TINJAUAN PUSTAKA
4
5
Gambar 2.2. Peta Geologi Lembar Singkawang (lokasi penelitian ditandai titik merah)
9
Siklus hidrologi adalah suatu proses peredaran atau daur ulang air secara yang
berurutan secara terus-menerus. Pemanasan sinar matahari menjadi pengaruh pada
siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan bumi akan menguap bila terkena sinar
matahari. Pada ketinggian tertentu ketika temperatur semakin turun uap air akan
mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai hujan.
Pemanasan air laut oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi, kemudian
jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju
(sleet), hujan gerimis atau kabut.
Air adalah jenis sumber daya alam yang sangat penting di bumi. Bukan hanya
bagi manusia, namun juga bagi semua makhluk hidup. Ketersediaan air di daratan
bumi dapat tetap terjaga karena adanya hujan. Hujan dapat tercipta karena adanya
suatu mekanisme alam yang berlangsung secara siklus dan terus menerus.
11
1. Evaporasi
Evaporasi ialah tahap pertama dalam siklus hidrologi yang mana pada tahap
ini air yang berada di sungai dan lainnya menguap. Sungai, danau dan laut serta
tempat lainnya dianggap sebagai badan air lalu air yang menguap akan menjadi uap
air. Air yang ada di seluruh badan air menguap karena panasnya sinar matahari dan
penguapannya disebut evaporasi.
Penguapan atau evaporasi adalah proses perubahan molekul cair menjadi
molekul gas, maka air berubah menjadi uap. Penguapan yang terjadi menimbulkan
efek naiknya air yang telah berubah menjadi gas ke atas atau ke atmosfer. Sinar
matahari ialah pendukung utama dalam tahap evaporasi sehingga semakin terik
sinarnya, semakin besar molekul air yang terangkat.
2. Transpirasi
12
3. Presipitasi
Proses yang selanjutnya ialah presipitasi yaitu tahap mencairnya awan karena
tidak mampu lagi menahan suhu yang semakin meningkat. Pada tahap inilah akan
terjadi salah satu gejala alam yang dinamakan hujan dengan ciri jatuhnya butiran air
ke permukaan bumi. Bila suhu yang ada di sekitar kurang dari 0 derajat celcius,
kemungkinan akan terjadi hujan salju atau bahkan es.
4. Infiltrasi
Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air hujan maupun air permukaan ke
dalam tanah (bawah permukaan) melalui celah ataupun ruang pori tanah dan batuan.
Air yang hanya sampai dilapisan atas tanah sebagian akan diserap dan sebagian lagi
secara bertahap akan menguap. Sedangkan air yang mampu masuk ke bagian tanah
lebih dalam, biasanya akan tertampung dalam akuifer dan selanjutnya akan terbawa
ke sungai atau danau melalui aliran bawah permukaan.
5. Perkolasi
13
Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu
lapisan tanah ke lapisan jenuh air. Perkolasi juga merupakan air yang meresap terus
sampai kedalaman tertentu hingga mencapai air tanah atau groundwater.
2.2.2 Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah
permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang
keberadaannya terbatas dan kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas
serta pemulihannya sulit dilakukan.
Menurut Budhikuswansusilo (2008), air tanah (groundwater) adalah nama
untuk menggambarkan air yang tersimpan di bawah tanah dalam batuan yang
permeabel. Periode penyimpanannya dapat berbeda waktunya bergantung dari
kondisi geologinya (beberapa minggu – tahun). Pergerakan air tanah dapat muncul
ke permukaan, dengan manifestasinya sebagai mata air (spring) atau sungai (river).
Menurut Herlambang (1996:5) air tanah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akuifer. Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat
pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan
impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang dapat menangkap
dan meloloskan air disebut akuifer.
Adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi materialnya kedap air
tak dapat mengalirkan air ke dalam sumur contohnya lapisan lempung.
3. Akuifug
Adalah lapisan yang tak dapat menyimpan air dan tak dapat melewatkan air ke
dalam sumur contohnya batuan beku terdiri dari granit,andesit,dan basalt.
4. Akuitard
Adalah lapisan batuan yang jenuh air tapi kelulusannya rendah tak dapat
mengalirkan airnya secara bebas tapi dapat memindahkan air ke akuifer yang lain
contohnya lempung pasiran/lanau pasiran.
2.2.4 Jenis – Jenis Akuifer
Berdasarkan susunan lapisan geologi menurut kruseman (1994),bahwa akuifer
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:
1. Akuifer bebas (unconfined aquifer)
Yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisi oleh air dan berada di atas
lapisan kedap air. Permukaan tanah pada aquifer ini disebut dengan water table
yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik sama dengan atmosfer.
V m/detik
K= = = m/detik
dh/dl m/m
Keterangan :
dh/dl = Gradient hidrolik
V = Kecepatan aliran (m/detik)
K = Koefisien kelulusan (m/detik)
17
T = K.b
Keterangan:
K = Koefisien kelulusan (m.detik)
b = Ketebalan akuifer (m)
T = Tranmisivitas (m²/detik)
Rumus theis:
q Q
S= W(U) atau T = W(U)
4πT 4πS
Sedangkan
19
r ² S´ 4T
U= atau S’ = U
4.T .t r ²/ t
Nilai W(U) didapat dengan menggunakan jenis normal yang dibuat
dengan memplotkan nilai W(U) vs U,atau lengkung jenis kebalikan yang
dapat dibuat dengan memplotkan W(U) vs U pada grafik log-log dengan
W(U) sebagai sumbu vertical.
2. Metode cooper-jacob
Metode ini umumnya dikenal dengan nama metode Jacob. Merupakan
penurunan dari rumus theis, tetapi cara ini lebih konsisten dan lebih murah, karena
hanya dibutuhkan satu sumur pengamatan. Anggapan – anggapan yang harus
dipenuhi adalah sama dengan metode theis, tetapi nilai U mempunyai batasan lebih
kecil dari 0,01 sehingga r kecil dan t besar.
Dari penurunan metode theis, Jacob menurunkan persamaan penurunan muka
air tanah S menjadi:
Q r ² S´
S=
4πT (
−0.5772−¿
4πT )
Atau dapat ditulis dalam logaritma
2.3Q 2.25Tt
S=
4π T
log r ² S´
Keterangan :
S = Koefisien penyimpanan (m3/detik)
S´ = Koefisien tampungan selama pemompaan (m3/detik)
T = Tranmisivitas (m2/detik)
r = Radius suatu posisi dari sumur pemompaan (m)
Q = Debit pemompaan (ltr/detik)
Ada tiga cara didalam analisa lapangan yaitu:
20
Q
Ss = W(U) – W(U’)
4πT
r ²S´
Dimana : U =
4 Tt
r ²S´´
U´ =
4 Tt ´
Keterangan :
Ss = Penurunan muka air sisa (m)
S´´ = Koefisien tampungan selama pemulihan kembali (m)
S´ = Koefisien tampungan selama pemompaan (m)
U´ = Besar debit Q adalah konstan selama periode
T = Tranmisivitas (m2/detik)
r = Radius suatu posisi dari sumur pemompaan (m)
Q = Debit pemompaan (ltr/detik)
Pemulihan dan nilainya sama dengan Q rata-rata selama pemompaan, maka
dihasilkan persamaan:
2.3 t
Ss =
2π T
log t´
Keterangan:
21
4. Di permukaan
Metode geolistrik hampir sama dengan pengukuran daya hambat dengan
batuan elektroda pada jarak yang berbeda-beda dalam lubang pemboran. Pada jarak
22
elektroda ukur yang sama di permukaan, elektroda arus ditempatkan semakin jauh
satu dari yang lain, sehingga pengaruh yang ditimbulkan oleh lapisan yang lebih
dalam terhadap medan listrik jadi meningkat. Perubahan yang dicatat pada elektroda
ukur memberikan sebuah gambaran tentang daya hantar kearah kedalaman. Namun
demikian, penetrasi dapat dikatakan tidaklah begitu banyak terjadi. Interpretasi
hanyalah mungkin berdasarkan model-model yang sederhana dari paket lapisan
yang memiliki daya hambat tertentu.
2.2.8 Uji Pemompaan
Pemompaan uji yaitu memompa air dari suatu sumur dengan debit tertentu,
mengamati penurunan muka air selama pemompaan berlangsung dan mengamati
pemulihan kembali muka air setelah pompa dimatikan sesuai dengan selang waktu
tertentu.
Ada dua macam pemompaan uji,yaitu:
1. Pengujian sumur
Tujuan dilakukan pengujian sumur adalah untuk menetapkan kemampuan
sumur yang akan diproduksi. Dari debit Q dan penurunan muka air S yang diukur,
dapat diperoleh kapasitas jenis sumur atau sebaliknya penurunan jenis sumurnya.
Kapasitas jenis sumur merupakan produksi suatu sumur.
Menurut Jacob bahwa penurunan muka air sumur akibat pemompaan terdiri
atas dua komponen,yaitu:
a) akuifer loss (BQ) yaitu penurunan muka air sumur akibat pemompaan
b) yang disebabkan oleh aliran laminar pada akuifer nya sendiri. Besarnya
harga BQ ini bergerak secara linier terhadap perubahan debit pemompaan
dan sangat tergantung pada sifat hidrolika dari akuifer (formasi
geologinya),berarti kondisi itu tidak dapat berubah dan diperbaiki
(bersifat alami).
c) Well loss (CQ²) yaitu penurunan muka air disumur akibat pemompaan
disebabkan oleh aliran turbulen dalam sumur. Besarnya harga CQ² ini
23
Sw = BQ + CQ ²
Keterangan:
Sw = Total penurunan muka air (m)
BQ = Akuifer loss (m)
B = Koefisien akuifer loss(detik/m²)
CQ² = Well loss(m)
C = Koefisien well loss(detik/m²)
Factor development (fd) dinyatakan dengan:
C
Fd = X100
B
Keterangan :
C = Koefisien well loss(detik/m2)
B = Koefisien akuifer loss(detik/m2)
2. Pengujian akuifer
Disebut juga pengujian akuifer karena yang paling utama diuji adalah lapisan
pembawa airnya.
Tujuan dari pengujian ini adalah :
- Untuk memperoleh sifat hidraulis akuifernya (koefisien keterusan atau
tranmisivitas akuifer = T) dengan jalan menganalisa data pengamatan.
- Untuk menetapkan jenis akuifer yang dihadapai dan hasilnya bisa
menambah kepastian terhadap hasil analisa diskripsi geologinya, juga
memberikan keterangan atas besarnya debit hasil dan penurunan muka
air.
2.2.9 Potensi Air Tanah
24
Potensi air tanah adalah kekuatan gerakan pemindahan air. Keuntungan utama
dari konsep potensial adalah sumbangannya terhadap suatu pengukuran yang tidak
seragam dengan muka air tanah yang dapat dievaluasi pada suatu waktu dan setiap
waktu dalam tanah atmosfer (Hillel, 1980).
Potensi air tanah atau besarnya aliran tanah dapat diketahui dengan
persamaan :
Qp = T.i.L
Keterangan:
Qp = Potensi air tanah (ltr/detik)
T = Tranmisivitas (m2/detik)
i = Gradient hidrolik
L = Lebar aliran tanah (m)