Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Daerah penelitian yang berlokasi di PT Kalimantan Kelapa Jaya Kabupaten


Mempawah merupakan wilayah datar (dengan kemiringan lahan 0-2%). Wilayah-
wilayah dengan kemiringan lahan yang kecil ini menyebar memanjang dari utara ke
selatan wilayah pesisir pantai Kabupaten Mempawah pada ketinggian 0-25 meter.
Pada wilayah pantai ini, banyak terdapat areal dataran yang relatif rendah dari
permukaan pasang air laut tertinggi sehingga sangat rawan mangalami banjir.
Keadaan banjir sangat rawan terjadi pada saat air dalam keadaan pasang terutama
pada bulan-bulan yang yang memiliki curah hujan tinggi (Oktober-Januari). Adapun
wilayah yang berkemiringan lebih dari 2% dijumpai di bagian perbatasan timur laut
kabupaten dengan kawasan pebukitan yang relatif lebih banyak jumlahnya.

Pada umumnya, Kabupaten Mempawah berdaratan rendah, perbukitan dan


pesisir pantainya berawa – rawa. Wilayah ini didominasi oleh kemiringan lereng 0-8
% atau < 8% dan ketinggian antar 0 - 200 mdpl. Wilayah dengan kemiringan lereng
0-8 % terdapat di Kecamatan Sungai Kunyit, Mempawah Hilir, Mempawah Timur,
Sungai Pinyuh, Segedong dan Siantan.

Secara umum, daerah penelitian berada di daerah perbukitan, tepatnya berada


diarea cekungan yang dikelilingi bukit. Lokasi penelitian berada di tempat yang
relatif datar, dengan ketinggian antara 20 – 30 meter di atas permukaan laut (mdpl).

2.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Penelitian


Lokasi penelitian di PT Kalimantan Kelapa Jaya dapat ditempuh dengan
menggunakan roda empat maupun dengan roda dua melalui jalur darat dari Kota
Pontianak menuju PT Kalimantan Kelapa dengan waktu tempuh ± 1 jam 10 menit

4
5

. Kondisi prasarana transportasi dari Kota Pontianak menuju PT Kalimantan Kelapa


merupakan jalan Provinsi dengan kondisi jalan beraspal baik. Secara Umum,Lokasi
penelitian ini berbatasan dengan :
1. Utara : Kabupaten bengkayang.
2. Selatan : Kabupaten kuburaya dan kota Pontianak.
3. Barat : Laut Natuna.
4. Timur : Kabupaten Landak dan Kabupaten Sanggau.
Kabupaten mempawah adalah salah satu Kabupaten yang terletak diantara
0°13'40,83” Lintang utara dan 1°00'53,09” Lintang Selatan serta 109°02'19,32”
Bujur Timur dan 109°58'32,16” Bujur barat.
Kabupaten Mempawah merupakan daerah beriklim tropis, namun yang
membedakan adalah kondisi iklim di sini lebih dipengaruhi oleh iklim pancaroba
sebagaimana iklim daerah yang berada pada daerah khatulistiwa.
Rata-rata curah hujan di Kabupaten Mempawah pada tahun 2018 berkisar
antara 54,7 s/d 319,3 milimeter. Rata-rata curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada
bulan desember mencapai 319,3 milimeter, sedangkan rata-rata curah hujan terendah
terjadi pada bulan Juni, yaitu mencapai 54,7 milimeter.
Pada tahun 2018, jumlah hari hujan di Kabupaten Mempawah berkisar antara 9
s/d 28 hari hujan. Jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan November mencapai
28 hari hujan dan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Juni yang mencapai 9
hari hujan.
6

Gambar 2.1. Peta Kesampaian Lokasi Penelitian


7

2.1.2 Geologi Daerah Penelitian


Secara umum kondisi geologi yang ada di Kabupaten Mempawah terbagi menjadi aluvial,
andesit, arenit kuarsa, diorit, formasi hamisan, granodiorit dan granodiorit mensibau. Dari 9
(sembilan) kecamatan yang ada di Kabupaten Mempawah, kondisi geologi yang paling dominan
adalah aluvial yaitu terdapat di Kecamatan Sungai Kunyit, Mempawah Hilir, Mempawah Timur,
Sungai Pinyuh, Segedong, Siantan, dan Anjongan, sedangkan untuk Kecamatan Sadaniang yang
paling dominan adalah arenit kuarsa.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Singkawang (Kalimantan Barat), daerah penelitian
masuk dalam kelompok Endapan Aluvial dan Rawa (Qa). Endapan Aluvial dan Rawa (Qa)
terdiri dari lumpur, pasir, kerikil dan sisa tumbuhan.
Satuan di dekat lokasi penelitian adalah Endapan Litoral (Qc) di sebelah barat dan
kelompok Granodiorit Mensibau (Klm)dan Batuan Gunungapi Raya (Klr) di sebelah timur.
Endapan Litoral (Qc) terdiri dari lumpur, pasir, kerikil, setempat gampingan, sisi tumbuhan.
Granodiorit Mensibau (Klm) terutama granodiorit dengan granit, diorit kuarsa, diorit, adamelit
dan tonalit. Batuan Gunungapi Raya (Klr) merupakan andesit terubah, dasit, basal dengan
gabungan antara piroklastika andestian dan dasitan, kaya klorit, epidot, sisipan tipis konglomerat,
batupasir, batulumpur.
8

Gambar 2.2. Peta Geologi Lembar Singkawang (lokasi penelitian ditandai titik merah)
9

Gambar 2.3. Peta Geologi Lokal Daerah Penelitian


10

Tabel 2.1. Geologi Lokal Daerah Penelitian

No Simbol Nama Keterangan


Endapan alluvial Lumpur, pasir, kerikil, sisa tumbuhan
1 Qa
dan rawa
Endapan litoral Lumpur, pasir, kerikil, setempat gampingan,
2 Qc
sisa tumbuhan
Granodiorit Terutama granodiorit dengan granit, diorit
3 Klm mensibau kursa, diorit, adamelit, tonalit

Batuan gunung api Andesit berubah, dasit, basal dengan


raya gabungan antara piroklastika andesitan dan
4 Klr
dasitan, kaya klorit, epidot, sisipan tipis
konglomerat, batu pasir, batu lumpur

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air secara yang
berurutan secara terus-menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh pada
siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar
matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin turun uap air akan
mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai hujan.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian
jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju
(sleet), hujan gerimis atau kabut.
Air adalah jenis sumber daya alam yang sangat penting di bumi. Bukan hanya
bagi manusia, namun juga bagi semua makhluk hidup. Ketersediaan air di daratan
bumi dapat tetap terjaga karena adanya hujan. Hujan dapat tercipta karena adanya
suatu mekanisme alam yang berlangsung secara siklus dan terus menerus.
11

Sumber : (Ramdan, 2004)

Gambar 2.4. Siklus Hidrologi

Berikut adalah pengertian dari proses proses siklus hidrologi:

1. Evaporasi
Evaporasi ialah tahap pertama dalam siklus hidrologi yang mana pada tahap
ini air yang berada di sungai dan lainnya menguap. Sungai, danau dan laut serta
tempat lainnya dianggap sebagai badan air lalu air yang menguap akan menjadi uap
air. Air yang ada di seluruh badan air menguap karena panasnya sinar matahari dan
penguapannya disebut evaporasi.
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul cair menjadi
molekul gas, maka air berubah menjadi uap. Penguapan yang terjadi menimbulkan
efek naiknya air yang telah berubah menjadi gas ke atas atau ke atmosfer. Sinar
matahari ialah pendukung utama dalam tahap evaporasi sehingga semakin terik
sinarnya, semakin besar molekul air yang terangkat.

2. Transpirasi
12

Transpirasi juga merupakan proses penguapan, namun penguapan yang terjadi


bukan pada air yang tertampung dalam badan air. Transpirasi adalah penguapan
yang terjadi pada bagian tubuh makhluk hidup khususnya tumbuhan dan hewan dan
prosesnya sama dengan tahap evaporasi. Molekul cair pada tubuh tumbuhan dan
hewan akan berubah menjadi uap atau molekul gas. Setelah molekul cair menguap,
selanjutnya akan naik ke atas atau ke atmosfer sama seperti proses yang ada saat
tahap evaporasi. Transpirasi khususnya terjadi pada jaringan yang ada di tumbuhan
dan hewan, namun dari tahap ini air yang dihasilkan tidak banyak. Pada proses
transpirasi, molekul cair yang menguap tak sebanyak saat proses evaporasi.
Setelah mengalami dua proses diatas selanjutnya yaitu tahap kondensasi yang
mana air yang telah menguap berubah menjadi partikel es. Partikel es yang
dihasilkan sangat kecil dan terjadi karena suhu dingin pada ketinggian yang ada di
atmosfer bagian atas. Lalu partikel es tersebut akan berubah menjadi awan dan
semakin banyak partikel es, awan semakin berwarna hitam.

3. Presipitasi
Proses yang selanjutnya ialah presipitasi yaitu tahap mencairnya awan karena
tidak mampu lagi menahan suhu yang semakin meningkat. Pada tahap inilah akan
terjadi salah satu gejala alam yang dinamakan hujan dengan ciri jatuhnya butiran air
ke permukaan bumi. Bila suhu yang ada di sekitar kurang dari 0 derajat celcius,
kemungkinan akan terjadi hujan salju atau bahkan es.

4. Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air hujan maupun air permukaan ke
dalam tanah (bawah permukaan) melalui celah ataupun ruang pori tanah dan batuan.
Air yang hanya sampai dilapisan atas tanah sebagian akan diserap dan sebagian lagi
secara bertahap akan menguap. Sedangkan air yang mampu masuk ke bagian tanah
lebih dalam, biasanya akan tertampung dalam akuifer dan selanjutnya akan terbawa
ke sungai atau danau melalui aliran bawah permukaan.
5. Perkolasi
13

Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu
lapisan tanah ke lapisan jenuh air. Perkolasi juga merupakan air yang meresap terus
sampai kedalaman tertentu hingga mencapai air tanah atau groundwater.
2.2.2 Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas
serta pemulihannya sulit dilakukan.
Menurut Budhikuswansusilo (2008), air tanah (groundwater) adalah nama
untuk menggambarkan air yang tersimpan di bawah tanah dalam batuan yang
permeabel. Periode penyimpanannya dapat berbeda waktunya bergantung dari
kondisi geologinya (beberapa minggu – tahun). Pergerakan air tanah dapat muncul
ke permukaan, dengan manifestasinya sebagai mata air (spring) atau sungai (river).
Menurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat
pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan
impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap
dan meloloskan air disebut akuifer.

2.2.3 Macam Macam Lapisan Pembawa Air


1. Akuifer
Adalah lapisan batuan batuan yang cukup jenuh terdiri dari material berbutir
yang dapat melewatkan air kedalam sumur bor atau mata air dalam jumlah banyak.
Susunan geologi yang dapat berlaku sebagai akuifer adalah kerikil dan pasir,batu
kapur,batuan gunung berapi,batu pasair,tanah liat yang bercampur dengan bahan
yang lebih kasar,konglomerat,batuan kristalin.
2. Akuiklud
14

Adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi materialnya kedap air
tak dapat mengalirkan air ke dalam sumur contohnya lapisan lempung.
3. Akuifug
Adalah lapisan yang tak dapat menyimpan air dan tak dapat melewatkan air ke
dalam sumur contohnya batuan beku terdiri dari granit,andesit,dan basalt.
4. Akuitard
Adalah lapisan batuan yang jenuh air tapi kelulusannya rendah tak dapat
mengalirkan airnya secara bebas tapi dapat memindahkan air ke akuifer yang lain
contohnya lempung pasiran/lanau pasiran.
2.2.4 Jenis – Jenis Akuifer
Berdasarkan susunan lapisan geologi menurut kruseman (1994),bahwa akuifer
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Akuifer bebas (unconfined aquifer)
Yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas
lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water table
yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.

Gambar 2.5. Akuifer Bebas (kruseman,1994)


15

2. Akuifer tertekan (confined aquifer)


Yaitu akuifer yang seluruh jumlahnya air yang dibatasi oleh lapisan kedap air,
baik yang di atas maupun di bawah, serta mempunyai tekanan jenuh lebih besar dari
pada tekanan atmosfer.

Gambar 2.6 Akuifer Tertekan (kruseman,1994)

3. Akuifer semi tertekan (semi confined aquifer)


Yaitu suatu akuifer yang sepenuhnya jenuh air dengan bagian atas dibatasi
oleh lapisan setengah kedap air (nilai kelulusannya terletak antara akuifer dan
akuitar) dan bagian bawah terletak pada suatu dasar yang kedap air.
16

Gambar 2.7. Akuifer Semi Tertekan (kruseman,1994)


2.2.5 Parameter – Parameter Akuifer
1. Koefisien kelulusan (K)
Koefisien kelulusan atau konduktifitas hidraulik adalah angka yang
menyatakan kemampuan suatu lapisan batuan atau tanah untuk melewatkan
sejumlah air melalui suatu panjang yang tegak lurus arah aliran. Kelulusan selain
ditentukan oleh karateristik bahan yang membentuk akuifer juga dipengaruhi
temperature akuifer, kehadiran udara, dan komposisi ion dalam air. Secara
matematis koefisien kelulusan dapat dinyatakan:

V m/detik
K= = = m/detik
dh/dl m/m

Keterangan :
dh/dl = Gradient hidrolik
V = Kecepatan aliran (m/detik)
K = Koefisien kelulusan (m/detik)
17

Nilai K dapat ditentukan dengan uji contoh akuifer di laboraturium,


pengkajian peta muka air tanah dan uji pemompaan. Cara yang banyak dipakai
adalah uji pemompaan karena cara ini dianggap dapat memberikan hasil yang
mendekati keadaan sebenarnya.
2. Transmisivitas (T)
Tranmisivitas adalah angka yang menyatakan laju aliran air yang melewati
satuan akuifer per satuan waktu. Besarnya nilai T dapat ditentukan dari hasil
perkalian antara koefisien kelulusan ketebalan akuifer.

T = K.b
Keterangan:
K = Koefisien kelulusan (m.detik)
b = Ketebalan akuifer (m)
T = Tranmisivitas (m²/detik)

3. Koefisien penyimpanan (S)


Koefisien penyimpanan didefinisikan sebagai volume air yang di lepaskan
atau disimpan tiap satuan luas penampang yang tegak lurus 30 permukaan akuifer
pada tiap perbedaan head hidrolik pada permukaan tersebut. Koefisien penyimpanan
merupakan suatu besaran tanpa satuan yang melibatkan volume air pada akuifer.
Koefisien penyimpanan adalah koefisien cadangan air bawah tanah yang dapat
disimpan atau dilepaskan oleh suatu akuifer setiap satu satuan luas akuifer pada satu
satuan perubahan kedudukan muka air bawah tanah (Tood,1995).

2.2.6 Aliran Air Tanah


Aliran air tanah yaitu gerakan air didalam tanah melalui rongga antar pori dari
kerangka batuan. Untuk akuifer tertekan, homogeny dan isotrop,aliran air tanah
secara umum dapat dikatakan aliran dua dimensi. Asumsi tersebut didasari
18

geometris akuifer. Secara geometris pada umumnya penyebaran akuifer kearah


vertical,sehingga aliran air tanah pada vertical dapat diabaikan.
1. Metode theis
Didalam menggunakan metode ini, anggapan – anggapan yag digunakan
adalah:
a) Jenis akuifernya terutama untuk akuifer tertekan.
b) Diameter sumur kecil, sehingga kandungan didalam sumur dapat
diabaikan.
c) Akuifer dianggap meluas tak terhingga dalam bidang horizontal, terletak
pada suatu lapisan yang kedap air serta mempunyai ketebalan yang
seragam.
d) Akuifer adalah homogeny, isotropis dalam daerah yang dipengaruhi oleh
pemompaan.
e) Kehilangan tinggi tekan yang disebabkan oleh komponen aliran vertical
dalam akuifer diabaikan.
f) Air yang mengalir dalam akuifer merupakan aliran laminer.
g) Pelepasan air terjadi segera, hal ini disebabkan oleh elastilitas air dan
kompaksi material akuifer (material yang tidak termampatkan), sebagai
dasar hukum kontinuitas.
h) Muka air pada pisometer dan muka air bebas sebelum pemompaan dalam
keadaan hampir horizontal.
i) Pemompaan dilakukan dengan debit tetap.
j) Sumur yang di pompa menembus penuh akuifer.

Rumus theis:
q Q
S= W(U) atau T = W(U)
4πT 4πS
Sedangkan
19

r ² S´ 4T
U= atau S’ = U
4.T .t r ²/ t
Nilai W(U) didapat dengan menggunakan jenis normal yang dibuat
dengan memplotkan nilai W(U) vs U,atau lengkung jenis kebalikan yang
dapat dibuat dengan memplotkan W(U) vs U pada grafik log-log dengan
W(U) sebagai sumbu vertical.
2. Metode cooper-jacob
Metode ini umumnya dikenal dengan nama metode Jacob. Merupakan
penurunan dari rumus theis, tetapi cara ini lebih konsisten dan lebih murah, karena
hanya dibutuhkan satu sumur pengamatan. Anggapan – anggapan yang harus
dipenuhi adalah sama dengan metode theis, tetapi nilai U mempunyai batasan lebih
kecil dari 0,01 sehingga r kecil dan t besar.
Dari penurunan metode theis, Jacob menurunkan persamaan penurunan muka
air tanah S menjadi:

Q r ² S´
S=
4πT (
−0.5772−¿
4πT )
Atau dapat ditulis dalam logaritma

2.3Q 2.25Tt
S=
4π T
log r ² S´
Keterangan :
S = Koefisien penyimpanan (m3/detik)
S´ = Koefisien tampungan selama pemompaan (m3/detik)
T = Tranmisivitas (m2/detik)
r = Radius suatu posisi dari sumur pemompaan (m)
Q = Debit pemompaan (ltr/detik)
Ada tiga cara didalam analisa lapangan yaitu:
20

a) Metode Jacob I,dengan menghubungkan S dan log t


b) Metode Jacob II,yaitu menghubungkan S dengan log r
c) Metode III,yaitu menghubungkan S dengan log t/r²
3. Metode pemulihan dari theis (theis recovery method)
Dengan mengambil anggapan – anggapan yang sama pada metode Jacob,
hasil data pengamatan pada waktu pemulihan kembali (recovery period) dapat
dianalisa dengan metode pemulihan dari theis, penurunan muka air yang diamati
adalah penurunan muka air sisa Ss.
Besarnya penurunan muka air sisa Ss menurut theis adalah:

Q
Ss = W(U) – W(U’)
4πT
r ²S´
Dimana : U =
4 Tt
r ²S´´
U´ =
4 Tt ´
Keterangan :
Ss = Penurunan muka air sisa (m)
S´´ = Koefisien tampungan selama pemulihan kembali (m)
S´ = Koefisien tampungan selama pemompaan (m)
U´ = Besar debit Q adalah konstan selama periode
T = Tranmisivitas (m2/detik)
r = Radius suatu posisi dari sumur pemompaan (m)
Q = Debit pemompaan (ltr/detik)
Pemulihan dan nilainya sama dengan Q rata-rata selama pemompaan, maka
dihasilkan persamaan:

2.3 t
Ss =
2π T
log t´
Keterangan:
21

Ss = Penurunan muka air sisa (m)


T = Tranmisivitas (m2/detik)
t = Interval waktu pemompaan + waktu uji pemulihan (detik)
t’ = Waktu selama pemulihan (detik)
2.2.7 Metode Penentuan sifat-sifat fisik
Dalam penentuan sifat-sifat fisik tanah dapat dilakukan dengan metode-
metode sebagai berikut:
1. Langsung pada contoh (pemboran)
Nilai berbagai contoh batuan atau jenis tanah yang sama pada umumnya
menunjukan perbedaan yang sangat menyolok. Penentuan formasi-formasi lepas,
seperti pasir dan lempung lunak, tidak dapat kita laksanakan dengan baik.
2. Tidak langsung pada lubang pemboran
Log electric atau electrical log yaitu grafik tidak terputus yang menunjukan
sifat-sifat elektrik berbagai formasi, diukur lewat penurunan sonda dengan berbagai
elektroda kedalam lubang pemboran.
3. Log caliper
Empat lengan yang dapat bergerak pada sonda ditekan oleh pegas sehingga
merapat pada dinding lubang. Panjang bentangan (sama dengan diameter lubang
pemboran) dicatat diluar. Beberapa formasi yang lembek, terutama yang berpori
pori dapat dengan mudah runtuh atau membilas sehingga lubang pemboran menjadi
lebih lebar. Diantara lubang pemboran perlu diketahui misalnya untuk mengukur
intensitas pancar gamma atau untuk menentukan suatu besaran lainnya.

4. Di permukaan
Metode geolistrik hampir sama dengan pengukuran daya hambat dengan
batuan elektroda pada jarak yang berbeda-beda dalam lubang pemboran. Pada jarak
22

elektroda ukur yang sama di permukaan, elektroda arus ditempatkan semakin jauh
satu dari yang lain, sehingga pengaruh yang ditimbulkan oleh lapisan yang lebih
dalam terhadap medan listrik jadi meningkat. Perubahan yang dicatat pada elektroda
ukur memberikan sebuah gambaran tentang daya hantar kearah kedalaman. Namun
demikian, penetrasi dapat dikatakan tidaklah begitu banyak terjadi. Interpretasi
hanyalah mungkin berdasarkan model-model yang sederhana dari paket lapisan
yang memiliki daya hambat tertentu.
2.2.8 Uji Pemompaan
Pemompaan uji yaitu memompa air dari suatu sumur dengan debit tertentu,
mengamati penurunan muka air selama pemompaan berlangsung dan mengamati
pemulihan kembali muka air setelah pompa dimatikan sesuai dengan selang waktu
tertentu.
Ada dua macam pemompaan uji,yaitu:
1. Pengujian sumur
Tujuan dilakukan pengujian sumur adalah untuk menetapkan kemampuan
sumur yang akan diproduksi. Dari debit Q dan penurunan muka air S yang diukur,
dapat diperoleh kapasitas jenis sumur atau sebaliknya penurunan jenis sumurnya.
Kapasitas jenis sumur merupakan produksi suatu sumur.
Menurut Jacob bahwa penurunan muka air sumur akibat pemompaan terdiri
atas dua komponen,yaitu:
a) akuifer loss (BQ) yaitu penurunan muka air sumur akibat pemompaan
b) yang disebabkan oleh aliran laminar pada akuifer nya sendiri. Besarnya
harga BQ ini bergerak secara linier terhadap perubahan debit pemompaan
dan sangat tergantung pada sifat hidrolika dari akuifer (formasi
geologinya),berarti kondisi itu tidak dapat berubah dan diperbaiki
(bersifat alami).
c) Well loss (CQ²) yaitu penurunan muka air disumur akibat pemompaan
disebabkan oleh aliran turbulen dalam sumur. Besarnya harga CQ² ini
23

bergerak secara kwadratis terhadap perubahan debit pemompaan dan


sangat tergantung dari sumur uji.
Besarnya total penurunan air disumur (Sw) dapat dinyatakan sebagai berikut:

Sw = BQ + CQ ²
Keterangan:
Sw = Total penurunan muka air (m)
BQ = Akuifer loss (m)
B = Koefisien akuifer loss(detik/m²)
CQ² = Well loss(m)
C = Koefisien well loss(detik/m²)
Factor development (fd) dinyatakan dengan:

C
Fd = X100
B
Keterangan :
C = Koefisien well loss(detik/m2)
B = Koefisien akuifer loss(detik/m2)
2. Pengujian akuifer
Disebut juga pengujian akuifer karena yang paling utama diuji adalah lapisan
pembawa airnya.
Tujuan dari pengujian ini adalah :
- Untuk memperoleh sifat hidraulis akuifernya (koefisien keterusan atau
tranmisivitas akuifer = T) dengan jalan menganalisa data pengamatan.
- Untuk menetapkan jenis akuifer yang dihadapai dan hasilnya bisa
menambah kepastian terhadap hasil analisa diskripsi geologinya, juga
memberikan keterangan atas besarnya debit hasil dan penurunan muka
air.
2.2.9 Potensi Air Tanah
24

Potensi air tanah adalah kekuatan gerakan pemindahan air. Keuntungan utama
dari konsep potensial adalah sumbangannya terhadap suatu pengukuran yang tidak
seragam dengan muka air tanah yang dapat dievaluasi pada suatu waktu dan setiap
waktu dalam tanah atmosfer (Hillel, 1980).
Potensi air tanah atau besarnya aliran tanah dapat diketahui dengan
persamaan :
Qp = T.i.L
Keterangan:
Qp = Potensi air tanah (ltr/detik)
T = Tranmisivitas (m2/detik)
i = Gradient hidrolik
L = Lebar aliran tanah (m)

2.2.10 Kebutuhan Air Bersih


Air adalah sebagai sumber kehidupan bagi makhluk di seluruh bumi, tetapi
juga memiliki manfaat yang digunakan dalam dunia perindustrian. Air juga
digunakan dalam skala besar seperti pada pabrik PT Kalimantan Kelapa Jaya, air
memiliki manfaat salah satu nya berguna untuk penyucian kelapa yang akan di
olah dan sebagainya. Kebutuhan pada PT Kalimantan Kelapa Jaya dapat dinilai
dengan persamaan berapa besar liter/hari.

2.3 Hasil Penelitian Terdahulu


25

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka


penyusunan penelitian ini. Kegunaanya untuk mengetahui hasil yang telah
dilakukan oleh peneliti terdahulu.

Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Penulis Judul Perguruan Kesimpulan

Abduh, Studi kapasita- Program magister 1. Berdasarkan dari hasil dan


muham- s debit air tan- teknik pengairan, perhitungan serta analisis data
mad ah pada akuif- Fakultas.Teknik U- sumur bor hasil studi, kondisi air
er tertekan di niversitas Brawija- tanah pada akuifer tertekan di
kota malang ya, 2012. kota Malang memiliki potensi air
tanah (Qp) antara 1,22 hingga
15,64 ltr/detik atau sebesar
105,41 hingga 1.351,30 m3 hari.
2. Debit optimum (Qopt.) yang
tersedia antara 0,66 hingga 9,03
ltr/detik atau sebesar 57,00
hingga 780,00 m3/hari.
Sumber:( Moh. Abduh,2012 )
Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penulis Judul Perguruan Kesimpulan


Priyanti Potensi air Fakultas Teknik 1. Dari perhitungan potensi akuifer
Rika tanah dalam Universitas tan- di daerah punggur kecil didapat
daerah Jungpura ponti- besarnya aliran air tanah pada
punggur kecil anak, 2003. daerah tersebut adalah 62 ltr/detik
kecamatan = 0.062m3/detik dengan jumlah
sungai kakap simpanan 320.25x106 m3,
kabupaten sedangkan besarnya kebutuhan
Pontianak air bersih penduduk pengguna air
tanah diproyeksikan pada tahun
2010 adalah sebesar 6.0384 lt/det
26

Penulis Judul Perguruan Kesimpulan


= 0.0060384 m3/det atau hanya
sebesar 9.739% dari aliran air
tanah di daerah punggur kecil. Ini
berarti jumlah potensi air tanah di
daerah punggur kecil yang ada
masih mencukupi kebutuhan air
penduduk.
2. Dari data log pengeboran,
diketahui letak akuifer tertekan
untuk daerah punggur kecil
ditemukan pada kedalaman 80 –
100 m.
Sumber:(rika priyanti,2003)

Anda mungkin juga menyukai