yang sangat kuat.Bauksit terbentuk dari hasil pelapukan intensif dari batuan asal dengan
kadar Al tinggi, kadar Fe rendah dan kadar SiO2 rendah atau tidak ada sama sekali.
Bentuknya menyerupai cellular atau tanah liat dan kadang kadang berstruktur pisolitic. Secara
makroskopis bauksit berbentuk amorf. Kekerasan bauksit berkisar antara 1 – 3 skala Mohs
dan berat jenis berkisar antara 2,5 – 2,6.
Batuan asal dapat berupa batuan basal, nephelin-syenite, hornfels yang mengalami laterisasi.
Secara umum dikenal dua jenis bauksit yaitu :
a. Terarosa, jenis bauksit yang merupakan fraksi-fraksi yang larut dari seluruh masa batuan
dolomit dan terdapat di daerah Mediteran dengan kandungan utama diaspore.
b. Laterite, jenis bauksit yang banyak mengandung aluminium di daerah tropis dalam bentuk
gibbsite.
Batuan-batuan asal akan mengalami proses laterisasi yang tejadi karena pergantian
temperatur secara terus menerus sehingga batuan mengalami pelapukan pada permulaan
pelapukan, alkali tanah serta sebagian silikat dilitifikasi, silikat pada tanah dengan ph 5
sampai 7 akan larut secara baik. Demikian juga dengan kaolin bebas akan larut dalam air
yang bersifat asam. Proses ini meninggalkan basa-basa lemah (komponen laterit) dari
aluminium besi dan titan yang kemudian membentuk endapan aluvial.
Selanjutnya unsur-unsur yang mudah larut seperti Na, K, Mg, dan Ca dihanyutkan oleh air,
maka warna hidroksida besi lambat laun berubah dari hitam menjadi coklat kemerahan dan
akhirnya menjadi merah. Lithifikasi selanjutnya akan membentuk laterit, dan laterit
mengalami suatu proses pemerkayaan hidroksida aluminium (A12(OH)3), dilanjutkan
dengan proses dehidrasi sehingga mengeras menjadi bauksit.
Bauksit yang terdapat di Pulau Bintan dan pulau-pulau sekitamya menurut R. W. Van
Bemellen berasal dari batuan hornfels yaitu sejenis batuan yang berwarna hitam afanitik,
dimana batuan ini terbreksikan, selain itu ada juga granit, andesit, dolerite, gabro, basalt,
hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat dan
lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan
oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu yang
cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan menghasilkan endapan lateritik.
Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat utama dalam
pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas dan lamanya proses
laterisasi.
Untuk mengetahui susunan lapisan batuan mulai dari permukaan sampai dengan batuan
asalnya (dasar) yang belum lapuk, Nederland Indische Bauxiet Exploitatie Maatschappij
(NIBEM) tahun 1935 telah membuat sumur uji di sungai Kolak dengan kedalaman total 54
meter yang terdiri dari empat zona, yaitu :
• Zona I (0-7 meter), endapan bauksit (kondisi Al dan konkresi Fe dengan Schist lempung
(clay schit).
• Zona II ( 7-27 meter), tanah liat yang tidak mengandung batuan asal.
• Zona III (27-52 meter), tanah liat disertai potongan batu asal yang belum lapuk.
• Zona IV (>52 meter), batuan asal yang belum lapuk sama sekali.
o Riau : P.Bulan, P.Bintan (kandungan SiO2 = 4,9%,Fe2O3 = 10,2%, TiO2 = 0,8%, Al2O3
=54,4%),
o P.Lobang (kepulauan Riau), P.Kijang (kandungan SiO2= 2,5%, Fe2O3 = 2,5%, TiO2 =
0,25%, Al2O3 =61,5%, H2O = 33%), merupakan akhir pelapukan lateritic setempat, selain
ditempat tersebut terdapat juga diwilayah lain yaitu, Galang, Wacokek, Tanah
Merah,dan daerah searang.
Potensi Bauksit di Indonesia [Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara,
2005].
Persebaran mineral besi oksida cukup mendominasi jika dilihat pada kenampakan sayatan
tipis karena mineral besi oksida merupakan semen pada tekstur konkresi. Mineral besi oksida
dan kuarsa menunjukkan tahap pelarutan mineral-mineral mobile pada proses pembentukkan
bauksit belum berlangsung secara efektif. Kehadiran mineral aluminium hidroksida yang
sedikit menunjukkan sirkulasi air pada proses pembentukkan bauksit tidak bekerja secara
dominan.
hasil analisis XRD semi-kuantitatif. Mineralogi penyusun bauksit dari kedua batuan induk yang
berbeda, memiliki variasi kelimpahan yang berbeda juga :
Bauksit gabro mengandung mineral aluminium hidroksida berupa buhmit dan goetit yang
dominan. Mineral buhmit yang dominan menandakan pada proses pembentukkan bauksit,
sirkulasi air telah mengalami penurunan, sehingga dari awal mula aluminium hidroksida
yang terbentuk gibsit, telah mengalami dehidrasi sehingga mengalami pengerasan dan
membentuk mineral buhmit. Hadirnya mineral goetit yang menggambarkan sirkulasi air
yang dominan saat proses pembentukkan bauksit.
Geokimia bauksit pada penelitian ini diketahui melalui analisis XRF. Bauksit pada daerah
penelitian yang berasal dari dua batuan induk yang berbeda akan menghasilkan karakteristik
geokimia yang juga berbeda :
Proses pemasakan bijih alumina dan NaOH membutuhkan temperatur yang tinggi untuk
melarutkan bauksit dalam larutan NaOH pada tahap ekstraksi (Seecharran, 1979). Tinggi dan
rendahnya temperatur proses ekstraksi tergantung dari komposisi mineral dari bauksit yang
digunakan (Cardarelli, 2008, dalam Amalia dan Aziz, 2011), seperti yang dijelaskan pada
Tabel 1. Tahap ekstraksi bauksit yaitu tahap melarutkan mineral aluminium hidroksida yang
terdapat pada bauksit dengan menggunakan larutan basa kuat atau larutan NaOH dan
temperatur tinggi.
Sedangkan bauksit yang berasal dari granodiorit akan memerlukan larutan NaOH yang cukup
banyak, namun pada tahapan ekstraksi proses Bayer penggunaan larutan NaOH kurang
efisien karena akan lebih bereaksi dengan unsur SiO2 dibandingkan unsur Al2O3.
Berdasarkan kadar silika dari kedua jenis batuan induk, meskipun bauksit dari gabro
mengandung silika yang lebih sedikit dibandingkan bauksit yang berasal dari granodiorit,
namun kadar silika pada kedua batuan induk termasuk dalam kategori bauksit dengan kadar
silika yang tinggi. Menurut Gow dan Gian, 1993 bauksit yang ekonomis untuk ditambang
menurut standar metalurgi memiliki komponen :
Al2O3 > 45%,
Fe2O3 < 20%,
SiO2 < 5%
Input Data Secara Computerized dan Perhitungan Cadangan
Setelah dilakukan pengukuran grid, penggalian , sampling, dan preparasi maka dilakukan
input data. Input data yang dilakukan di sini adalah input data secara manual (untuk laporan
harian) dan secara computerized (untuk data base). Data-data yang dimasukkan antara lain:
4. Penghitungan cadangan
Setelah dilakukan input data, baik secara manual maupun computerized, hasil data maka akan
dilakukan penghitungan cadangan untuk menghitung jumlah total ore tercuci (weight metric ton)
yang ada pada suatu lokasi eksplorasi. Rumus perhitungan ini adalah:
Cadangan = Luas Pengaruh x CF x Tebal Ore x Berat Jenis
Loss on ignition (LOI) adalah tes yang digunakan dalam kimia analitik anorganik dan ilmu
tanah, khususnya dalam analisis mineral dan susunan kimiawi tanah. Ini terdiri dari
pemanasan kuat ( "menyalakan" ) sampel material pada suhu tertentu, memungkinkan zat
yang mudah menguap keluar, sampai massanya berhenti berubah. Ini dapat dilakukan di
udara, atau di atmosfer reaktif atau inert lainnya.
Perhitungan Cut Of Grade (COG) mineral yang memiliki kadar, kadar rata rata dari
suatu mineral yang masih menguntungkan Perhitungan Cut Of Grade (COG) mineral
yang memiliki kadar, kadar rata rata dari suatu mineral yang masih menguntungkan
Data log bor bauksit yang dibutuhkan untuk membuat block model dibagi menjadi empat
yakni :
1)Data Collar
Data collar, merupakan data yang meliputi nama titik bor, koordinat titik bor, elevasi titik
bor, dan ke dalaman lubang bor bauksit yang didapat dari hasil pemboran.
2)Data geologi
Data Geologi merupakan data yang meliputi nama titik bor, batas kedalaman lapisan atas
(top), batas kedalaman lapisan bawah (bottom), ketebalan (thickness), nama kedudukan
batuan (Regolith Type) dengan nama lain yaitu stratigrafi, dan kode litologi. Pada kode
litologi terdapat keterangan top soil atau tanah pucuk, clay bauksit laterit, overburden dan
interburden.
3)Data Survey
Data survey, merupakan data yang meliputi nama titik bor, total kedalaman titik bor (max
depth), Kemiringan (dip) dan Azimuth. Pada lokasi penelitian, data pemboran yang diambil
semuanya tegak lurus atau vertikal.
4)Data Assay
Data Assay merupakan data analisis kualitas bauksit yang meliputi data tentang hasil analisis
laboratorium pada coring bauksit. Data kualitas bauksit terdiri dari nama titik bor (hole id),
batas kedalaman lapisan atas (top), batas kedalaman lapisan bawah (bottom), nomor sampel
bauksit, kadar Al2O3, kadar SiO2, kadar Fe2O3, kadar TiO2, kadar P2O3, dan concretion
factor atau faktor pengembang.