ciri: Batuan berwarna gelap, relative lebih berat dan mineralnya


kecil-kecil.

• Distribusi: Ditemukan pada tubuh intrusi magma dalam, dan


berasosiasi dengan batuan beku ultrabasa-basa.

• Tekstur dan struktur khas: Pada endapan kromit terdapat struktur


podiform dan stratiform.

• Bijih: Mineral yang terbentuk adalah kromit (Cr), Magnetit (Fe),


Korundum, Intan, Platinum.

2. Endapan Pegmatit

• Genesa : Larutan sisa kristalisasi yang memiliki kandungan silikat


rendah dan kandungan air dan volatil yang cukup tinggi dapat
menyebabkan viskositas dan titik beku mineral turun lalu membentuk
pegmatit.

• Ciri-ciri : butir-butir berukuran besar, gangue berupa kuarsa

• Distribusi : Ditemukan pada intrusi plutonik berupa dike atau urat pada
batas batholit dengan komposisi granitik dan berasosiasi dengan
batuan beku dan metamorf.

• Tekstur dan struktur khas : Fanerik,

• Bijih : turmalin, pirit (Fe)

3. Endapan porfiri Cu / skarn


• Genesa: Terbentuk akibat intrusi batuan beku yang komposisinya
intermedier-asam dan mengalami kontak dengan batuan samping pada
kedalaman yang sedang, sekitar 1-4km.

• Ciri-ciri: Tekstur porfiritik, urat-urat kuarsa, breksiasi

• Tekstur dan struktur khas : Tekstur porfiritik dengan vein/urat kuarsa.

• Bijih: pirit, turmalin, kalkopirit, cuprit

4. Endapan Epitermal

• Genesa: Endapan hidtrotermal yang terbentuk pada kedalaman dangkal


(1-2km) dan memiliki temperatur <150-300oC pada saat pembentukan.

• Ciri-ciri: Mineral bijih Au dominan, tekstur dan struktur khas kuarsa

• Distribusi: Terjadi pada daerah island arc atau continental arc yang
berasosiasi dengan subduksi dan batuan andesit, dasit, riolit. Subduksi
menyebabkan aktivitas hidrotermal yang semakin ke permukaan.

• Tekstur dan struktur khas : Struktur cockade, colloform, crosstiform,


comb (low suplhidation) dan struktur vuggy quartz (high sulphidation).
Selain itu ada juga struktur sacharoidal atau gabungan.

• Tekstur: cavity filling, veins, breccias.

Terdapat dua jenis epitermal, dengan ciri mineral:

a. Low sulfidation: Pyrite, gold, sphalerite, galena (arsenopyrite),


quartz, chalcedony, calcite, adularis, illite, carbonates
b. High sulfidation: Pyrite, enargite, chalcopyrite, tennanite,
covellite, gold, tellurides, Quartz, alunite, barite, kaolinite,
pyrophyllite

• Bijih: Emas

5. Endapan VHMS (Volcanic-Hosted Massive Sulphide)


• Genesa: Terbentuk oleh aktivitas vulkanik dengan bantuan fluida
hidrotermal (fluida magmatik dan fluida meteorik-air laut) dalam
pembentukan endapan mineral. Kemudian material hidrotermal
disemburkan melalui cerobong yand disebut black smoker

• Distribusi : berasosiasi dengan active spreading ridges pada back-arc


basin atau berasosiasi dengan black smoker dan white smoker,terdapat
pada daerah vulkanik bawah laut (batuan ekstrusif dan sedimen
vulkanik).

• Ciri-ciri: Mineral utama berupa Pb dan Zn. Terdapat mineral sulfida


dan sulfat yang cukup banyak.

• Tekstur dan struktur khas: Tekstur yang mencirikan akumulasi,


pertumbuhan, dan pengendapan, seperti colloform, growth-zoned,
bedding & banding, dan stockwork.

• Bijih: Sfalerit, galena, pirit

6. Endapan Sedex

• Genesa: Endapan yang dihasilkan akibat aktivitas hidrotermal yang


disemburkan, dan menyertai proses continental rifting pada dasar suatu
cekungan lokal, tidak berasosiasi dengan kegiatan magmatik.

• Ciri-ciri: Mineral utama berupa Pb dan Zn. Mengandung mineral


batuan sampingnya yang berupa batuan sedimen, seperti mineral
lempung, mineral karbonat.

• Distribusi: Terbentuk pada dasar cekungan lokal yang berasosiasi


dengan continental rifting dengan batuan sekitar shale atau siltstone
ataupun batuan karbonat.

• Tekstur dan struktur khas: Terbentuk tekstur berupa lapisan halus dan
sering ditemukan berlapis (interbanded) dengan material batuan
• Zonasi dan mineral penciri: Timah (lead) dan sulfur yang berasal dari
air laut.

7. Endapan Residual

• Genesa: Endapan ini terbentukan dari sisa material yang tidak ikut
terlarut atau lapuk akibat proses di alam. Endapan ini dapat disebut
endapan sisa.

• Ciri-ciri : Terdapat laterit yang mengandung akumulasi kandungan


logam tertentu.

• Lingkungan pembentukan : lingkungan yang beriklim tropis hangat,


relief topografi rendah, sedang, kehadiran vegetasi termasuk bakteri,
dan waktu yang panjang & tidak ada erosi.

• Bijih: bauksit, nikel sulfide, limonit, hematit

8. Endapan Supergene Enrichment

• Genesa: Endapan yang terbentuk akibat pelapukan dan pelarutan


mineral ekonomis yang lalu terbawa oleh fluida dan terendapkan di
lokasi lain, dan terjadi pengayaan. Dapat pula terjadi akibat mineral
pengotor yang mengalami pelarutan dan pelapukan, sehingga tinggal
mineral ekonomis yang tertinggal di tempat tersebut.

• Ciri-ciri : Memiliki kandungan besi yang tinggi akibat oksidasi dan


juga merupakan kumpulan endapan logam murni.

• Lingkungan pembentukan : Lingkungan yang sama dengan residual,


namun berbeda proses pembentukannya. Setelah material terlepas dari
batuan induk dan melapuk, lalu mengalami proses pengayaan mineral
dan menyatu pada zona enrichment. Sisanya yang merupakan gangue
mineral akan terbawa sampai ke Gossan.

• Mineral : bijih besi, mangan, kalkopirit, kalkosit, dan kovelit

C. Ganesa endapan mineral Bauksit


Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium tinggi, kadar
Fe rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Mineral silikat yang terubah akibat
pelapukan, mengakibatkan unsure silika terlepas dari ikatan Kristal dan sebagian
unsure besi juga terlepas. Pada proses ini terjadi penambahan air, sedangkan
alumina, bersam dengan titanium den ferric oksida (dan mungkin manganis
oksida) menjadi terkonsentrasi sebagai endapan residu aluminium. Batuan yang
memenuhi persyaratan itu antara lain nepelin syenit, dan sejenisnya dan berasal
dari batuan beku, batuan lempung/serpih. Batuan itu akan mengalami proses
lateritisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan
mengalami pelapukan). Secara komersial baukist terjadi dalam 3 bentuk:
1. Pissolitic atau Oolitik disebut pua ‘kernel’ yang berukuran diameter
dari sentimeter sebagai amorfous tryhidrate.
2. Sponge Ore (Arkansas), porous, merupakan sisa dari batuan asal dan
komposisi utama gigsite.
3. Amorphous atau bijih lempung
Alumina dapat bersumber dari batuan primer (magmatic dan hidrotermal)
maupun dari batuan sekunder (pelapukan dan metamorphosis). Namun, secara
luas yang berada dipermukaan bumi ini berasal dari batuan sekunder hasil proses
pelapukan dan pelindian. Genesa dari bauksit sendiri dapt terbentuk dari 4 proses
yaitu, magamatik, Hidrotermal, metamorfosa, dan pelapukan. Berdasarkan
genesanya, bijih bauksit terbagi atas 5 yaitu, bauksit pada batuan klastik kasar,
bauksit pada terrarosa, bauksit pada batuan karbonat, bauksit pada batuan sedimen
klastik dan bauksit pada batuan fosfat. Sedangkan berdasarkan letak depositnya
bauksit terbadi atas 4 yaitu deposit bauksit residual, deposit bauksit koluvial,
deposit bauksit alluvial pada perlapisan dan deposit bauksit alluvial pada
konglomerat kasar. Yang mempengaruhi terbentuknya bauksit:
a) Iklim humid tropis dan subtropics
b) Batuan sumber mengandung alumina tinggi
c) Reagent yang sesuai pH dan Eh, sehingga mampu merubah silikat
d) Infiltrasi air meteoric prmukaan secara lambat
e) kondisi bawah permukaan (larutan bawah permukaan) yang
mampu melarutkan unsure batuan yang dilaluinya
f) Sublitas tektinik yang berlangsung lama
g) Preservation

D. Proses pengambilan sample endapan mineral Bauksit


Tahapan eksplorasi bauksit meliputi pengukuran dan pemetaan, pembuatan
sumur uji (Test Pitting), pengambilan conto laterit bauksit, perhitungan cadangan,
ketebalan tanah penutup (OB) swell factor dan factor konkresi.
Metode pengambilan sampel dengan sumur uji (Test Pitting) ini digunakan jika
lapisan penutup (over burden) agak tebal (lebih dari setengah meter), sehingga
metode trenching menjadi tidak praktis karena pembuatan selokannya harus agak
dalam sehingga menimbulkan masalah pada pembuangan tanah hasil galian dan
masalah pembuangan air yang mungkin menggenang pada selokan, disamping
akan memakan waktu yang lebih lama. Dalam keadaan tersebut maka dipakai
metode dengan pembuatan sumur uji (test pitting) untuk mengambil contoh bahan
galian. Pada umumnya ukuran lubang test pit ini adalah  dan kedalamannya dapat
mencapai 35 meter, akan tetapi untuk jenis over burden yang lepas-lepas seperti
pasir, ukuran lubang pit harus dibuat lebih besar untuk menghindari longsornya
dinding, misalnya . Demikian pula ketika kedalaman test pit besar, maka ukuran
lubang juga harus dibuat lebih besar, kemudian setelah kedalaman sampai
setengahnya, ukuran lubang diperkecil. Jika lapisan penutup sangat lepas-lepas,
maka dinding test pit-nya dibuat miring, sedangkan untuk material yang kompak
dinding dibuat tegak dengan ukuran .
Untuk penghematan biaya dan keberhasilan pembuatan test pit, maka hal-hal
yang harus diperhatikan, yaitu :
a) Test pit harus bebas dari bongkah karena jika terhalang oleh bongkah
maka pembuatan test pit tersebut akan memakan waktu yang lama
sehingga memakan biaya yang mahal.
b) Penggunaan penyangga yang seadanya, untuk batuan yang kompak
penyanggaan tidak perlu dilakukan.
c) Penyanggaan dapat dihindari dengan cara dinding lubang dibuat miring
dan kemiringan tergantung material dari over bunden.
Gambar 1. Macam Bentuk Penampang Test Pit

E. Proses penambangan endapan mineral Bauksit


Tambang bauksit berupa surface mining. Endapan bauksit di setiap lokasi
mempunyai kadar yang berbeda-beda, sehingga penambangannya dilakukan
secara selektif dan pencampuran (blending) merupakan salah satu cara untuk
memenuhi persyaratan ekspor.
Metode dan urutan penambangan bijih bauksit secara umum adalah :
a) Pembersihan local (land clearing) dari tumbuh – tumbuhan yang terdapat
diatas endapan bijih bauksit.
b) Pengupasan lapisan penutup (stripping OB) yang umumnya memiliki
ketebalan 0.2 meter. Untuk pengupasan lapisan digunkan bulldozer.
c) Penggalian (digging) endapan bauksit dengan excavator dan pemuatan
bijih digunakan dump truck.

Anda mungkin juga menyukai