Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

GEOMORFOLOGI KARST

DOSEN:

IR. MUH. DARWIS, M.SI

DI SUSUN OLEH:

FADEL ANUGRAH

(200109502004)

PENDIDIKAN GEOGRAFI (B)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Geomorfologi karst tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Geomorfologi Dasar. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang karst bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Parigi Moutong, 21 April 2021

Fadel Anugrah

ii
DAFTAR ISI

Halaman sampul..........................................................................................................................i

Kata pengantar...........................................................................................................................ii

Daftar isi...................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar belakang..........................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan.......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................................4
2.1 Bentuk lahan solusional (karst)................................................................................4
2.2 Ciri-ciri, faktor, dan syarat terbentuknya bentuk lahan karst...................................4
2.3 Proses terbentuknya bentuk lahan karst atau karstifikasi.........................................8
2.4Klasifikasi bentuk lahan karst...................................................................................8
2.5Macam-macam bentuk lahan karst..........................................................................15
2.6 Stadia perkembangan topografi karst.....................................................................30
2.7Persebaran karst di Indonesia..................................................................................31
BAB III PENUTUP................................................................................................................33
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................33
3.2 Saran.......................................................................................................................34
Daftar Pustaka........................................................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno, terdiri dari tiga kata yaitu Geo yang
berarti bumi, morphe yang berarti bentuk dan logos yang mempunyai arti ilmu. Sehingga
kata geomorfologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk permukaan
bumi. Sedangkan secara istilah sendiri, geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari
tentang bentang lahan di permukaan bumi dan proses terjadinya. Menurut Worcester
(1939) geomorfologi adalah deskripsi dan tafsiran dari bentuk roman muka bumi.
Deskripsi ini lebih luas dari sekedar ilmu pengetahuan tentang bentang alam, sebab
termasuk pembahasan tentang kejadian bumi secara umum, seperti pembentukan
cekungan lautan dan paparan benua, serta bentuk-bentuk struktur yang lebih kecil dari
yang disebutkan diatas, seperti plain, plateau, mountain dan sebagainya.
Ilmu geomorfologi merupakan salah satu cabang dari ilmu geografi, yang mana
geomorfologi sendiri mempelajari mengenai bentuk muka bumi, yang meliputi bentang
alam (landscape) sampai pada bagian terkecil yaitu bentuklahan (landform). Menurut
Whitton (1984) menyatakan bahwa bentuklahan merupakan morfologi dan karakteristik
permukaan lahan sebagai hasil interaksi antara proses fisik dan gerakan kerak dengan
geologi lapisan permukaan bumi.
Istilah bentang lahan berasal dari bahasa inggris yaitu landscape yang secara umum
memiliki arti pemandangan. Arti dari kata pemandangan sendiri mengandung dua aspek
yaitu aspek visual dan aspek estetika pada suatu lingkungan tertentu (Zonneveld, 1979
dalam Tim Fakultas Geografi UGM, 1996). Bentuklahan merupakan bentuk pada
permukaan bumi sebagai hasil perubahan bentuk permukaan bumi melalui proses
geomorfologi yang beroperasi di permukaan bumi baik dalam maupun luar, yang
mencakup semua perubahan fisik maupun perubahan kimia yang terjadi dipermukaan
bumi yang disebabkan oleh tenaga geomorfologi. Salah satunya adalah bentuklahan asal
struktural yang merupakan kelompok besar satuan bentuklahan yang terjadi akibat
pengaruh kuat struktur geologis, yaitu struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat
pergerakan tektonik dalam kurun waktu tertentu. Misalnya proses pengangkatan,
penurunan dan pelipatan kerak bumi. Contohnya pegunungan lipatan, pegunungan
patahan dan pegunungan kubah.

1
Hubungan geomorfologi dengan kehidupan manusia adalah dengan adanya
pegunungan-pegunungan, lembah, bukit,baik yang ada didarat maupun didasar laut serta
dengan adanya bencana alam seperti gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor dan
sebagainya yang berhubungan dengan lahan yang ada di bumi akan mendorong manusia
untuk melakukan pengamatan dan mempelajari benuk-bentuk geomorfologi yang ada di
bumi. Baik yang berpotensi berbahaya maupun aman sehingga dapat dilakukan
pengamatan dan identifikasi bentuklahan.
Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa
Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah ‘krst / krast’ yang merupakan nama suatu
kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste. Moore
and Sullivan (1978) menyebutkan bahwa istilah karst diperoleh dari bahasa Slovenia,
terdiri dari kar (batuan) dan hrast (oak), dan digunakan pertama kali oleh pembuat peta-
peta Austria mulai tahun 1774 sebagai suatu nama untuk daerah berbatuan gamping
berhutan oak di daerah yang bergoa di sebelah Barat laut Yugoslavia dan sebelah Timur
Laut Italia. Beberapa ilmuwan lain menyebutkan pula bahwa asal mula ditemukannya
daerah yang akhirnya dinamakan karst adalah karena akibat adanya perumputan
(grassing) oleh ternakternak pada suatu kawasan, sehingga tersingkaplah batuan dan
fenomena didalamnya yang ternyata sangat khas dan unik. Istilah karst ini akhirnya
dipakai untuk menyebut semua kawasan berbatuan gamping di seluruh dunia yang
mempunyai keunikan dan spesifikasi yang sama, karena proses pelarutan (solusional),
bahkan berlaku pula untuk fenomena pelarutan pada batuan lain seperti gypsum, serta
batuan garam dan anhidratnya. Beberapa istilah dalam karst yang juga diambil dari
daerah ini diantaranya adalah bentukan Polje yang merupakan nama suatu kota di
Yugoslavia, Beberapa istilah bentukan karst yang lain diantaranya adalah bukit dan tower
karst, diaklas, pinacle, cockpit, uvala, doline, sinkhole, goa, lapies, speleothem, sungai
bawah tanah, dll. Bebarapa ahli menggunakan karst sebagai istilah untuk medan dengan
batuan gamping yang dicirikan oleh drainase permukaan yang langka, solum tanah tipis
dan hanya setempatsetempat, terdapatnya cekungan-sekungan tertutup (dolin), dan
terdapatnya sistem drainase bawah tanah (Summerfield, 1991). Ford dan Wiliam (1996)
mendefinisikan secara lebih umum sebagai medan dengan karakteristik hidrologi dan
bentuklahan yang diakibatkan oleh kombinasi dari batuan mudah larut dan mempunyai
porositas sekunder yang berkembang baik. Karst sebenarnya tidak hanya terjadi di batuan
karbonat, namun sebagian besar karst berkembang di batugamping. Ciri utama kawasan
karst adalah terdapatnya cekungancekungan tertutup yang disebut sebagai dolin. Apabila
2
dolin saling menyatu membentuk uvala. Di beberapa tempat, dolin dapat terisi air
membentuk danau dolin. Kenampakan permukaan daerah karst selain doline dan uvala
adalah polje, ponor, pinacle, menara karst, atau kubah karst. Kombinasi dolin dan kubah
menyebabkan panorama karst menjadi unik dengan bukit-bukit yang terhampar luas.
Keunikan lain dari kawasan karst adalah keberadaan goa dan sungai bawah tanah. Goa-
goa tersebut pada umumnya bertingkat dengan ukuran kurang dari satu meter hingga
ratusan meter persegi dengan bentuk vertikal miring maupun horisontal. Goa-goa karst
hampir semuanya dihiasi dengan ornamen (speleothem) yang sangat beragam dari mulai
yang sangat kecil (helectite) hingga yang sangat besar (column) dengan bentuk dan warna
yang bervariasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bentuk lahan solusional(karst)?
2. Apa saja ciri-ciri, faktor, dan syarat tebentuknya bentuk lahan karst ?
3. Bagaimana proses terbentuknya bentuk lahan karst ?
4. Apa saja klasifikasi bentuk lahan karst ?
5. Apa saja macam-macam bentuk lahan karst ?
6. Bagaimana stadia perkembangan topografi karst ?
7. Bagaimana persebaran karst di Indonesia?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian bentuk lahan karst.


2. Mengetahui ciri-ciri, faktor, dan syarat terbentuknya bentuk lahan karst.
3. Mengetahui proses terbentuknya bentuk lahan karst.
4. Mengetahui klasifikasi bentuk lahan karst.
5. Mengetahui macam-macam bentuk lahan karst.
6. Mengetahui stadia perkembangan topografi karst.
7. Mengetahui persebaran karst di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Lahan Solusional (Karst)

Proses solusi atau pelarutan terjadi di daerah yang tersusun dari batu kapur
(limestone). Pelarutan terhadap beberapa bentuk permukaan bumi pada umumnya
disebabkan oleh aliran air, jika pelarutan ini menimpa daerah limestone maka topografi
yang dihasilkan adalah topografi kars. Karst berasal dari bahasa Jerman yang diturunkan
dari bahasa Slovenia (kras) yang artinya lahan gersang berbatu. Islilah karst dalam
terminologi ilmu kebumian, mengandung makna sebagai suatu bentangalam, yang secara
khusus berkembang pada batuan yang mudah larut, utamanya batuan karbonat, karena
proses karstifikasi yang berjalan selama waktu dan ruang geologi yang tersedia. Karst
tidak hanya terjadi di daerah berbatuan karbonat, tetapi terjadi juga di batuan lain yang
mudah larut dan mempunyai porositas sekunder (kekar dan sesar intensif) seperti batuan
gypsum dan batu garam. Proses karstifikasi dikendalikan oleh struktur geologi, sifat dan
jenis batuan karbonat, kondisi iklim, serta karakteristik hidrogeologis. Fenomena dan
unsur-unsur bentang alam karst yang terdapat di suatu daerah atau wilayah disebut
kawasan karst (karst terrain). Kawasan karst memiliki nilai-nilai biotik dan abiotik yang
tinggi, serta memiliki keterkaitan dan ketergantungan yang erat, serta membentuk suatu
ekosistem karst yang sangat khas (Samodra, 2001).

2.2 Ciri-ciri, Faktor, dan Syarat Terbentuknya Bentuklahan Solusional

2.2.1 Ciri-ciri Karst

Karst merupakan penyimpan air sebagai sistem hidrologi yang unik.


Porositas yang baik dan batuan yang mudah larut merupakan ciri tersendiri di
kawasan karst. Karst dicirikan oleh (Haryono dan Adji, 2013) :

1. Terdapat cekungan tertutup dan lembah kering dalam berbagai ukuran dan
bentuk
2. Tidak terdapat pengaliran atau sungai permukaan
3. Terdapat gua dari sistem pengaliran bawah permukaan tanah

4
2.2.2 Faktor Terbentuknya Karst

Faktor-faktor yang mempengaruhi Bentang Alam Karst

1. Faktor Fisik

Faktor-faktor fisik yang mempengaruhi pembentukan topografi karst


meliputi:

a. Ketebalan batugamping, yang baik untuk perkembangan karst adalah batu


gamping yang tebal, dapat masif atau yang terdiri dari beberapa lapisan dan
membentuk unit batuan yang tebal, sehingga mampu menampilkan topografi
karst sebelum habis terlarutkan. Namun yang paling baik adalah batuan yang
masif, karena pada batugamping berlapis biasanya terdapat lempung yang
terkonsentrasi pada bidang perlapisan, sehingga mengurangi kebebasan
sirkulasi air untuk menembus seluruh lapisan.
b. Porositas dan permeabilitas, berpengaruh dalam sirkulari air dalam batuan.
Semakin besar porositas sirkulasi air akan semakin lancar sehingga proses
karstifikasi akan semakin intensif.
c. Intensitas struktur (kekar), zona kekar adlah zona lemah yang mudah
mengalami pelarutan dan erosi sehingga dengan adanya kekar dalam batuan,
proses pelarutan berlangsung intensif. Kekar yang baik untuk proses
karstifikasi adalah kekar berpasangan (kekar gerus), karena kekar tsb
berpasangan sehingga mempertinggi porositas dan permeabilitas. Namun
apabila intensitas kekar sangat tinggi batuan akan mudah tererosi atau hancur
sehingga proses karstifikasi terhambat.
2. Faktor Kimiawi
Faktor-faktor kimiawi yang mempengaruhi pembentukan topografi karst
meliputi:
a. Kondisi kimia batuan, dalam pembentukan topografi kars diperlukan
sedikitnya 60% kalsit dalam batuan dan yang paling baik diperlukan 90%
kalsit.
b. Kondisi kimia media pelarut, dalam proses karstifikasi media pelarutnya
adalah air, kondisi kimia air ini sangat berpengaruh terhadap proses
karstifikasi Kalsit sulit larut dalam air murni, tetapi mudah larut dalam air
yang mengandung asam. Air hujan mengikat CO2 di udara dan dari tanah

5
membentuk larutan yang bersifat asam yaitu asam karbonat (H2CO3).
Larutan inilah yang sangat baik untuk melarutkan batugamping.
3. Faktor Biologis

Aktivitas tumbuhan dan mikrobiologi dapat menghasilkan humus yang


menutup batuan dasar, mengakibatkan kondisi anaerobic sehingga air
permukaan masuk ke zona anaerobic, tekanan parsial CO2 akan meningkat
sehingga kemampuan melarutkannya juga meningkat.

4. Faktor Iklim dan Kondisi lingkungan


Faktor iklim dan kondisi lingkungan yang mendukung adalah adanya
lembah besar yang mengelilingi tempat yang tinggi yang terdiri dari batuan yang
mudah larut (batugamping) yang terkekarkan intensif. Kondisi lingkungan di
sekitar batugamping harus lebih rendah sehingga sirkulasi air berjalan dengan
baik, sehingga proses karstifikasi berjalan dengan intensif.
2.2.3 Syarat Terbentuknya Bentuklahan Solusional (Karst)

Ada beberapa syarat terbentuknya bentuklahan solusional (karst) yaitu :

1. Terdapat batuan yang mudah larut

Batuan yang mengandung CaCO3 tinggi akan mudah larut. Jika


kandungan CaCO3 pada batuan tersebut tinggi, maka bentuk lahan karst akan
semakin berkembang.

2. Kekompakan batuan
Kestabilan morfologi karst ditentukan oleh kekompakan batuan setelah
mengalami pelarutan. Apabila batuan lunak, maka setiap kenampakan karst
yang terbentuk seperti karen dan bukit akan cepat hilang karena proses
pelarutan itu sendiri maupun proses erosi dan gerak masa batuan, sehingga
kenampakan karst tidak dapat berkembang baik.
3. Mempunyai lapisan batuan yang tebal
Ketebalan menentukan terbentuknya sirkulasi air secara vertikal lebih.
Tanpa ada lapisan yang tebal, sirkulasi air secara vertikal yang merupakan
syarat karstifikasi tidak dapat berlangsung.

6
4. Banyak terdapat diaklas atau retakan
Jalan masuknya air membentuk drainase vertikal dan berkembangnya
sungai bawah tanah serta pelarutan yang terkonsentrasi adalah melalui
retakan. Batuan karbonat yang memiliki banyak diaklas akan memudahkan
air ntuk melarutkan CaCO3. Sebab itu, batuan karbonat yang memiiki sedikit
diaklas atau tidak memiliki diaklas sama sekalipun terdapat pada daerah
curah hujan tinggi, tidak akan membentuk topografi karst.
5. Curah hujan yang cukup (>250 mm/tahun)
Curah hujan merupakan media pelarut utama dalam karstifikasi.
Semakin besar curah hujan, semakin besar media pelarut, sehingga tingkat
pelarutan yang terjadi di batuan karbonat juga semakin besar. Ketinggian
batu gamping terekspos di permukaan menentukan sirkulasi atau drainase
secara vertikal. Darinase vertikal akan terjadi apabila jarak antara permukaan
gamping dengan muka air tanah atau batuan dasar dari batu gamping semakin
besar. Semakin tinggi permukaan batu gamping terekspose, semakin besar
jarak antara permukaan batu gamping dengan permukaan tanah dan semakin
baik sirkulasi air secara vertikal, serta semakin intensif proses karstifikasi.
6. Temperature
Proses karstifikasi didorong oleh temperatur utamanya dalam
kaitannya dengan aktivitas organisme. Daerah dengan temperatur hangat
seperti di daerah tropis merupakan tempat yang ideal bagi perkembangan
organisme yang selanjutnya menghasilkan CO2 dalam tanah yang melimpah.
Temperatur juga menentukan evaporasi, semakin tinggi temperatur semakin
besar evaporasi yang pada akhirnya menyebabkan kekristalisasi larutan
karbonat di permukaan dan dekat permukaan tanah. Adanya kekristalisasi ini
akan membuat pengerasan permukaan (case hardening) sehingga bentuk
lahan karst yang telah terbentuk dapat dipertahankan dari proses denudasi
yang lain (erosi dan gerak masa batuan).
7. Penutupan batuan
Hutan yang lebat akan mempunyai kandungan CO2 dalam tanah yang
melimpah akibat dari hasil perombakan sisa-sisa organik (dahan, ranting,
daun, dan bangkai binatang) oleh mikroorganisme. Semakin besar
konsentrasi CO2dalam air semakin tinggi tingkat daya larut air terhadap batu

7
gamping. CO2di atmosfer tidak bervariasi secar signifikan, sehingga variasi
proses karstifikasi sangat ditentukan oleh CO2dari aktivitas organisme.

2.3 Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Karst atau Karstifikasi

Karstifikasiatau proses permbentukan bentuk-lahan karst adalah proses kerja air


terutama secara kimiawi, meskipun secara mekanik pula yang menghasilkan
kenampakan-kenampakan topografi karst (Ritter, 1979). Karstifikasi atau proses
pembentukan bentuklahan karst didominasi oleh proses pelarutan. Air pada umumnya
tidak mudah melarutkan batu gamping, akan tetapi air hujan yang mengandung
karbonoksida (CO2) yang bekerja sebagai bahan pelarut yang hebat. CO2berasaldari yang
masuk kedalam pori-pori batu gamping dan melarutkannya. Hasil dari pelarutan dapat
didapati berupa lubang-lubang, gua, stalaktit, dan stalakmit. Diagram proses pelarutan
batugamping yang dikemukakan oleh Trudgil (1985).

Gambar 1. Diagram alir proses pelarutan batu


gamping (Trudgil, 1985)

Sumber :
https://bacbanyumas.files.ordpress.com/2015/08
/skema1.jpg

2.4 Proses Pembentukan Topografi Karst

Gambar 2. Faktor-faktor karstifikasi


pengaruhnya terhadap proses pelarutan
(Trudgil, 1985)

Sumber : Haryono, Eko. Geomorfologi dan


Hidrologi Karst Bahan Ajar. Universitas
Gajah Mada

Ada beberapa proses pembentukan rupa bumi karst, dan memiliki tahapan yang
terjadi. Di kawasan karst yang sudah dianggap lazim di dunia yaitu di sebelah timur laut

8
Adriatic. Di kawasan ini batu-batuannya mengalami patahan dan retakan yang hebat.
Tahap pertama hanya terjadi batu kapur. Walaupun begitu, aliran di permukaan tanah
adalah hal yang sudah biasa. Kadang juga ditemukan lekukan-lekukan yang mempunyai
sisi yang curam yang berasal dari proses gerak bumi. Dan ditengah-tengah retakan yang
biasa disebut poljes. Bentuk-bentuk ini adalah bentukan kawasan karst yang sudah biasa
ditemui di kawasan karst yang sudah mengalami perubahan seperti yang ada di
Kentucky. Aliran di kawasan ini ditemukan bahwa mengikuti zona-zona patahan dan
lipatan.

Proses yang kedua adalah bentuk-bentuk dolin ataupun tekukan yang berbentuk
corong, semakin bertambah banyak, sehingga hampir mencakup seluruh dari kawasan
tersebut. Bentuk-bentuk aliran di permukaan tanah mulai digantikan oleh aliran dibawah
permukaan tanah. Beberapa dolin menjadi bertambah besar, yang dikarenakan oleh
pengikisan-pengikisan bagian tepi dari dolin dan runtuhan dari goa-goa batu tadi.
Sehingga beberapa dolin bertemu dan membentuk suatu lekukan yang panjang. Yang
berbentuk seperti lorong panjang yang disebut uvalas.

Pada proses berikutnya dimana keadaan rendah tinggi berada di banyak bagian dan
permukaan tanah hilang. Dari dolin-dolin yang tererosi tadi tanahnya dialirkan ke daerah
yang lebih rendah, sehingga lembah-lembah menjelma menjadi shale yang dibawahnya
terdapat aliran yang tidak tetap. Aliran-aliran anak sungai yang tadinya mengalir jauh di
atas permukaan tanah mulai mengalir kedalam tanah karena batu kapur yang terkikis oleh
perkembangan flora dalam tanah. Permukaan yang masih memiliki batu kapur
permukaannya tidak merata yang membentuk puncak-puncak serta rangkaian lapies yang
terjadi karena pelarutan yang terjadi di sepanjang retakan batu yang terjadi bertahun -
tahun. Bentuk ini berbentuk seperti kulit kerang yang di dalamnya terdiri dari beberapa
goa.

Proses terakhir dimana sistem biasa anak-anak sungai dipermukaan bumi yang
memenuhi permukaan tanah. Lapisan batuan itu menonjol di hampir semua daerah.
Diatasnya terdapat bukit kecil (hums) yang letaknua tidak terlihat diantara bukit-bukit
(hums) yang lain.

2.5 Klasifiksi Bentuk Lahan Karst

2.5.1 Klasifikasi Karst Berdasarkan Mentri ESDM

9
Pengklasifikasian daerah karst berdasarkan pada keputusan Menteri
Energi dan Sumberdaya Mineral 1456.k/20/MEM/2000 tentang pedoman
pengelompokan kawasan karst:
1. Kawasan karst kelas 1
Berfungsi sebagai kawasan yang menyimpan air, terdapat gua-gua dan sungai
bawah tanah yang aktif, gua-gua yang ada peninggalan sejarah. Berdasarkan
hasil penelitian dari pola kelurusan lembah (sturktur) dapat dilihat bahwa
kelurusan di daerah ini umumnya panjang dan lebar, pola demikian dapat
diterangkan bahwa proses pelarutan di daerah ini berjalan sangat intensif,
dengan lembah yang luas akan sangat mudah untuk menampung air hujan yang
kemudian diteruskan melalui pori-pori gerowong yang pada akhirnya akan
membentuk sistem pola pengaliran dibawah tanah. Pantai yang masuk ke
daratan akan mempunyai flora dan fauna yang khas. Terdapatnya sungai
permukaan yang tiba-tiba hilang merupakan salah satu ciri adanya sungai bawa
tanah .
2. Kawasan karst kelas 2.
Kawasan ini mempunyai kritreria sebagai pengimbuh air bawah tanah,
mempunyai jaringan gua-gua yang tidak aktif. Kawasan ini terdapat di daerah
Purwosari dan Girisobo dari citra bahwa pola kelurusan lembah pendek dan
sempit yang menidenditikasikan bahwa daerah ini bukan merupakan daerah
penyimpan air. Keberadaan batugamping di sini berbeda dengan batugamping
di kawasan kelas 1, dikawasan kelas 2 batugampingnya relatif lebih tipis karena
berada di daerah tinggian, sehingga proses pelarutan pada daerah lembah tidak
seintensif pada kawasan kelas 1.
3. Kawasan karst kelas 3
Kawasan ini tidak memiliki kriteria seperti diatas, kawasan ini terletak di daerah
Wonosari yang dicirikan olah adanya bukit-bukit yang bentuknya melengkung.
Bentuk bukit yang demikian disebabkan karena daerah ini terdiri dari
perselingan batugamping berlapis, batupasir gampingan dan napal. Yang
mempunyai tingkat pelarutan yang berbeda.

2.5.2 Klasifikasi Karst Menurut Para Ahli


Sedangkan klasifikasi karst menurut beberapa ahli dibedakan menjadi 3
kelompok,yaitu:
10
a) Klasifikasi Cvijic (1914)
Cvijic membagi topografi karst menjadi tiga kelompok, yaitu
holokarst, merokarst, dan karst transisi.
1. Holokarst merupakan karst dengan perkembangan paling sempurna,
baik dari sudut pandang bentuklahannya maupan hidrologi bawah
permukaannya. Karst tipe ini dapat terjadi bila perkembangan karst
secara horizontal dan vertikal tidak terbatas. Batuan karbonat masif
dan murni dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan
hingga batuan dasarnya, serta tidak terdapat batuan impermeable yang
berarti karst tipe holokarst yang di contohkan oleh cvijic adalah karst
Dinaric, Lycia, dan Jamaica. Di Indonesia, karst tipe ini jarang
ditemukan, karena besar curah hujan menyebabkan sebagian besar
karst terkontrol oleh proses fluvial.
2. Merokarst merupakan karst dengan perkembangan tidak sempurna
atau parsial dengan hanya mempunyai sebagian ciri bentuklahan kart.
Merokarst berkembang di batugamping yang relatif tipis dan tidak
murni, serta khususnya bila batu gamping diselingi oleh lapisan
batuan napalan. Perkembangan secara vertikal tidak sedalam
perkembangan holokarst dengan evolusi relief yang cepat. Erosi lebih
dominan dibandingkan pelarutan dan sungai permukaan berkembang.
Merokarst pada umumnya tertutup oleh tanah, tidak ditemukan karen,
dolin, goa, swallow hole berkembang hanya di daerah tertentu. Sistem
hidrologi tidak kompleks, alur sungai permukaan dan bawah
permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi. Drainase bawah tanah
terhambat oleh lapisa impermeable. Contoh dari karst ini adalah karst
di Batugamping Carbonferous Britain, Galicia Polandia, Moravia
karst Devonian, dan karst di Prancis Utara. Contoh merokarst di
Indonesia diantaranya adalah karst di sekitar Rengel Kabupaten
Tuban.
3. Karst Transisi berkembang di batuan karbonat realtif tebal yang
memungkinkan perkembangan bentukan karst bawah tanah, akan
tetapi batuan dasar yang impermeable tidak sedalam di holokarst,
sehingga evolusi karst lebih cepat. Lembah fluvial lebih banyak
dijumpai, dan polje hampir tidak ditemukan. Contoh dari karst transisi
11
adalah karst Causses Prancis, Jura, Plateux Balkan Timur, dan
Dachstein.
b) Klasifikasi Gvodeckij (1965)
Gvodeckij mengklasifikasi karst berdasarkan pengamatannya di Uni
Soviet (sekarang Rusia). Menurutnya karst dibedakan menjadi bare karst,
covered karst, soddy karst, buried karst, tropical karst, dan permafrost
karst.
1. Bare karst lebih kurang sama dengan karst Dinaric (holokarst).
2. Covered karst merupakan karst yang terbentuk bila batuan karbonat
tertutup oleh lapisan aluvium, material fluvio-glacial, atau batuan lain
seperti batu pasir.
3. Soddy karst atau Soil covered karst merupakan karst yang
berkembang di batu gamping yang tertutup oleh tanah atau terra rosa yang
berasal dari sisa pelarutan batu gamping.
4. Buried karst merupakan karst karst yang telah tertutup oleh batuan
lain, sehingga bukti-bukti karst hanya dapat dikenalai dari data bor.
5. Tropical karst or cone karst merupakan karst yang terbentuk di
daerah tropis.
6. Permafrost karst merupakan karst yang terbentuk di daerah bersalju.
c) Klasifikasi Sweeting (1972)
Karst menurut Sweeting diklasifikasikan menjadi true karst,
fluviokarst, glaciokarst, tropical karst, arid an semiarid karst. Klasifikasi
Sweeting terutama didasarkan pada iklim.
1. True karst merupakan karst dengan perkembangan sempurna
(holokarst). Karst yang sebenarnya harus merupakan karst dolin
diseabkan pelarutan secara vertikal. Semua karst yang bukan tipe
dolin karst dikatakan sebagai deviant. Contoh dari true karst menurut
Sweeting adalah karst Dinaric.
2. Fluviokarst dibentuk oleh kombinasi antara proses fluvial dan proses
pelarutan. Fluviokarst pada umumnya terjai di daerah berbatuan
gamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai berhilir di daerah
non-karst). Sebaran batu gamping baik secara lateral maupun vertikal
jauh lebih kecil daripada true karst. Perkembangan sirkulasi bawah
tanah juga terbatas disebabkan oleh muka air tanah lokal. Mata air
12
muncul dari lapisan impermeable do bawah batu gamping maupun
dekat muka air tanah lokal.lembah sungai permukaan dan ngarai
banyak ditemukan. Bentukan hasil dari proses masuknya sungai
permukaan ke bawah tanah dan keluarnya sungai bawah kembali ke
permukaan seperti lembah buta dan lembah sakumerupakan fenomena
umum yang banyak dijumpai. Goa-goa di fluviokarst terbentuk di
oerbatasan antara batu gamping dan batuan impermeabel di bawahnya
oleh sungai alogenik dan berasosiasi dengan perkembangan sungai di
daerah karst. Permukaan batu gamping di fluviokarst pada umumnya
tertutup oleh tanah yang terbentuk oleh erosi yang pada umumnya
disebabkan penggundulan hutan.
3. Glasiokarst merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi
didominasi oleh proses glasiasi dan proses glasial di daerah yang
berbatuan gamping.
4. Nival karst merupakan karst yang terbentuk karena proses
karstifikasi oleh hujan salu (snow) pada lingkungan glasial dan
periglasial . glasiokarst terdapat di daerah batu gamping yang
mengalami glasiasi ayau pernah mengalami glasiasi. Glasiokarst
dicirikan oleh kenampakan-kenampakan hasil penggogosan, erosi,
dan sedimentasi glacier. Hasil erosi glacier pada umumnya
membentuk limestone pavement. Erosi lebih intensif terjadi di sekitar
kekar menghasilkan cekungan dengan lereng terjal memisahkan
pavement satu dengan lainnya. Dolin-dolin terbentuk terutama
disebabkan oleh hujan salju. Pencairan es menghasilkan ngarai,
pothole, dan goa, karakteristik lain dari glasiokarst adalah goa-goa
yang terisi oleh es dan salju. Contoh dari glasiokarst adalah karst di
lereng atas pegunungan alpen.
5. Tropical karst berbeda dengan karst di iklim sedang dan kutub
terutama disebabkan oleh persipitasi dan evaporasi yang besar.
Persipitasi yang besar menghasilkan aliran permukaan sesaat yang
lebih besar, sedangkan evaporasi menghasilkan rekristalisasi larutan
karbonat membentuk lapisan keras di permukaan. Hal ini
menyebabkan dolin membulat seperti di iklim sedang jarang
ditemukan digantikan oleh dolin berbentuk bintang yang tidak
13
beraturan. Dolin tipe ini sering disebut cockpit. Di antara dolin
ditemukan bukit-bukit yang tidak teratur disebut dengan bukit
kerucut.
Karst tropis secara lebih rinci dibedakan menjadi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Kegelkarst (sinoid karst, cone karst, atau karst apiton)
2. Turmkarst (karst tower, pinacle, karst atau karst tourelles)
6. Kegelkarst dicirikan oleh kumpulan bukit-bukit berbentuk kerucut
yang sambung menyambung. Sela antar bukit kerucut membentuk
cekungan dengan bentuk seperti bintang yang dikenal dengan cockpit.
Cockpit seringkali membentuk pola kelurusan sebagai akibat kontrol
kekar atau sesar. Depresi atau cockpit yang terkontrol kekar atau sesar
ini oleh Lemann disebut gerichteter karst(karst oriente). Contoh
kegelkarst di Indonesia antara lain karst gunungsewu dan karst
karangbolong. Kenampakan kegelkarst dari foto udara dan peta
topografi.
7. Turmkarst/menara karst/pinacle karst merupakan tipe karst kedua
yang sering dijumpai di daerah tropis. Tipe karst ini dicirikan oleh
bukit-bukit dengan lereng terjal, biasanya ditemukan dalam kelompok
yang dipisahkan satu sama lain dengan sungai atau dataran aluvial.
Tower karst dibentuk berkembang apabila pelarutan lateral oleh muka
air tanah yang sangat dangkal atau oleh sungai alogenik yang
melewati singkapan batu gamping. Beberapa ahli beranggapan bahwa
turmkarst merupakan perkembangan lebih lanjut dari kegelkarst
karena kondisi hidrologi tertentu. Distribusi dan sebaran bukit menara
pada umumnya dikontrol oleh kekar atau sesar.

14
2.6 Macam-macam Bentuk Lahan Karst

Gambar 3.1 Topografi Karst


Sumber: https://pinterest.com/pin/546765211001344164/?source_app=android

2.6.1 Bentuk Lahan Negatif


Bentuk lahan negatif karst yaitu bentuk lahan yang berada di bawah rata-
rata permukaan setempat akibat proses pelarutan, runtuhan, maupun terban.
Berikut ini adalah macam-macam bentuk lahan negatif:
1. Doline
Doline merupakan cekungan tertutup berbentuk bulat atau lonjong
dengan ukuran beberapa meter hingga lebih kurang satu kilometer (Ford
dan William, 1992). Doline merupakan bentuk lahan yang palingbanyak
dijumpai di kawasan karst. Bahkan di daerah beriklim sedang, karstifikasi
selalu di awali dengan pembentukan doline tungga akibat proses pelarutan

15
yang terkonsentrasi. Tempat proses pelarutan merupakan tempat
konsentrasi kekar, tempat konsentrasi mineral yang paling mudah larut,
perpotongan kekar dan bidang perlapisan batuan miring. Doline-doline
tunggal akan berkembang lebih luas dan akhirnya dapat saling menyatu.
Setiap doline atau cekungan tertutup tersusun oleh tiga komponen
(White, 1988):
1. Pengatus, yaitu saluran dengan permeabilitas tinggi yang mengatuskan
air ke sistem drainase bawah tanah.
2. Mintakat, yang terubah oleh proses pelarutan di permukaan dan dekat
permukaan batuan.
3. Tanah tertutup, kolovium, endapan glasial, abu vulkanik atau lepas yang
lain. Namun demikian di beberapa tempat, material permukaan tidak
ditemukan.
Bentuk doline sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain.
Bentuk doline di iklim sedang cenderung lebih teratur dengan bentuk
membulat hingga lonjong. Di daerah ilkim tropis, bentuk doline tidak
sesempurna bentuk doline di iklim sedang, dalam hal ini bentuk doline di
daerah tropis mempunyai bentuk tidak teratur. Salahsatu bentuk planar
doline yang banyak ditemukan di daerah tropis adalah bentuk seperti
bintang yang disebut cockpit.

Gambar 3.2: Perbedaan doline di daerah iklim sedang dan di daerah tropis
(Williams, 1969)

Sumber : https://bacbanyumas.wordpress.com/2015/08/23/110/

16
Secara planar doline dapat berbetuk bulat lonjong atau memanjang
terbentuk apabila perkembangan doline dikontrol oleh keberadaan
kelurusan baik oleh kekar maupun sesar, Haryono (2000) menemukan
bahwa doline memanjang banyak ditemukan di daerah Gunung Sewu.
Banyaknya doline memanjang di Gunungsewu disebabkan oleh lereng
regional miring ke arah selatan, keberadaan kekar dan sesar yang intensif,
dan pengaruh dari proses fluvial. Kenampakan doline memanjang dan
cockpit di kars Gunungsewu ditunjukan pada gambar 3.2
Doline, oleh Cvijic (1893) dikelompokkan menjadi tiga katergori
yaitu doline mangkok, doline corong, dan doline sumur.
1. Doline mangkok dicirikan oleh perbandingan lebar dan kedalaman 10:1
dan kemiringan lereng doline berkisar antara 10o-12o. Dasar rata dan
tertutup oleh tanah atau berawa.
2. Doline corong mempunyai diameter dua atau tiga kali kedalamannya
dan lereng doline berkisar antara 30o–40o, dengan dasar sempit dapat
tertutup tanah maupun berupa singakapan batuan.
3. Doline sumuran dicirikan oleh diameternya yang lebih kecil dari
kedalamannya, lereng vertikal berupa singkapan batuan.

Gambar 3.3: bentuk-bentuk doline


Sumber : https://bacbanyumas.wordpress.com/2015/08/23/110/

17
Genetik doline Bogli (1980) lebih lanjut berdasarkan cara
pembentukannya (genetik) mengklasifikasikan doline menjadi doline
pelarutan, doline aluvial, doline amblesan, dan dolin runtuhan.

Gambar : Genesa pembentukan Doline : (a) doline runtuhan, (b) doline


pelarutan, (c) doline amblasan, (d) doline runtuhan batuan penutup,
(e) doline aluvial (Jennings (1985) pada Michael A.Dinsmore, 1999)
Sumber :https://bacbanyumas.files.wordpress.com/2015/08/6.jpg
1. Doline perlaturan terbentuk karena pelarutan yang terkonsentrasi akibat
dari keberadaan kekar, pelebaran pori-pori batuan, atau perbedaan
mineralogi batuan karbonat. Doline pelarutan terbentuk hampir
disebagian besar awal proses karstifikasi.
2. Doline aluvial pada dasarnya merupakan doline pelarutan, namun dalam
kasus ini batugamping tertutup oleh endapan aluvial. Cekungan tertutup
yang terbentuk di endapan aluvial disebabkan oleh terbawanya endapan
aluvium yang berada di atas rekahan hasil pelarutan ke sistem drainase
bawah tanah. Infiltrasi melalui endapan aluvium membawa material
halus ke sistem kekar di bawahnya yang berhubungan dengan goa-goa
dalam tanah, sehingga endapan di atasnya menjadi cekung.
3. Doline amblesan terjadi apabila lapisan batugamping ambles secara
perlahan-lahan karena di bawah lapisan batugamping terdapat rongga.

18
Doline tipe ini dicirikan oleh terdapatnya rombakan batugamping dengan
sortasi jelek di dasar doline dan lereng yang miring hingga terjal.
4. Doline runtuhan terbentuk apabila goa atau saluran dekat permukaan
runtuh karena tidak mampu menahan atapnya. Bogli (1980) menjelaskan
bahwa doline runtuhan terjadi bila runtuhan terjadi seketika, sedangkan
doline amblesan terjadi secara perlahan-lahan. Doline tipe ini dicirikan
oleh lereng curam hingga vertikal. Tiga mekanisme yang membentuk
doline runtuhan adalah a) pelarutan di atas goa, b) pelarutan atap goa
dari bawah, dan c) penurunan muka air tanah di atap goa.

2. Uvala
Bentuk lain dari doline adalah uvala. Doline majemuk (compound
doline) di literatur karst sering disebut dengan uvala. Uvala merupakan
gabungan dari doline-doline yang terbentuk di karst pada stadium
perkembangan karst agak lanjut. Menurut Sweeting ukuran uvala berkisar
antara 500-1000 meter dengan kedalaman 100-200 meter dengan ukuran
tidak teratur. Cockpit dari sudut pandang ini dapat dianggap sebagai uvala
atau doline majemuk yang berbentuk bintang, karena cockpit merupakan
beberapa yang tepi atau sisi-sinya saling berhubungan/bergabung.
Gabungan dari tepi-tepi doline inilah yang secara planar (tampak atas)
membentuk bentuk-bentuk lancip seperti bintang Mengacu pada pandangan
Grund tentang perkembangan karst, terbentuknya uvala merupakan ciri dari
stadium adolescent karst atau perkembangan tahap II. Uvala juga dapat
perkembang dari lembah permukaan. Uvala tipe ini merupakan
perkembangan akhir dari lembah permukaan yang terdegradasi.
Perkembangan diawali oleh hilangnya aliran permukaan ke bawah tanah di
titititik tertentu. Di tempat masuknya aliran permukaan ini selanjutnya
doline berkembang yang semakin lama semakin dalam dan lebar, sehingga
bergambung satu dengan lainnya membentuk uvala.

19
Gambar 3.8 Uvala
Sumber:http://3.bp.blogspot.com/-
0DQOYFHO3E/TZY16uHQqQZI/AAAAAAAAB4/iahtl1ufP2k/s16
00/uvala.com
3. Polje
Polje merupakan istilah di Karst Dinaric yang berasal dari bahasa
Slovenia yang berarti ladang yang dapat ditanami. Istilah polje di negara
asalnya tidak mempunyai kaitan dengan bentuklahan karst. Definisi formal
pertama tentang polje dikemukaan oleh Cvijic tahun 1985 (dalam Gams,
1978) bahwa polje merupakan bentuklahan karst yang mempunyai elemen:
cekungan yang lebar, dasar yang rata, drainase karstik, bentuk memanjang
yang sejajar dengan struktur lokal, dasar polje mempunyai lapisan batuan
Tersier. Publikasi selanjutnya oleh Cvijic (1990) mengungkapkan bahwa
polje merupakan bentukan dari evolusi/perkembangan uvala.

Gambar 3.9 Polje

Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-
_6pd7Z8V0Mg/Tzy24TBuyOI/AAAAAAAACA/QKKWtopIBZ8/S1600/P
OLJE.COM

20
Definisi formal pertama tentang polje dikemukaan oleh Cvijic tahun
1985 (dalam Gams, 1978) bahwa polje merupakan bentuklahan karst yang
mempunyai elemen:

1. Cekungan yang lebar


2. Dasar yang rata
3. Drainase karstik
4. Bentuk memanjang yang sejajar dengan struktur lokal
5. Dasar polje mempunyai lapisan batuan tersier.
Selanjutnya, Gams (1978) mengklasifikasi ke 42 polje di Karst
Dinarik, Yugoslavia, Gams menyimpulkan bahwa polje mempunyai
karakteristik minimal sebagai berikut:
1. Dasar yang rata dapat berupa dasar (dapet berteras) maupun tertutup
sedimen lepas atau alluvium.
2. Cekungan tertutup yang dibatasi oleh perbukitan dengan lempeng terjal
dengan dua sisi atau salah satu sisinya.
3. Mempunyai drainase karstik
4. Jika ketiga syarat tersebut terpenuhi, dasar yang rata harus mempunyai
lebar 400 meter.

Ford dan Williams (1992) selanjutnya menyederhanakan klasifikasi


polje menjadi tiga kelompok, yaitu border polje, structural polje, dan
baselevel polje.

1. Polje perbatasan, terbentuk apabila sistem hidrologi didominasi oleh


masukan air alogenik (dari luar sistem karst). Polje tipe ini berkembang
apabila muka air tanah di batuan non karst terhampar hingga batuan
karbonat.
2. Polje struktural, terbentuk karena dikontrol struktur, biasanya berasosiasi
dengan graben dan atau sesar miring dengan batuan impermeabel di
dalamnya. Pada tahap ini korosi secara vertikal telah mencapai muka
airtanah, sehingga korosi lebih dominan ke arah lateral. Korosi lateral
menyebabkan bukit-bukit karst terdegradasi yang pada akhirnya rata
dengan muka airtanah membentuk dataran yang luas. Karena airtanah
sangat dangkal, fluktuasinya pada musim penghujan polje sering

21
tergenang. Pada musim kemarau muka air tanah kurang dari satu meter.
Kondisi air yang melimpah inilah yang menyebabkan polje merupakan
daerah yang paling subur di daerah karst. Polje di Karst Maros dan
Gunungsewu digunakan untuk persawahan. Di Karst Dinarik, polje
merupakan pusat-pusat permukiman. Polje struktural dapat dijumpai di
sekitar Ponjong, Gunung Kidul, DIY.
3. Polje baselevel, terbentuk apabila regional muka air tanah memotong
permukaan tanah. Polje tipe ini pada umumnya terbentuk di bagian bawah
(outflow) dari kawasan karst.Polje base level dijumpai di Karst Maros,
yaitu diperbatasan antara Daimanggala dan Bonto-bonto di bagian timur
karst maros dengan lebar 1 dan 2,5 km. Dasar polje berupa endapan
alucium dari material volkanik yang terbawa oleh sungai alogenik.
Sungai-sungai alogenik ini selanjutnya masuk ke bawah permukaan
menjadi sungai-sungai bawah tanah.

Gambar : Tipe-tipe poje menurut Ford dan Williams, 1989.


Sumber : https://bacbanyumas.files.wordpress.com/2015/08/111.jpg

22
4. Lembah Kars (Kars Valley)
Lembah karst adalah lembah atau alur yang besar yang terdapat pada
lahan kars. Lembah ini terbentuk oleh aliran air permukaan yang mengerosi
batuan yang dilaluinya. Secara umum, lembah kars dapat dibedakan
menjadi beberapa macam dengan sifat pembaeda yang jelas (Ritter, 1978).
Dalam hal ini disebutkan ada empat macam lembah kars, yaitu :
a) Allogenic Valley, yaitu lembah yang bagian hulunya berada pada
batuan yang kedap air kemudian masuk kedalam daerah kars. Panjang
pendeknya lembah allogenik ini tergantung pada besar kecilnya aliran
yang membentuk, semakin besar alirannya maka semakin panjang
lembah yang terbentuk.
b) Lembah Buta (Blind Valley), yaitu lembah atau sungai pada lahan kars
yang secara tiba-tiba berakhir pada suatu tempat dan biasanya pada
akhir lembah ini air permukaan tanah akan masuk kedalam tanah. Bila
suatu saat aliran dapat melampaui lembah tersebut (misal, saat hujan
lebat atau terjadi pencairan es), maka lembah ini disebut sebagai
semiblind valley, Sayatan memanjang sebuah lembah buta (Riiter,
1978).

Gambar 3.10 Lembah Buta

Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-
xZ9UTRmgWeg/Tzy3ubP5J0I/AAAAAAAACI/unx7KGNKx2o/s160
0/lembah+buta.jpg.com

23
c) Pocket Valley, yaitu lembah yang dimulai dari tempat keluarnya air
yang masuk melalui surupan. Pada umumnya pocket valley berasosiasi
dengan mata air yang besar yang keluar diatas batuan kedap air yang
terletak dibawah lapisan batugamping yang tebal. Lembah in umumnya
berbentuk huruf U dan memiliki tebing yang curam, ukurannya
tergantung besar kecilnya debit mata air yang keluar. Sweeting (1973)
dalam Ritter (1978) menyebutkan bahwa panjang lembah ini dapat
mencapai 8 km, lebar 1 km dan dalamnya berkisar antara 300 - 400
meter.
d) Lembah Kering (Dry Valleys), yaitu lembah pada lahan kars yang
mirip dengan lembah fluviatil, hanya saja (sesuai dengan namanya)
lembah ini tidak berfungsi sebagai penyaluran air permukaan (kering),
karena air hujan yang jatuh dan masuk kedalam lebah ini dengan segera
akan meresap kedalam retakan batuan dasarnya.
5. Lapies
Merupakan bentuk tak rata pada permukaan batugamping akibat
adanya proses pelarutan, penggerusan atau karena proses lain.
Lapisan batu kapur yang lapuk di daerah karst dan terdiri dari puncak batu
terukir, bergalur, dan padu yang dipisahkan oleh lekukan dalam. Permukaan
kasar ini dibentuk oleh larutan batuan dan daerah yang kelarutannya lebih
besar dengan air yang mengandung asam karbonat dan humat. Tidak jelas
apakah bentuk lapies pada batuan atau bentuk batuan di bawah tanah dan
kemudian terbuka. Alur lapies dapat bervariasi secara mendalam dari
beberapa milimeter sampai beberapa meter. Lapisan ini biasanya terbentuk
pada bebatuan miring, dan dasar batu kapur menjadi sangat keras.Klasifikasi
Lapies menurut Ritter (1979) :

Sumber :http://2.bp.blogspot.com/-uE07l-
g4MuI/U0vdAcrwziI/AAAAAAAAAFM/4hr-jkhrTMg/s1600/lapiaz.jpg

24
6. Karst Split
Karst Split adalah celah pelarutan yang terbentuk dipermukaan. Kars
split sebenarnya merupakan perkembangan dari kars-runnel (solution
runnel). Bila jumlah kars runnel banyak dan saling berpotongan maka akan
membentuk kars split (Srijono, 1984 dalam Widagdo, 1984).

Sumber : https://catatansidogol.wordpress.com/2016/08/12/bentang-alam-
karst/

7. Parit Karst
Parit karst adalah alur pada permukaan yang memanjang membentuk
parit. Srijono (1984), mengemukakan bahwa parit kars ini merupakan kars
split yang memajang sehingga membentuk parit kars.

Sumber :http://3.bp.blogspot.com/-
bUXb3sUortg/U0vdVcgdHsI/AAAAAAAAAFU/5sji-
ebmgdE/s1600/karst+split.JPG

25
7. Palung Karst

Palung karst adalah alur pada permukaan batuan yang besar dan lebar,
dibentuk oleh proses pelarutan. Kedalamannya dapat mencapai lebih dari
50 cm. biasanya terbentuk pada permukaan batuan yang datar atau miring
rendah dan dikontrol oleh struktur yang memanjang.

8. Jendela Karst

Jendela karst adalah lubang pada atap gua yang menghubungkan


antara ruang dalam gua dengan udara diluar yang terbentuk karena atap gua
tersebut runtuh, (Twidale, 1976). Disamping itu jendela kars dapat pula
terbentuk pada atap sungai bawah tanah.

sumber: http://pinterest.com/pin/485192559829768829/?source_app=android

9. Speleothems
Speleothem adalah hiasan yang terdapat didalam gua yang dihasilkan
oleh endapan berwarna putih, bentuknya seperti tetesan air, mengkilat dan
menonjol. Hiasan ini merupakan endapan CaCO3 yang mengalami
presipitasi pada saat air tanah yang membawanya masuk kedalam gua
(Sanders, J.E., 1981). V.8). Contoh Stalagmit, Stalagtit dan Masif Column.
Masif column adalah bila stalagmite dan stalagtit bertemu.

26
Sumber : https://phinemo.com/wp-content/uploads/2017/03/2-7.jpg
10. Fitokarst
Fitokarst adalah permukaan yang berlekuk-lekuk, dengan lubang-
lubang yang saling berhubungan. Antara lubang satu dengan yang lainnya
dibatasi oleh tepi-tepi yang tajam, sehingga memberikan bentuk seperti
bunga karang pada menara (pinnacles) kars. Morfologi ini terbentuk karena
adanya pengaruh aktifitas biologis yaitu adanya algae yang yang tumbuh
didalam batugamping.
11. Gua (Cave)
Guayaitu serambi atau ruangan bawah tanah yang dapat dicapai dari
permukaan dan cukup besar bila dimasuki oleh manusia (Sanders, 1981).
Gua teridiri dari rangkaian ruangan sehingga kedalamannya dapat mencapai
ratusan meter (Lihat gambar V.13). Gambar V.13. Mulut Gua Semuluh di
Gunung Sewu yang bentuknya dipengaruhi oleh kekar (Samodra, 1996).

Sumber :
http://picture.triptrus.com/image/2014/06/gua-sagea.jpeg

27
12. Terowongan
Terowongan yaitu lorong bawah tanah yang terbentuk oleh pelarutan
dan penggerusan air tanah atau oleh aliran bawah tanah (Von Engeln,
1942). Terowongan alam memiliki ukuran yang bervariasi artinya dapat
berukuran besar atau kecil. Sebagai contoh, terowongan di Virginia dapat
berukuran mencapai 275 meter, tingginya 23 meter dan lebarnya 40 meter.
2.6.2 Bentuk Lahan Positif

1. Kerucut karst

Kerucut karst, adalah bukit karst yang berbentuk kerucut, berlereng


terjal dan dikelilingi oleh depresi yang biasa disebut sebagai bintang. Kerucut
kars sering disebut sebagai kegelkars (bahasa jerman). Pada kenyataannya
kerucut kars sering kali lebiih mirip setengah bola dibandingkan dengan
bentuk kerucut. Depresi tertutup yang mengelilingi bukit sisa biasanya
terbentuk bintang dan tidak teratur sering disebut sebagai cockpits dan
terbentuk oleh proses pelarutan sepanjang zona kekar atau patahan.Bukit
Kars yang berbentuk kerucut dan berlereng terjal dan dikelilingi oleh
depresi/bintang (Bloom, 1979).

Sumber :http://pinterest.com/pin/567875834242132825/?source_app=android

28
2. Menara Karst
Menara karst adalah bukit sisa pelarutan dan erosi yang berbentuk menara dengan
lereng yang terjal tegak atau menggantung, terpisah satu dengan yang lainnya dan
dikelilingi dataran aluvial. Menurut Jenning (1971) dan Ritter (1978) berpendapat
menara kars dan kerucut kars dibedakan dalam hal keterjalan lereng dan adanya rawa
atau dataran alluvial yang mengelilinginya. Menara karst disebut juga dengan pepino
hill atau haystack atau turmkarst.

Sumber
:http://pinterest.com/pin/381961612119411262/?source_app=android

3. Mogote

Mogote, adalah bukit terjal yang merupakan sisa pelarutan dan erosi,
umumnya dikelilingi oleh dataran alluvial yang hampir rata. Bentuknya
kadang-kadang tidak simetri antara sisi yang mengarah ke arah datangnya
angin dengan sisi sebaliknya. Mogote dan menara karst dibedakan dari
bentuk dan keterjalan lereng sisi-sisinya.

Sumber: https://geohazard009.files.wordpress.com/2009/12/mogote.jpg

29
4. Turm Karst

Lingkungan karst yang berupa bukit-bukit kars (Kerucut kars) yang


saling berhubungan antara satu dengan yang lain.

Sumber : https://catatansidogol.files.wordpress.com/2016/08/menara-
karst1.jpg?w=300&h=172

2.7 Stadia Perkembangan Topografi Karst

Stadia perkembangan topografi karst memiliki empat stadia yang terdiri dari
stadia muda, stadia muda lanjut, stadia dewasa, dan stadia tua.

Sumber : http://kentuckykarst-vs-
chinakarst.weebly.com/uploads/1/1/9/8/11987045/2545167_orig.jpg?0

30
1. Peringkat Muda
Peringkat ini ditandai dengan pengaliran yang terus berlangsung
diatas permukaan.
2. Peringkat Muda Lajut
Pada peringkat ini sistem pengaliran di atas permukaan sudah mulai
beralih ke sistem pengaliran di bawah tanah. Dolina sudah terbentuk serta
gua bawah tanag sudah berkembang.
3. Peringkat Dewasa
Pada peringkat ini pengaliran di bawah tanah telah mencapai
maksimum. Pengaliran di atas permukaan hanya terbatas oleh sinking
creeks(sungai bawah tanah) yang pendek-pendek. Gua-gua dengan segala
macam endapannya menjadi ciri khusus peringkat ini telah optimum.
4. Peringkat Tua
Pada permulaan peringkat ini gejala karst mulai berkurang. Uvala
mulai berkembang. Kemudian bentuk-bentuk sisa menjadi dominan (hums)
dan pada akhirnya sistem pengaliran di permukaan berulang kembali dan
bentuk terbatas jumlahnya.

2.8 Persebaran Karst di Indonesia


Keberadaan kawasan karst di Indonesia, dianggap memiliki nilai-nilai yang
sangat strategis. Di seluruh wilayah kepulauan Indonesia, luas kawasan karst mencapai
hampir 20 % dari total luas wilayah. Nilai-nilai strategis yang dimaksud, selain
merupakan kawasan sebagai pemasok dan tandon air untuk keperluan domestik (PBB
memperkirakan persediaan air sekitar 25 % penduduk dunia merupakan sumber air
karst, Ko 1997), juga mempunyai sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan
menambah devisa negara seperti pariwisata, penambangan bahan galian, penghasil
sarang burung walet, bahkan sangat terkait pula dengan bidang HANKAM/militer,
serta intelijen.
Dari sebaran batugamping yang ada, Indonesia merupakan wilayah yang
potensial sebagai kawasan kars. Dari kondisi geologinya Indonesia kaya akan
batugamping. Tetapi tidak semua batugamping yang ada diwilayah Indonesia dapat
berkembang menjadi bentang alam kars. Beberapa wilayah di Indonesia yang dapat
ditemukan bentang alam kars, yaitu :

31
1) Pulau Sumatra, bentang alam dipulau Sumatra sangat kurang sangat
berkembang, hanya sebagian tempat di Aceh, Sumatra Barat (Singkarak) dan
Sumatra Selatan.
2) Pulau Jawa, sebaran batugamping dipulau Jawa umumnya berada dibagian
selatan dan beberapa diantaranya berkembang menjadi kawasan kars yang
penting serta terkenal di kalangan pemerhati kars. Kawasan bentang alam kars
tersebut berada didaerah Gombong Selatan dan Gunung Sewu.
3) Pulau Kalimantan, dari ekspedisi speleogi dari tim prancis yang dilakukan pada
tahun 1980-an (ESFIK-1982, 1983) melaporkan bentang alam kars di wilayah
pegunungan Mangkalit, Kalimantan TImur. Di Kalimantan Tengah dapat
dijumpai bentang alam kars yang meliputi Gunung Haje dan Gunung Menunting
di Muara Teweh. Di Klaimantan Selatan terdapat diwilayah Pegunungan
Meratus yang penyebarannya terputus-putus.
4) Pulau Sulawesi, benrkembang bentang alam kars sangat baikterutama Sulawesi
Selatan. Bentang alam kars Maros sangat terkenal dan telah diadakan penelitian
serta didapat data sedikitnya 29 gua yang harus dilindungi.
5) Pulau Sumbawa, bentang ala mini terdapat didaerah Waingapu, Sumbawa Barat
yang nilai ekonomisnya berupa sumber daya air dengan debit kurang lebih 1000
lt/dt (MENLH & Yayasan Jatidiri, 1998).
6) Pulau Irian Jaya, Pulau Irian merupakan pulau yang kaya akan sebaran
batugamping yang berkembang menjadi bentang alam kars. Kawasan kars
terdapat didaerah Wamena-Pegunungan Trikoradengan nilai ilmiah berupa
dolina raksasa, gua terdalam, sungai bawah tanah terbesar serta didaerah Biak
dan pulau Misool dengan nilai peninggalan arkeologi. Kawasan bentang alam
kars di Irian Jaya merupakan satu-satunya formasi batuan yang paling baik
mengandung air (MENLH & Yayasan Jatidiri, 1998).

32
BAB III

PENUTUP

2.7 Kesimpulan

Karst adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diambil dari istilah Slovenian
kuno yang berarti topografi hasil pelarutan (solution topography) (Blomm,1979).
Sedangkan topografi karst adalah suatu topografi yang terbentuk pada daerah dengan
litologi berupa batuan yang mudah larut, menunjukkan relief yang khas, penyaluran
yang tidak teratur, aliran sungainya secara tiba-tiba masuk kedalam tanah dan
meninggalkan lembah kering untuk kemudian keluar ditempat lain sebagai mata air
yang besar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi topografi karst, yaitu:

• faktor fisik
• faktor kimiawi
• faktor biologi

Adapun proses yang terjadi untuk bisa membentuk bentuk lahan karst disebut
sebagai karstifikasi. Dalam karstifikasi atau proses pembentukan bentuklahan karst
didominasi oleh proses pelarutan dengan media air dengan proses kimiawi. Secara
garis besar, para ahli mengklasifikasikan karst menjadi tiga macam, yaitu:

• Klasifikasi Cvijic
• Klasifikasi Gvodeckij
• Klasifikasi Sweeting

Bentukan alam permukaan kawasan karst sangat beragam dan tiap daerah memiliki
ciri atau bentukan yang berbeda.Bentuk lahan kawasan karst dibagi menjadi bentuk lahan
positif dan negatif. Bentuk lahan positif adalah bentuk lahan yang setara atau lebih tinggi
dari bentuk lahan disekitarnya. Bentuk lahan positif terdiri dari kerucut karst, menara
karst, mogote, dan turm karst. Sedangkan bentuk lahan negatif adalah doline, polje,
lembah buta, lapies, karst split, parit karst, palung karst, dan jendela karst.

Setiap bentanglahan akan selalu mengalami perkembangan seiring dengan


berjalannya waktu, dalam bentuklahan karst terdapat empat tingakat perkembangan atau
stadia, yaitu: stadia muda, stadia muda lanjut, stadia dewasa, dan stadia tua.

33
Kawasan kars di Indonesia mencakup luas sekitar 15,4 juta hektare dan tersebar
hampir diseluruh Indonesia. Keberadaan kawasan ini menunjukkan bahwa pulau-pulau
Indonesia banyak yang pernah menjadi dasar laut, namun kemudian terangkat dan
mengalami pengerasan.

2.8 Saran
Sebagai seorang penulis, kami menyarankan supaya pembaca bisa memanfaatkan
sumberdaya alam yang ada dalam bentuk lahan karst secara arif dan bijak. Walaupun
daerah karst merupakan daerah yang kering dan tidak subur, tetapi bentuk lahan karst
menyimpan sejuta manfaat. Seperti yang kita ketahui bentuklahan karst merupakan
penyimpan air yang besar dan mencukupi kebutuhan air masyarakat sekitar. Selain itu
kawasan karst juga bisa dijadikan kawasan wisata alam seperti wisata alam Geopark
Gunung Sewu. Geopark Gunung Sewu merupakan kawasan wisata alam dengan
bentukan lahan yang cukup lengkap dijadikan objek wisata edukasi. Dengan mempelajari
bermacam-macam bentuklahan, kita bisa lebih bersyukur atas ciptaan Tuhan yang sangat
indah dan menyadari bahwa kita sebagai manusia hanya bisa menjaga alam ciptaan-Nya
serta tidak berhak merusaknya. Oleh karena itu dengan ditulisnya makalah ini, pembaca
diharapkan menggunakan makalah ini sebagaimana semestinya.

34
Daftar Pustaka

Ritter, Dale. 1986. Process Geomorphology. United State of America: Wm. C. Brown
Publishers
Suharini dan Palangan. 2014. Geomorfologi Gaya, Proses, dan Bentuk Lahan. Yogyakarta:
Penerbit Ombak
Massinai, Muhammad Altin. 2016. Geomorfologi Tektonik. Yogyakarta: Pustaka Ilmu

Herlambang, Sudarno. 2004.Bahan Ajar Dasar-dasar Geomorfologi.Malang:


Universitas Negeri Malang

Haryono dan Adji.----. Geomorfologi Dan Hidrologi Karst Bahan Ajar. Universitas Gajah
Mada

Makalah Kars Dan Prospek Pengembangannya Di Indonesia. 1999. PIT IGI Universitas
Indonesia

http://ceritapgz.blogspot.co.id/2012/11/analisis-bentuk-lahan-yang-ada-di.html
http://ryancoret.blogspot.co.id/2014/04/bentuk-lahan-denudasional_2839.html

35

Anda mungkin juga menyukai