Anda di halaman 1dari 149

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berhasil
tersusunnya buku kuliah geomorfologi ini.

Bentuk lahan terbentuk oleh proses kontruktif dan destruktif, proses


geologi/geomorfologi, dan material penyusunnya, serta aspek morfokronologi.
Slama proses dan hasil proses dalam pembentukan bentuk lahan, dapat juga
menghasilkan potensi sumber daya alam dan bahaya bencana (alami dan aktivitas
kehidupan) yang beragam.

Karena luasnya pengetahuan dan materi dalam pembahasan geomorfologi


serta terbatasnya waktu kuliah, maka pemulis menyusun buku kuliah
geomorfologi ini.Buku kuliah inin merupakan pengantar dasar yang dapat
mempermudan dan membantu dalam pemahamman masalah geomorfologi bagi
mahasiswa peserta kuliah.

Isi buku iini materinya masih sederhana. Pada masa masa buku berkala,
buku ini akan tetap dilakukan perbaikan dan penambahan, baik dalam segi
teori/ilmiah maupun dalam segi teknis.

Pada kesempatan ini kami ucapkan terimah kasih kepada rekan pengampu kuliah
geomorfologi yaitu ir.Suroso sastroprawiro MSi.Dan juga Alm.Ir. Yudo Wiyono
sebagai rekan bidang Geomorfologi.

Akhirnya selamat belajar dan mudah mudahan buku yang sederhana


ini akan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin.

Yogyakarta, September 2012

Cetakan I, tahun 1999


Cetakan II, tahun 2000
Cetakan III, tahun 2001
Penyusun
Cetakan IV, tahun 2012
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Defenisi geomorfologi
1.2.Perkembangan geomorologi sebagai suatu sains bumi
1.3.Konsep asas geomorfologi
1.4.Kedudukan geomorfologi dalam ilmu kebumian
BAB II PROSES GEOMORFOLOGI
2.1. defenisi proses geomorfologi
2.2. klasifikasi proses geomorfologi
2.3. proses eksogen
2.4. proses endogen
2.5. proses asal bumi luar
BAB III POLA PENYALIRAN SUNGAI
3.1. klasifikasi system penyaliran
3.2. jenis jenis pola penyaliran
BAB IV BENTUK PERMUKAAN BUMI DAN JENTERA
GEOMORFOLOGI
4.1. bentuk permukaan bumi
4.2. relief
4.3. jentera geomorfologi
BAB V BENTUK LAHAN ASAL DNUDASIONAL
5.1. umum
5.2. kadar denudasi
5.3. paneplain
BAB VI BENTUK LAHAN ASAL STRUKTURAL
6.1. umum
6.2. plateau
6.3. kubah
6.4. lipatan
6.5. bentuk lahan kompleks
6.6. bentuk lahan kawasan sedimen miring
6.7. morfologi kawasan tersesar
BAB VII BENTUK LAHAN VOLKANIK
7.1. umum
7.2. tipe tipe gunung api
7.3. gunung api piroklastik
7.4. erupsi campuran
7.5. bentuk lahan vulkanik
BAB VIII BENTUK LAHAN ASAL FLUVIAL
8.1. umum
8.2. sungai
8.3. delta
BAB IX BENTUK LAHAN ASAL MARINE
9.1. umum
9.2. pergerakan air laut
9.3. pesisir
9.4. pantai
9.5. terumbu karang
BAB X BENTUK LAHAN PELARUTAN
10.1. batasan pengertiantopografi karst.
10.2. proses pembentukan lahan karst.
10.3. bentuk lahan karst
10.4. siklus topografi karst.
BAB XI BENTUK LAHAN ASAL AEOLIAN (ANGIN)
BAB XII PERAN GEOMORFOLOGI DALAM GEOLOGI
12.1. hubungan berbagai aspek geomrfologi untuk geologi
12.2. bentuklahan dan evaluasi geologinya
12.3. bukti geomorfologi bagi gerakan tektonik
BAB XIII geomorfologi lingkungan
13.1. batasan geomorologi lingkungan
13.2. arti penting bentuk lahan dalam geomorfologi lingkungan.
13.3. aspek potensi dari bentang lahan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. DEFINISI GEOMORFOLOGI

Geomorfologi berasal dari bahasa yunani kuno (Geo = bumi, morpho =


bentuk, logos = ilmu). Geomorfologi dalam arti fisiologinya mengenai urayan
tentang bentuk bumi, dimana sasaran utama kajiannya adalah relief bumi.

Geomorfologi sebagai ilmu pengetahuan selalu mengalami penyempurnaan


dalam formula defenisi, konsep, lingkungan kajian, dan terapannya. Hal ini dapat
terungkap dari urutan defenisi dibawah ini :

a. Geomorphology is the study of landforms (lobeck, 1939)


b. Geomorphology is the science of the landforms (Thornbury,1954)
c. geomorphology is the that branch of both physiography and geology
which deal with the form of the earth, general configuration of its surface,
and the changes that take place in the evolution of land form.
d. Geomorphology is the systematic study of the earths surface feature, but
for simplicity may well be called the study of land form (strahler, 1962)
e. Geomorphology is the scientific interpretation of origin and development
of landform of the earth; the modern development of physiography.
(Monkhouse, 1974)
f. Geomorphology is the study of landforms, and in particular of their
nature, origin, processes of development, and material composition (
coole,et al.1974)
g. Geomorphology is the study which describes and form and the processes
which their formation, and investigates in interrelationship, of these forms
and presses and their special arrangement (van zuidam, et al.1979).
h. Geomorphology can be defined as science dealing ehivh land forms
making u the earth, both above and below sea level and tressng their
genesis and future developments, as well as their environmental context
(verstapppen, 1983)
Rangkuman defenisi dari lobeck ( 1939 ), thornbury (1954),strahler
(1968 ), monkhouse (1979), dan verstapen (1983 ) bahwa geomorfologi
adalah suatu ilmu yang mempelejari bentuklahan (landform) secara
sistematis, dan tidak hanya mengenai konfigurasi permukaannya saja teapi
juga material penyusunnya, asal mula terjadinya, dan evaluasi
perkembangannya, serta hubungannya dengan aspek lingkungan.
1.2 PERKEMBANGAN GEOMORFOLOGI SABAGAI SUATU
SAINS BUMI.

Homerus (kira-kira 850 S.M. atau sebelum masehi) dalam tulisan


menerangkan bahwa pada masa eemasan kebudaan yunani dan roma
sebagai peristiwa luar biasa (supranatural), sebagai aspek alam dipercayai
merupakan akibat dari perbuatan dewa-dewi. Dewa poseandah atau
neptunus mengikuti mitologi eum,yang menguasai jagat air.

Oseidon membantu mengeluarkan air yang terkandung didalam perut bumi


dengan mengguncangkan bumi.Sehinggga Poseidon dianggap sebagai
dewa gempa bumi juga. Hades (pluto mengikuti metologi Eum) menguasai
jagat perut bumi, Hephaestus, anak dewa teragung Zeus, dianggap
menguasai kilat dan api didalam perut bumi, ketika orang yunani
menduduki Sicily, mereka ma=engamankan Hephautus dengan dewa
vulkanus yang dipercayaimengawali letusan dan aliran lava dari gunning
berapi etna dan Stromboli.

Thales (624 565 SM) seorang terpelajar, berrendapat bahwa


proses alam adalah akibat kejadian alam dan bukan sebagai akibat
permainan dewa-dewimatau peristiwanluar biasa yang lain. Beliau
berpendapat bahwa sungai nill mengendapkan lanau (silt) sekali banjir dan
kejadian terhadap bumi bermula oleh kikisan air. Heracliters (kira-kira
500SM) percaya bahwa seluruh bumi senantiasa bergerak dan memiliki
api sebagai agen paling aktif bagi proses perubahan. Pada masa yang sama
pamikiran sains mengalami kemnduran. Pada masa yang sama pemikiran
sains agen paling aktif bagi proses perubahan. Pada masa yang sama
pemikiran sains mengalami pemunduran akibat pengaruh ahli falsafah
kemanusiaan yang benama plato (437-327 SM) dan Aristoteles ,
vulkanisme mempunyai kaitan erat dengan gempa bumi dan menganggap
gempa bumi itu berlaku akibat pencampuran udara lembab dengan udara
kering didalam bumi. Leonarda da vinci (1452 1519) berpendapat
bahwa kenampakan permukaan darat adalah hasil erosi, kulitkerang yang
terdapat dipegunungan apenina sebagai organism yang hidup ketika itali
ditenggelami laut, letusan gunung berapi dan gempa bumidisebabkan oleh
tegasan dan tarikan keatas bumi serta tindakan gas dari perut bumi.

Perkembangan sains sekarang adalah berdasarkan anggapan bahwa


proses alam terjadi secara teratur dan memerlupakn masa yang panjang
tetapi kadang-kadang terjadi sebagai malapetaka (catastrophe).

Katastrofisme (catastrophe); sepanjang abad ke 17 dan 18.Dokrin


katastrofisme sangat popular.Pera penganutnya percaya bahwa bentuk
permukaan bumi dan segala kehidupan diatasnya terbentuk dan musnah
dalam sesaat akibat suatu bencana (caatastroph) besar.Pegunungan,
lembah dan bentuk lainnya, yang sekarang kita tau pembentukannya
memerlukan waktu yang sangat lama, dianggap terbentuk hanya dalam
sesaat saja.

Uniformitarianisme; akhir abad ke 18 dianggap sebagai


permulaan pengetahuan kebumian modern, karena pada saat itu jhon
Hutton ( 1726-1792), seorang ahli fisika skotlandia menulis buku pada
tahun 1785 berjudul Theory of the earth. Beliau mencetuskan
doktrinnyamengenai Uniformitarisme yang dipopulerkan oeh Lyell
dalam bukunya yang berjudul prisciple of geology dan secara ringkas
disimpulkan sebagai the present is the key to the past. Doktrin ini
menyatakan bahwa hokum fisika, kimia, dan biologi yang berlangsung ini
berlangsung juga pada masa lampaum artinya yaga-yaga dan peoses-
proses yang membentuk permukaan bumi seperti yang kita amati saat ini
telah berlangsung sejak lama ( erat hubungannya dengan waktu).

1.3 KONSEP DASAR GEOMORFOLOGI

Thornbury, 1958, memberikan beberapa konsep dasar untuk mempelajari


geomorfologi. Konsep dasar tersebut adalah :

a. The same physical presses and laws that operate today operated
throughout geology time althpugh not necesserly always with the
same intensity as now.
b. Geology structure is a dominant contro factor in the evolution of
landform and is reflected in them.
c. Geomorphic presses leave their distinvtie imorint upon land forms,
and each geomorphic process develops its own characteristics
assemblage of land forms.
d. As the different erosional agencies act upon the earths surface there is
produced a sequenc og land forms having distinctivecharacteristics at
the successive stage of their development.
e. Complexity of geomoephic evolution is more common than
simplicity.
f. Little of the earths surface topography is older than tertiary and most
of it no older than Pleistocene.
g. Proper interpretation of present-day landscapes is impossible without
a full appreciation of the manifold influences of geologic and climatic
change dujing the Pleistocene.
h. An appreciation of world climates is necessary to a proper
understanding of varying comcerned of different geomorfhic prosses.
i. Geoorfoogy, although vomderned primary with presentday.

Berdasarkan pengetahuan konsepasas geomorfologi, sebagai


latar belakang dalam pemikiran geomorfologi, yaitu :
1. UNIFORMITARIANISME.
Uniformitariansme merupakan geosains modern adalah berasaskan
anggapan bahwa proses alan yang berjalan sekarang bertindak dengan
cara yang serupa dimasa lampau.
intensitas pengikisan oleh glasier pada pleistosen, tidak sama
dengan sekarang karena glasier sudah banyak menyusut.
Tindakan manusia terhadappermukaan bumi tidak berlaku di
zaman tertier dan masa geologi sebelumnyaa, karena manusia
belum ada (wujud).

Pada konsep uniformitarianisme perlu mempertibangkan :

a. Panjang masageologi
b. Proses yang berlangsung adalahselaras dengan hukum fisikal dan
hukum kimia.
c. Jenis media (agen) yang tersebut dalam proses.
2. SIKLUS GEOGRAFI ATAU SIKLUS EROSI.
W.M. Davis, pakar geomorfologiterkemuka dari amerika serikat
mengemukakan bahwa permukaan bumi (darat) mangalami suatu
perkembangan dengan ciri-ciri tertentu berupa peringkat muda,
dewasa dan tua. Konsep siklus erosi hampa berlangsungnya ke
peringkat akhir, jika keadaan kerak bumi tenang jangka waktu yang
panjang.Pengecualian terjadi terhadap tempat-tempat dikerak bumi
yang aktif (kawasan tektonik aktif).
3. GEOMORFOLOGI IKLIM

Pada hakekatnya dua factor iklim terpentig mengawal proses


geomorfologi dan bentuk bumi, yaitu suhu dan jumlah precipitation
(hujan,salju). Suhu yang tinggi dan kehadiran air yang mempercepat
proses kimia dan dibantu oleh biokimia tumbuhan, sehingga erosi
yang akan terjadi akan lebih cepat dengan frekuensinya yang
besar.gerakan tanah memerlukan air yang banyak selain daripada
bahan yang lepas, karena air yang dihasilkan oleh hujan dan salju
mencair apabla mengalir dalam debisitas yang besar serta dengan
volume yang besar pula maka akan menyebabkan erosi disektar
mengalirnya air tersebut.

4. KEDUDUKAN GEOMORFOLOGI DALAM


Konsep ilmu kebumian harus dioahami melalui pendekatan
system bumi dan atmosfer, meliputi :geosfer, hidrosfer, atmosfer (dan
biosfer) serta system planet. System tesebut mewujudkan diantaranya
ada 2 (dua) kekuatan yang mempengaruhi permukaan bumi, yaitu
proses endogen dan proses eksogen, kekuatan tersebut berada dan
berlangsung digeosfer. Karena sasaran utama dari kajian geomorfologi
adalah bentuk lahan (landform) dipermukaan bumi, sehingga
geomorfologi merupakan bagian dari ilmu kebumian.
BAB II. PROSES GEOMORFOLOGI

2.1. DEFINISI PROSES GEOMORFOLOGI

Proses geomorfologi adalah semua proses fisikal, kimia dan biolgi yang
mengakibatkan perubahan kepada bentuk bumi.

Proses fisial ada yang berasal dari dalam bumi (seperti penerobosan batuan
beku dan feformasi tektonik pada kerak bumi) dan yang bersal dari luar bumi
(seperti penynaran oleh matahari hujan da salju dan juga jatuhan meteorit
kepermukaan bumi). Proses kimia berupa pelarutan batu kapur/batugamping yang
menampakan morfologi khas bernama karst, tindak balas kimia didalam magma
serta pemyesuaian permukaan bumi terhadap ruang magma dan akar tumbuhan.

Media (agent) geomorfologi mempunyai kemampuan untuk memperoleh


dan mengangkut material yang lepas dipermukaan bumi. Jika media bersal dari
ruang bumi tetapi masih dalam lingkungan atmosfir, disebut proses eksogen.
Media yang datan dari luar bumi, disebut proses luar bumi (extraterrestrial).

Bentuk lahan ileh proses geomorfologi dapat berupah bentuk lahan hasil
(yang bersifat) membangun (constructional landform) atau bentuklahan hasil
(yang bersifat) merusak (detructional landform).

Proses dan media yang menghasilkan bentuklahan berbeda disatu kawasan


dengan kawasan lainnya, contoh :nerosi oleh aliran sungaimenghadilkan lembah
(pengrusakan) dan juga dapat mewujudkan delta (membangun).

2.2. KLASIFIKASI PROSES GEOMORFOLOGI

Beberapa peneliti membagi dan menguraikan proses-proses geomorfologi


dalam beberapa klasifikasi, diantaranya :
Menururt Lobeck (1939) dan Bemmelen (1949)

Mengemukakan bahwa pembentukan muka bumi dibedakan atas :

1. Constructional form
a. Distrofisme (segala gerak deformasi)
1. Epirogenesa (epiro berasal dari bahasa yunani berarti benua), adalah
gerakan yang mempengaruhi sebagian atau seluruh benua.
Ciri gerakan dan pengaruh epirogenesa adalah (mountain building, van
bemmelen, 1949).
- Kenaikan dan penurunan relief, lambat, kecepatan rata-rata 0,1-1
mm/thn.
- Gerakan meliputi daerah yang luas dari kerak bumi, 10002 .
2. Orogenesa (oros berasal dari bahasa yunani berarti gunung) gerakan
yang membentuk pegunungan, gerakan vertkal terjadi/umunya dari
orogenesa, mendekati 0,1-1 cm/thn
b. Vulkanisme
Gejala atau venomena yang menyangkut atau berhubungan dengan
kegiatan penerobosanmagma kepermukaan bumi, sehingga membentuk
gunung api (volkanues) yaitu bentuk timbulan (kerucut. Dll) dipermukaan
bumi yang dapat tersusun dari hasil pembekuan magma dan endapan
rempah-rempah lepas vulkanik yang berasal dari dalam bumi.

Hubungan Orogenesa dan Vulkanisme

sebetulnya arti dari orogenesa adalah pembentukan pegunungan dan secara


klasik proses ini melibatkan deformasi tektonik seperti pelipatan dan
pematahan yang kadangkala diikut oleh intrusi magma dan kemudian
dapat menjadi rangkaianpegunungan.

Contoh dari bentuk-bentuk konstruksional : pegunungan,plateau,


dataran.
2. Destruksional form :penyebab utama

a. Sungai ;

1) Erosi (lembah, alur/gullies/gerges, canyons)


2) Residu (peaks, butes, monadnocks,dll)
3) endapan (kipas alluvial, dataran banjir dan delta)

b. GLasial :

1) erosi (cirques dan glasial troughs)


2) residu ( peaks, artes, roches)
3) endapan (moraines, drumlins, kames, eskers)

c. Gelombang :

1) erosi (gua-gua laut/ pantai)


2) residu (wave-cut cliffs, benches, stacks,dan arches).

d. Angin

1) erosi (blowholes)
2) residu (pedestal dan mushroom rocks).

Menurut Thornbury, 1969

Menurutnya bentuk-bentuk bentang alam terjadi dari :

1. Proses Eoygen atau proses eksogen


a. Degradasi :
Proses yang cenderung meratakan/mereduksi permukaan bumi melalui :
1. Pelapukan :
- Desintegrasi/mechanical weathering
- Dekomposisi/chemical weatering

2. Mass wasting (gerakan massa) :


Runtuhan, gelinciran, aliran, kombinasi
3. Erosi dan transportasi oleh :
Air mmengalir, allir tanah, gelombang/aruslaut/pasang/tsunami,angina,
gletser.
b. Agradasi :
Proses yang cenderung meninggalkan toografi dengan cara pengendapan
oleh ;
Air mengalir/aliran air permukan, air tanah, gelombang/arus
laut/pasang/tsunami,angina,gletser.
c. Aktivitas organisme/ antropogenetik, meliputi :
Tanaman, binatang, dan manusia.
2. Proses hydrogen atau proses endogen :
a. Diastrofisma
b. Volkanisme
3. Proses ekstraterrestrial :
Meteorit-mateorit jauh

2.3 PROSES EKSOGEN

Proses eksogen juga dikenal sebagai proses epigen, meliputi: degradasi


atau berbagai jenis pelapukan, gerakan masa tanah dana tau batuan, dan erosi ;
gradasi atau pengendapan materian hasil degradasi ; dan aktivitas organisme. Pada
hakekatnya proses eksogen ( jika tidak diganggu dengan proses lainnya),
bertujuan untuk meratakan permukaan bumi, proses erosi akan mengikis tempat-
tempat yang tinggi dan material hasil penikisan akan diendapkan pada tempat-
tempat lekuk dan cekunga-cekungan dipermukaan bumi. Kegiatan manusia dan
hewan lainnya mengali dan mengorek, juga secara langsung maupun tidak
langsung menyebabkan perataan.
2.3.1 pelapukan
Proses pelapukan akan mengakibatkan perubahan-perubahan yang terjadi
pada material dan batuan didekat permukaan bumi karena pengaruh atmosfer, air
dan organisme/biotis sehingga bumi dengan batuan yang keras menjadi tidak
tahan dan akan hancur/lapuk.
1. Pelapukan batuan tergantung kepada beberapa factor , antara lain :
Factor batuan, factor kemiringan lereng/medan (slope) factor kondisi iklim,
factor waktu, dan factor organisme.
a. Factor batuan (mineral)
Mudah tidaknya batuan menjadi lunak tergantung dari mineral-mineral
yang dikandungnya.Pada batuan beku umumnya mineral-mineral yang
terbentuk pada suhu yang lebih tinggi mempunyai stabilitas terhadap
pelapukan yang lebih rendah, seperti olivine lebih mendekati kondisi
atmosfer dibandingkan dengan kondisi armosfer dibandingkan dengan
kondisi pada waktu kristalisasi olivine terjadi (lihat bagan Bowens
Reaktion series).
Bataun beku yan gbertekstur lebih keras cenderung lebih mudah
mengalami disentegrasi dari pada yang berbutiran halus. Batuan yang
berpori akan lebih cepat melapukan daripada yang padat. Batuan yang
retak-retak/berkekar atau hancur karenalebih mudah lapuk daripada
batuan segar, dan seterusnya.
Tabel 2.1. bowen reaction series

b. Factor kemiringan lereng/medan


Kemiringan medan mempengaruhi kecepatan dari proses dekomposisi
dan desintegrasi, dan mempengaruhi proses akumulasi hasil pelapukan.
Medan yang datar akan menyebabkan pancaran matahari kea rah tegak
lurus pada permukaan, gerakan air aliran dan air tanah akan lamba
sehingga proses reaksi kimia menjadi lama, dan dapat terbentuk tanah
hasl pelapukan yang tebal serta vegetasi dapat tumbuh lebih baik.
Medan yang miring/terjal, tanah hasil pelapukan akan terangkut dengan
cepat ke tempat lain oleh air, angina ataupun gaya berat. akibatsingkapan
yang tampak adalah batuan induk yang segar, sehingga mencerminkan
seolah-olah batuan disitu tahan terhadap palapukan.
c. Factor kondisi iklim
Factor iklim menyebabkan adanya kondisi lembab, atau kering, panas
atau dingin, lebet atau langkanya vegetasi, dan sebagainya. Pada ilim
gurun dengan udara yang kering dan mempunyai perbedaan suhu
maximum dan minimum yang besar, akan menyebabkan pelapukan
mekanis (desintegrasi) dominan, yang terjadi adalah hancuran batuan
menjadi buongkah-bingkah hingga pasir atau debu.
Pada iklim tropis seperti indonesia dicirikan dengan curah hujan tinggi,
tingginya suhu udara, banyaknya jenis vegetasi dan binatang,sehingga
pelapukan sangat kuat, disini pelapukan fisik dan pelapukan kimia
terjadi. Pada daerah dingin proses-proses reaksi kimia bejalan amat
lambat, proses pembekuan air menjadi es delam rongga-rongga bautan
dapat memecah batuan oleh daya kristalisasi es (frost action).
d. Factor waktu
Perkembangan proses pelapukan hamper sema tidak dapat dilihat dengan
mata,jadi membutuhkan waktu sehingga hasil dari pelapukan yang tebal.
Makin lama waktu kontak antara batuan daengan atmosfer, air dan
organisme dengan berbagai factor lain, proses pelapukan makkin lama
pula berlangsung sehingga tebal juga hasil pelapukan.
e. Organisme
kegiatan dari organisme akan membantu percpatan proses pelapukan.
Misalna : akar tumbuh-tumbuhan, dengan menggali atau bebean dari
hewan, dan penggunaan lahan oleh manusia.
Makin banyak organisme yan gberpengaruh delam pelapukan makn
tinggi derajat pelapukan yang terjadi.

2. secara umum pelapukan dibagi menjadi 2 macam, yaitu :


a. pelapukan mekanis (mechanical weathering/physical
seathering/desintegrasi).
Contoh dari proses pelapukan mekanik antara lain :
- proses perubahan volume akibat pembekuan air didala pori-pori
batuan.
- Perubahan suhu yang sangat besar karena pemanasan dan
pendinginan yang silih berganti.
- Kegiata organisme ( tanaman binatang dan manusia).
Di dalam pelapukan mekaknisatau fisik pada batuan dapat disebabkan
oleh:
Tekanan atau beban, terkena panas terutama sinar matahari dan adanya
pertumbuhan Kristal pada batuan.
- Batuan yang terkena tekanan, panas akan menyebabkan crack, dan
inilah awal dari pelapukan ini.
- Setelah batuan pecah, terutama batuan berbutir maka akan
terjadigranular exfoliation atau desintegrasi.
- Proses granular exfoliation dan speheroidal weathering
(pelapukan mengulit bawang).
b. Pelapukan kimiawi (chemical weaathering)
Proses hancurnya batuan karena perubahan kimiawi dari mineral-
mineralnya.
Pelapukan dalam hal ini adalah air sebagai zat pelarut.
1) Menurut Thornbury (1969) dikenal :
- Proses hidrasi
Adalah prosesterserapnya molekul-molekul air oleh suatu
mineral, sehinggga mineral-mineral baru mengandung air kristal.
Contoh :
Konvensi dari anhydrit menjadi gypsum.
Ca SO4 + 2H2O CaSO4 . 2H2O
Konvensi dari hematit menjadi limonit
2Fe2O3 + 3H2O 2Fe2O3 . 3H2O
- Proses Hydrolisis
Adalah proses pembentukan ion hidroksilyang kemudian berperan
dalam reaksi kimia. Pada ummnya terjadi pada pelapukan felspart
dan kimia.
Contoh : pelapukan mineral orthoclas ( K Al Si3O8 ).
Secara kimia :
K Al SI3O8 + HOH H Al Si2)8 + KOH
(orthoclas) (asam silisik alumiina)
2) Menurut Zumberge,1976 dikenal :
- Proses pencucuian (leaching)
Proses berubahnya dan berpindahnya komponen-kompenen kimia
dari suatu batuan atau mineral oleh larutan. Batugamping,
dolomitan atau marmer mudah mengalamiproses ini. Proses ini
dikenal juga sebagai proses pelarutan (solution)
Contoh:
Reaksi pelarut calsium karbonat (CaCO3) membentuk
bicarbonate
CaCO3 + H2O + CO2 Ca (HOC3)2
Calcite asam karbonat calsium bicarbonate
(padat) (air hujan) (larutan)
Reaksi ini dikenal dengan proses korosi
- Proses oxidation
Proses oenambahan valensi posotof atau mengurangi kovalen
negatif jadi ada erpindahan suatu elektron ataulebih dari ion atau
atom, atau reaksi suatu zat (mineral dalam batuan) dengan
oksigen pelapukan yang menghasilkan oksida.
4Fe S2 + 11O2 + 2n H2O 2FeO3 n H2O + 8 SO2
Pyrite limonite

Hematite (Fe2O3), yang menyebabkan tanah menjadi warna


merah.
3) Jenis pelapukan kimia yang lain :
- Proses karbonisasi
Proses pelapukan yang disebabkan oleh karbon dioksida (CO2)
Contoh : pelapukan jelopar menjadi potasium karboonate
(K2CO3)
2 KalSi3O8 + 2H2O + CO2 H2 Al2 Si2O9 + K2CO3 +
4SiO2
KEADAAN TINGKAT SIFAT TEKSTUR KEADAAN
NO. ISTILAH
REKAHAN WARNA PERMUKAAN ASAL BUTIRAN
Tertutup
atau
1 Tidak lapuk Tidak Tidak berubah Tetap Rapat
berubah
warna
< 20% dari Berubah
jarak antara warna dan
Sebagian berubah
2 Agak lapuk rekahan mungkin Tetap Rapat
warna
pada kesua terisi isian
sisinya tipis
Sebagian atau
>20% dari Berubah seluruhnya
jarak antara warna dan berubah warna
Lapuk Sebagian
3 rekahan mungkin tidak rapuh, Tetap
sedang terbuka
pada kesua terisi isian kecuali batuan
sisinya tebal yang tersemen
lemah
Rapu mungkin
Sangat Sebagian Sebagian
4 Menyeluruh - berlubang-lubang
lapuk besar tetap terpisah
kecil
Tidak Sebagian Terurai
5 Menyeluruh - Menyerupai
sempurna tetap seluruhnya

2.3.2. gerakan massa tanah


2.3.2.1. pengertain
Gerakan massa tanah dan/atau batuan atau umum disebut sebagai gerakan
tanah,adalah :
- suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang
mengakibatkan bergeraknya massa (tanah dan/ atau batuan) dari suatu
tempat ke tempat yang lebih rendah.
- Perpindahan massa tanah dan atau bataun pada arah tegak, menatar atau
miring dari kedudukan semula, termasuk deformasi lambat atau jangka
panjang dari suatu lereng LONGSOR sebagai istilah atau terminolog
umum yang lebih populer dikenal masyarakat, tetapi perlu penyesuaian.
Sebagai bahasan umum, sebaiknya digunakan istilah GERAKAN
MASSA TANAH DAN/ ATAU BATUAN dianggap lebih tepat,
terkecuali telah jelas diketahui JENIS dari gerakan massa tanahnya.

2.3.2.2. proses terjadinya gerakan massa tanah


Gerakan massa tanah dapat terjadi pada lereng-lereng, dalam hal ini keadaan
lereng yangmantap saat kini dan menjadi lereng yang tidak mantap, atau baik
berpotensi bergeraknya dan yang lebih bergerak.
Lereng yang tetap adalah lereng yang tidak menimbulkan gerakan/gesekan
menurut persyaratan keseimbangan. Ketidakmantapan yang bekerja pada suatu
sistem keseimbangan lebih besar dari pada kekuatan yang bekerja sepanjang
bidang gelincir atau massa tanah/batuannnya lebih kecil dari berat tanah/batuan
itu sendiri.
Gerakan massa sering terjadi pada tanah hasil pelapukan akumulasi debris,
demikian pula pada batuan dasarnya (pada kondisi geologi tertentu). Gerakan
massa dapat berupa massa kering maupun basa, khususnyayang mempunyai
kelembaban tinggi dapat berubah menjadi aliran.
Prinsip kestabilan lereng, gaya-gaya yang menahan (resisting forsces) adalah
kuat geser (shear strength) tanah atau batuan yangbekerja sepanjang bidang
gelincir pada lereng :

Fs =
/

Fs = faktor keamanan lereng

Gerakan massa terjadi akibat


terganggunya kestabilan lereng,
secara matematis ditunjukan oleh
penurunan nilai Fs dari nilai FS > 1
menjadi nilai Fs < 1.

b c

Gambar 2.1. prinsip kestabilan lereng


Lebih lanjut oleh karnawarti (2002), mengulas proses terjadinya
gerakan tanah dan komponen-komponen pengebabnya (akan
dijelaskan lebih rinci pada saat kuliah).

Pengebab gerakan

FAKTOR-FAKTOR PEMICU
PENGONTROL GERAKAN
bentuk lahan infiltrasi air ke
TERJADI
tanah RENTAN lereng GERAKAN
STABIL KRITIS
batuan (SIAP
getaran TANAH
BERGERAK)
struktur aktivitas
hidrologi manusia

Gambar 2.2. giagram alir proses terjadinya gerakan tanah


dan komponen-penyebabnya (karnawati, 2002).
2.3.2.3. Klasifikasi gerakan massa tanah
Sistem pengelompokan (klasifikasi) akan dapat membantu dalam
penentuan jenis, sebab-sebabgerakan massa, dan cara-cara penangulangannya.
Klasifikasi dapat didasarkan menurut bentuk kedalam, aktivitas, kecepatan dan
mekanismenya.
Karakteristik dari type gerakan massa tanah dapt dibedakan dalam uraian
berikut :
1. Type runtuhan (fall)
Tipe gerakan massa tipe runtuhan, merupakan runtuhan massa tanah atau
batu dengan gerakan jatuh bebas dari lereng terjal yang curam dan tidak
adanya penyangga. Biasanya terjadi pada tebing tebing yang curam dan
tidak mempunyai bidang gelicir.
Ciri-ciri :
- Gawir (scarp) yang terjadi.
- Bentuk tidak teratur merupakan kontrol kekar ( joint) atau sesar (fault)
- Ujung kaki (Toe) gawir merupakan tumpukan material lepas.
Faktor-faktor terjadinya runtuhan (fall), antara lain :
Tebing terjal, erosi, perbedaan tingkat pelapukan, perubahan
temperatur, tekanan hidrostatis yang masuk ke dalam retakan/adanya kekar
(joint), adanya aktivitas manusia dan hewan sekitar kejadian, dan sebagainya.
2. Type gelincir (slide)
Gerakan massa batuan atau tanah menggelincir melalui bidang gelincir yang
jelas memisahkan antara massa yang bergerak atasnya ada massa yang
diam. Bidang gelincir dapat berupa bidang perpisahan batuan lunak. Bidang
batas antara tanah lapuk dan batun segar.
Tipe ini dibedakan menurut bentuk gelincirnya yang merupakan bidang
gelincirnya yang merupakan sistem tenaga penggerkana, yakni:
a. Rotasi
Bentuk bidang gelincirnya seperti lingkaran, log spiral, hyperbola atau
lengkung tidak teratur lainnya, bisa terjadi tunggal. Mmltipel atau
berantai.
Dilapangan umumnya dicirikan mempunyai mahkota dibagian atas,
bertangga, kemudian depresi, dan terangkat serta menimbun diuung
kaki (dibagian bawah).
b. Planar
Dilihat dari keruntuhan massa yang bergerak dapat berbentuk gerakan
berupa blok,, slap, dan lateral spreading. Blok dimana massa yang
bergerak, berupa satu kasatuan utuh. Slab, dimana massa yang bergerak
akan hancur setelah terjadi gerakan.
3. Tipe aliran (flow)
Merupakan aliran massa tanah atau batuan ( material) lepas/debris, baik
secara kering maupun basah (jenuh air), dengan gerakan lambat maupun
cepat.
Solifluction (salum = tanah, fluere = mengalir) merupakan aliran tanah yang
jenih air dari atas ke bawah, sering terjadi dimusim huan dan membentuk
aliran lumpur (mud flow). Didaerah tropis aliran lumpur (dan batu-batu)
dapat terjadi menyusul rock dall, debris avalance, ataupun debris slide.
Dapat juga terjadi pada akumulasi debris vulkanik yang mengumpul
dipuncak gunungapi setelah hujan lebat atau setelah letusan, danau kawah
menjadi aliran lahar hujan dan lahar letusan.
4. Amblesan (subsidence)
Gerakan dapat lamban atau cepat. Terjadi sebagai skibat penambangan
bawah tanah, penyedotan air tanah yang berlebihan proses erosi (pengikisan
atau pelarutan)n didaerah batugamping dan kodisi geologi bawah tanah
karena proses keseimbangan atau pemadatan tanah daerah-daerah yang
kedalaman tanahnya belum mantap, oleh sebab tektonik/gempa.
Berikut ini disajikan beberapa klasifikasi ferakan tanah yang pada dasarnya
mempunyai persepsi sama, hanya tipe dan modelnya berbeda. Ragam
klasifikasi ini penting, karena setiap derah bisa juga berbeda karakteristik
dan dapat dipakai sebagai pembanding.
Tabel 2.3. Klasifikasi gerakan massa (dpartemen pekerjaan
umum, 1986)
JENIS MATERIAL
TANAH
JENIS GERAKAN
BATU BUTIR
BUTIR HALUS
KASAR
Runtuhan bahan
Runtuhan Runtuhan batu Runtuhan tanah
rombakan
Jungkiran bahan
Jungkiran Jungkiran batu Jungkir tanah
rombakan
Nendatan bahan
Rotasi Sedikit Nendatan batu Nendatan tanah
rombakan
Gelincir
Gelincir Gelicir bingkah
Gelinciran Translasi bongkah bahan
bongka batu tanah
rombakan
Gelncir bahan
Banyak Gelmcir batu Gelincir tanah
rombakan
Gerakan lateral Gerakan lateral
Gerakan lateral Gerakan lateral
batu bahan rombakan
Aliran bahan
Aliran tanah
rombakan
Aliran Aliran batu Rayapan (rayapan tanah)
Majenuk Ganungan dua atau lebih tipe gerakan
Gambar 2.3. a classification of landsliders (after varnes, 1958)
Gambar 2.4. klasifikasi gerakan massa tanah
2.3.3. Pengikisan (erosi)
Erosia dala penguraiian atau pengikisan dan engangkutan tanah dan atau
bahan maupun bahan lainnya oleh tanaga air, angin atau es. Pengikisan dilakukan
oleh media air, angin, dan gletser yang dikontro oleh jumlah faktor seperti iklim,
litologi, relief, penggunaan lahan oleh manusia, dan keadaan tektonik daerah
setempet. Erosi terjadi setiap daerah yang mempunyai elevasi diatas datum of
erosiom, oleh media air, es dan angin. (untuk media es dan angin dibahas
terpisah). Tipe erosi berupa erosi lembar (sheet erosion), erosi alur (rill erosion),
erosi parit( gully erosion), dan erosi jurang ( ravines erosion).
Air permukaan, sejak jatuhnya butiran hujan hingga aliran permukaan (
surface run off) dapat menyebabkan terjadinya erosi, yang berkembang dari
bentuk splash erosioan, rill erosion, gully erosion, valley erosion dan sheet
erosion.
Splash erosion : erosi ini terdapat pada daerah yang beriklim sedang atau
berilim tropis. Ini terjadi pada waktu hujan jatuh sampai
permukaan bumi dan mamou mengadakan
benturan/pukulan-pukulan membentuk relief berupa
lubang-lubang.
Rill erosion : yaitu perluasan dari spalsh erosion yang satu dan lainnya
saling berhubungan, tetapi cekungan yang dibentuknya
menjadi relief linier, sedikit sekali mengalami pembelahan
atau pengembangan lembahnya mengalami deepend of
valley. Rill erosion inilah yang merukan awal mula
sy=ungai (initial river) dan masih belum membentuk alur
atau gulleyerosi iniumumnya terdapat pada suatu daerah
dengan kemiringan lereng lebih besar dari 18.
Gully erosion : suatu pengembangan dari rill erosion yang sifatnya bukan
lagi erosi selektif tetapi sudah berkembang ke arah erosi
samping atas dasar ini tejadilah perkembangan lembah
yang bersifat l=melebar ke samping (widen of valley).
Morfologi berubah secara cepat karena material-material
yang diangkut oleh erosi ini lebih besar, terlebih lagi bagi
batuan pengusun tanah itu merupakan resistensi rendah,
misalnya lempung atau limestone (klastik). Pada umumnya
gulley erosion terjasi pada daerah dengan kemiringan
lereng antara 10 - 18, sebagai akibat lanjut dari erosi ini
dapat menyebabkan terjadinya bisa terjadi rock fall pada
daerah itu.
Valley erosion: suatu kegiatan erosi hasil dari pertemuan gulley erosion,
proses ini terdapat pada kemiringan 5 - 15 dengan gradien
verhangnya kecil. Proses meader berjalan sangat komplek,
bahkan sedimentasi berjalan sangat hebat, yaitu yang
berasal dari rill dan gulley erosiom. Perkembangan
lemhnya banyak terjadi dimana widen of valley. Untuk
deepend of valley tidak begitu besar pengaruhnya kalau
dibandingkan dengan kedua macam perkembangan lemah
tersebut (widen dan lengthen of valley) karena pada saat
akan berubah menjadi deepend of valley sedah diimbangi
sedimentasi.
Sheet erosion : terjadi pada daerah yang mempunyai kemiringan lebih kecil
dari 5 (oblique(, sheet erosion ini berkembang/terjadi
karena pertemuan valley erosion sedangkan proses deepend
terpengaruh oleh sedimentasi yang efektif diangkut oleh
aliran. Faktor-faktor cepatnya erosi dipengaruhi oleh faktor
setempat yang jenis batuan/tanah, topograffi (kemiringan
lereng, vegetasi, peranan manusia, kesemua proses-proses
tersebut berkembang pada suatu tempat mengalirna air
secaraalamiah dengan membentuk pola tertentu yang
disebut sungai.
Derajat erosi ditentukan oleh : jenis batuanya, iklim, vegetasi dan relief.
Perndekatan untuk penentuan derajad erosi dapat dilakukan dengan
menggunakan Tabel 2.6.,Tabiel 2.7.,Tabel 2.8.
Tabel 2.6. erosi lembar (vansuidam, 1979)
HARKAT KARAKTERISTIK
Tidak terlihat gejala erosi,
1 (tidak ada) horizontal A terbentuk
baik.
Horozontal Asebagian
terkikis, bagian-bagian
2 (keil) dari horizontal diatasnya
dapat dijumpai pada
horizon dibawahnya.
Horizontal A sangat tipis,
horizontal-horizontal
3 (sedang)
dibawahnya tersingkap
pada beberapa bagian.
Tidak ada horizontal A,
4 horozontal-horizontal
(besar/kritis) dibawahnya terkikis,
batuan dasar tersingkap.
Tabel 2.7. erosi alur, lembah, dan jurang (van zuidam, 1979)
TIPE JARAK ANTARA TIPE EROSI (m)
NO. KEDALAMAN
EROSI < 20 20 50 50 150 150 -300 >300
1. Alur < 50 Sedang Kecil - - -
2. Lembah 50 150 Besar Sedang Kecil - -
150 300 Besar Besar Sedang Kecil -
3. Jurang >300 Besar B(esar Besar Sedang kecil

Tabel 2.8.derajat erosi ber4dasarkan kerpatan sungainya


No JENIS SPASI KARAKTERISTIK
DENSITAS (SKALA
1;2O.000)
1 Halus/lemah/kecil <0,5 cm Aliran permukaan
sangat tinggi
(limpasan besar)
batuan/soilkedap
air(impervius)
2 Sedang 0,5-5cm Aliran permukaan
sedang(limpasan
sedang)bantuan/soil
kedap air
menengah/agak
permeabel
Kasa/besar/kuat >5cm Aliran permukaan
3
rendah batuan/soil
keras dan
permeable.
Kerapatan drainase/tingkat pengiksan (curah lembah/sungai orde pertama)
diartian sebagai panjang sungai (km)/satuan luas lahan (km2)
Kuenen (1950), percaya bahwa hanya 1/100 sedimen disunm bangkan oleh
pengikisan(erosi kepada jumlah sedimen yang terbentuk pada pantai sedunia.

Studdart (1971) memberikan nilai berikut bagi kadar pengikisan pantai :


1. Pantai dengan litologi yang berbutir halus yaitu :
- Pantai laut azov tidak lebih dari 12m/thn
- Pantai laut baltic(polandia) 1m/thn
- Pantai laut cape cod (amerika serikat) sebesar 1mm/thn
- Pantai timur england antara 1-5 m/thn
2. Pantai dengan litologi berbutiran kasar,yaitu :
- Panati laut normandia (prancis sebesar 0-3mm/thn.
Sehingga menurut studdart setiap pengikisan sungai dan pengikisan pantai dapat
mengurangi volume darat sebanyak 13-6 km3 jia usuan batuna diketahui maka
kedalaman jurang dan lembah yang terkikis pada batuan tersebut memberuikan
gambaran mengenai kadar pengikisan.

Marchand (1971) telah mendapatkan nila sebesar 1-3mm/1000 tahun terhadap


aliran basait yang berumur 10-8 juta tahun di white mountain, california yang
beriklim kering atau sangat kering.

2.4 proses endogen


proses endogen beresal dari bumi. Fenomena geologi kelihatan
atau terbentuk doipernukaan bumi mulai dari permukaan bumi hoingga
mencapai kedalaman 700-1000 km vulkanisme meluptui kegiatan
gunungapi dupermukaan bumi (letuhan, aliran lava,keluarnya uap dan gas
) dan juga aktivitas magma di dalam kerak bumi (berupa penerobosan dan
pembekuan magma sebagai basalit, sill, dyke, dll)
Diastrofisme merupakan segala gerak deformasi meliputi proses
endogen yang berubah bentuk serta kedudukan bagian kerak bumi dan
mental bagian atas. Diastrofisme terdiri dari epiregenesis yaitu
pengangkatan atau penurunan permukaan bumi yang luas secara
perlahalahan dan orogenesa yaitu pengangkatandan penurunan bagian
kerak bumi yang disertai pengkekaran (peretakan), pensesaran dan
pelipatan batuan kerak bumi. Proses endogen dibantu dengan proses
eksogen menghasilkan pegunungan lipatan atau pegunungan sesar
bongkah dalam zona orogen.
Gempah bumi biasa dianggap sebagai salah satu proses
ndiastrofisme yang ditafsirkan dapat diikuti oleh keruntuhan (collapse)
atau pensesaran. Ada pakar yang mengganggap gempa bumi lain dari
proses diastrofisme, karena gempa bumi langsung manghasilkan morfologi
yang nyata, sedangkan diastrofisme tidak demikian.walaupun demikian
suatukesepakatan bahwa proses endogen selalunya menghasilkan bentuk
muka bumi. Jika proses endogen ini berhenti maka degradasi dan agradasi
akan meratakan permukaan bumi

2.5 PROSES ASAL LUAR BUMI


Meteorik crater (diameter 1300m, kedalaman 180m dikelilingi pematang
setinggi 40-50 m diatas dataran sekitarnya) di arizona amerika serikat
adalah sebuah kawah yang dianggap terbentuk sebagai akibat jatuhan
sebuah meteorik besar. Mineral koesit dijumpai pada tebing kawah koesit
adalah sejenis mineral SiO2 yang terbentuk dari hansil benturan/hantaman
metoerit terhadap bahan kuarsa, pinggir kawan terdiri dari lapisan satuan
batu pasir dan batu gamping yang berumur prem.
BAB III. POLA PENGALIRAN SUNGAI

3.1 KLASIFIKASI SISTEM PENGALIRAN


Didalam proses geologi ini maupun geomorfologi air memegang peranan
penting karena mempunyai kemanpuan sebagai pengantar peoses pelapukan.
Proses erosi yang dapat mengukir permukaan bumi, media transportasi dan
preoses sedimentasi. Kegiatan dari air akan tersalurkan dalam lembah-lembah
pengaliran dengan hasil yang dapat merusak atau membangun. Pengaliran, dalam
pembentukannya selain ada sumber air (hujan, mencairnya es, munculnya mata
air) juga dipengaruhi ooleh litololgi, proses-proses diatropisma dengan sturktur-
struktur geologi yang dihasilkannya, dan lereng-lereng yang menentukan arah
alirannya (adanya relief permukaan bumi).air hujan setelah jatuh dipermukaan
bumi dapat mengalir sebagai aliran permukaan ( sueface run off) : merembes
kedalam tanah yang dapat muncul sebagai mata air, tertampung didanau,rawa,laut
: mengalami eveporasi : diserap oleh vegetasi,trsnpirasi, dan dimanfaatkan leh
manusai dan binatang.
3.1.1 berdasarkan keterdapatan airnya pada sungai, dapat dibagi atas :
1. sungai normal/permanen/parental, yaitu sungai yang berair (mengalir )
sepanjang tahun
2. sungai periodis/intermittent, yaitu sungainketerdapatan airnya (mengalir
) ditentukan dengan tipe muson atau musim (tergantung keadaan
musim). Pada daat musim hujan debit airnya besar sedangkan pada
musim kemarau sebaliknyasungai episodik/epemeral, yaitu tipe sungai
yang terdapat didaerah gurun (arride) yang hanya berair setelah turun
hujan lebat
2.1.2 menurut genesanya
1. sungai konsekuen yaotu sungai yang mengalir searah dengan
kemiringan awal dari daerah kubah, pegunungan blok yang baru
terangkat, dataran pantai yang terangkat
2. sungai suksekuen yaitu, sungai yang mengalir sepanjang jurus
lapisan batuan dan bentuk lembah sepanjang daerah lunak
3. sungai opsekuen yaitu, sungai yang mengalirnr berlawanan
dengan arah kemiringan lapisan batuan dan jga berlawanan
dengan aliran sungai konsikuen biasanya pendek dengan gradien
tajam dan merupakan sungai musiman yang mengalir pada
gawir.umuny merupakan cabang dari sunga subsekuen.
4. Sungai resekuen yaitu, sungai yang mengalir searah dengan
sungau konsekuen dan searah dengan kemiringan lapisan
batuan. Sungai ini terbentuk lebih kemmudian cenderung baru,
resekuan berasal dari resent dan consicuen.
5. Sungai inskuen merupakan sungai yang tidak jelas
pengendaliannya, tidak mengikiti struktur batuan dan tidak jelas
mengikuti kemiringan lapisan. Pola alirannya umumna
dendritik.
GAMBAR

2.1.3 Menurut struktur pengontrolan


Misalnya : lembah antiklin, lembah sinklin, ;embah monoklin,
lembah sesar, dll.
2.1.4 berdasarkan atas struktur-struktur asing (foreign sructure)
atau lembah-lembah yang memotong struktur geologi
(transversal)
1. sungai superimpos (superimposed/superposed) yaitu :
merupakan sungai yang mla-mula mengalir diatas endapan suatu
alluvial atau daratan peneplain, dengan lapisan tipis yang
menutupinya hingga lapisan dibawahnya tersembunyi. Jika
terdapat rejuvinasi, maka sungai tersebut kemudian megnikis
perlahan-lahan endapan aluvial atau lapisan penutup tersebut
dan menyingkapan lapisan dibawahnya tanpa mengikuti banyak
pola alirannya semula.
2. Sungai anteseden yaitu : sungai yang mengalir tetap pada pola
alirannya, meskipun selama itu terjadi perubahan-perubahan,
struktur, misalnya: sesar,lipatan,ini dapat terjadi struktur
terbentuk secara perlahan-lahan. Jika sungai anteseden didaerah
yang mengalami pengangkatan sedemikan rupa hingga
kemiringan berlawanan dengan arah aliran sungainya disebut
sungai anaklinal.
3. Compaund stream yaitu : sungai yang mengairi daerah dengan
umur geomorfik yang berdeda-beda, composit stream mengaliri
daerah dengan struktur-struktur geologi berlainan. Misalnya :
bengawan solo, citarum, asahan dan sebagainya (termasuk
dalam compund ataupun composit stream).

GAMBAR

3.1.5. Bedasarkan atas hubungan terhadap perubahan batas


erosi vertikal (base level)
1. Lembah tenggelam (drowned), permkaan air laut naik.
2. Lembah rejuvenated, permukaan air laut turun.

GAMBAR
BAB IV. BENTUK PERMUKAAN BUMI DAN
JENTERA GEOMOEFOLOGI

4.1. BENTUK PERM UKAAN BUMI


bentang lahan (landscape) adalah bagian bentang atau ruang
permukaan bumi dengan seluruh fenomenanya, yang tediri atas suatu
susunan sistem yang rumit, terbentuk oleh interaksi dan interperedensi
antara bentuk lahan, batuan, lahan pelapukan bataun, tanah, air, udara,
tumbuhan, heawn, laut, tepi pantai, energi, dan manusia dengan segala
aktivitasnya yang secara keseluruhan membentuk satu kesatuan yang dapat
dikenali perbedaanya (WLO landschapstaal dan Zuidam, 1978; surastopo,
1982; vink 1983).
Bentuklahan (landform), adalah konfogurasi permukaan bumi yang
mempunyai relief khas, karena pengaruh kuat dari struktur kulit bumi, dan
bekerjanya proses alam pada batuan penyusunnya, didalam ruang dan
waktu tertentu(strahler, 1983; verstappen, 1983; zuidam dan cancelado,
1985; sutikno, 1992).
Medan (morphologi) adalah aspek bentuklahan yang mengkaji
tentang bentuk atau seluk-seluk permukaan bumi, baik morfologi yang
sifatnya pemerian atau deskriptif, maupun morfometri yang mengcakup
ukuran secara kuantitatif (Verstappen, 1983; zuidam dan cancelado, 1985).

Lahan (land), adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan


semua atribut yang agak stabil atau diperkirakan siklik dari geosfer, yang
secara vertikal meliputi stmosfer, tanah, geologi,geomoefologi,hidrologi,
tumbuhan dan hewan serta hasil aktifitas manusia masa lalu dan masa
sekarang (FAO,1976)

CLIMATE

HYDROLOGIC

RELIEF/MORPHOLOG
I
LITHOLOGY/ROCKS

GEOMORPHOLOGICAL
LAND TERRAIN
PROCESSES

SOILS

VEGETATION/LAND
COVER

FLORA/FAUNA

HUMAN FACTOR

4.2 RELIEF
Bentang lahan dan bentuklahan ditunjukan oleh berbagai satuan relief
bumi merupakan kenampakan topografi permukaan bumi dalam bentuk ketidak
aturan secara vertikal, baik dalam ukuran besar maupun kecil dari permukaan
litosfer. Kesamaan karakteristik relief dipermukaan bumi pada suatu
temapt/daerah disebut satuan relief (relief unit). Relief bumi dapat digambarkan
melalui peta topografi dan citrapenginderaan jauh. Ilmu yang mempelajari seluk
beluk bentuk permukaan bumi disebut morfologi. Relief muka bumi akan lebih
dipahami jika seluruh air dan salju diatas muka bumi dibuang telebih dahulu, juga
vegetasi yang menutupi daratan.
Terdapat 3(tiga) kelompok besar (order) relief:
1. Relief order pertama : benua dengan papara, dan cekungan samudra.
Relief orde pertama termasuk didalamnya adalah kelima benua (asia,
afrika, australia, eropa, amerika), samudra-samudra besar (atlantik, pasifik,
india).
Paparan merupakan bagiam dari benua yang ditutupi laut; merupakan
daerah dangkal 200 meter dibawah permukaan laut. Batas antara benua
dan cekungan samudra umumnya miring tajam, disebut lereng benua
(continental slope), contohnya antara lain newfoundland, amerika timur,
peru, california, jepang, asia tenggara. Beberapa contoh paparan antara
lain paparan sunda, sahuk,
Pemukaan benua umumnya teratur, melebihi dasar samudra. Diastrofisme,
vulkanisme dan erosi telah dan sedang mengubah bentuknya. Puncak
tertinggi benua adalah Mt. Everest (8.880m).cekungan samudra
merupakan bagian cekung dari permukaan bumi. Kedalaman tersebsar
adalah sekitar 4000 meter dibawah permukaan laut. Dibanyak tempat,
pada batas antara benua dan berbentuk memanjang relatif sempit.
Beberapa patung antara lain : palung pilipina(11.000 m), guan (10.500 m),
samoa (10.000 m), jepang (9000 m), alenten (8.000 m), portorico (9.900
m) dan palung jawa (7000 m).
2. Relief order kedua : termasuk bagian dari benua dan cekungan
samudera, berupa pegunungan-pegunungan besar, plateau, dan daratan-
daratan luas.
Pegunungan merupakan jajaran-jajaran daerah tinggi yang panjang relatif
sempit dan mempunyai puncak-puncak yang sempit pula. Pegunungan
dapat dibagi menurut tata letak geografimenjadi coldirella, system;
rangges, chain, groups, isolated atau individual units. Beberapa contoh
antara lain : pegunungan sircum pasifik, sircum mediteral cordillera dari
amerika barat laut dan colombia; appalachian system; alenten japan
indonesia mountain chain volcanic individual mountain. Plateau dan
daratan (palin) merupakan daerah dengan struktur horizontal. Plateau ber-
relief tinggi dengan lembah-lembah terjal dan canyon. Dataran ber0relief
rendah dengan lembah-lembah dangkal. Banyka plateau dan daratan yang
terangkat atau bahkan terpatahkan oleh sesar. Beberapa contoh plateao
antara lain alleghany plateau (500 m), hreat plains (2.000m). lateau of tibet
(5.000 m). Banyak plateau terletak disebelah atau diantara pegunungan.
Daratan umumnya rendah, terletak pada tepih-tepih benua (coastal plain)
dan banyak menjadi daerah yang dihuni dan berkembang. Jika terletak
didalam benua disebut interoir plains.

GAMBAR

3. Relief order ketiga : terdiri dari bentuk-bentuk yang relatif kecil seperti
bukit-bukit (perbukitan), lembah-lembah,pegunungan cekungan danau,
gunungapi, kipas aluvial, gawir, buttes, mesa, dan sebagainya, order ketiga
ini lebih bn=anyak dipelajari dengan lebih detail dan juga banyak
disinggung kegiatan manusia.

GAMBAR
4.3. JENTERA GEOMORFOLOGI

Semua bentuk muka bumi dihasilkan melalui proses-proses


dan produser pengembangan yang berjalan sepanjang kejadianmya
beberapa tahapan bentuk dapat dilaluinya yaitu tahapan muda (youth),
dewasa (Maturity), Tua (Old). Suatu wilayah yang telah mengalami
tahapan muda atau tua dapat terangkat kembali dan menjadi up land diikuti
oleh sungai-sungai mengikis kembali dengan cepat menuju base level
(ketinggian yang mendekati muka laut)> hal tersebut dinamakan daerah
yang mengalami peremajaan (rejuvenation).

Tahapan muda = bentuk-bentuk konstruksional ( seperti pegunungan


lipatan, pegunungan patahan, dan gunungapi).
Bentuknya belum teganggu walaupun beberapa
sungai mengalir dipermukaannya (belum terganggu
oleh sayatan-sayatan dekstruksional yang
berikutnya).

Tahapan muda = sistem drainasee tumnuh dalam jumlah panjang dan


kedalamannnya, sehingga dataran dan lereng
menjadi lebih tajam dan kasar dengan lembah yang
terjal dan dalam. Bentuk aslinya sudah tidak tampak
lagi.

Tahapan tua = topografi nampak lebih mendatar, gaya dekstruktif


telah mengikis dan meratakan permukaan bumi dan
merendah hingga dekat dengan ketinggian muka
laut. Bentuk wilayah yan gdatar (paneplane),
bentuk-bentuk sisa dari roses peneplanisasi disebut
munadnocks.

GAMBAR
BAB V. BENTUKLAHAN ASAL DANUDASIONAL

5.1. UMUM

Denudasi/denudasional (penelanjangan) adalah jumlah seluruh/keseluruan


dari hasil proses pengurangan permukaan lahan. Proses pengurangan ermukaan
lahan dapat berupa proses pelapukan gerakan tanah/batuan dan pengikisan
(erosi).hal tersebut dapat juga difahami bahwa proses denudasional merupakan
kesatuan dari proses pelapukan,gerakan massa,erosi dan kemdian diakhiri dengan
proses pengendapan. Prosws pelapukan merupakan kesatuan dari semua proses
pada batuan baik secara fisik,kimia dan biologi, sehingga batuan mengalami
disintegrasi dan dekomposisi.batuan yang lapuk menjadi soil dan berupa fragmen
lepas, kemudian oleh aktifitas erosi, dan gravitasi terangkut ke daerah yang lebih
rendah menuruni lereng dan kemudian terendapkan.

Bentuk bentuk ini terdapat/berkembangan pada daerah-daerah berbatuan


lunak dan pada daerah yang berkondisi iklim basah,yang bentuk bentuk
strukturalnya tidak dapat bertahan lebih lama oleh proses denudasi. Bisa juga
daerah yang di tingggalkan,mempunyai potografi lebih tinggi dengan relief yang
kasar dengan satuan batuannya homogen dengan keras dengan pengembangan
alur-alur dan lembah-lembah melalui rekahan/kekar. Pada bentuk alahan asal
denudasional, maka aparameter utamanya adalah erosi atau tingkat pengikisan.

Pada bentuk lahan denudasional, efek litologi sangat penting karena


resistensi batuannnya rendah, sehingga cerminanstruktur geologi bisa nampak.
Untuk setiap batuan yang berbesa mempunyai respon yang berbeda pula terhadap
efek erosi sehingga umumnya penyebaran satuan batuan dicerminkan oleh
penyebaran reliefnya, sehingga memungkinkan peta geomorfologi bentukanasal
denudasionalnya (resistensi batuannya rendah) mirip dengan peta geolgi karena
penyebarannya mengikuti penyebaransatuan batuan).

Proses erosi bekerja disetiap tempat diatas datum of erosional perbukitan


perlipatan, perbukaan vulkanik, perbukitan karst, dan sebagainya semua
mengalami proses denudasional, namun sepanjang kontrol tersebut lebih jelas
(lipatan, vulkanik, karst, dab sebagainya) maka namanya bukan bentuklahan
denudasional.

5.2 KADAR DENUDASI

Euten (1925) telah membandingkan kadar denudasiyang diketahui


terhadap kawasan tertentu di eropa amerika utara dan indonesia dengan membuat
kesimpulan bahwa :

- Kawasan orogen mempunyai kadar denudasi sebesar 0,06 5mm setahun


- Kawasan yang mengalami epirogenesa kurang dari pada 0,06 mm setahun
dan umumnya 0,025 mm/tahun
- Kawasan indonesia adalah antara 3 5 mm/tahun.

Kadar denudasi yang tinggi itu disebabkan oleh iklim tropika lembah dan juga
oengangkatan permukaan darat yang terus-menerus , gunung berapi yang aktif
dibeberapa tempat dan relief yang tinggi. Satu faktor lain adalah kegiatan
manusia yang membuka hutan, misalnya diawasan saliran cilutung (jawa barat)
antara tahun 1934 1935, kadar meningkat menjadi 1,98 mm ( van dijk dan
vogelzang, 1948). Tabel 5.1 memperlihatkan kadar denudasi dibeberapa kawasan
saliran disumatera dan jawa menurut Rutten (1938).

Sejumlah mineral metamorfisme di adirondacks, new york, selama 1000


juta tahun kadar denudasi berlaku sebesar 2 cm/tahun, (Whitney & Mc. Leland
1973). Baltholit granit (juta) siera nevada, amerika serikat terdapat pada
kedalaman antara 8 sampai 16 km, sekarang batuan ini tersingkap dengan kadar
denudasi adalah 10 cm/tahun (Bateman dan Eaton, 1967).

Tabel 5.1. kadar denudasi tahunan dikawasan beriklim tropika


lembah

KADAR DENUDASI
NO. KAWASAN SALIRAN
(mm)
1. Pengaron (semarang, jawa tengah) 3,7 ..... 5
2. Jragung (semarang) 1,6 ..... 2,5
3. Cilamaya (jawa barat) 1,4 ..... 1,8
4. Serayu (jawa tengah) 1,4 ..... 1,8
5. Lusi (semarang) 1,0 ..... 1,4
6. Cianuk (jawa barat) > 0,4
7. Banyuputih (jawa timur) 0,4
8. Brantas (jawa timur) 0,3
9. Ciliwung (jawa barat) 0,1

5.3 PANE PLAIN

Peneplain, konsep ini sebagai tindak lanjut dari konsep siklus erosi davis
percaya apabila proses denudasi berbentuk tanpa gangguan (dengan naiknya
opermukaan laut), maka ketinggian darat tersebut akan direndahkan hingga
mencapai kedudukan mendekati ketinggian permukaan air laut dan kenampakan
darat dengan permukaan yang hampir datar (dataran). Permukaan yang hampir
datar itu dinamakan peneplain.

Walther penck dari negeri jerman perca bahwa peneplain tidak


mungkinterbentuk karena kerak bumi selalu mangalami gangguan, yaitu
diangkatkan dan diturunkan oleh daya yang bersal dari perut bumi. Jika suatu
dataran yang terjadi yang mana tingkat pengangkatan melebihi tingkat erosi dan
gerakan tanah, maka menghasilkan dataran erosis yan gberupa dataran tinggi.

Kemiringan lereng (slope), walther penck juga memberi sumbangan besar


kepada kajian kemiringan lereng, terutama mengenal perkembangannya. Beliau
percaya bahwa kemiringan lereng topografi akan tererosi hingga keadaa menjadi
seimbang, setelah erosi akan memindahkan ketinggian kemiringan lereng tetapi
sudutnyaakan tetap tidak berubah. Buku geomorfologi inggris menamakan
fonomena ini pararel Retreat of slope. W.M. davis percaya bahwa kemiringan
lereng berkembang sepanjang siklus erosi dari ketinggian ke rendah bersama-
sama dengan pengurangan kecuraman.

Kajian secara kuantitatif oleh S.A. schumm dikawasan badlands, amerika


serikat, mendapati bahwa ada kemiringan lereng bukit yang menyusut sasuia
dengan pendapat penck, tetapi ada juga yang menyusut menjadi rendah seperti
yang ditemukan oleh davis, kejadia tersbut tergantung dari jenis batuan dan jenis
proses yang paling unggul disebut kawasan.

BAB VI. BENTUKLAHAN ASAL STRUKTURAL

6.1 UMUM

Bentuklahan struktural terbentuk karena adanya proses endogen atau


proses tektonik, yang berupa pengangkatan, perlipatan dan pensesaran. Gaya
(tektonik) ini besifat konstruktif ( membangun ), dan pada awalnya hampir semua
bentuklahan diroman muka bumi ini dibentuk oleh kontrol struktural. Dalam
berbagai hal bentuklahan struktural berhubungan dengan perpisahan batuan
sdimen yang berbeda ketahanannya terhadap erosi, sehingga cermianan struktural
(struktural geologi) tetap bertahap.

Pada awalnya struktural antiklin akan memberikan kemanpakan cekung,


dan struktural horizontal nampak datar. Pada tahap selanjutnya, proses eksogen
seperti : erosi, pelapukan dan gerakan tanah, yang bersifat dekstruktif (merusak)
berjalan seiring dengan waktu, sehingga pada akhirnya tidak semua bentuk lahan
asal struktural yersebut masih dikenali. Jika kesa struktural (struktural geologi)
tidak dapat dikenali lagi/ tidan tercermin lagi, maka bentuk lahanya bukan lagi
struktural tetapi bentuk lahan denudasional.
Umunya, suatu bentuklahan struktural masih dapat dikenali jika
penyebaran struktural geologinnya dapat dicerminkan dari penyebaran
reliefnya. Namun njika penyebaran reliefnya sama sekali tidak mencerminkan
struktural geologinya atau struktur baru dapat dikenali dari rekonstruksi
engukuran dip/strie dilapangan, maka bentuk alahanya jelas bukan struktural lagi.
Yang perlu dopahami disini adalah struktur geologi bukanlah satu-satunya unsur
genetik, karen amasih ada 7 unsur genetik lainya.

6.2 PLATEAU

Plato (plateau) adalah wilayah-wilayah atau kawasan-kawasan yang


mempunyai relief fatar dan letaknya tinggi dari permukaan air laut (disebut juga
sebagai dataran tinggi dengan lembah-lembah yang dalam/valley/canyons),
dengan kedudukan lapisan batuan yang horixontal. Daerah plateau dapat tinggi
terhadap sekiternya dan batasioleh gawir (gawir terjadi jika batuan keras, lebih
landaikemiringannya pada batuan lunak)

Pola aliran umunya densritik, pada daerah batuan masif seperti batupasir dan
batugamping, sungai dapat berpolarectangular atau menyudut oleh adanya kekar,
topografi fapat berstrukturkasar kesemua arah dan topgrafi berstruktur halus.

Plateau lava sama dengan plateau secara umu bedanya pada material
penusunna yaitu terdiri dari banyak aliran lava, umumnya lava basalt yang encer
mulanya, yang mengalir berurutan dalam waktu yang berbeda satu menyusul
lainnya. Sering berselingan dengan abu gunung api, pelapukan lava, endapan
danau, endapan sungai,lembah-lembah sungai di daerah ini sering terjal atau
berbentuk undak karena kerasnya lava dan adanya kekar. Mata air panas, sesar,
kerucut gunung api dapat pula berasosiasi dengan plateau lava.

GAMBAR
Plateau dapat juga dibagi dalam tiga peringkat, yaitu :

1. Lateau muda
mempunyai relief tinggi dengan lembah dalam
lembah pada umunya berbentuk tajam dan runcing-runcing
jarak sungai-sungai jauh diantara satu sama lainnya.
2. Plateau dewasa
- Seperti halnya pegunungan biasa dengan bukit-bukit, lembah, aliran
sungai dan sebagainya. Hanya puncak-uncak buktnya dapat membulat
mempunyai ketinggian yang hampir sama dan kedudukan lapisan
batuannya tetap horizontal
- Mempunyai sungai yang rapat jaraknya satu sama lain, untuk satuan
batuannya lunak. Kerapatam sungainya renggang. Jika batuannya
keras, lembahnya tidak tajam dan runcing.
- Tebing-tebing terundak jia tersusun dari lapisan keras dan lunak.
- Pada plateau yang terdiri dati batuan keras dan terkekar, sering
dijumpai sungai/lembah-lembah tersebut dapat sempit dan dalam
dengan pegunungan merupakan blok-blok terpisah satu sama lain oleh
lembah-lembah lurus dan sempit yang tersebut rockcity.

3. Plateau tua
Disamping merupakan daerah dataran yangluas oleh pengikisan dan disebut
paneplane; juga masih nampak tersisa beruapbukit-bukit sisa erosi yang
berstruktur horizontal yaitu messa atau meja, butte dan jika berbentuk lebih
sempit tinggi seperti pilar-pilar disebutnpinacles atau needtes. Menurut Tjia
(1987) secara deskriptif menjelaskan bahwa messa atau meja dicirikan
ketinggian lebih kecil dari lebarnya, butte adalah ketinggian bukit hampir
sama denganlebarnya dan jika berbentuk lebih smpit tinggi seperti pilar-pilar
dimana ketinggian lebih besar dibandingkan dengan disebut pinacles atau
needtes.
GAMBAR

6.3 DEFINISI DAN FAKTOR PEMBENTUKAN KUBAH

Kubah diartikan sebagai struktur dari suatu daerah yang luas dengan sifat
lipatan pendek regional, mempunyai sudut kemiringan yang kecil melingkar
kesegala arah (radier), membentukk bulat atau oval, antiklin pendek yang
menunjukan penunjaman kekiri kanannya cenderung berbentuk kubah. Ukuran
dari kubah bervariasi dari sekitar satu kilometer hingga ratusan kilometer.

GAMBAR
ada beberapa faktor pembentukan kubah, antara lain adalah :
- Kubah garam (salt dome)
Akibat intrusi garam atau diapir dari kepekaan (concentration)

6.4 LIPATAN (FOLDED)

Pada penjelasan ini, digunakan untuk suatu jenis bentuklahan dengan


struktur lipatan. Struktur lipatan ada yang sederhana, ada juga yang terlipat kuat
sehingga membentuk lipatan-lipatan yang rumit.lipatan-lipatan rumit tersebut
dapat berasosiasi/bersamaan dengan terdapatnya kompleks (complex landform),
seperti yang dijumpai di pegunungan alpina dan perbuktan melange di karang
sambung (jawa tengah).

Akibat proses eksogen akan memberikan kenampakan bentuk bentuk dekstruktif


melalui peringkatnya yaitu : tahapan muda, dewasa dan tua.

GAMBAR
6.4.1. Peringkat Bentuk Lahan Berstruktur Lipatan

1. Tahapan muda

Morfologinya masih menggambarkan adanya lingkungan antiklin dan


siklin, dimana topografinya menimbulkan lengkungan lipatanmisalnya
topografi/ morfologi mengikuti lengkungan antiklin sedangkan topografi
depresi mengikuti lengkungan siklin.

Pada tahap ini, jenis sungai yang berkembang adalah konsekuen. Jika
sungai konsekuen menempati sepanjang sntiklik disebut konsekuen
longitudinal (lingitudinal consequents), jika sungainya bersumber dari
puncak antiklin ke arah lembah siklin disebut konsekuen lateral (lateral
consequents). Selain sungai lateral konsekuen, dapat dijumpai sungai
obsekuen yang merupakan kelanjutan pengiisan sungai konsekuen
lateral. Pada bagian puncak antiklin (ke hulu) dapat terkikis lebih dalam
dari pada pengikisan dibagian lembah ( ke hilir).

2. Tahapan dewasa

Erosi (pengikisan) melanjut dari puncak antiklin , melebar ke arah dalam


sepanjang antiklin membentuk lembah antiklin. Kenampakan
morfologi terhadap struktur geologi dapat memberikan kenampakan
sebagai berikut :

a. Kenampakan yang semula merupakan pegunungan antiklin dapat


menjadu :
- Terbalik berupa lembah antiklin, yang disebut pembalikan
topografi (invesrted relief).
- Penggunungan bukit-penggunungan bukit antiklin (antiklinnal
ridges)
b. Kenampakan yang semula cekungan siklin dapat menjadi :
- Bukit siklin (sinclinal ridges)
- Lembah-lembah siklin (sinclinal valleys)

Pola aliran yang lazim berkembang pada daerah ini adalah trellis merupakan suatu
bentuk gejala yang menyerupai seperti cabang pohoon anggur diatas anjang-
anjang (arbor), yang terdiri dari bagian sungai subsekuen, resekuen dan obsekuen.
Jikaterdapat sungai utama yang memotong strukturtersebut umumnya jenis
superimposed, apa bila bermula ari suatu dataran tersingkap struktur lipatannya
tanpa mengubah banyak pola aliran semula. Atau mempunyai sungai utama
anteseden, yang mengalir tetap pada pola aliranna meskipun terjadi perlipatan
yang terbentuk secara perlahan-lahan. Sungai-sungai tersebut akan memotong
punggung bukit (ridges) membentuk celah/lembah yang disebut water gaps.
Pada daerah bentuk lahan liipatan dengan lipatan-lipatan yang
menunjam, kenampakan morfologi sering ditandai oleh :
- Arah penunjam ditunjukan oleh belokan punggungan yang meruncing.
- Pegunungan/pegunugan berbentuk cerutu, jiak bentuk lipatanadalah
sederhana.
- Pola punggungan yang berbentukzig-zag.
Disamping bentuk-bentuk morfologi atau topografi tersebut diatas,dalam peta
geologi pada daerah lipatan dengan penunjamanatau tidak (sederhana) yang
telah tererosi, maka batuan yang tua disepanjang antiklin akan kelihatan
(tersingkap) diantara atau dikelilingi oleh batuan yang lebih muda kearah siklin.
Beberapa daerah bentuk lahan lipatan merupakan kawasan lipatan yangluas
keatas ( up folding) atau (down folding) atau siklin yang luas. Jia siklin yang
luas tersusun oleh antiklin dan siklin kecil disebut antiklinorium
(anticlinoria),sedangkan siklin yang luas yang tersusun oleh antiklin dan siklin
yang kecil disebut ssinklinorium (synclinoria). Contohnya : dipulau jawa timur
bagian utara terdapat antiklinorium kendeng, antiklinorium rembang, dan
antiklinorium randublantung.

6.4 BENTUKLAHAN KOMPLEKS


Struktur kompleks adalah terdiri dari gabungan berbagai struktur maupun
dengan berbagai batuan. Jenis-jenis strukturnya yang ada bercampur aduk
diantara satu dengan lainnya sehingga seringn sulit ditentukan denganjelas jenis
strukturnya. Pada berbagai batuan disuatu daerah (terutama batuan metamorf)
dibatasi oleh struktur geologi dan kenampakan morfologi/relief yang beragam.
Material penyusun bentuklahan kompleks dapat terdiei dari batuan beku, batuan
meliha, dan batuan sedimen-meta sedimen.
Daerah bentuk alah kompleks merupakan daerah yang dapat mempunyai
tatanan geologi yang rumit, dengan urutan-urutan statigrafi sulit untuk ditata,
karena tidak mengikuti hukum-hukum superposisi, kesinambungan lapisa, dan
faunal assemblage yang berlaku. Umumnya antara satuan batuan yang berbeda
dipisah-isahkan oleh rekahan-rekahan sesar-sesar yang kadang- kadang
ukurannya sering kali tidak dapat dipetakan. Kerumitan dari kondoso geologi
dicirikan dengan pemcampuran batuan-bataun beku, sedimen dan malihan yang
terkoyak-koyak, dengan permukaan rekahan gerus (shear surface).
Kenampakan morfologi memperlihatkan bentuk beragam hingga tidak
beraturan yang secara umum memperlihatkan arah lineasi yangn reatif sam a
ataupun tidak.
Bentuklahan kompleks tersebut merupakan ciri daerah produk proses
deformasi tektonik dan gejala sedimen biasa dengan jalan pelengseran-
pengleseran. Satuan abtuan dengan ciri yang khas ini dalam istilah tektonik
untuk proses deformasi tektinik dikenalsebagai tektonik melange atau
melange saja (bahasa prancis yang artinya campuran), sedangkan sebagai akibat
suatu proses sedimendisebut oisthistrome.
Di indonesia, contoh bentuk lahan komples yangsangat ideal dapat
dijumpai didaerah kecamatan kerangsambung,kabupaten kebumen, jawa tengah.
Demikian juga bentuk lahan kompleks lainnya terdapat dikecamatan bayat,
kabupaten klaten, jawa tengah.

6.6. BENTUKLAHAN KAWASAN SEDIMEN MIRING


Bentuklahan kawasan sedimen miring yang terbentuk dari beberapa
kejadian dan telah mengalami erosi,meliputi beberapa pengertian (yang perlu
penjelasan) dari istilah hogbacks, cuestas,homoklin, monoklin, dan platiron,
lobek (1939), menjelaskan bentuklahan pada kawasan sedimen miring sebagai
berikut:
Hokbaks: berupa bentuk punggungan miring kearah kemiringan lapis-
an batuan (sudut kemiringan lebih dari 45 balas dan lereng
terjal (gawir) berlawanan dengan arah kemiringan lapisan
pada lereng terjal mengalir sungai obsekuen dan lereng
landai mengalir sungai resekuen wind gap danstrean
gap biasa dijumpai memutus kelurusan punggungan
bokbacks. Hokbacks dapat terbentuk oleh beberapa kejadia
antara lain : kubah, lapisan-lapisan sill atau lensa-lensa
batuan beku disekitar lakkoit, sesar yang membentuk
drag
Cuetas: jika kemiringan punggungan melandai sesuai dengan
kelandaian lapisan yang lebih kecil dari hokbacks.
Flatirous : terletak terdekat denga inti kubuh yang keras seperti batuan
kristalin, bukti flafiroun tersebut tidak terspisahkan dari ini
kubuh oleh suatu lembah. Bentuk lahan ini terseyat oleh
lembah-lembah konsekuen dan ujung atasnya meruncung
GAMBAR

GAMBAR
Thornburry (1960), menyatakan batas sudut kemiringan punggungan
hokbacks dan cuestas sebesar 15.
Thornburry (1969), menyatakan bahwa struktur homokllinal ditunjukan pada
daerah luas dari permukaan bumi yang didasari oleh batuan
sedimen dengankemiringnannya seecara seragam dari
lembah hingga curam. Boleh jadi struktur homokinal
dideskripsi secara bebas sebagai struktur monoklinal, tetapi
istilah tersebut terbatas pada local flexures yang mana
sering dipaksakan pada daerah yang berstruktur besar
Cotton 1948 (dalam thornburry, 1969), menyemukakan bahwa punggungan
homoklinal berkembang pada daerah dengan kemiringan
lapisan sedang suatu punggungan homoklinal adalah tidak
didefenisikan dengan jelas/tegas sebagai hokback maupun
cuestas.perlu diketahui bahwa punggungan hokbacks
menggambarkan bentuk menengah antara hokback dan
cuestas
Van zuidam (1983), menjelaskan bahwa lapisan kemiringan yang hanya satu
arah dapat terbentuk dari posisi asli (awal) pada dasar
cekung sedimen dengan lereng yang meninggi atau karena
kemiringan akibat gerakan tektonik. Bentuk lahan pada
symetris atau asymentris, senderung tergantung ada
kemiringan lapisan dan pengaruh akting proses
padanya.Struktur monoklin memasukan/termsauk cuestas,
hombacks, dan punggungan dike.
Cuestas: berupa punggungan asimetri dengan kemiringan lereng
yang lemah serupa dengan kemiringan lapisan batuan yang
keras.
Hokbacks: berupa punggungan dengan puncak yang jelas dibentuk
oleh lapisan yang keras dengan kemiringan agak curam.
Bentuk hokbacks agak semitris, walaupun dapat juga
sedikit asymetris
Tjia (1987), menjelaskan bentuklahan kawasan sedimen siring, dengan
batasan sebagai berikut :
Morfologi yang dihasilkan oleh erosi dan agen denudasi
lain terhadap sedimen miring, diberi nama berdasarkan
kepada besar kemiringannya.
Kuesta (cuestas), merupakan punggungan (pematang) yang profilnya tidak
simetri dan kemiringan lerengan lapisan batuan tidak
melebihi 10.
Homoklin, merupakan punggungan yang mempunyai kemiringan
lapisan batuan antara 10 - 30.
Hoqback (perabung), merupakan punggungan yang mempunyai kemiringan
lereng searah dengan kemiringan lapisan batuan lebih besar
30.
Flatiron (seterika), merupakan punggungan yang terdiri dari battuan keras
berdampingan dengan sebuah intrusi.
Adanya sungai yang membelok secara tajam, sangat mendukungjika dari beberapa
sungai yang ada sejajar/searah.
- Penyesaran telah mengganggu keseimbangan dan akibatnya sering terjadi
gerakan massa batuan
- Sungai tebendung oleh tebing sesar atau longsoran yang dihasilkan sesar.
- Kehadiran luoderback (davis, 1930), yaitu aliran lava yang berlainan
ketinggiannya.

GAMBAR
BAB VII. BENTUKLAHAN ASAL VOLKANIK

7.1. UMUM
Vulkanisme adalah berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan
magma yang bergerak naik peremukaan bumi. Akibat dari proses ini terjadi
berbagai bentuklahan yang secara uum disebut bentuklahan volkanik.
Umumnuya suatu bentuklahan volkanik berapa pada satu wilayah kompleks
gunung api. Klasifikasi lebih ditentukan pada aspek genesis yangmenyangkut
aktifitas kegunung-apian seperti : kepundan, kerucut semburan, medan lava,
medan lahar dan sebagainya.
Tetapi ada juga beberapa bentukan yang berada terpisah dari kompleks
gunungapi, misalnya: dikes, stock dan sebagainya.
Aspek relief dan litologi umumnya telah tercermin dari istilah-istilah diatas,
sekalipin dapat dikemukakan sebagai pelengkap.
Bentuklahan gunungapi mempunyai bentuk yang sangat khas sehingga sangat
mudah dikenal melalui foto udara atau peta topografi.
Kegiatan vulkanisme merupakan proses keluarnya (erupsi) bahan-bahan gas
(H2S,SO2, HCL,H2,CO2, dsd), Cair (magma, lava) dan padat (batuan).
Proses eruspsi, berupa :
- Letusan sembur (eksplosif), yang menghasilkan gas, asap dan bahan-bahan
lepas (piroklastik) terendapkan pada sekitar kepundan(crater).
- Letusan muntah/lelehan (effusif), mengeluarkan lava mengendap disekitar
crater sebagai dome, shild, dataran lava, tholoids, dan sebagainya.
- Letusan kombinasi, terjadi antara letusan eksplosif dan effusif.
Bentuk gunungapi umumnya berbentuk kerucut, disebut VOLKANO istilah
ini diambil dari nama sebuah pulau sebelah barat sicilia dilaut mediteranian.
Vulcano suatu nama pemberian bangsa romawikuno karena pulau tersebut
selalu mengepulkan asap seperti uap, yang mereka pikir sbagai ISTANA
VULCAN ialah DEWA API.
Pertumbuhan gunungapi merupakan salah satu dari bentuk konstruksional dan
lebih bersifat parozismal. Kemudian mengalami berbagai bentuk tahapan erosi
dari muda hingga tua. Gunungapi yang telah mencapai tahapan dewasa-tua oleh
letusan baru dapatsegera menjadi muda kembali.

7.2. TIPE-TIPE GUNUNGAPI


Tipe dari gunungapi menurut lacrous (1909) dan sapper (1931), sebagai berikut
:
a. Tipe Icelandic
Adalah erupsi rekah dengan aliran magma basa masa mengandung
sedikit gas, dengan volume lava besar.aliran berupa lembar-lembar
membentang sebagai kawasanluas membentuk dataran (plain.plateau).
b. Tipe Hawallan
Bentukan retakan, kaldera, lubang-lubang letusan, lava mengandung gas
mengalir menimbulkan bunga-bunga api serta abu kemudian mengendap
membentuk kubah lava.

c. Tipe strombolian
Bentukan ini ditandai oleh puncak kepundan berbentuk kerucut berlapis
(strato cones). Eksplositasnya secara terus menerus dengan pelepas gas-
gas serta lava beku yang merupakn bomb, rombakan lava dan semburan
abu awan lava yang menjulas tinggi.
d. Tipe Vesuvian
Bentukan ini ditandai dengan bentuk kerucut berlapis (stratovulcanoes)
dengan pipa sentral sebagai pusat erupsi, yang mengelurkan lava kental,
gas, abu dan awan panas, batuapung, bomb. Materi yang dilontarkan
membentuk awan bergumpa gumpai seperti bunga cool yang tegak
menjulang vertikal, pengendapan abu sepanjang lereng dinamakan
pseudovulkanis.
e. Tipe Vesuvian
Tipe letusan lebih hebat dari pada tipe strombolian dan volkania.
Hembusan berulang-ulang yang berbahaya bersumber dari dapur
magma, kawah kepundan yang relief kecil/sempit dan pipa stratocone
membentuk awan bunga cool yang menjulang abu tingga sehingga
menimbulkan hujan.

f. Tipe plinian
Kekuatan erupsi lebih dahsyat dibandingkan tipe vesuvian. Hembusan
gas yang membawa aliran secara vertikal dengan tinggi bermil-mil
dengan pangkla yang sempit, mengembang keatas. Umumnya
kandungan abu rendah, tubuh vulkano stratovulcano
g. Tipe pelean
Mempunyai lava yang sangat kental, dihamparkan oleh peletusan
ekspolsif. Terjadi perlapisan stratovolcanic yang tertumpangi kubah
lava. Tipe letusan memberikan kenampakan khas. Terjadinya nues
ardantes ialah guliran lava blok, gas dan abu atau guguran material
rombakan yang terpijar dalam kecepatan tinggi.
Escher (1952) membagi tipe-tipe dari gunung api berdasarkan atas
derajat kecairan magma, tekanan gas dan kedalaman dari dapurmagma
dibagi dalam beberapa macam.

GAMBAR
GAMBAR

7.3 GUNUNGAPI PIROKLASTIK


Bentukan yang terjadi dari fragmen-fragmen yang menyebar disekitar
ppa vulkanik yang berupa campuran bahan-bahan rombakan/rempah-
rempah vulkanik yang berada pada lereng gunungapi terdiri dari
bermacam-macam fragmen yang menumpuk didaerah tersebut.
Fragmen yang lebih halus berada dibawah fragmen-fragmen yang
paling kasar berada disekitat pipa kawah. Mempunyai bentuk lereng
yang bagus, seperti G, fujiyama (jepang) dan G. Egmont (selandia
baru).

Scaria cones
Secara ideal cones biasanya hanya sendiri, lerengnya berbentuk cekung
dengan kawah dibagian puncaknya. Scoria cones dibentuk oleh proses
yang cepat pada stadia akhir erupsi. Magma basa cenderung
membentuk scoria cones.
Scoria Mounds
Gunungapi scoria Mound tidak mempunyai bentuk kawah, hal ini yang
berbeda antara bentuk scoria Mound dan scoria Cones.
Nested scoria Cones
Bentuk seperti ini sering kali dihasilkan pada fase terakhirdari suatu
erupsi yang lebih besar dari pada tipe gunungapi lain. Bila kawahnya
berukuran besar dan membentuk kaldera, maka dinamakan Nested
scoria Cones, Bentuk V antar kerucutbagian dalam dengan dinding
kawah disebut fasse
Litiral cones
Pada waktu endapan lava sampai ke laut, maka bentukan lava tadi akan
memiliki ketinggian 100 m dengan diameter 1 km,disebut puncak
rangkap atau double hill, yaitu suatu bentuk erbukitanyang terjadi pada
sisi endapan lava. (Wentworth & Macdonald, 1953)
Maars
Sebenarnya bentuk ini disebabkan letusan suatu kawahgunungapi yang
bagian dasarnya berupa lembah seperti bentuksebuah lapangan luas
yang dibatasi oleh dinding-dinding curam. Lingkungannya teridiri dari
material-material yang dikeluarkan dari kawah, bahan-bahannya terdiri
dari piroklastikdengan batuan beku yang telah mengeras dan dicirikan
adanyabentuk batuan beku yang telah mengeras dan dicirikan dadanya
bentuk asimetri yaitu besarnya lereng lebih curam pada dinding kawah
dibawgian luar sejajar dengan arah perlapisan batuan piroklastik dengan
besarnya lereng 4. Diameter kawah rata-rata 1 km dengan dinding
kawah yang ketinggiannya 50 m sampai 100 m maars biasanya
berasosiiiasi dengan aktivitas batuan beku basa.

7.4 ERUPSI CAMPURAN


Kebanyakan gunung-gunung api terdiri atas lava dan endapan material
piroklastik.
Pengertian erupsi campuran adalah menjelaskan istilah composite
Volcanoes yang dicirikan oleh campuran lava dan material lepas/piroklastik,
tetapi bukan pada lingkungan penyebarannya, kebanyakan perbukitan vulkanik
bersifat campuran. Secara umum tampak hampir sama pertumbuhan yang
berbeda.
Pengertian istilah Startovolcanoes : banyak gunungapi besar didunia
seperti Vesuviuv (italy), fujiyama ( jepang), egmont (selandia baru) merupakan
tipe Stratovolcanos, terdiri dari lava dan endapan piroklastik. Sebagai erupsi
yang terjadi merupakan bentuk Startovulkanik umumnya, dengan sistim erupsi
sentral.
Bentuk kerucutnya berubah sebagai alur-alur dibagian lereng yang landai
akan meluaskan penyebarannya ke bagian kiri-kanan tubuh gunungapi.
Beberapa macam erupsi campuran :
1. Parasitic Cones
Apabila gunung api tambah tinggi disertai tekanan yang bertambah besar
akan menyebabkan lava mencapai ke permukaan.
Dibagian lereng gunungapi, lava dapat keluar kemudian membeku sebagai
sumbat lava, kemudian dibagian lereng timbunan lereng akan tumbuh
menjadi besar, yang disebut paraasitic Cones.
Patahan, rekahan dan retakan-retakan pada tubuh gunungapi dapat diamati
terutama ada gunungapi besar dengan sifat-sifat erupsi, patahn yang terjadi
serta karakteristik gunungapi tersebut.
Permukaan kawah dapat rusak bahkan dinding kawahdapat digeser oleh
gerakan lava akibat ledakan yang bersifat eksplosif bentuk-bentuk kawah
yang besar dengan bentukan nested cones dengan kepundannya.
2. Multiple cones
Kerucut gunung api yang tampak bertumpuk-tumpuk dalam suatu tempat,
sebenarnya kerucur-kerucut ini letaknya saling tumpang tindih. Bentuk
pertumbuhannya secara genetik hampir sama dengan parasitic cones.
Kerucut pertama mempunyai satu pipa kepundan, kemudian tumbuh
beberapa pipa-pipa kepundan lainya.
Letaknya erbedaannya dengan parasitic cones, bahwa kerucut tadi tidak
ada yang tumbuh secara bersamaan, sehingga bentuk dan ukurannya
berbeda-beda dan masing-masing kerucut tadi terpisah-pipsah
perkembangannya. Disini tidak terdapat gunungapi utama dengan kerucut
parasit disekitarnya, tetapi semuanya mempunyau kedudukan parasit
desekitarnya, tetapi semuanya mempunyai kedudukan sama, karena itu
dinamakan Multiple cones.
7.5. BENTUKLAHAN VOLKANIK
7.5.1 Bentuklahan vulkanik berdasarkan kenampakan
topografinya/reliefnya :
1. Bentuk positif :
a. Cone (bentuk kerucut)
Strato cone/strato vulcano, cinder cones, parasithic cones, lava cones,
scoria cones.
b. Dome (Bentuk kubah)
Vulkanik dome,lava domes, cumullo dome, tholoid, plug dome,
spines.
c. Bentuk negatif :
a. Kepundan (crater) c. Caldera e. Water gap
b. Maar d. Barranco

Bentuklahan volkanik sebagai hasil proses lanjut berapa erosi, seperti vulkanik
neck, ship rock, stack, dike, out lier dan in lier.

7.5.2 Bentuklahan vulkanik sebagai hasil aktivitas erupsi dan


batuan/material yang diendapkan :
1. aktivitas lava.
a. lava basa : kadar silika (Sio2) 45 52%.
1) bukit lava tameng/perisai (lava shiends)
Hawali, tahiti, samoa, galapagos, & banyak lainnya
dikepulauan samudra (oceanic islands)
2) bukit kubah lava (lava domes)
3) bukit kerucut lava (lava cones)
4) bukit tinggi lava (lava discs)

Catatan : bentuk kubah maupun kerucut,karena gas yang terlarut terdorong keluar.
Lava ultra basa : SiO2 < 15%, kadar silika menurut Williams, 1954

GAMBAR
b. lava Asam/intermediate : kadar silika (SiO2) > 66%
(catatan) :
1) Bukit kubah lava (lava comes)
2) Boka (bocca)
3) Bukt sumbat lava (plug domes)
c. Bentuk oleh aliran lava
1) Pahoehoe lava
2) A a lava
3) Block lava (lava blok)
4) Pillw lava (lava bantal)
5) Collumnar lava
6) Sheeting lava
7) Lava ridges
8) Lava blisters
9) Spatter cone
10) Daratan lava
11) Lava shannels
12) Lava caves
13) Plateau lava
2. Aktivitas piroklastik ( pyro = api ; klastos : pecah )
a. gunung piroklasti
1) Bukit kubah piroklastik (pyroklastic doome)
2) bukit kerucut piroklastik (pyroclastic cones)
3) boka (bocca)
4) maars ( maars)
b. Endapan piroklastik
1) Nuees ardentes (awan panas)
2) Dataran lahar
3) Aliran lahar
4) dataran fluvio volkanik

3. Gunung campuran (lava piroklastik) = gunungapi strato (komposit)


a. Puncak
b. Lereng atas tengah bawah kaki
c. Kawah gunungapi (craters)
d. Kaldera (calderas)
e. Danau gunungapi (crater lake)
4. Hasilaktivitas erosi
a. Baranko (parasol tiging)
b. Planese (star valleys volcanoes)
c. Leher volkanik (volcanic necks)
GAMBAR

GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
BAB VIII. BENTUKLAHAN ASAL FLUVIAL

8.1. UMUM
Bentuklahan asal fluvial berkaitan erta dengan aktivitas sungai dan air
oermukaan yang berupa : pengikisan, pengangkutan dan penimbunan pada
daerah-daerah rendah seperti lembah, ledok dan daratan alluvial.
Proses penimbunan berisfat meratakan dari daerah-daerah ledok,sehingga
umumnya bentuklahan asal fluvial mempunyai relief yang rata atau datar.
Material penyusun satuan bentuklahan fluvial berupa hasil rombakan dari daerah
perbukitan denudasional disekitarnya yang berukuran halus sampai kasar,
sehingga lazim disebur sebagai aluvial.maka penamaan satuan bentuklahan fluvial
lebih ditekankan kepada genesis yang berkaitan dengan kegiatan utama, sungai
yakni erosi, pengangkutan dan penimbunan.
8.2. SUNGAI
8.2.1. jentera air
Pada hakekatnya aliran sungai terbentuk oleh adanya sumber air baik dari
hujan, mencairnya es, munculnya mata air, dan adanya relief dari permukaan
bumi.
Terdapatnya radiasi yang bersumber dari matahari, juga adanya kegiatan
gunungapi, maka air yang terdapat dipermukaan bumi bersiklus melalui
evaporasi yang akan mengisi atmosfer bumi dan selanjutnya menaik,
berkondensasi menjadi awan embun dan es, dan kemudian turun ke bumi
sebagau hujan.
Air yang jatuh diperkuaan bumi (hujan) diantaranya akan
merembes/meresap ke dalam celah-celah, rongga-rongga batuan dan beredar
didalamnya. Makin lama celah-celah dan rongga-rongga yang lainnya akan
mengalir dipermukaan sebagai surface run off atau air permukaan dari mata
air, bergabung menjadi alur-alur, sungai-sungai, mengumpul kecekungan-
cekungan menjadi genangan danau ataupun lautan, selnaajutnya akan menguap
kembali kedalam atmosfer dan jentera/daur berulang kembali, sehingga disebyt
jentera iar.
Disamping alam geologi, juga biologi turut serta dalam proses dan
memperpanjang jaringan jentera air dibumi.

GAMBAR
8.2.2. perkembangan lembah sungai
1. pelebaran lembah
Lembah sungai bertambah lebar disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Proses pelapukan dan penguraianakan melemahkan ikatan antae
butir/mineral dalam batu, pada tebing (slope) lembah. Aliran melalui
permukaan (sheet wash) akan menghanyutkan hasil dari proses tersebut
b. Pengikisan pada kaki tebing lemah dapat menghasilkan penahan pada
bagian tebing yang lebih tinggi, sehingga terjadi gerakan tanah/batuan
bersama hujan yng akan melebarkan lembah
c. Terjadinya alur dan point pada tebing akan menghasilkan lembah baru pada
tebing tersebut.
d. Tebing yang curam diikuti dengan longsor dapat juga mengakibatkan lembah
bertambah lebar.
e. Adanya percabangan sungai mengebabkan pada tempat tersebut erosi makin
besar.
2. pendalaman lembah
Lembah sungai bertambah dalam karena :
a. Tindakan hidrolik
b. Pengikisan ke atas dasar lembah
c. Penggerusan oleh materia yang mengalami pengangkutan pada dasar
lembah sungai menghasilkan intang periuk (pothote)

3. pemanjangan lembah
Pengikisan ke arah hulu dibagian ujung lembah menambahkan lagi
panjang lembah. Dibagian tengah dan bagian hilir, lembah dengan
sungainya membentuk meander dansecara demikian lembah menjadinlenih
panjang. Dimuara sungai yang terbentukk deita, juga akan menambah
panjangnya sunga.

4 alas dasar (base level)


alas dasar merupakan limit paling rendah bagi erosi sungai. Bagi alas dasar
terkhir lebih kurang sama dengan alas laut, hal ini tergantung kepada
kederasan air sungai dimuara (hulu sungai) dan topografi pantai. Kisaran
kederasan air sungai dimuara air laut turut mempengaruhi hingga ke mana
sungai boleh mengikis secara tegak/menegak.

8.2.3. Tahapan sungai


Dalam sejarah hidup, melalui suatu jangka masa peringar atau
tahapan (perioda-perioda) yaitu : sungai muda, sungai dewasa, dan sungai tua.
1. Sungai peringkat muda
Aspek-aspek yang nyata dari sungai-sungai peringkat muda antara lain :
a. Kemampuan untuk mengikis (erosi yang kuat) khususnya erosi
kebawah (vertikal) sampai keranting-ranting sungai dan terus mengikis
ke hulu, yang akan menambah luas cekungan hidrografinya.
b. Terdapat air terjun kaskade.
c. Penampang longitudinal tidak teratur.
d. Gerakan tanah dan/atau batuan banyak terjadi pada tebing-tebingnya.
e. Alur-alur sempit tajam, potholes, natural bridge (jembatan alam), dan
dinding lembah yang terdiri dari batu tanpa tanah penutup akibat
kegiatan erosi sehingga menunjukan siklus energi dan menghasilkan
rafika dan kanyon-kayon yang curam.
Bentuk-bentuk tersebut menunjukan akbat proses erosi yang aktif serta
pemindahan beban yang telah dierosi tadi.
Beban-beban ini dapat dihanyutkan melalui solution, suspension, dan oleh
saltasion (dragging atau jumping didasar sungai).
Kemampuan ini sangat tergantung pada lereng yang tajam sebagai akibat
pengangkatan/lipatan, volume sungai, kecepatan arus dan kemampuan
transportasi yang besar.
Kerjaan-kerjaan atau proses erosi tersebut dapat dilakukannya melalui :
a. Kikisan (corrasion), atau proses cakaran (craping) batuan didasar
sungai.
b. Benturan (impact), akibat benturan dan pendongkelan dasar sungai
oleh bongkah/kerikil/pasir yang terbawa arus.
c. Pemecahan batuan (quarrying), terjadi akibat daya cungkil dan angkat
arus air setelah memasuki retakan atau celah-celah batuan.
d. Larutan (solution), terjadi pada batugamping, garam dan gipsum.
Dalam proses pembentukan sungai oleh pembendungan, melalui beberapa cara
antara lain :
a. Melalui longsor.
b. Aliran lava.
c. Morena (moraine)
d. Melalui glaiser yang memaksa sungai kepada kedudukan yang baru,
mengakibatkan perpindahan tempat (super position).
e. Melalui proses pengangkatan yang dapat dilindungi arus sungai seperti
bentuk-bentuk kubah (dome) atau gunung bongkah (blok mountain).
f. Melalui gabungan beberapa keadaaan yang dapat menyebabkan suatu
sungai itu berpindah ke tempat-tempat baru, atau telah beralih diatas
permukaan bumi yang tidak teratur.
Air terjun
Air terjun (water falls) dan percepatan (rapids) adalah salah satu
kriteria/indikator bagi sungai stadia muda. Berdasarkan genetiknya, ada dua
jenis :
1. Terbentuk oleh/melalui proses/secara normal dari perkembangan sebuah
sungai dan menunjukan bahwa sungai belum mengalami gradasi
(berperingkat).
Penyebabnya : adanya variasi dalam ketahanan batuan terhadap pengikisan
Akibatnya : akan terbentuk belokan-belokan, percepatan-percepata, air
terjun akibat differensisasi dalam pengikisan.
2. Terbentuk oleh gangguan atau interupsi dalam sejarah hidupnya, oleh :

a. Menurutnya/perendahan saliran/saliran sungai (streams outlet)


- Penurunan cepat dari sungai utama akibat rejvenasi (proses
pembalikmu-dan/permudaan/peremajaan).
- Perompakan sungai (streams capture) oleh sistem sungai yang
lain dapat menghasilkan perbedaan keringanan permukaan dasar.
- Glasiasi pada sungai utama lebih cepat dari cabang sungai.
- Pengikisan oleh gelombang ditepi pantai.
- Akibat sesar
b. Gangguan sementara (interupsi temporer).
Perompakan sungai
Proses perompakan sungai terjadi apabila sebuah sungai mengalie
didaerah yang rendah mengikis kehulu sungai, kemusian bertemu dengan sungai
yang mengalir kedaerah yang lebih tinggi elevasinya. Akibat aliran sungai yang
lebih tinggi akan berubah mengalir ke sungai bawah (sungai yang terjadi ole
perompakan sungai, antara lain :
1. Sungai terompak (captured streams).
2. Sungai perompak (captur streams).
3. Ielbow capture, belikan sungai dari aliran sungai terompak kearah sungai
perompak.
4. Air terjun (water fall)
5. Behealeded streams, sungai aras yang ditinggikan akbat adanya
perompakan, dengan volume mengecil dan menjado sungai kesip (Misfit
streams) atau Andertif streams.
6. Interted streams merupakan sungai terompak yang berubah arah dari
sungai beheaded ke arah sungai perompak.

GAMBAR
2. sungai perngkat dewasa
Sungai diperingkatt dewasa didefenisikan sebagai sungai yang
telah mengalami gradasi, yang berada dalaam keadaan seimbang sehingga
energinya hanya cukup membawa/memindahkan bebannya saja. Yang
dimaksud dengan seimbang adalah seimbang antara erosi dan
pengendapan sehingga sungai yang demikian dikatakah mempunyai
profile yang seimbang (profile of equilibrium). Berapa sifat-sifat
(karakteristik) yang nampak untuk sungai diperingkat dewasa ini antara
lain :
a. Dataran banjir (flood plain) dengan tanggul alam (natural levees).
b. Berkelok-kelok/berliku-liku (meander). Dengan sisa meander yang ter-
penggal (with abandeoned meander scrols), cut offs, dan danau yang
berbentuk tapal kuda (oxbow lake)
c. Lebar lembah sama atau lebih dari pada lebarnya kewasan ilku (daerah
meander).
d. Tidak ada percepatan (repids) atau air terjun.
e. Aliran lumpur yang bergerak perlahan-lahan.
f. Tebing lembah yang rendah, soil tebal, dan sedikit singkapan batuan.
g. Tanpa danau (kecuali oxbow lakes)

Dataran banjir
Sungai diperingkat dewasa membentuk dataran banjir dengan
mengendapkan sebagian dari bebanya. Pengendapanbeban yang besar akan
membentuk dataran banjir disisi kiri atau kenan sungai disebabka karena air
sungai semasa banjir melimpahi tebing dan tidak lagi tersalurkan pada alur
tertentu, serta kederasannya terhambat sehingga terbentuk akumulasi yang tebal
disepanjangg sungai, dan membentuk tanggul alam (natural leveea) yang
tingginya dapat mencapai 10 sampai 20 kaki dari daratan banjir. Jika penimbunan
berlangsung didasar sungai, seluruh sungai menaik (lembah dan tanggul alam) dan
mengalir dalam posisi lebih tinggi dari sekitarnya maka disebut sebagai levee
ridge.perkembangan suatu sungai dalam pembentukan suatu pematang/tanggul
dapat jelas terlihat pada sungai yang berpola aliran braided streams.
Pada sungai yang enuh beban pasir-kerikil dan bongkah-bongkah seperti yang
mengalir pada daerah kipas aluvial, sering dasar sungai dengan cepat penuh
dengan endapan beban, sehingga aliran berikutnya akan mencari jalannya sendiri
jika terdapat tambahan air yang besar. Akibatnya jalur sungai menjadi saling
menyilang dan sering berpiindah, dipisahkan oleh levee ridge. Pola lairan yang
demikian disebutbraided stream. Akibat proses diatas dapat pula terjadi
pembendungan jika terdapat akumulasi yang banyak daari kerakal atau bongkah-
bongkah dijalan aliran sungai.
Beberapa sungai yang besar diserta dataran banjir yang lua misalnya :
sungai gangga, sungai citarum, sungai cimanuk, sungai bengawan solo, sungai
barito, sungai musi, dan lain-lain.
Sungai berkelok (meandering streams)
meander yang bermakna kelok/liku, adalah berasal dari nama sebuah
sungai diasia kecil yang berbentuk demikian. Dan umumnya sungai yang
bermeander mengalir diatas bentuk dataran (dataran banjir) yang rata dan lebar
dari sungai peringkat dewasa. Aktivitas aliran sungai yang berperan adalah erosi
dan sedimenrasi. Erosi terjadi pada aluran sungai dengan keepatan maksimm
(maximum velocity) dan pendapatan terjadi pada kelokan didepan seberangnya.

GAMBAR
Bentuk aliran sungai akan semakin tidak tetap jika mengalir pada dataran
banjir secara perlahan-lahan menjadi berkelok dengan penimbunan/pengendapan
pada bagian cekung (inside of the curve) dan mengikis pada bagian cembung dan
kecenderungan untuk membentuk kelokan adalah kurang. Kecil-besar suatu
kelokan sungai tergantung kecil-besarnya sungai itu, lebar kawasan kelok lebih-
kurang delapan belas kali lipat dari lebat minimum ( rata-rata) sugai yang
diwujudkan, dan debit air sungai.kedalaman air dan valume nampaknya tidak
menunjukan kaitan yang jelas. Mmisalnya, banyak diantara kelokan-kelokan
sungai mississipi yang mempunyai alur yang lebarnya lebih dari pada miles,
mempunyai jari-jari lebih kurang 4 miles atau panjang garis pusat (diameter) 9
miles. Perkembangan selanjutnya dari proses kelokan sungai membentuk danau
berbentuk tapal kuda (oxbow lake)

GAMBAR
Sungai teranyam (braided stream)
Braided strream adalah pola aliran sungai pada daerah datar yang penuh
beban endapan pasir, kerikil, dan bongkah-bongkah, dimana alirannya saling dan
sering berpindah dan dipisahkan oleh lewee ridge. Perkembangan dari braided
stream dapat terjadi pembendungan akibat akumulasi yang banyak dari kerakal
atau bongkah-bongkah dijalan aliran sungai.
Undak-undak sungai (river terraces)
Merupakan bentuk medan/morfologi sungai yang berbentuk undak hasil
peremajaan sungai pada massa dewasa atau tua. Dalam hal ini telah ada endapan
elluvial sungai tua yang kemadian terkikis. CUPS adalah sudut-sudut yang terjadi
akibat perpotongan antara lengkung tepi undak yang satu dengan tepi undak yang
datang kemudian.

GAMBAR
GAMBAR
GAMBAR
3. Sungai peringkat tua
Sungai yang menunjukan bahwa bagian-bagiannya telah
mengalami gradasi disebut sebagai sungai peringkat tua. Tidak dienal
perubahan yang besar (batas kritis) pembagian antara sungai peringkat
dewasa dan sungai peringkat muda.
Banyak sungai yang menunjukan kawasan peringkat muda dan
peringkat dewasa yang berselang-seling. Di daerah batuan keras akan
membutuhkan waktu yang lama untuk membentuk profilberperingkat
(mencapai gardasi) dan dalam kawasan/ daerah ini lembah sungai umumna
sempit diantaranya dapat saja lembah menjadi melebar dan
penampakannya melandai karena melalui batuan lunak, daerah batuan
keras demikian dapat merupakan base level (muka dasar) temporer.
8.2.4. Kipas Aluvial ( alluvialfans)
Merupakan kenampakan berbentuk kipas dari endapan alluvial, pada suatu
mulut lembah lembah didaerah pegunungan yang penyebarannya memasuki
wilayah dataran. Dari mulut lembah tersebut endapan kemudian menyebar meluas
dengan sudut kemiringan makin landai. Fraksi kasar akan terakumulasi didekat
mulut lembah dan makin halus menjauhi mulut lembah diwilayah datara.
Sungai yang mengalir didaerah kipas cenderung berubah-ubah arah karena
pembendungan didaerah hulunya ileh fraksi kasar. Kipas alluvial dapat terjadi
pada kaki-kaki gunungapi atau pada kaki tebing dari gawir sesar. Jika akumulasi
endapan dari berbagai fraksi merupakan hasil rombakan dan penyebarannya
berbentuk kipas disebut rock fan

GAMBAR

8.3. DELTA
Jika aliran sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang
dibawahnya maka akan terjadi pengendapan. Pengendapan yang terjadi pada
mulut bagian hilir yang masuk ke danau atau laut disebut DELTA.
Syarat-syarat terbentuknya delta :
a. Arus sungai bagian muara mempunyaii kecepatan yang minimum
b. Jumlah bahan yang dibagawa sungai sebagai hasil erosi cukupbanyak.
c. Air pada daerah muara cukup tenang dengan dasar yang relatif landai.
d. Bahan-bahan hasil sedimentasi tidak terganggu oleh aktivitas air laut atau
air danau.
e. Tidak ada gangguan tektonik (kecuali penurunan dasar laut seimbang
dengan pengendapan sungai, misalnya : delta mississipi).
Sedangkan hasil volume dari endapan delta dipengaruhi oeh :
a. Kecepatan pemasukan sedimen atau sedimentasi
b. Kecepatan penurunan atau kenaikan ermukaan
c. Kedalaman air tempat pengendapan
d. Kekuatan gelombang/arus yang akan menyebarkan sedimen
e. Pengaruh erosi air laut.
Benruk sebuah delta tergantung dua faktor, yaitu :
a. Berkaitan dengan sungai (bentuk, gradien) dan besar bebannya.
b. Berkaitan dengan sumber-sumber air ttempat delta itu akan dibentuk (kuat)
c. Arus laut, arah laut, besarnya air asang dan air surut, dsb
8.3.2. Bentuk-bentuk delta
Bentuk delta (character of delta), menurut A.K. lbeck (1939)
1. Arcuate delta (delta kipas)
Bentuk kipas cembung (convex) kearah laut. Beban sungai terdiri dari
fraksi kasar dengan sedikit bahan terlarut, bersifat porous, sungai yang
mengalir pada daerah jenis delta tersebut akan cenderung mempunyai alur-
alur saling menyilang atau tidak teratur, kedalaman sungai umumnya
dangkal.
Kenampakan pada peta topografi adalah :
a. Batas delta yang berhubungan denganlaut relatif mengalir hampir
menerupai tameng.
b. Perkembangannya tidak teratur.
c. Daerah luas dan relatif landai ( konturnya renggang)
2. Stuarine filling (pembentukan muara/ berbentuk corong)
Sungai akan menimbunkan bebannya dalam bentuk penimbunan muara
yang panjang dan sempit.
Kenampakan pada peta topografi :
a. Daerahnya tidak begitu luas
b. Pengaruh air laut relattif besar, disini dapat dialiri air laut yang
menjorok ke darat.
3. Birds-foot Deltas (delta kaki burung)
Dari sungai utama yang kemudian bercabang-cabang banyak, melebar
ke laut bercabangnya sungai terjadi karena adanya penyumbatan-
penyumbatan pada daerah arus. Dengan antara dua cabang sungi
umumnya berupa rawa-rawa. Disamping kondisi sungai yang ada,
perkembangan tersebut dipengaruhi juga oleh arah arus angin dan
oklim, sehingga berbentuk seperti cakar burung.
Kenampakan pada peta topografi :
- Meliputi daerah pada relatif luas
- Sungai pada daerah delta berkembang dengan pola aliran
dendritik.

KLASIFIKASI DELTA MENURUT WEIMER (1975)


Cuspate, lobate, elongated
Bentuk-bentuk tersebut dikontrol oleh proses fuvial dan proses marine. Struktur
delta secara sederhana terdirii dari bottom set, fore set, dan top set.

GAMBAR
BAB IX. BENTUKLAHAN ASAL MARINE

9.1. UMUM
Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang surut dan
pertumbuhan terumbu karang, bentuklahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine
berada pada kawasanpesissir yang melampar kilometer kearah darat, tetapi
terkadang hanya beberapa ratus meter saja.
Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi dan pertumbuhan
terumbuh pada pesisi ini, tergantung dari kondisi pesisirnya. Roses lain yang
sering mempengaruhi kawasan pesisir misalnya. Proses lain yang sering
mempengaruhi kawasan pesisir misalnya : tektonik masa lalu, erupsi gunung api,
perubahan muka air laut (teansgresi/ regresi) dan litologi penyusun.
Di beberapa daerah seperti pantai selatan jaea tengah, proses marine
bersamaan dengan proses angin membentuk kenampakan bentuklahan yang
spesifik.
9.2. PERGERAKAN AIR LAUT
Pergerakan air laut berupa gelombang, pasang-surut, dan arus laut
merupakan dinamika laut/proses yang sangat berpengaruh terhadap proses erosi
dan pengendapan pantai.
1. Gelombang
Merupakan pemindahan energi angin pada permukaan air laut yang
menghasilkan pergerakan daru kumpulan partikel-partikel air laut dengan
gelombang sebagai penyebabnya. Gelombang air laut adalah pergerakan
partikel-partikel air laut yang berbentuk sinusoida (bentuk cembung dan
cekung), akibat perpindahan energi angin pada permukaan air laut, ukuran
gelombang ditentukan oleh : kecepatan angin,, lamanya hempasan angin
dari satu arah, sesuatu yang dicapai atau jarak permukaan air yang
dibuatnya.

Tiga faktor yang dapat menentukan batas perkembangan gelombang :


1. Panjang gelombang
2. Kecepatan gelombang
3. Periode (waktu).
kecepatan gelobang, panjang gelombang dan waktu dan waktu sangat
penting dalam aktifitas gelombang, dapat dirumuskan sebagai berikut :

dimana,
L=C.T
L : panjang gelombang (diukur dari
puncak ke puncak)
C : kecepatan rambat gelombang
T : waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
jarak dalam satu gelombang.
Keterjalan gelobang
Dimana,

WS =
VS = keterjalan gelombang
h = tinggi gelombang (diukur dari
puncak ke lembah
L : panjang gelombang

Variabel yang lain : ekspresi energi gelombang mempunyai terminologi yang


berefek kkonstruktif dan destruktif ; keterjalan gelombangt tidak stabil dan pecah
(king, 1972). Pada daerah yang berangin kuat mengakbatkan gelombang lebih
aktif. Pada setiap titik waktu gelombang membentuk besaran gelombang yang
berbeda.
Dalam refraksi gelombang, gelombang ideal berupa bentuk sinusoida. Bentuk
gelombang ditegakkan oleh pemindahan energi dari partikel yang satu ke
selanjutnya, dimana bergerak mengikuti garis edar orbit, naik-turun secara vertikal
pada lembah dan puncak gelombang. Gelombang mengurangi energi primer untuk
menyebar dengan penambahan lebar area ( king, 1972). Bukan merupakan
perataan gelombang tetapi penambahan jarak panjang gelombang dari area
sumber. Perubahan tinggi gelombang dapat terjadi karena variasi energi
gelombang. Kecepatan gelombang tidak dipengaruhi atau tergantung oleh
kealaman air

GAMBAR
GAMBAR

2. Pasang surut (tidal)


Pasang-surut diakibatkan oleh daya tarik matahari dan bulan pada
permukaan bumi. Karena jarak matahari ke bumi sangat jauh, maka effek
terhadap pasang-surut hanya 0,46 dari pada bulan, pergerakan kumpulan
air laut oleh kekuatan tarikan atau daya tarik. Komponen dari aksi
kekuatan gravitasi pararel dengan permukaan bumi. Kekuatan daya tarik
maksimum, ketika bumi, bulan dan matahari tersusun membentuk garis
lurus. Pasang-surut dengan jarak yang besar akan terjadi pada saat bulan
bulat penuh dan face bulan baru dua kali setipa bulan. Apabila matahari
dan bulan terletak membentuk sudut pada bumi, maka akan menghasilkan
pasang-surut dengan ketingian yang kecil.
Pola pasang-surut dipengaruhi oleh ukuran bentuk dan kedalaman air laut,
konfigurasi garis pantai, angin, tekanan atmosfer dan gariss lintang.pasang
surut mempunyai arti penting dalam geomorfik pantai, dimana siklus
perubahan muka air laut menjadikan lahan dalam waktu tertentu
kontak/berhubungan denganproses erosi dan pengendapan pantai. Jarak
pasang-surut dapat diartikan dari kenampakan pelapukan dan aktifitas
biologi, sampai pada kenampakan perkembangan endapan pantai,
termasuk rawa garam (salt marshes)
3. Arus laut
Arus laut yang diakibatkan oleh pasang-surut dan gelombang besar sekali
artinya dalam roses erosi, transportasi dan pengendapan sedimen. Arus
yang disebabkan oleh pasang-surut berupa siklus. Arus laut terjadi ketika
naik-turunnya air laut di teluk secara vertikal teringgi, alternatif perubahan
muka air laut yang diakibatkan oleh pasang-surut. Teluk dihubungkan
dngan laut terbuka oleh celah kecil/ceruk yang dilalui pleh arus laut kuat
yang dipengaruhi pasang surut. Sungai yang dipengaruhi oleh pasang
surut, kenaikan mka air laut mengirimkan arus ungai atau banjir.

GAMBAR
Arus sepanjang pantai (longshore current) dan arus perisai (rip current)
disebabkan oleh gelombang. llongshore currrent dihasilkan dan fenomena
refaksi gelombang, dimana menghasilkan komponen energi pararel sepanjang
garis pantai mengakibatkan longshore current. rip current diakibatkan ketika
antara kolam air (back barrier), tanggul pasir dangkal (shallow sand bar) dan
lembah (topografi rendahan) tempat keluarnya air menuju pantai lepas.

9.3. PESISIR
Sumarto (2000) mengemukakan bahwa terminologi (peristilahan) wilayah
pesisir yang seringkali disebut pula sebagai kawasan pesisie atau pesisir dapat,
merupakan padanan dari istilah coasstal area. Daerah pesisir dapat diartikan
sebagai daerah yang membentang dari mintakat gelombang pecah ( break zone) di
laut hingga mencapai batas akhir dataran aluvial pesisir ( coastal aluvial plain)
didarat. Dari pengertian tersebut jelas terdapat perbedaan antara pesisir dan pesisir
(coast). Jika daerah esisir mencakup daratan dan laut, maka pesisir hanya meliputi
daratan saja ( gambar 1.)

GAMBAR

9.3.1. faktorfaktor penting pembentukan morfologi pesisir


1) Gelombang (waves)
a. Gelombang yang disebabkan ole tipuan angin,
dibedakan menjadi :
1. Gelombang (sea waves)
2. Ombak (swell waves)
b. Gelombang pasang oleh badai (storm surges)
c. Tsunami (seismic sea waves)
2) Pasang surut (tides)
a. Pasang surut mikro (microtidal) : perbedan ketinggian
air pasang dan air surut < 2 meter
b. Pasang surut meso ( mesotidal) : perbedaan ketinggian
air pasang dan air surut 2-4 meter.
c. Pasang surut maro (marcrotidal) : perbedaan ketinggian
air pasang dan air surut > 4 meter.
3) Arus laut (currents)
a. Arus laut tegak lurus pantai (tidal currents)
b. Arus laut sepanjang pantai (longshore currents)

9.3.2. proses pembentukan pesisir


1. proses konstruksional
a. proses sedimenrasi
b. proses aktivitas organisme
2. proses destruksional
a. pelapukan sepanjang pantai, elapukan disebabkan karena
pengertian pasang dan surut.

b. Erosi pesisir
- Erosi gelombang
- Erosi oleh ombak abrasi
- Erosi oleh organisme pesisir

9.3.3. morfologi pesisir


1. bentuk konstruksional
a. gisik (beaches)
gisik adalah bagian dari pesisir yang dibentuk oleh
akumulasi sediment berupa pasir, kerikil, sebagai
hasil roses sedimentasi oleh pasang surut dan oleh
angin.
Betting gisik/bura (beach ridges) : bentuk gisik yang
membentuk punggungan yang searah garis pantai.
Depresi antara bidang gisik
b. Gosong laut (barier bar)
Merupakan hasil tumpukan sedimen yang berada
dilepas pantai, umumnya bentuknya memanjang
searah dengan garis pantai.
c. Rataan pasang surut (tidal flat)
Rataan pasang surut bervegetasi
(nipah,bakau/magrove)
Rataan pasang surut tidak bervegetasi

d. Rawa pantai (swamps, marshs)


Rawa muara sungai
Rawa belakang
e. Dataran aluvial pantai
Fataran aluvial pantai (payau)
Dataran aluvial pantai (tawar)
Dataran aluvial pantai tergenang
f. Delta
Bentuk delta kak burung
Bentuk delta corong
Bentuk delta tameng
g. Pesisir bergumuk pasir
- Gumuk pasir non vegetasi
Gumuk pasir barchan
Gumuk pasir melintang
Gumuk pasir menyilang
Gumuk pasir bentuk pesisir
- Gumuk pasir bervegetasi
Gumuk pasir parabola
Gumuk pasir strip
Gumuk pasir memanjang

h. Trumbu karang
Terumbu penghalang (barrier reefi)
Terumbuh pagar (fringing reef)
Terumbuh cincin (atol reef)
Rataan terumbu
Akumulasi asir koral

i. Tombolo
j. Spit
2. Bentuk destruksional
a. Pantai curam (cliffs)
Tebing terjal
Takik pantai
b. Pelataran pengikisan gelombang laut (shore platforms)
c. Dataran abrasi
d. Teras pantai
3. Bentuk lahan
a. Lagun
b. Teluk
9.4. PANTAI
Pantai dapat berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat lainnya,
perbedaan ini dapat disebablan karena adanya pengendapan yang berasal dari
dataran atau laut, ombak, tektinok (pantai mengalami pengangkatan atau
penenggelaman), dan sebagainya.
Pantai merupakan daerah yang terletak dibagian tepi sari kontinenral )dataran).
Yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan modelpantai adalah gelombang
(wave) dan arus (current), sedangkan gelombang pasang surut (tides) kecil
pengaruhnya.
Gelombang tebentuk antara lain karena adanya pergerakan angin, besar kecilnya
kecepatan angin berpengaruh terhadap besar kecilnya gelombang.
Gempa bumi bawah laut, longshore dasar laut dan letusann gunung api bawah
;laut dapat menimbulkan gelombang besar yang sangat berpengaruh pada pantai
disebut sebagai TSUMANI. Tsunami dicirikan dengan panjang gelombang
mencapai 100 km, amplitudo lebih kurang 0,5 m dilaut tebuka dan kecepatan
lebih dari 800 km/jam.
Arus berbeda dengan gellombang, arus mempunyai pergerakan menerus
sedangkan gelombang tidak. Dalam perkembangan selanjutnya, pantai dapat
tererosi oleh gelombang dan arus dapat juga mengalami pelarutan dan korosi.
Daerah sekitar pantai yang masih mendapat pengaruh air laut dibedakan
menjadi, sbb
1. Beach (daerah pantai), yaitu daerah yang langsung mendapat pengaruh air
laut dan selalu dapat mencapai ileh pasang naik dan pasang surut.
2. Shore line (garis pantai), adalah jalur pemisah yang relatif berbentuk garis
dan relatif merupakan batas antara daerah yang dapat dicapai air laut dan
yang tidak bisa.
3. Coast (pantai pesisir), yaitu daerah yang berdekatan dengan laut dan
masih mendapat pengaruh dari air laut.

9.4.1. bentuk lahan pantai


Bentuklahan pantai dikontrol oleh aksi alamiah yang bekerja secara terus
menerus. Pada dasarnya dapat dikelompokan dua macam aksu alamiah yaitu yang
bersifat menghancurkan (deskruksif) dan yang bersifat membangun dengan cara
pengendapan (deposisional/konstruktif)
1. Fakrot yang mempengaruhi kecepatan erosi marine
a. Gelombang dan arus air laut, merupakan faktor utama penyebab dari
eori marin.
b. Influk material bisa dari baratan.
c. Macam dan resistensi batuan
d. Kedalaman laut lepas pantai.
e. Keterbukaan pantai terhadap serangan ombak.
f. Sifat-sifat dari batuan seperti arah dan banyaknya rekahan atau sesar.
g. Stabilitas osisi garis pantai (shore line), misalnya terdapat berier reef
pada pantai tersebut.

2. Beberapa kenampakan-kenampakan hasileoris pantai


a. dataraan abrasi, yaitu suatu hasil erosi gelombang terdapat yang
menghancurkan dinding pantai.
b. Goes, yaitu kenampakan celah yang sempit dan dalam yang terdapat
didaerah cliff.
c. Blowholes, yaitu lubang-lubang yang terdapat diatap atau dilangit-
langit sebuah gua kapur. Terbentuk akibat pelarutan oleh air laut atau
air hujan yang menggenang dipermukaan gua.
d. Natural arch, yaitu sebuah lengkung alamiah yang biasa terdapat
didaerah pantai curam, terbentuk sebagai akibat hempasan gelombang
air laut.
e. Stack, yaitu natural arch yang telah mengalami collaped pada bagian
lain, sehingga nampak seperti jarum yang muncul dipermukaan laut.
f. Sea cave, yaitu gua pantai yang terbentuk karena hempasan gelombang
air laut yang menghempas pada zona-zona lemah di dinding pantai.

3. Beberapa kenampakan hasil pengendapan pantai :


a. Split, yaitu merupakan endapan pantai dengan satu bagian tergabung
dengan daratan dan bagian yang lain sedikit menjorok ke laut.
b. Tombolo, yaitu endapan tipis yang menghubungkan pulau dengan
daratan.
c. Bars, yaitu hampir sama dengan split, tetapi disini bars terakumulasi
endapan lanau (silt) maka akan terbentuk mud flats, jika mud flats
ini ditumbuhi oleh beberapa humoni tumbuhan laut maka menjadi apa
yang disebut salt marshes.
d. Beach, yaitu dataran pantai yang tersusun oleh endapan pasir atau
kerikil.

9.4.2. klasifikasi pantai


Klasifikasi pantai menurut jhonson (1919) berdasarkan genesanya :
1. Pantai emergence
Pantai ini terbentuk jika terjadi pengangkatan daratan sehingga terjadi
kemunduran garis pantai, dasar lau mendalam secara perlahan dan
teratur.
Kenampakan pada eta topografi :
a. Garis pantai yang relatif lurus, ditandai dengan garis garis kontur yang
lurus.
b. Pantai yang relatif landai, ditunjukan oleh garis kontur yang renggang.
c. Jika dijumpai perkampungan umumnya relatif sejajar dengan garis pantai.
2. Pantai subemergence
Pantai ini terbentuk jika ada air laut mengenangi daratan sehingga
terjadi kemajuan garis pantai, dasar laut mempunyai kedalaman yang
tidak teratur, yang merupakan lembah-lembah dan bukit-bukit lama.
Kenampakan pada peta topografi :
a. Garis pantainya tidak teratur
b. Garis pantai berkelok-kelok tidak beraturran
c. Pantainya relatif curam, dtandai dengan adanya garis kontur yang
relatif rapat.
d. Perkampungan disekitar pantai umumnya tidak sejajar dengan
garis pantai.
3. Pantai netral
Pantai ini terjadi karena adanya pengendapan alluvial/sungai. Pantai
delta, pantai dataran alluvial dan pantai outwash, merupakan ciri-ciri
dari pantai netral.
Kenampakan pada peta topografi :
a. Adanya delta plain, alluvial plain, dan lain-lain.
b. Biasanya garis kontur renggang
c. Bentuk garisnya relatif melengkung
d. Sungai dibagian muara mempunyai banak cabang, yang seolah-
olah mempunyai pola sungai berbentuk pohon (dendritik).
4. Pantai compound (campuran) :
Pabtai yang terbentuk oleh adanya proses pengangkatan dan
penurunan.

Kenampakan pada peta topografi :


a. Adanya dataran pantai, teras-teras (emergence)
b. Adanya teluk-teluk denga kontur yang relatif rapat
c. Perkampungan tidak teratur.
GAMBAR
GAMBAR

Klasifikasi pantai menurut shepard (1948) :


Klasifikasi ini dikaitkan pada bermacam-macam faktor yang berhubungan
dengan pembentukannya danperbedaan bentuk-bentuk awal (initial) dan
bentuk squential (berukutnya)
a. Pantai primer
Berstadium muda dan yang dihasilkan oleh proses bukan asal laut (non
marine agencies).
1) Pantai karena erosi dari daratan
Erosi baik oeh sungai mauapun glacial sebelum mengalami
pengangkatan.
a. Pantai erosi flivial yang tenggelam, misalnya pantai ria
b. Tenggelamnya lembah-lembah glasial (droconet glacial-erosion
coast),
Misalnya : pantai fyord.
2) Pantai uang dibentuk oleh pengendapan asal darat
a. Pantai hasil pengendapan fluvial
- Pantai delta
- Pantai daratan alluvial yang turun,misalnya : pantai
semarang
b. Pantai pengendapan glasial.
- Sabagai morena yang tenggelam
- Sebagai drumline yang tenggelam, misalnya : di shester
nova scotia.
c. Pantai yang karena pengendapan pasir oleh angin (progading
sand dune)
d. Meluasnya tumbuh-tumbuhan pada pantai atau rawa bakau
yang luas,
Contoh : pantai didekat townsvilla, timur laut queenslands,
australia.
3) Bentuk pantai akibat aktivitas volkanisma
a. Pantai yang dipengaruhi oleh aliran lava masa kini, cirinya :
jika lavanya basa, bentuk pantai tak teratur, kalau asam bantuk
pantai lebih teratur.
b. Pantai amblesan volkanik danpantai kaldera.
4) Pantai yang terbentuk akibat adanya pengaruh diastrophisma atau
tektonik.
b. pantai sekunder
mempunyai stadium dewasa dan dihasilkan oleh-proses-proses air
laut.
1) Bentk oantai karena erosi air laut
a. Pantai yang berliku-liku karena erosi gelombang
b. Pantai terjal yang lurus karena erosi gelombang
2) Bentuk pantai karena pengendapan laut
a. Pantai yang lurus karena pengendapan gosong pasir (bars)
yang memotong teluk.
b. Pantai yang maju karena pengendapan laut
c. Pantai dengan gosong pasir lepas pantai (offshore bars dan
longshore spil).
9.4.3. gumuk pasir pantai
Gumuk pasir pantai merupakan akumulasi dari pasir-pasir pantai yang
lepas, yang terendapkan sepanjang pantai oleh pengerjaan angin, dan kenampakan
endapannya mempunyai ciri khas baik tingginya maupun pelamparannya.
Syarat-syarat terbentuknya gumuk pasir pantai :
Dalam suatu pembentukan gumuk pasir pantai disuatu daerah maka harus
terpenuhi beberapa persyaratan yaitu :

- Adanya oantai yang datar/landai


- Adanya angin yang berhembus dengan kecepatan tetap.
- Adanya sinar matahari yang kontinyu
- Akumulasi pasir cukup banyak ini biasanya berasal dari sedimentasi sungai
yang bermuara disitu.
- Vegetasi pantai, seperti sphinifek llithorus, pandanae, calantrophus, gigantae,
ipomoa pescaphrae, kaktus, dll.
- Terdaptnya bukit penghalang.
Proses terbentuknya dan jenis-jenis gumuk pasir pantai :
Adapun proses terbentukna gumuk pasir yaitu : gumuk pasir pantai
terbentuk oleh aktifitas angin dan terdapatnya material pasir yang melimpah.
Angin yang mengangkut pasir dan bahan lepas lainnya pada suatu waktu akan
berkurang kecepatannya, sehingga daya angkutnya berkurang dan muatanya akan
terendapkan. Pengurangan kecepatan angin dapat disebabkan adanya penghalang
berupa tempat dimana pasir itu diendapkan, terapat pelonggokan pasir dengan
bentuk-bentuk positive, misalnya : gumuk pasirbarchan dan gumuk pasir
longitudinal. Seperti halnya pantai panrangtritiss, yogyakarta.
Bentuklaha yang berkembang pada suatu gumuk pasir pantai, mirip
dengan bentuklahan asal aeolian (angin) yang dijelaskan pada bab XI.

9.5 TERUMBUH KARANG


9.5.1. terjadina terumbu karang
terumbu karang merupakan koloni dari rumah-rumah jasad renik karang
(corral py\olyps) yang hidup dilingkungan pantai, dengan berbagai persyaratan,
yaitu :
1. Suhu air dan lingkungan panas atau tropis, diatas 20C
2. Kedalaman air kurang dari 50 m
3. Air jernih, tanpa sedimen, dasar cukup keras
4. Laut tenang, gelombang tidak besar; gelombangnbesar akan merusak
tubuh karang yang rapuh dan menghambat pertumbuhan
5. Sirkulasi air cukup kancar untuk mendapatkan cukup oksigen.
Pada kondisi yang sesuai karang berkembang dengan cepat, dan larva yang
berkembang baik pada karang akan tersebaar oleh arus laut ke tempat lain.
Jika larva mendapatkan landasan yang kokoh seperti batuan yang keras atau
cangkang-cangkangyang mengumpul karang ini membentuk terumbu.
Pertubuhan karang dipercepat oleh terjadinya lagae dan milipores yang lupa juga
mengambil kalsium karbonat dari air laut. Pertumbuhan terumbu karang oleh
polyp dan algae efektif pada kedalaman 20 dan 40 meter.
9.5.2 bentuk-bentuk terumbu karang
terumbu karang dapat berbentuk, barrier reefs, fringing refs, fringing
reefstumbuh melekat pada pulau atau pantai benua. Tanpa lagoon atau genangan
laut antara terumbu dan daratan berbatu-batu yang menjadi tumpuan dari terumbu
tersebut.
Barrier reef, merupakan terumbu yang tumbu dengan mempunyai jarak dari
pantai sejauh beberapa ratus meter sampai beberapa kilometer dari daratan pantai.
Terdapat lagoon antara terumbu dengan pantai. Barrier reef itu sendiri merupakan
jalur relatif sempit terdiri dari karang dan pasirnya yang kadang-kadang mucul
kepermukaan laut. Jalur karang sempit tadi dapat berbentuk cinccin jika mengitari
pulau.
Atoll, juga berbentuk cincin atau ellips. Merupakan jalur sempit karang atau pasir
melingkar, denganlagoon atau genangan laut ditengahnya. Atoll mirip sebuah
barrier reef yang mengitari pulau tetapi tanpa pulau ditengahnya.

9.5.3. beberapa penjelasan mengenai terbentuknya terumbu


1. Charies darwin (1842)
Karang mula-mula terbentuk melekat pada daratan (fringing ref) kemudian
disusul dengan penenggelaman fondasi atau pulau. Penenggelaman
berlangsung lambat dan tersendat, dan karang sementara itu tumbuh terus;
maka terdapat jarak antara karang dan pulau (barrier reef). Hannya
lingkaran karang terluar yang memenuhi persyaratan tumbuh secara aktif.
Jika pulau sama sekali tenggelam akan berbentuk atoll.

2. Daly
Mengemukakan teori glacial-control. Menurut teori ini muka air laut
selama waktu glacial lebih-lebih didaerah ekuator menurut, menyebabkan
adanya wilayah pengikisan pantai yang baru dimana karang tumbuh,
setelah itu pada waktu interglasial terdapat kenaikan muka laut;
interglasial terkhir menyebabkan kenaikan muka laut sekitar 80 m.
3. Teori lainnya dikenukakan diantaranya oleh: Rein, Murray, Vangkar,
Guppy, Agassiz.
Rein menyebutkan bhwa atoll dapat terjadi pada puncak bawah muka laut
yang diam.Murray menambahkan lagooan yang terbentuk diatas dasar
yang diam merupakan pelarutan sedangkan terumbuhnya tumbuh ke arah
luar. Vangkar beranggapan bahwa pada paparan yang landai terumbu
dapat tumbuh pada suatu jarak dari pantai dan membentuk barrie reef;
lagoon akan berisi air berlumpur yang tidak memungkinkan karang dapat
tumbuh. Guppy menyatakan pula adanya undak-undak karang pada tepi
daratan pantai oleh pengangkatan daratan/dasar laut Agassiz. Beranggapan
bhwa karang tumbuh diatas paparan yang dibentuk oleh gelombang.

9.5.4. bukit-bukit untuk teori penenggelaman (darwin)


1) garis pantai yang dibatasi ole barrier reef kebanyakan berteluk-
teluk dan headlands jarang menunjukan tebing-tebing pengikisan
gelombang. Tebing-tebing tersebut, bila ada telah tenggelam.
2) Daerah-daerah dipasifik yang menunjukan bukti-bukti
pengangkatan tidak menunjukan barrier reef dan atoll, tetapi
daerah-daerah yang mempunyai barrier reef dan atoll tidak
menunjukan adanya gejala-gejala pengangkatan.
3) Pulau kecil yang dikelilingi barrier reef disebut juga almost atoll-
menunjukan lereng-lereng yang serupa dengan puncak-puncak
gunung yang sekarang.
4) Adanya uncorformable contact antara ref dan masa daratan yang
menunjukan adanya pengikisan dan tenggelam sebelum terumbuh
tumbuh diatasnya.
5) Ketebalan reef yang sangat besar (sampai 300 m) menunjukan
bahwa terumbu tumbuh diatas masa sedang tenggelam.
6) Organisme karang tidak tumbuh ditempat yang sangat dalam. Pada
beberapa kasus, rekonstruktur didalam ds\asar terumbu dapat
mencapai 400 500 meter.
7) Ditemukannya barrier reef dan atoll yang berada dibawah muka
laut; ini disebabkan oleh proses penenggelaman yang lebih cepat
dari pertumbuhan karang.

9.5.5. bukti0bukti untuk teori glacial-control antara lain (daily).


1. kedalam dari dasar (fondasi) lagoon umumnya uniform, rata-rata
antara 70-100 meter.
2. Dasar atau fondasi tersebut berupa paparan yang terbentuk oleh
erosi gelombang pada kelemahannya antara lain bahwa kedalaman
dari dasar terumbu tidak hanya mencapai 70-100 meter, tetapi
dapat mencapai 400 meter; juga kenyataan bahwa terumbu karang
dapat tumbuh ditempat yang terbukti tidak stabil.dari pembahasan
kedua teori tersebut dapat didedukasikan adanya tiga jenis pulau
yang mempunyai terumbu karang disekiternya, yaitu : pulau yang
tetap, pulau yang menaik, pulau yang sedang menurun (tenggelam).

GAMBAR
BAB X. BENTUKLAHAN ASAL PELARUTAN

10.1. BATASAN PENGERTIAN TOPOGRAFI KARST


Bentuklahan asal pelarutan dihasilkan oleh proses soluai/pelarutan pada
batuan yang mudah larut.
TOPOGRAFI, ialah bentuklahan muka bumi dengan fenomena natural
maupun kultural.
Dalam bahasa indonesia perkataan topografi telah dibakukan dengan kaliamt rupa
bumi.
KARST, ialah nama suatu daerah pegunungan/plateau DINARIA ALP
yang terletak pada bagian barat laut yugoslavia yang tersusun dari batugamping
(limestone). Plateau dinaria Alp membentang luas mulai dari sungai ISONZO
sampai teluk QUARNERO. Dimana istilah KARST juga disebut CARSO.
Istilah KARST, ditemukan oleh para ahli geologi untuk menerangkan gejala rupa
bumi yang diakibatkan oleh proses kimia dan fisika pada kawasan berbatugamping
atau batuan yang mudah larut.
Menurut jennings (1971). Karst adalah suatu kawasan yang mempunyai
karakteristk relatif dan drainage yang khas, yang disebabkan keterlarutan batuannya
yang tinggi.
TOPOGRAFI KARST, adalahrupa bumi yang unik dengan
kenampakan/fenomena khas akibat proses pelarutan dan pengendapan kembali
CaCO3 diatas dan dibawah ermukaan bumi.

10.2. PROSES PEMBENTUKAN LAHAN KARST.


Hampir setiap kenampakan bentuk karst dapat dibedakan atas dua proses
pembentukannya yaitu :
1. Oleh proses kimia, ialah pelarutan dan pengendapan kembali.
Pada daerah yang memenuhi kondisi seperti dipermukaan maka proses yang
dominan atas daerah tersebut ialah pelarutan kimiawi yang terkontrol oleh
struktur kekar dan berlangsung sebagai berikut:
CaCO3 + H2O + CO Ca(H2CO3)2
Ca(HCO3) Co2 + H2O + CaCO3
Dimana :
H2O = air hujan
CO2 = gas karbondiaoksida
H2CO3 = asam karbonasi
Air mengandung CO2 melarutkan sebagai mana batu gamping, yang dapat rerjadi
ke kana maupun ke kiri, artinya dapat terjadipengendapan kembali kedalam
bentuknya sebagai travertin, stalagtit, stalagmit, dsb.
2. Oleh proses fisika, ialah corrosi, runtuh (collapse), erosi dan deposition
Disamping proses pelarutan maupun pengendapan kembali, terjadi juga akibat
proses fisis sebagai akibat pelapukan, retakan gravitasi trasfer, erosi, dan
pengendapan.
Hasil proses tersebut pada topografi karst terkesan dengan adanya gejala karst
baik yang tampak pada permukaan maupun yang terdapat pada bawah
permukaan.
Berlangsungnya proses tersebut dipengarui oleh faktor-faktor :
1. Litologi 3. Watertable 5. Dan vegetasi
2. Struktur batuan 4. Iklim
Salah satu faktor yang aktif ialah iklim yang memberikan air hujan, yang
selanjutnya akan berperan dan berpegaruh terhadap faktor-faktor lainnya, jadi
pada daerah arid maupun semi arid pembentukan fenomena karst tidak terjadi.
Kalau pada daerah arid ada bentuklahan yang terdapat kesan-kesan fenomena
karst, tentu dizaman oembentukan daerah ini pernah dipengaruhi iklim basah
(humid climatic regimes).
Air yang mengalir kepermukaan sebagian besar merasap ke dalam tanah
melalui rekahan/diaklas, dalam perjalannya terjadi alur air bawah tanah yang
mula-mula sempit, lambat laun membesar atas tiga dimensi, pada permukan
alur alir air ini akan berkembang ruang/rongga kemudian gua (cavern) dibawah
permukaan, yang satu rongga dihubungkan oleh alur sempit/lorong (passages).
Pada alas yang berbeda levelnya terbentuk apa yang disebut sebagai galleries.
Pada suatu saat akibat kontinuitas proses larut pada diaklas, korosi yang terjadi
mendadak runtuh atap/bagian atas gerongga dekat permukaan. Maka depresi
yang tampak pada pemukaan diatasnya akan membentuk apa yang dinamakan
sinkholes, dengan bentuk bulat atau bulat opal, dengan diamter dapat mencapai
ratusan meter.
Ada dua sinkholes :
1. Bentuk tunnel, dinamakan dolina
2. Bentuk sumur, dinamakan ponor

Bila runtuh atap rongga/gua (cavern) yang berkembang dari bentuk


lorong/terowongan bawah permukaan, maka depresi berbentuk panjang
dipermukaan dinamakan uvala.
Uvala akan meluas denga proses kolapas dinding akibat korosi, pelapukan dan
beban air hujan, kemuadian aka terjadi kenampakan residual sebagai humss,
haystack atau mogates. Pada beberapa tempat uvala didaerah humid akan
tergenang air hujan atau daru run offf, maka akan terbentuk pond atau telaga
lokva.

10.3. BENTUKLAHAN KARST


Bentuk lahan karst dengan fenomenanya adalah akibat proses kimia
berupa pelarut batuan yang mudah larut oleh air (soluuble rock) maupun proses
fisika yang terjadi pada daerah, dengan memiliki syarat-syarat :
1. Terdapat batuan yang mudah larut pada permukaan atau dekat permukaan,
yang mempunyai banyak kekar atau diaklas.
2. Terdapat iklim yang cukup memberikan hujan denga curah hujan sedang.
3. Terdapat struktur landform yang menunjukan roses pembentukan lahan
karst.
4. Terdapat vegetasi yang menunjukan ketahanan air hujan pada permukaan
maupun dibawah permukaan.

Atas pengaruh kondisi tesebut maka terjadi bermacam-macam gejala karst yang
nampak dipermukaan bumi maupun yan gterjadi dibawah permukaan bumi
(subteranean). Antara lain sebagai berikut :
10.3.1. BENTUK FENOMENA KARST YANG NAMPAK PADA
PERMUKAAN BUMI

1. Tanah regolith
Tanah lapisan penutup pada lahan berbatugamping pada topografi
cekungan yang pernah terkeena pelarutan. Regolith merupakan residu
relarutan yang mengandung FeO2 pada lantai gua maupun dasar dolena,
dikenal sebagai tanah terrarosa.
2. Lapies
Permukaan yang terbuka yang menampakan batugamping dalam
bermacam relief yang kasar dengan seling kesan bekas terjadi larut yang
disebut lapies.
Pada laha lapies yang dkenal sebagai karren terkesan nyata adanya proses
pelarutan, pemeability jointing, bedding dan pengaruh air hujan, dalam
ukuran lebar (+ 2 m) dan panjang (+20 m)
3. Alur alir air permukaan (surface drainage) dijumpai pada dasar uvala
sampai hum, lahan dataran regolith, ;emah buta (blind valley/kreek). Alur
alir air ada kalanya berakhir pada suatu lubang semacam sumur yang
disebut ponor.
4. Ponor/lubang.sumur adalah tempat berakhirnya alir air pada alur
permukaanyang masuk ke dalam ponor aliran dibawah atanh melalui
piping, rekah-retak diar=tas maupun alur alir dibawah permukaan sebagai
undergraound water, pada suatu tempat yang terbuka akan keluar sebagai
bentuk mata air atau lubang pada lembah yang lebih rendah yang dikenal
sebagai volkluse

5. Sinkholes

Bentuk cekungan yang terjadi ole proses pelarutan batugamping atau


sejenisnya yang terletak dibawah permukaan, bentuk awal dari sinkholes
ada kalanya berkembang dari ponor dalam bentuk ukuran kecil.
Perkembangan lebih lanjit sebabkan pula oleh peristiwa runtuhnya atap
rongga bawah dekat permkaan, maupun runtuhnya dinding sinkhoes.
6. Doline,
merupakan depresi akibat perkembangan ole proses larutan dan runntuhan
sinkholes, berbentuk bulat oval dangan garis tengah lebih besar daripada
kedalamnya yaitu sekitar 2 100 m dalamnya dan 10-1000 m
diameternya.
Doline memberikan indikasi khas pada topografi karst, dimana dalam satu
lahan terdapat ratusan bahkan ribuan bentuk sinkholes.
7. Uvala,
merupakan lahan cekungan memanjang berbentuk oval akibat dari proses
berkembangnya bentuk dan ukuran doline, baik proses larut maupun
runtuhnya dinding doline dengan dasar tidak rata. Kedalamnya diantara
100 200 m. Peristiwa runtuhnya atap gua bawah dekat permukaan,
kadang-kadang ada yang panjang beberapa ratus meter sesuai arah lorong
gua, juga membentuk uvala.
8. Poyle
Topografi cekungan didaerah batugamping yang mempunyai drainage
dibawah permukaan, poyle terjadi dari perluasan uvala atas proses solusi
dan kolaps/runtuhnya dinding yang telah melapuk dan mendapat muatan
air hujan. Bentuk poyle memanjang dengan dasar tidak rata.
9. Hum magote, kuubah, hog nock.
Hum dan sejenisnya adalah bukit-bukit sisa pada topografi karst, dari
proses perkembangan poyle. Bentuk-bentuk bukit karst ini dapat dikontrol
dengan parameter dan sifat fisik batuan penyusunnya. Dalam tingkat
kemajuan peraturan yang merombak lahan berbatugamping, bukit-bukit
sisa dapat disamakan dengan monadnock dan hogback didaerah karst juga
bisa disebut hums, bukit yang sama dikenal sebagai hay stack, di daerah
puerto rico dekat treceibo disebut pepino hills.
10. Vaucluse
Gejala karst sampai dipermukaan yang berbentuk lubang tempat keluarnya
air tanah disebut vauclase, yang dapat dijumpai pada topografi lembah
bagian bawah, atau tebing-tebing bukit batugamping pada bagian
kaki/dasar uvala/poyle nampak juga sebagai mata air.
11. Jemdela karst, terowongan alam dan jembatan alam.kesemuanyabentuk
jendela karsthasil proses pelarutan dan erosi atas batuan yang lapuk oleh
air yang mengalir (stream). Jendela karst (karst window) adalah
pipa/gorong karst bawah tanah yang terdapat yang terdapat pada tebing
scarp akibat pengangkatan tektonik.
12. Gapura/pintu yang nampak dari permukaan tanah. Terjadi pada tingkat
kemajuan peristiwa fisis, ialah erosi dan kolaps tebing pada bukit karst
seperti mogate, kubah yang terdapat didalam gua (cavern). Sehinga gua
yang bermacam bentuk ruang terbuka oleh semacam gapura atau pintu
gua, ataupun jendela karst, yang merupakan ventilasi untuk masuknya
edara (O2) pada gua-gua bawah permukaan (underground cavern). Dengan
adanya ventilasi pada gua dibawah atau dalam kubah bukit kapur, maka
proses pembentukan travertin terjadi dengan bermacam-macam bentuk.ada
5 bentuk bukiit karst yang dirangkum pada tabel berikut :

Tabel 10.1. bentuk bukit karst.

NO BENTUK UKURAN BATUAN PENYUSUN


1. Sinusoida (setengah Diameter : 50 m Batugamping kalkarenit
bola) Tinggi : 25 m tebal dan tipis
2. Kerucut Panjang : 40 m Batugamping dengan
Lebar : 25 m urutan vertikal, selang-
Sudut lereng : 60 seling antara kalkare-nit
dgn afanitik
3. Kerucut terpancung Panjang : 60 m Batugamping dengan
Lebar : 10 m urutan vertikal, selang-
Tinggi : 20 m seling antara kalkare-nit
Sudut lereng : 60 dgn afanitik
4. Meja Lebar : 15 m Kalkarenit dan kalsirudit
Panjang : 150 m
Tinggi : 15 m
5. Silinder, (merupakan Panjang : 30 m Kalkarenit dan kalsirudit
perkembangan dari Lebar : 20 m
bentuk meja)

10.3.2. bentuk fenomena karst yang nampak dibawah permukaan bumi

Permukaan bumi
Batu gamping mempunyai sidat kedap air, air meredap kedalam
lapisan batugamping (limestone) melalui kekar/diaklas/joint pada blok
batugamping.
Perkembangan proses pelarutan betugamping pada diaklas/kekar/joint oleh
drainage bawah permukaann (subsurface drainage) akan membentuk gejala karst
bawah permukaan, antara lain :
1. Alur aliran air bawah tanah
2. Pipa-pipa terowongan tempat air mengalir bawah tanah
3. Ruang-ruang/gua (cavern) bawah permukaan yang terjadi akobat proses
pelarutan disertai runtuhnya atap/dinding ruang bawah permukaan.
4. Travertin, stralagnit, stalagmit, pillar, tirai, teras semuanya adalah hasil
proses kimia atau pengendapan kembali air yang mengandung larutan
kapur n menguap n dan mengendap kembali Ca(HCO3)2 + )2 = H2CO3 +
CaCO3.

5. Sungai bawah tanah


Terjadi bila air tanah pada massa batugamping yang mengalir meresap
turun melalui diklas/joint/kekar, pipa pada lapisan batuan kedap air.
Selanjutnya mengalir diatas batuan kedap menuju base level.
Alur yang terbentuk oleh proses pelarutan dan erosi pada zone ini
terjadilah sungai dibawah tanah, yang pada singkapan tertentu akan keluar
sebagai sungai permukaan (surface drainage).
6. Tanah terarosa dan guano
Tanah terrarosa adalah residu larutan batuan mudah larut (soluble rock)
yang mengandung FeO2 dengan warna kemerah-merahan, endapan tanah
ini bannyka dijumpai pada dasar lokva, uvala dan landai gua.
Disamping terdapat tanah terarosa, di gua-gua yan gtelah terbuka dijumpai
endapan/deposits kotoran burung/kelelawar yan gdisebut guano.

10.4. SIKLUS TOPOGRAFI KARST


Siklus topografi karst, ialah proses perubahan bentuklahan karst, dari
kondisi proses-proses geomorfologi terhadap lahan berbatugamping (soluble
rock), dengan membagi atas tingkat-tingkat stadinya ialah: stadia muda, stadia
dewasa, stadia tua.
Pada masing-masign stadia jelas mempertahankan profil khas sesuai
dengan proses dan waktu yang berlangsung, pada bentuklahan karst juga dapat
diamati terjadinya siklus (daur ulang) profil topografinya yang berubah secara
evolusi genetiknya.
Menurut cvijic, evolusi karst tingkatnya ditandai dengan :

1. Youth stage :
- Bila gejala kaarst yang dominan ialah aliran permkaan (surface
drainage)
- Lapies tampak memberikan kesan adanya proses pelarutan dan
erosi regolith
2. Maturity stage :
Gejala karst yang menyolok pada suatu bentuklahan karst ialah aliran
bawah permukaan, swallow hole, sinkhole, dan doline, yang menandai
bahwa proses pelarutan dibawah permukaan sedang berkembang ke cavern
3. late maturity
bentuk lahan karst dalam tingkat dewasa akhir ditandai adanya gejala karst
sepertiadanya jendela karst, uvala hingga terdapatnya poyle.
4. Old stage
Tingkatan tua, ditandai adanya gejala karst seperti munculnya kembali
aliran permukaan oada oiyle, dan meluasnya uvala dengan bukit-bukit sisa
karast seperti : hum dan adanyaa jembatan alam.
Jadi daur ulang bentuk lahan topografi karst adanya empat phase pola
genetika mengesahkan adannya peristiwa erosi pada permukaan karrst
didaerah iklim tropis samoai zone bade level erosion.
Menurut beede, tingkatan siklus karst diamati atas tiga tingkatan yaitu :

1. Youth : ditandai banyaknya doline dan drainage permukaan


2. Maturity : ditandai permukaan uvala grainage neralih kebawah
permukaan, creek nampak didasar uvala/pada poyle dan lembah buntu
3. Old dtage : perkembangan uvala menimbulkan bentukan bukit sisa
yang dengan hum, haystack disebut juga pepino hill atau mogate.
Drainage permukaan muncul kembali diatas dasar uvala sebagai poyle,
dibeberapa tempat terjadi jembatan alam, ada kalanya muncul jendela
karst pada mogate.
GAMBAR

GAMBAR
BAB XI. BENTUKLAHAN ASAL AEOLIAN (ANGIN)

Gerakan udara atau angin dapat meghasilkan bentuklahan yang khas dan
berbeda dari bentukan proses lainnya. Kerja angin mempunyai dua aspek yaitu
erosif fan akumulatif.
Bentuklahan asal angin dapat beruoa hasil : tiupan angin, pengikisan/abrasi
1. Bentuklahan asal angin dari hasil tiupan angin, umumnya berukuran besar
pada kawasan kering, diantaranya yaitu:
- Yardang, yaitu alur yang memanjang searah dengan arah tiupan
angin dan terdapat pada batuan yang agak lunak/lembut misalnya
batupasir.
- Bolson, yaitu basin/depression yang dikelilingi oleh pegunungan
perbukitan. Kawasa bolson dicirikan dengan kehasiran pediment,
bahada, danau playa, dan alirann air menujuh ke pesat (ke danau
piaya).
2. Bentuklahan asal angin dari hasil pengikisan/abrasi angin yang membawa
material (pasir-debu).
Abrasi oleh angin hanya berkesan terjadi dekat permukaan tanah, karena
angin tidak mampu mengangkat butiran pasir terlalu tinggi. Menurut
bagnold (1941), yaitu abrasi oleh angin kadang-kadang melebihi 45 cm di
atas permukaan bumi, sedangkan butiran pasir hampir tidak perna
melayang diatas ketinggian 2 meter.
Tindakan angin dalam proses abrasi, sebagai penggilapan, cungkilan
berbentuk lubang kecil karena benturan (impact) antar material,
penggoresan, dan pembentukan faset diatas benda yang mengalami
tiupannya.
Bentuklahan hasil abrasi dapat berupa :
- Ventifak (ventifact), sebagai betu atau pebel yang dikikis hingga
mempunyai faset dan digilapkan oleh abrasi dengan pasir yang
dibawa oleh angin ventifak yang lazim mempunyai dua
(zmelkanter) atau tiga (drelkanter) faset, kejadian tersebut
tergantung kekuatan angin.

GAMBAR
- Batu cendawan, dibentuk oleh abrasi angin yang lebih kuat
dibagian kaki (bawah) dibandingkan dibagian pada batuan
tersebut.
3. Bentuklahan asal angin darihasil endapan material yang terbawa angin
bentuklahan ini dapat terbentuk jika memenuhi syarat-syarat :
a. Tersedia material yang terangkut oleh angin, berukuran pasir halus
sampai debu dalam jumlah banyak.
b. Ada periode kering yang panjang disertai angin yang mampu
mengangkut dan mengendapkan bahan tersebut.
c. Gerakan angin tidak terhalang oleh vegetasi atau obyek lainnya oada
saat pengakutan material, terkecuali penghalang dibutuhkan sebagai
salah satu penyebab terjadinya pengendapan material.pengeendapan
terjadi dimana daya pengengkutan material lepas oleh angin.endapan
angin secara umum dibedakan menjadi gumuk pasir dan endapan debu
(loess). Dalam hal ini akumulasi oleh angin sangat dipengaruhi oleh
ukuran butir dari materialnya, material berdebu akan membentuk loess
plateau yang ekstensif dan bentuk yang berhubungannialah adanya
tebing/lereng vertikal, tetapi juga dapat terbentuk pada daeraah
bermaterial pasir.
Bentangan pasi dan gumuk pasir berbagai bentuk, merupakan hasil
endapan dari angin yang membawa material berukuran pasir, bentuk-
bentuk gumuk pasir seperti baechan, parabolic, longitudinal dan
terversal merupakan tipe gumuk pasit yang umum dijumpai.

GUMUK PASIR (sand dune)


Gumuk pasir (sand dune) adalah suatu bentuklahan oleh
proses aktivitas angin, berupa gundukan (mound) atau punggungan
bukit (ridge) dan berbentuk lainnya serta ukuran yang tersusun oleh
endapan pasir lepas (flint dan skinner, 1977; zuidam,
1986;nstrahler,1989).
Zuidam (1986), cooke et al, (1982), dan flint dan skinner (1974),
mengemukakan beberapa karakteristik gumuk pasir yaitu :
1) Relief-morfolgi pendek dengan topografi irrreguler, bentuk gumuk
pasir dibatasi oleh kemiringan lereng yang curam dan saling
berlawanan secara tidak simetris, batas ketidak stabilan lereng
gumuk pasir dapat mencapai kemiringan lereng 34, ketinggian
gumuk pasir dapat tumbuh hingga 30-100 meter, dan beberapa
bukit pasir burun dapat mencapai hingga 200 meter;
2) Terjadi proses geomorfologi berupa erosi oleh aktivitass angin
(aeolin activity) yang disebut corrasion (corration) dan
pengangkutan/perpindahan material oasir dan debu yang juga oleh
angin disebut sebagai deflasi (deflation). Deflasi ditentukan oleh
interaksi lima faktor utama, yaitu: kecepatan angin, turbuuulensi
angin, sifat kekasaran permukaan, kohesi, dan ukuran butir material
permukaan. Vegetasi akan menambahkompleksitas faktor tersbut,
terutama saat terjadi engurangan kecepatan angin didekat
permukaan tanah;
3) Material utama berupa pasir dan debu
4) Tanah belum terbentuk secara nyata;
5) Air permukaan sedikit atau cenderung tidak ada, drainase sangat
baik;
6) Vegetasi atau penggunaan lahan pada dasarnya tidak ada, tetapi
dikaki gumuk yang tidak beberapa vegetasi dimungknkan untuk
tumbuh.
Pada gumuk pasir pantai selain tersusun dari material pasir
yang lepas, juga mempunyai kontreksi struktur sedimennya :
1) Struktur sedimen yang berkembang pada permukaan, yaitu :
Struktur gelembur gelombang (ripple mark), adalah struktur yang
terjadi karena adanya pergeseran antara angin angin dengan
butiran pasir (dipermukaan), struktur ini dapat dipakai untuk
menentukan arah angin.
2) Struktur yang berkembang yang terkembangdibagian dalam,
berupa :
- Perlapisan horizontal
- Lapisan berususun (graded bedding)
- Perlapisan silang slur (cross bedding)

Cooper (1967, dalam zuidam 1983) membedakan


Daerah tanpa vegetasi dan didaerah bervegetasi, yaitu :
1) Tipe gumuk pasir didaerah tanpa vegetasi
a) Punggung bukit/igir yang melintang
Tipe ini berkembang didaerah angin yang tertiup secara konstan
atau tetap dari arah yang sama dan bertiup secara normal sampai
menuju ke arah angin, tipe ini berpindah tempat secara lambat.

b) Punggung bukit/igir yang miring


Tipee ini berkembang pada saat angin bertiup dari dua tempat pada
waktu yang berbeda tipe ini kurang lebih seimbang dan tidak ada
perpindahan tempat.
2) Tipe gumuk pasir didaerah vegetasi :
a) Parabolic dunes
Tipe ini berkembang didaerah yang vegetasinya berpencar
b) Preciptattion dunes
Tipe ini berkembang didaerah yang pasirnya diterbangkan oleh
pohon akibat dari kerapatan vegetasi.
Vegetasi cenderung untuk menstabilkan pasir, sedangkan
perubahan arah angin dan dampak dari badai yang kuat
kemungkinan besar dapat memodifikasi bentuk gumuk pasir.
Flint dan skinner (1974), mengemukakan klasifikasi gumuk
pasir secara umum pada daerah kering dan berangin, yang
dirangkum pada tabel

11.1 berikut ini.

Tabel 11.1. beberapa jenis bukit pasir berdasar pembentukan

TABEL

BAB XII.PERAN GEOMORFOLOGI DALAM


GEOLOGI

12.1. hubungan berbagai aspek geomorfologi untuk geologi


bentuk lahanyang khas, hasil berbagaiproses dari aspek
geomorfologi yang mengukir tipe-tipe batuan dan struktur geologi adalah
demikian penting untuk tujuan geologi. Umumnya bermanfaat untuk studi
dalam menceriakan erwujudan gologi yang banyak macamnya dari
pengamatan pada batuan yang tersingkap ke asosiasi bentuklahan dengan
perwujudannya (semmel, 1980)
dalam daerah yang mengalami degradasi, erosi selektif terhasap
batuan yang berbeda ataupun yang sama kekerasannya adalah suatu peran
yang sangat penting.
Analisis geomorfologi pada daerah dengan endapan penutup dari fluvial,
glasial atau aeolin arigin dapat mengurangi dalam pengamatan dan petunjuk
masalah geologi, tetapi dapat ditunjukan dalam pola pengeringan berupa;
perbedaan dalam tipe bentuk atau pengaluran dari endapan.
Proses geomorfologi, berupa proses gaya eksogen aktif yang
terjadi pada masa sekaranng, mungkin ada kaitannnya dengan keadaann masa
lampau dan dapat digunakan dalam hubungannya dengan penyelidikan
geokinia.
Pelajaran dari proses yang sekarang terjadi seperti akumulasi fluvial, delta dan
lingkungan pengendapan marine adalah tepat untuk mengetahui seara pola
sedimentoogi dan lingkungan pengendapan pada masa lampau. Mourice dan
mayer (1975), menunjukan berapa pentingnya proses eksogen untuk tujuan
pertambangan, sebagau contoh : di iretan terjadi pelapukan dan erosi selama
umur tersier sehingga mengakibatkan tersingkapnya mineral hasil proses
mineralisasi. Ditemukannya anomali geokimia sead-zinc dipermukaan pada
endapan glasial yang menutupi sinkhole terisi besi hydroxide.
Berhubungan denga kepentingan ekonomi, contoh eksplorasi minyak. Moor
(1969) menyatakan, ukuran cadangan minyak dengan mengetahui adanya
sdimentasi air yang dalam pada kenozoic, kemungkinan kecil sekali terjadi
pada sedimen pleistosen. Hal ini merupakan pengendapan bentuk kipas abysal
yang besar pada lereng benua yang mungkin sekali sangan potensial untuk
minyak.
Ahli geologi seringkali memperhatikan indikasi khusus dari kejadian
geomorfologi yang berhubungan dengan proses kegiatan endogen. Sebagai
contoh : patahan, penurunan/ amblesan atau pengangkatan, perlipatan (sinklin
atau antiklin). Ada dua faktor penyebab :
1. hasil metode geologi mungkin kerang baik untuk itu diperlukan kompilasi
bukit dari geomorfologi dan atau geofisik.
2. Gerakan tektonik yang baru menunjkan proses yang dengan yang lalu pada
daerah yang sama dan ini mungkin penting untuk struktural (hills, 1961)
Pelajaran morfogenesis dan morfokronologi adalah bukti yang berasal dari
daerah yang didominasi oleh akumulasi kuarter dimana hasil metode
geologi tradisional adalah terbatas. Hubungan korelasi dengan pengukiran
lahan kuarter pada dataran aspek yang penting pelajaran morfologi yang
lengkap didukung oleh pedologikal, sedimentologi dan data lain adalah
penting dalam mengamati bagian yang muda dari sejarah geologi.
Keadaan paleogeomorfologi adalah seringkali sangat penting dalam
masalah studi. Bentuklahan berumur tua mungkin dihancurkan oleh
kegiatan tektonik. Bagian yang tererosi atau terpendam, dapat menyulitkan
penelitian.
Miller (1961) specified the role of goemorphology in geological
investigatioan and distriguished four categories :
a) Elementary geomorphology. This relates the numerous erotional and
depositiona; landforms,such as volkanic cones, dunes and shorelines
shich can be primarily identified on the basis of their form alone.
b) Supplemental geomorphology. This relates to geomorphological
evidence, which my contribute to the solving of geological promlems.
This method of applying landform characteristic if often, and almost
unconsciously used during geological photointerpretation, where are as
of different rock type are delineated on the trength of diferrential
erosion, as esplained above.
c) Complemental geomoephology. This concerns information of
geological interest revealed through geomorphological observations.
Anomalies in stream deposition and/or erosion my give a cule to
tectonic or epirogenic movements and peculiarities in the drainage
pattern my reveal a fault struvture.
d) Independent geomorphology. This is the application of geomorphology
by the geo;ogist in areas where no mappable outcrops and mno easily
discernable structures occur, such as in areas of extensive glaciation,
major alluvial plains, but also where small patches of alluvium of
colluvium occur in otherwise wellexposed terrotory may then give
useful information.
Meskipun 4 tipe tersebut dapat seringkali cendrung bercampur, sebaiknya
perbedaan ini digunakan pada ondisi yang menjelaskan geomorfologi,
didalam ilmu geologi.

12.2. Bentuklahan dan evaluasi geolginya


Bentuklahan seringkali mencerminkan kondisi batuan dan struktur
geologi. Demikian juga ahli geologi foto memanfaatkan studi yang
mendalam mengenai relief yang dibentuk oleh erosi yang selektif
sehingga mencerminkan gambaran roman kepentingan geologi.
Disamping gejala tersebut, perlu dihubungkan dengan ilmu iklim
sehingga morfologi bukan percerminan langsung belaka terntang
batuan ataupun struktur geologi. Sebagai contoh : perkembangan relief
appalachia didaerah condroz diatas permukaan palantian aedemen,
belgia. Terdapat bentuk roman penggungan bukit utama psammites
dalam bagian besar condroz dekat durnal, berupa pitching antilin
yang puncaknya mungkn telah dipindahkan oleh cuaca tropis yang
keras selama miosen. Efek iklim zaman lampau ditempat ini, misalnya
di afrika dan juga terdapat dibagian lain didunia. Permukaan planation
dibatasi oleh gawie yang tinggi dan biasanya curam, oleh erosi
mengakibatkan gawir mundur secara pararel dan sering berkembang ke
suatu bentuk tangga.
Pertunjukan geomorfoogi dapat berbeda pasa suatu daerah diangola
ditunjukan dengan pola kerapatan pengertian yang berbeda.
Pengamatan struktur geomorfologi pentingndalam hal pembentukan
batuan, karena dipengaruhi oleh proses eksogenn dari keadaan iklim.
Disamping itu juga unit struktur yang besar seperti pegunungan
berguna dalam kriteria arah kedudukan (strike and dip) geolgi, untuk
mengetahui struktur geologi, disamping itu sering didukung juga oleh
pola pengeringan, antara lain terutama :variasi kerapatan pengeringan,
sejumlah pengontrol geologi dan penggabungan dan kesamaan dari
pola.
Didalam daerah metamorfik struktur geomorfologi adalah biasanya
hubungan geologi tersisa tak jelas, foliasi dan belahan agak
baikdigambarkan dalamkonfigurasi medam.mentakat kontak, vein dan
plugs, dan lain-lain adalah elemen struktur yang terpetakan dalam
suatu daerah batuan beku dimana kekar dapat juga untuk di amati.
Dyke dapat mmemperlihatkan dalam relief punggungan, tergantung
pada ketahanan dyke dan sekitanya dari erosi. Penggambaran yang
menarik adalah pemetaan batuan beku dan batuan sedimen sebagai
suatu pola rekahan. Aspek etama yang dimaksud : distribusi frekuansi
pada arah rekahan (verstappen,1959).
Untuk kekar atau sesar yang sukat diamati atau dilacak karena
tertutup material misalnya oleh proses pembekuan es di continental
maka pelacakan dihubungkan dengan kelurusan dan pola dari sisa
bukit-bukit alur pengertian danlain-lain.
Perkembangan bentuklahan karst tergantung dari iklim dan jenis
batugamping, relief karst pada iklim teopic lembab sebagai bentuk
bukit kerucut dann tower adalah paling berkembang pada batugamping
porous (c.q. koral) dan sangat kurang dalam kasus dari batugamping
tidak murno dan batugamping kompak (verstappen, 1960, 1964).
Sedangkan kekar akan menjadi elemen yang mengarahkan dalam
penjajaran bukit-bukit karst atau tebing yang curam.
Perkembangan bentuklahan mempunyai variasi satusama lain dari
pengaruh perbedaan komposisi material, sidat fisikal dati batuan,
kondisi relief, muka air tanah, dan lain-lain.

12.3 Bukti geomorfologi bagi gerakan tektonik recent


Hoocene adalah dapat berhubungan dengan zaman dulu kala, selama
beberapa periode geologi yang berurutan, dan mungkin cenderung
strukturnya telah terkubur. Misalnya ; subsidence, aplift, tilting atau
warping. Analisa tersebut tidak hanya enting untuk studi wuarter, tapi
juga untuk memahami struktur geologi dan gerakan-gerakan tektonik
masa lampau.
Indikasi geomorfologi dari neotektonik seringkali juga dipakai dalam
masalah-masalah seperti eksplorasi minyak bumi (aristarkhova, 1968;
yonekura, 1972; zuonkova, 1972) dan untuk pencarian air tanah.
Gerakan lateral sepanjang garis sesar dapat diketahui dan terukur dari
hasil operasi triangulasi dimana titik trig (trigonometri) tepat pada
sesar. Sebagai contoh oleh verstappen (1973) dari mintakat
keretakan/cela disumatera timur. Pergeseran untuk saat ini secara
vertikal sepanjang sesar biasanya ditemukan dengan jelas pada medan
berupa gawir kecil sesar, munculnya air tanah dan rekahan pada tanah,
contoh dilembah magdalena, columbia, dinederland, sebagai contoh
metode penelitian yang dipakai dapat berhasil (edelman, 1954).
Beberapa komplikasi dari contoh, tidak mudah membedakan anrata
pengaruh tektonik, perubahan muka air laut, dan faktor
antropogenous.
Pelacakan gerakan-gerakan tektonik ouda oleh geomorfologi dengan
membedakan antara menokalisir gerakan (misalnya sepanjang sesar(,
regionalisir gerakan (misalnya subsidence).
Kriteria dari tektonik baru ditandai dengan; lapisan umur termuak
yang dipengaruhi oleh gerakan dan kekasaran menimbulkan bentuk.
Indikasi hal yang termasuk misalnya tebing yang kasar dan tidak
terpotong, face terawetkan dengan baik, kelurusan gawir, kolam
kering, pentimpanan gradien sungai yangmelintangi garis sesar atau
mintakal sesar, sungai mengalami pergeseran dan bentulahan jelek
pada tiap sisi memberikan kesan sesar bergerak secara lateral.
Perbedaan gerakan tektonik kira-kira 450 meter dalam jarak kira-kira
35 km tercermin disini oleh perubahan bentuk teras, yang mana
lamanya hanya beberapa ribu tahun (verstappen, 1973). Terrase
marine dan keterangan terrase coral atau terumbu berbentuk topi (reef
caps) secara seksama tercatat karena gereakan pengangkatan dati
berbagai tipe. Dimana umur absolut dengan dating pada coral polyps
dapat diperolah, sehingga hitungan gerakan neotektonik mejadi
memungkinkan (Tjia, 1970.1975).
Verstappen (19957), terbukti di indonesia pada ulau muna atas
dasar terdapatnya terumbu dengan penyebaran berbentuk cincin dan
teras terumbu, kenampakan ini dapat ditentukan oleh fotogrammetrik.
Pada mulanya hanya sedikit coral hidup dipulau tersebut kemudian
berkembang dari suatu punggungan terumbu. Terumbu cincin
terpusatkan sepanjang sisi timur pulau yang asli dan sekarang sampai
tinggi 445 meter diatas permukaan laut. Secara keseluruhan berupa
punggungan terumbuh= dengan kemiringan lereng ke arah barat laut.
Pada dasarnya terumbu berbentuk topi tersusun oleh teras terumbu
dengan kedudukan sub horozontal yang terpisah oleh gawir curam dan
punggungan yang besar.
Daerah terrase terumbu berangsur kemunculannya sebagai hasil
gerakan tektonik regional dan perubahan muka air laut. Suatu roman
yang menarik adalah terganggunya keterusan terumbu bagian tepi
bawah permukaan sepanajng daris barat daya timur laut yang mana
ditandai oleh gawir sesar. Hasil post datting sebagian besar
perkembangan terumbu adalah kuarter muda. Parapel dengan sesar
besar sorendidori yang mana terpisahnya dengan pulau supiori dan
biak. Tektonik, tiap pre-datting atau post dating coral tumbuh, sering
dapat dilacak kekuatan morfologi dari terubu bentuk topi (verstappen,
1960). Tidak ada engeringan permuukaan terjadi karena porositas dari
batugamping coral. Sinkhole dapat terlihat dalam kekompakan dan
kemurnian batugamping dari lagoon yang telah terangkat. Kemurnian
dan permeabel yang tinggi dari batugamping bentuk punggungan
berkembang menjadi bukit kerucut, yang mana banyak sifat yang khas
danpembentukan karst ditropic lembab. Hutan tropic yang menutupi
bagian besar terumbu adalah ditumbuhi banyak diatas punggungan
bukit. Terumbu tersebut terumur sub-recent mempunyai perkiraan
ketebalan 100 meter dan tidak selaras terhadap batuan tua (basalt,
tufff, serpentines) yang timbul disuatu tempat. Dating 14 menunjukan
usia pengangkatan terumbu yang tergambar dalam foto mempunyai
usia 36.370 B.P.
Penyimpana besar sungai, pembentukan danau dan rawa dalam
mintakat depresi, dan pla vegetasi yang rata dapat sebagai indikasi
membedakan tanah kering dan rawa. Contoh yang baik adalah sungai
Ob di USSR dimana sumbu antiklin menjadi daerah dataran rendah
akibat gerakan recent sepanjang struktur yang telah ada pada batuan
dasar.
Pengalihan air sungai olleh sistem sesar recent ditimur lau dan juga
dibarat daya mempengaruhi arah dari keseluruhan situasi hidrologi di
delta Oavango dan daerah perbatasan botswana, afrika timur. Lebih
lanjut ke timur adalah kompleks dati tepi danau quarternary, ukuran
fluktuasi dibawah pengaruh dari variasi iklim dan perkembangan
tektonik yang dikatakan diatas.
Lokasi gerakan neo tektonik biasanya sulit dilacak dalam daerah
gataran rendah, walaupun mungkin ada indikasi kelurusan mud
volkanoes. Indikasi untuk gerakan neotektonik secara regional,
betapapun banyak dan berjenis-jenis. Mintakat subsidence sering
sebagai tanda yang jelas. Sebagai contoh luas dataran banir dengan
luas genangan, rawa-rawa, dan hutan yang tenggelam.
Permukaan dari pelengkungan dataran banjir tropik, indikasi mintakat
penggalian dari pola berupa endapan banjir cenderung agak
menyempit. Penyaluran dari pola berupa endapan berukuran halus dan
kasar dan tebal merupakan indikasi y sebagai tanda yang jelas.
Sebagai contoh luas dataran banir dengan luas genangan, rawa-rawa,
dan hutan yang tenggelam.
Permukaan dari pelengkungan dataran banjir tropik, indikasi mintakat
penggalian dari pola berupa endapan banjir cebderung agak
menyempit. Penyaluran dari pola berupa endapan berukuran halus dan
kasar dan tebal merupakan indikasi yang baik dalam daerah dataran
rendah. Data geofisika dapat membuktikan lebih lanjut. Secara
menyeluruh gerak subsidence lamabt/pelan pada delta karena
pengaruh berat atau gerakan tektonik ini tidak selalu dengan mudah
terpisah dari kenaikan muka laut atau danau.
Tenggelamnya daerah hutan penutup yang luas berlanjut
dipedalaman, keadaan yang biasa dari indikasii subsidence resent
untuk bagian dataran rendah dari pulau. Sebagain besaar muatan
sungai adalah endapannya, menjelaskan situasi yang tidak berubah
pada muara.
Delta mamberamo dari sungai mamberamo berlokasi dibagian
barat irian jaya, barat new guinea, dengan cabang utama adalah sungai
tuaral (rooffaer) teriku (van der willingen) dan sungai teritatu
(indeenburg), dalam lingkungan bentang rendah dan airna agak payau
disebut meerulakte. Perkembangan dari delta recent yang
berhubungan dengansubsident mdah dijelaskan dengan faktor muatan
dari endapan yang besar dari hlu sungai.
Keadaan delta juga dipengaruhi oleh gerakan kerak recent disertai
mintakat rawa oleh subsident. Mintakat ini ditunjukan oleh banyak
danau, danau rombebai yangjelas terletak dengan arah timur dari
sungai mamberamo. Terjadinya rekahan-rekahan cenderung berarah
timur-barat adalah ciri yang lain dari mintakat ini.
Demikian dengan pembagian tipe vegetasi dalam delta merupakan
bukti kondisi yang sangat basah. Dakta ini terlihat pada daerah di peta
topografi skala 1

Anda mungkin juga menyukai